Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Christina Devita Sari 089114037
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Halaman Motto dan Persembahan
Trust your self.
You know
more than you think you do
-spockl-
Penelitian ini kupersembahkan untuk:
Bapak, Ibu,
PERASAAN DAN HARAPAN ANAK DARI KELUARGA BERCERAI
CHRISTINA DEVITA SARI
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perasaan dan harapan yang terjadi pada anak-anak dari keluarga bercerai. Peneliti menggunakan data dokumen laporan praktikum CAT yang tersedia di Laboratorium Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma tahun 2005-2011. Peneliti mendapatkan sembilan dokumen tes CAT dengan subjek berusia 6-11 tahun.Dengan menggunakan analisis tematik peneliti menemukan bahwa sebagian besar subjek mengungkapkan perasaan yang negatif seperti takut, khawatir, sedih akan keterpisahan, cemas, tidak berdaya,tidak aman, trauma akan bahaya dan diacuhkan ayah. Sementara itu harapan yang sering muncul adalah harapan akan kebersamaan dengan orangtua, harapan bahwa orangtua memberi rasa aman terkait dalam menghadapi bahaya serta harapan orangtua memberikan kasih sayang terkait pengabaian orangtua.Perasaan dan harapan tersebut merupakan akibat dari perubahan struktur keluarga sebagai tempat untuk berbagi kasih sayang, perlindungan pasca perceraian orangtua.
FEELINGS AND EXPECTATIONS OF CHILDRENS FROM DIVORCED FAMILIES
Christina Devita Sari
Abstract
This study was conducted to describe the feelings and expectations tha toccur in children from divorced families. Researchers used data CAT report document which is available at the Laboratory of the Faculty of Psychology, University of Sanata Dharma year 2005-2011. Researchers got nine CAT test papers with subjects aged 6-11 years. By using thematic analysis researchers found that most of the subjects expressed negative feelings such as fear, worry, sadness of separateness, anxious, helpless, insecure, traumatized of the dangers and ignored of father. While the expectation is that often arise hope will be togetherness, hope tha tparents give a sense of security in the face of danger associated with parental expectations related affectionate parental neglect.Feelings and expectations are the result of changes infamily structure as a place to share love, protection, post-divorce parenting
ix
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas
segala berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini menjadi salah satu syarat bagi mahasiswa untuk
menyelesaikan studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
dan memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Dalam rangka memenuhi syarat
tersebut, maka penulis mengangkat judul “PERASAAN DAN HARAPAN
ANAK-ANAK DARI KELUARGA BERCERAI.”
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan berhasil sebagaimana
mestinya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si. selaku Kaprodi Psikologi.
3. Ibu Agnes Indar Etikawati, M.Si.,P.si. selaku dosen pembimbing
akademik dan pembimbing skripsi, yang dengan sabar membimbing dan
teliti memeriksa serta memberi masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si. dan Ibu Auqilina Tanti Arini, S.Psi,
M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan pengetahuan
x
5. Seluruh dosen dan karyawan yang telah membimbing maupun membantu
penulis menuntut ilmu dan berproses di Fakultas Psikologi USD ini. Mas
Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Bu Nanik, dan Pak Gik terima kasih atas
bantuan,motivasi, maupun dukungan selama ini.
6. Kakak-kakak angkatan yang laporan CAT-nya sudah digunakan dalam
penelitian ini. Terima kasih.
7. Bapak, Ibu, kakak-kakakku, keponakanku terima kasih untuk doa,
semangat, peneguhan dan kesabaran menungguku menyelesaikan skripsi
ini.
8. Mas Tedo terima kasih untuk semangat yang selalu diberikan untukku
9. Sahabat-sahabatku Puput, Mila, Dewi, dan teman- teman satu bimbingan
Tiway, Ayu, Stela dan teman-teman Psikologi 2008 terima kasih atas
sharing pengalaman dan semangat.
10.Terima kasih Riana, Gigi untuk semua bantuannya
11.Terima kasih untuk teman-teman Mudika Santo Alloysius Gonzaga dan
Solfes. Terima kasih persahabatan yang indah. Kangen bernyanyi bersama
kalian.
Penelitian ini jauh dari sempurna, maka dari itu kritik serta saran
sangatpeneliti harapkan.
Penulis,
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
1. Manfaat secara Teoritis ………... 5
2. Manfaat secara Praktis………... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ... 6
A. Perasaan dan Harapan ... 6
xii
2.Arti Perasaan dan Harapan ... 7
B. Dampak Perceraian ... 9
1. Dampak Perceraian pada Orangtua ... 9
2. Dampak Perceraian Orangtua terhadap Relasi dengan Anak ... 9
3. Dampak Perceraian pada Anak ... 10
C. Children Apperception Test ( CAT ) ... 12
D. Perasaan dan Harapan Anak-anak dari Keluarga Bercerai ... 13
E. Pertanyaan Penelitian... 15
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 16
A. Jenis Penelitian ... 16
B. Fokus Penelitian ... 17
1. Perasaan... 17
2. Harapan ... 17
C. Subjek Penelitian ... 18
D. Metode Pengumpulan Data ... 18
E. Analisis Data ... 20
F. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 21
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23
A. Pelaksanaan Penelitian ... 23
1.Pengumpulan Data……….. 23
xiii
B. Hasil Penelitian... ... .. 24
1.Deskripsi Tiap Subjek Penelitian: Latar Belakang, Perasaan dan Harapan……….. 24
2. Perasaan dan Harapan semua Subjek ... 37
3. Pengelompokan Tematis ... 38
C. Pembahasan ... 42
BAB V. PENUTUP ... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 49
1. Bagi Peneliti Selanjutnya……….. 49
2. Bagi Orangtua, Khususnya Orangtua yang Bercerai………….... 49
3. Bagi Psikolog dan Praktisi Anak……… 49
DAFTAR PUSTAKA ... 51
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perasaan Semua Subjek ... 37
Tabel 2. Harapan Semua Subjek ... 38
Tabel 3. Kategori Perasaan dan Harapan yang Sering Muncul
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Data tahun 2011 di Indonesia menunjukkan bahwa dari dua juta
pernikahan setiap tahun, 12-15% berakhir dengan perceraian. Menurut
(Hurlock dalam Kertamuda, 2009), rumah tangga yang pecah karena
perceraian dapat lebih merusak anak dan hubungan keluarga, dibandingkan
rumah tangga yang pecah karena kematian.
Anak-anak dari keluarga bercerai memiliki kecenderungan untuk
menunjukkan masalah-masalah eksternal seperti kenakalan dangangguan
dalam perkembangannya dengan lingkungan, (Hurlock dalam Kertamuda,
2009), lemahnyakompetensi sosial dan relasi sebaya (Jaenicke et al dalam
Taylor and Andrew, 2009). Dampak eksternal lain yang ditimbulkan adalah
kurang memiliki tanggung jawab sosial, putus sekolah, menurunnya prestasi
akademik, menggunakan obat-obatan, memiliki hubungan intim yang kurang
baik, aktif secara seksual di usia dini, berhubungan dengan peer yang anti
sosial, dan memiliki nilai diri yang rendah (Conger dan Chao dalam Santrok,
1996).
Selain dampak eksternal perceraian orangtua juga menyebabkan
terjadinya masalah internal seperti kecemasan dan depresi(Hurlock dalam
gangguan kecemasan dan phobia (Taylor and Andrew, 2009; Amato, 2010).
Selain itu perceraian orangtua juga memiliki dampak negatif pada gambaran
diri anak (Jaenicke et al dalam Taylor and Andrew, 2009), frustrasi dan
mengalami perasaan takut karena perubahan situasi keluarga dan perasaan
cemas karena ditinggalkan salah satu orangtuanya, (Heterington dalam Dagun,
1990).
Perceraian dan perpisahan orangtua dapat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh pada pembentukan perilaku dan kepribadian anak. Anak bisa
merasakan dan melihat suatu kondisi yang terjadi pada kedua orang tuanya,
sesaat sebelum mereka memutuskan untuk bercerai. Namun anak tidak mampu
mengungkapkan apa yang dirasakan karena ada kekecewaan dan kekhawatiran
bahwa kondisi yang terjadi antara kedua orangtuanya disebabkan oleh dirinya
(Hurlock dalam Kertamuda, 2009).
Pada anak dari keluarga bercerai akan terlihat jika anak merasa minder
dan malu jika melihat temannya bersama kedua orangtuanya terlebih jika
ditanya tentang keberadaan orangtuanya. Hal tersebut membuat anak menjadi
merasa serba salah dan merasa berbeda dengan teman-temannya karena dia
tidak lagi memiliki orangtua yang utuh, (Hosman dan Froiland dalam
Kertamuda, 2009). Anak menjadi malu, merasa tidak pantas dicintai, marah
dan menyalahkan diri mereka atas perceraian orangtuanya. Perasaan malu,
merasa berbeda, tidak pantas dicintai dan marah tersebut akan terus tertanam,
sehingga dapat memperngaruhi perilaku dan kepribadiannya di masa
Variabel penelitian ini adalah perasaan dan harapan yang masuk dalam
need. Need merupakan petujuk atau dorongan seseorang dalam bertingkahlaku.
Menurut Bellak yang termasuk dalam need adalah behavioral, object, figures
(Bellak, 1997). Sedangkan menurut Murray,need meliputi motives, trends, dan
feelings dari tokoh utama (Murray dalam Semeonoff, 1975). Selanjutnya
peneliti memilih need dimana keinginan, trends disebut dalam penelitian ini
sebagai harapan dan feelings sebagai perasaan. Sehingga penelitian ini
mengambil perasaan dan harapan sebagai variabel yang dapat melihat need dari
para subjek.
Dengan melihat dampak-dampak negatif dari perceraian orangtua
terhadap anak maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui
perasaan-perasaan dan harapan-harapan anak dari keluarga bercerai. Berbeda dari
penelitian-penelitian sebelumnya yang melihat dampak perceraian orangtua
seperti kenakalan, penurunan nilai akademik, dll. Penelitian ini untuk melihat
respon afektif anak-anak dari keluarga bercerai mengenai dinamika yang ada
pada diri mereka dalam merespon perceraian orangtua.Oleh karena itu
penelitian ini menjadi penting untuk mengetahui perasaan dan harapan anak
sebagai gejala psikologis anak dari perasaan dan harapan anak yang terpendam
agar kebutuhan mereka bisa dipahami dan tidak mengakibatkan perilaku
menyimpang.
Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dokumen
CAT(Children’s Apperception Test). Tes ini di rancang untuk subjek
memberikan sepuluh stimulus gambar. Gambar-gambar dalam CAT dirancang
untuk memunculkan respon terkait dengan sikap dan reaksi anak dengan figur
orang tua, fantasi tentang intra atau ekstra agresi, penerimaan terhadap dunia
orang dewasa dan ketakutan-ketakutan anak terhadap kesendirian.
Dalam penelitian ini penulis lebih memilih menggunakan CAT karena
metode proyektif CAT dianggap lebih mampu untuk melihat perasaan-perasaan
dan harapan anak secara lebih mendalam yang mungkin tidak mereka sadari
sehingga muncul ke dalam cerita. Perasaan dan harapan anak yang tertuang di
dalam cerita adalah sebagai pancaran atau ekspresi dari perasaan dan harapan
anak secara nyata (Bellak, 1997). Selain itu instrumen CATlebih mudah
direspon anak-anak dibandingkan metode lain seperti wawancara dan
observasi. CAT lebih mampu mengungkap kebutuhan melalui cerita
dikarenakan jika menggunakan wawancara anak akan mengalami keterbatasan
dalam merespon dan menjelaskan pertanyaan yang mereka hadapi (Bellak,
1997).
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ‘Apa perasaan dan
harapan anak-anak dari keluarga bercerai?’
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan menambah
keragaman pengetahuan dalam dunia psikologi perkembangan anak secara
khusus mengenai perasaan dan harapan anak dari keluarga bercerai yang
terungkap dari CAT.
2. Manfaaat secara Praktis
Penelitian ini diharapkan tidak hanya sekedar tahu dan memahami
perasaan dan harapan anak dari keluarga bercerai namun juga agar para
orangtua yang sudah bercerai mengetahui perasaan dan harapan anak-anak
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A.Perasaan dan Harapan
1. Perasaan dan Harapan dalam Kepribadian
Murray mengemukakan peranan dari needadalah adalah sebagai
sesuatu yang menjelaskan motivasi dan petujuk dari tingkah laku (Murray
dalam Duane&Schultz, 2004).Menurut Murray kebutuhan adalah suatu
konstruk yang mewakili suatu daya pada bagian otak, kekuatan yang
mengatur persepsi dan kegiatan manusia. Perasaan dan harapan tersebut
mengarahkan kecenderungan seseorang dalam memahami tingkah laku.
Kebutuhan hampir sama dengan konsep dalam kepribadian bahwa
kebutuhan berkaitan dengan proses-proses fisiologi dalam otak. Kebutuhan
bisa dibangkitkan dari dalam atau digerakkan sebagai akibat rangsangan
dari luar. Kebutuhan membuat organisme aktif sampai situasi organisme
dan lingkungan dirubah untuk mereduksi kebutuhan tersebut. Beberapa
kebutuhan dibarengi oleh emosi-emosi atau perasaan-perasaan tertentu dan
sering dibarengi oleh tindakan-tindakan tertentu (Murray dalam Hall &
Lindzey, 1993).
Perasaan dan harapan dalam penelitian ini adalah sebagai kebutuhan.
Kebutuhan tersebut bergerak aktif dan menggerakkan motivasi seeorang
dalam melakukan perilaku tertentu. Dengan kata lain adalah jika anak-anak
harapan-harapan yang belum terpenuhi maka akan memotivasi anak dalam
melakukan tindakan tertentu.
2. Arti Perasaan dan Harapan
a. Perasaan
Menurut KBBI perasaan adalah rasa atau keadaan batin sewaktu
menghadapi (merasai) sesuatu. Perasaan adalah suatu afeksi awal untuk
seseorang mengambil tindakan atau emosi. Perasaan juga diartikan
sebagai suatu keadaan sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus baik
eksternal maupun internal (Chaplin dalam Wlgito, 2003). Perasaan
tersebut sebagai suatu keadaan kejiwaan pada suatu organisme atau
individu sebagai akibat adanya peristiwa atau persepsi yang dialami oleh
organisme. Dalam kata lain perasaan dalam diri individu dapat muncul
sebagai akibat dari seseorang melihat, mendengar atau mengalami
kejadian-kejadian tertentu sehingga mengakibatkan seseorang melakukan
reaksi tertentu.
b. Harapan
Menurut KBBI harapan adalah sesuatu yg (dapat) diharapkan:
keinginan supaya menjadi kenyataan. Harapan adalah jumlah
darikemauanmental dankekuatan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mencapai suatu tujuan (Snyder, 1994).Sedangkan menurut Rogers
harapan disebut sebagai ideal self. Ideal self merupakan apa yang
diinginkan tentang dirinya. Menurut Rogers harapan akan muncul dari
yang dikehendaki ( ideal self ) dan diri yang sebenarnya ( real self ). Di
dalam perkembangannya apabila kesenjangan ideal self dan real self
tersebut terlampau besar maka akan mengakibatkan kegoncangan yang
menyebabkan anak memiliki konsep diri yang negatif (Rogers dalam
Schultz, 1997).
Rogers berpendapat bahwa kebutuhan adalah sesutu yang penting
bagi pertumbuhan diri manusia karena kebutuhan merupakan dorongan
di dalam diri manusia. Dorongan tersebut bisa digunakan untuk
mengaktualisasikan, memelihara, dan mengikat semua segi individu
(Rogers dalam Schultz, 1997).
Dalam penelitian ini kebutuhan yaitu perasaan dan harapan anak
tersebut digali menggunakan tes appersepsi. Menurut Bellak (dalam
Karmiati & Suryaningrum, 2008) apersepsi merupakan proses dinamis
yang terjadi pada individu dalam memberikan interpretasi terdahap hasil
persepsi. Dalam tes ini subjek diberikan stimulus berupa gambar ambigu
sehingga subjek bisa dengan leluasa mengungkapkan perasaan-perasaan
atau harapan-harapan yang dipendamnya. Dalam penelitian ini perasaan
dari subjek diidentikkan dari cerita subjek yang dikemukakan oleh subjek
dengan menyebutkan perasaan-perasaan tersebut secara gamblang.
Sedangkan harapan-harapan subjek dapat diperoleh dari
keinginan-keinginan subjek yang diulang-ulang maupun dari cerita yang secara
B.Dampak Perceraian
1. Dampak Perceraian pada Orangtua
Perceraian dalam keluarga membawa dampak dampak secara
psikologis bagi orangtua. Orangtua yang bercerai akan mengalami depresi
dan gangguan kecemasan pasca perceraian yang terjadi. Orangtua yang
bercerai memiliki dampak perceraian diantaranya adalah ingin hidup
menyendiri, menjauhi banyak teman,depresi, tidak mood, putus asa dan
pesimis, kehilangan gairah untuk beraktivitas. Dampak lain yang
ditimbulkan adalah mengalmi penurunan energi, mengalami penurunan
konsentrasi (National institute of Mental Health dalam Taylor,
2008).Sementara itu pada ayah perceraian memberi dampak dalam pola
pikirnya. Ia mengalami kesulitan dalam taraf berpikir, merenungi dirinya
bagaimana menghadapi persoalan ini ( Heterington dalam Dagun, 1990).
2. Dampak Perceraian Orangtua terhadap Relasi dengan Anak
Orangtua yang mengalami depresi pasca perceraian mengalami
gangguan dalam beraktivitas termasuk berinteraksi dengan anak-anak
mereka. Mereka akan merasa gampang marah, stres, mudah putus asa,
mudah capek dan kehilangan kesenangan berinteraksi sosial. Perasaan ini
membawa perasaan frustasi dan dapat meningkatkan konflik (Rosen &
Amador dalam Taylor& Andrew, 1996). Orangtua yang depresi menjadi
sangat kurang bermain dan sangat kurang afeksi terhadap anak mereka
sehingga hubungan orangtua dan anak menjadi renggang (Lyons-Ruth,
3. Dampak Perceraian pada Anak
Perasaan depresi pada orangtua tersebut membawa dampak pada
hubungannya dengan anak sehingga menyebabkan dampak psikologis yang
meliputi beberapa segi kehidupan anak dan perkembangannya.
a. Dampak Sosial
Anak dari orangtua yang depresi mempunyai peluang tiga kali
lebih besar menjadi depresi (Downey & Coyne dalam Taylor&Andrew,
2009). Disebutkan pula bahwa hal tersebut juga memiliki dampak pada
self image, kemampuan sosial dan relasi sebaya, kenakalan, penggunaan
obat terlarang, dan aktif secara sex di usia dini (Jaenicke et al., dalam
Andrew&Taylor, 2009).
b. Dampak Psikologis
Anak yang orangtuanya bercerai memiliki resiko dua kali
mengalami depresi. Yang pertama anak akan mengalami depresi karena
melihat orang tuanyabercerai dan yang kedua anak menjadi dampak dari
depresi orangtuanya. Anak juga mengalami gangguan kecemasan, dan
memiliki perilaku merusak. Gangguan kecemasan dialami oleh anak
yang berusia delapan sampai 11 tahun. Secara keseluruhan anak yang
mengalami depresi yang disebabkan oleh dampak perceraian dari orang
tua orang tua pada usia delapan sampai 11 tahun memiliki dua kali
kemungkinan mengalami gangguan mental (Radke&Yarrow, dalam
Anak-anak di dalam penelitian ini berada di tahap anak-anak
akhir, anak-anak sudah mampu mengembangkan gambaran keadaan
ideal. Dari gambaran kedaan ideal tersebut dapat menggambarkan
tentang harapan sosok orang tua yang ideal dan membandingkan orang
tua mereka dengan standar ideal mereka (dalam Santrock, 2002). Hal
tersebut akan memunculkan harapan ideal mengenai keluarga dan orang
tuanya yang telah bercerai. mereka memiliki harapan akan keluarga yang
utuh dan bersama-sama dengan orangtua ketika mereka melihat
teman-teman mereka bersama dengan orarngtuanya (Hosman dan Folilan dalam
Kertamuda, 2009).
Dengan demikian perceraian membawa dampak yang cukup besar
bagi anak-anak dalam perkembangan mental dan sosialnya. Dampak
negatif dari perceraian membuat anak terganggu dalam
perkembangannya.
Kaitannya dalam penelitian ini perasaan-perasaan tersebut akan
dilihat sebagai hasil dari dinamika subjek pasca perceraian orangtua. Kita
perlu mengetahui perasaan dan harapan apa saja yang subjek rasakan
sehingga jika kita sudah mengetahi perasaan-perasaan dan harapan yang
muncul, maka harapannya adalah kita bisa mencegah reaksi negatif yang
akan ditimbulkan dari perasaan-perasaan tersebut dan harapan-harapan
C.Children Apperception Test ( CAT )
Dalam penelitian ini penggalian respon subjek menggunakan Children
Apperception Test. CAT adalah tes dengan teknik proyektif yang digunakan
anak dalam rentang waktu 3 sampai 10 tahun. CAT ini di desain untuk
memfasilitasi dalam memahami hubungan anak dengan figur-figur yang
penting dan dorongan-dorongan yang ada pada mereka. Gambar-gambar dalam
CAT dirancang untuk memunculkan respon mengenai masalah makan secara
khusus dan masalah oral secara umum, masalah persaingan antar saudara,
relasi dengan figur orangtua, fantasi tentang agresi, tentang penerimaan dunia
orang dewasa, ketakutan terkait kesendirian di malam hari, dinamika hubungan
interpersonal, kumpulan drive, dan pertahanan diri. CAT menggunakan figur
hewan dikarenakan anak lebih bisa memahami dan lebih dekat dengan cerita
tokoh hewan sehingga anak-anak bisa lebih mengungkapkan respon dengan
mudah. Sedangkan CAT-H ( Human ) digunakan oleh anak berusia 11 sampai
dengan 15 tahun. CAT dan CAT-H memiliki 10 kartu yang memiliki stimulus
ambigu dan memiliki tema-tema tertentu yang muncul dari kartu-kartu
tersebut. Tema-tema tersebut antara lain:
1. Kartu 1 : deprivasi oral
2. Kartu 2 : permainan, ketakutan akan agresi, simbol masturbasi
3. Kartu 3 : gender, kebingungan peran, konflik antara kepatuhan dan
otonomi
4. Kartu 4 : persaingan antar saudara, relasi dengan figur ibu
6. Kartu 6 : kecemburuan terhadap kedekatan orangtua,menginginkan
otonomi dari orangtua
7. Kartu 7 : agresifitas dalam hidup anak, ketakutan terhadap agresi
8. Kartu 8 : hubungan dengan orangtua, relasi ibu dan anaknya
9. Kartu 9 : ketakutan akan gelap, ditinggalkan sendiri, rasa ingin tahupada
apa yang terjadi di ruangan sebelah
10. Kartu 10: hukuman, konsep moral anak, toilet training
Dalam penelitian ini peneliti hanya mengambil cerita-cerita yang
mengungkapkan perasaan-perasaan dan harapan anak yang terlihat dalam
variabel tiga dalam form Bellak. Gambar-gambar pada kartu didesain
untuk memunculkan respon yang dirasakan oleh anak. Cerita-cerita
tersebut akan direspon anak sesuai dengan apa yang sedang mereka
rasakan dan pikirkan. Segala perasaan dan harapan anak yang muncul di
dalam cerita tersebut adalah pancaran perasaan dan harapan anak secara
nyata.
D.Perasaan dan Harapan Anak-anak dari Keluarga Bercerai
Downey dan Coyne dalam Taylor (1990) mengemukakan bahwa anak
dari orang tua yang depresi mempunyai tiga kali lebih besar menjadi depresi
juga. Mereka juga mempunyai resiko dalam berbagai permasalahan yang
mencakup lemahnya daya tahan tubuh, pemerosotan dalam nilai akademik,
Moos, 1983; Radke-Yorrow, 1998). Disebutkan pula bahwa hal tersebut juga
memiliki dampak pada self image, kemampuan sosial dan relasi sebaya
(Jaenicke et al., dalam Taylor, 2000). Anak yang orangtuanya bercerai
memiliki resiko dua kali mengalami depresi. Yang pertama anak akan
mengalami depresi karena melihat orang tuanya bercerai dan yang kedua anak
menjadi depresi karena anak menjadi dampak depresi orangtuanya. Anak usia
sekolah yang mengalami depresi pada usia lima sampai 7 tahun, dari usia yang
lebih muda terlihat depresi, gangguan kecemasan, dan memiliki perilaku
merusak ( Radke-Yarrow, dalam Tailor 1998).
Perilaku-perilaku anak tersebut didorong oleh motif-motif di dalam diri
mereka. Menurut Murray (1997), kebutuhan adalah sebuah konstruk yang
menunjukkan sebuah dorongan. Kebutuhan- kebutuhan dalam diri individu
tersebut disertai oleh perasaan tertentu. Konsep dari kebutuhan menjelaskan
motivasi dan petujuk dari tingkah laku. Kebutuhan dalam penelitian ini yaitu
perasaan dan harapan anak yang mereka ungkapkan sebagai reaksi mereka
dalam merespon perceraian orangtua.
Kebutuhan dimiliki muncul dari harapan-harapan dan perasaan tokoh
yang diceritakan. Jika dalam bercerita subjek selalu menonjolkan sesuatu yang
diulang-ulang terus menerus itu berarti menunjukkan adanya suatu kebutuhan
(Karmiati dan Suryaningrum, 2008).
Dalam penelitian ini kebutuhan pada anak dideteksi menggunakan tes
appersepsi atau disebut dengan CAT. Menurut Murray (1975) dan Bellak
penelitian ini peneliti hanya mengambil perasaan dan harapan saja sebagai
variabel yang diharapkan mampu mewakili kebutuhan-kebutuhan pada subjek.
Kebutuhan yang dimiliki muncul dari harapan-harapan tokoh yang diceritakan.
Dalam penelitian ini anak dari keluarga bercerai menurut perkembangannya
berada di tahap anak-anak akhir, anak-anak sudah mampu mengembangkan
gambaran keadaan ideal. Mereka sudah dapat menggambarkan tentang seperti
apa sosok orang tua yang ideal dan membandingkan orang tua mereka dengan
standar ideal mereka (dalam Santrock, 2002). Dalam hal ini dimungkinkan
bahwa subjek memiliki perasaan dan harapan ideal mengenai keluarga dan
orang tuanya yang telah bercerai dan diharapkan dengan stimulus CAT
perasaan dan harapan anak muncul dalam situasi keluarga bercerai.
E.Pertanyaan Penelitian
Apa saja perasaan dan harapan anak dari keluarga bercerai yang
16 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis
interpretatif. Analisis interpretatif bertujuan untuk mengungkapkan secara
detail bagaimana subjek mengalami dunia personal dan sosialnya. Analisis
interpretatif bertujuan untuk memperoleh makna dari berbagai pengalaman,
peristiwa, dan status subjek (Smith, 2009).
Dalam penelitian ini juga menggunakan teknik induktif dalam
menginterpretasi data. Teknik induktif adalah proses berpikir yang bertolak
dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu
kesimpulan. Peneliti tidak menggunakan teori sebagai pijakan awal namun
menggunakan data sebagai pijakan awal untuk melakukan penelitian. Jadi bisa
disimpulkan bahwa berpikit induktif adalah menarik sebuah kesimpulan umum
dari berbagai kejadian yang ada di sekitarnya (Bungin, 2007) ; (Sobur, 2003).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis interpretif untuk
memperoleh perasaan dan harapan anak akibat perceraian orangtua dan
menggunakan teknik induktif untuk menentukan kategori yang mencakup
B.Fokus Penelitian
Fokus dari penelitian ini adalah perasaan dan harapan anak-anak dari
keluarga bercerai terkait dengan keluarga berdasarkan apa yang terjadi dari
CAT. Variabel dalam penelitian ini yaitu perasaan dan harapan adalah data
yang di peroleh dari cerita subjek. cerita yang dipilih dan diinterpretasai dalam
penelitian ini adalah cerita-cerita yang relevan dengan relasi keluarga, situasi ,
hubungan dengan keluarga. cerita yang tidak relevan dengan latar belakang
subjek dan cerita yang mengisahkan tentang dongeng populer tidak dipakai.
1. Perasaan
Perasaan merupakan variabel dalam penelitian ini. Perasaan dalam
penelitian ini bisa dilihat dari cerita atau kata yang secara langsung
mengungkapkan perasaan-perasaan subjek.
‘Ada sebuah keluarga yang bahagia, namun orang tuanya harus pergi meninggalkan anak mereka untuk suatu urusan yang penting. Dengan perasaan takut ditinggal orang tuanya, tiba-tiba rumahnya dirampok’
Dalam hal ini subjek secara langsung mengungkapkan perasaan
takut karena ditinggal orangtua.
2. Harapan
Variabel dkedua dalam penelitian ini yaitu harapan dapat diperoleh
dari cerita subjek. Harapan tersebut bisa dilihat dari perilaku orangtua,
situasi keluarga dalam cerita dan bisa juga ditangkap secara keseluruhan
serta dari cerita subjek yang diulang-ulang.
Dalam cerita tersebut bisa dilihat bahwa subjek memiliki keinginan atau harapan agar keluarganya berbaikan.
C.Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria-kriteriatertentu
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Subjek dalam penelitian ini memiliki
karakteristik sebagaiberikut:
a. Subjek berada pada masa pertengahan anak-anak (middle childhood) yang
berada pada usia enam hingga 11 tahun.
b. Subjek merupakan anak dari orangtua yang bercerai.
c. Perceraian orangtua terjadi dalam masa kehidupan subjek dan dalam halini
perceraian orangtua terjadi ketika subjek sudah lahir.
D.Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data
dokumen. Disebut dokumen karena merupakan catatan peristiwa yang telah
berlalu, bisa berupa gambar, tulisan atau karya dokumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan bisa berupa cerita, biografi, catatan harian,
dan sejarah kehidupan (Maleong,2009). Dokumen memiliki beberapa
kelebihan, antara lain: dokumen merupakan sumber yang stabil, kaya, dan
mendorong; sebagai bukti untuk suatu pengujian; sifatnya alamiah, sesuai
dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks (Guba dan Lincoln dalam
pengetesan CAT (Children’s Apperception Test) dan dilengkapi oleh latar
belakang subjek.
Dalam penelitian ini respon CAT merupakan data utama. CAT
merupakan tes proyektif apersepsi atau tes bercerita (story telling). CAT terdiri
dari sepuluh gambar yang terdapat stimulus ambigu. Melalui gambar yang
disajikan dalam CAT ini, anak dapat memproyeksikan dan lebih mudah
mengekspresikan kebutuhan, konflik, kecemasan, dan dinamika hubungan
interpersonal. Selain itu, melalui CAT anak akan mudah dalam
mengekspresikan ide-ide yang sulit dibicarakan secara langsung dengan
metode wawancara, (Wenar & Kerig, 2000).
Dalam proses administrasi CAT tester harus membangun rapport yang
baik dengan anak terlebih pada anak yang lebih muda usianya. CAT harus
dikemas menjadi sebuah permainan dan bukan sebuah tes (Bellak, 2007). Anak
akan diberikan 10 kartu bergambar yang diberikan satu per satu dan anak akan
diminta untuk menceritakan apa saja dengan objek yang ada di dalam kartu
tersebut. Cerita tersebut mengungkap apa yang sedang terjadi, apa yang sedang
dilakukan oleh tokoh dalam kartu dan siapa tokoh yang berada di dalam kartu
tersebut. Ketika cerita sudah tersusun, tester kemudian menggali informasi
lebih dalam lagi seperti tempat dan usia tokoh dalam kartu.Dalam melakukan
penggalian informasi, terster juga harus memperhatikan aktivitas fisik yang
menyertai subjek dalam bercerita, gestur, ekspresi wajah yang disebut dengan
Penelitian ini juga menggunakan latar belakang subjek untuk
mendapatkan data secara lebih mendalam dan menyeluruh. Data latar belakang
diperoleh berdasarkan wawancara dan observasi. Latar belakang tersebut
meliputi kehidupan intrapersonal subjek atau pandangan subjek terhadap diri
sendiri dan kehidupan interpersonal subjek yang meliputi keluarga, pandangan
subjek terhadap orang tua, relasi dengan keluarga dan teman sebaya.
E.Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis tematik.
Kemudian penyimpulan secara menyeluruh terhadap hasil dalam CAT
diperoleh dengan menggunakan analisis tematik yaitu dengan cara
menentukan, (Bellak, 1997) :
1. Tema Deskriptif
Merupakan ringkasan cerita yang mempunyai arti untuk menjelaskan
psikodinamika subjek. Dalam tahap ini cerita-cerita subjek yang diringkas
dan kemudian dimasukkan di kolom deskriptif.
2. Tema Interpretif
Adalah tema yang dinyatakan dalam kalimat yang bersifat hipotesis
yang kemudian digeneralisasikan. Dalam tahap ini peneliti merumuskan
kalimat yang lebih umum yang mengandung sebab-akibat.
3. Tema Diagnostik
Tema diagnostik ini merupakan pernyataan yang sudah mengarah ke
harapan anak berdasarkan tema interpretif, dan latar belakang subjek di
kolom tema diagnostik.
Perumusan hasil diagnostik atau pemilihan deskriptif dibatasi pada
cerita-cerita yang relevan pada subjek dan latarbelakang subek sendiri serta
tidak berasal dari cerita poluler. Setelah diperoleh tema-tema diagnostik dari
setiap tema subjek peneliti kemudian menggunakan cara berpikir indukti
untuk menentukan kesimpulan hasil. Analisis tematik digunakan sebagai
gambaran umum perasaan dan harapapan subjek sedangkan induktif
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian menggunakan CAT ini dalam pemeriksaan keabsahan
data menggunakan teknik diskursus dimana peneliti mendiskusikan temuan dan
analisis dengan orang lain (Sarantakos dalam Poerwandari, 2005). Dalam hal
ini penulis mendiskusikan temuan dan hasil analisis dengan orang yang
berkompeten di bidang tes CAT yaitu dosen pembimbing. Diskursus dalam
penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Peneliti melakukan analisis tematik terhadap cerita CAT yaitu tema
deskriptif, tema interpretif, dan tema diagnostik dan dibatasi mengenai
hubungan dengan keluarga saja.
2. Peneliti dengan seorang psikolog, dalam hal ini dosen pembimbing skripsi
melakukan diskusi. Hal ini untuk memperoleh kesepakatan terhadap
3. Melakukan pengecekan kembali terhadap tema diagnostik (perasaan dan
23 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Pelaksanaan Penelitian
1. Pengumpulan Data
Peneliti mengambil data dari laboratorium Psikologi Universitas
Sanata Dharma tahun 2005-2011. Data dipilih berdasarkan kriteria subjek
yang sudah ditetapkan yaitu anak berusia enam sampai dengan 11 tahun
yang berasal dari keluarga bercerai. Perceraian terjadi setelah subjek lahir.
Berdasarkan kriteria tersebut peneliti mendapatkan delapan laporan dengan
menggunakan CAT-Human dan satu laporan menggunakan CAT Animal.
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari lima subjek laki-laki dan empat
lainnya adalah subjek perempuan.
Dari pelaksanaan penelitian peneliti mengambil data berupa cerita
yang memiliki unsur hubungan terhadap keluarga saja dan relevan dengan
kehidupan sehari-hari subjek serta tidak berasal dari cerita populer. Peneliti
mendapatkan56 data. Subjek 1 kartu yang relevan sembilan kartu, subjek
dua 8 kartu, subjek 3 enam kartu, subjek 4 enam kartu, subjek 5 enam kartu,
subjek 6 empat kartu, subjek 7 tujuh kartu, subjek 8 sembilan kartu, subjek
9 tujuh kartu.
2. Analisis Data
a. Interpretasi
Interpretasi dilakukan dengan menggunakan analisis tematik
mengidentifikasi tema deskriptif kemudian merumuskan tema
interpretif dan menentukan tema diagnostik. Cerita-cerita subjek
diringkas dan kemudian dimasukkan di kolom deskriptif. Selanjutnya
peneliti merumuskan kalimat yang lebih umum di kolom tema
interpretif. Tahap selanjutnya peneliti menentukan jenis perasaan dan
harapan anak berdasarkan tema interpretif, dan latar belakang subjek di
kolom tema diagnostik.
b. Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
diskursus yaitu peneliti meminta pertimbangan kepada dosen
pembimbing akademik yang menguasai interpretasi CAT. Hasil analisis
yang dilakukan oleh peneliti kemudian didiskusikan dengan dosen
pembimbing untuk menentukan kesepakatan tentang jenis perasaan dan
harapan- harapan anak yang muncul.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Tiap Subjek Penelitian: Latar Belakang, Perasaan dan Harapan
Berikut ini adalah deskripsi masing-masing subjek berdasarkan
a. Subjek FSC
i. Latar Belakang
Saat ini subjek FCS tinggal bersama eyangnya. Orangtua
subjek bercerai pada saat subjek berumur 8 tahun dikarenakan ayah
subjek tidak memiliki pekerjaan dan tidak dapat menghidupi
keluarga. Subjek sering dimarahi oleh neneknya karena dianggap
membandel dan tidak menurut serta sering mencuri uang di toko
neneknya.
ii. Perasaan dan Harapan
Perasaan yang muncul pada subjek FSC adalah perasaan
diacuhkan oleh figur ayah terkait dengan kasih sayang (P1), merasa
sedih karena dimarahi dan merasa bersalah, ibu memaksakan
kehendak (P2).
Sementara itu harapan yang muncul pada subjek adalah
harapanuntuk melakukan sesuatu bersama,kebersamaan, tinggal,
berkumpul bersama keluarga (H1).
iii. Dinamika
Orangtua subjek bercerai dikarenakan ayah subjek tidak
memiliki pekerjaan, sejak saat itu subjek tinggal bersama
neneknya dikarenakan ibunya menikah lagi dan rumah eyangnya
dekat dengan sekolahan tempat subjek menimba ilmu.Hal ini
membuat subjek FSC memiliki perasaan diacuhkan oleh figur
orangtuanya subjek tidak pernah lagi bertemu dengan ayahnya
sehingga subjek memiliki harapan untuk melakukan sesuatu
bersama atau kebersamaan, tinggal, berkumpul bersama
keluarga.Subjek senang menonton acara berita dan kartun seperti
naruto. Kebiasaannya ini sering membuat eyangnya marah-marah
karena subjek jadi malas, sulit diatur sekedar untuk mandi, belajar
atau sarapan. Hal tersebut membuat subjek merasa sedih karena
dimarahi dan merasa bersalah, ibu memaksakan kehendak (P2).
b. Subjek NL
i. Latar Belakang
Relasi di dalam keluarga subyek NL kurang harmonis
karena ayah dan ibu subyek telah berpisah beberapa tahun yang
lalu. Setelah perpisahan itu, ayah subyek sama sekali tidak pernah
menemui subyek lagi. Hal ini membuat subyek benar-benar
tergantung pada figur ibunya. Meskipun demikian, subyek
mengungkapkan bahwa dirinya merindukan kehadiran ayahnya.
Hubungan dengan kakak kandungnya sering diwarnai pertengkaran
karena perbedaan pendapat, saling mengejek, berebut barang atau
makanan, saling memukul dan lain-lain.
ii. Perasaan dan Harapan
Perasaan subjek yang muncul adalah perasaan takut
memunculkan perasaan takut, tidak berdaya, khawatir dalam
menghadapi bahaya (P4).
Harapan subjek yang muncul adalah harapan agar keluarga
terpenuhi kebutuhan dan merasakan kesenangan, memiliki
pekerjaan, mendapatkan materi (H2), harapan agar orang tua
memikirkan anak (H3), harapan orang tua menjadi pemberi rasa
aman, merasa aman (H4). Selain itu subjek juga memunculkan
harapan untuk mendapat dukungan atau bantuan dari orang tua
(H5), harapan untuk mematuhi orang tua (H6), harapan untuk
menceritakan pengalaman pada orang tua, mengeluarkan pendapat
(H7), harapan untuk mandiri (H8).
iii. Dinamika
Subjek memiliki perasaan takut, tidak berdaya, khawatir
dalam menghadapi bahaya (P4). Perasaan tersebut terkait ayah
subjek yang meninggalkan keluarga ketika subjek masih kecil
sehingga subjek memiliki harapan orang tua menjadi pemberi rasa
aman, merasa aman (H4). Peristiwa tersebut membawa dampak
kepada subjek sehingga subjek menjadi tergantung kepada ibunya
dan perasaan takut ditinggalkan orang tua, keterpisahan (P3),
Subjek memiliki harapan agar keluarga terpenuhi kebutuhan
dan merasakan kesenangan, memiliki pekerjaan, mendapatkan
materi (H2), harapan agar orangtua memikirkan anak (H3), harapan
harapan untuk mematuhi orang tua (H6), harapan untuk
menceritakan pengalaman pada orang tua, mengeluarkan pendapat
(H7), harapan untuk mandiri (H8). Di dalam kesehariannya subjek
adalah anak yang aktif, subjek selalu memberikan pendapatnya
dalam berbagai hal, hal tersebut memunculkan kebutuhan untuk
mengeluarkan pendapat.
c. Subjek ABM
i. Latar Belakang
Subyek adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara. Saat subyek
berusia 6 tahun, subyek di tinggal ayahnya yang pergi, dan tidak
diketahui keberadaannya hingga kini. Karena tidak ada kepastian
hingga bertahun-tahun Ibu kandung subyek memutuskan untuk
bercerai dengan ayahnya. Kini subyek bersama dua orang
kakaknya tinggal bersama kakak dari ibu kandungnya (budhe) dan
neneknya, namun setiap hari ibu subyek tetap menengok dan
membantu mempersiapkan sekolah subyek. Ibu subyek menikah
kembali dan dikaruniai seorang putra dari ayah tiri subyek. Namun
adik tiri subyek tinggal bersama kakak dari ayahnya dan sangat
jarang bertemu subyek. Sebelum menikah lagi subyek di diasuh
oleh ibunya sendiri yang berkerja keras memenuhi kebutuhan
ii. Perasaan dan Harapan
Perasaan yang muncul pada subjek ABM adalah perasaan
sedih karena kekurangan kebutuhan dasar (P5), perasaan diabaikan
oleh ayah, perasaan sedih terhadap pengabaian ayah (P1), dan
perasaan senang karena ditolong, ibu mengerti keinginan anak (P6)
Harapan yang muncul pada subjek adalah harapan akan
pemenuhan makan atau masalah feeding (H2), harapan mendapat
pertolongan saat dalam bahaya(H5), harapan mendapatkan rasa
aman ( H10). Selain itu harapan yang juga muncul adalah harapan
akan perhatian dan kasih sayang dari orangtua (H9), dan harapan
untuk tetap dicintai, diterima walaupun bersalah pada orang tua
(H11).
iii. Dinamika
Setelah kepergian ayah subjek yang tidak kunjung kembali
ayah dan ibu subjek bercerai sehingga ibu subjek bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhan subjek dan tiga saudaranya. Hal ini
membuat subjek memiliki perasaan sedih karena kekurangan
kebutuhan dasar sehingga subjek memiliki harapan untuk
tercukupinya kebutuhan dasar. Subjek mengaku rindu pada
ayahnya yang pergi tanpa memberikan kabar, hal tersebut
membuat subjek memiliki perasaan diabaikan dan sedih terhadap
pengabaian ayahsehingga subjek memiliki harapan akan perhatian
d. Subjek ASY
i. Latar Belakang
Sebelum orangtuanya berpisah, subjek ASY sering
bepergian dengan ayahnya, tanpa ibunya. Oleh karena itu, setelah
berpisah dengan ayahnya, subjek merasa sangat kehilangan dan
sangat ingin bertemu dengan ayahnya. Dalam keluarga, subjek
lebih dekat dengan ayahnya. Bagi subjek, ayahnya adalah ayah
yang baik. Walaupun sangat dekat dengan ayahnya, subjek juga
menyayangi ibunya. Setelah orang tuanya bercerai, subjek tinggal
bersama ibunya karena ayahnya bekerja di Malang. Sebelum orang
tuanya bercerai, mereka sering bertengkar di hadapan subjek.
Setiap kali orang tuanya bertengkar, ibu subjek selalu menangis
sehingga membuat subjek ikut menangis. Keadaan itu sangat
membuat subjek tertekan.
ii. Perasaan dan Harapan
Perasaan yang muncul pada subjek adalah senang karena
bisa melakukan kegiatan bersama keluarga (P7), perasaan tidak
aman,takut, cemas akan bahaya, kesulitan (P4), dan perasaan takut
karena ditinggal ibu,keterpisahan (P3).
Harapan yang muncul adalah harapan akan pemenuhan
iii. Dinamika
Di dalam keluarganya subjek adalah anak tunggal. Orangtua
subjek sangat memanjakan subjek. Setelah perceraian orangtuanya,
ayah subjek bekerja di Malang dan subjek tinggal dengan ibunya
hal tersebut yang membuat subjek ingin melakukan aktivitas
bersama keluarga. Sebelum perceraian orangtua, subjek sering
sekali jalan-jalan dengan ayahnya sehingga subjek memiliki
ketakutan akan keterpisahan dengan ayahnya pasca perceraian
orangtuanya.
e. Subjek MM
i. Latar Belakang
Selama satu tahun ini subjek MM dan adik perempuannya
diasuh oleh pakde dan budenya. Sedangkan orang tuanya telah
bercerai dan hidup terpisah dengan mereka. Ayah subjek kini
berada di Jakarta dan Ibu di Surabaya. Subjek tidak lagi diijinkan
bertemu dengan ayahnya. Menurut subjek Pakde dan Budhe adalah
orang yang galak dan suka memarahinya terutama jika ia tidak
disiplin dan melupakan sesuatu.
ii. Perasaan dan Harapan
Perasaan subjek yang muncul adalah perasaan tidak dekat
dengan ayah,diabaikan terkait dengan kasih sayang dan perhatian
(P1), takut karena ditinggal ibu, keterpisahan (P3), dan perasaan
Harapan yang muncul dari subjek adalah harapan untuk
mandiri, bertanggungjawab (H8), harapan untuk lepas dari bencana
(H5), harapan untuk mendapat pertolongan dari orang tua (H5),
harapanakan rasa aman (H10), dan harapan untuk dimengerti oleh
ibu (H12).
iii. Dinamika
Setelah perceraian orangtuanya subjek tinggal bersama
pakdhe dan budhenya. Orangtua subjek terpisah kota dengan
subjek. Hal tersebut membuat subjek memiliki perasaan takut
karena ditinggal ibu. Subjek juga tidak diperbolehkan untuk
bertemu dengan ayahnya pasca perceraian sehingga subjek
memiliki perasaan kurang dekat terkait dengan kasih sayang dan
memiliki harapan agar ibu mengerti keinginan anak bahwa sujbek
rindu dengan ayahnya dan ingin berjumpa. Sementara itu budhe
dan pakdhe subjek sering marah-marah jika subjek tidak disiplin
dan lupa akan sesuatu, sehingga membuat subjek memiliki
kebutuhan untuk bertanggungjawab.
f. Subjek TM
i. Latar Belakang
Semenjak orang tuanya bercerai subjek TM tinggal bersama
ibunya dan ayahnya berada di luar kota. Subjek diasuh oleh ibu dan
tinggal di daerah Mrican. Subjek sangat dekat dengan ibunya dan
demokratis terhadap subjek. relasi subjek dengan ayahnya berjalan
biasa saja. Setelah ayah subjek resmi bercerai dan tinggal di luar
kota, jarang ada komunikasi antara subjek dengan ayahnya, dan
subjek jarang bercerita mengenai ayahnya. Menurut pengakuan
subjek, sebelum orang tuanya bercerai, dulu ayahnya sering
memarahi ibu subjek.
ii. Perasaan dan Harapan
Subjek tidak memunculkan harapan akan kebersamaan
dengan ayah (H1).
iii. Dinamika
Sebelum orangtuanya bercerai subjek dekat sekali dengan
ayahnya. Subjek sering berjalan-jalan dengan ayahnya. Setelah
perceraian subjek tidak pernah bertemu lagi dengan ayahnya
sehingga memiliki harapan akan kebersamaan dengan ayah..
g. Subjek F
i. Latar Belakang
Sejak orang tuanya bercerai, subjek F tinggal dengan ibunya
di rumahnya yang dulu, Pawirotaman. Ayah subjek tidak pernah
mengurusi subjek dan ibunya. Sejak saat itu, subjek dan ibunya
menjadi sangat tidak suka dengan ayahnya. Hidup mereka berubah
terutama dalam hal ekonomi, karena ibu subjek tidak bekerja.
Karena sesuatu ayah subjek menjadi sering datang dan mulai mau
sehingga subjek menjadi bingung. Di sisi lain, ia sangat senang
tetapi kebencian ibunya membuat dia menjadi tetap tidak suka
dengan ayahnya dan berusaha memanfaatkan ayahnya sesuai
perintah ibunya. Karena sesuatu subjek harus tinggal dengan
ayahnya.
ii. Perasaan dan Harapan
Perasaan yang muncul pada subjek adalah Perasaan
menyalahkan ayah (P8), merasa marah diabaikan oleh ayah (P1),
perasaan marah, terpaksa karena ibu tidak mengerti keinginan anak,
terpaksa mengikuti keinginan ibu. Selain itu perasaan yang muncul
adalah memahami kesedihan ibu, ibu memikirkan anak (P2),
ketakutan akan kehadiran ibu tiri, takut ibu tiri jahat (P9), dan
kecemasan, takut terhadap bahaya, merasa tidak aman(P4).
iii. Dinamika
Setelah bercerai, ayah subjek tinggal di luar kora dan tidak
pernah mengurusi subjek sehingga subjek memiliki perasaan
menyalahkan ayah (P8), merasa diabaikan oleh ayah (P1). Setelah
beberapa saat pasca perceraian dan karena sesuatu hal ayah subjek
datang dan mau mengurusi subjek. Subjek merasa senang namun
ibu subjek tidak mengijinkan subjek untuk datang menemui subjek
malah bermaksud memanfaatkan subjek untuk meminta banyak hal
terpaksa karena ibu tidak mengerti keinginan anak, terpaksa
mengikuti keinginan ibu.
h. Subjek NSM
i. Latar Belakang
Hubungan papa dan mama subjek NSM mulai memburuk
pada tahun 2001 ketika ayah subjek memutuskan untuk ke Jepang
dikarenakan kesulitan ekonomi. Setelah pertengkaran yang
panjang, akhirnya papa dan mama subjek memutuskan untuk
bercerai. Subjek sendiri baru mengetahui perceraian mereka setelah
proses perceraian selesai. Pada tahun 2004 subjek pindah ke rumah
budhenya dan tinggal terpisah dengan orangtuanya,karena mama
subjek pindah ke Semarang untuk bekerja sedangkan papanya di
luar negeri. Hubungan yang terjalin antara subjek dengan papanya
baik sekali sementara mama subjek jarang sekali menghubungi
subjek.
ii. Perasaan dan Harapan
Perasaan yang muncul pada subjek adalah Perasaan sedih
karena diabaikan (P1), perasaan khawatir akan keterpisahan (P3),
memberikan dukungan kepada ibu (P10). Selain itu perasaan yang
muncul pada subjek adalah ketakutan,dan sedih akan kekurangan
(P5), ketakutan,trauma akan bahaya atau permasalahan (P3), dan
Harapan yang muncul pada subjek adalah harapan agar
orang tua berbaikan, bersatu lagi, kebersamaan, keluarga bahagia
(H1), harapan untuk mendapatkan bantuan, memberitahukan
kesulitan pada orang tua (H5). Subjek juga memiliki harapan untuk
terpenuhinya kebutuhan dasar, kesejahteraan (H2), harapan untuk
berbagi/ bercerita, harapan orangtua mendengarkan anak (H3), dan
harapan untuk diperhatikan (H3).
iii. Dinamika
Setelah orangtua subjek bercerai subjek tinggal bersama
ibunya dengan kekurangan ekonomi sehingga subjek memiliki
kebutuhan akan pemenuhan kebutuhan. Subjek sangat menyayangi
ayahnya namun ibu subjek tidak memperbolehkan subjek bertemu
dengan subjek. peristiwa tersebut membuat subjek memiliki
perasaan kesal dan marah karena ibu terlalu memaksa dan harapan
agar orangtuanya bersama lagi.
i. Subjek APP
i. Latar Belakang
Subjek merupakan anak pertama dari memiliki adik
perempuan dan adik laki-laki.Subjek tinggal di daerah Monjali
bersama ibu, adik perempuan dan kakeknya, sedangkan adik
laki-lakinya bersama kakek dari ayahnya di Flores. Sebelumnya subjek
dan keluarganya tinggal di Jakarta, namun keluarganya kurang
tentang ayah dan memiliki trauma tentang pengalaman tersebut.
Ayah subjek pergi meninggalkan keluarga dengan tidak
bertanggung jawab. Ibu memberikan kasih sayang yang cukup
kepada subjek
ii. Perasaan dan Harapan
Perasaan yang muncul pada subjek adalah takut akan
bahaya (P3). Sementara itu subjek memunculkan harapan untuk
bisa bersama keluarga, kebersamaan (H1).
iii. Dinamika
Subjek memiliki trauma akan pengalaman dengan ayahnya
yang tidak bisa dilupakan sehingga subjek memiliki perasaan takut
akan bahaya dan perpisahan dengan ayahnya membuat subjek
memunculkan harapan akan kebersamaan dengan keluarga.
2. Perasaan dan Harapan semua Subjek
Berikut ini adalah daftar perasaan dan harapan:
Tabel 1. Perasaaan Semua Subjek
No. Jenis Perasaan Perasaan
Jumlah Kemunculan 1. P1 Perasaan sedih karena diabaikan
ayah terkait kasih sayang
5
2. P2 Perasaan sedih, kesal, marah karena ibu memaksakan kehendak
3
3. P3 Perasaan takut akan keterpisahan 4 4. P4 Perasaan takut, sedih, khawatir,
trauma, tidak berdaya dalam menghadapi masalah
5
5. P5 Perasaan sedih karena kekurangan kebutuhan dasar
2
6. P6 Perasaan senang karena mendapat bantuan
7. P7 Perasaan senang karena melakukan aktivitas bersama keluarga
1
8. P8 Perasaan marah, menyalahkan ayah 1 9. P9 Perasaan takut akan kehadiran ibu
tiri dan ibu tiri jahat
2
Tabel 2. Harapan Semua Subjek
No. Jenis Harapan
Jumlah Kemunculan 1. H1 Harapan untuk melakukan aktivitas
bersama/ berkumpul/ kebersamaan dengan keluarga orangtua/ lepas dari bencana
5
Selain dilihat secara individual, peneliti mencoba untuk melihat
perasaan dan harapan yang dominan atau sering muncul pada semua subjek.
Selain itu peneliti mencoba mengkaitkan data tersebut menjadi tema-tema
terdekat sehingga peneliti memperoleh hasil jenis perasaan, jenis harapan
-Perasaan
Tabel 3 menunjukkan 8 kategori perasaan dan harapan yang muncul pada
subjek. Perasaan yang sering muncul dari subjek adalah Perasaan takut, tidak
permasalahan yang dimunculkan oleh enam subjek. Perasaan lain yang muncul
adalah perasaan takut, khawatir, sedih, ditinggalkan orangtua, keterpisahan
terkait dengan kebersamaan dengan keluarga. Selain itu perasaan dominan yang
juga muncul pada anak dari keluarga bercerai adalah perasaan sedih karena
diacuhkan ayah terkait dengan pengabaian dari orang tua.
Harapan anak dari keluarga bercerai yang dominan muncul adalah
orangtua menjadi pemberi rasa aman atau menolong, merasa aman, harapan
mendapat pertolongan saat dalam bahaya, kebutuhan rasa aman terkait
menghadapi bahaya. Harapan yang juga sering muncul adalah keinginan untuk
melakukan sesuatu bersama atau kebersamaan, tinggal, berkumpul bersama
keluarga, harapan agar orang tua berbaikan, bersatu lagi, kebersamaan, keluarga
bahagia terkait dengan kebersamaan dengan keluarga. selain itu harapan yang
juga sering muncul adalah kebutuhan akan perhatian kasih sayang dari orangtua,
keinginan untuk tetap dicintai, diterima walaupun bersalah pada orang tua,
keinginan untuk berbagi atau bercerita, harapan orangtua mendengarkan anak,
harapan agar orang tua memikirkan anak terkait pengabaian orangtua.
C.Pembahasan
Hasil dari penelitian ini jika dikategorikan mengenai perasaan dan
harapan yang ditanggapi oleh anak-anak berjumlah delapan kategori.
Kategori perasaan dan harapan yang sering muncul adalah terkait dengan
Dari delapan kategori yang didapat kategori perasaan dan harapan
yang sering muncul adalah kategori terkait kebersamaan dengan keluarga.
Subjek memiliki perasaantakut, khawatir, sedih ditinggalkan orangtua,
sehingga subjek memiliki harapan untuk melakukan sesuatu bersama atau
kebersamaan, tinggal, berkumpul bersama keluarga, harapan agar orangtua
berbaikan, dan bersatu lagi. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
mengemukakan bahwa anak-anak dari keluarga bercerai memiliki perasaan
takut, khawatir dan perasaan cemas(Heterington dalam Dagun, 1990). Selain
perasaan-perasaan tersebut pada kategori ini muncul juga perasaan senang
karena bisa melakukan kegiatan bersama dengan orangtua atau keluarga.
Menurut (Wundt dalam Walgito 2003) perasaan senang tersebut bisa disebut
juga sebagai sebuah harapan karena perasaan senang ini merupakan perasaan
yang menjangkau ke depan. Dalam hal ini yaitu perasaan dalam
kejadian-kejadian yang akan datang atau yang masih dalam pengharapan. Keadaan
orangtua yang jarang berkumpul dan jarang melakukan aktivitas bersama
membuat anak kurang merasakan kehangatan dalam keluarga. Kurangnya
kehangatan dalam keluarga tersebut membuat subjek memiliki perasaan dan
harapan untuk bersama dengan keluarga pasca perceraian orangtua(Dewi &
Utami, 2008). Perasaan dan harapan ini juga sejalan dengan penelitian yang
menyebutkan bahwa anak memiliki harapan akan orangtua yang utuh
(Hosman dan Froiland dalam Kertamuda, 2009).Beberapa subjek
mengungkapkan harapannya agar orangtuanya bisa akur kembali dan tinggal
memunculkan perasaan dan harapan terkait hal ini walaupun pada subjek
empat ayah ibu mereka menjalin persahabatan namun subjek tetap memiliki
perasaan takut akan keterpisahan walaupun orangtuanya sudah menjelaskan
tentang perpisahan mereka.
Kategori perasaan dan harapan yang juga munculadalah perasaan
takut, tidak berdaya, khawatir, cemas, sedih, tidak aman, trauma terkait
dengan menghadapi bahaya. Perasaan-perasaan terkait menghadapi bahaya
tersebut memunculkan harapan agar orang tua menjadi pemberi rasa aman,
menolong dalam keadaan bahaya. Sebagian besar subjek memiliki
pengalaman yang tidak mengenakkan sebelum dan setelah terjadinya
perceraian orangtuanya.Beberapa subjek menangis ketika orangtua bertengkar
di depan mereka bahkan subjek menjadi trauma sehingga perceraian orangtua
mereka anggap sebagai bahaya yang mengguncang jiwa mereka.Terpisahnya
anak dengan orangtua dan penyesuaian keadaan baru merupakan hal yang
berat bagi anak dari keluarga bercerai. Keluarga berfungsi sebagai pelindung
bagi para anggota keluarganya dari gangguan, ancaman atau kondisi yang
menimbulkan ketidaknyamanan (Dahlan, 2010). Selain itu, perceraian
menyebabkan hilangnya gambaran sebuah keluarga ideal yang memberi rasa
aman kepada anak-anak. Karena itu, mereka mungkin syok, menolak, marah,
sedih, kuatir, dan cemas(Garon, 2013) sehingga dalam hal ini memuncukanl
kebutuhan akan rasa aman.
Kategori perasaan dan harapan selanjutnya yang sering muncul adalah
perasaan sedih karena diacuhkan ayah sehingga subjek memiliki harapan
akan perhatian dan kasih sayang dari orangtua, keinginan untuk berbagi atau
bercerita, harapan orangtua mendengarkan anak dan agar orangtua
memikirkan anak.Pasca perceraian orangtua beberapa subjek tidak
diperbolehkan lagi untuk bertemu salah satu orangtua karena masalah hak
asuh. Orangtua juga mengalami depresi karena perbedaan situasi, perasaan
orangtua yang depresi menjadi sangat kurang bermain dan sangat kurang
afeksi terhadap anak mereka sehingga hubungan orangtua dan anak menjadi
renggang (Lyons-Ruth, Wolfe, & Lyubchik dalam Taylor, 2000). Hal tersebut
membuat subjek memiliki harapan untuk diperhatikan terkait kasih sayang.
Dari kedelapan kategori yang di dapat dari penelitian ini ada
kekhususan hasil yang hanya di dapat pada satu subjek yaitu adanya perasaan
takut akan kehadiran ibu tiri dan perasaan takut jika ibu tiri jahat. Menurut
Kartono (1995) pada usia anak akhir anak akan merasa cemas jika relasi
dengan orang tua akan terputus oleh kehadiran pribadi baru (Kartono, 1995).
Hal ini juga disebabkan oleh adanya perasaan romantis dan keinginan
bersaing antara anak dengan orangtuanya. Perasaan romantis yang tumbuh
pada anak laki-laki terhadap ibunya dan pada anak perempuan terhadap
ayahnya. Dalam susunan keluarga yang baru anak akan takut kehilangan rasa
sayang orangtuanya karena hadirnya orang tua baru (Benyamin, 1991).
Sehingga dalam hal ini subjek menjadi takut akan hadirnya orangtua baru
dikarenakan subjek takut bahwa ibu tirinya akan menggantikan posisi ibu
Pembahasan di atas merupakan gambaran tentang perasaan dan harapan
yang terjadi pada anak-anak dari keluarga bercerai. Penelitian ini melengkapi
penelitian yang sudah ada sebelumnya yang menyatakan bahwa anak-anak
dari keluarga bercerai memiliki perasaan depresi (Hurlock dalam Kertamuda,
2009), takut, cemas (Heterington dalam Dagun,1990), marah, minder
(Hosman dan oilan dalam Kertamuda,2009).Dari penelitian dalam kaitannya
dengan hubungan dalam keluarga anak-anak dari keluarga bercerai memiliki
perasaan-perasaan negatif seperti takut, khawatir, sedih akan keterpisahan,
cemas, tidak berdaya,tidak aman, trauma akan bahaya dan diacuhkan ayah.
Selain itu dalam penelitian ini dari perasaan dan harapan subjek dapat dilihat
bahwa anak-anak dari keluarga bercerai memiliki kebutuhan pasca
perceraian. Kebutuhan tersebut meliputi kebersamaan dengan orangtua,
kebutuhan akan rasa aman dalam menghadapi bahaya serta kebutuhan akan
kasih sayang akibat pengabaian dari oangtua. Perasaan dan harapan ini
merupakan akibat dari perubahan struktur keluarga sebagai tempat untuk
berbagi kasih sayang, perlindungan pasca perceraian orangtua
Dari kebutuhan-kebutuhan yang terungkap dari penelitian ini
diharapkan bahwa orangtua dapat memperhatikan aspek-aspek tersebut pasca
perceraian. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka bisa saja anak-anak
dari keluarga bercerai akan mengalami gangguan dalam perkembangannya
karena adanya banyak jarak antara ideal self dan realself-nya. Tuntunan dan
keyakinan akan kasih sayang akan menguatkan unsur kepercayaan pada
menggunakan ancaman dan paksaan kepada anak. Hal tersebut dikarenakan
walaupun anak tampaknya diam atau kelihatan tenang namun anak belum
bisa menghilangkan perasaannya. Orangtua sebaiknya memberikan
penjelasan yang terang dan gamblang terhadap anak mengenai peristiwa yang
terjadi agar anak bisa mendapat menguasai rasa kecemasan atau ketakutan
yang ada pada dirinya, (Benyamin, 1991). Hal ini terlihat pada subjek-subjek.
subjek yang orangtuanya mengkomunikasikan peceraian dan menjadi sahabat
pasca perceraian lebih bisa membuat subjek tenang dan menerima perceraian
daripada subjek yang mengetaui perceraian orangtua setelah orangtua resmi
bercerai. Subjek yang orangtuanya tidak mengkomunikasikan perceraian
memiliki perasaan menyalahkan ayah dibandingkan yang