• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MAYAT DALAM FATWA NAHDLATUL ULAMA (KAJIAN FILOSOFIS) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUKUM TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MAYAT DALAM FATWA NAHDLATUL ULAMA (KAJIAN FILOSOFIS) SKRIPSI"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

i

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar

Sarjana Hukum Pada Program Studi Perbandingan Madzhab Dan Hukum Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

Geraldy Fahreza Ruhendar NIM : 11150430000028

PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

HUKUM TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MAYAT DALAM FATWA NAHDLATUL ULAMA (KAJIAN FILOSOFIS)

Skripsi

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar

Sarjana Hukum Pada Program Studi Perbandingan Madzhab Dan Hukum Fakultas Syari’ah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

Geraldy Fahreza Ruhendar NIM. 11150430000028

Di Bawah Bimbingan

Dr. Muhammad Taufiki, S.Ag., M.Ag.

NIP. 196511191998031002

PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Hukum Transplantasi Organ Tubuh Mayat Dalam Fatwa Nahdlatul Ulama (Kajian Filosofis)” yang ditulis oleh Geraldy Fahreza Ruhendar, NIM. 11150430000028, telah diajukan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Pada tanggal ... Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum.

Jakarta, 25 Januari 2022

NIP. 197608072003121001

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH 1. Ketua : Hj. Siti Hanna. Lc., M.A.

NIP. 197402162008012013 2. Sekertaris : Hidayatullah, S.H.I., M.H.

NIP. 198708302018011002 (...)

3. Pembimbing : Dr. Muhammad Taufiki, S.Ag., M.Ag.

NIP. 196511191998031002

(...) 4. Penguji I : Dr. Afidah Wahyuni, M.Ag.

NIP. 196804082000022001

5. Penguji II : Fahmi Muhammad Ahmadi, M.Si.

NIP. 197412132003121002 (...)

(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Geraldy Fahreza Ruhendar

NIM : 11150430000028

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Agustus 1997

Prodi/Fakultas : Perbandingan Madzhab/Syariah dan Hukum

Alamat : Gg. Mushola Rt.04/19 Pitara Raya, Kec. Pancoran Mas Kota Depok

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan iini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia meminta sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 Januari 2022

GERALDY FAHREZA RUHENDAR NIM : 11150430000028

(5)

v ABSTRAK

Geraldy Fahreza Ruhendar, NIM 11150430000028. “HUKUM

TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MAYAT DALAM FATWA

NAHDLATUL ULAMA (KAJIAN FILOSOFIS)” Program Studi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021 M/1443 H. x + 57 Halaman + 3 Tabel.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian pustaka yang bertujuan untuk menganalisis fatwa Nahdlatul Ulama tentang Transplantasi Organ Tubuh Mayat pada putusan Muktamar ke-23 di Solo tanggal 24-29 Desember 1962 dan putusan muktamar ke-28 tanggal 26-28 November 1989 dalam kajian filosofisnya.

Skripsi ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode studi kepustkaan melalui pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti. Penelitian ini dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan kajian filosofis berdasarkan teori, serta hukum yang menjawab permasalahan dalam penulisan ini.

Hasil penelitian menyimpulkan, bahwa : pada putusan muktamar ke-23 di Solo, 24-29 Desember 1962 dan ke-28 tanggal 26-28 November tahun 1989, Nahdlatul Ulama berpendapat bahwa Transplantasi Organ Tubuh Mayat tidak boleh karena organ tubuh manusia merupakan hak Allah, bukan milik seseorang. Dasar hukum tersebut diperoleh dengan menggnunakan Orientasi dan metode ijtihad bahtsul masail yang lebih menekankan pendekatan kultural dengan memelihara nilai-nilai baru yang lebih baik, bersifat konservatif dan berusaha menyesuaikan dengan perubahan sosio-kultural masyarakat melalui penggunaan metode ijtihad qouly, ilhaqy, taqriry, dan manhajy.

Kata Kunci : Fatwa Nahdlatul Ulama, Kajian Filosofis, Transplantasi Pembimbing : Dr. Muhammad Taufiki, S.Ag., M.Ag.

Daftar Pustaka : Tahun 1980 s.d. Tahun 2019

(6)

vi

ميح ّرلا ّنمح ّرلا هاللَّ مسب KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur tak hentinya penulis sampaikan kepada Allah SWT berkat ridha, rahmat, hidayah serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hukum Transplantasi Organ Tubuh Mayat Dalam Fatwa Nahdlatul Ulama (Kajian Filosofis)”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

Salawat serta salam senantiasa penulis mohonkan kepada Allah SWT semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada segenap keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta umatnya yang kokoh dan setia mengikuti ajarannya sepanjang zaman. Mudah-mudahan kita termasuk kedalam bagian umat beliau yang akan mendapatkan syafaat pertolongan di hari kiamat, Aamiin.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa hasil penelitian ini selesai berkat bimbingan, dorongan, dan dukungan dari banyak pihak. Banyak sekali pihak yang sudah berkontribusi dan menjadi penyemangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Karlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Ibu Siti Hanna, Lc., M.A. selaku Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab, juga Bapak Hidayatullah, S.H.I., M.H. selaku Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab. Terima kasih atas waktu, tenaga dan ilmu yang diberikan. Semoga kesehatan, kemudahan dan keberkahan selalu menyertainya.

3. Bapak Dr. Muhammad Taufiki, S.Ag., M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan Inspirator bagi penulis. Terimakasih atas waktu, tenaga dan ilmu yang diberikan. Semoga kesehatan, kemudahan dan keberkahan selalu menyertainya.

(7)

vii

4. Dr. Supriyadi Ahmad, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik selama penulis menuntut ilmu di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

5. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis;

6. Pimpinan perpustakaan yang telah memberi fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan;

7. Teristimewa untuk keluarga penulis, Ayahanda Atot Ruhendar dan Ibunda Farra Sari Dewi serta kaka tercinta Gabriella Farida Wahdianti, S.Hum. Terima kasih atas semua doa, pengorbanan, jerih payah, serta dukungan atas semua cita-cita dan impian penulis. Juga ucapan terima kasih kepada Bapak Nurman, Umi Marsanih, S.Pd.I dan Putri Nurbaiti, S.K.M yang selalu memberikan semangat dan doa untuk penulis. Semoga kesehatan dan keberkahan selalu menyertai semuanya, tiada kata yang pantas selain doa yang selalu penulis panjatkan kepada Allah SWT;

8. Teman-teman angakatan 2015 Perbandingan Madzhabdan Hukum yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Bersama kalian hari-hari perkuliahan selalu menyenangkan, selamat berjuang menuju kehidupan yang sesungguhnya, menjadi masyarakat seutuhnya;

9. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Jakarta, 13 Oktober 2021

Penulis

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel. 1.1 Studi Review Terdahulu ...15 Tabel. 4.1 Sanad Abu Dawud ...50 Tabel. 4.2 Sanad Ibn Majah ...51

(9)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 11

A. Latar Belakang Masalah ... 11

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 14

1. Identifikasi Masalah ... 14

2. Pembatasan Masalah ... 14

3. Perumusan Masalah ... 14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15

1. Tujuan Penelitian ... 15

2. Manfaat Penelitian ... 15

D. Studi Review Terdahulu ... 15

E. Metode Penelitian ... 17

1. Jenis penelitian ... 17

2. Pendekatan Penelitian ... 18

3. Sumber Data ... 18

4. Teknik Pengumpulan Data ... 18

5. Analisis Data ... 18

6. Teknik Penulisan Skripsi ... 19

F. Sitematika Penulisan ... 19

(10)

x

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN

TUBUH MANUSIA ... 20

A. Pengertian Transplantasi ... 20

1. Definisi ... 20

2. Jenis-jenis Transplantasi ... 21

B. Sejarah Transplantasi ... 24

C. Tujuan Transplantasi ... 27

D. Prosedur dan Syarat Transplantasi ... 27

E. Transplantasi Organ Tubuh Menurut Majelis Ulama Indonesia ... 29

F. Kasus Transplantasi di Indonesia ... 31

BAB III FATWA NAHDLATUL ULAMA TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MAYAT... 33

A. Nahdlatul Ulama ... 33

B. Fatwa Nahdlatul Ulama Tentang Transplantasi Organ Tubuh Mayat 35 C. Mekanisme Penggunaan Dalil Al-Qur’an ... 42

BAB IV KAJIAN FILOSOFIS HUKUM TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MAYAT MENURUT NAHDLATUL ULAMA ... 45

A. Kajian Filosofis Fatwa Nahdlatul Ulama ... 45

1. Putusan Muktamar ke-23 di Solo ... 45

2. Putusan Muktamar di- Kaliurang Yogyakarta ... 46

B. Metode Ijtihad Fatwa Nahdlatul Ulama ... 47

1. Metode Ijtihad Nahdlatul Ulama ... 47

2. Dalil Yang Digunakan ... 50

BAB VPENUTUP ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(11)

11 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama wahyu terakhir yang diturunkan oleh Allah untuk umat manusia dan bersifat sempurna. Sebagai agama yang terakhir dan sempurna, islam membawa ajaran yang lengkap, mencangkup segala aspek kehidupan. Tidak satu pun aspek dari permasalahan hidup dan kehidupan umat manusia yang lepas dari perhatian islam. diantara aspek kehidupan yang sangat penting adalah kesehatan. Islam telah menetapkan dasar-dasar konsepsional sebagai pedoman bagi umatnya untuk meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan.1

Sehat berasal dari bahasa arab yaitu, ةحص – ًحصي – ًحص yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, cacat, atau nyata, benar sesuai dengan kenyataan.2 Secara umum berarti sehat adalah semua organ – organ serta syaraf – syaraf tubuh yang berfungsi dengan baik tidak ada penyakit yang hinggap ditubuh.

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan manusia karena dengan kondisi sehat, manusia bisa beraktifitas dengan sesama.

Sementara manusia adalah makhluk yang kompleks yang terdiri atas unsur fisik, sikis, sosial, dan spiritual. Maka manakala seseorang mengalami sakit tentunya harus dilakukan pemeriksaan dan penyembuhan secara menyeluruh.3

Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan organ dan jaringan tubuh yang berasal dari tubuh orang lain atau tubuhnya sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan organ atau jaringan

1Muhammad Hasbi. “Transplantasi Organ Tubuh Manusia dengan Organ Tubuh Babi Menurut Hukum Islam”, (Watampone: Jurnal Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), 2015), h. 1, t.d

2 Muhammad Hasbi. “Transplantasi Organ Tubuh Manusia dengan Organ Tubuh Babi Menurut Hukum Islam”, h. 1, t.d

3 Kaelany HD, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan. (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2005), h. 167

(12)

12

tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.4 Transplantasi organ tubuh manusia sudah menjadi hal biasa dalam kehidupan masyarakat berkembang dan dilakukan dengan berbagai macam alasan. Apabila dilihat dari segi posisi resipien, transplantasi dilakukan dengan tiga hal yaitu untuk penyembuhan, menyelamatkan jiwanya untuk menyempurnakan bagian tubuh seseorang dan memindahkan tubuh seseorang. Sedangkan dari sisi pendonor dilakukan karena himpitan ekonomi, karena kemanusiaan dan lainnya.

Transplantasi dapat dikatakan fenomena klasik pada zaman dulu dan dikembangkan hingga sampai sekarang, dan ini merupakan maslah ijtihad yang menyangkut permasalahan kontemporer. Persoalan transplantasi bukan merupakan rahasia yang harus disembunyikan oleh pihak medis maupun non medis. Dikarenakan transplantasi yang dilakukan sudah menjadi hal yang aktual. Hal ini bisa saja dilakukan oleh setiap jiwa dengan alasan kemaslahatan, tetapi tidak menyebabkan kemudharatan bagi dirinya sendiri. Di Indonesia sendiri sudah sering terjadi transplantasi dengan tujuan keselamatan manusia yang harus dilakukan dengan cara pembuktian dari pihak medis, tidak dibenarkan melakukannya tanpa persetujuan medis (ilegal).5

Kemajuan teknologi tidak hanya memberi dampak positif tetapi seringkali terdapat dampak-dampak negatifnya, salah satu dampak negatif yang muncul adalah perdebatan dan diskusi mengenai masalah ini, baik itu dari segi hukum dan agama terutama agama islam. karena memang tidak semua teknologi yang berkembang dalam ilmu kedokteran ini dapat diterima dikalangan masyarakat pada umumnya.

Dari segi hukum transplantasi organ dan sel jaringan tubuh dipandang sebagai usaha mulia dalam upaya menyelamatkan nyawa manusia, walaupun tindakan ini merupakan suatu tindakan yang melawan hukum pidana yaitu tindak pidana penganiayaan. Tetapi karena adanya pengecualian maka

4 Barishom, “Dasar Pengertian Mengenai Transplantasi, Bayi Tabung Dan Pencangkokan Dalam Sorotan Hukum Islam.”, dalam Keputusan Muktamar Tarjih Muhammadiyah ke-21 di Klaten, (Yogyakarta: Persatuan, 1980), h. 7.

5Yasin Nua’aim, Muhammad, Fikih Kedokteran, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2001), h.

202

(13)

tindakan transplantasi dapat dibenarkan, tetapi dengan syarat – syarat tertentu pula, yang intinya dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan, hal ini tertera dan diatur dalam UU no. 36 tahun 2009 tentang transplantasi.

Dalam Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan, bahwa transplantasi adalah usaha pemindahan atau memindahkan seluruh atau sebagian anggota tubuh atau organ ke tubuh yang lain atau dari tempat yang satu ke tempat yang lain dalam tubuh yang sama. dalam pemahaman Islam disebutkan bahwa transplantasi ditujukan untuk mengganti organ yang tidak berfungsi pada penerima. Pengertian lain mengenai transplantasi organ adalah berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

Majelis Ulama Indonesia dalam fatwanya pada No.19 Tahun 2019, transplantasi organ orang yang meninggal kepada manusia hidup diperbolehkan dengan ketentuan adanya kebutuhan mendesak yang dibenarkan secara syar'i. Tidak diperoleh upaya medis lain untuk menyembuhkannya kecuali dengan transplantasi. Bersifat tolong-menolong dan tidak untuk komersial. Kemudian pada Fatwa MUI tanggal 13 Juni 1979 yang menyebutkan bahwa seserorang yang berwasiat akan mendonorkan kornea matanya setelah meninggal dengan disetujui dan disaksikan ahli warisnya, wasiat itu dapat dilaksanakan dan harus dilakukan oleh ahli bedah.

Nahdlatul Ulama dalam fatwanya juga membahas mengenai Transplantasi Organ Tubuh mayat dalam putusan Muktamar ke-23 di Solo, 24- 29 Desember 1962 diputuskan bahwa tidak bolehnya mengambil bola mata mayit untuk menggantikan bola mata orang buta, dan harmnya menyambung anggota badan manusia dengan manusia lain, lalu ditegaskan kembali dalam Munas Alim Ulama’ di Kaliurang Yogyakarta pada tanggal 30 Agustus 1981.6 Kemudian pada Muktamar Nahdlatul Ulama ke-28 tanggal 26-28 November tahun 1989 M di Pondok pesantren Al-munawwir krapyak Yogayakarta yang

6Sahal Mahfudh, Ahkamul fuqaha: Solusi Problematika Aktual Hukum Islam Keputusan Muktamar, Munas, dn Konbes Nahdlatul Ulama 1926-1999 M. (Surabaya: Lajnah Ta’lif Wan Nasyr NU Jawa Timur dan Diantama, 2004), h. 375

(14)

14

isinya bahwa hukum wasiat pencangkokan organ tubuh mayat adalah tidak sah atau batal.7

Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik unruk meneliti lebih lanjut mengenai “Hukum Transplantasi Organ Tubuh Mayat Dalam Fatwa Nahdlatul Ulama (Kajian Filosofi).”

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang mengenai hukum transplantasi organ tubuh mayat dalam fatwa nahdlatul ulama (kajian filosofi).

a. Pandangan hukum tentang transplantasi organ tubuh mayat.

b. Kondisi organ tubuh mayat yang mengalami kecelakaan

c. Organ tubuh mayat yang dapat dimanfaatkan oleh orang lain setelah wafat.

d. Perdagangan organ tubuh manusia.

e. Mendonorkan organ tubuh kepada orang lain dengan syarat mendapatkan imbalan.

f. Wasiat mendonorkan organ tubuh kepada orang yang masih hidup.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan penulis maka agar penulisan ini lebih terarah dan menghindari kemungkinan pembahasan yang meyimpang dari pokok masalah yang diteliti, serta sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas dan identifikasi masalah yang disebutkan maka, skripsi ini hanya membahas tentang fatwa transplantasi organ tubuh mayat menurut Nahdhatul Ulama dalam kajian filosofisnya.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka yang akan menjadi rumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah :

7Sahal Mahfudh, Ahkamul fuqaha: Solusi Problematika Aktual Hukum Islam Keputusan Muktamar, Munas, dn Konbes Nahdlatul Ulama 1926-1999 M. h. 425

(15)

a. Bagaimana filosofi hukum islam tentang transplantasi organ tubuh mayat menurut nahdlatul ulama.

b. Bagaimana metode ijtihad hukum islam tentang transplantasi organ tubuh mayat menurut nahdlatul ulama.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menjelaskan filosofi hukum islam tentang transplantasi organ tubuh mayat menurut nahdlatul ulama.

b. Untuk menjelaskan metode ijtihad hukum islam tentang transplantasi organ tubuh mayat menurut nahdlatul ulama.

2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah tambahan ilmu pengetahuan terutama mengenai transplantasi organ tubuh mayat.

b. Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran untuk masyarakat terkait transplantasi organ tubuh mayat.

c. Memperluas wawasan ilmu bagi peneliti, mahasiswa dan masyarakat lainnya.

D. Studi Review Terdahulu

Studi Review Terdahulu dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak kajian dan pembahasan yang secara umum dan khusus membahas mengenai judul penelitian yang dilakukan oleh penulis. Di bawah ini beberapa pembahasan yang ada kaitannya dengan judul penelitian penulis. Dalam melakukan penulisan skripsi ini, penulis bukanlah yang pertama membahas tentang Hukum Transplantasi Organ Tubuh Mayat. Banyak tulisan ataupun karangan-karangan ilmiah yang membahas tentang tema tersebut, baik studi kasus (penelitian) ataupun literature (referensi). Berikut beberapa tinjauan umum atas bagian karya-karya penelitian mengenai Hukum Transplantasi Organ Tubuh Mayat.

(16)

16

Tabel. 1.1 Studi Riview Terdahulu

No. Nama

Penulis/Judul/Tahun

Subtansi Pembeda

1. Mochamad Syaiban/

Transplantasi Organ Tubuh Orang Muslim Kepada Orang Non Muslim Menurut Hukum Islam (Studi Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama)./

Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta/

Syariah dan Hukum/

2010.

Skripsi ini

menjelaskan tentang transplantasi organ tubuh orang muslim kepada orang non muslim adalah haram menurut Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama.

Skripsi yang penulis bahas hanya

memfokuskan pembahasan hukum

transplantasi organ tubuh orang muslim kepada orang non muslim yang ditinjau dari studi bahtsul masail Nahdlatul Ulama.

2. Hasbullah Ma’ruf/

Transplantasi Organ Tubuh Manusia Perspektif Nahdlatul Ulama Dan Persatuan Islam/ UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta/

2015.

Skripsi ini menjelaskan perbedaan

pandangan hukum Nahdlatul ulama dan Persatuan Islam terhadap masalah transplantasi organ tubuh manusia khususnya

homotransplantasi.

Dalam skripsi ini penulis

memfokuskan pada bahasan perbedaan perspektif antara Nahdlatul Ulama dengan Persatuan Islam.

3. Rima Risnawati/

Transplantasi Organ

Skripsi ini

menjelaskan bahwa

Skripsi yang penulis bahas

(17)

Tubuh Mayat Menurut Majelis Tarjih

Muhammadiyah dan Bhtsul Masail

Nahdlatul Ulama/ UIN Sunan Gunung Djati/

2018.

majlis tarjih Muhammadiyah memperbolehkan dilakukannya transplantasi organ tubuh mayat

sedangkan nahdlatul Ulama tidak

memperbolehkan transplantasi pada organ tubuh mayat.

hanya

memfokuskan pada perbedaan pendapat mengenai permasalahan hukum

transplantasi organ tubuh mayat menurut

Muhammadiyah dan bahtsul masail Nahdlatul Ulama saja.

Dari beberapa judul di atas mendasarkan penulis tertarik untuk meneliti dan membahas tentang filosofi hukum transplantasi organ tubuh mayat menurut Nahdlatul Ulama’.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam penulisan skripsi ini, karena metode penelitian ini dapat menentukan langkah-langkah dari suatu penulisan .

1. Jenis penelitian

Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam mengolah dan menganalisa data adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode dalam bentuk pengumpulan data kepustakaan (Library research) yaitu penelitian yang dilakukan di perpustakaan dan peneliti berhadapan dengan berbagai macam literatur sesuai tujuan dan masalah yang sedang dipertanyakan.8

8 Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian, (Bandung : Refika Aditama, 2008), h. 50

(18)

18

2. Pendekatan Penelitian

Kajian penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif. Menurut Soerjono Soekanto pendekatan yuridis nomatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literature-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.9

3. Sumber Data

Sumber data penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber penelitian yang berupa data primer, sekunder dan tersier.10 Data-data tersebut diantaranya :

a. Al-Qur’an dan Al-Hadits b. Ushul Fiqh

c. Muktamar Nahdlatul Ulama ke 28 tanggal 26-28 November tahun 1989.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian ini dengan cara mengumpulkan buku-buku atau referensi yang relevan dan akurat, serta membaca dan mempelajari untuk memperoleh sebuah data atau kesimpulan yang berkaitan dengan pembahasan di atas yang diolah dan dianalisis datanya menggunakan metode Induktif, yaitu suatu cara dalam menganalisis data yang bertitik tolak dari data-data, yang mana data tersebut bersifat umum kemudian ditarik dan diambil dengan bersifat khusus, atau data yang bersifat khusus kemudian ditarik dan diambil dengan bersifat umum.

5. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, dalam penulisan data yang akan diperoleh baik data primer, data sekunder, maupun data tersier maka data tersebut diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan

9 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penlitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h. 13-14

10 Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Meida Group, 2008), h. 141

(19)

menggunakan pendekatan kajian filosofis berdasarkan teori, undang- undang serta hukum yang menjawab permasalahan dalam penulisan ini.

6. Teknik Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini berpedoman pada “Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh FSH UIN Jakarta tahun 2017.”

F. Sitematika Penulisan

Dalam penulisan ini, Penulis menyusun melalui sitematika penulisan yang terdiri dari lima bab, di mana pada setiap babnya dibagi atas sub-sub bab, dengan perincian sebagai beriku:

BAB I. Bab ini menjelaskan pendahuluan yaitu latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II, pada bab ini penulis menjelaskan tentang pengertian transplantasi organ tubuh manusia, macam-macam transplantasi, sejarah serta tujuannya, dan contoh kasus transplantasi

BAB III, pada bab ini penulis menjelaskan tentang fatwa transplantasi organ tubuh mayat menurut Nahdlatul Ulama.

BAB IV, pada bab ini penulis menjelaskan tentang kajian filosofis hukum transplantasi organ tubuh mayat menurut nahdlatul ulama dari segi dalil dan kaidah fiqhiyahnya.

BAB V, bab ini merupakan bab terakhir dari pembahasan ini, yaitu penulis menjelaskan tentang penutup yaitu kesimpulan dan keterbatasan penelitian.

(20)

20 BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MANUSIA

A. Pengertian Transplantasi 1. Definisi

Secara Etimologi transplantasi berasal dari Middle English transplaunten, diambil dari Bahasa Latin Kuno transplantare, yang artinya to plan.1 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online transplantasi adalah pemindahan jaringan tubuh dari suatu tempat ke tempat lain (seperti menutup luka yg tidak berkulit dengan jaringan kulit dari bagian tubuh yg lain).2

Menurut Medicastore, pencangkokan (Transplantasi) adalah pemindahan sel, jaringan maupun organ hidup dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya (misalnya pencangkokan kulit), dengan tujuan mengembalikan fungsi yang telah hilang.3

Menurut WHO, Transplantation is the transfer (engraftment) of human cells, tissues or organs from a donor to a recipient with the aim of restoring function(s) in the body.4

Menurut istilah, transplantasi organ adalah transplantasi atau pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, atau dari suatu tempat ke tempat yang lain pada tubuh yang sama.

Transplantasi ini ditujukan untuk menggantikan organ yang rusak atau tak

1 Merriam Webster Online Search, http://merriam-webster.com/netdict/transplant (diakses 15 November 2020)

2 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php (diakses 15 November 2020)

3 Medicastore, Pencangkokan, http://medicastore.com/penyakit/789/Pencangkokan.html (diakses pada 15 November 2020)

4 World Health Organization, Transplantation, http://www.who.int/topics/transplantation/e n/ (diakses pada 15 November 2020)

(21)

befungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor. Donor organ dapat menggunakan orang yang masih hidup ataupun telah meninggal.5

Berdasarkan hubungan Genetik antara donor dan recipient (penerima) maka transplantasi di golongkan menjadi tiga bagian :6

1. Auto Transplantation, yaitu di mana donor dan penerimanya berasal dari satu individu. Misalkan seseorang yang diambilkan daging pahanya untuk menambal pipinya.

2. Homo Transplantation, yaitu transplantasi yang donor dan penerimanya berasal dari satu individu. Artinya transplantasi ini dari manusia ke manusia, atau dari binatang ke binatang. Misalkan transplantasi hati dari satu orang ke orang yang lain.

3. Hetero Transplantation, yaitu transplantasi yang dilakukan dari individu yang berlainan. Artinya dari organ hewan ke manusia atau sebaliknya. Misalkan transplantasi katup jantung babi untuk manusia.

2. Jenis-jenis Transplantasi

Transplantasi merupakan hal luar biasa ditemukan dalam dunia kedokteran modern. Melibatkan donasi organ dari satu manusia kepada manusia lain yang menjadikan ribuan orang diseluruh dunia setiap tahunnya terselamatkan jiwanya.

a. Dari Segi Pemberi Organ (Pendonor)

Jika ditinjau dari sudut penyumbang atau donor atau jaringan tubuh, maka transplantasi dapat dibedakan menjadi:7

1) Transplantasi dengan Donor Hidup

Transplantasi dengan donor hidup adalah pemindahan jaringan atau organ tubuh seseorang yang hidup kepada orang lain

5 http://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ (diakses pada 15 November 2020)

6 Tim Perumusan Komisi Ahkam, Ahkamul Fuqoha:Solusi problematika Aktual Hukum Islam. (PBNU cetakan ke 2, Jakarta: 2007), h. 460

7 M. Sudarsono. Dasar-dasar Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh Manusia, Edisi revisi, (Interna Publishing: 2010), h. 112

(22)

22

atau ke bagian lain dari tubuhnya sendiri tanpa mengancam kesehatan. Biasanya yang dilakukan adalah transplantasi ginjal, karena memungkinkan seseorang untuk hidup dengan satu ginjal saja. Akan tetapi mungkin bagi donor hidup juga untuk memberikan sepotong/sebagian dari organ tubuhnya misalnya paru, hati, pankreas dan usus. Juga donor hidup dapat memberikan jaringan atau selnya degeneratif, misalnya kulit, darah dan sumsum tulang.

2) Transplantasi dengan Donor Mati atau Jenazah

Transplantasi dengan donor mati atau jenazah adalah pemindahan organ atau jaringan dari tubuh jenazah orang yang baru saja meninggal kepada tubuh orang lain yang masih hidup.

Pengertian donor mati adalah donor dari seseorang yang baru saja meninggal dan biasanya meninggal karena kecelakaan, serangan jantung, atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam kasus ini, donasi organ akan dipertimbangkan setelah usaha penyelematan mengalami kegagalan. Pasien mungkin meninggal dalam kamar emergensi ataupun dalam kondisi mati batang otak. Jenis organ yang biasanya didonorkan adalah organ yang tidak memiliki kemampuan untuk regenerasi misalnya jantung, kornea, ginjal dan pankreas, jantung dan hati.

b. Dari Segi Penerima Organ (Resipien)

Sedangkan ditinjau dari sudut penerima organ atau resipien, maka transplantasi dapat dibedakan menjadi:8

1) Autograft

Autotransplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri. Biasanya transplantasi ini dilakukan pada jaringan yang berlebih atau pada jaringan yang dapat beregenerasi kembali. Sebagai contoh tindakan

8 Soekidjo Notoatmojo. Etika dan Hukum Kesehatan. (Rineka cipta, jakarta: 2010), h. 147

(23)

skin graft pada penderita luka bakar, di mana kulit donor berasal dari kulit paha yang kemudian dipindahkan pada bagian kulit yang rusak akibat mengalami luka bakar. Kemudian dalam operasi bypass karena penyakit jantung koroner.

2) Isograft

Termasuk dalam autograft adalah "syngraft" atau isograft yang merupakan prosedur transplantasi yang dilakukan antara dua orang yang secara genetik identik. Transplantasi model seperti ini juga selalu berhasil, kecuali jika ada permasalahan teknis selama operasi. Operasi pertama ginja yang dilakukan pada tahun 954 merupakan operasi transplantasi syngraft pertama antara kembar identik.

3) Allograft

Allograft adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain. Misalnya pemindahan jantung dari seseorang yang telah dinyatakan meninggal pada orang lain yang masih hidup. Kebanyakan sel dan organ manusia adalah Allografts.

4) Xenotransplantation

Xenotransplantation adalah pemindahan suatu jaringan atau organ dari species bukan manusia kepada tubuh manusia.

Contohnya pemindahan organ dari babi ke tubuh manusia untuk mengganti organ manusia yang telah rusak atau tidak berfungsi baik.

5) Domino Transplantation

Merupakan multiple transplantasi yang dilakukan sejak tahun 1987. Donor memberikan organ jantung dan parunya kepada penerima donor, dan penerima donor ini memberikan jantungnya kepada penerima donor yang lain. Biasanya dilakukan pada penderita "cystic fibrosis" (hereditary disease) di mana kedua parunya perlu diganti dan secara teknis lebih mudah untuk

(24)

24

mengganti jantung dan paru sebagai satu kesatuan. Biasanya jantung dari penderita ini masih sehat, sehingga jantungnya dapat didonorkan kepada orang lain yang membutuhkan.

6) Transplantation Split

Kadangkala donor mati khususnya donor hati, hatinya dapat dibagi untuk dua penerima, khususnya dewasa dan anak, akan tetapi transplantasi ini tidak dipilih karena transplantasi keseluruhan organ lebih baik.

B. Sejarah Transplantasi

Transplantasi merupakan salah satu hal yang paling luar biasa yang telah dicapai dalam dunia kedokteran moderen. Transfusi darah merupakan jenis transplantasi yang paling sering dilakukan. Transplantasi telah menyelamatkan banyak nyawa manusia di dunia, lebih dari ribuan orang pertahun diseluruh dunia dapat diselamatkan nyawanya melalui transplantasi ini.9 Bahkan Dr. Paul Terasaki dari UCLA, melaporkan sejak tahun 1950 hingga 1997 sebanyak 544,313 orang diseluruh dunia menerima transplantasi organ.10 Berikut sejarah Transplantasi Organ.

1902 – Transplantasi Menjadi Memungkinkan

Alexis Carrel memperlihatkan penggabungan pembuluh darah sehingga transplantasi organ menjadi memungkinkan untuk pertama kalinya.

Operasi penggabungan pembuluh darah tersebut merupakan salah satu tehnik operasi ditemukan oleh dokter Alexis Carrel. Langkah maju ini membuka kemungkinan untuk lebih lanjut melakukan operasi transplantasi dengan membiarkan jaringan yang ditransplantasikan terhubung dengan suplai darah. Carrel terus melakukan riset terhadap

9World Health Organization, Dilemma over live-donor transplantation http://www.who.int /bulletin/volumes/85/1/07-020107/en/ (diakses 9 Januari 2021)

10 Transplant News, 12 Agustus 1998, More than 500,000 people in world have been transplanted since 1950s,Terasaki reports, http://findarticles.com/p/articles/mi_m0YUG/is_15_8/l 1 (diakses 9 Januari 2021)

(25)

transplantasi organ dan kemudian menemukan mesin yang dapat menjaga organ tetap hidup di luar tubuh selama transplantasi berlangsung. Carrel mendapatkan Nobel Prize untuk Kedokteran tahun 1912.

1905 - Transplantasi Kornea Mata Pertama

Pertama kali dilaporkan transplantasi kornea mata terjadi di Olmutz, Moravia, bulan December 1905. Pada tanggal 7 Desember 1905 melakukan untuk pertama kali transplantasi kornea mata, terhadap pekerja yang buta akibat kecelakaan setahun sebelumnya. Setelah beberapa jam operasi pekerja tersebut dapat melihat kembali untuk seumur hidupnya. Operasi ini membuktikan bahwa transplantasi dapat berhasil dilakukan. Saat ini lebih dari 2400 transplantasi mata dilakukan setiap tahunnya. Transplantasi mata merupakan hal yang unik karena tidak membutuhkan suplai pembuluh darah untuk tetap hidup (survive) dan kornea mata dapat didonasikan hingga 24 jam setelah kematian dan dapat dilakukan semua orang dengan berbagai umur.11

1918 – Transfusi Darah

Selama Perang Dunia I, transfusi darah menjadi semakin dikuatkan telah menyelamatkan banyak nyawa operasi menjadi mungkin untuk pertama kalinya. Ada banyak usaha transfusi darah yang tidak berhasil dalam ratusan tahun tetapi mereka selalu gagal karena ilmu pengetahuan divbelakang darah tidak terlalu dimengerti. Dengan golongan darah dan pengembangan anti pembekuan, darah dapat disimpan untuk tranfusi dengan hasil yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Selama perang Dunia pertama, tentara Inggris menggunakan teknologi ini untuk membuat “Depot Darah” sebagai tempat penyimpanan, ini merupakan bentuk awal dari bank darah.

11 United Kingdom, National Health Service, History of Donation, http://www.nhs.uk /Tools/Documents/transplant.html (diakses 9 Januari 2021)

(26)

26

1954 - Keberhasilan Transplantasi Ginjal Pertama kali

Keberhasilan sesungguhnya pertama kalinya dalam transplantasi ginjal dilakukan oleh Dr. Joseph Murray dan Dr. David Hume, Brigham Hospital, Boston, Massachussetts. Tehnik kedokteran yang terus berlanjut ini telah berhasil menyelamatkan lebih dari 400,000 nyawa di seluruh dunia. Dr Joseph Murray dan teamnya mentransplantasikan ginjal dari Ronald Herrick kepada saudara kembarnya yang sekarat Richard. Operasi tersebut menyelamatkan nyawa saudara kembarnya. Ginjal biasanya didonorkan pada saat pendonor meninggal (in articulo mortis), akan tetapi 1/3 biasanya pada saat pendonor hidup, dan pendonor ini dapat melanjutkan kehidupannya hanya dengan satu ginjal. Sekarang ginjal merupakan organ yang paling banyak ditransplantasikan.

1962 Keberhasilan pertama transplantasi ginjal dari mayat (kadaver) oleh Dr. Joseph Murray and Dr. David Hume, Brigham Hospital, Boston 1963 Keberhasilan pertama transplantasi paru-paru oleh Dr. James Hardy,

University of Mississippi Medical Center, Jackson, MS

1967 Keberhasilan pertama transplantasi hati oleh Dr. Thomas Starzl, University of Colorado, Denver, CO

1967 Keberhasilan pertama transplantasi Jantung oleh Dr. Christiaan Barnard, Groote Schuur Hospital, South Africa

1981 Keberhasilan pertama transplantasi jantung/paru-paru oleh Dr.

Norman Shumway, Stanford University Medical Center, Palo Alto, CA

1983 FDA menyetujui Cyclosporine, yang merupakan zat anti penolakan yang paling berhasil.

1988 FDA menyetujui Viaspan yang merupakan media pengawet organ yang didonorkan.

1988 Keberhasilan pertama transplantasi usus kecil.

(27)

1989 Keberhasilan pertama transplantasi hati donor hidup sedarah.

1990 Keberhasilan pertama transplantasi paru donor hidup sedarah.

1992 Hati babon ditransplantasikan ke manusia yang sekarat karena kegagalan hati.

C. Tujuan Transplantasi

Transplantasi merupakan cara atau upaya medis untuk menggantikan organ atau jaringan yang rusak, atau tidak berfungsi dengan baik. Pada dasarnya transplantasi bertujuan sebagai usaha terakhir pengobatan bagi orang yang bersangkutan, setelah usaha pengobatan yang lainnya mengalami kegagalan.12 Sementara itu menurut Sa’ad pada dasrnya transplantasi bertujuan untuk:13

1. Kesembuhan dari suatu penyakit, misalnya kebutaan, kerusakan jantung, ginjal dan sebagainya.

2. Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang telah rusak, atau mengalami kelainan tetapi sama sekali tidak terjadi kesakitan biologis, misalnya bibir sumbing.

3. Mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Menurut Undang-Undang No.23 ayat 2 pasal 23 Tahun 1992 Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak dapat berfungsi lagi. Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan kemanusiaan dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial.

D. Prosedur dan Syarat Transplantasi 1. Prosedur Transplantasi

12Abul Fadl Mohsin Ebrahim. Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi Organ, dan Eksperimen pada Hewan. (Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2007), h. 86.

13 Sa’ad IH Chuzaimah. Transplantasi dan Hukuman Qisas. (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus.

1995), h. 43

(28)

28

Di Indonesia, seluruh prosedur transplantasi organ diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 38 tahun 2016 mengenai penyelenggaraan transplantasi organ. Yaitu :14

a) Calon pendonor harus terlebih dahulu teregistrasi di Komite Transplantasi Nasional yang terletak di Jakarta atau perwakilan Komite Transplantasi Nasional yang terdapat di masing-masing provinsi sebelum dapat menjadi donor transplantasi. Hal yang sama berlaku untuk donor dari individu yang mati batang otak. Individu tersebut harus sudah teregistrasi di Komite Transplantasi Nasional saat masih hidup.

b) Setiap pasien yang membutuhkan Transplantasi Organ dapat menjadi calon Resipien setelah memperoleh persetujuan dari tim transplantasi rumah sakit. Calon Resipien merupakan pasien dengan indikasi medis dan tidak memiliki kontra indikasi medis untuk dilakukan Transplantasi Organ.

2. Syarat Transplantasi

Syarat Transplantasi bagi calon pendonor dan resipien meliputi persyaratan administratif dan persyaratan medis.15 Yaitu :

a. Persyaratan Administratif

1) Bagi calon pendonor untuk dapat melakukan transplantasi pendonor harus mempunyai Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP (surat ijin praktek), Telah berusia 18 tahun, Membuat pernyataan tertulis tentang kesediaan pendonor menyumbangkan organ tubuhnya secara sukarela tanpa meminta imbalan, memiliki alasan menyumbangkan organ tubuhnya, mendapat persetujuan dari keluarga kandung pendonor, Membuat pernyataan memahami indikasi, kontra indikasi, risiko, prosedur transplantasi organ, panduan hidup pasca transplantasi organ, serta pernyataan

14 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Transplantasi Organ

15 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2016

(29)

persetujuannya, Membuat pernyataan tidak melakukan penjualan organ ataupun perjanjian khusus lain dengan pihak resipien. Hal yang sama berlaku untuk donor dari individu yang mati batang otak.

2) Bagi calon resipien untuk dapat menerima organ transplantasi resipien harus terdaftar Komite Transplantasi Nasional yang terletak di Jakarta atau perwakilan Komite Transplantasi Nasional, memiliki keterangan dan persetujuan tertulis dari rumah sakit, memiliki persetujuan tertulis kesediaan membayar biaya transplantasi organ atau memberikan surat penjamin bagi calon resipien yang dijamin asuransi, menyerahkan pernyataan tertulis telah memahami indikasi, kontra-indikasi, risiko, dan tata cara Transplantasi Organ, serta pernyataan persetujuannya dan tidak membeli Organ tubuh dari calon Pendonor atau melakukan perjanjian khusus dengan calon Pendonor.

b. Persyaratan Medis

Persyaratan medis yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi pendonor organ dan resipien berupa pemeriksaan medis awal dan skrining oleh rumah sakit penyelenggara transplantasi ditujukan untuk memastikan kelayakan sebagai Pendonor dilihat dari segi kesehatan Pendonor dan tidak memiliki kontra indikasi medis untuk dilakukan Transplantasi Organ.

E. Transplantasi Organ Tubuh Menurut Majelis Ulama Indonesia

Majelis Ulama Indonesia dalam fatwanya pada No.19 Tahun 2019, transplantasi organ orang yang meninggal kepada manusia hidup diperbolehkan dengan ketentuan adanya kebutuhan mendesak yang dibenarkan secara syar'i. Tidak diperoleh upaya medis lain untuk menyembuhkannya kecuali dengan transplantasi. Bersifat tolong-menolong dan tidak untuk komersial. Kemudian pada Fatwa MUI tanggal 13 Juni 1979 yang menyebutkan bahwa seserorang yang berwasiat akan mendonorkan kornea

(30)

30

matanya setelah meninggal dengan disetujui dan disaksikan ahli warisnya, wasiat itu dapat dilaksanakan dan harus dilakukan oleh ahli bedah.

Ketentuan hukum transplantasi menurut Majelis Ulama Indonesia :

1. Seseorang tidak boleh memberikan atau menjual organ dan/atau jaringan tubuhnya kepada orang lain karena organ tubuh tersebut bukan hak milik (haqqul milki). Untuk itu, pengambilan dan transplantasi organ tubuh tanpa adanya alasan yang dibenarkan secara syar’i hukumnya haram.

2. transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh pendonor hidup kepada orang lain dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Terdapat kebutuhan mendesak yang dibenarkan secara syar’i (Dharurah Syariah) ;

b. Tidak ada dharar bagi pendonor karena pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh baik sebagian ataupun keseluruhan;

c. Jenis organ tubuh yang dipindahkan kepada orang lain tersebut bukan merupakan organ vital yang mempengaruhi kehidupan atau kelangsungan hidupnya;

d. Tidak diperoleh upaya medis lain untuk menyembuhkannya, kecuali dengan tranplantasi;

e. Bersifat untuk tolong-menolong (tabarru’), tidak untuk komersial;

f. Adanya persetujuan dari calon pendonor;

g. Adanya rekomendasi dari tenaga kesehatan atau pihak yang memiliki keahlian untuk jaminan keamanan dan kesehatan dalam proses transplantasi;

h. Adanya pendapat dari ahli tentang dugaan kuat (ghalabatil zhonn) akan keberhasilan transplantasi organ tersebut kepada orang lain;

i. Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh dilakukan oleh ahli yang kompeten dan kredibel;

(31)

j. Proses transplantasi diselenggarakan oleh negara.

3. Kebolehan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada angka 2 (dua) tidak termasuk bagi organ reproduksi, organ genital, dan otak.

F. Kasus Transplantasi di Indonesia

Teknologi kedokteran sangat pesat kemajuannya, hal ini terlihat dari keberhasilan dalam teknologi transplantasi organ yang banyak dilakukan dewasa ini. Namun keberhasilan tersebut tidaklah bebas dari masalah-masalah yuridis dalam pelaksanaannya.16 Dalam dunia kedokteran timur maupun barat, pada umumnya diyakini bahwa setiap penyakit ada obatnya. Ada penyakit yang dapat diobati dengan hanya pemberian obat yang sederhana, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan yang relatif rumit, seperti transplantasi organ.

Contohnya Seorang yang menderita penyakit gagal ginjal terminal misalnya, hanya punya 3 alternatif pengobatan: yaitu menjalani hemodialisis (cuci darah) secara rutin, melakukan transplantasi ginjal atau meninggal. Pada saat ini jumlah pasien gagal ginjal yang membutuhkan transplantasi ginjal di Indonesia mencapai 40.000 orang. Mereka yang menjalani perawatan medis sangat sedikit karena biaya perawatan yang mahal dan jangka panjang. Di Indonesia, transplantasi ginjal pertama kali dilakukan di RSCM pada tahun 1977. Sampai saat ini, hanya 500 pasien yang telah menjalani cangkok ginjal di Indonesia, di mana 200 diantaranya dilakukan di RS PGI Cikini. Kesulitan mencari donor membuat penderita gagal ginjal harus mencari ginjal sampai ke China.

Beberapa tahun belakangan ini, banyak pasien dari Indonesia yang pergi berobat ke China untuk melakukan transplantasi organ tubuh seperti ginjal.17

Zhejiang Hospital Cina dipililih sebagai institusi untuk melakukan transfer ilmu dan teknologi yang kredibel dan terpercaya di Cina dan dunia mengenai transplantasi hati, Zhejiang Hospital juga telah menangani kasus/

16 Suwasti Nyoman, “Aspek Yuridis Transplantasi Organ Dalam Hubungannya dengan UU Kesehatan”, dalam Majalah Ilmiah Fakultas Hukum UNUD. ( Bali: Kertha Patrika, 1994), h.

257.

17 Trini Handayani. Fungsionalisasi Hukum Pidana Terhadap Perdagangan Organ Tubuh Manusia. (Bandung: Mandar Maju, 2012), h. 72.

(32)

32

penyakit hati, pankreas dan kandung empedu dan terkenal dengan kesuksesannya melakukan lebih dari 1000 operasi cangkok hati. RSPI Group Merupakan RS Swasta pertama di Indonesia yang berhasil melakukan transplantasi hati (14 dan 17 Desember 2010 ).18

Contoh kasus lainnya pada tahun 2018 tiga orang perempuan penerima organ dari pendonor yang sama yaitu seorang perempuan 53 tahun yang meninggal pada 2007 akibat penyakit stroke. Perempuan ini menyumbangkan ginjal, paru-paru, jantung, dan livernya pada beberapa pasien. Namun, mereka meninggal akibat kanker payudara yang menyebar di organ sehat mereka setelah mendapatkan donor organ tersebut. pasien pertama yang jatuh sakit dari transplantasi ini adalah seorang wanita 42 tahun yang menerima paru-paru. Pasien tersebut meninggal pada 2009 setelah kanker yang dimulai dari paru-paru menyebar ke tulang dan hatinya.19

Bank Mata mencatat, ada 3 persen penduduk Indonesia yang mengalami kebutaan. Dari seluruh pasien, 80 persennya merupakan penderita katarak, sementara 4,5 persen lainnya mengalami kerusakan kornea. RS Mata Cicendo di Bandung, Jawa Barat, yang ditunjuk jadi pusat mata nasional, mencatat jumlah pendonor mata mencapai 13.000 orang. Angka ini seolah besar, namun berbeda dengan donor darah, donor mata hanya dilakukan ketika pendonor meninggal dunia. Sehingga, bagi 794 calon penerima yang dicatat Bank Mata, ketersediaan kornea donor tidak dapat ditentukan. Pada tahun 2018 Bank Mata berhasil memasang 99 pasang kornea dari pendonor.20

18Transplantasi hati, https://www.rspondokindah.co.id/id/news/transplantasi-hati-sukses- dilaksanakan-di-rs-puri-indah (diakses 25 Januari 2021)

19Donor organ tubuh mayat, https://sains.kompas.com/read/2018/09/13/173500123/dapat- organ-dari-pendonor-yang-sama-tiga-orang-tertular-kanker (diakses 5 Februari 2021)

20 Bank Mata Indonesia, https://bankmataindonesia.org/donor-mata (diakses 5 Februari 2021)

(33)

33 BAB III

FATWA NAHDLATUL ULAMA TENTANG TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MAYAT

A. Nahdlatul Ulama

1. Sejarah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama

Di kalangan Nahdlatul Ulama, Bahtsul Masail merupakan tradisi intelektual yang sudah berlangsung lama. Sebelum nahdlatul ulama berdiri dalam bentuk organisasi formal, aktivitas batsul masail telah berlangsung sebagai praktek yang hidup di tengah masyarakat muslim nusantara, khususnya kelangan pesantren NU kemudian melanjutkan tradisi itu dan mengadopsinya sebagai bagian kegiatan keorganisasian. Batsul masail sebagai bagian aktivitas formal organisasi pertama dilakukan tahun 1926, beberapa bulan setelah NU berdiri. Tepatnya pada kongres 1 NU (kini bernama Muktamar), tanggal 21-23 september 1926. Selama beberapa decade, forum Batsul masail ditempatkan sebagai salah satu komisi yang membahas materi muktamar. Belum diwadahi organ tersendiri.1

Setelah lebih dari setengah abad NU berdiri, Batsul masail baru dibuatkan organ tersendiri bernama Lajnah Batsul Masail diniyah. Hal itu dimulai dengan adanya rekomendasi muktamar ke-28 di Yogyakarta tahun 1989. Komisi 1 muktamar 1989 itu merekomendasikan PBNU untuk membentuk lajnah Batsul Masail diniyah, sebagai lembaga permanen.

Untuk memperkuat wacana pembentukan lembaga permanen itu, pada januari 1990, berlangsung halaqah (saraehan) di pesantren mamba’ul ma’arif Denanyar Jombang, yang juga merekomendasikan pembentukan lajnah Batsul Masail diniyah. Pada muktamar 2004, status “lajnah”

ditingkatkan menjadi “lembaga”, sehingga bernama lembaga Batsul Masail Nahdlatul Ulama.2

1 H.Soelemain Fadeli, ANTOLOGI NU: Sejarah Istilah Uswah Cet. II, (Surabaya: Khalista Perbruari, 2008). h. 7-11

2 H.Soelemain Fadeli, ANTOLOGI NU: Sejarah Istilah Uswah Cet. II, h. 7-11

(34)

34

2. Pengambilan Fatwa Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama

Batsul Masail Nahdlatul Uama sebagai jam’iyyah sekaligus gerakan diniyah islamiyah sejak awal berdirinya telah menjadikan faham Ahlusunnah waljamaah sebagai basis teologi, (dasar beraqidah) dan menganut salah satu madzhab sebagai pegangan dalam berfiqih, yaitu imam Syafi’i. NU dalam kesehariannya lebih banyak menggunakan fiqih masyarakat Indonesia yang bersumber dari madzhab imam Syafi’i. hampir dapat dipastikan bahwa fatwa, petunjuk, dan keputusan hukum yang diberikan oleh ulama NU dan kalangan pesantren selalu bersumber dari Imam Syafi’i. hanya kadang-kadang dalam keadaan tertentu, untuk melawan budaya konfensional, berpaling ke madzhab lain. Para ulama NU mengarahkan orientasinya dalam pengambilan hukum kepada aqwa al-mujtahidin (pendapat para mujtahid) yang mutlak maupun muntashib. Bila terjadi perbedaan pendapat (Khilaf) maka diambil yang paling kuat sesuai dengan pentarjihan ahli tarjih. Dalam memutuskan sebuah forum yang dinamakan Batsul Masail yang bertugas mengambil keputusan tentang hukum-hukum islam. Dalam menggali hukum menggunakan metode istinbath yaitu menggali dari teks asal atau dasar maupun ilhaq (qiyas).

Pengertian istinbath dikalangan NU bukan mengambil langsung dari sumber aslinya Qur’an dan Hadist, akan tetapi sesuai dengan sikap dasar bermadzhab mentathbiqkan (memberlakukan secara dinamis nash-nash fuqoha dalam konteks permasalahan yang dicari hukumnya).3

Prosedur penjawaban masalah NU disusun dalam urutan sebagai berikut :4 1) Dalam kasus ketika jawaban bisa dicakupi oleh ibarat kitab dan disana

terdapat hanya satu qaul atau wajah, maka dipakailah qaul/wajah sebagaimana diterangkan dalam ibarat tersebut.

3 Budi Setiawan, http://setiarahma20.blogspot.com/2009/12/metode-istinbath-hukum- majelistarjih.html?m=1, diakses pada 29 september 2021

4 Aziz Masyuri. Ahmad, Masalah Keagamaan: Hasil Mukhtamar dan Munas Ulama Nahdlatul Ulama ke-1 Tahun 1926 s/d ke-29 tahun 1994, (Surabaya: RMI dan Dinamika Press, 1997), h. 365

(35)

2) Dalam kasus ketika jawaban bisa dicukupi oleh ibarat kitab dan di sana terdapat lebih dari satu qaul-wajah, maka dilakukan taqrir jama’i untuk memilih satu qaul/wajah.

3) Dalam kasus tidak ada qaul/wajah sama sekali yang memberikan penyelesaian, maka dilakukan ilhaq al-masa-il bi nadhairha secara jama’I oleh para ahlinya.

4) Dalam kasus tidak ada qaul/wajah sama sekali dan tidak mungkin dilakukan ilhaq al-masa-il bi nadhairiha, maka bisa dilakukan istinbath jama’I dengan prosedur bermadzhab secara manhaji oleh para ahlinya.

Yang dimaksud dengan kitab adalah al-kutub al-mu’tabarah, yaitu kitab-kitab tentang ajaran islam yang sesuai dengan aqidah ahlussunnah wa al-jama’ah. Bermadzhab secara qauli dalam kutipan di atas adalah mengambil pendapat yang sudah jadi dalam madzhab tertentu, dan bermadzhab secara manhaji atau metodologis adalah mengambil jalan pikiran madzhab tersebut.

Sedangkan qaul adalah suatu pendapat imam madzhab, dan wajh adalah pendapat ulama madzhab. Sementara itu ilhaq al-masa-il bi nadhairiha adalah menyamakan hukum satu masalah yang tidak dibahas oleh buku tertetu dengan kasus serupa yang telah dibahas oleh buku lain.5 Hal ini mirip dengan penetuan hukum melalui qiyas atau analogi, tetapi pada qiyas hukum yang diserupakan adalah kepada hukum yang sudah jelas dalam teks agama (Al- Qur’an dan As-Sunnah).

B. Fatwa Nahdlatul Ulama Tentang Transplantasi Organ Tubuh Mayat 1. Nahdlatul Ulama pertama kali menjelaskan permasalahan ini pada Putusan

Muktamar ke-23 di Solo, 29 Rajab - 3 Sya’ban 1382 H. / 25 - 29 Desember 1962 M, Masalah nomor 315 diputuskan bahwa haram mengambil bola mata mayit, walaupun mayit itu tidak terhormat (ghair muhtaram) seperti mayitnya orang murtad. Demikian pula haram menyambung anggota tubuh

5 Aziz Masyuri, Ahmad, Masalah Keagamaan: Hasil Mukhtamar dan Munas Ulama Nahdlatul Ulama ke-1 Tahun 1926 s/d ke-29 tahun 1994, h. 364

(36)

36

dengan anggota tubuh lain, karena bahayanya buta itu tidak sampai melebihi bahayanya merusak kehormatan mayit.6

Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Hasyiyah al-Rasyidi ‘ala Fath al- Jawad7:

َك ٍم َرَتْحُم َرْيَغ ْوَل َو ِجَهْنَمْلا ىَلَع ُّيِبَلَحْلا َلاَق اَمَك ِمَدَعْلاَك ٍذِئَنْي ِح ُهُد ْوُج ُوَف ُّيِمَدَلأْا اَّمَا ُم ُرْحَيَف ٍ يِب ْرَح َو ٍدَت َّرُم

ُهُع ْزَن ُب ِجَي َو ِهِب ُلْص َوْلا Adapun (jasad) manusia, maka adanya sama dengan tidak adanya sebagaimana yang dinyatakan al-Halabi dalam catatannya atas kitab al- Manhaj, walaupun tidak terhormat, seperti orang murtad dan kafir harbi.

Karenanya maka haram tranplantasi (dengan organ mereka) dan harus dicopot kembali.

Kemudian dijelaskan dalam Hadits Nabi Saw :

يَح ِه ِرْسَكَك ِتِ يَمْلا ِمْظَع ُرْسَك َلاَق ِالله َلوُس َر َّنَأ اَهْنَع ُالله َي ِض َر َةَشِئاَع ْنَع ِدَنْسُمْلا يِف ُدَمْحَأ ُها َو َر( ا

8 )َة َّجاَم ُنْبا َو ٍمِلْسُم ِط ْرَش ىَلَع ٍداَنْسِإِب َد ُواَد وُبَأ َو

“Dari Aisyah ra., sungguh Rasulullah Saw. telah bersabda: “memecahkan tulang orang mati itu sama dengan memecahkan tulangnya ketika masih hidup.” (HR. Ahmad dalam al-Musnad, Abu Dawud dengan standar sanad Muslim dan Ibn Majah)

َع َةَمَلَس ُّمُأ ْنَع )َةَّجاَم ُنْبا ُها َو َر( ِمْثِلإْا يِف ِ يَحْلا ِمْظَع ِرْسَكَك ِتِ يَمْلا ِمْظَع ُرْسَك َلاَق ِ يِبَّنلا ْن

9 ٌنَسَح ٌثْيِدَح

“Dari Ummu Sulaim, dari Nabi Saw., beliau berkata: “Memecah tulang orang mati itu sama dengan memecah tulangnya ketika masih hidup dalam hal dosanya.” (HR. Ibn Majah dari Ummu Salamah).

6 PBNU. Ahkamul Fuqaha. (Surabaya: Kalista-LTN PBNU, 2011), (masalah nomor 315)

7Syihāb al-Dīn Ahmad ibn Hamzah al-Ramlī, Hasyiyah al-Rasyidi ‘ala Fath al- Jawad, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘ilmiah, 2005), h. 26-27

8 Abu Dawud, Shahih Sunan Abî Dawud Jilid II, no. 2797, (Riyadh: Maktabah al-ma’ârif, 2000), h. 422

9 Abdilah, Abu Muhammad bin Yazid, Matan Sunan Ibnu Majah jilid 1, no. 1616, (Amman:

baitul Afkar ad-Dauliyyah, 1999), h. 505

(37)

2. Keputusan munas alim ulama di Kaliurang Yogyakarta Pada Tanggal 30 Syawal 1401 H. / 30 Agustus 1981 M masalah nomor 332 tentang transplantasi kornea atau cangkok mata, serta masalah nomor 334 tentang transplantasi ginjal dan jantung. Ada dua pendapat tentang hukumnya, yaitu:

a. Haram, walaupun mayit itu tidak terhormat seperti mayitnya orang Demikian pula haram menyambung anggota manusia dengan anggota manusia lain, bahaya buta itu tidak sampai melebihi bahayanya merusak kehormatan mayit.

b. Boleh, disamakan dengan diperbolehkannya menambal dengan tulang manusia, asalkan memenuhi 4 syarat:

1) Karena dibutuhkan.

2) Tidak ditemukan selain dari anggota tubuh manusia.

3) Mata yang diambil harus dari mayit yang muhaddaraddam.

4) Antara yang diambil dan yang menerima harus ada persamaan agama.

Nahdlatul Ulama menjelaskan permasalahan ini dalam putusan muktamar nahdlatul ulama ke-28 Di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta Pada Tanggal 26 - 29 Rabiul Akhir 1410 H. / 25 - 28 Nopember 1989 M masalah nomor 383 yang isinya bahwa :

“bahwa hukum wasiat pencangkokan organ tubuh mayat adalah tidak sah atau batal karena tidak memenuhi syarat-syarat wasiat yang antara mutlaq al-milki. Menurut syara’ organ mayit itu hak Allah bukan milik seseorang.

Adapun pecangkokan organ tubuh manusia ada yang membolehkan dengan syarat:

- Karena diperlukan, dengan ketentuan tertib pengamanan.

- Tidak ditemukan selain organ tubuh manusia itu.

Nahdlatul Ulama dalam menggali dan menetapkan hukum dilakukan dengan mentatbiiqkan (menyelaraskan) secara dinamis nash-nash

(38)

38

fuqoha (teks-teks yang tersurat dalam kitab) dalam konteks permasalahan dicari hukumnya. Dalam Persoalan Transplantasi Nahdlatul Ulama menggunakan metode Qouly yaitu mengutip langsung dari naskah kitab rujukan. Suatu masalah hukum dipelajari lalu dicarikan jawabannya pada kitab-kitab fiqih yang menjadi rujukan (kutub al-Mu’tabarah) dari empat madzhab.

Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Ahkamul Fuqaha’10

ِإ اَهِلْص َوِل ِتِ يَمْلا ِةَقاَدَح ِذْخَأ ِزا َوَجِب ِةَّي ِرْصِمْلا ِراَيِ دلا ىِتْفُم ِءاَتْفا يِف ْمُكُل ْوَق اَم ٌةَلَأْسَم ىَمْعَلأْا ِنْيَع ىَل

ُرْيَغ َءاَتْفِلإْا َكِلَذ َّنَأِب ُرَمَت ْؤُمْلا َر َّرَق َلا ْوَأ ٌحْي ِحَص َوُه ْلَه ْوَل َو ِتِ يَمْلا ِةَقاَدَح ُذْخَأ ُمُرْحَي ْلَب ،ٍحْي ِحَص

ِ يِمَدَلأْا ِءاَزْجَأِب ُهُلْص َو ُمُرْحَي َو .ٍ يِب ْرَح َو ٍ دَت ْرُمَك ٍمَرَتْحُم َرْيَغ ِةَدَسْفَم ىَلَع ُدْي ِزَي َلا ىَمَعْلا َر َرَض َّنَ ِلأ

ا ِةَيِشاَح ْيِف اَمَك ِتِ يَمْلا ِتاَم ُرُح ِكاَهِتْنا ـص ِداَمِعْلا ِنْبا ىَلَع يِدْيِش َّرل

26

“Permasalahan, bagaimana pendapat Anda sekalian tentang fatwa oleh Mufti Mesir yang memperbolehkan cangkok bola mata mayat untuk dipasangkan ke mata orang buta. Apakah fatwa ini benar apa tidak?

Muktamar menetapkan, bahwa fatwa itu tidak benar, dan bahkan haram mencangkok bola mata mayat meskipun dari orang yang tidak terhormat, seperti orang murtad dan orang kafir musuh. Haram pencangkokan dengan bagian-bagian tubuh manusia, karena bahaya kebutaan tidak melebihi kerusakan pencemaran kehormatan mayat.”

Kemudian dalam kitab Hasyiyah al-Rasyidi ‘ala Fath al-Jawad11

َك ٍم َرَتْحُم َرْيَغ ْوَل َو ِجَهْنَمْلا ىَلَع ُّيِبَلَحْلا َلاَق اَمَك ِمَدَعْلاَك ٍذِئَنْي ِح ُهُد ْوُج ُوَف ُّيِمَدَلأْا اَّمَأ ٍ دَت ْرُم

ُم ُرْحَيَف ٍ يِب ْرَح َو

ُهُع ْزَن ُب ِجَي َو ِهِب ُلْص َوْلا.

“Adapun tulang manusia, ketika kondisinya demikian (terdapat alternatif menyambung tulang dengan selain tulang najis dan selain tulang manusia) maka keberadaannya sama seperti tidak ada, sebagaimana

10Syihāb al-Dīn Ahmad ibn Hamzah al-Ramlī, Hasyiyah al-Rasyidi ‘ala Fath al- Jawad, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘ilmiah, 2005), h. 26-27.

11 PBNU. Ahkamul Fuqaha., masalah nomor 315

Gambar

Tabel              Halaman

Referensi

Dokumen terkait

y Melakukan pemetaan sekolah dengan menggunakan model Pemetaan Sekolah Partisipatif yang telah berhasil di Gorontalo untuk pencapaian SPM di semua sekolah. Memantau Program

Secara umum pengembangan masyarakat (community development) dalam bahasa Arab disebut tathwirul mujtama’ il-islamy adalah kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan secara

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

yang akan mendorong individu untuk melakukan suatu kegiatan dalama. mencapai

Bentuk Pelarungan Sesaji dalam upacara Baritan di Desa Asemdoyong Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang meliputi: pembuatan ancak/jolen yaitu sebuah kapal yang

[r]

Dari pelaksanaan kegiatan mitra yang dilakukan oleh LPTK, FKIP UNSRI dengan. Depdiknas kabupaten Ogan Ilir, khususnya pada jenjang pendidikan dasar