Universitas Gunadarma
MODUL 7
PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI
S1 – ILMU KOMUNIKASI
Skema Sertifikasi :
SB-001/1/LSP-UG/II/2017
JASA PROFESIONAL, ILMIAH, DAN TEKNIS –
FOTOGRAFER MADYA
Unit Kompetensi : M.742010.025.01
Mengerjakan Pemotretan Peristiwa M.742010.026.01
Merancang Karya Fotografi Ilustrasi M.742010.027.01
Olah Digital Lanjut
2020
UNIVERSITAS GUNADARMA
Skema Sertifikasi :
SB-001/1/LSP-UG/II/2017
JASA PROFESIONAL, ILMIAH, DAN TEKNIS – FOTOGRAFER MADYA
Unit Kompetensi :
M.742010.025.01 Mengerjakan Pemotretan Peristiwa M.742010.026.01 Merancang Karya Fotografi Ilustrasi M.742010.027.01 Olah Digital Lanjut
Penyusun :
Dr. Edy Prihantoro, MMSI Drs. Eko Hartanto, M.Ikom Budi Santoso, ST., M.Ikom Sendy Eka Nanda, S.Ikom., MM
Ahmad Nasher, S.Ikom., MM Iqbal Al Khazim, S.Ikom., MM
Yusuf Maulana, S.Ikom., M.Si Ari Muharif, S.Ikom., MSi
Editor :
Dr. Edy Prihantoro, MMSI
Depok
MODUL 7
PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI
S1 – ILMU KOMUNIKASI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
DAFTAR ISI 3
KATA PENGANTAR 5
I. MENGERJAKAN PEMOTRETAN PERISTIWA 6
1.1.Mengidentifikasi dasardasar pemotretan peristiwa 6 1.2.Menghasilkan gambar tunggal dari suatu peristiwa 21 1.3.Menghasilkan rangkaian gambar dari suatu peristiwa.
1.4.Menghasilkan fotografi esai
1.5.Rangkuman 40
1.6.Latihan 40
II. MERANCANG KARYA FOTOGRAFI ILUSTRASI 29
2.1.Mengidentifikasi informasi dan karakteristik desain yang
dibutuhkan untuk pengembangan konsep fotografi ilustrasi 29
2.2. Membuat karya tematik dengan tujuan tertentu 33
2.3. Rangkuman 36
2.4. Latihan 36
III. OLAH DIGITAL LANJUT 40
3.1.Mengidentifikasi pengetahuan olah imaji digital. 40
3.2.Membuat suatu karya tematik olah imaji digital. 43
3.3.Rangkuman 48
3.4.Latihan 48
DAFTAR PUSTAKA 50
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadhirat Allah swt, atas berkat dan dan karunianya, Modul 7 Pelatihan Sertifikasi Kompetensi skema Fotografer Muda dapat kami selesaikan. Modul ini merupakan bagian dari seri modul pendukung untuk pelatihan sertifikasi kompetensi untuk skema Jasa Profesional, ilmiah, dan teknis yang bertujuan memberikan bekal keterampilan bagi mahasiswa khususnya di program studi Ilmu Komunikasi.
Modul ini terbagi menjadi 3 bab. Bab pertama berisi Mengerjakan pemotretan peristiwa, Bab kedua berisi Merancang Karya fotografi ilustrasi, Bab ketiga berisi Olah Digital Lanjut.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada : Seluruh pihak yang ada di Fakultas Ilmu Komunikasi atas arahan dan bantuannya dalam penyusunan modul ini. Saran dan kritik dari pembaca, penyusun harapkan untuk perbaikan modul ini di masa mendatang.
Depok, Desember 2020
Tim Penyusun (Revisi)
MENGERJAKAN PEMOTRETAN PERISTIWA
Objektif :
1. Mengidentifikasi dasar - dasar pemotretan peristiwa.
2. Menghasilkan gambar tunggal dari suatu peristiwa.
3. Menghasilkan rangkaian gambar dari suatu peristiwa dan fotografi esai.
1. Mengidentifikasi dasar - dasar pemotretan peristiwa.
1.1 Informasi yang berkaitan dengan prinsip dasar fotografi berita diakses dan dikumpulkan.
Pada tahap awal munculnya fotografi di dunia, foto senantiasa bertugas sebagai alat dokumentasi (pribadi/resmi) sebuah institusi bahkan negara. Sebagai alat dokumentasi, foto menjadi salah satu hal penggerak perubahan dunia, bahkan hingga saat ini foto tetap menjadi salah satu media untuk merekam sebuah peristiwa yang terjadi dalam sebuah waktu.
Agar sebuah foto bisa menjadi sebuah media dokumentasi yang berisi informasi dan bisa diketahui oleh banyak pihak, foto membutuhkan sebuah tempat yang bernama media massa. Di dalam media massa inilah foto diolah menjadi sebuah berita untuk memberi ide, gagasan, atau tindakan kepada orang lain untuk melakukan perubahan. Foto yang memuat sebuah berita inilah yang acap kali dikenal dengan istilah foto jurnalistik.
Jurnalistik – Jurnalisme adalah kegiatan / pekerjaan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita/informasi melalui media massa. Foto adalah potret/gambar yang dibuat dan di hasilkan dengan sebuah alat bernama kamera dengan tujuan untuk menjadi sebuah alat penyimpan informasi (dokumentasi).
Berikut ini beberapa definisi fotogarfi jurnalistik menurut beberapa ahli, yakni :
1. Wilson Hick redaktur senior majalah ‘Life’ (1937-1950) dalam buku World and Pictures (new York, Harper and Brothers, Arno Press 1952, 1972), foto jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.
2. Henri Cartier-Bresson, salah satu pendiri agen foto terkemuka di dunia ‘Magnun Photos’
25
yang terkenal dengan teori ‘Decisive Moment’ — menjabarkan, foto jurnalistik adalah berkisah dengan sebuah gambar, melaporkannya dengan sebuah kamera, merekamnya dalam waktu, yang seluruhnya berlangsung seketika saat suatu citra tersembut mengungkap sebuah cerita.
3. Oscar Motuloh dalam sebuah pelatihan fotografi berpendapat foto jurnalistik adalah suatu medium sajian informasi untuk menyampaikan beragam bukti visual atas berbagai peristiwa kepada masyarakat seluas-luasnnya secara cepat.
4. Tokoh foto jurnalistik asal Surabaya Zainuddin Nasution berpendapat, foto jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan foto yang bertujuan dalam pemotretannya, karena keinginan bercerita kepada orang lain. Jadi foto-foto dalam jenis ini berkepentingan dalam menyampaikan pesan (message) kepada orang lain dengan maksud agar orang lain melakukan sesuatu tindakan psikologis.
5. Menurut Guru Besar Universitas Missouri, USA, Cliff Edom, foto jurnalistik adalah Paduan kata words dan pictures.
6. Definisi lainnya adalah : kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya.
Wilson Hicks, editor foto majalah life : 1973-1950.
7. Foto jurnalistik adalah gambar / foto "biasa" yang dipadu dengan kata tetapi memiliki nilai berita atau pesan yang "layak" untuk diketahui orang banyak dan disebarluaskan lewat media massa, atau foto yang punya nilai berita (bisa menceritakan kejadian/peristiwa) . Pewarta foto (photo journalist). Orang yang melakukan pemotretan untuk berita disebut pewarta foto bukan fotografer, karena dari segi arti bila ditelaah lebih dalam akan ditemukan sebuah pembeda antara pewarta foto dan fotografer, yakni :
1. Hal terpenting bagi seorang pewarta foto yakni berpikir bahwa dia adalah seorang wartawan.
2. Pewarta foto bertindak sebagai seorang fotografer”, pertama pewarta foto harus berfikir apakah objek dihadapannya bisa memberikan informasi yang laik dan mampu memberikan masukan atau inspirasi kepada dunia (lepas dari subjektifitas) hingga terjadinya perubahan ataukah tidak lalu baru kemudian mengeksekusi objek tersebut dengan teknik foto yang dia kuasai
Perbedaan foto jurnalis terletak pada pilihan. Membuat foto jurnalistik berarti memilih foto mana yang cocok. Sebagai contoh dalam peristiwa pernikahan, dokumentasi berarti mengambil/memotret seluruh peristiwa, mulai dari penerimaan tamu hingga usai acara, namun seorang wartawan foto hanya mengambil sisi‐sisi yang dianggap menarik saja, karena memang peristiwa itu nantinya akan menjadi pilihan wartawan foto untuk dimuat di dalam medianya saja.
Untuk menjadi pewarta foto maka persyaratan yang harus diketahui antara lain menjadi pewarta foto bukanlah sekedar menyenangi foto yang dibuat tetapi bagaimana mengkomunikasikannya kepada orang lain.
Sementara pendapat yang lain menyatakan bahwa untuk menjadi pewarta foto yang baik adalah dengan belajar membuat teknik foto yang bagus dengan kesenangan dan kewajaran sebagai pemotret snapshot (snapshooter). Pengalaman pertama menjadi snapshooter bisa dilakukan dengan membuat foto snapshot bersama teman-teman atau keluarga.
Tahap menjadi pewarta foto dimulai dengan memotret snapshot dan menjadi snapshooter untuk selanjutnya masuk pada tahap sebagai fotografer amatir atau advanced amateur.
Hal-hal yang perlu dimiliki seorang pewarta foto : 1. Naluri Berita.
2. Rasa Ingin Tahu.
3. Pantang Menyerah.
4. Perilaku yang Baik.
5. Kecepatan.
6. Wawasan dan Kreativitas.
7. Tanggung Jawab kepada Perusahaan (media) dan Pembaca.
8. Penguasaan teknik Fotojurnalistik.
1.2 Fungsi fotografi berita di samping berita tulis diidentifikasi.
Berita tulis maupun foto mempunyai pijakan masing-masing dan bisa saling melengkapi.
Berita tulis memberikan deskripsi verbal sedangkan foto memberikan deskripsi visual. Sebagai contoh, untuk menceritakan tingginya tingkat kejahatan dalam bentuk angka-angka, berita tulis lebih tepat untuk dipakai. Tapi untuk menceritakan tentang indahnya sebuah tempat wisata atau rusaknya suatu tempat karena bencana, foto lebih bisa bercerita daripada tulisan.
Foto jurnalistik menghentikan waktu dan memberi kita gambaran nyata bagaimana waktu
membentuk sejarah lewat sebuah kejadian. Foto jurnalistik menghubungkan manusia di seluruh dunia dengan bahasa gambarnya yang sesuai dengan fakta, sehingga foto jurnalistik menjadi alat terbaik untuk melaporkan sebuah peristiwa yang dialami umat manusia secara ringkas dan efektif.
Dalam dunia foto jurnalistik, efek yang ingin ditimbulkan oleh seorang pembuat foto jurnalistik adalah efek sosial dari sebuah efek visual yang dibuatnya, dan dari dalam sebuah foto jurnalistik yang tercipta tersimpanlah sebuah cerita perubahan zaman yang di masa depan akan menjadi sebuah sejarah.
Foto jurnalistik juga harus didukung dengan kata‐kata yang terangkum dalam kalimat yang disebut dengan teks foto / photo caption, dengan tujuan untuk menjelaskan gambar dan mengungkapkan pesan atau berita yang akan disampaikan ke publik. Jika tanpa teks foto maka sebuah foto hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi dibaliknya.
Foto jurnalistik merupakan salah satu jenis konten yang penting untuk mendukung penyajian berita. Teks saja mungkin sudah cukup untuk memberikan informasi, tapi foto bisa jadi unsur visual yang memperkuat daya penyajian berita.
1.3 Istilah - istilah yang lazim digunakan dalam fotografi berita diidentifikasi pengertiannya
Foto berita dan foto features. Merupakan dua kategori dalam sebuah induk yakni berita, hanya saja ada perbedaan untuk waktu penyiarannya / pemuatannya dalam media, yakni foto berita umumnya segera disiarkan (dalam waktu yang relatif cepat) namun untuk foto features tidak harus segera disiarkan (waktunya dapat di tunda).
Ada perbedaan lainnya untuk 2 kategori foto di atas yakni foto berita lebih memuat unsur politik, kriminal, olahraga, dan ekonomi yang selalu berubah dari waktu ke waktu yang menjadi penantian pembacanya. Untuk foto features lebih ringan dari segi temanya, kebanyakan kepada unsur yang menghibur dan tidak membutuhkan pemikiran mendalam bagi pembacanya serta mudah di cerna.
Foto kejadian tertangkapnya jaringan teroris oleh polisi Datasemen 88 atau Pemilukada di daerah DKI Jakarta merupakan contoh dari foto yang memuat unsur berita, sedangkan penganugerahan miss universe 2017 merupakan salah satu contoh untuk kategori foto features.
Dua kategori foto tersebut di atas bisa dipublikasikan dalam bentuk satu foto tunggal yang disertai teks (single picture), dan foto seri / foto esai (photo story/photo essay) tanpa teks.
Jenis - jenis foto jurnalistik. Menurut Badan Fotojurnalistik Dunia (World Press Photo Foundation) Foto jurnalistik terkategori atas :
1. Spot Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa yang tidak terjadwal atau tidak terduga yang diambil oleh fotografer langsung pada lokasi kejadian. Contohnya adalah foto peristiwa kecelakaan, kebakaran, perkelahian, dan perang. Karena dibuat dari peristiwa yang jarang terjadi dan menampilkan konflik serta ketegangan maka foto spot harus segera disiarkan. Fotografer harus memiliki keberanian saat membuat foto serta dibutuhkan keberuntungan dalam hal posisi untuk mendapatkan sudut yang bagus. Memperlihatkan emosi subjek yang difoto untuk memancing emosi pembacanya juga.
2. General News Photo adalah foto-foto yang diabadikan dari peristiwa yang terjadwal, rutin dan biasa. Temanya yakni politik, ekonomi dan humor.
3. People in the News Photo adalah foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita.
Yang ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang menjadi berita itu. Bisa kelucuannya, nasib dsbnya. Tokoh – tokoh pada kategori ini bisa tokoh populer ataupun tidak populer tetapi kemudian menjadi populer setelah foto itu dipublikasikan.
4. Daily Life Photo adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia di pandang dari segi kemanusiawiannya (human interest).
5. Portraiture adalah foto yang menampilkan wajah seseorang secara close up dan “mejeng”.
Ditampilkan karena adanya kekhasan pada wajah yang dimiliki atau kekhasan lainnya.
6. Sport Photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa olahraga. Karena olahraga berlangsung pada jarak tertentu antara atlet dengan penonton dan fotografer, dalam pembuatan foto olahraga dibutuhkan perlengkapan yang memadai, misalnya lensa yang panjang serta kamera yang menggunakan motor drive. Menampilkan gerakan dan ekspresi atlet serta ahal lainnya.
7. Science and Technology Photo adalah foto yang diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
8. Art and culture photo adalah foto yang dibuat dari peristiwa seni dan budaya.
9. Social and Environment photo adalah foto-foto tentang kehidupan sosial masyarakat serta lingkungan hidupnya.
1.4 Prinsip-prinsip dasar dan bidang dalam fotografi berita diidentifikasi.
Syarat foto jurnalistik. Yang utama adalah harus mengandung berita dan secara fotografi bagus (fotografis), lainnya syarat fotojurnalistik adalah harus mencerminkan etika atau norma hukum, baik dari segi pembuatannya maupun penyiarannya. Selain fotojurnalistik harus mencerminkan etika atau norma hukum, baik dari segi pembuatannya maupun penyiarannya.
Di Indonesia, etika yang mengatur foto jurnalistik terdapat pada Kode Etik Jurnalistik, yakni pada pasal 2 dan pasal 3.
Pasal 2 berisi pertanggungjawaban yang antara lain : wartawan indonesia tidak menyiarkan hal-hal yang sifatnya destruktif dan dapat merugikan bangsa dan negara, hal-hal yang dapat menimbulkan kekacauan, hal-hal yang dapat menyinggung perasaan susila, agama, kepercayaan atau keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang dilindungi undang-undang.
Pasal 3 berisi cara pemberitaan dan menyatakan pendapat, antara lain disebutkan bahwa wartawan Indonesia menempuh jalan dan acara yang jujur untuk memperoleh bahan-bahan berita.
Wartawan Indonesia meneliti kebenaran suatu berita atau keterangan sebelum menyiarkannya dengan juga memperhatikan kredibilitas sumber berita. Didalam menyusun suatu berita, wartawan Indonesia membedakan antara kejadian (fakta) dan pendapat (opini).
Inti dari dua pasal tersebut adalah : 1. Sesuai kenyataan bukan opini
2. Menceritakan kebenaran permasalahan apa adanya, bukan memunculkan permasalahan baru
3. Bersifat inovatif bukan destruktif 4. Bukan rekayasa
5. Adanya perubahan
Contoh penerapan dari pasal-pasal yang ada pada kode etik tersebut misalnya, dalam pembuatan foto mengenai kecelakaan atau pembunuhan, tidak boleh menampakkan wajah korban, melainkan ditutupi koran atau sesuatu, atau diambil dari jarak yang agak jauh.
Contoh lain, foto-foto pengadilan yang dibuat dari belakang orang yang diadili, bukan dari depan, selama status ornag tersebut masih tersangka, untuk menghindari penghukuman yang dilakukan oleh wartwan (trial by the press). Lalu foto-foto yang bersifat pornografi juga tidak boleh disiarkan. Foto yang dibuat dengan teknik manipulasi komputer (grafis) juga tidak boleh disiarkan kalau tidak berdasarkan kebenaran.
Karakteristik Foto Jurnalistik. Fotografi jurnalistik memiliki beberapa karakter diantaranya yakni :
1. Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (communication photography).
Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi,
2. Medium foto jurnalistik adalah media cetak koran atau majalah dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire services),
3. Kegiatan foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita, 4. Foto jurnalistik adalah panduan dari foto dan teks foto,
5. Foto jurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subyek sekaligus pembaca foto jurnalistik.
6. Fotojurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audiences). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam,
7. Foto jurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.
8. Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada sesama, sesuai amendemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers ( freedom of speech and freedom of press ).
Foto jurnalisik adalah suatu media sajian informasi berupa bukti visual (gambar) atas berbagai peristiwa yang disampaikan kepada masyarakat seluas-luasnya dengan tempo dan waktu yang cepat.
1.5 Hakekat dan nilai berita diidentifikasi dalam menyajikan peristiwa yang terjadi.
Salah satu syarat agar suatu peristiwa bisa dilaporkan adalah nilai berita (news value) yang dimilikinya. Nilai berita inilah yang akan menarik khalayak untuk membaca berita yang disajikan.
Secara umum, suatu kejadian dianggap mempunyai nilai berita jika mengandung satu atau beberapa unsur di bawah ini :
1. Aktual (Terkini), Peristiwa diliput dan ditulis karena baru saja terjadi atau mengandung hal terkini. Jika peristiwa sudah lewat, maka dianggap basi.
2. Signifikasi (penting), Peristiwa yang berpeluang mempengaruhi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan pembaca. Masalah hidup dan
mati bisa menjadi bahan pertimbangan.
3. Magnitude (besar), Peristiwa besar yang berpengaruh bagi kehidupan orang banyak, atau peristiwa yang menyangkut angka-angka yang bila dijumlahkan akan sangat menarik (eye catching) bagi mata para pembaca.
4. Proximity (kedekatan), Peristiwa yang terjadi memiliki kedekatan dengan para pembaca.
Biasanya kedekatan ini bersifat geografis atau emosional. Contoh adalah : 12 dari 298 korban tewas pesawat MH17 yang ditembak jatuh pemberontak Ukraina adalah warga Indonesia.
5. Prominence (tenar), Peristiwa yang menyangkut orang, benda atau tempat yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca. Rumusnya adalah Big names = Big News.
6. Human Interest (sisi kemanusiaan), Peristiwa yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca (Emotional touch). Biasanya, peristiwa menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa, atau orang besar dalam situasi biasa.
7. Konflik, Peristiwa yang menghadirkan dua pihak yang saling berlawanan kepentingan.
Contoh: Perang di Gaza. Kasus fitnah dan kampanye hitam di Pilpres 2014, Tawuran antar pendukung bola Persija dan Persib Bandung.
8. The Unusual (tidak biasa), Peristiwa yang tidak biasa/sangat jarang terjadi, tapi juga unik dan menarik. Contoh: Pesawat mendarat di jalan tol jagorawi, Jokowi ikut bantu evakuasi banjir.
Gambar 1.1 Foto jurnalistik
Spanyol, Front di Cordoba, September 1936. “Matinya seorang loyalis milisi”, oleh Robert Capa, fotografer dari kantor berita foto Magnum Photos. Foto “hidup dan mati” karyanya ini yang kemudian dikenal sebagai “Falling Soldier”, membuat Robert Capa menjadi Fotografer perang yang terkenal.
Foto jurnalistik, sebagai berita, harus mempunyai nilai berita seperti diuraikan di atas.
Selain itu, kandungan beritanya pun harus mampu menarik pembaca. Menarik, di sini, berarti mampu memenuhi hasrat keingintahuan dan menyentuh perasaan pembaca. Menurut Vitray, ada empat kriteria untuk menilai kandungan nilai berita, yaitu:
a. Survival
Berita yang berisi perjuangan untuk bertahan hidup dan melanjutkan kehidupan memiliki daya tarik yang sangat tinggi. Manusia sangat tertarik melihat foto-foto bencana alam, kriminalitas, perang, dan perjuangan untuk hidup lebih baik.
b. Seks-roman, cinta, dan benci
Ketertarikan manusia terhadap roman, perjuangan, perkawinan, atau perceraian sangat besar. Foto yang menampilkan sosok bayi mempunyai daya tarik emosional yang kuat, karena merupakan gabungan dari daya tarik pada romantisme, seks, dan keinginan untuk hidup.
c. Ambisi
Keinginan untuk menjadi yang utama, mendapat kekuasaan, atau menjadi orang penting dalam suatu lingkungan akan selalu menarik untuk di sajikan. Misalnya foto calon kepala daerah saat berkampanye.
d. Escape
Dalam hidup, manusia selalu mencari perubahan, petualangan, kesenangan, kemewahan, yang mana manusia akan mendapatkan penghargaan dalam eksistensinya.
2. Menghasilkan gambar tunggal dari suatu peristiwa.
2.1 Peristiwa ditampilkan dengan menggunakan kaidah jurnalistik meliputi 5W 1H (who, what, when, where, why, dan how).
Editor majalah Life Wilson Hicks yang mengatakan bahwa unit dasar dari foto jurnalistik adalah foto tunggal dengan teks yang menyertainya yang disebut single picture. Foto tunggal bisa berdiri sendiri, bisa pula menyertai suatu berita atau features.
Tugas seorang foto jurnalis, tidak hanya memotret belaka. Ada tiga pekerjaan pokok yang harus dilakukan oleh seorang foto jurnalis yaitu; Memotret, Menulis, Memilih dan Menyimpan.
Sehingga tidak heran jika naluri seorang foto jurnalis sangat tajam, ketika membaca berbagai macam persoalan yang dihadapi.
Sebuah karya foto bisa dikatakan memiliki nilai jurnalistik jika memenuhi syarat jurnalistik yaitu memenuhi kreteria 5 W dan I H (What, Who, Why, When, Where dan How). “What” atau apa yaitu peristiwa apa yang sedang terjadi. “Who” Siapa yang menjadi objek dalam peristiwa tersebut.
“Why” kenapa, latar belakang atau penyebab terjadinya suatu peristiwa. “When” yaitu kapan peristiwa itu terjadi. “Where” adalah tempat dimana suatu peristiwa itu terjadi. dan “How” yaitu seperti apa proses terjadinya suatu peristiwa itu dan bagaimana penyelesaiannya.
Gambar 2.1 Foto tunggal jurnalistik
Workshop UGM - Jakarta, 29/6, Workshop on Religion and Gender In Indonesia yang diselenggarakan ICRS (Indonesian Consortium for Religious Studies) program Doctoral untuk kelas Internasional Universitas Gajah Mada diselenggarakan di Hotel Cipta, Jakarta, Rabu 6 Juni 2012, workshop tahun ini terkait dengan penelitian terkait “Dakwahtainment” yang di lakukan oleh para penceramah pada umumnya yang sering muncul di layar TV. Kali ini dikhususkan penceramah Mamah Dedeh yang sering berdakwah di stasiun TV Indosiar maupun ANTV,
kegiatan ini diselenggarakan guna mengetahui fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat mengenai manfaat dakwahtainment khususnya bagi pengajian kaum ibu di tanah air. FOTO ICRS Media/Tim Media/workshop juni/DSC 0014/2012.
Keterangan :
Hotel Cipta, Jakarta, 28/06 – Workshop UGM Yogyakarta = keterangan, tanggal foto, serta judul foto
1. ICRS-UGM Yogyakarat = who
2. Workshop ( Workshop on Religion and Gender In indonesia) = what 3. Di Hotel Cipta , Jalan Sabang, Jakarta = where
4. Rabu = when
5. kegiatan ini diselenggarakan guna mengetahui fenomena social yang terjadi dalam masyarakat kali ini untuk mengetahui manfaat dakwahtainment khususnya bagi pengajian kaum ibu di tanah air = How
6. FOTO ICRS Media/Ikbal/Workshop juni/DSC 0014/2012 = data foto, yang dimuat dikoran internal, yang di buat oleh Tim Media dan sudah diedit dan dilepas oleh editor serta tahun penyiarannya.
2.2 Kebenaran suatu peristiwa direkam secara objektif.
Hal terpenting dari fotografi jurnalistik adalah nilai-nilai kejujuran yang selalu didasarkan pada fakta objektif semata. Selama proses pemotretan, jurnalis foto harus ingat bahwa ia wajib untuk mengutarakan kebenaran melalui fotonya, karena pemirsa bergantung pada kejujuran ini untuk memahami skenario yang ia gambarkan sepenuhnya. Foto diambill dengan ketat tanpa gangguan dari jurnalis foto, dan tanpa manipulasi selama fase pemrosesan. Beberapa orang berpendapat bahwa kehadiran seorang jurnalis foto bisa dianggap sebagai gangguan, tetapi dampak ini dapat diminimalkan melalui latihan dan waktu. Bahkan, beberapa jurnalis foto telah mengasah kemampuannya untuk menempatkan diri dalam latar belakang dengan baik sehingga subjek bahkan lupa bahwa mereka ada di sana.
Sebuah karya foto jurnalistik yang baik harus berdasarkan penilaian yang ketat. Penilaian terhadap foto tunggal bisa menggunakan kriteria sederhana, seperti disebutkan Frank Hoy dalam bukunya Photojournalism: The Visual Approach.
1. Kesegeraan. Sebagai bahasa visual, sebuah foto harus dapat secara cepat mengkomunikasikan sesuatu. Orang lain yang melihat foto itu harus segera mengerti pesan apa yang disampaikan.
2. Memancing emosi. Menurut John R. Whiting dalam bukunya, Photography is A Language, fotografi “seperti sebuah alat (untuk) mengungkapkan ide dan emosi.” Dalam hal ini, ujar Whiting, foto dapat menghasilkan perbedaan persepsi yang unik.
3. Menyajikan sudut pandang. Sebuah foto tunggal mengisolasi hanya satu sudut (bagian) dari sebuah peristiwa. Maka foto --yang memancing emosi masyarakat-- itu kemungkinan hanya sebuah fakta dari satu sisi peristiwa.
Ketiga poin tersebut membimbing fotografer jurnalistik untuk membuat foto peliputan yang dapat dimengerti penerima pesan (publik) secara sederhana dan dalam waktu singkat. Sebuah karya fotografi dikatakan efektif apabila ketika orang-orang melihatnya, mereka tidak perlu terlalu banyak menganalisis atau menimbang. Henri Cartier-Bresson mengatakan,“Memperhatikan sebuah foto dalam waktu lebih dari dua menit… itu terlalu lama.”
2.3 Keterangan gambar (caption) dibuat untuk melengkapi informasi yang belum ada.
Teks foto adalah kata-kata yang menjelaskan foto. Teks foto diperlukan untuk melengkapi suatu foto. Tanpa teks foto maka sebuah foto hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi dibaliknya.
Bila foto tersebut berasal dari luar, harus ditulis nama fotografernya atau sumber asal foto.
Dengan memberi keterangan seperti, dokumentasi pribadi atau nama instansi. Tanggal pemotretan : 2014/7/22 (penanggalan ini untuk mempermudah pengelolaan database foto anda).
Wajib diisi oleh setiap fotografer untuk keperluan dokumentasi. Karena dengan keterangan yang lengkap pengelolaan database foto akan lebih tertata. Selain itu akan memudahkan fotografer dalam mencari foto-foto yang pernah dibuat. Syarat-syarat teks foto :
1. Teks foto harus dibuat minimal dua kalimat
2. Kalimat pertama menjelaskan gambar. Kalimat kedua dan seterusnya menjelaskan data yang dimiliki,
3. Teks foto harus mengandung minimal unsur 5W + 1H, yaitu who, what, where, when, why dan how,
4. Teks foto dibuat dengan kalimat aktif sederhana (simple tense),
5. Teks foto diawali dengan keterangan tempat foto disiarkan, lalu tanggal penyiaran dan judul, serta diakhiri dengan tahun foto disiarkan serta nama pembuat dan editor foto.
3. Menghasilkan rangkaian gambar dari suatu peristiwa dan fotografi esai.
3.1 Subjek pemotretan ditentukan disesuaikan dengan tema yang telah dirancang.
Foto seri atau foto esai adalah foto-foto yang terdiri atas lebih dari satu foto tetapi temanya satu. Biasanya foto esai atau foto seri hadir di koran-koran atau majalah yang terbit untuk / pada hari minggu.
Kelebihan foto esai atau foto seri adalah lebih memudahkan pekerjaan fotografer dimana fotografer dapat menjelaskan suatu peristiwa dalam beberapa jepretan foto, bukan hanya dalam satu foto tunggal. Sementara kelemahannya foto seri atau foto esai ini dikerjakan dalam waktu yang relatif lebih lama.
Dalam dunia fotografi terdapat sebuah paradigma bahwa foto bukan diambil melainkan dibuat. Artinya, bagus tidaknya sebuah foto jurnalistik tergantung pada persiapan yang matang dan kerja keras, bukan pada keberuntungan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada foto yang merupakan hasil dari keberuntungan seorang yang berada di tempat dan waktu yang tepat. Tetapi seorang jurnalis profesional adalah seorang jurnalis yang melakukan riset terhadap subyek, mampu menetukan peristiwa potensial dan foto seperti apa yang akan mendukungnya. Itu semua sangat penting mengingat suatu momen hanya berlangsung sekian detik dan mustahil untuk diulang kembali. Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan kejadian yang berlangsung hanya dalam hitungan detik tersebut lewat karya fotonya.
Karya foto jurnalistik yang baik tidak hanya tergantung dari penguasaan teknik fotografi tapi juga kemampuan dan keahlian fotogrfer dalam menyesuaikan diri dengan berbagai kondisi saat gambar atau karya foto itu dibuat. Dengan penguasaan lapangan yang baik, fotografer akan tahu saat yang tepat untuk mengabadikan suatu peristiwa. Selain itu, dalam proses pembuatan foto jurnalistik akan sangat baik jika didukung dengan intelektualitas yang tinggi dari fotografer. Hal tersebut akan menghasilkan suatu karya foto jurnalistik yang mampu bercerita dan menyentuh perasaan bagi yang melihatnya, seolah-olah pembaca berada di tempat berlangsungnya peristiwa.
3.2 Peristiwa ditampilkan dengan menggunakan kaidah jurnalistik meliputi 5W 1H (who, what, when, where, why, dan how).
Ada banyak definisi esai foto yang penulis temukan di berbagai literatur dan pendidikan fotografi, namun penulis memilih tiga definisi yang cukup mewakili. Yang petama kita bisa berangkat dari definisi yang di peroleh dari situs Wikipedia yaitu
"A photo essay(or "photographic essay") is a set or series of photographs that are intended to tell a story or evoke a series of emotions in the viewer. Photo essays range from purely photographic works to photographs with captions or small notes to full text essays with a few or many accompanying photographs (foto esai merupakan set foto atau foto berseri yang bertujuan untuk menerangkan cerita atau memancing emosi dari yang melihat. Foto esai disusun dari karya fotografi murni menjadi foto yang memiliki tulisan atau catatan kecil sampai tulisan esai penuh yang disertai beberapa atau banyak foto yang berhubungan dengan tulisan tersebut)."
Dari definisi diatas, bisa diambil bahwa esai foto, selain harus mempunyai tulisan atau teks esai yang menjelaskan foto-foto tersebut, esai foto haruslah menyampaikan suatu cerita yang kuat dan mampu membawa emosi dari yang melihat. Hal ini dikarenakan dalam esai foto yang fotografer akan menyampaikan pandangannya mengenai hal yang diangkat menjadi esai foto tersebut. Sehingga foto-foto tersebut menjadi sebuah rangkaian cerita yang kuat.
Arbain Rambey (Fotografer Senior Harian Kompas) menyampaikan definisi esai foto dalam salah satu tulisannya yaitu "Menceritakan sesuatu dengan beberapa foto serta esai punya ikatan antar foto yang kuat. Ibarat novel, satu foto dengan foto yang lain punya ikatan alur dan urutan seperti bab-bab dalam sebuah buku. Ada cerita yang mengalir dalam sebuah esai foto." Dari definisi itu bisa ditemukan bahwa dalam sebuah esai foto, ikatan antar foto haruslah sangat kuat, sehingga alur cerita esai foto itu tetap fokus dan tidak melebar kemana-mana.
3.3 Rangkaian gambar ditentukan agar sesuai dengan tema.
Bisa saja kita memotret suatu acara dan menghasilkan suatu foto yang kuat secara tunggal.
Namun apabila tidak didukung tema yang kuat, foto-foto tersebut tidak dapat dirangkai. Sehingga tema merupakan sebuah keharusan dalam membuat suatu esai foto. Bagi seorang pewarta foto untuk mendapatkan foto berita yang bagus dan banyak terkadang harus melakukan sebuah perjalanan maupun informasi yang diterima. Sumber informasi dapat diperoleh melalui beberapa sumber antara lain :
1. Agenda
2. Memonitor frekuensi radio 3. Undangan press release 4. Menghubungi contact person 5. Melalui media
6. Bekerjasama dengan rekan 7. Internet
Hal yang dilakukan di pewarta foto di lokasi :
1. Observasi situasi, melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan hasil akhir foto yang diharapkan. Contoh : meninjau spot (lokasi) foto, memeriksa exposure, pencahayaan.
2. Mengumpulkan informasi, bertanya seputar kegiatan/peristiwa dengan dasar 5W1H dengan maksud agar menstimulasi otak untuk memunculkan ide/konsep foto dan mereka- reka pergerakan saat pengambilan gambar.
3. Menentukan lokasi pengambilan foto dan alternatifnya.
4. Mempersiapkan alat utama (kamera) dan alat tambahan (flash, trigger, battrey, lensa, raincoat, dll).
5. Posisi pemotretan, pada area paling dekat dengan lokasi utama/tempat kejadian
6. Pengambilan foto, 1 s/d 5 foto, dengan format foto – horizontal (landscape) atau Vertical (potrait)
7. Meminta ijin, kepada objek foto atau orang sekitar yang berwenang, sebagai dasar hukum dalam melakukan tugasnya.
8. Ikuti aturan dan berhati-hati.
3.4 Peralatan ditentukan dengan tepat.
Dalam fotografi jurnalistik, peralatan yang wajib selain kamera adalah lensa. Lensa diperlukan fotografer tergantung berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, seperti contohnya fotografer sport akan memerlukan semua jenis lensa dari lensa tele sampai wide-angle yang extrim.
Tetapi bagi yang mengerjakan proyek dokumenter dalam jangka panjang dalam situasi yang intim menggunakan peralatan ynag sederhana, biasanya cukup lensa 35mm, 50mm dan lensa 28mm
pada saat mereka perlu memotret lebih ketat karena keterbatasan waktu.
Secara teknis, penerapan teori dan teknik fotografi dalam foto jurnalistik mutlak dibutuhkan untuk hasil yang sempurna. Melalui proses pemotretan, pesan sebuah foto jurnalistik sudah dapat dibentuk. Setelah proses pemotretan, sebuah foto jurnalistik harus melewati tahap editing. Pada tahap inilah pemilihan dan penyuntingan foto jurnalistik dilakukan oleh redaktur.
Kebijakan redaksilah yang menentukan kelayakan sebuah foto jurnalistik untuk bisa dimuat dalam surat kabar. Melalui proses editing inilah dihasilkan suatu berita yang layak tampil dalam sebuah surat kabar yang tentu saja mengandung pesan bagi masyarakat pembaca.
3.5 Peristiwa ditampilkan dengan menggunakan kaidah EDFAT (Entire, Detail, Frame, Angle, and Time).
Dalam dunia fotografi jurnalistik dikenal metode Entire Detail Frame Angle Time atau disingkat EDFAT. Metode tersebut diperkenalkan oleh Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University. EDFAT adalah metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam. Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sesuatu proses dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa bernilai berita.
a. Entire
Entire adalah suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa.
Dikenal juga sebagai established shot, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau bentuk penugasan lain untuk mengintai bagian-bagian untuk dipilih sebagai objek.
b. Detail
Detil adalah suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pemandangan terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai point of interest.
c. Frame
Frame adalah suatu tahap dimana pewarta foto membingkai suatu detil yang telah dipilih.
Fase ini mengantar pewarta foto ke komposisi, pola tekstur dan bentuk subjek pemotretan dengan akurat.
d. Angle
Angle adalah tahap di mana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan, level mata kiri, mata kanan dan cara melihat. Fase ini penting untuk mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan.
e. Time
Time adalah penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan atas keempat tingkat yang telah disebutkan sebelumnya. Pemotretan teknis atas keinginan membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruangan suatu event atau kondisi visual bernilai berita dengan cepat dan lugas.
Dalam fotografi jurnalistik, terdapat lima elemen foto.
1. Teknis ; dalam fotografi jurnalistik, semua kejadian terjadi dengan cepat. Elemen teknis fotografi dalam jurnalistik sebaiknya di-auto-kan supaya tidak kehilangan moment.
Elemen teknis adalah satu-satunya elemen yang dapat diotomatiskan.
2. Posisi ; sudah jelas ya apakah posisi kita menguntungkan untuk mendapatkan objek yang baik atau tidak.
3. Komposisi ; apa yang ada di dalam foto yang (berhasil) kita jepret. Arbain Rambey berkata bahwa Foto yang kuat adalah foto yang tidak kekurangan data dan kelebihan data.
4. Moment ; moment mungkin dipengaruhi sedikit ke-hoki-an juga ya.. Apakah kita tepat disana saat moment terjadi, apakah kita cepat siap kamera saat meoment terjadi. Oleh karena itulah Arbain Rambey sering men-set kameranya dengan Auto jika sedang meliput.
5. Rasa ; apa yang kita rasakan saat melihat mampu kita sampaikan secara fotografi kepada orang-orang yang melihat foto. Sering-seringlah melihat foto yang baik agar rasa (feeling) kita terasah.
3.6 Narasi dan keterangan gambar (caption) dibuat untuk melengkapi informasi yang belum ada.
Narasi atau caption atau teks foto adalah sebuah keharusan dalam membuat suatu esai foto.
Karena tanpa narasi, suatu esai foto akan menjadi tidak kuat bahkan akan bisa menjadi sulit dimengerti maknanya oleh yang melihat. Teks foto atau narasi adalah kata-kata yang menjelaskan foto. Teks foto diperlukan untuk melengkapi foto, bertujuan untuk menghilangkan salah tafsir dalam melihat foto.
Teks foto dibagi menjadi dua, yaitu caption penuh dan caption singkat dan ditujukan untuk pembaca yang berbeda. “Gambar segera mengirimkan pesan, namun kata-katalah yang membentuk dan memberikan fokus pada pesan tersebut. Kata-kata mempunyai fungsi yang penting dalam komunikasi.”Disimpulkan dari berbagai riset dan studi oleh Kenneth Kobré, “PHOTOJOURNALISM: The Professionals’ Approach”. Fungsi caption :
1. Menghindari keraguan dan misinterpretasi atau multi-interpretasi.
2. Mengarahkan pembaca pada elemen yang dikehendaki fotografer.
3. Menambah informasi yang tidak dapat dikirim melalui sebuah gambar (nama, umur, asal-usul, alamat, dsb).
Rangkuman
Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan pada saat melakukan pemotretan suatu peristiwa untuk bahan pemberitaan. Proses ini meliputi identifikasi dasar-dasar pemotretan peristiwa dan dalam menghasilkan gambar tunggal dari suatu peristiwa.
Latihan Soal
1. Penilaian terhadap foto tunggal bisa menggunakan kriteria sederhana, seperti disebutkan Frank Hoy dalam bukunya Photojournalism: The Visual Approach, kecuali..
a. Kesegaran
b. Memancing Emosi
c. Menyajikan Sudut Pandang d. Mudah dijangkau
2. Fotografi dalam bidang jurnalistik, memiliki kriteria dasar agar layak mendukung sajian berita dan memancing minat khalayak untuk makin tertarik mengonsumsi konten berita.
Memiliki 4 prinsip dasar, kecuali....
a. Jujur tanpa rekayasa
b. Mengandung banyak informasi c. Menarik banyak perhatian d. Mengandung banyak gambar
3. Apa kepanjangan dari EDFAT...
a. Entire Detail Frame Angle Time b. Entire Day Frame Angle Time c. Entire Detail From Angle Time d. Empire Detail Frame Angle Time
4. Sebuah sajian foto tentang manusia (orang) yang menjadi sorotan di sebuah berita disebut...
a. Spot News
b. People in the News c. Sosial & Environment d. Daily life
5. Untuk dunia jurnalistik sendiri produksi foto terbagi kedalam empat fungsi, kecuali....
a. Hard News b. Soft News c. Ilustratif d. Potrait
Soal Essay
1. Jelaskan yang dimaksud dengan fotografi jurnalistik!
2. Jelaskan metode EDFAT dalam fotografi jurnalistik!
3. Jelaskan yang dimaksud Spot News, Sosial & Environment dan Daily life!
4. Jelaskan Fungsi Caption dalam fotografi!
5. Sebutkan & Jelaskan 5 Elemen foto!
Studi Kasus
Coba anda buat beberapa foto jurnalistik dengan tempat pemotretan di tempat umum (jalan raya, terminal, stasiun, dsb), kemudian analisislah dan jelaskan hukum/etika apa sajakah yang anda jadikan pedoman dalam pengambilan foto jurnalistik tersebut.!
MERANCANG KARYA FOTOGRAFI ILUSTRASI
Objektif :
1. Mengidentifikasi informasi dan karakteristik desain yang dibutuhkan untuk pengembangan konsep fotografi ilustrasi.
2. Membuat karya tematik dengan tujuan tertentu.
1. Mengidentifikasi informasi dan karakteristik desain yang dibutuhkan untuk pengembangan konsep fotografi ilustrasi
1.1. Karakteristik desain diidentifikasi yang memiliki segmentasi dan gaya yang menentukan tipikal suatu konsep fotografi ilustrasi
Ilustrasi dipergunakan untuk memperjelas pesan. Ilustrasi dapat membantu retensi, yaitu memudahkan pembaca untuk mengingat konsep atau gagasan yang disampaikan melalui ilustrasi.
Ilustrasi menghemat tempat penyajian sebab ilustrasi dapat menyajikan suatu konsep yang rumit dan luas dalam ruang/tempat yang terbatas. Ditinjau dari fungsinya, ilustrasi memiliki tiga fungsi yaitu deskriptif, ekspresif dan analitis.
Ilustrasi berfungsi deskriptif, yaitu menggantikan uraian tentang sesuatu secara verbal dan naratif dengan menggunakan teknik yang tepat. Uraian verbal dan naratif tersebut tidak efisien karena memerlukan ruang yang cukup banyak dan kurang efektif karena menyita perhatian pembaca pada bagian itu saja. Seringkali deskripsi verbal dan naratif yang panjang dapat menimbulkan salah persepsi bagi pembaca. Ilustrasi dapat dimanfaatkan untuk melukiskan sesuatu sehingga lebih cepat dipahami.
Ilustrasi berfungsi ekspresif, yaitu memperlihatkan dan menyatakan suatu maksud, gagasan, perasaan, situasi atau konsep yang abstrak menjadi nyata secara tepat dan mengena sehingga mudah dipahami. Suasana, proses, mimik seseorang dan komposisi benda dapat diperlihatkan melalui ilustrasi.
Ilustrasi berfungsi analitis, yaitu dapat menunjukkan rincian bagian demi bagian dari suatu benda, sistem atau proses secara detail, sehingga lebih mudah untuk dipahami. Tahapan - tahapan dalam suatu proses dapat lebih jelas diperlihatkan melalui ilustrasi dibanding narasi.
26
Jika kita bandingkan karakteristik foto jurnalisme dengan foto ilustrasi, yaitu foto jurnalisme menekankan pada salah satu unsur 5 W + 1 H (What, Where, When, Who, Why dan How). Sedangkan foto ilustrasi menekankan pada: Pesan apa yang ingin disampaikan dalam informasi sensual tersebut? Nah kalau sudah begini, berarti foto jurnalisme mengikuti salah-satu karakteristik berita jurnalisme, yaitu objektif. Dalam arti, foto jurnalisme hanya ingin menyampaikan peristiwa berita saja. Sebaliknya foto ilustrasi bersifat subyektif. Maksudnya, dalam foto ilustrasi termuat keinginan seseorang untuk menafsirkan informasi sensual. Seseorang di sini bisa saja pembuat ilustrasi, redaktur atau siapapun yang mempunyai kuasa menyandingkan foto ilustrasi ke dalam informasi sensual.
Lebih jauh lagi, obyektif dalam foto jurnalisme berarti mengandung ada kesamaan antara pembuat foto dengan penikmat foto dalam menafsirkan peristiwa berita dalam foto. Sedangkan subyektif dalam foto ilustrasi berarti, ada semacam pendiktean seseorang yang menaruh foto ilustrasi kepada pembaca atau penikmat foto untuk menafsirkan pesan apa yang ingin disampaikan dalam informasi sensual tersebut? Namun ingat pendiktean tersebut hanya sebatas pada visualisasi teks, artinya ada semacam penafsiran lagi di kepala pembaca yang mungkin berbeda dengan visualisasi teks. Maka dari itu, foto ilustrasi benar-benar bersifat subyektif.
Dampak lebih lanjut mengenai perbedaan antara foto jurnalisme dengan foto ilustrasi adalah, mengenai manipulasi foto (baik manipulasi digital seperti merubah komposisi foto dengan Photoshop maupun manipulasi di saat memotret).
1.2. Informasi kunci yang akan digunakan dalam pengembangan konsep dicari dan dikumpulkan
Foto ilustrasi adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik fotografi, yang lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang dimaksud dari pada bentuk. Tujuan Foto ilustrasi adalah untuk menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi, atau informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih mudah dicerna.
Fungsi khusus Foto ilustrasi antara lain:
Memberikan bayangan setiap karakter di dalam cerita
Memberikan bayangan bentuk alat-alat yang digunakan di dalam tulisan ilmiah
Memberikan bayangan langkah kerja
Mengkomunikasikan cerita.
Menghubungkan tulisan dengan kreativitas dan individualitas manusia.
Memberikan humor-humor tertentu untuk mengurangi rasa bosan.
Dapat menerangkan konsep.
Konsep fotografi adalah sebuah ide dasar yang dapat dikembangkan menjadi sebuah karya foto dan dapat menceritakan maksud serta tujuan dari sebuah foto. Maka dari itu, penting sekali untuk memiliki sebuah konsep dalam sebuah foto.
Dengan mengetahui konsep seperti apa yang mau akan diambil, tentu sangat memudahkan fotografer sehingga terhindar dari kesalahan. Di bawah ini terdapat beberapa konsep fotografi ilustrasi pada umumnya:
1. Tempo Dulu
Sempat terlintas mengambil konsep yang satu ini? Konsep tempo dulu atau masa lalu ternyata masih banyak digemari oleh para fotografer. Umumnya hasil akhir menggunakan warna hitam putih atau sephia untuk lebih mendukung suasana tempo dulu. Namun, banyak para fotografer pemula yang lupa mengikutsertakan properti. Padahal seperti masalah pakaian, properti lainnya menjadi alat pendukung dari konsep yang satu ini.
2. Imajinasi
Seorang fotografer biasanya dapat memunculkan ide dari imajinasinya, seperti apa yang dia lihat dari referensi fotografi ilustrasi. Bisa juga datang dari melihat fenomena-fenomena sosial, dan banyak lainnya. Namun, sebaiknya saat akan mengambil konsep fotografi ini kamu menggunakan studio dengan bantuan artificial light dan melakukan photo editing.
Maka maksimalkan imajinasi yang kamu miliki.
3. Vintage
Konsep yang satu ini masih sangat menarik untuk diambil. Manfaatkan lokasi yang jarang dikunjungi orang. Kamu bisa mencari lokasi yang terkesan vintage, seperti lokasi yang bernuansa tahun ’80-an, misalnya jembatan penyeberangan yang jarang digunakan orang.
Konsep yang satu ini juga harus memperhatikan outfit yang kamu kenakan. Sesuaikan konsep dengan pakaian untuk hasil yang sempurna.
4. Glamour
Konsep yang satu ini mengombinasikan pencahayaan, make up, dan sentuhan brush untuk menghasilkan sebuah karya yang unik sekaligus sisi romantis, dramatis, bahkan sensual dari sebuah objek. Namun, sepertinya konsep yang satu ini belum bisa dijangkau oleh fotografer pemula. Jangan lupa untuk melakukan photo editing untuk yang satu ini, mulai dari koreksi warna, penambahan elemen, hingga memberikan sentuhan brush agar gambar terlihat lebih hidup.
5. Siluet
Untuk kamu yang masih tahap pemula dalam fotografi seperti konsep yang satu ini bisa kamu lakukan. Siapkan sebuah model yang bisa melakukan pose yang menunjukkan bentuk badannya sendiri (sebaiknya bagian wajah tak perlu menghadap kamera). Dan tak usah memikirkan bagaimana kostum yang digunakan karena hal itu tak menjadi penting dalam konsep siluet.
1.3. Materi dan informasi yang telah dikumpulkan diseleksi dan dipilih sesuai kebutuhan Untuk menghasilkan foto yang bagus dan benar, tidak semudah kita menekan tombol kamera. Bahkan untuk menghasilkan selembar swafoto sesuai keinginan, kita bisa melakukan sekian puluh jepret sebelumnya. Apalagi jika foto yang kita ambil adalah foto yang tidak dapat diulang atau di luar ruang. Pernikahan, festival, final lomba, atau tendangan pinalti penentu pertandingan misalnya. Fotografer dan tim harus merencanakan sedemikian detil hingga alat dan kebutuhan pemotretan siap saat diperlukan.
Foto luar ruang sangat bergantung dengan cuaca. Untuk itu, informasi perkiraan cuaca dan perlengkapan luar ruang perlu dipersiapkan. Meskipun cuaca di pagi hari cerah, jika akan melakukan pemotretan luar ruang, payung, terpal, atau penutuppenting dibawa. Jangan lupa, alat dan perlengkapan pemotretan sensitif terhadap beberapa kondisi seperti basah atau debu. Karena itu, pelindung alat dan perlengkapan harus berada pada daftar kebutuhan pemotretan. Lebih baik juga membawa cadangan alat dan perlengkapan pemotretan. Sehingga, jika terjadi kerusakan teknis pemotretan tetap bisa dilakukan dengan alat cadangan.
Waktu pemotretan yang direncanakan bisa berubah atau diperpanjang. Jika objek foto sakit, tidak ditemukan, atau cuaca tidak mendukung, misalnya. Oleh karenanya, lakukan riset untuk mendapatkan informasi terbaik demi membuat waktu pemotretan efektif dan efisien.
Pemotretan juga bisa dilakukan dalam beberapa agenda. Misalnya foto pernikahan yang memunyai serangkaian prosesi, rangkaian babak pertandingan, atau proses fenomena alam. Bisa saja peristiwa tersebut terjadi beberapa hari bahkan minggu. Tentu diperlukan persiapan akomodasi khusus untuk membuat semua hasil foto maksimal. Persiapkan akomodasi untuk makan, tinggal, transportasi fotografer dan tim. Tidak ketinggalan, akomodasi untuk menjaga, merawat, mengisi daya, hingga media penyimpanan berkas foto.
Format foto digital memudahkan penyimpanan dan penggandaan foto. Sekali tersimpan, foto bisa digandakan dan dibagi dalam beberapa media. Keunggulan media penyimpanan internet misalnya, melindungi berkas foto digital dari hujan atau kebakaran. Kelemahannya, akan mudah terhapus atau diedit sehingga rawan menghilangkan originalitas foto.
2. Membuat karya tematik dengan tujuan tertentu 2.1. Tema tertentu dijadikan gagasan ilustrasi
Konsep merupakan penataan jalan pikiran yang terencana. Konsep dalam fotografi berarti merancang sebuah pengambilan gambar dengan penataan jalan pikiran yang sistematis. Tujuan utama implementasi konsep adalah mendapatkan hasil foto optimal sesuai dengan perencanaan.
Tentu hal tersebut sangat bergantung pada tujuan foto itu dibuat dan digunakan. Implementasi konsep dimulai dari pilihan subjek yang difoto, properti yang dipakai, dan lingkungan sebagai background pendukung. Hal tersebut bermakna menciptakan foto atau making a photo terhadap realitas yang dikonstruksi.
Makna konsep dalam fotografi tidak terkait dengan genre fotografi. Konseptual bermakna penggunaan konsep dalam perencanaan, seperti istilah commercial photography maupun advertising photography. Penyebutan tersebut berkaitan dengan unsur komersial sehingga foto pre wedding bisa jadi komesial dan still life. Selain itu, model bisa menjadi fotografi komersial.
Foto fashion maupun still life photography ( fotografi tentang objek yang menekankan komposisi, bentuk, dan lighting) bisa juga menjadi bagian conceptual photography. Jadi konseptual terkait dengan konteks gagasan dan pilihan tema. Konsep diawali dari gagasan ide yang dituangkan didalam sketsa maupun pikiran. Ada bermacam pendapat tentang konsep. Yakni, (1) konsep yang tertuang dalam sketsa dan (2) konsep yang terdapat dalam frame thinking. Kadang, konsep dalam frame thinking belum disebut sebagai konsep. Namun, jika mengacu pada gagasan korelatifnya, hal tersebut tetap dianggap sebagai konsep.Tahap implikasi konsep meliputi hal yang
direncanakan, lantas dituangkan dalam bentuk draft gambar. Lantas itu diimplementasikan kedalam bentuk sketsa. Dari rancangan tersebut dilakukan previsualisasi maupun tanpa pengambilan awal. Setelah itu, apa yang direncanakan dibandingkan dengan hasil akhir yang diingkan.
Apakah konsep itu diperlukan setiap akan memotret? Penuangan konsep melalui sketsa sangat dibutuhkan dalam dunia fotografi jenis still life, life style, portrait, art photography, fashion maupun foto iklan. Bahkan, dalam dunia jurnalistik untuk kategori portraiture, konsep itu juga diperlukan konsep. Sosok dengan environment tetap menonjolkan subjek dan masih terkait dengan latar belakang dirinya.Pemahaman konsep kedua adalah konsep yang tersusun dalam pikiran.
Konsep tersebut tidak harus dituangkan dalam sketsa, draf, atau desain. Feeling atau insting pemotretan tidak termasuk. Foto spontan dan tidak terencana tetap tidak termasuk foto terencana.
Itu berbeda dengan pengambilan yang dilakukan dengan perhitungan dan pertimbangan.
Yang terpenting dalam fotografi konseptual adalah penentuan tema. Pemilihan ide, subjek, lokasi dan properti merupakan bagian terpenting dari konseptual fotografi. Ketika tema ditentukan, konvergensi lebih terfokus pada satu hal. Komplikasi kebaruan dan kekinian bisa menjadi unsur kreativitas. Tingkat kreativitas merupakan kekuatan dalam fotografi konseptual. Berikut adalah beberapa tahapan untuk fotografi konseptual.
1. ide atau gagasan 2. penentuan lokasi 3. pilihan model 4. pelaksanaan
5. tim rias dan perlengkapan 6. penyediaan properti
7. busana yang dikenakan subjek 8. pengambilan angel
9. tata letak lighting 10. evaluasi hasil 11. pemotretan kembali
2.2. Pemotretan dan pengolahan gambar dilakukan sesuai tema
Data yang harus dirumuskan sejak awal persiapan adalah jenis dan tema foto. Apakah akan membuat foto pemandangan, komersial, atau olahraga. Apalagi jika foto tersebut dibuat untuk sebuah lomba atau pesanan konsumen. Sebuah jenis foto, seperti dijelaskan di unit sebelumya, tentu memunyai tujuan, maksud, penilaian, dan karakter tertentu. Unsur-unsur tersebutlah yang harus dirumuskan strategi komunikasinya dalam sebuah foto.
Misalnya, ketika sebuah keluarga yang terdiri dari kakek, nenek, ayah, ibu, dan seorang cucu ingin memunyai family potrait. Fotografer dan tim memahami tujuan foto keluarga adalah sebagai representasi keharmonisan, kebahagiaan, kebersamaan, dan keintiman. Apakah lebih baik mengatur properti layaknya ruang makan, kamar tidur, kantor, atau taman? Apakah sebaiknya memakai baju formal, santai, atau piyama? Apakah diberi perlengkapan sesuai pekerjaan, hobi, atau justru hanya menunjukkan aktifitas bercakap-cakap? Apa kesan dari sebuah pengaturan tempat, properti, dan ekspresi? Itulah yang harus didiskusikan fotografer bersama konsumen.
Lebih enting lagi, mampu menyiratkan makna keluarga sesuai definisi dan karakter konsumen.
2.3. Teknis dan pengolahan fotografi ilustrasi ditentukan dengan tepat
Seorang fotografer tidak bisa memaksakan kehendak, mengindahkan saran orang lain, atau menutup diri dari perkembangan teknologi dan selera pasar. Salah satu cara untuk mengetahui tanggapan orang lain adalah melalui presentasi. Misalnya, sebelum mengirimkan hasil foto untuk lomba, presentasi dan mintalah pendapat teman. Atau ketika akan melakukan pemotretan, presentasi dan tanyakan pendapat konsumen. Dalam format digital, fotografer lebih mudah melihat hasil foto langsung setelah jepretan. Ia bisa menunjukkan hasil pada konsumen, bahkan sebelum pemotretan berakhir.
Diskusikan pada konsumen apakah hasil foto sudah sesuai kebutuhan dan keinginan mereka. Mungkin dari segi teknis, fotografer lebih menguasai. Namun karena konsumen memiliki kepentingan dan mungkin selera tertentu, maka diskusi penting dilakukan semua pihak. Fotografer bisa menjelaskan efek tertentu secara teknis sebuah pengambilan foto. Untuk menjelaskan pada konsumen yang awam, presentasi bisa lebih mudah menggunakan alat peraga, dipraktekkan, atau dengan menunjukkan referensi foto lain.
Gambar 26.1 Hasil Advertising fotografi
Rangkuman
Unit ini mendeskripsikan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam membuat karya fotografi ilutrasi yang dimanfaatkan untuk kebutuhan desain grafis. Pekerjaan yang dilakukan dengan mengidentifikasi informasi dan karakteristik desain yang dibutuhkan untuk pengembangan konsep fotografi ilustrasi dan membuat karya tematik dengan tujuan tertentu.
Soal Latihan
1. Bagaimana membuat konsep fotografi yang baik, kecuali?
A. Membuat Rundown kegiatan B. Pembagian tugas yang jelas C. Membuat timeline
D. Menyiapkan dana
2. Sudut padang apa yang digunakan dalam fotografi ilustrasi dengan fotografi berita?
A. Subyektif dan Objektif B. Obyektif dan Subyektif
C. Subyektif dan Pandangan ketiga D. Objektif dan Pandangan ketiga
3. Bagaimana Anda mengatasi konsep yang tidak dapat direalisasikan?
A. Menyingkirkan konsep tersebut B. Menyediakan konsep cadangan C. Memberikan kepada orang lain D. Membuat konsep baru
4. Warna apa yang cocok untuk digunakan dalam konsep fotografi dengan feminism?
A. Pink B. Hijau C. Kuning D. Hitam
5. Apa yang membedakan tema dan konsep?
A. Tema adalah roh dari suatu projek, konsep adalah hal yang dapat terlihat bentuknya B. Konsep adalah roh dari suatu projek, tema adalah hal yang dapat terlihat bentuknya C. Tema lebih penting dari pada konsep
D. Tema memberikan gambaran umum, konsep memberikan gambaran khusus
6. Dalam tema feminism, jika sudut angle yang dipakai adalah low dan high angle pesan apa yang tersirat?
A. Low angle dilakukan untuk memberikan pesan mewah / angkuh dan high angle dilakukan untuk memberikan pesan sedih /tertindas
B. High angle dilakukan untuk memberikan pesan mewah / angkuh dan Low angle dilakukan untuk memberikan pesan sedih/tertindas
C. Pesan romantis
D. Pesan yang masih menunjukkan keraguan
7. Apa yang harus dilakukan jika ada tema yang dibuat tidak sesuai dengan kebutuhan klien?
A. Memutus hubungan kerja
B. Memberikan tema lainnya yang sudah dibuat C. Mencari tema baru
D. Melakukan penelitian konsumen
8. Langkah-langkah apa yang harus dipersiapkan sebelum mengeksekusi sebuah tema pemotretan, kecuali?
A. Mempersiapkan Konsep
B. Mempersiapkan Peralatan dan Objek Pemotretan C. Membuat rundown kerja
D. Mencari tema
9. Bagaimana caranya agar pemotretan berjalan dengan efektif dan efisien?
A. Mengambil sekali gambar B. Melakukan dengan cepat C. Mengikuti tema dan konsep D. Menyuruh orang lain
10. Apa bedanya melakukan pengambilan gambar dengan tema dan autodidak?
A. Pengambilan dengan tema lebih terstruktur dibandingkan yang autodidak B. Autodidak lebih cepat selesai dibandingkan dengan tema
C. Autodidak lebih kreatif D. Terstruktur lebih kaku
Soal Essay
1. Menurutmu, apa pentingnya pengetahuan dan teori dalam bisnis fotografi ?
2. Apa pentingnya seorang pekerja dalam industri fotografi mempunyai bakat dan rasa seni?
3. Rekayasa dan editing foto dalam beberapa jenis foto memang diperbolehkan. Jelaskan dan berilah contohnya.
4. Memelajari teori fotografi penting sebagai perencanaan strategi. Bagaimana menurutmu dengan penguasaan teknis fotografi ?
5. Untuk menghindari wanprestasi kesepakatan, apa yang kamu lakukan sebagai pekerja di industri fotografi ketika memiliki kerjasama dengan konsumen?
Studi Kasus
Suatu saat anda diminta melakukan pemotretan foto ilustrasi dengan tema “Food Fotografi” oleh sebuah Majalah Terkenal. Apa yang harus anda lakukan terhadap project tersebut?
Praktikum
Lakukanlah tahapan fotografi untuk menentukan, mengembangkan dan mengomunikasikan konsep kreatif yang akan digunakan dalam pengembangan karya fotografi ilustrasi “Food Gathering”.
Peralatan dan Perlengkapan yang Diperlukan
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk praktikum unit ini meliputi : 1. Perangkat presentasi
2. Skema atau diagram pekerjaan 3. Contoh karya fotografi
4. Kamera 5. Baterai
6. Media Penyimpan 7. Komputer
8. Software Editing 9. Printer
OLAH DIGITAL LANJUT
Objektif :
1. Mengidentifikasi Pengetahuan Olah Imaji Digital 2. Membuat Suatu Karya Tematik Olah Imaji Digital
1. Mengidentifikasi Pengetahuan Olah Imaji Digital 1.1. Perangkat Lunak Olah Imaji Digital
Imaji visual fotografi merupakan media rekam visual yang objektif dan representatif kebenarannya dalam merekam suatu realitas. Revolusi teknologi menyebabkan perubahan dari teknologi fotografi analog sebagai salah satu media yang menyatakan kebenaran atau bukti dan sebagai media yang representatif kebenarannya ke teknologi digital yang dapat memungkinkan untuk merekayasa gambar digital melalui perangkat lunak. Teknologi digital telah menjadikan kebenaran dalam sebuah foto tidak lagi absolut.
Penciptaan imajinasi visual fotografi ini dihasilkan dari suatu olah daya pikir manusia. Dalam proses tersebut dibutuhkan suatu kreativitas dari penggabungan imaji-imaji sebelumnya atau sekarang ini untuk diimajinasikan. Proses artistik imajinasi visual ini diciptakan dengan didasarkan pada artistik yang berdasarkan imajinasi, artistik berdasarkan imajinasi dan artistik didasarkan pada kombinasi antara kenyataan dan imajinasi. Penciptaan Imajinasi visual fotografi merupakan daya untuk mengonstruksi ataau menggabungkan kembali dari berbagai imaji-imaji atau foto secara imajinatif dan kreatif dengan persepsi yang menyertainya untuk menjadi imaji baru yang utuh, logis, dan mungkin terjadi dengan menggunakan teknik dan efek fotografi.
Proses mengonstruksi membutuhkan suatu kemampuan berimajinasi untuk menggabungkan dan menyatukannya untuk menjadi satu kesatuan (unity) yang utuh dalam satu permukaan gambar/imaji secara ekspresif dan imajinatif melalui proses estetis yang kreatif berdasarkan ciri personal penciptanya. Dengan demikian, hasil dari proses konstruksi tersebut sudah tidak tampak lagi imaji sebelumnya dan pemaknaannya sudah bergeser menjadi karya
27
imaji dengan pemaknaan baru. Diperkenalkannya digital imaging telah mengubah dunia fotografi untuk merekayasa imaji visual fotografi melalui perangkat lunak. Teknologi digital imaging telah mengubah fotografi sebagai media yang representatif kebenarannya menjadi tidak lagi absolut.
Imaji visual fotografi merupakan media untuk merekam suatu kebenaran visual yang dapat diterima oleh semua orang yang tidak pernah luntur oleh waktu dan dipelihara oleh waktu yang diuji menjadi suatu rekaman sejarah masa lalu dalam satu arah jarak tertentu dan dalam satu waktu tertentu, maka didapatlah imaji visual fotografi diam. Imaji visual fotografi mempunyai kekuatan untuk mereproduksi dan meniru alam semesta yang sedemikian sempurna sehingga tidak ada perbedaan antara keadaan alam semesta dengan tiruan dari hasil rekaman visual fotografi. Sifatnya sangat alami (natural) dan realistik/apa adanya. Jadi, momentum apa pun yang tertangkap oleh lensa kamera melalui framing mata sang pemotret itulah yang akan menjadi imaji visual fotografi.
Teknologi digital imaging membuat pencipta mempunyai kebebasan untuk mengimajinasikan dunia pada waktu yang akan datang dan diciptakan pada waktu sekarang dengan menggunakan foto-foto dokumentasi dari masa lalu. Penggunaan teknologi digital imaging memberikan kebebasan dan keleluasaan daya pikir, imajinasi, dan kreativitas untuk mengimplentasikan keinginan dan kemauan yang sesuai dengan imajinasi pencipta. Fotografi digital memiliki dua tahapan yang penting, yaitu menguasai teknik-teknik pemotretan dan menguasai teknik digital imaging untuk penyempurnaan hasil karya fotografi digital. Imajinasi visual fotografi diwujudkan dan diolah dengan digital imaging. Digital imaging merupakan evolusi dan inovasi film serta kamar gelapnya dalam dunia fotografi sebelumnya ke satuan pixel. Setelah evolusi tersebut seakanakan fotografi analog dikudeta komputer (digital imaging) sehingga proses penciptaan imajinasi visual fotografi sepenuhnya dibuat, diambil alih, dan dikontrol melalui komputer (Soedjono, 2006:17).
Di dalam konteks ini, fotografer bekerja memanipulasi dan merekayasa imaji visual fotografi melalui perangkat lunak. “Proses rekayasa digital pada penghadiran sebuah karya foto yang dapat dilakukan hampir tak terbatas. Apa yang pernah dilakukan oleh fotografi sebagai istilah
‘taking picture of reality’ dengan perkembangan teknologi digital ini telah berubah menjadi
‘creating picture of reality plus artificiality” (Soedjono, 2006:17).
1.2. Pengertian, Istilah dan Fungsi yang Digunakan dalam Olah Imaji Digital
Representasi imajiner yang realistis dalam bentuk karya imajinasi visual fotografi ini tidak tampak lagi gambar kolatif dan bentuk aslinya, yang tampak hanya dalam satu permukaan dalam kesatuan gambar atau bentuk. Penciptaan karya dari imajinasi visual ini fotografi ini menggunakan metode sandwiching, metode masking, metode asembling, metode montase, dan metode kolase sebagai berikut.
1. Metode sandwiching, adalah teknik yang menggabungkan dua atau lebih potongan fenomena imaji-imaji visual fotografi yang berbeda ke dalam satu imaji-imaji visual fotografi.
2. Metode masking adalah teknik yang hampir sama dengan sandwiching, perbedaannya hanya bila menggunakan masking akan menimbulkan efek-efek garis bayangan atau garis tipis pada suatu objek.
3. Metode asembling. Berasal dari kata asembling dari kata assembler yang berarti menyatukan sehingga metode ini merupakan penggabungan beberapa karya dengan berbagai media untuk menjadi satu kesatuan. Menurut Susanto (2011:38), asemblasi atau assemblage (Ing.) adalah teknik mengkreasi objek-objek karya seni dengan sistem mengkonstruksi, merakit atau mengkombinasikan berbagai media secara bersama-sama, biasanya dipakai dalam karya 3 demensi seperti patung, seni lingkungan atau seni instalasi.
4. Metode montase. Berasal montase dari kata monter yang berarti menyambung. Montase adalah (1) komposisi gambar yang menghasilkan dengan mencampurkan unsur-unsur dari berbagai sumber; (2) karya seni yang terjadi dari beberapa unsur; (3) gambar-gambar yang berurutan yang dihasilkan dalam film untuk melukiskan gagasan-gagasan yang berkaitan;
pemilihan dan pengaturan pandangan untuk pembuatan film (fotomontase) (Susanto, 264:2011). Pengertian lain montase adalah pencahayaan dengan enlarger (alat pembesar) terhadap beberapa negatif film untuk menghasilkan efek penambahan gambar (Nugroho, 2006:221). Kertas foto tidak perlu dipotong-potong untuk tujuan efek penambahan elemen gambar tersebut.
5. Metode kolase. Metode kolase berasal dari kata coller – melekatkan dan tempel. Kolase berasal dari bahasa Perancis “coller” yang berarti tempel, adalah teknik menempel suatu unsur seperti kertas koran, pita, gambar, maupun hasil karya seni lainnya ke dalam suatu bidang sehingga tercipta satu kesatuan karya (West, 1996:24). Jika dikaitkan dengan seni