• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH MANAJEMEN LABA, PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN TAMBANG YANG TERDAFTAR PADA BEI TAHUN OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH MANAJEMEN LABA, PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN TAMBANG YANG TERDAFTAR PADA BEI TAHUN OLEH"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MANAJEMEN LABA, PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN TAMBANG YANG

TERDAFTAR PADA BEI TAHUN 2011-2015

OLEH

ARISDIFA KURNIA KABAN 120503148

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

(2)

ABSTRAK

PENGARUH MANAJEMEN LABA, PROFITABILITAS, DAN LIKUIDITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN TAMBANG

YANG TERDAFTAR PADA BEI TAHUN 2011-2015

Penelitian ini betujuan untuk mengetahui apakah Manajemen Laba, Profitabilitas, dan Likuiditas berpengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan Tambang yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015. Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan metode asosiatif dengan hubungan kausal.

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dari masing-masing perusahaan tambang yang terdaftar di BEI mulai tahun 2011-2015 dan diperoleh dari website www.idx.co.id. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 10 perusahaan dari 41 populasi perusahaan tambang yang terdaftar pada BEI mulai tahun 2011-2015. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan program komputer yaitu SPSS Versi 23 dan pegujian data menggunakan pengujian asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinear, uji autokolerasi, dan uji heteroskedastitas sebelum melakukan pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan uji F dan uji t.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap Harga Saham. Dan secara parsial hanya Manajemen Laba yang tidak berpengaruh terhadap Harga Saham sedangkan Profitabilitas dan Likuiditas berpengaruh secara parsial terhadap Harga Saham.

Kata Kunci : Manajemen Laba, Profitabilitas, Likuiditas, dan Harga Saham Perusahaan

(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF EARNINGS MANAGEMENT, PROFITABILITY AND LIQUIDITY TOWARD SHARE PRICE ON MINING COMPANIES

REGISTERED IN BEI PERIOD 2011-2015

This research intend to Influence of Earnings Management, Profitability and Liquidity toward Share Price on Mining Companies Registered In BEI Period 2011-2015. This research uses a study design with associative method with a causal relationship.

Type of data used is secondary data of each mining company listed in the BEI beginning in 2011-2015 and obtained from the website www.idx.co.id.

Sampling was done by purposive sampling with sample 10 companies from 41 populations mining company listed on BEI beginning in 2011-2015. Data analysis techniques in this study using the computer program SPSS version 23 and the test of data using the classical assumption of normality test, multikolinear, autokolerasi test, and test heteroskedastitas before hypothesis test. This study uses model of multiple linear regression with F test and t test.

These results of this research indicate that all three independent variables in simultan influence toward stock price. And in parsial Earnings Management that not influence toward stock price while Profitability and Liquidity partial influence toward stock price

Keywords: Earnings Management, Profitability, Liquidity, and Company Stock Price

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya yang besar sehingga skripsi ini dapat selesai sebagai mana yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dengan judul “Pengaruh Manajemen Laba, Profitabilitas, dan Likuiditas terhadap Harga Saham Perusahaan Tambang yang Terdaftar pada BEI Tahun 2011-2015.”

Selama penelitian skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan berupa masukan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada orangtua, Ayahanda Jasmin Kaban dan Ibunda Dahlia br. Ginting atas kasih sayang, motivasi, doa, dan kepercayaan yang selalu diberikan kepada penulis. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli S.E., M.Si. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S.E., M.A.F.I.S., Ak., CPA Dan Bapak Drs.

Syahrul Rambe, M.M., Ak. sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Mutia Ismail S.E., M.M., Ak. sebagai Dosen Pembimbing penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada beliau yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan pengertian.

(5)

4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far M.M., Ak. sebagai Dosen Penguji penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih atas saran dan masukan dalam penyempurnaan isi penelitian ini.

5. Ibu Dra. Nurzaimah, M.M., Ak. sebagai Dosen Pembanding penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih atas saran dan masukan dalam penyempurnaan isi penelitian ini.

6. Seluruh Staf Pengajar dan staf Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Departemen Akuntansi untuk semua didikan, bantuan dan jasa-jasanya selama perkuliahan.

7. Kepada saudari-saudariku dr. Sri Melinda Kaban dan Debi Yolanda Kaban S.E yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis.

8. Kepada Novita Ginting. AmKeb dan keluarga besar KEVID yang senantiasa menemani, membantu, memotivasi, dan mendoakan penulis selama penelitian skripsi ini.

9. Kepada para teman-teman Akt 12 ; Ibrahimsyah, Roarga, Anton, Benyamin, Prayogo, Ondian, Hafizhan, Yoga, Yosef, Ambrocius, Dimas, Sabar, Winner, Yefta, Agung dan seluruh teman-temanku di S1 Akuntansi 2012 yang tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih buat bantuan, saran, motivasi dan doa yang kalian berikan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat selesai.

Penulis sudah memberikan usaha terbaik dalam penelitian ini, namun penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna yang semata-mata merupakan keterbatasan peneliti. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan

(6)

saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat sebangai bahan masukan khususnya di bidang akuntansi.

Medan,………..2017 Penulis

Arisdifa Kurnia Kaban

NIM: 120503148

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT ………. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ………... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2. Rumusan Masalah ………. 5

1.3. Tujuan Penelitian ……….. 5

1.4. Manfaat Penelitian ……… 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ……….….. 7

2.1.1. Manajemen Laba ………. 7

2.1.1.1. Pengertian Manajemen Laba .... 7

2.1.1.2. Cara Pemahaman Atas Manajemen Laba ……… 8

2.1.1.3. Teknik Manajemen Laba ……... 13

2.1.2. Profitabilitas ………. 15

2.1.2.1. Pengertian Profitabilitas ……… 15

2.1.2.2. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas ……….. 16

2.1.3. Likuiditas ……….. 21

2.1.3.1. Pengertian Likuiditas …………. 21

2.1.3.2. Jenis-jenis Likuiditas …………. 22

2.1.3.3. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas ……... 25

2.1.4. Harga Saham ……… 26

2.1.4.1. Pengertian Harga Saham ……... 26

2.1.4.2. Karakteristik Saham ………….. 27

2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu ……… 29

2.3. Kerangka Konseptual Dan Hipotesis Penelitian ….. 33

2.3.1. Kerangka Konseptual ………... 33

2.3.2. Hipotesis Penelitian ………. 35

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ……….. 38

3.2. Jenis Dan Sumber Data ………. 38

3.3. Batasan Operasional ……… ………. 39

3.4. Defenisi Operasional …………. ………... 39

3.4.1. Variabel Independen ……….. 40

3.4.2. Variabel Dependen ………. 41

3.5. Populasi Dan Sampel Penelitian ……… 41

3.6. Metode Pengumpulan Data ……… 43

3.7. Teknik Analisis Data ………... 43

3.7.1. Pengujian Data ……… 44

3.7.1.1. Pengujian Asumsi Klasik …….… 41

3.7.1.2. Pengujian Hipotesis ………….… 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Penelitian ……… 50

4.1.1. Deskripsi Umum Penelitian ………... 50

4.2. Hasil Penelitian ………... 51

4.2.1. Uji Asumsi Klasik ……… 53

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ……….. 61

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………. 66

5.2. Keterbatasan Penelitian ……….. 67

5.3. Saran ………... 67

DAFTAR PUSTAKA ……….… 69

LAMPIRAN ………. 73

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ………... 31

3.1 Defenisi Operasional ………... 40

3.2 Daftar Populasi Dan Sampel Penelitian Perusahaan Tambang ……….………...……... 42

4.1 Daftar Sampel Perusahaan Pertambangan ….…... 51

4.2 Statistik Deskriptif ……….…….. 51

4.3 Uji Normalitas ………..….... 53

4.4 Uji Multikolinear ………..….... 55

4.5 Uji Autokorelasi ………...…….... 56

4.6 Uji Glejer ...………...………….... 58

4.7 Uji F ..………...…………... 60

4.8 Uji t ………....……… 61

4.9 Uji Koefisien Determinasi ...…..……… 62

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 33 4.1 Grafik Normalitas P-P Plot ………. 54 4.2 Hasil Heteroskedastisitas Grafik Scatterplot ………….. 58

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman 1 Daftar Populasi Perusahaan Tambang…………... 73 2 Daftar Sampel Perusahaan Tambang..………... 75 3 Data Variabel Penelitian.……...……... 76 4 Output SPSS …………...……...……... 78

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seorang investor diharapkan benar-benar paham tentang harga saham dan kerap melakukan analisis harga saham terlebih dahulu agar tidak salah berinvestasi sebab naik turunnya harga saham tidak dapat diperkirakan secara pasti. Terdapat dua cara yang biasa digunakan dalam menganalisis harga saham yang terdiri atas analisis teknikal yang dipopulerkan oleh Dow dengan the Dow Theory (Kodrat dan Kurniawan, 2010) dan analisis fundamental yang analisa ekonomi, analisa industri, dan analisa perusahaan.

Salah satu parameter kinerja manajemen yang menjadi perhatian utama para investor adalah variabel-variabel yang bersumber dari laporan keuangan yang dapat menyatakan bahwa perusahaan itu sehat dan aman untuk diinvestasikan.

Manajemen wajib menyusun laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban kepada pihak stakeholders. Manajemen menyusun laporan keuangan perusahaan sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan juga harus sesuai dengan informasi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Laporan keuangan yang disusun sesuai dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) menurut Ankarath (2012) terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.

Seperti kita ketahui, salah satu tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan yang nantinya digunakan

(13)

sebagai bahan untuk pengambilan keputusan oleh stakeholders. Masalah yang sering terjadi dalam pelaporan laporan keuangan adalah relevansi informasi yang disajikan. Untuk mempertahankan para pemegang saham atau investor dan juga menarik investor baru, manajemen terkadang melakukan manipulasi informasi dengan melakukan manajemen laba.

Manajemen laba dilakukan bisa disebabkan karena adanya informasi lebih yang dimiliki manajemen dibanding pihak eksternal sehingga menyebabkan adanya informasi yang tidak seimbang. Manajemen dapat melakukan kebijakan- kebijakannya dengan leluasa untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan tanpa dapat diketahui secara langsung oleh pihak eksternal agar lebih menarik.

Ada dua motivasi manajer melakukan manajemen laba yaitu pertama melihatnya sebagai perilaku oportunis manajer untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Kedua motivasi tersebut dapat dijelaskan dengan teori keagenan dan teori signaling.

Teori keagenan menjelaskan bahwa kontrak yang dibuat dalam hubungan keagenan biasanya didasarkan pada kinerja perusahaan. Teori signaling menjelaskan bahwa manajemen memberi sinyal untuk mengurangi asimetri informasi. Teori keagenan menjelaskan bahwa manajer melakukan manajemen

(14)

laba yang menaikkan laba untuk menyembunyikan kinerja buruk dan melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan laba untuk menunda kinerja baik.

Teori signaling menjelaskan bahwa manajer melakukan manajemen laba yang menaikkan laba untuk memberikan sinyal laba kini atau mendatang lebih baik daripada kinerja yang diimplikasikan oleh laba non-diskresioner kini.

Manajer melakukan manajemen laba yang menurunkan laba untuk memberikan sinyal bahwa laba kini atau mendatang lebih buruk daripada kinerja yang diimplikasikan oleh laba non-diskresioner.

Perusahaan melakukan manajemen laba karena berusaha untuk meningkatkan penjualan saham, menurunkan pajak, mendapatkan bonus, memindahkan besarnya denda dan lainnya. Menurut Gideon yang dikutip dalam I Nyoman Wijana Asmara Putra (2011), manajemen laba (earnings management) telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com, dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT Lippo Tbk dan PT Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi informasi keuangan perusahaan. Beberapa kasus tersebut menunjukkan bahwa praktik manajemen laba dalam laporan keuangan bukanlah suatu hal baru. Karena tingginya tingkat persaingan, menimbulkan suatu dorongan atau tekanan pada perusahaan- perusahaan untuk berlomba-lomba menunjukkan kualitas dan kinerja yang baik meskipun harus melakukan tindakan manajemen laba.

(15)

Selain itu dalam hal menarik investor, laba merupakan salah satu komponen utama yang dijadikan daya tarik suatu perusahaan. Semakin tinggi laba suatu perusahaan maka semakin tinggi pula minat para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Untuk menarik investor baru, manajemen harus menampilkan informasi laporan keuangan yang menarik dimana profitabilitas dan likuiditas perusahaan harus tinggi. Menurut Sartono (2010) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri. Sehingga profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik para investor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) dalam jangka pendek. Para investor juga memperhatikan tingkat likuiditas perusahaan dalam menanamkan modalnya. Likuiditas yang tinggi akan menjadi nilai plus perusahaan oleh investor.

Pada perusahaan-perusahaan efek, sangat penting untuk meningkatkan harga saham. Profitabilitas dan likuiditas adalah salah satu faktor yang dapat dijadikan keputusan oleh para investor untuk menanamkan modalnya. Melakukan tindakan manajemen laba dilakukan agar laporan keuangan mengasilkan informasi yang berkesan menjajikan kepada para penggunanya termasuk juga calon investor.

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah Manajemen Laba berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tambang yang terdaftar pada BEI 2011-2015 ?

2. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tambang yang terdaftar pada BEI 2011-2015?

3. Apakah Likuiditas berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tambang yang terdaftar pada BEI 2011-2015?

4. Apakan Manajemen Laba, Profitabilitas, dan Likuiditas berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tambang yang terdaftar pada BEI 2011- 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah Manajemen Laba berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tambang yang terdaftar pada BEI 2011-2015.

2 Untuk mengetahui apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tambang yang terdaftar pada BEI 2011-2015.

3 Untuk mengetahui apakah Likuiditas berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tambang yang terdaftar pada BEI 2011-2015.

(17)

4 Untuk mengetahui apakah Manajemen Laba, Profitabilitas, dan Likuiditas berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tambang yang terdaftar pada BEI 2011-2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti sebagai penambah wawasan dan pengetahuan tentang

pengaruh manajemen laba, profitabilitas, dan likuiditas pada harga saham.

2. Bagi para investor diharapkan bahwa penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dalam membeli saham pada perusahaan nantinya.

3. Pada akademisi diharapkan dapat berkontribusi sebagai refrensi teori dalam hal profitabilitas, likuiditas, dan manajemen laba.

4. Bagi calon peneliti berikutnya diharapkan dapat menjadi sumber refrensi dalam melakukan penelitian berikutnya yang berhubungan dengan profitablitas, likuiditas, dan manajemen laba.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Manajemen Laba

2.1.1.1. Pengertian Manajemen Laba

Manajemen laba (earning management) ialah suatu intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud memperoleh keuntungan pribadi (Wolk et.al 2001). Manajemen laba adalah suatu bentuk penyimpangan dalam proses penyusunan laporan keuangan, yaitu mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan.

Schipper (dalam Lee dan Swenson, 2011) mendefinisikan manajemen laba sebagai purposeful intervention in the external financial reporting process, with the intent of obtaining some form of private gain. Sementara Cohen dan Zarowin (dalam Lee dan Swenson, 2011) mendefinisikan manajemen laba sebagai firms manage earnings through real activities manipulation as well through accruals.

Definisi–definisi diatas memberikan gambaran bahwa manajemen laba adalah suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh besarnya laba atau pendapatan sesuai dengan keinginan dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Sesuai kutipan–kutipan di atas, manajemen laba tersebut dapat dilakukan

(19)

melalui aktivitas perusahaan sesungguhnya maupun memanfaatkan rekening akrual perusahaan.

Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001:92) membagi definisi manajemen laba menjadi definisi sempit dan definisi luas : 1. Dalam definisi sempit, manajemen laba hanya berkaitan dengan

pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manager untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam penentuan besarnya laba.

2. Sedangkan dalam artian luas, manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas unit dimana manager bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan atau penurunan profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.

2.1.1.2. Cara Pemahaman Atas Manajemen Laba 1. Model Healy

Healy (1985) menguji manajemen laba dengan membandingkan rata-rata total akrual (diskala dengan lag total aset) antara variabel yang merupakan bagian manajemen laba.

Model Healy dirumuskan sebagai berikut :

𝑁𝐷𝐴τ =Σ𝑇𝐴𝑡 𝑇 Dimana :

NDA = Estimasi nondiscretionary accrual

TA = Total akrual yang diskala dengan lag total aset

t = 1,2,… t merupakan tahun subscript untuk tahun-tahun yang termasuk dalam periode estimasi

(20)

τ = Tahun subscript yang menunjukkan suatu tahun dalam periode berjalan

2. Model DeAngelo

DeAngelo (1986) menguji manajemen laba dengan memperhitungkan perbedaan pertama dalam total akrual, serta mengasumsikan bahwa perbedaan pertama mempunyai suatu nilai ekspektasi nol di bawah hipotesis nol yaitu tidak adanya manajemen laba. Nondiscretionary accrual berdasarkan model DeAngelo dirumuskan sebagai berikut:

NDAt=TAt-1

3. Model Jones

Model Jones (1991) berusaha untuk mengontrol dampak perubahan ekonomi perusahaan terhadap nondiscretionary accrual. Model Jones untuk nondiscretionary accrual dirumuskan sebagai berikut :

NDAt = α1(1/At-1) + α 2(ΔREVt)+ α 3(PPEt)

Dimana :

ΔREVt = Pendapatan tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1 yang diskala oleh total aset pada tahun t-1 PPEt = Peralatan dan properti pabrik tahun t yang diskala

dengan total aset pada tahun t-1 At-1 = Total aset pada t-1

(21)

α 1, α 2, α 3 = Parameter spesifik perusahaan

4. Model Industri

Model industri berasumsi bahwa variasi-variasi yang terdapat dalam faktor-faktor penentu nondiscretionary accrual biasa terjadi pada perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama. Model industri untuk nondiscretionary accrual dirumuskan sebagai berikut :

NDA t = γ 1 + γ 2 median t (TAt) Dimana :

median t (TAt) = Nilai median dari total akrual yang diskala dengan lag aset untuk semua perusahaan non sample, yang sama dengan 2 digit kode SIC.

γ 1, γ 1 = Parameter spesifik perusahaan

5. Modified Jones

Penelitian ini menggunakan pola income maximation dan income minimation dalam mengidentifikasi manajemen laba dengan perhitungan diskresioner total akrual sesuai dengan Modified Jones.

Model Jones (1991) berfokus pada akrual total sebagai sumber manipulasi. Akrual total digunakan alih-alih satu atau dua akun tertentu saja. Ini dilakukan dengan harapan bahwa akrual total akan mampu menangkap porsi yang lebih besar dari manipulasi oleh manager daripada porsi yang ditangkap bila menggunakan satu dua akun saja.

Rumus model Jones :

(22)

1. Total accruals sesungguhnya :

TAC = NIit - CFit

Dimana :

NIit = Laba bersih perusahaan i pada periode t CFit = Arus kas operasi perusahaan i pada periode t

2. Total accruals yang diestimasikan dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square) adalah :

TACt/TAt-1 = α1(1/TAt-1)+ α2(∆SALt/TAt-1)+ α3(PPEt/TAt-1)+et

Dimana:

TACt =Total akrual dalam t TAt-1 = Total asset periode t-1

∆SALt = Perubahan pendapatan atau penjualan bersih dalam

periode t

PPEt = Property, plan, and equipment periode t α1, α2, α3 = Koefisien regresi

3. Non akrual diskresioner

NDTACt = α1(1/TAt-1)+ α2[(∆SALt-∆RECt)TAt-1]+ α3(PPEt/TAt-1) Dimana:

∆RECt = Perubahan piutang bersih dalam periode t

α1, α2, α3 = Fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total akrual

(23)

4. Diskresioneri total akrual

DTACt = TACt/TAt-1-NDTACt

Dimana :

DTACt = Diskresioner total akrual tahun t TACt = Total akrual tahun t

NDTACt = Non akrual diskresioner pada tahun t

Menurut Scott (2000) dalam Rahmawati dkk, (2006) dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (opportunistic earnings management).

2. Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (efficient earnings management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak- pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.

Scoot (2009) dalam Arif (2012) membagi pola manajemen laba manjadi 4 (empat) yaitu :

1. Taking a Bath

Taking a Bath adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada periode berjalan menjadi sangat rendah (bahkan rugi) atau sangat tinggi dibandingakan dengan laba pada periode sebelumnya atau sesudahnya. Teknik ini mengakui adanya biaya-biaya pada periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan sehingga mengharuskan manajemen membebankan perkiraan- perkiraan biaya mendatang, akibatnya laba periode-periode berikutnya akan menjadi lebih tinggi.

(24)

2. Income Minimazation

Income minimazation adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara manjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya. Pola ini dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas tinggi sehingga jika laba periode mendatang turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

3. Income Maximization

Income maximization adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi daripada laba sesungguhnya. Pola ini dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang.

4. Income Smoothing

Income smoothing (perataan laba) merupakan suatu bentuk manajemen laba yang dilakukan dengan cara membuat laba akuntansi relatif konsisten dari periode ke periode. Pola ini dilakukan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat megurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor menyukai laba yang relatif stabil.

2.1.1.3 Teknik Manajemen Laba

Menurut Asyik (2000: 23) dapat dilakukan dengan 3 teknik yaitu : 1. Perubahan Metode Akuntansi

Manajer mengubah metode akuntansi dari tahun buku sebelumnya sehingga dapat mengatur jumlah laba perusahaan sesuai dengan yang dia inginkan.

2. Memainkan Kebijakan Perkiraan Akuntansi

Manajemen memainkan informasi laporan keuangan dengan cara memainkan judgment perkiraan akuntansi sehingga manajemen erpeluang untuk melibatkan subjektivitas dalam menyusun estimasi.

3. Menggeser Periode Biaya atau Pendapatan

(25)

Manajemen menggeser periode biaya atau pendapatan.

Stice et al. (2007), menyatakan bahwa .”konsep akuntansi akrual yang fleksibel dan standar akuntansi yang telah disebarluaskan dapat memberikan kesempatan bagi manajemen untuk mengatur laba perusahaan”. Para akuntan menambahkan nilai informasi dengan menggunkan estimasi dan asumsi-asumsi untuk mengubah data aliran kas yang masih mentah menjadi data akrual. Teknik-teknik yang secara umum yang digunakan dalam manajemen laba adalah sebagai berikut:

1. Penggantian secara strategis. Laba yang stabil dapat diperoleh perusahaan dengan memastikan bahwa beberapa transaksi penting telah diselesaikan dengan cepat atau ditunda sehingga dapat diakui pada kuartal yang paling menguntungkan.

2. Perubahan pada metode atau estimasi dengan pengungkapan penuh.

Estimasi akuntansi berhubungan dengan piutang tak tertagih, retur atau dana pensiun, umur ekonomis asset, dan lain-lain. Apabila perubahan estimasi di ungkapkan secara menyeluruh dalam laporan keuangan, maka manajemen laba dapat dideteksi dengan mudah oleh para pengguna laporan keuangan.

3. Perubahan dalam metode akuntansi atau estimasi dengan pengungkapan yang minimal atau tanpa pengungkapan sama sekali.

4. Transaksi fiktif. Contoh dari transaksi fiktif seperti yang dilakukan oleh para manajer di Xerox Meksiko secara sembunyi-sembunyi

(26)

menyewa gudang yang digunakan untuk menyimpan barang-barang dagangan yang diretur untuk menghindari pencatatan retur penjualan.

Manajemen Laba (earning management) merupakan tindakan yang illegal, karena manajer memberikan informasi yang telah diubah kepada pihak internal maupun eksternal. Sehingga tingkat relevansi laporan keuangan tersebut menjadi diragukan dan juga tindakan manajemen laba telah menyimpang dari sistem penyusunan dan pelaporan laporan keuangan yang sesuai standar yang ditetapkan oleh Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

2.1.2. Profitabilitas

2.1.2.1 Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan (Brigham, 2001:89). Sedangkan menurut Kasmir (2008:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Profabilitas adalah salah satu faktor yang penting dalam menilai perusahaan. Perusahaan yang dikatakan berhasil adalah perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tergolong tinggi.

Dalam menarik investor baru, profitabilitas berpengaruh tinggi karena para investor dapat mengasumsikan apakah perusahaan tersebut dapat menghasilkan laba yang tinggi atau tidak dan juga dapat melihat

(27)

kinerja menejer perusahaan. Singvi dan Desai (1971) dalam Meliana (2006) menyatakan bahwa profitabilitas yang tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih rinci, karena manajer ingin meyakinkan kepada investor terhadap profitabilitas perusahaannya mengingat kebanyakan para investor lebih menyukai perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi, dengan harapan perusahaan mampu memberikan tingkat pengembalian yang tinggi.

Investor dapat melihat kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan profit atau mengukur tingkat profitabilitas perusahaan dengan asset, modal sendiri, dan penjualan. Dari situlah investor menganalisis kemampuan perusahaan dan menjadi acuannya untuk menanamkan modal.

2.1.2.2 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas

Kasmir (2008:198) mengatakan bahwa ada 5 jenis rasio profitabilitas yaitu :

1. Untuk margin laba kotor dengan rumus:

𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =Penjualan bersih − Harga pokok penjualan 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

(profit margin on sales)

Margin laba kotor menunjukkan laba yang relative terhadap perusahaan, dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok

(28)

penjualan. Rasio ini merupakan cara untuk penetapan harga pokok penjualan.

Untuk margin laba bersih dengan rumus :

𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥 (𝐸𝐴𝐼𝑇) 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠

(profit margin on sales)

Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan penjualan. Baik Profit Margin on Sales maupun Net Profit Margin apabila rasio nya tinggi ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, sebaliknya kalau rasionya rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen.

2. Hasil Pengembalian Assets (Return on Assets)

Rasio ini adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak terhadap jumlah asset secara keseluruhan. Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (%) dari asset yang dimiliki. Apabila rasio ini tinggi berarti menujukkan adanya efisiensi yang dilakukan oleh pihak manejemen.

(29)

Hanafi dan Halim (2003:84) menyatakan bahwa rasio Return on Assets (ROA) berfungsi untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki.

Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin efesien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba perusahaan.

Syamsudin (2004) mengatakan bahwa Return on Asset (ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan, semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik keadaan suatu perusahaan.

Ukuran yang sering digunakan untuk menghitung Return on Assets (ROA) adalah :

ROA =Laba Setelah Pajak 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

Return on assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian.

3. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah

(30)

pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik.

Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat digunakan sebagai berikut:

𝑅𝑂𝐸 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡𝑎𝑥 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

Menurut Helfert (2000), Return on Equity (ROE) menjadi pusat perhatian para pemegang saham karena berkaitan dengan modal saham yang diinvestasikan untuk dikelola pihak manajemen. ROE memiliki arti penting untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dalam memenuhi harapan pemegang saham.

4. Rasio pengembalian investasi (return on investment),

Diperoleh dengan membandingkan laba dengan total aktiva rata- rata.

𝑅𝑂𝐼 = Laba Bersih

Total aktiva rata − rata (investasi)

Laba atas investasi adalah rasio uang yang diperoleh atau hilang pada suatu investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan.

Jumlah uang yang diperoleh atau hilang tersebut dapat disebut bunga atau laba/rugi. Investasi uang dapat dirujuk sebagai aset, modal, pokok, basis biaya investasi. ROI biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dan bukan dalam nilai desimal. ROI tidak memberikan indikasi berapa lamanya suatu investasi.

(31)

5. Laba Per Lembar Saham Biasa (Earning per Share of Common Stock)

Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah dipotong pajak.Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa adalah jumlah keuntungan dikurangi pajak, dividen, dan dikurangi hak-hak lain untuk pemegang saham prioritas.

Rumus untuk mencari laba per lembar saham biasa adalah sebagai berikut:

Laba Per Lembar Saham = Laba saham biasa Saham biasa yang beredar

(32)

2.1.3. Likuiditas

2.1.3.1 Pengertian Likuiditas

Rasio likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo (Moeljadi, 2006:67).

Apabila semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya maka akan mempengaruhi berbagai kemungkinan perusahaan akan mendapatkan pembiayaan dari para kreditur jangka pendek untuk mengoprasikan kegiatan usahanya.

Rasio likuiditas dapat dihitung berdasarkan informasi modal kerja pos- pos aktiva lancar dan hutang lancar (Sawir,2009). Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan- peruasahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.

Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Riyanto (2008) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi. Suatu perusahaan yang mempunyai alat- alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala

(33)

kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut insolvable.

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos- pos aktiva lancar dan hutang lancar.

Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.

2.1.3.2 Jenis-Jenis Likuiditas

Secara umum, tujuan utama rasio keuangan digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Dari rasio likuiditas data diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik yang juga masih berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibanya, semua ini tergantung dari jenis rasio likuiditas yang digunakan. Dalam praktiknya untuk mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat menggunakan jenis -jenis likuiditas yang ada.

(34)

1. Current Ratio (Rasio Lancar)

Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.

Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan (Sawir, 2009). Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2008) yaitu :

1. Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar.

2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang lancar.

3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan mengurangi aktiva lancar.

Rumus untuk mencari Current Ratio adalah sebagai berikut :

(35)

𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 2. Quick Ratio (Rasio Cepat)

Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas.Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Sawir (2009) Mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.

Quick Ratio =aktiva lancar − persediaan hutang lancar

3. Cash ratio (Rasio Kas)

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan (Sawir, 2009).

Cash Ratio = kas hutang lancar

(36)

2.1.3.3. Tujuan Dan Manfaat Rasio Likuiditas

Perhitugan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling berkepentingan adalah pemilik atau ouner perusahaan untuk menilai kemampuan mereka sendiri. Dan bagi pihak eksternal berguna sebagai penentu keputusan untuk menyediakan dana pinjaman bagi kreditor juga menyalurkan atau menjual barang dalam bentuk kredit bagi supplier atau distributor.

Menurut Kasmir, beberapa tujuan dan manfaat rasio likuiditas :

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan.

2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur di bawah 1 tahun atau sama dengan 1 tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.

3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan dan piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan hutang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.

(37)

4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan.

5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk hutang.

6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan hutang.

7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.

2.1.4. Harga Saham

2.1.4.1. Pengertian Harga Saham

Saham merupakan suatu bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001) menyatakan:

Saham merupakan sebuah piagam yang berisi aspek-aspek penting bagi perusahaan, termasuk hak dari pemilik saham dan hak khusus yang dimilikinya berkaitan dengan kepemilikan saham. Contohnya adalah hak mendapatkan pendapatan tetap dari perusahaan disamping punya kewajiban untuk ikut menanggung risiko bila perusahaan dilikuidasi.

Pemilik saham juga berhak mengontrol perusahaan sesuai dengan kapasitas (jumlah) saham yang dimilikinya melalui rapat umum pemegang saham dengan menggunakan hak suara yang dimilikinya.

(38)

2.1.4.2. Karakteristik Saham

Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Beberapa karakteristik saham:

1. Saham Preferen (Preferred Stock)

Saham preferen memiliki sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa deviden preferen seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi (bond).

Dibandingkan dengan saham biasa, pemegang saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas deviden tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap memiliki karakteristik di tengah-tengah antara bond dan saham biasa. Akan tetapi saham preferen umumnya tidak mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa.

2. Saham Biasa (Common Stock)

Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa memiliki beberapa hak. Beberapa

(39)

hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah hak kontrol, hak menerima pembagian keuntungan, hak preemptive dan hak klaim sisa.

3. Saham Treasuri (Treasury Stock)

Menurut Jogiyanto (2003) “saham treasuri (treasury stock) adalah saham perusahaan yang pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri”. Sutrisno (2008:310) mengatakan bahwa saham adalah “bukti kepemilikan bagian modal atau tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas, yang memberi hak menurut besar- kecilnya modal yang disetor. Berarti dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga pembelian bukti kepemilikan bagian modal yang dibentuk dari interaksi antara para penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka terhadap keuntungan perusahaan.

Harga saham penutupan (closing price) yaitu harga yang diminta oleh penjual atau harga perdagangan terakhir untuk suatu periode. Secara umum, keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya (Abdul Halim, 2005:31). Dalam hal penilaian harga saham, terdapat tiga pedoman yang dipergunakan.

1. Bila harga pasar saham melampaui nilai instrinsik saham, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu tinggi). Oleh karena itu, saham tersebut sebaiknya dihindari atau dilakukan

(40)

penjualan saham karena kondisi seperti ini pada masa yang akan datang kemungkinan besar akan terjadi koreksi pasar.

2. Apabila harga pasar saham sama dengan nilai instrinsiknya maka harga saham tersebut dinilai wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan. Pada kondisi demikian, sebaiknya pelaku pasar tidak melakukan transaksi pembelian maupun penjualan saham yang bersangkutan.

3. Apabila harga pasar saham lebih kecil dari nilai instrinsiknya maka saham tersebut dikatakan undervalued (harganya terlalu rendah). Bagi para pelaku pasar, saham sebaiknya tetap dimiliki, karena besar kemungkinan dimasa yang akan datang akan terjadi lonjakan harga saham.

2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian mengenai harga saham telah beberapa kali dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Berikut ini adalahh beberapa contoh penelitian-penelitian yang berhubungan dengan harga saham.

Janu (2010) dengan judul Analisis pengaruh profitabilitas terhadap harga saham pada lembaga keuangan yang go public di BEI Tahun 2004-2007 variabel dependen pada penelitian Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning per share (EPS), Net Profit Margin (NPM) dan Harga Saham sebagai variabel independen. Hasil uji t pada penelitian ini menunjukkan bahwa hanya variabel ROA dan EPS saja yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel ROE dan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga

(41)

saham. Pada hasil uji F menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dari Return On Equity (ROE), Earning per share (EPS) dan Net Profit Margin (NPM) secara bersama-sama terhadap harga saham dan hasil Standarized Coefficients Beta menunjukkan bahwa EPS berpengaruh dominan terhadap harga saham.

Febrisa (2011) dengan judul Analisis pengaruh profitabilitas, leverage, dan earning per share terhadap harga saham perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Dengan variabel dependen Return On Asset,Return On Equity, Net Profit Margin, Debt To Equty Ratio, Earning Per Share, dan Harga Saham sebagai variabel independen. Hasil penelitian ini secara simultan, penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan Return On Asset,Return On Equity, Net Profit Margin, Debt To Equty Ratio, Earning Per Share, terhadap harga saham Harga Saham. Sedangkan secara parsial, hanya Earning Per Share yang memiliki pengaruh signifikan pada harga saham.

Anlovana (2011) dengan judul penelitian Pengaruh Rasio Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen pada penelitian ini ialah Quick Ratio, Banking Ratio, Return On Equity, dan variabel independennya adalah Harga saham. Pada penelitian ini, hasil penelitian yang di peroleh adalah secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari Quick Ratio, Banking Ratio, Return On Equity,terhadap harga saham sedangkan secara parsial, Quick Ratio, Banking Ratio, Return On Equity terhadap harga saham.

(42)

Siti (2012) Pengaruh manajemen laba terhadap hubungan antara relevansi informasi akuntansi dan harga saham pada perusahaan manufaktur yang masuk dalam daftar efek syariah. Variabel dependen penelitian ini adalah relevansi laba, nilai buku ekuitas, arus kas ,dan harga saham. Dari penelitian ini diperoleh hasil pada laba, nilai buku dan arus kas memiliki nilai relevansi. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian yang memperlihatkan masing-masing variabel laba, nilai buku dan arus kas mempunyai hubungan positif signifikan terhadap harga saham.

Manajemen laba akan mengurangi relevansi laba dan akan menyebabkan peningkatan relevansi nilai buku ekuitas dan arus kas perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba terbukti mengakibatkan penurunan relevansi nilai laba tetapi tidak memiliki dampak terhadap nilai buku ekuitas dan arus kas, ketika perusahaan melakukan manajemen laba melalui discretionary accruals.

Tabel 2.1 Peneliti terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian 1. Janu

(2010)

Analisis pengaruh profitabilitas Terhadap harga

saham pada

lembaga

Keuangan yang go public di BEI Tahun

2004-2007

Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Earning per share (EPS), Net Profit Margin (NPM) dan Harga Saham

-Hasil uji t menunjukkan bahwa hanya variabel ROA dan EPS saja yang

berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel ROE dan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham

-Hasil uji F menunjukkan ada pengaruh yang signifikan dari Return On

Equity (ROE), Earning per share (EPS) dan Net Profit Margin (NPM)

secara bersama-sama terhadap harga saham.

(43)

No Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian -Hasil Standarized Coefficients Beta menunjukkan bahwa EPS berpengaruh dominan terhadap harga saham, 2. Febrisa

(2011)

Analisis pengaruh profitabilitas, leverage, dan earning per share terhadap harga saham perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2007- 2009

Return On Asset,Return On Equity, Net Profit Margin, Debt To Equty Ratio,

Earning Per Share, dan Harga Saham

-Secara simultan, penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan Return On Asset,Return On Equity, Net Profit Margin, Debt To Equty Ratio, Earning Per Share, terhadap Harga Saham.

-Secara parsial, hanya Earning Per Share yang memiliki pengaruh signifikan pada harga saham.

3. Anlovana (2011)

Pengaruh Rasio Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap

Perubahan Harga

Saham pada

Perusahaan Perbankan di

Bursa Efek

Indonesia

Quick Ratio, Banking Ratio, Return On Equity, dan Harga saham

Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari Quick Ratio, Banking Ratio, Return On Equity,terhadap harga saham Secara parsial, Quick Ratio, Banking Ratio, Return On Equity,terhadap harga saham 4. Siti

(2012)

Pengaruh

manajemen laba terhadap

hubungan antara Relevansi informasi

akuntansi dan harga saham Pada perusahaan manufaktur yang masuk

Dalam daftar efek syariah

Relevansi Laba, Nilai Buku

Ekuitas,Arus Kas , dan Harga Saham

-Laba, nilai buku dan arus kas memiliki nilai relevansi.

Hal ini

ditunjukkan dari hasil

penelitian yang

memperlihatkan masing- masing variabel laba, nilai buku dan arus kas mempunyai hubungan positif signifikan terhadap harga saham.

-Manajemen laba akan mengurangi relevansi laba dan akan menyebabkan peningkatan relevansi nilai buku ekuitas dan arus kas perusahaan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

manajemen laba terbukti mengakibatkan penurunan

(44)

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting dan telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan di awal maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 :

H1

H2

H3

H4

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual No Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian relevansi nilai laba tetapi tidak memiliki dampak terhadap nilai buku ekuitas dan arus kas, ketika perusahaan melakukan manajemen laba melalui discretionary accruals

Manajemen Laba (X1) Profitabilitas

(X2)

Harga Saham Perusahaan Tambang Pada BEI

(Y) Likuiditas

(X3)

(45)

Manajemen laba dilakukan untuk memanipulasi laporan keuangan.

Dengan cara merubah keadaan keuangan perusahaan agar laba yang ditampilkan lebih tinggi atau stabil. Laba yang tinggi ataupun stabil akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan nantinya.

Profitabilitas berperan penting juga dalam penentuan harga saham.

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi berarti harga sahamnya juga tinggi. Sehubungan dengan kemampuan memperoleh laba dan dividen yang dapat diterima oleh investor atau pemegang saham tinggi. Dan juga kemampuan perusahaan untuk bertahan yang tinggi. Pada penelitian ini, dalam menentukan profitabilitas akan menggunakan rumus (ROA). Return on Assets mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Semakin tinggi Return on Asset yang dihasilkan perusahaan maka semakin tinggi pula laba yang dapat dihasilkan perusahaan.

Sehingga semakin tinggi Return on Asset perusahaan semakin tinggi pula harga saham perusahaan.

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Pada penelitian ini dalam menentukan likuiditas akan menggunakan rumus Current Ratio. Current Ratio menggunakan aktiva lancar dapat menutupi hutang lancar. Perbandingan yang besar antara aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi pula kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Maka jika perusahaan dapat dengan mudah melunasi hutang jangka pendeknya membuktikan bahwa perusahaan

(46)

tersebut mempunyai kondisi keuangan yang baik. Kondisi keuangan yang baik dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.

2.3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang nantinya akan diuji kebenarannya dalam sebuah penelitian. Sesuai dengan tinjauan teoritis dan rumusan masalah yang telah di uraikan diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1: Manajemen laba berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tambang yang terdaftar pada BEI 2011-2015

Manajemen Laba merupakan suatu tindakan illegal yang dimana data keuangan perusahaan khususnya laba diubah agar tampak perusahaan tersebut memiliki laba yang tinggi ataupun stabil agar menarik bagi pihak internal maupun eksternal. Sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan tersebut dikarenakan laba yang tertera pada laporan keuangan tinggi maupun stabil. Karena laba perusahaan yang tinggi ataupun stabil dapat menjamin keberlangsungan perusahaan dan memperoleh dividen yang tinggi bagi pemilik saham.

H2: Profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tambang yang terdaftar pada BEI 2011-2015

Seperti yang kita ketahui profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Maka semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi pula harga saham

(47)

perusahaan tersebut dilihat dari tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.

H3: Likuiditas berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tambang yang terdaftar pada BEI 2011-2015

Sama halnya seperti profitabilitas, Likuiditas juga penting dalam perusahaan. Perusahaan yang dapat melunasi kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya atau tingkat Likuiditas yang baik maka dapat menjadi jaminan yang baik untuk keberlangsungan perusahaan dengan salah satu contoh dalam melakukan pinjaman, pihak kreditur tidak akan ragu meminjamkan uang kepada perusahaan tersebut karena yakin bahwa perusahaan tersebut pasti dapat melunasi hutang pinjamannya.

Sehingga keberlangsungan operasi perusahaan dapat terus berjalan maka harga saham akan meningkat pada perusahaan yang mempunyai tingkat Likuiditas yang tinggi.

H4: Manajemen Laba, Profitabilitas, dan Likuiditas berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tambang yang terdaftar pada BEI 2011-2015.

Sesuai dengan penjelasan diatas, harga saham mengalami perubahan bila manajemen melakukan Manajemen Laba dimana data laba perusahaan diubah menjadi tinggi ataupun stabil, Profitabilitas atau kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan Likuiditas

(48)

perusahaan yang tinggi sehingga keberlangsungan perusahaan dalam beroperasi dan juga memperoleh keuntungan semakin terjamin.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan metode asosiatif dengan hubungan kausal. Menurut Erlina (2008:34) “penelitian asosiatif adalah penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih. Desain kausal berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi yang lain”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba, profitabilitas, dan likuiditas sebagai variabel independen (merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen), sedangkan harga saham sebagai variabel dependen (merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat).

3.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik pihak pengumpul data primer maupun pihak lain (Umar, 2001:69). Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dengan mendownload dari situs resmi yang disediakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) www.idx.co.id yang dapat dilihat dalam laporan keuangan perusahaan tambang yang terdaftar dengan periode tahun 2011-2015 dan www.sahamok.com.

(50)

3.3. Batasan Operasional

Sesuai pertimbangan-pertimbangan efisensi, keterbatasan tenaga, serta pengetahuan penulis, maka penulis melakukan beberapa batasan operasional terhadap penelitian ini, diantaranya:

1. Perhitungan variabel independen meliputi manajemen laba dihitung dengan Modified Jones , profitabilitas akan dihitung dengan (ROA) return on asset,, dan likuiditas dengan rumus Current ratio.

2. Penelitian ini dibatasi hanya selama 5 tahun yaitu dari tahun 2011-2015.

3. Penelitian dilakukan hanya terbatas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional menurut (Erlina, 2008) ialah “menjelaskan karakteristik dari objek dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan dalam penelitian”.

Sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu “ Pengaruh Manajemen Laba, Profitabilitas, Dan likuiditas Terhadap Harga Saham Perusahaan Tambangan Yang Terdaftar pada BEI Tahun 2011-2015 ”, maka terdapat dua jenis variabel penelitian yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan proses pembentukan elite dan interaksi elite dengan massa di Kabupaten Gowa berlangsung lebih terbuka, setiap orang memiliki kesempatan yang relatif sama

Pengaruh Shared Value , Komunikasi , Opportunistic Behavior Control Terhadap Kepercayaan Pengguna Internet Banking.. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh shared value

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi perda kota Surabaya nomor 7 tahun 2002 berkaitan dengan keberadaan Pedagang Kaki Lima yang menempati Ruang Terbuka Hijau

Namun jika melihat struktur kurikulum madrasah tampak bahwa muatan agama sebagai pembeda (distingsi) dan identitas Islam bagi madrasah tidak begitu berpihak,

Jika dilihat dari letak Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin saat ini kaitannya dengan pengembangan wilayah Kota Makassar sebagai salah satu pusat transportasi

Seorang anak yang belum pernah mengikuti atau menyelesaikan pendidikan prasekolah di taman kanak-kanak biasanya belum siap untuk mengikuti pendidikan formal di

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep pengangkatan anak dalam perspektif hukum Islam, untuk memahami status, alasan, dan akibat hukum apa yang timbul dengan adanya