• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan pengetahuan dengan tindakan masyarakat dalam memilih obat generik dan generik bermerek di apotek di kecamatan padang timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan pengetahuan dengan tindakan masyarakat dalam memilih obat generik dan generik bermerek di apotek di kecamatan padang timur"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa ilmu, kesehatan, dan kemudahan, sehingga penulis telah dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM MEMILIH OBAT GENERIK DAN GENERIK BERMEREK DI APOTEK DI KECAMATAN PADANG TIMUR” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu pada Universitas Perintis Indonesia.

Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari do’a, dukungan, semangat dan kasih sayang dari Ibu/Bapak, saudara dan teman-teman. Rasa hormat dan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. apt. Elfi Sahlan Ben selaku Rektor universitas Perintis Indonesia.

2. Ibu Dr. apt. Eka Fitrianda, M.Farm selaku Dekan S1 farmasi Universitas Perintis Indonesia

3. Ibu apt. Revi Yenti, M.Si selaku Ketua Prodi S1 farmasi Universitas Perintis Indonesia

4. Ibu apt. Puspa Pameswari, M.Farm selaku dosen pembimbing I dan Ibu apt. Isra Reslina, M.Farm selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, nasehat dan pengarahan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.

5. Ibu apt. Verawati, M.Farm selaku Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, dukungan, nasehat dan semangat selama penulis menyelesaikan pendidikan Strata satu di Universitas Perintis Indonesia.

6. Bapak dan Ibu dosen, serta seluruh staf pengajar Universitas Perintis Indonesia yang selama ini telah memberikan ilmu pengetahuan dan

(6)

v bimbingan serta nasehat yang sangat berguna bagi penulis selama menjalani pendidikan selama ini.

Semoga Allah SWT meridhoi dan memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala amal baik ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca khususnya di bidang kefarmasian.

Padang, 11 Januari 2020 Hormat Saya

Penulis

(7)

vi ABSTRAK

Penggunaan obat generik di Indonesia secara umum hanya memiliki pasar sekitar 7% apabila dibandingkan dengan pasar dari obat bermerek (branded generic).

Hal ini disebabkan anggapan dari masyarakat bahwa obat generik memiliki mutu yang lebih rendah daripada produk dengan merek dagang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan tindakan masyarakat dalam memilih obat generik dan obat generik bermerek di apotek Kecamatan Padang Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2020 pada masyarakat yang datang ke apotek Kecamatan Padang Timur.

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survey analitik menggunakan kuesioner tervalidasi. Pengisian kuesioner dilakukan oleh 100 responden yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan di masyarakat Kecamatan Padang Timur masuk dalam kategori rendah (skor <11) dengan nilai rata-rata 10,18 (72,71%). Dapat disimpulkan dari hasil uji chi square tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel pengetahuan dengan tindakan pemilihan obat (p>0,05).

Kata kunci: Pengetahuan, Tindakan, Obat Generik, Obat Generik Bermerek

(8)

vii ABSTRACT

The use of generic drugs in Indonesia in general only has a market of around 7%

when compared to the market for branded generic drugs. This is due to the assumption from the public that generic drugs are of lower quality than products with trademarks. This study aims to determine the relationship between knowledge and community action in choosing generic drugs and branded generic drugs in the pharmacy of East Padang District. The study was conducted in October - December 2020 on people who came to the East Padang District pharmacy. This research was conducted using an analytical survey method using a validated questionnaire. The questionnaire was filled in by 100 respondents who met predefined inclusion criteria. The data obtained were analyzed using the chi square test. The results showed the level of knowledge in the community of East Padang District was in the low category (score <11) with an average value of 10.18 (72.71%). It can be concluded from the results of the chi square test that there is no significant relationship between the knowledge variable and the drug selection action (p> 0.05).

Keywords: Knowledge, Action, Generic Drugs, Branded Generic Drugs

(9)

viii DAFTAR ISI

JUDUL ...

PERNYATAAN ORISINILITAS DAN PENYERAHAN HAK CIPTA... i

PENGESAHAN………... ii

PERSEMBAHAN……… iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL………... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Pengetahauan ... 4

2.1.1 Defenisi Pengetahuan ... 4

2.1.2 Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan ... 4

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan………. 5

2.2 Tindakan ... 5

2.2.1 Defenisi Tindakan………..……….. 5

2.3 Obat ... 6

2.3.1 Defenisi Obat ... 6

2.3.2 Penggolongan Obat ... 7

2.3.2.1 Penggolongan Obat Menurut Permenkes ... 7

2.3.2.2 Penggolongan Obat Berdasarkan Efek ... 11

2.3.2.3 Penggolongan Obat Berdasarkan Bentuk Sediaan ... 11

2.3.2.4 Penggolongan Obat Berdasarkan Penamaan ... 12

2.3.3 Obat Generik ... 12

2.3.4 Obat Generik Bermerek ... 14

2.3.5 Peran Obat ... 15

2.3.2 Rasionalitas Pemilihan Obat ... 16

2.4 Apotek ... 17

2.4.1 Defenisi apotek ... 17

2.4.2 Pelaksanaan Apotek ... 19

2.4.3 Kegiatan dalam Lingkungan Apotek ... 20

2.5 Masyarakat ... 22

2.5.1 Defenisi Masyarakat ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

3.2 Jenis dan Desain Penelitian ... 23

3.3 Populasi dan Sampel ... 23

3.3.1 Populasi ... 23

(10)

ix

3.3.2 Sampel ... 24

3.4 Teknik Sampling ... 25

3.5 Instrumen Penelitian ... 26

3.6 Variabel Penelitian ... 26

3.7 Defenisi dan Batasan Operasional ... 27

3.8 Teknik pengumpulan Data ... 28

3.8.1 Jenis Data ... 28

3.8.2 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

3.9.1 Uji Validitas ... 30

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 31

3.10 Pengolahan Data ... 33

3.11 Metode Analisis Data ... 32

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Hasil ... 35

4.2 Pembahasan ... 36

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Kesimpulan ... 47

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 53

(11)

x DAFTAR TABEL

Tabel 1. Uji Validitas Pengetahuan Masyarakat tentang Obat Generik dan Generik

Bermerek ... 37

Tabel 2. Uji Validitas Tindakan Masyarakat terhadap Obat Generik dan Generik Bermerek ... 37

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas……….... 38

Tabel 4. Data Demografi Responden Kecamatan Padang Timur…………... 39

Tabel 5. Analisis Univariat Pengetahuan Responden ... 40

Tabel 6. Analisis Deskriptif Pengetahuan ... 40

Tabel 7. Analisi Univariat Tindakan Responden……….. 42

Tabel 8. Analisis Chi Squere Antara Pengetahuan dengan Tindakan Pemilihan Obat ... 43

Tabel 9. Analisis Chi Squere antara Sosiodemografi dengan Tindakan Pemilihan Obat………... 45

Tabel 10. Bobot jawaban Skala Guttmat……… 61

Tabel 11. Penilaian Pengetahuan……….... 61

Tabel 12. Penilaian Tindakan……….... 61

Tabel 13. Nilai Tabel r Product Moment………... 70

(12)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kerangka Konsep………... 53

Lampiran 2. Mekanisme Kerja Penelitian...………... 54

Lampiran 3. Surat Izin dari Apotek………...………... 55

Lampiran 4. Informent Consent Responde………...…………... 56

Lampiran 5. Kuesioner Responden………...………... 57

Lampiran 6. Data Rekapitulasi distribusi penelitian………...……... 62

Lampiran 7. Data Rekapitulasi Kuesioner Pengetahuandan Tindakan…... 63

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian………...…………... 68

(13)

xii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo Obat Bebas ... 8

Gambar 2. Peringatan pada Obat Bebas Terbatas ... 9

Gambar 3. Logo Obat Bebas Terbatas ... 9

Gambar 4. Logo Obat Keras... 11

Gambar 5. Logo Obat Narkotika ... 11

Gambar 6. Pengisian kuesioner oleh responden di apotek…....……… 68

Gambar 7. Pengisian kuesioner oleh responden di apotek ... 68

Gambar 8. Pengisian kuesioner oleh responden di apotek………....……... 69

(14)

1 BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat berperan penting dalam perlindungan dan pemulihan kesehatan, selain membantu mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup (WHO, 2011). Sekitar sepertiga dari populasi dunia mengalami kesulitan dalam mengakses obat karena harga tinggi dengan proporsi yang meningkat menjadi 50% di negara berkembang (WHO, 2008).

Saat ini banyak sekali beredar bermacam-macam jenis obat baik itu produk generik maupun produk dagang, pada umumnya konsumen atau masyarakat lebih tertarik untuk mengkonsumsi produk obat bermerek/produk dagang dibandingkan produk generik, hal itu disebabkan adanya anggapan bahwa obat generik mutunya lebih rendah daripada produk yang bermerek/dagang. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama yang membuat obat jenis ini kurang dimanfaatkan (Rahayu et al., 2012).

Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Depkes RI, 2010). Pada dasarnya, obat generik merupakan salah satu sediaan farmasi yang telah memenuhi persyaratan farmakope serta melewati proses pembuatan sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional pada tahun 2013 menunjukkan bahwa secara nasional terdapat 31,9% rumah tangga yang mengetahui atau pernah mendengar mengenai obat generik. Penggunaan obat generik di Indonesia secara umum hanya memiliki pasar sekitar 7% apabila

(15)

2 dibandingkan dengan pasar dari obat bermerek (branded generic). Hal ini disebabkan anggapan dari masyarakat bahwa obat generik memiliki mutu yang lebih rendah daripada produk dengan merek dagang.

Menurut Handayani (2012), rendahnya penggunaan obat generik di masyarakat dikarenakan obat generik masih dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Penyebab masalah ini terkait dengan tenaga medis baik itu dokter atau bahkan pasien sendiri, masih menganggap obat generik obat yang murah dan tidak berkualitas, sehingga sering tenaga medis memilih untuk meresepkan obat selain generik karena adanya unsur financial incentives. Persepsi yang salah tentang obat generik itu sendiri, menunjukkan bahwa masih kurangnya edukasi dan pengetahuan masyarakat tentang obat generik. Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang obat generik inilah, yang akhir menyebabkan masyarakat cenderung mempercayakan pengobatan penyakitnya kepada dokter tanpa mempertanyakan jenis obat yang diberikan kepada mereka.

Obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek biasanya dibeli masyarakat di apotek, hal ini merupakan bentuk dari pengobatan sendiri.

Tingginya angka pengobatan sendiri sebanding dengan pembelian obat di apotek, salah satunya adalah Kota Padang. Menurut data badan pengelolaan statistik Sumatera Barat tahun 2013 Kota Padang merupakan kota dengan angka pengobatan sendiri (swamedikasi) tertinggi ke tiga di Provinsi Sumatera Barat dengan angka 3,69 %.

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melihat hubungan pengetahan dengan prilaku masyarakat dalam memilih obat generik dan obat generik bermerek.

(16)

3 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diambil rumusan masalah pada penelitian adalah:

Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan masyarakat dalam memilih obat generik dan obat generik bermerek di apotek di Kecamatan Padang Timur.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan tindakan masyarakat dalam memilih obat generik dan obat generik bermerek di beberapa apotek kecamatan Padang Timur.

1.4 Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti, dapat meningkatkan pengetahuan, lebih kritis dalam pemilihan obat, serta meningkatkan kesadaran untuk peduli terhadap kesehatan sendiri

2. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pembanding dalam penelitian selanjutnya dan memperoleh hasil yang lebih baik.

3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, dan lebih kritis dalam pemilihan obat, serta peduli terhadap kesehatan sendiri

(17)

4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif.

Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Wawan & Dewi, 2010).

2.1.2 Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistimatis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi

(18)

5 langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan:

1. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan, ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

2. Kultur (budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

3. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.

4. Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.

2.2 Tindakan

2.2.1 Defenisi Tindakan

Defenisi tindakan adalah seseorang yang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

(19)

6 diketahui, proses selanjutnya melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo, 2010).

Adapun tingkat tindakan dibagi sebagai berikut: respon terpimpin, mekanisme dan adopsi (Notoatmodjo, 2010).

a. Respon terpimpin, yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator tindakan pertama.

b. Mekanisme, adalah apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai tindakan tingkat kedua.

c. Adopsi, adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut

2.3 Obat

2.3.1 Defenisi Obat

Menurut Mentri Kesehatan RI tahun 2013, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Adapun bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi.

Obat adalah komoditas khusus bukan komoditas umum. Segala sesuatu yang berkaitan dengan obat dilakukan regulasi secara ketat karena menyangkut keamanan, keselamatan jiwa manusia. Mulai dari bahan baku, bahan penolong,

(20)

7 kemasan, produksi, pengujian mutu, distribusi dan peredaran, promosi/iklan, penjualan, penggunaannya, dilakukan pengaturan secara rinci dan ketat (highly regulated). Ada lima aspek penting setidaknya yang harus dipenuhi oleh produk obat yaitu: keamanan (safety), khasiat (efficacy), kualitas (quality), penggunaan yang rasional (rational of use) dan informasi produk yang benar (the right information) (Sampurno, 2011).

Obat tidak hanya berfungsi untuk mendiagnosa, mencegah maupun menyembuhkan berbagai jenis penyakit, baik pada manusia maupun hewan, tetapi juga dapat mengakibatkan keracunan. Beberapa pakar menyebutkan obat adalahracun. Obat dapat menyembuhkan jika digunakan secara tepat, baik secara waktu maupun maupun dosis (Zeenot, 2013).

Obat dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Namun, jika tidakdigunakan secara tepat maka dapat memberikan efek yang buruk. Maka dari itu, penggunaan obat harus sesuai dengan aturan yang diberikan oleh para ahli yaitu dokter dan apoteker (Zeenot, 2013)

2.3.2 Penggolongan Obat

2.3.2.1 Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000

Penggolongan obat diatas dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi. Penggolongan obat ini terdiri dari : obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika.

(21)

8 1. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual secara bebas diwarung kelontong, toko obat dan apotek. Pemakaian obat bebas ditujukan untuk mengatasi penyakit ringan sehingga tidak memerlukan pengawasan dari tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan, hal ini dikarenakan jenis zat aktif pada obat bebas relatif aman. Efek samping yang ditimbulkan pun minimum dan tidak berbahaya. Karena semua informasi penting untuk swamedikasi dengan obat bebas tertera pada kemasan atau brosur informasi di dalamnya, pembelian obat sangat disarankan dengan kemasannya. Logo khas obat bebas adalah tanda berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Yang termasuk obat golongan ini contohnya adalah analgetik antipiretik (parasetamol), vitamin dan mineral (Depkes, 2006).

Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di Departemen kesehatan RI. Contoh : Minyak Kayu Putih, Tablet Parasetamol, tablet Vitamin C, B Compleks, E dan Obat batuk hitam.

Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk untuk obat bebas dan untuk obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu bulatan berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam, seperti terlihat pada gambar 1 berikut :

Gambar 1. Logo Obat Bebas

(22)

9 2. Obat Bebas Terbatas

Golongan obat ini disebut juga obat W (atau Waarschuwing) yang artinya waspada. Diberi nama obat bebas terbatas karena ada batasan jumlah dan kadar dari zat aktifnya. Seperti Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas mudah didapatkan karena dijual bebas dan dapat dibeli tanpa resep dokter (Depkes, 2006).

Obat bebas terbatas adalah jenis obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi tertentu yang harus mempunyai tanda peringatan (P), namun dapat dijual bebas.

Gambar 2. Peringatan pada obat bebas terbatas

Penandaan untuk obat terbatas diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.2380/A/SK/VI/83. Tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 3. Logo Obat Bebas Terbatas

(23)

10 3. Obat Keras dan Obat Psikotropika

Obat keras disebut juga dengan obat daftar G. Obat keras adalah obat beracun yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksikan tubuh manusia, dan lain-lain, obat berada baik dalam bungkusan maupun tidak. Obat - obat yang dimasukkan ke dalam Daftar G ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan berupa “Daftar Obat Keras” dengan pemberian nomor-nomor.

Obat keras ini merupakan obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam, contoh : Asam Mefenamat (Depkes, 2006).

Pada bungkus luar harus disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter. Semua obat baru dimasukkan ke dalam Daftar G, kecuali apabila oleh Depkes telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan manusia. Obat baru ialah semua obat yang tidak tercantum dalam Farmakope Indonesia dan Daftar Obat Keras atau obat yang secara resmi, belum pernah diimpor atau digunakan di Indonesia, sehingga tidak diketahui khasiat dan keamanannya. Kecuali bila ditentukan lain, maka semua bahan yang tergolong obat Daftar G, berlaku bagi obat itu sebagai substansi dan juga bagi semua sediaan yang mengandung obat tersebut (Depkes, 2006).

Adapun penandaannya diatur berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan hurup K yang menyentuh garis tepi, seperti yang terlihat pada gambar berikut:

(24)

11 Gambar 4. Logo Obat Keras

4. Obat Narkotika

Menurut undang-undang no 22 tahun 1997, obat narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan. Contoh obat dari golongan ini adalah : Kokain, ganja, heroinmorfin, dan kodein.

Gambar 5. Logo Obat Narkotika 2.3.2.2 Berdasarkan Efek Yang Ditimbulkan

Seperti : Efek antiinfeksi, efek antijamur, efek antihistamin, efek antihipertensi, efek antikanker, dan vaksin (Mubarak, 2007).

2.3.2.3 Berdasarkan Bentuk Sediaan

a). Padat meliputi ekstrak, serbuk, pil, tablet, suppositoria, kapsul, dan ovula.

b). Cair meliputi sirup, larutan, suspensi, linimen, lotion, dan infus.

(25)

12 c). Semi padat meliputi salep, krim, gel, dan pasta.

d). Gas meliputi aerosol, oksigen, dan inhaler (Mubarak, 2007).

2.3.2.4 Berdasarkan Penamaan a). Obat Generik

b). Obat dengan nama dagang, obat diberi nama sesuai keinginan dari produsennya, seperti panadol, ponstan, amoksan, dan adalat.

c). Obat dengan nama kimia. Penamaan ini jarang digunakan dalam praktek sehari-hari karena sulit dihafalkan dan disebutkan, nama itu hanya untuk di buku-buku untuk menjamin tidak keliru dengan zat lain.

Contoh penamaan obat seperti asetosal (generik), asam asetil salisilat (nama kimia), dan aspirin (nama dagang) (Mubarak, 2007).

2.3.3 Obat Generik

Obat bukan dengan nama dagang yaitu obat generik. Obat generik adalah obat yang menggunakan nama International Non-proprietary Name (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Menkes RI, 2010). Penggunaan obat generik di Amerika Serikat sekitar 50% dari seluruh resep yang ada, sementara di Indonesia hanya mempunyai pasar sekitar 7% (Sampurno, 2011).

Di Indonesia, kewajiban menggunakan obat generik berlaku di unit-unit pelayanan kesehatan pemerintah. Agar upaya pemanfaatan obat generik ini dapat mencapai tujuan yang dinginkan, maka kebijakan tersebut mencakup komponen- komponen berikut:

(26)

13 1. Produksi obat generik dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Produksi dilakukan oleh produsen yang memenuhi syarat CPOB dan disesuaikan dengan kebutuhan akan obat generik dalam pelayanan kesehatan.

2. Pengendalian mutu obat generik secara ketat.

3. Distribusi dan penyediaan obat generik di unit- unit pelayanan kesehatan sesuai dengan CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik).

4. Peresepan berdasarkan atas nama generik, bukan nama dagang.

5. Penggantian (substitusi) dengan obat generik diusulkan diberlakukan di unit unit pelayanan kesehatan.

6. Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi dokter dan masyarakat luas secara berkesinambungan.

7. Pemantauan dan evaluasi distribusi obat generik secara berkala (Ditjen POM RI, 2008).

Mutu obat generik tidak perlu diragukan dikarenakan setiap obat generik mendapat perlakuan yang sama dalam hal evaluasi terhadap pemenuhan kriteria khasiat, keamanan dan mutu obat. Namun sekarang ini penggunaan obat generik mulai menurun. Untuk itu hasil dari pemeriksaan mutu dan informasi mengenai obat generik harus selalu dikomunikasikan kepada pemberi pelayanan maupun ke masyarakat luas (Ditjen POM RI, 2008).

Pemerintah dalam rangka menjamin keterjangkauan harga obat sebagai upaya memenuhi akuntabilitas dan transparansi kepada masyarakat, perlu pengaturan pemberian informasi Harga Eceran Tertinggi Obat (HET). HET adalah harga jual tertinggi obat di apotek, toko obat dan instalasi farmasi rumah sakit/

klinik. Industri Farmasi wajib memberikan informasi HET dengan mencamtukan

(27)

14 pada label obat berupa nilai nominal dalam bentuk satuan rupiah baik pada Obat Generik dan selain Obat Generik serta mencantumkan formula HET untuk Obat Generik yang terdapat dalam Katalog Elektronik (Menkes RI, 2016).

Obat generik pada tahun 1991 diluncurkan oleh pemerintah dengan nama Obat Generik Berlogo yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah. Jenis obat ini mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). Pemerintah mengendalikan harga obat generik agar obat dapat diakses masyarakat. Harga obat generik dapat dikendalikan dikarenakan obat generik hanya berisi zat yang dikandungnya dan dijual dalam kemasan dengan jumlah besar, sehingga tidak diperlukan biaya kemasan dan biaya iklan dalam pemasaran. Sejak tahun 1985 pemerintah menetapkan penggunaan obat generik pada fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (Anonim, 2014).

2.3.4 Obat generik Bermerek

Menurut Menkes RI, 2010 mengatakan bahwa obat generik bermerek/bernama dagang adalah obat dengan nama dagang yang mengggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan. Obat generik bermerek adalah obat yang telah habis masa hak patennya (off patent) yang diproduksi dan dipasarkan dengan nama dagang (brand name). Sebagian negara yang sedang berkembang memproduksi obat branded generic atau disebut juga obat “me too”.

Mereka tidak dapat memproduksi obat paten karena biaya Research &

Development (R & D) sangat mahal dan membutuhkan kapabilitas penelitian

dengan dukungan teknologi modern yang mahal (Sampurno, 2011). Obat paten adalah obat yang masih memiliki hak paten (Menkes, 2010).

(28)

15 Hak paten diberikan kepada industri farmasi pada obat baru yang ditemukannya berdasarkan riset Industri farmasi. Pemilik obat paten mempunyai hak ekslusif untuk memproduksi dan memasarkan obat patennya. Pihak lain diperbolehkan memproduksi jika mendapat persetujuan/izin dari pemilik paten tersebut. Paten dalam hal ini bisa berupa bahan aktif, proses teknologi dan khasiatnya. Setelah masa paten habis maka obat tersebut dapat diproduksi oleh industri lainnya (Sampurno, 2011).

Berdasarkan UU No 14 tahun 2001 tentang Paten, masa hak paten berlaku 20 tahun (pasal 8 ayat 1) dan hanya 10 tahun (pasal 9). Contoh obat paten adalah Norvask (Norvasc), kandungan aslinya amlodipine besylate untuk obat antihipertensi. Pemilik hak patennya adalah Pfizer. Ketika masih memiliki hak paten (sebelum 2007), hanya Pfizer yang dapat memproduksi dan memasarkan amlodipine. Namun setelah tahun 2007, amlodipine dapat diproduksi oleh industri farmasi lainnya dengan berbagai nama baik generik maupun nama dagang.

Amlodipine dengan nama Amlodipine (Generik) diproduksi oleh Soho, Amcor (nama dagang) diproduksi oleh Merck Indonesia, Calsivas (nama dagang) diproduksi oleh Fahrenheit dan lainnya (Anonim, 2011).

2.3.5 Peran Obat

Obat memiliki peranan penting dalam pelayanan kesehatan, karena pencegahan dan penanganan berbagai jenis penyakit tidak terlepas dari tindakan terapi menggunakan obat maupun farmakoterapinya. Adapun peran obat meliputi:

a. penetapan diagnosis

b. pencegahan terhadap segala bentuk/jenis penyakit c. menyembuhkan segala bentuk/jenis penyakit

(29)

16 d. memulihkan kesehatan mengubah fungsi normal tubuh dengan maksud tujuan

tertentu

f. mengurangi rasa sakit meningkatkan pola hidup sehat dalam ruang lingkup sosial kemasyarakatan atau peningkatan kesehatan

2.3.6 Rasionalitas Pemilihan Obat

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan sendiri atau dalam memilih dan menggunakan obat yaitu:

a. Memilih obat yang sesuai dengan jenis penyakit

Dalam memilih obat kita harus mengetahui penyakit yang akan diobati, baik jenisnya, gejalanya dan penyebabnya. Misalnya contoh kasus seseorang yang mengalami batuk, kita harus mengetahui jenis batuknya berdahak atau batuk kering, gejalanya, serta penyebabnya, sehingga dapat diberikan obat sesuai dengan jenis batuk yang diderita pasien tersebut, jika pasien menderita batuk berdahak diakibatkan oleh alergi, maka pasien akan diberikan obat batuk yang mengandung anti alergi.

b. Mengacu pada kondisi tubuh

Obat memberikan efek terapi yang berbeda pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi tubuh seseorang baik massa tubuh, pola hidup dan lainnya.

c. Obat dengan efek samping ringan

Semua obat memiliki efek samping, misalnya berupa mual, muntah, diare, mata kabur, mengantuk, badan lemah dan lainnya. Namun, tidak semua pasien akan merasakan efek samping yang sama. Oleh karena itu, kita harusnya memilih obat dengan efek samping yang ringan.

(30)

17 d. Memilih obat dengan bentuk sediaan yang sesuai dan nyaman

Obat tersedia dalam beberapa bentuk sediaan, misalnya tablet, sirup, salep dan lainnya. Pada anak-anak yang sulit minum obat dengan bentuk sediaan tablet atau kapsul, maka dapat diberikan obat dengan bentuk sediaan sirup sehingga mudah untuk diminum bahkan dengan berbagai variasi rasa.

e. Memilih obat dengan harga yang murah

Obat dengan harga yang tinggi tidak selalu menunjukkan kualitas yang lebih baik. Obat dengan isi bahan aktif yang sama akan memiliki efek yang sama dari segi khasiatnya, namun dari segi harga antar merek obat memiliki perbedaan harga 3 kali lipat bahkan lebih. Produsen akan berlomba-lomba membuat iklan ddan promosi, biaya iklan dan promosi akan dibebankan kepada harga produk obat tersebut (Widodo, 2004).

2.4. Apotek

2.4.1 Defenisi Apotek

Apotek adalah saran pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya kefarmasian oleh Apoteker. Apotek memiliki aturan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek, memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kefarmasian di apotek, dan menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan pelayanan kefarmasian di apotek. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di apotek harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat dan terjangkau (Permenkes No.9, 2017).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 apotek merupakan suatu tempat dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat

(31)

18 kepada masyarakat. Fungsi dan tugas dari apotek yaitu tempat menyalurkan pembekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang dibutuhkan masyarakat secara luas, tempat farmasi melakukan peracikan obat, pengubahan bentuk, pencampuran obat dan penyerahan obat. Dan apotek juga merupakan tempat pengabdian seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan (Romdhoni, 2009).

Menurut Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 pasal 21 ayat 1 yang berbicara tentang pekerjaan kefarmasian, menerapkan standar pelayanan kefarmasian haruslah seorang apoteker dalam hal menjalankan praktek kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian. Dalam ayat 2 menjelaskan bahwa seorang apotekerlah yang menyerahkan dan melayani resep dokter.

Fasilitas pelayanan kefarmasian menurut pasal 19 berupa apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat atau tempat praktek bersama. Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang digunakan oleh masyarakat.

Apotek mengutamakan kepentingan masyarakat oleh karena itu setiap apotek diwajibkan untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan pembekalan farmasi yang baik bagi masyarakat. Apotek dapat diusahakan oleh pemerintah atau lembaga pemerintah dengan tujuan pelayanan kesehatan yang ditugaskan kepada seorang apoteker yang telah mengucapkan janji sumpah serta memperoleh izin dari Dinas Kesehatan setempat (Mutia, 2012).

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 menyebutkan bahwa praktik kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan juga pendistribusian obat,

(32)

19 pelayanan obat maupun dalam bentuk resep dokter, pemberian informasi obat serta pengembangan obat. Pelayanan obat tradisional dan bahan obat diharuskan dilayani oleh tenaga kesehatan yang mempunyai wewenang dan keahlian sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan di Apotek yaitu:

1. Membuat obat, mengelola, meracik, mengubah bentuk obat, pencampuran, penyimpanan obat, dan sampai menyerahkan obat atau bahan obat.

2. Pengadaan obat, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan pembekalan farmasi yang lainnya.

3. Melayani informasi mengenai pembekalan farmasi, antara lain :

a) Melayani informasi tentang obat dan pembekalan farmasi lain-lain yang diberikan kepada tenaga kesehatan lain, masyarakat maupun kepada dokter.

b) Mengamati dan melaporkan tentang pengamatan keamanan, bahaya, mutu serta khasiat obat serta pembekalan farmasi lainnya. Seluruh pelayanan informasi yang dilaksanakan haruslah didasarkan kepada kepentingan masyarakat atau pasien.

c) Melakukan pelayanan informasi wajib yang didasarkan kepada kepentingan masyarakat (Ikasari, 2008).

2.4.2 Pelaksanaan Apotek

Apotek merupakan tempat dilakukan kegiatan layanan kefarmasian yang dilaksanakan oleh lembaga pemerintah/instansi pemerintah yang bertempat di pusat ataupun daerah yang dijalankan oleh farmasis/apoteker yang telah mengucapkan sumpah dan mendapatkan surat izin dari Menteri Kesehatan.

Menurut Permenkes RI Nomor 26 :

(33)

20 1) Apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan undang-undang berhak melakukan

pekerjaan kefarmasian sebagai apoteker di Indonesia.

2) Apoteker pengelola apotek, yaitu seorang apoteker yang telah diberi izin oleh Menteri Kesehatan untuk mengelola apotek di tempat-tempat tertentu.

3) Apoteker pendamping, yaitu apoteker yang menggantikan seorang apoteker pengelola apotek pada saat jam-jam tertentu pada hari buka apotek.

4) Apoteker pengganti, yaitu seorang apoteker yang menggantikan apoteker pengelola apotek yang berhalangan selama 3 bulan sampai dengan 2 tahun 5) Yang tidak dapat merangkap sebagai apoteker pengelola dan apoteker

pendamping di apotek lain.

6) Asisten apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan undang-undang memiliki hak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker (Pratiwiningsih,2008).

2.4.3 Kegiatan dalam Lingkungan Apotek 1. Pengelola Apotek

Apotek merupakan tempat melakukan pekerjaan kefarmasian dan tempat penyaluran pembekalan farmasi (obat, bahan-bahan obat, obat tradisional, alat kesehatan dan kosmetik) yang diberikan kepada masyarakat. Apotek dikelola oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang telah diberi izin untuk mengelola apotek yang dibantu oleh asisten apoteker (Pratiwiningsih, 2008).

2. Pelayanan Apotek

Apotek diwajibkan untuk melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan yang seluruh pelayanan di pertanggung jawabkan kepada apoteker untuk mengelola apotek ( Pratiwiningsih, 2008).

(34)

21 a. Dalam melakukan pelayanan resep harus sesuai dengan keahlian dan tanggung

jawab atas kepentingan masyarakat.

b. Seorang apoteker tidak diperbolehkan mengambil obat generik dalam resep dengan obat paten. Jika pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan maka apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter agar mengantikan dengan obat yang lebih tepat.

c. Apoteker wajib memberikan informasi obat sesuai dengan penggunaan obat yang diberikan kepada pasien yang meliputi cara penggunaan, efek samping dan cara penyimpanan obat atas permintaan masyarakat.

d. Bila apoteker berpendapat bahwa adanya kekeliruan dalam resep yang diresepkan atau penulisan nama obat yang tidak tepat harus menghubungi kembali dokter yang meresepkan.

Jika dokter yang meresepkan tetap dengan pendiriannya maka dokter diwajibkan menyatakan secara tertulis atau tanda tangan diatas resep :

1. Copy resep harus ditanda tangani oleh apoteker

2. Resep harus dirahasiakan dan disimpan dengan baik selama tiga tahun. Resep tersebut hanya boleh diperlihatkan kepada dokter yang menulis resep tersebut, seseorang yang merawat pasien tersebut, petugas kesehatan atau petugas lainya yang berwenang sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku.

3. Apotek yang dikelola oleh apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping ataupun apoteker pengganti diperbolehkan menjual obat keras yang termasuk dalam obat wajib apotek tanpa resep.

4. Apabila apoteker yang mengelola apotek berhalangan maka dapat diganti dengan apoteker pendamping tetapi jika apoteker pendamping juga

(35)

22 berhalangan maka dapat diganti oleh apoteker pengganti (Pratiwiningsih, 2008).

2.5 Masyarakat

2.5.1 Defenisi Masyarakat

Masyarakat merupakan manusia yang senantiasa berhubungan (berinteraksi) dengan manusia lain dalam suatu kelompok (Setiadi, 2013). Kehidupan masyarakat yang selalu berubah (dinamis) merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Manusia sebagai mahluk sosial selalu membutuhkan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhannya, sebuah keniscayaan manusia bisa hidup secara individual dalam lingkungannya.

Para ilmuwan di bidang sosial sepakat tidak ada definisi tunggal tentang masyarakat dikarenakan sifat manusia selalu berubah dari waktu ke waktu. Pada akhirnya, pada ilmuwan tersebut memberikan definisi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Berikut ini beberapa definisi masyarakat menurut pakar sosiologi (Setiadi, 2013):

1. Selo Soemardjan mengartikan masyarakat sebagai orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

2. Max Weber mengartikan masyarakat sebagai struktur atau aksi yang padapokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.

(36)

23 BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2020 di beberapa apotek di kecamatan Padang Timur. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian didasari oleh pertimbangan sebagai berikut:

1. Lokasi apotek cukup strategis, mudah dijangkau dan dapat menghemat biaya penelitian.

2. Dikarenakan banyak masyarakat yang melakukan pembelian obat di apotek daerah padang timur tersebut.

3.2 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini yaitu secara survey analitik terhadap populasi tertentu dengan pendekatan Cross sectional ialah penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara variable faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya, tiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap. variable subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2005). Data di analisis bivariate terhadap dua variable yang berkorelasi dengan pengujian statistik Chi-squere.

3.3 Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian merupakan merupakan wilayah yang ingin di teliti oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2011) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untukdipelajari dan kemudianditarik kesimpulanya.

Pengertian tersebut mengandung maksud bahwa populasi adalah seluruh individu

(37)

24 yang akan dijadikan subjek yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kecamatan Padang Timur.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo.S, 2010). Metode pangambilan sampel yang digunakan adalah purposive Sampling. Sampel penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kecamatan Padang Timur yang memenuhi kriteria inklusi.

Oleh karena jumlah populasi diketahui maka dalam penentuan jumlah minimal sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin sebagai berikut (Sugiyono, 2006) :

Dimana :

n = Number of samples (jumlah sampel)

N = Total population (jumlah seluruh anggota populasi)

e = Error tolerance (toleransi terjadinya galat; taraf signifikansi; yaitu 10%).

Katalog Padang Timur dalam Angka 2018 yang dipublikasikan oleh Badan Pusat statistik menyatakan bahwa jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Padang Timur adalah sebanyak 79.610 penduduk. Sehingga dapat dikatakan jumlah populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 79.610 penduduk.

Berdasarkan rumus Slovin maka dapat dihitung jumlah sampel untuk penduduk yang ada di Kecamatan Padang Timur adalah sebagai berikut :

(38)

25 n =

n =

n = 98,7594 = 100 penduduk

Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan jumlah responden minimal sebanyak 99 penduduk di Kecamatan Padang Timur. Namun peneliti menggenapkan sampel menjadi 100 responden sebagaimana teori Frankel dan Wallen yang menyatakan bahwa besarnya sampel minimum untuk penelitian adalah 100 responden (Soegardi, 1999).

Untuk mengatasi adanya kekurangan sampel misalnya karena kesalahan pada saat pengisian kuisioner, maka sampel ditambah 20% (Sastroasmoro, dkk, 2010), jadi jumlah sampel yang dibutuhkan:

n` = n + 20% (n) n’ = 100 + 20% (100) n’ = 100 + 19,998 n’ = 119, 998 = 120 3.4 Teknik Sampling

Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, dimana sampel diambil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan yaitu sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

1. Masyarakat yang membeli obat di apotek Kecamatan daerah Padang Timur 2. Masyarakat yang bisa membaca dan menulis

3. Masyarakat yang bersedia bekerja sama dalam penelitian ini

(39)

26 2. Kriteria Eksklusi

1. Masyarakat yang memiliki profesi dibidang kesehatan 2. Masyarakat yang berusia dibawah 17 tahun

3.5 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner.

Dimana kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. Kuesioner bagian I, berupa pertanyaan tentang sosiodemografi. Pertanyaan tersebut mengenai usia, jenis kelamin, pekerjaan, jumlah penghasilan masyarakat di Kecamatan Padang Timur.

2. Kuesioner bagian II, berisi pertanyaan tentang pengetahuan masyarakat tentang obat generik dan obat generik bermerek

3. Kuesioner bagian III, berisi tentang pertanyaan mengenai tindakan umasyarakat dalam memilih obat generik atau obat generik bermerek

Sebelum kuesioner tersebut diberikan pada responden, terlebih dahulu diminta persetujuan responden dengan menandatangani lembar persetujuan responden/Informent Consent.

3.6 Variabel Penelitian

Variable dalam penelitian ini menggunakan variable dependent (variable terikat) dan independen (variable bebas).

1. Variable bebas : Pengetahuan masyarakat terhadap obat generik dan obat generik bermerek.

2. Variabel terikat : Tindakan pemilihan obat

(40)

27 3.7 Defenisi dan Batasan Operasioanal

Agar tidak terjadi kesalahpahaman atau perbedaan pandangan dalam memberikan definisi atau pengertian pada variabel-variabel yang dianalisis, maka perlu dijelaskan bahwa defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variable yang di maksud, atau tentang apa yang di ukur oleh variable yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010). Pengertian serta pernyataan dari penelitian ini adalah :

No Variabel Defenisi operasional Alat Ukur Kategori

1. Pengetahuan Adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tantang

hal-hal yang

berkaitan tentang obat.

Kuisioner  Tinggi jika nilai ≥ 75%

 Rendah jika nilai ≤ 75%

2. Tindakan Hal – hal yang telah dilakukan responden berkenaan dengan pengetahuan yang telah didapatkan

Kuisioner  Obat Generik

 Obat Generik Bermerek

(41)

28 3. Obat generik Obat dengan nama

resmi International Non Proprietary Names (INN) yang ditetapkan dalam farmakope Indonesia atau buku stndar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya

4. Obat generik bermerek

Obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan

3.8 Teknik Pengumpulan Data 3.8.1 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diambil dari responden langsung atau sampel penelitian. Data berupa jawaban dari kuesioner yang diberikan pada responden. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu terkait dengan masyarakat dalam memilih obat, dapat berupa buku-buku, tulisan atau esai di internet atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian pelayanan kefarmasian bagi masyarakat.

(42)

29 3.8.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan salah satu kegiatan yang dirumuskan secara tetap, hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh benar-benar akurat.

Untuk meperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah :

a. Observasi, yang dalam metode ilmiah biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik fenomena yang diselidiki. Sedangkan dalam arti luas tidak hanya sebatas pada pengamatan langsung dan tidak langsung, termasuk dalam pengamatan tidak langsung adalah kuesioner dan test. Peneliti mengobservasi bagaimana hubungan pengetahuan dengan tindakan masyarakat dalam memilih obat generik dan obat generik bermerek di apotek daerah kecamatan padang timur.

b. Angket/dokumentasi. Menurut Sugiyono (2011), Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Dalam penelitian ini digunakan kuesioner tertutup karena sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Metode angket ini digunakan untuk mengungkap hubungan pengetahuan dengan prilaku masyarakat dalam memilih obat generik dan obat generik bermerek. Dimana setiap butir jawaban masing-masing dari karakteristik memliki sebagian pernyataan yang mendukung (favorable) dan pernyataan tidak mendukung (unfavorable).

Pernyataan benar diberi skor 1 dan pernyataan salah deberi skor 0 (Azwar, 2000).

(43)

30 c. Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data-data mengenai hal-hal yang

diteliti dan juga berhubungan dengan objek penelitian.

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner (Arikunto, 2002). Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Masing-masing item dikatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2005). Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan sebuah alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Perhitungan akan dilakukan dengan bantuan komputerisasi.

Jumlah responden minimal yang digunakan untuk uji coba kuesioner adalah 30 orang responden, karena dengan jumlah minimal 30 orang responden maka distribusi nilai akan mendekati kurva normal (Singarimbun dan Efendi, 1995), oleh karena itu uji validitas kuesinoner dilakukan dengan membagikan kuesioner pada 30 orang yang ada di Kecamatan selain Kecamatan Padang Timur. Lalu dihitung nilai r nya. Validasi dilakukan pada responden di beberapa apotek Kecamatan Koto Tangah

Validitas berkenaan dengan tingkat kecermatan suatu instrumen penelitian.

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan indikator yang digunakan sebagai alat ukur variabel. Rumus korelasi menurut (Sugiyono, 2010) adalah:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

(44)

31 Dimana :

X = total butir masing-masing pertanyaan Y = total skor dari seluruh pertanyaan N = jumlah responden

r hit = koefisien korelasi hasil perhitungan

r tab = koefisien korelasi dari tabel dengan taraf signifikansi 5%.

Hipotesisnya adalah:

1. H0 : ρ = 0 [Tidak ada korelasi signifikan skor item dengan total skor (tidak valid)]

2. H1 : ρ ≠ 0 [Ada korelasi signifikan skor item dengan total skor (valid)]

Kriteria penerimaan / penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:

a. Tolak H0 jika nilai probabilitas yang dihitung < nilai probabilitas yang ditetapkan 0,05 (Sig.2 tailed<ɑ0,05)

b. Terima H1 jika nilai probabilitas yang dihitung > nilai probabilitas yang ditetapkan sebesar 0,05 (Sig.2 tailed>ɑ0,05).

3.9.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas terhadap hasil ukur skala dilakukan bila aitem-aitem yang terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasi menjadi satu.

Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subyek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam

(45)

32 skala. Teknik ini dipandang ekonomis dan praktis (Azwar, 2000). Penghitungan daya beda aitem dan koefisien reliabilitas dalam uji coba ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 24.0 For Windows.

Kriteria penggujian reliabilitas adalah jika nilai koefisien reliabilitas (Cronbach alpha )> 0,6 maka instrument reliabilitas (terpercaya).

3.10 Pengolahan Data

a. Editing, Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

b. Coding, Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.

c. Entry data, Memasukkan data untuk diolah memakai program komputer untuk dianalisis. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik SPSS (statistical program for social science). Dimana SPSS merupakan sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan untuk analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan menggunakan menu- menu deskriptif dan kotak-kotak dialog yang sederhana sehingga mudah dipahami untuk cara pengoperasiannya.

d. Tabulating, Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam sistem.

(46)

33 3.11 Metode Analisis Data

a. Analisa univariat

Analisis ini dilakukan untuk menjelaskan atau menggambarkan karakteristik masing-masing variable yang diteliti dalam bentuk distribusi frekuensi dari setiap variable penelitian. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variable yang diteliti dan disajikan dalam bentuk table frekuensi.

b. Analisi Bivariat

Analisis bivariate dilakukan untuk melihat hubungan satu variable independen dengan satu variable dependen, dengan tujuan untuk mengetahui tujuan antara variable idnependen dengan variable dpenden dengan tanpa mempertimbangkan variable independen atau faktor-faktor lainnya. Analisis ini menggunakan uji kai kuadrat (Chi square) dengan menggunakan program SPSS yaitu dengan mencari nilai p, kemudian dibandingkan dengan nilai a=0,05.

Apabila nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau perbedaan antara dua variabel tersebut (Morissan, 2016)

Prinsip dasar uji kai kuadrat adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observed) dengan frekuensi harapan (expected). Uji statistic Chi square juga untuk melihat suatu hubungan (jika ada) antar dua variable sehingga diperoleh nilai X2 dan kemaknaaan statistik (nilai p value).

Menurut Susanto (2007) aturan yang berlaku pada uji chii squre adalah : a. Bila pada tabel 2 x 2 dijumpai nilai harapan (Expected) kurang dari 5, maka uji

yang digunakan adalah “fisher Exact Test”

b. Bila tabel 2 x 2 tidak ada nlai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya

“Countinuity Correction (a)”

(47)

34 c. Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dan sebagainya, maka digunakan uji “Person Chi squere”Likehood Ratio dan Linear-by-Linear Association” biasanya digunakan untuk keperluan yang lebih spesifik, misalnya analisis statifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linear dua variabel kategorik, amak kedua jenis ini jarang digunakan.

(48)

35 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Setelah dilakukan penelitian dari bulan Oktober sampai bulan November 2020 di Kecamatan Padang Timur Kota Padang, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan pada 30 orang responden, didapatkan hasil bahwa kuesioner pengetahuan masyarakat terhadap obat generik dan generik bermerek dengan 14 item pertanyaan dinyatakan valid (Tabel 1). Selanjutnya kuesioner tindakan masyarakat dalam memilih obat generik dan generik bermerek dengan 14 item pertanyaan dinyatakan valid (Tabel 2).

2. Uji reliabilitas pada pertanyaan yang telah valid didapatkan hasil dari kuesioner pengetahuan dan tindakan dalam memilih obat generik dan generik bermerek pada masyarakat dinyatakan reliabel (Tabel 3).

3. Karakteristik umum dari 100 responden, menunjukkan responden yang terbanyak adalah responden dengan usia 17-25 tahun (33%), jenis kelamin laki-laki (61%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (48%), pekerjaan lain- lain (40%), dan pengahasilan per bulan < 2.000.000 (44%) (Tabel 4).

4. Analisis univariat, pengetahuan masyarakat di Kecamatan Padang Timur masuk ke dalam kriteria rendah. analisis tindakan masyarakat dalam memilih obat di Kecamatan Padang cendrung lebih memilih obat generik (Tabel 5).

5. Analisis univariat tindakan masyarakat dalam memilih obat di Kecamatan Padang cendrung lebih memilih obat generik (Tabel 6).

(49)

36 6. Analisis bivariat (chi-square), tidak ada hubungan signifikan antara variabel pengetahuan dengan tindakan pemilihan obat dengan nilai p value 0,165 (p >

0,05) (Tabel 8).

7. Hasil analisis antara data sosiodemografi dengan variabel Tindakan menunjukkan nilai p value dari usia adalah 0,849, nilai p value dari jenis kelamin adalah 0,873, nilai p value dari pendidikan adalah 0,712, nilai p value dari pekerjaan adalah 0,113, dan nilai p value dari penghasilan adalah 0,750. Dimana dari data tersebut nilai p value > 0,05 (Tabel 9).

4.2 Pembahasan

Penelitian ini membahas atau melihat hubungan pengetahuan dengan tindakan masyarakat dalam memilih obat. Pada penelitian ini responden yang dipilih adalah responden yang datang untuk membeli obat ke apotek, dimana dengan hal tersebut peneliti dapat melihat atau mengamati secara langsung tindakan responden dalam memilih obat generik ataupun obat generik bermerek.

Hal ini lah yang dijadikan acuan oleh penliti dalam tindakan masyarakat dalam memilih obat tersebut.

4.2.1 Uji Validitas Kuesioner

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner sebagai alat ukur. Sebelum digunakan, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner pada 30 responden. Uji validitas yang digunakan adalah Korelasi Pearson Product. Hasil uji validasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(50)

37 Tabel 1. Uji Validitas pengetahuan masyarakat tentang obat generik dan generik Bermerek

Butir r tabel r hitung Keterangan

1 0,349 0,424 Valid

2 0,349 0,374 Valid

3 0,349 0,374 Valid

4 0,349 0,555 Valid

5 0,349 0,403 Valid

6 0,349 0,477 Valid

7 0,349 0,636 Valid

8 0,349 0,478 Valid

9 0,349 0,571 Valid

10 0,349 0,555 Valid

11 0,349 0,396 Valid

12 0,349 0,416 Valid

13 0,349 0,438 Valid

14 0,349 0,413 Valid

Tabel 2. Uji validitas tindakan masyarakat terhadap obat generik dan generik bermerek

Butir r table r hitung Keterangan

1 0,349 0,414 Valid

2 0,349 0,452 Valid

3 0,349 0,461 Valid

4 0,349 0,373 Valid

5 0,349 0,502 Valid

6 0,349 0,427 Valid

7 0,349 0,412 Valid

8 0,349 0,472 Valid

9 0,349 0,619 Valid

(51)

38

10 0,349 0,485 Valid

11 0,349 0,585 Valid

12 0,349 0,574 Valid

13 0,349 0,382 Valid

14 0,349 0,446 Valid

Hasil diatas menunjukkan nilai r hitung masing-masing pertanyaan lebih besar dari r tabel sehingga pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung masing-masing item besar dari r tabel (Ghozali, 2005).

4.2.2 Uji reliabilitas kuesioner

Suatu kuesioner bisa digunakan sebagai instrumen apabila kuesioner tersebut valid dan relibel, setelah kuesioner di validasi maka setelah itu dilakukan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang telah valid masing-masing pertanyaannya.

Suatu kuesioner dinyatakan reliabel apabila nilai cronbarch alpha > 0,6 (Ghozali, 2005). Hasil menunjukkan kuesioner bagian 1 (pengetahuan masyarakat terhadap obat generik dan generik bermerek) dengan nilai Cronbarch Alpha 0,726 dan kuesioner bagian 2 (tindakan pemilihan obat) dengan nilai cronbarch alpha 0,718.

Nilai masing-masing Cronbarch Alpa lebih besar dari 0,6 sehingga kuesioner dinyatakan reliabel.

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel Nilai α Cronbach Kriteria

1 Pengetahuan tentang obat

generik dan generik bermerek 0.726 Reliabel

2 Tindakan pemilihan obat 0.718 Reliabel

(52)

39 4.2.3 Karakteristik Sosiodemografi Masyarakat di Kecamatan Padang Timur

Karakterisik sosiodemografi masyarakat yang ada di Kecamatan padang timur, menunjukkan responden yang terbanyak adalah responden dengan usia 17- 25 tahun (33%), jenis kelamin laki-laki (61%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (48%), pekerjaan lain-lain (40%), dan pengahasilan per bulan < 2.000.000 (44%) (Tabel 4).

Tabel 4. Data Demografi Responden Kecamatan Padang Timur

No Keterangan Jumlah

(orang)

Persentase (%) 1 Usia : 17-25 tahun

26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun >65 tahun

33 27 13 15 8 4

33 27 13 15 8 4 2 Jenis kelamin : Laki-laki

Perempuan

61 39

61 39 3 Tingkat Pendidikan : SD

SMP

SMA/Sederajat Perguruan Tinggi

1 10 41 48

1 10 41 48 4 Pekerjaan : Pegawai Negeri

Pegawai Swasta Wiraswasta Rumah Tangga Lain-lain

3 19 29 9 40

3 19 29 9 40 5 Penghasilan : < 2.000.000

2.000.000 - 5.000.000 >5.000.000

44 40 16

44 40 16

Jumlah Responden 100 100

(53)

40 Distribusi responden yang paling banyak terdapat pada usia 17-25 tahun, dimana pada rentang usia tersebut dikategorikan ke dalam masa remaja akhir (Depkes RI 2009). Jenis kelamin responden yang paling banyak adalah laki-laki, hal ini dikarenakan lebih banyaknya pengunjung laki-laki yang datang ke apotek dan bersedia menjadi responen pada saat pengambilan data. Pekerjaan yang paling banyak adalah lain-lain, hal ini dikarekan pekerjaan responden bnyak yang tidak sesuai antara pekerjaan mereka dengan pilihan yang disediaan oleh peneliti sehingga responden memilih kategori pekerjaannya menjadi lain-lain atau responden belum bekerja/tidak bekerja. penghasilan paling banyak adalah < dari 2.000.000, hal ini dikarekan kemungkinan responden yang memilih pekerjaan lain-lain kebanyakan belum bekerja atau tidak bekerja sehingga memilih pengahasilan < dari 2.000.000.

4.2.4 Analisis Univariat Pengetahuan Responden

Berdasarkan hasil analisis univariat, pengetahuan masyarakat di Kecamatan Padang Timur masuk ke dalam kriteria rendah dengan nilai rata-rata 10,18 (72,71%). Data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5. Analisis Univariat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan Jumlah Persentasi

Tinggi 45 45%

Rendah 55 55%

Tabel 6. Analisis Deskriptif pengetahuan

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.

Deviasi

Total pengetahuan 100 5 14 10,18 1,9042

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerbitan House Bill of Lading yang dilakukan oleh PT Wira Servindo Kirana Abadi Semarang belum maksimal,

Inventarisasi Hama Dan Musuh Alami Pada Tanaman Jagung Farah Fauzia 051510401130; 2013; 45 halaman; Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 4 sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ashton, Williangham dan Elliot (1987) yang menggunakan variabel laba atau rugi perusahaan

Alasan pembuatan program keamanan dan keselamatan radiasi adalah bahwa Siloam Hospitals Kebon Jeruk mempunyai tugas untuk melayani masyarakat dalam pembuatan citra

– Tools yang disediakan Java untuk membangun aplikasi GUI – Menyediakan komponen GUI yang dapat digunakan dalam membuat. aplikasi Java

Bahasa Indonesia yang baik dan benar digunakan dengan sangat efisien dalam sebagian besar penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar digunakan dengan sangat efisien

Bahkan secara tersirat diasumsikan oleh Sosialisme, bahwa manusia yang sama dalam kapasitasnya sebagai konsumen, pekerja, manajer perusahaan, dan pegawai pemerintah akan

Kegiatan observasi merupakan kegiatan di mana penulis terjun langsung ke tempat yang menjadi objek penelitian, dimana dalam penelitian ini penulis melakukan praktek kerja