• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIADA YANG MUSTAHIL (versi khusus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIADA YANG MUSTAHIL (versi khusus)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TIADA YANG MUSTAHIL

(versi khusus)

PANGGUNG DIBAGI MENJADI DUA BAGIAN, LATAR DEPAN DAN LATAR BELA- KANG. DI ANTARA KEDUANYA DIBUAT LAYAR YANG DAPAT DIBUKA KE KIRI DAN KE KANAN. PADA SAAT MENUTUP, LAYAR DITATA SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA MENJADI SEMACAM TIRAI RUMAH. PADA LATAR BELAKANG DIBANGUN SETTING GOA (YANG MENGGAMBARKAN KUBUR YESUS). DI LATAR DEPAN BERUPA RUANG TAMU YANG DISIAPKAN PADA SAAT PEMENTASAN SUDAH BERLANGSUNG. SUASANA GELAP GULITA. TERDENGAR SUARA TAMBUR DIPUKUL SATU-SATU.

001. NARASI 1 : Eloiiiii:...., Eloiiiiii..., lama sabakhtaniiii...?

TERLIHAT CAHAYA KILAT MENYAMBAR-NYAMBAR DISERTAI SUARA HALILINTAR YANG MENGGELEGAR. BLACK OUT.

002. NARASI 2 : Haripun malam. Bulan bersinar dengan te- nangnya menyinari kota suci, yang didalam- nya telah terjadi peristiwa mengerikan.

Dengan perlahan sang malam bergulir. Pagi- pun siap menjelang. Sesaat sebelum fajar menyingsing, nampaklah beberapa perempuan berjalan bergegas melalui jalan-jalan yang masih gelap dan sunyi.

003. MARIA M. : Marilah kita berjalan lebih cepat...

004. Maria K. : Ya, kita harus sampai sebelum hari menjadi terang benderang.

005. YOHANA : Tapi....

006. MARIA M. : (TERHENTI SEJENAK) Ada apa, Yohana ?

007. YOHANA : Bukankah mulut kubur itu ditutupi dengan batu besar dan berat...

008. MARIA K. : Ya, lalu apa yang harus kita perbuat ? 009. MARIA M. : Aduh, bagaimana mungkin kita dapat menggul-

ingkan batu itu ?

010. MARIA K. : Ah, mengapa tidak terpikir oleh kita sebe- lumnya. Sekarang, bagaimana jadinya ? Haruskah kita kembali dengan sia-sia ?

(2)

011. YOHANA : Lebih baik kita berjalan terus. Guru pasti memberi kekuatan pada kita. Bukankah kita ingin melakukan hal yang baik kepadanya ? 012. MARIA K. : Baiklah kita berjalan terus !

(MEREKA MENERUSKAN PERJALANAN. OUT. MUSIK MASIH SENDU).

KETIGA PEREMPUAN MASUK. SALAH SEORANG MELIHAT PINTU KUBUR TELAH TERBUKA.

013. MARIA M. : Lihat ! Batu itu sudah terguling ! Pintu kubur sudah terbuka !

014. YOHANA : Oh, siapakah yang telah melakukan hal yang luar biasa ini ?

015. MARIA K. : Lihat! Kuburan nampak gelap, pelitanya sudah padam.

016. YOHANA : Dan kelihatannya sperti kosong. Bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi ?

017. MARIA M. : Aku kuatir, jangan-jangan telah terjadi sesuatu dengan mayat Guru. Lebih baik aku kembali ke kota dan memberitahukan yang lainnya.

018. MARIA K. : Ya, kembalilah lebih dulu. Biarkan kami memeriksa kedalam supaya tahu apa yang sudah terjadi.

MARIA M. OUT KEDUA PEREMPUAN LAINNYA DENGAN WAWAS-WAWAS MEMERIKA KUBUR. MEREKA TIDAK MENEMUKAN MAYAT YESUS. LAMPU REDUP PERLAHAN- LAHAN. BLACK OUT. TERDENGAR SUARA HIRUK PIKUK JALAN RAYA. SEMEN- TARA SELURUH PEMAIN MENYIAPKAHN RUANG TAMU. MENUTUP LAYAR PEMISAH LATAR DEPAN DAN BELAKANG.

019. NARASI 2 : Koran, koran,.... berita hangat, berita hangat. Bank Sumber Rezeki dalam kesulitan.

Terbelit kredit macet. Dinyatakan kalah kliring. Seribu karyawannya terancam PHK.

Malah sudah ada yang dirumahkan. Ayo, Bapak, Ibu, Om, Tante, korannya koran, berita hangat, berita hangat....

SUARA HIRUK-PIKUK FADE OUT. BERGANTI DENGAN SUARA PETIKAN GITAR ATAU HARPA YANG MELANKOLIS, BERSAMAAN DENGAN LAYAR TENGAH DINAIKKAN. ADEGAN PADA LEVEL TENGAH ATAS. SEORANG LELAKI SETENGAH BAYA NAMPAK GELISAH. BERJALAN MONDAR-MANDIR SAMBIL BERBICARA KEPADA ISTRINYA YANG NAMPAK KURANG SEHAT.

(3)

020. SUAMI : Gawat, ini benar-benar bisa gawat bu, kalau bank tersebut sampai bangkrut dan aku kena PHK...

021. ISTRI : Sabar, Pak, sabar.... Jangan dulu berpikir sejauh itu, semuanya 'kan belum pasti...

022. SUAMI : Justru! Keadaan yang tidak pasti inilah yang membuat aku bingung...

023. ISTRI : Kita harus tabah menghadapi ujian ini...

Kita tunggu perkembangan selanjutnya....

024. SUAMI : Sampai berapa lama. Sedangkan gaji bulan lalu saja entah kapan akan dibayar. Pimpi- nan bank hanya menjanjikan akan segera dibayar, tapi kapan? Kapan itu baru akan terlaksana?

025. ISTRI : Habis, apa yang bisa kita lakukan selain menunggu...?

026. SUAMI : Aku cuma bingung... bagaimana dengan biaya hidup sehari-hari, kalau keadaan ini menja- di berlarut-larut. Sementara uang tabungan kita yang tak seberapa itu, sudah habis untuk biaya berobat ibu, yang belum lagi ketahuan sembuhnya. Belum lagi uang sekolah Ester dan Andre yang sudah tertunda dua bulan. Huuuh, benar-benar bingung aku...

TERDENGAR KETUKAN DI PINTU

027. SUAMI : Silakan masuk, pintu tidak dikunci!

028. PAK KROMO : (MASUK) Selamat sore...

029. SUAMI : Oh, Pak Kromo. Mari silakan duduk!

030. PAK KROMO : Ah, saya cuma sebentar. Mau menanyakan uang kontrakan? Kapan saya bisa ambil?

031. SUAMI : Waduh, saya betul-betul minta maaf, Pak.

Soal itu saya belum bisa memastikannya.

Tentunya Pak Kromo sudah membaca di koran- koran, bank tempat saya bekerja sedang mengalami kesulitan dan karyawannya teran- cam PHK, termasuk saya...

(4)

032. PAK KROMO : Waah, kalau itu sih masalah Pak Herman.

Lagipula ini 'kan sudah terlambat satu bulan...

033. ISTRI : Tolonglah, Pak. Beri kami sedikit kelongga- ran lagi...

034. PAK KROMO : Baiklah, saya beri waktu satu minggu lagi, kalau tidak, terpaksa tempat ini saya berikan kepada orang lain. Permisi!

PAK KROMO OUT. BERSAMAAN DENGAN MASUKNYA ESTER DAN ANDRE.

035. ESTER : Bu, tadi Ester mendapat teguran dari Bapak Kepala Sekolah mengenai uang sekolah Ester yang belum dibayar. Katanya, kalau dalam minggu ini tidak dilunasi juga, minggu depan Ester tidak boleh masuk sekolah.

036. ISTRI : Sabar ester, sabar bapamu kan sedang mengalami kesulitan

037. ESTER : Jadi, bagaimana dong Bu, Pak? Ester jadi malu...

038. ESTER : (MEMBACA KORAN DAN TERKEJUT) Lho, ini 'kan bank tempat Bapak bekerja. Jadi bapak kena PHK? Aduh, bagaimana ini jadinya?

039. SUAMI : Itulah persoalannya,Ester. Jadi bapak minta pengertian kamu. Kita betul-betul sedang menghadapi kesulitan besar. Pak Kromo baru saja pergi. Beliau kelihatan marah, karena bapak belum bisa melunasi uang kontrak rumah ini. Dan ia mengancam akan mengon- trakkan rumah ini kepada orang lain. Kita betul-betul kehilangan harapan...

BAPAK TERDUDUK LESU. ESTER MENGHAMPIRI DAN MERANGKULNYA.

040. ESTER : Bapak...

NAMPAK DOKTER DAN ISTRI SEDANG BERBINCANG-BINCANG.

041. ISTRI : Bagaimana keadaannya.dok ? Berbahaya ?

042. DOKTER : Ibu tidak perlu kuatir. Bapak hanya perlu istirahat. Apakah bapak sering mengalamin hal ini ?

(5)

043. ISTRI : Akhir-akhir ini agak sering. Memangnya kenapa dok ?

044. DOKTER : Ah,tidak ada apa-apa. Hanya saja Pak Herman perlu mendapat istirahat yang cukup. Dan jangan terlalu banyak terganggu pikirannya.Atau barangkali ada satu masalah yang memberatkan pikirannya ?

045. ISTRI : Yah, dok. Akhir-akhir ini ia sedang bin- gung.

046. DOKTER : Bingung kenapa ?

047. ISTRI : Ia sedang bingung mengenai pekerjaannya.

048. DOKTER : Memangnya bapak bekerja dimana ? 049. ISTRI : Di Bank Sumber Rejeki.

050. DOKTER : Oh...Bank Sumber Rejeki. Saya juga sudah mendengar mengenai kesulitan yang sedang dihadapi bank tersebut. Tapi Ibu tidak usah t erlalu kuatir masalah tersebut pasti akan segera diselesaikan. Nah, Ini resepnya untuk 4 hari. Tolong segera ditebus dan biar pak Herman bisa segera meminumnya.

Sekarang saya permisi dulu, masih ada pekerjaan. Semoga pak Herman lekas sembuh.

051. ISTRI : Terima kasih,dok. Saya akan perhatikan nasehat dokter.

PAGI HARI. SUAMI SEDANG DUDUK TERMENUNG. TERDENGAR KETUKAN DI PINTU. SUAMI MENGHAMPIRI PINTU. BEGITU PINTU DIBUKA, SESEORANG MENEROBOS MASUK.

052. TIGOR : Aaah....selamat...selamat...

053. SUAMI : Dalam kesulitan begini, kok tetap ceria sih? Apa rahasianya?

054. TIGOR : Lotere!

055. SUAMI : Lotere?

056. TIGOR : Ya, lotere!

057. SUAMI : Oh, maksudmu... kau kena lotere, begitu?

058. TIGOR : Herman, Herman, nasibku belum sebagus itu.

Maksudku, aku yang jualan lotere sekarang!

(6)

059. SUAMI : Kamu menjadi bandar lotere...?

060. TIGOR : Bukan... Secara kebetulan aku bertemu dengan kenalanku. Dia menjadi bandar lo- tere, lalu menawarkan aku jadi agennya.

Mula-mula aku menolak. Kemudian teringat keluargaku yang hampir mati kelaparan.

Jadi, apa boleh buat, terpaksa aku meneri- manya. Ternyata hasilnya lumayan. Lalu aku bertemu dengan Pak Kromo yang menceritakan perihal kau. Nah, kalau kau mau, kau boleh ikut denganku...

061. SUAMI : Wah, tidak bisa, aku tidak bisa melakukan itu. Sebagai seorang Kristen aku tidak bisa melakukan itu. Lagipula, itu perbuatan yang dilarang pemerintah.

062. TIGOR : Alaaah, untuk sementara waktu, kau lupakan- lah dulu semua urusan Tuhanmu itu. Selama tiga bulan menganggur, mana pertolongan Tuhan padamu, hah? Aku dengar, istrimu sakit, anak-anakmu tidak sekolah, dan rumah kontrakanmu habis. Lalu dengan apa kau mau bayar semuanya itu, hah? Sudahlah kau ikut dengan aku, aku jamin pekerjaan ini aman.

Ayo, sekarang juga kuperkenalkan kau pada boss-ku...

063. SUAMI : Tunggu, beri aku waktu beberapa hari untuk memikirkannya...

064. TIGOR : Baik. Setelah kau putuskan mau, segera hubungi aku. Ok? Sekarang aku permisi dulu!

TIGOR OUT. SUAMI BERDIRI MERENUNG. LAYAR TENGAH TURUN. MUSIK SEDIKIT MENEGANGKAN. MEMANCING SUASANA YANG MEMBINGUNGKAN. LAYAR TENGAH NAIK. ISTRI MASUK DENGAN KESAL.

065. ISTRI : Tidak, aku tidak setuju dengan rencanamu itu, Pak. Sebesar apapun kesulitan kita.

066. SUAMI : Tapi ini satu-satunya jalan pintas yang mudah dan cepat, Bu.

067. ISTRI : Resikonya terlalu besar, Pak. Dan, ini bukan pekerjaan yang direstui Tuhan. Ini, pekerjaan yang dapat mendatangkan dosa bagi orang lain....

(7)

068. SUAMI : Sudahlah, Bu. Sekarang bukan saat untuk berkhotbah. Coba pikir, ibu perlu biaya untuk berobat, uang sekolah anak-anak, kontrakan rumah, biaya hidup sehari- hari.... Kita tidak mungkin, terus-terusan menunggu. Harus ada usaha untuk mengatasi semua ini....

069. ISTRI : Yah, tapi tidak perlu terlibat pekerjaan yang berbau judi itu... Jangan mendatangkan kemarahan Tuhan yang lebih besar kepada kita, Pak.

070. SUAMI : Tuhan, Tuhan, Tuhan... Selama tiga bulan dalam kesulitan, aku tidak melihat adanya pertolongan Tuhan kepada kita...

071. ISTRI : Bapak, tidak sadarkah apa yang Bapak ucap- kan? Bapak mulai menyalahkan Tuhan? Bapak mulai menyangkal Tuhan, karena kesulitan yang kita hadapi? Tidak ingatkah Bapak kisah Petrus di dalam Alkitab?

TERDENGAR SUARA AYAM BERKOKOK. SUAMI NAMPAK KEBINGUNGAN. MENARIK NAPAS PANJANG BERKALI-KALI.

072. SUAMI : Lalu, apa yang sebaiknya kulakukan, Bu.

Kembali ke pekerjaanku yang dulu, sebagai supir taxi?

073. ISTRI : Aku rasa itu lebih terhormat, Pak. Daripada menjadi agen lotere gelap!

074. SUAMI : Ya, bagaimana nanti sajalah, Bu. Sekarang aku mau keluar cari angin dulu, sambil menenangkan pikiran...

SUAMI BERJALAN KELUAR. ISTRI MEMANDANGI DENGAN SEDIH. MUSIK MENGALUN MENYAYAT HATI. ISTRI OUT. LAMPU REDUP PERLAHAN-LAHAN.

BLACK OUT.

SIANG HARI. ESTER MASUK DENGAN WAJAH LESU, DIIKUTI SISCA. MEREKA BARU PULANG DARI SEKOLAH.

075. ESTER : Aku rasa, aku terpaksa harus berhenti sekolah, Sis...

076. SISCA : Lho, tenang dulu, Ester. Kok belum apa-apa sudah putus asa, sih...

(8)

077. ESTER : Bukan begitu, Sis... aku malu dengan teman- teman, karena sudah berbulan-bulan tidak bisa membayar uang sekolah...

078. SISCA : Tapi... semua itu kan bukan salahmu...

079. ESTER : Iyaaa... tapi, siapa yang bisa tahan, kalau setiap hari ditagih seperti itu!

080. SISCA : Kamu harus bersabar, Ter... semuanya ini, pasti ada jalan keluar...

081. ESTER : Mustahil, mustahil, Sis. Aku rasa semua jalan sudah tertutup bagi kami. Ayahku sudah pasti kena PHK, sementara uang kon- trakan rumah sudah harus dibayar besok...

082. SISCA : Tapi... ayahmu kan bisa mencari pekerjaan lain...

083. ESTER : Itulah persoalannya. Ayahku telah mencari ke sana, ke mari, tapi semua perusahaan sepertinya menutup pintu baginya...

084. SISCA : Waaah... gawat juga ya, kalau begitu...

085. ESTER : Itulah... kau bisa merasakan sekarang, bukan, betapa sulitnya keadaan kami. Belum lagi keadaan ayahku yang sakit-sakitan akhir-akhir ini dan batuk ibuku yang tak kunjung sembuh...

086. SISCA : Tapi, sebesar apapun kesulitan yang kau hadapi, kau tidak boleh meninggalkan seko- lahmu, Ter.

087. ESTER : Tidak... aku tidak sanggup lagi menghadapi wajah sinis Bapak Tata Usaha setiap kali bertemu denganku... aku tidak sanggup lagi, Sis...

088. SISCA : Lalu... bagaimana dengan Ebtanas yang tinggal beberapa bulan lagi?

089. ESTER : Aku tidak tahu, aku tidak tahu.... Lagipula dari mana uang untuk membayar biaya Ebta- nas?

090. SISCA : Eeehh... (SAMBIL BERPIKIR) Begini saja, Ter... Aku punya sedikit uang tabungan. Kau pakai saja dulu untuk membayar biaya Ebta-

(9)

nas, kapan-kapan kalau kau punya uang, baru kau kembalikan...

091. ESTER : Tidak usah, Sis. Aku tidak mau menyusahkan- mu...

092. SISCA : Habis, bagaimana dong?

093. ESTER : Aku tidak tahu, kita lihat saja nanti...

094. SISCA : Oke! Terserah kamu sajalah. Sekarang, aku mau pulang dulu, ibuku mungkin sudah me- nunggu...

095. ESTER : Terima kasih, Sis atas perhatianmu, kau betul-betul sahabatku yang baik...

096. SISCA : Never mind... Daaag....

097. ESTER : Daaag...

ESTER MENGANTAR SISCA SAMPAI PINTU, MENUTUP PINTU, BERBALIK DAN BERJALAN KELUAR. DIAMBANG PINTU ESTER BERPAPASAN DENGAN IBUNYA.

098. ISTRI : Lho, kamu sudah pulang, Ter. Ibu tidak mendengarnya. (ESTER DIAM SAJA) Kok lesu, kamu sakit?

099. ESTER : Tidak, Bu... Ester... Ester...

100. ISTRI : Ada apa sih, Ter. Ayo sini, bicara dengan ibu. Bila ada kesulitan, biar ibu bantu memecahkannya...

MEREKA BERJALAN KE KURSI TENGAH, LALU DUDUK.

101. ESTER : Bu... Ester mau berhenti sekolah saja...

102. ISTRI : Lho, lho,... darimana kamu tiba-tiba menda- pat pikiran seperti itu?

103. ESTER : Habis, Ester malu, setiap hari ditanyai Tata Usaha mengenai uang sekolah yang sudah tertunda beberapa bulan...

104. ISTRI : Tempo hari 'kan ibu sudah memberitahu gurumu dan beliau sudah setuju memberi keringanan untuk sementara waktu.

105. ESTER : Iiiyaaaa... tapi bagian tata usaha seperti- nya tidak mau mengerti...

(10)

106. ISTRI : Kalau begitu, besok biar ibu yang mampir ke sekolahmu dan berbicara dengan bagian tata usaha, sementara kamu tetap masuk sekolah ya...

107. ESTER : Kalau bagian tata usaha tetap tidak mau mengerti, bagaimana?

108. ISTRI : Sudah, kamu tenang saja dulu. Lebih baik sekarang kita berdoa, supaya kesulitan kita segera mendapat jalan keluarnya. Yuk...

ESTER DAN IBU DUDUK BERDOA. MUSIK MENGALUN MENGGAMBARKAN SUASANA YANG TAK MENENTU. LAMPU REDUP PERLAHAN-LAHAN. BLACK OUT. ESTER DAN IBU KELUAR.

PAGI HARI. CAHAYA MENYALA TERANG. MUSIK TERDENGAR LAMAT-LAMAT.

SUAMI MEMBOLAK-BALIK KORAN. SEBENTAR KEMUDIAN MELETAKKAN KORAN, MENARIK NAPAS PANJANG BERKALI-KALI SEPERTI ORANG YANG PUTUS ASA.

TIBA-TIBA PINTU DIBUKA DARI LUAR DAN SEORANG ANAK MUDA MASUK.

109. SUAMI : Oh, David! Mari, silakan masuk. Ada apa rupanya, pagi-pagi sudah sampai kemari?

110. DAVID : Begini, Om. Apa Om sudah dengar kabar gembira mengenai bank Sumber Rezeki?

111. SUAMI : Kabar gembira? Maksudmu?

112. DAVID : Saya dengar, Pak Suryo selaku pemilik saham mayoritas, telah menjual sebagian besar sahamnya di PT Astaga Internasional untuk menutupi kerugian di bank Sumber Rezeki, sehingga bank tersebut boleh beroperasi lagi.

113. SUAMI : Aahh, itu hanya isu...

114. DAVID : Tapi, saya mendapatkan berita ini dari sumber yang dapat dipercaya lho, Om.

115. SUAMI : Pokoknya, Om baru bisa percaya kalau Om sendiri telah menyaksikan bukti kebenaran berita tersebut. Kalau belum, Om anggap semua itu hanya berita bohong...

116. DAVID : Waaah... itu sih terserah Om saja. Saya cuma ingin menyampaikan kabar gembira tersebut. Maaf, saya terburu-buru, mau memberitahukan yang lainnya juga. Permisi!

(11)

117. SUAMI : Hmm...

SUAMI DUDUK DAN KEMBALI MERAIH KORAN, LALU MEMBOLAK-BALIKNYA, TIBA-TIBA IA MELIHAT SESUATU DAN MEMBACANYA DENGAN SERIUS, WAJAH- NYA MENAMPAKKAN KEGEMBIRAAN.

118. SUAMI : Bu, Ester, coba kalian ke sini sebentar.

Ini ada kabar gembira!

IBU DAN ESTER MUNCUL SETENGAH BERLARI.

119. ISTRI : Ada apa, Pak. Kok ramai betul?

120. ESTER : Iya, ada apa sih, Pak?

121. SUAMI : Coba kalian baca baik-baik iklan panggilan ini!

MEREKA BERDUA MEMBACA IKLAN DI KORAN TERSEBUT.

122. ESTER : Wah, ini panggilan kepada seluruh karyawan bank Sumber Rezeki untuk bekerja kembali.

Jadi, Bapak akan mulai bekerja kembali besok. Horee, Bapak tidak jadi di-PHK!

123. ISTRI : Syukurlah, Tuhan memang penuh kasih. Oh ya, bukankah minggu depan sudah hari Paskah?

124. SUAMI : Benar, Bu. Ini betul-betul karunia Paskah yang luar biasa buat kita. Terima kasih, Tuhan. Ampunilah kami yang seringkali goyah pada saat bencana menimpa kami...

MEREKA SANGAT GEMBIRA. MUSIK MENGALUN RIANG. LAMPU REDUP PERLA- HAN-LAHAN. SEMENTARA TERDENGAR SUARA HIRUK-PIKUK DI JALAN. SEMUA PEMAIN MASUK, MENGOSONGKAN SETTING LATAR DEPAN.

125. NARASI 3 : Koran, koran,... berita hangat.. berita hangat... bank Sumber Rezeki tidak jadi bangkrut, mendapat suntikan dana segar dari boss Astaga International...Ayo, Om, Tante, korannya...koran...

SUARA HIRUK PIKUK FADE OUT. LAYAR PEMBATAS RUANG DITARIK. LALU TAMPAKLAH MARIA M. DUDUK MENANGIS DEKAT GOA (KUBUR YESUS). TIBA- TIBA MUNCULLAH SEORANG PRIA BERJUBAH PUTIH.

126. MALAIKAT : Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?

(12)

127. MARIA M. : Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan... jikalau Tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana Tuan letakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya...

128. MALAIKAT : Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Ingatlah apa yang dikatakanNya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalib- kan, dan akan bangkit pada hari yang keti- ga.

129. MARIA M. : Ia sudah bangkit? Guru sudah bangkit?

130. MALAIKAT : Ya, Ia tidak ada di sini, Ia sudah bangkit!

131. MARIA M. : Terpujilah Engkau Tuhan!

MUSIK MENGALUN DENGAN RIANG. CAHAYA BERSINAR DENGAN TERANG.

TERDENGAR SUARA KICAUAN BURUNG RIUH RENDAH.

132. NARASI 4 : Lihatlah, mentari pagi bersinar ceria dan hembusan angin menghantarkan nyanyian malaikat. Burung-burung bersiul riang, bunga-bunga bermekaran. Sekalian alam bersukacita menyambut kebangkitan Yesus Kristus, Sang Raja.

MUSIK MASIH MENGALUN DENGAN RIANG. CAHAYA REDUP PERLAHAN-LAHAN.

BLACK OUT.

---ooOoo---

S e l e s a i 3 April 1996

Direvisi dari judul yang sama oleh: Yung Darius.

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Penggugat dan saksi-saksi Penggugat tersebut, Majelis Hakim menemukan fakta-fakta bahwa antara Penggugat dan Tergugat

This study aims to find translation procedures from source language (English) to target language (Indonesian) used in translating the Eclipse novel which have

Penelitian ini bertujuan meminimalkan total jarak yang ditempuh untuk distribusi produk ke lebih dari satu toko dengan menggunakan metode savings matrix dan mengetahui

Produk Bolmut Ikan adalah kombinasi dari berbagai macam sumber daya alam yang merupakan produk diversifikasi dari hasil perikanan untuk di olah menjadi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah variabel etnosentrisme yang dimiliki mahasiswa etnis Tionghoa Universitas Surabaya berhubungan dengan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di muka dan telah melakukan perbandingan dari kedua alternatif model yang dipandang tepat untuk memecahkan masalah

Hasil pemeriksaan dari Anamnesis ( Riwayat ), Pemeriksaan fisik dan Laboratorium didapatkan lebih dari satu penyebab delirium, seperti adanya lebih dari satu Penyakit fisik;.

yang sama dengan pemetikannya (X2)... DAFTAR LAbfPIARAN