• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA TUNAGRAHITA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA TUNAGRAHITA."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PELESTARI PERMAINAN TRADISIONAL HONG KOTA BANDUNG

(Studi Ex Post Facto pada anggota Komunitas Hong Dago Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh:

AYU TRESNASARI 1100517

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Permainan Tradisional Hong Kota Bandung

(Studi

Ex Post Facto

pada anggota Komunitas Hong Dago

Bandung)

Oleh Ayu Tresnasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Ayu Tresnasari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

AYU TRESNASARI 1100517

DERAJAT KEBUGARAN JASMANI ANGGOTA KOMUNITAS PELESTARI PERMAINAN TRADISIONAL HONG KOTA BANDUNG

(Studi Ex Post Facto pada anggota Komunitas Hong Dago Bandung)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Sufyar Mudjianto, M.Pd. NIP. 197503222008011005

Pembimbing II

Arif Wahyudi, S.Pd. NIP. 197405202001121001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)

PERMAINAN TRADISIONAL HONG KOTA BANDUNG

(Studi Ex Post Facto padaanggotaKomunitas Hong Dago Bandung).

Salah satu potensi manusia adalah jasmani. Melalui jasmaninya manusia dapat melakukan berbagai hal dengan mengekspresikan diri dalam bentuk bergerak. Sehingga penting bagi setiap orang untuk dapat memelihara bahkan meningkatkan kondisi jasmaninya agar selalu sehat sehingga dapat menunjang setiap aktivitas sehari-harinya. Sehat yang dimaksud tentunya bukan hanya sehat dalam kondisi diam, yang utama adalah sehat saat bergerak atau melakukan aktivitas. Permainan tradisional merupakan permainan yang diantaranya banyak melibatkan jasmani atau gerak. Melalui berbagai aktivitas permainan tradisional tentunya dapat berkontribusi dalam pemeliharaan kondisi fisik seseorang khususnya terkait dengan kesegaran jasmani. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional terhadap kesegaran jasmani anggota Komunitas Hong. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ex post facto. Populasinya adalah anggota Komunitas Hong yang berjumlah 30 orang, masing-masing 13 orang anak perempuan dan 17 orang anak laki-laki dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Intrumen yang digunakan adalah Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI). Analisis data menggunakan Ms. Excel dan SPSS 21, dengan uji normalitas Liliefors, uji homogenitas kesamaan dua varians, dan uji hipotesis U Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh permainan tradisional terhadap tingkat kesegaran jasmani khususnya anggota Komunitas Hong pada kelompok anak perempuan dan kelompok anak laki-laki. Hal tersebut dikarenakan kurangnya aktivitas yang dilakukan secara rutin oleh anggota Komunitas Hong. Selain itu, prinsip-prinsip yang berhubungan dengan latihan seperti frekuensi, intensitas, waktu, dan tipe masih belum diperhatikan. Sebaiknya, untuk memelihara kesegaran jasmani aktivitas-aktivitas permainan tradisional tetap memperhatikan prinsip-prinsip latihan.

(5)

ABSTRACT

THE DEGREE OFPHYSICAL FITNESS CONSERVATIONIST MEMBERS OFTRADITIONAL GAMESHONGBANDUNG

(study ex post facto capital on members community Hong Dago Bandung )

One of human potentials is physical. Through their physical, human can express themselves by motion. So it’s important for everyone to take care their condition to be health that it can support many daily activities. In this condition, health is not about health in silence, but the important is when they move or do something. Traditional game is a game that involves a lot of physical motions. Traditional games’ activities can contribute in physical condition of a person's bodily freshness. The purpose is to know the influence of the traditional game on physical freshness Hong community members. The research method is an ex post facto method.The populations are 30 members of Hong community, they are 13 girls and 17 boysusing the jenuh sampling technique. The instrument used is Physical Fitness tests of Indonesia. The Data analysis used Ms Excel and SPSS. 21, with normality test Liliefors,the homogeneity test of equality of two variances, and test the hypothesis U Mann-Whitney.The results showed that there was no difference between the level of physical freshness on traditional games influence for the boys and girls of Hong community.It’s happened because thereare less routine activity performed by members of Hong Community In addition, the principles which is relating to the exercise still not heeded, such as frequency, intensity, time, and type.. So, for taking care the physical freshness, the traditional game activities should pay attention to the principles of the exercise

(6)

PERNYATAAN ... i

4. Hubungan Permainan Tradisional dengan Kebugaran Jasmani 54 B. Kerangka Berpikir ... 54

(7)

E. Prosedur Penelitian ... 76

F. Analisis Data ... 77

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 80

A. Deskripsi Data ... 80

B. PengujianPersyaratan Analisis ... 81

C. Pengujian Hipotesis ... 82

D. Diskusi Penemuan ... 82

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 85

A. Simpulan ... 85

B. Implikasi ... 85

C. Rekomendasi ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

(8)

Tabel 2.1 Ergosistema I... 17

Tabel 2.2 Ergosistema II ... 17

Tabel 2.3 Jarak Tempuh Lari Cepat TKJI Berdasarkan Kelompok Umur ... 24

Tabel 2.4 Norma Penilaian TKJI Lari Cepat (13–15 & 16–19 Tahun) ... 25

Tabel 2.5 Norma Penilaian TKJIAngkat Tubuh (13–15 & 16–19 Tahun) ... 25

Tabel 2.6 Norma Penilaian TKJIBaring Duduk (13–15 & 16–19 Tahun) ... 26

Tabel 2.7 Norma Penilaian TKJILoncat Tegak (13–15 & 16–19 Tahun) ... 26

Tabel 2.8 Jarak Tempuh Lari Jarak Sedang TKJI Berdasarkan Kelompok Umur ... 26

Tabel 2.9 Norma Penilaian TKJI Lari Jarak Sedang (13–15 & 16–19 Tahun) ... 27

Tabel 3.1 Desain Penelitian Ex Post Facto ... 58

Tabel 3.2 Jarak Tempuh Lari Cepat TKJI Berdasarkan Kelompok Umur ... 63

Tabel 3.3 Norma Penilaian TKJI Lari Cepat (13–15 & 16–19 Tahun) ... 63

Tabel 3.4 Norma Penilaian TKJIAngkat Tubuh (13–15 & 16–19 Tahun) ... 67

Tabel 3.5 Norma Penilaian TKJIBaring Duduk (13–15 & 16–19 Tahun) ... 69

Tabel 3.6 Norma Penilaian TKJILoncat Tegak (13–15 & 16–19 Tahun) ... 71

Tabel 3.7 Jarak Tempuh Lari Jarak Sedang TKJI Berdasarkan Kelompok Umur ... 74

Tabel 3.8 Norma Penilaian TKJI Lari Jarak Sedang (13–15 & 16–19 Tahun) ... 74

Tabel 3.9 Tabel Nilai TKJI Untuk Putera (13-15 Tahun) ... 75

Tabel 3.10 Tabel Nilai TKJI Untuk Puteri (13-15 Tahun) ... 75

Tabel 3.11 Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia ... 76

Tabel 3.12 Reliabilitas dan Validitas Tes Kesegaran Jasmani ... 76

Tabel 4.1 Rata-rata dan Simpangan Baku TKJI Komunitas Hong ... 80

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Lilliefors ... 81

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kesamaan Dua Varians... 81

(9)

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Permainan Galah Asin 1 ... 35

Gambar 2.2 Permainan Galah Asin 2 ... 38

Gambar 2.3 Permainan Galah Asin 3 ... 39

Gambar 2.4 Permainan Galah Asin 4 ... 39

Gambar 2.5 Permainan Galah Bandung 1 ... 40

Gambar 2.6 Permainan Galah Bandung 2 ... 42

Gambar 2.7 Permainan Galah Bandung 3 ... 43

Gambar 2.8 Permainan Galah Bandung 4 ... 43

Gambar 2.9 Permainan Bebentengan 1 ... 45

Gambar 2.10 Permainan Bebentengan 2 ... 48

Gambar 2.11 Permainan Alung Boyong 1 ... 49

Gambar 2.12 Permainan Alung Boyong 2 ... 50

Gambar 2.13 Permainan Ucing Puntang ... 52

Gambar 3.1 Posisi Start Lari 50 Meter ... 62

Gambar 3.2 Sikap Awal Tes Angkat Tubuh Putra ... 65

Gambar 3.3 Sikap Badan Tes Angkat Tubuh Putra ... 65

Gambar 3.4 Sikap Awal Tes Angkat Tubuh Putri ... 66

Gambar 3.5 Sikap Badan Tes Angkat Tubuh Putri ... 66

Gambar 3.6 Sikap Permulaan Tes Baring Duduk ... 68

Gambar 3.7 Sikap Duduk dengan Kedua Siku Menyentuh Paha ... 68

Gambar 3.8 Sikap Menentukan Raihan Tegak ... 70

Gambar 3.9 Sikap Awalan Loncat Tegak ... 71

Gambar 3.10 Meloncat Setinggi Mungkin ... 71

Gambar 3.11 Posisi Start 800 dan 1000 Meter ... 73

(10)

Bagan Halaman

Bagan 2.1 Struktur Organisasi Manusia ... 9

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lampiran 1 Data Nilai Tes Kebugaran Jasmani Indonesia ... 91

Lampiran 2 Uji Normalitas Lilliefors Kelompok Perempuan ... 92

Lampiran 3 Uji Normalitas Lilliefors Kelompok Laki-laki ... 93

Lampiran 4 Uji Homogenitas Kesamaan Dua Varians ... 94

Lampiran 5 Uji U Mann-Whitney ... 95

Lampiran 6 Pengumpul Data Tes Kebugaran Jasmani ... 96

Lampiran 7 Dokumentasi Kegiatan Penilitian ... 126

Lampiran 8 Lampiran Surat SK Kripsi ... 130

Lampiran 9 Lampiran Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 131

(11)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia olahraga tidak terlepas dari lingkungan manusia. Olahraga merupakan

kegiatan yang terbuka bagi semua orang sesuai dengan kemampuan,

kesenangan, dan kesempatan. Tanpa membedakan hak, status sosial, atau

derajat dimasyarakat.Masyarakat telah menyadari pentingnya melakukan

olahraga. Olahraga dilakukan oleh berbagai unsur dari lapisan masyarakat

seperti menteri, pegawai rendahan, pengusaha, buruh pabrik, angkatan

bersenjata, anak-anak, orang dewasa, bahkan dikalangan orang cacat

sekalipun. Olahraga kian merasuk ke tiap lapisan masyarakat dan

berkembang sebagai bagian dari budaya manusia. Menurut Menpora RI

dalam Tim Dosen Sejarah Olahraga (2009, hlm. 115) mengungkapkan bahwa,

“Olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka

memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi optimal”.

Berdasarkan pengertian tersebut bahwa olahraga merupakan suatu kebutuhan

yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Salah satu kebutuhan manusia yaitu

gerak. Menurut Supandi (dalam Tarigan, 2009, hlm. 3) mengemukakan, “bahwa gerak dalam kehidupan manusia merupakan kebutuhan dasar seperti halnya

minum dan makan”. Hal ini berarti gerak dan olahraga merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi pada setiap hari dan sangat penting agar kita hidup

sehat. Semakin banyak kita melakukan gerak, maka semakin tinggi kualitas

kesehatan kita. Oleh karena itu aktifitas jasmani atau olahraga yang cukup

memberikan sumbangan bagi kesehatan, dan apabila dilakukan dengan teratur dan

terukur akan dapat meningkatkan kesehatan dinamis (kebugaran jasmani).

Berkaitan dengan pentingnya aktivitas jasmani lebih rinci Bompa dan

Astrand(dalam Tarigan, 2009, hlm. 3) mengemukakan :

(12)

Dengan bergerak manusia dapat bertahan hidup dan mencapai beberapa

tujuan seperti pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan sosial. Kemajuan

dalam bidang teknologi menyebabkan aktivitas hidup menjadi lebih mudah dan

sederhana, sehingga terabaikan upaya penting yang sangat diperlukan untuk

mencapai hidup sehat, yaitu aktivitas jasmani sehari-hari. Berkaitan dengan

fenomena tersebut Loland Sigmund(dalam Tarigan, 2009, hlm. 1), dalam Kongres

Dunia ke-12 dengan tema “Sport for All” – “for life” di Kuala Lumpur,

mengemukakan kembali :

Relevansi olahraga dalam masyarakat yang menggunakan teknologi tinggi untuk menanggulangi dampaknya yang menimbulkan kecenderungan perilaku masyarakat yang lebih merupakan gaya hidup kurang aktif atau kurang gerak, dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Gaya hidup seperti ini sering ditemukan di daerah perkotaan.

Untuk berolahraga, dalam makna luas berubah dari alasan moral ke alasan

yang lebih bersifat epidemiologis (ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan

penyakit serta faktor yang terkait ditingkat populasi). Tuntutan baru ini

diakibatkan oleh dampak negatif akibat berkurangnya gerak atau aktifitas jasmani

sehari-hari, yang menyebabkan terjadinya penyakit kurang gerak yang disebut

dengan hypokinetik. Menurut Ching, Mingkai yang dikutip Lutan(dalam Tarigan,

2009, hlm. 2)

Penyakit yang diakibatkan oleh kurang gerak ini sangat merisaukan berdasarkan angka statistik yaitu di Asia, Cina, Jepang, Bangladesh, Pakistan, dan Indonesia berada dalam urutan 10 besar yang mengalami prevalensi tertinggi penyakit yang diakibatkan kurang gerak.

Dari uraian di atas dapat menggambarkan bahwa betapa pentingnya aktivitas

jasmani atau olahraga dalam kehidupan manusia. Apabila manusia kurang

melakukan gerak akan berakibat terhadap penurunan tingkat kebugaran jasmani

dan hal ini menyebabkan seseorang tidak mampu melakukan tugas sehari-harinya

dengan baik, cepat lelah yang berlebihan, tidak memiliki daya tahan yang baik

terhadap penyakit (penyakit degeneratif), kurang bergairah, tidak gesit, tidak

(13)

hal itu sangat menarik untuk direnungkan sebagaimana yang dikemukakan oleh

Giriwijoyo(2010, hlm. 49) mengemukakan “Gerak merupakan tanda kehidupan terpenting. Tiada hidup tanpa gerak.... Oleh karena itu bergeraklah untuk lebih

hidup, jangan hanya bergerak karena masih hidup”.

Dengan berolahraga terdapat banyak tujuan yang dapat dicapai. Dikutip dari

Giriwijoyo (2010, hlm. 41) menjelaskan “Olahraga ialah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan sadar untuk

meningkatkan kemampuan fungsionalnya sesuai dengan tujuannya melakukan

olahraga”.

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka olahraga dibagi berdasarkan

sifat dan tujuannya menjadi :

1. Olahraga prestasi-tekanannya pada pencapaian prestasi 2. Olahraga rekreasi-tekanannya pada rekreasi

3. Olahraga kesehatan-tekanannya pada pencapaian kesehatan

4. Olahraga pendidikan-tekanannya pada pencapaian tujuan pendidikan

Intensitas olahraga itu sendiri akan sangat ditentukan oleh tujuan apa yang

hendak dicapai, sedangkan manfaatnya bagi peningkatan derajat kesehatan

dinamis akan sangat tergantung pada intensitas pelaksanaanya.Terdapat berbagai

macam tujuan yang ingin dicapai seseorang dalam melakukan olahraga. Namun

kebanyakan di kalangan masyarakat tujuannya selain untuk peningkatan derajat

kesehatan atau kebugaran yaitu untuk kesenangan atau rekreasi. Dengan merujuk

pendapat Hagele (dalam Tim Dosen Sejarah Olahraga, 2009, hlm. 149)

mengemukakan “Esensi dari inti yang paling dalam dari olahraga dibentuk oleh sebuah kriteria yaitu makna bermain dan permainan”.

Dikutip dari Lutan (2005, hlm. 2) mengemukakan :

Bermain merupakan kegiatan hakiki atau kebutuhan dasar pada manusia. Bermain merupakan perluasan dari olahraga yang menjadi kebutuhan sepanjang kesukaan untuk melakukannya tanpa ada paksaan.Olahraga rekreasi merupakan salah satu dari tujuan olahraga yang didalamnya mengandung unsur kesenangan.

Salah satu tujuan olahraga yaitu olahraga rekreasi. Menurut Tim Dosen

(14)

Olahraga rekreasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pada waktu senggang sehingga pelaku akan memperoleh kepuasan secara emosional seperti kesenangan, kegembiraan, dan kebahagiaan, serta memperoleh kepuasan secara fisik-fisiologis seperti terpeliharanya kesehatan dan kebugaran tubuh, sehingga tercapainya kesehatan secara menyeluruh.

Olahraga rekreasi dapat dilakukan di indoor maupun outdoor. Olahraga

rekreasi disesuaikan dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan

berkembang sesuai dengan kondisi nilai budaya masyarakat setempat. Salah satu

contoh olahraga rekreasi yaitu permainan tradisional. Menurut Uhamisastra

(2010, hlm. Vii) menjelaskan :

Permainan tradisional adalah pemainan yang dimainkan oleh anak-anak dengan alat-alat yang sederhana, tanpa mesin, asalkan anak tersebut sehat, maka ia bisa ikut bermain. Permainan tradisional adalah permainan yang penuh nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berguna bagi anak-anak untuk memahami dan mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan.

Permainan tradisional di Indonesia sangatlah beraneka ragam dengan

berbagai macam manfaat di dalamnya. Permainan tradisional biasanya dilakukan

oleh anak-anak pada berbagai kesempatan dengan peralatan yang ada disekitar

mereka. Hal tersebut mendorong mereka untuk kreatif dalam menciptakan

alat-alat yang akan di mainkan. Permainan tradisional biasanya dimainkan secara

berkelompok dan tanpa aturan tertulis atau baku. Peraturan dibuat disesuaikan

dengan kebutuhan dan kesepakatan seluruhan para pemain. Permainan tradisional

dibuat pada zaman dahulu sebagai media dalam melepaskan penat. Permainan

yang diciptakan didalamnya terkandung nilai-nilai yang secara tidak langsung

akan membuat anak menjadi lebih aktif dan kreatif.

Namun, permainan tradisional Indonesia sekarang ini semakin lama semakin

pudar, dikarenakan berkembangnya permainan yang berbasis teknologi sehingga

menggeser permainan tradisional. Dengan berjalannya waktu bisa saja permainan

tradisional akan benar-benar hilang jika tidak ada yang mau melestarikannya.

Padahal jika lebih ditinjau lagi permainan tradisional lebih banyak bermanfaat

(15)

anak.Pada umumnya permainan tradisional mendorong anak-anak untuk bergerak,

seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan-gerakan lainnya sehingga

dengan permainan tradisional secara tidak langsung akan mejaga bahkan

meningkatkan kebugaran jasmaninya.

Kebugaran jasmani seseorang sangat penting dalam meningkatkan kualitas

hidup manusia. Seseorang yang memiliki tubuh yang bugar akan mampu

menjalani segala aktivitas fisik sehari-hari tanpa adanya keluhan kelelahan yang

berarti. Kondisi bugar seperti ini merupakan gambaran dan keadaan fisik

seseorang dalam melakukan aktivitasnya secara rutin serta mampu mengatasi

stress dari lingkungan yang dapat mengganggu kesehatannya.Dikutip dari Tarigan

(2009, hlm. 28-29):

Mengenai definisi kebugaran jasmani (physical fitness) perlu dikaitkan dengan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik dan terhindar dari penyakit kurang gerak. Dengan demikian pengertian kebugaran jasmani adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan semangat dan penuh kesadaran, yang dilakukan tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta dapat terindar dari penyakit kurang gerak (hypokinetik) sehingga dapat menikmati kehidupan dengan baik dan bersahaja.

Secara umum kebugaran jasmani dapat dibagi menjadi dua kelompok besar

yaitu kelompok kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan

(health-related-fitness) dan kelompok kebugaran jasmani yang berkaitan dengan prestasi

(performance-related-fitness).Ahli lain seperti Giam & Teh (dalam Tarigan, 2009,

hlm. 29-30) „membagi kebugaran jasmani menjadi anatomical fitness,

physiological fitness, dan psychological fitness’. Dapat disimpulkan bahwa

seseorang dikatakan memiliki kebugaran jasmani, berarti tidak memiliki kelainan

ditinjau dari aspek anatomis, psikologis dan fisiologis.

Menurut Astrad (dalam Tarigan, 2009, hlm. 30) menjelaskan :

(16)

Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan oleh kantor Menpora yang

dikutip oleh Khosim (dalam Rukmana, 2015, hlm. 4) antara lain ditemukan bahwa

“terjadi penurunan tingkat kebugaran jasmani siswa, siswa yang berusia antara 13-15 tahun sejumlah 37% memiliki tingkat kebugaran jasmani yang berada pada

katergori kurang dan kurang sekali”.

Dalam meningkatkan kesegaran/kebugaran jasmani siswa biasanya dilakukan

di lembaga pendidikan seperti di sekolah. Namun, merujuk pada salah satu tujuan

olahraga rekreasi maka peneliti memilih melakukan penelitian diluar kegiatan

sekolah namun dengan subyek yang dominan siswa-siswi sekolah. Dengan adanya

permasalahan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian di salah satu

komunitas di daerah Dago Bandung yang berorientasi pada pelestarian permainan

tradisional Indonesia yang bernama Komunitas Hong. Peneliti ingin mengetahui

tingkat kebugaran jasmani anggota Komunitas Hong dengan landasan apakah

melalui aktivitas bermain permainan tradisional dapat berpengaruh terhadap

derajat kebugaran jasmaninya.

Berdasarkan penjelasan diatas. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Derajat Kebugaran Jasmani Anggota Komunitas Pelestari

Permainan Tradisional Hong Kota Bandung”.

B. RumusanMasalah

Dengan latar belakang seperti yang telah diuraikan di atas, dengan

permasalahan yang ada, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Apakah permainan tradisional berpengaruh terhadap derajat kebugaran

jasmani anggota komunitas Hong ?

C. TujuanPenelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pengaruh permainan tradisional terhadap derajat

(17)

D. ManfaatPenelitian

Penelitianinidiharapkandapatmemberikaninformasidantambahanwawasanme

ngenaimasalah yang diteliti.

Terdapat beberapa aspek manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat dari segi teori

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai peningkatan

derajat kebugaran jasmani melalui permainan tradisional Indonesia.

2. Manfaat dari segi praktik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan dan pengetahuan tentang

salah satu alternatif untuk meningkatkan kebugaran jasmani melalui

permainan tradisional Indonesia.

3. Manfaat dari segi kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan pedoman untuk pembaca

agar kebugaran jasmani mereka dapat meningkat melalui permainan

tradisional Indonesia.

E. BatasanPenelitian

Dalampenelitianiniperluadanyabatasanmasalah,

karenabatasanmasalahinidiperlukanuntukmenyederhanakanmasalah yang adadan

agar dalampelaksanaannyatidakmenyimpangdarimasalahdantujuanpenelitian.Di

sampingitu untuk menghindari timbulnya penafsiran masalahyang terlalu luas.

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ruanglingkup yang diungkapkan di

dalampenelitianiniadalahpengaruhpermainan tradisional terhadap kebugaran

jasmani.

2. Sampel di dalampenelitianiniyaituanggota Komunitas Hong.

3. Pengelompokkan sampel didasarkan pada gender (kelompok perempuan dan

kelompok laki-laki).

4. Variabel bebasdalampenelitianiniyaitupermainan tradisional.

5. Variabelterikatnya adalahkebugaran jasmani anggota Komunitas Hong.

6. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

(18)

7. Metode yang digunakan yaitu Ex Post Facto.

F. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menghindari kesalahan dalam

penafsiran penelitian ini, maka penulis memberikan batasan dalam istilah sebagai

berikut:

1. Menurut Menpora RI dalam Tim Dosen Sejarah Olahraga (2009, hlm. 115)

mengungkapkan bahwa, “Olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan jasmani yang

intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi

optimal”.

2. Menurut Uhamisastra (2010, hlm. Vii) Permainan tradisonal adalah

permainan yang dimainkan oleh anak-anak dengan alat-alat yang sederhana,

tanpa mesin, asalkan anak tersebut sehat, maka ia bika ikut bermain

3. Permainan tradisional adalah permainan yang penuh nilai-nilai dan

norma-norma luhur yang berguna bagi anak-anak untuk memahami dan mencari

keseimbangan dalam tatanan khidupan seseorang.

4. Kebugaran jasmani adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan

sehari-hari dengan semangat dan penuh kesadaran, yang dilakukan tanpa mengalami

kelelahan yang berarti, serta dapat terhindar dari penyakit kurang gerak

(hypokinetik) sehingga dapat menikmati kehidupan dengan baik dan

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data,

menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian dengan tujuan untuk menguji

serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik dan alat-alat tertentu. Seperti

yang diungkapkan oleh Sugiyono (2014, hlm. 1) mengatakan bahwa “Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”.

Penelitian ini menggunakan metode ex post facto. Tujuan penelitian ex post

facto adalah melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab

akibat dari data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai

berlangsung. Lebih lanjut Kerlinger (dalam Emzir, 2010, hlm. 119 ), memaparkan

bahwa :

Penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis di mana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi dari variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi. Kesimpulan tentang adanya hubungan di antara variabel tersebut dibuat berdasarkan perbedaan yang mengiringi variabel bebas dan variabel terikat, tanpa intervensi langsung.

Penelitian ini melalui beberapa sumber bacaan yang menjadipedoman dalam

penelitian yang akan dilakukan. Dengan berbagai sumber yang dianggap

memenuhi syarat keilmuan diharapkan berguna untuk mencari informasi

mengenai segala sesuatu yang relevan dengan permasalahan yang diteliti.

Berdasarkan pedoman tersebut, maka peneliti akan melakukan pengamatan untuk

memperoleh data penelitian sesuai dengan tujuan penelitiannya dengan

menggunakan metode Ex Post Facto.

Menurut Sugiyono (2014, hlm. 65), pola hubungan antara variabel yang akan

diteliti selanjutnya disebut paradigma penelitian. Paradigma penelitian

menggunakan paradigma penelitian sederhana. Dimana terdiri atas satu variabel

(20)

Tabel 3.1

Desain Penelitian Ex Post Facto (sumber: Emzir, 2009, hlm. 127)

Kelompok Variabel Bebas Variabel Terikat Perempuan

Partisipan yang terlibat di dalam penelitian ini adalah tiga orang mahasiswa

FPOK. Karakteristik yang dibutuhkan yaitu partisipan tersebut harus bisa

memahami langkah-langkah tes yang akan diberikan kepada sampel dan bisa

diberikan kepercayaan seandainya nanti harus memperagakan gerakan-gerakan tes

yang harus diberikan kepada sampel. Partisipan yang diambil mahasiswa FPOK

karena mereka telah belajar mengenai tes-tes yang akan dilaksanakan dan tentu

akan dengan cepat mengikuti jalannya penelitian yang akan dilakukan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2014, hlm, 117) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.Penelitian dilakukan di daerah Bandung bagian Timur

tepatnya di salah satu tempat yang disebut Komunitas Hong, yang berlamat di

Jl. Bukit Pakar Utara 35 Dago Bandung. Komunitas Hong adalah suatu

tempat dimana menjadi surga permainan tradisional di Indonesia bahkan

satu-satunya di Indonesia.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2014. hlm, 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Karena populasi komunitas

hong tidak terlalu banyak maka teknik pengambilan sampel dengan

pengambilan Sampling Jenuh. Menurut Sugiyono (2014. Hlm, 124-125),

(21)

Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi menjadi sampel.

Maka pengambilan sampel disesuaikan dengan jumlah anggota Komunitas

Hong sebanyak 30 orang. Masing-masing terdiri dari 13 orang putri dan 17

orang putra.

D. Instrumen Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian diperlukan adanya alat/instrumen. Dikutip

dari Nurhasan (2014, hlm. 5) “Pengukuran adalah proses pengumpulan

data/informasi dari suatu objek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan

suatu alat ukur”. Alat ukur ini bisa berupa a) tes dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, b) Tes dalam bentuk psikomotor, c) berupa skala sikap dan berupa

alat ukur bersifat standar. Lebih lanjut Suharsiwi Asukunto(dalam Nurhasan,

2015, hlm 3) mengemukakan,“Tes adalah merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan

cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”.

Instrumen yang digunakan yaitu Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Tes

Kesegaran Jasmani Indonesia merupakan salah satu bentuk instrumen untuk

mengukur tingkat kesegaran atau kebugaran jasmani seseorang. Menurut

Nurhasan (2014, hlm. 104), Tes Kesegaran Jasmani Indonesia, terdiri dari lima

butir tes, dengan rangkaian butir tesnya yaitu :

1. Lari cepat (dash/sprint) 2. Angkat tubuh (pull-ups) 3. Baring duduk (sit-ups) 4. Loncat tegak (vertical jump) 5. Lari jarak sedang

Berdasarkan norma, tes kesegaran jasmani indonesia terdiri dari : 1. Tingkat Sekolah Dasar

1.1 Untuk kelas 1,2, dan 3 1.2 Untuk kelas 4,5, dan 6

(22)

Karena penelitian ini dilakukan untuk anak-anak sekitar usia 13-15 tahun,

maka norma instrumen tes TKJI yang digunakan yaitu untuk Tingkat Sekolah

Menengah Pertama. Secara lebih rinci mengenai jenis butir dan deskripsi serta

petunjuk pelaksanaan dari setiap butir tesnya, dipaparkan sebagai berikut :

a. Rangkaian/butir Tes

Tes Kesegaran Jasmani untuk Tingkat Sekolah Menengah Pertama dibedakan

antara untuk putera dan puteri diantaranya :

1) Untuk putera tediri dari:

a) Tes lari cepat 50 meter

b) Tes angkat tubuh 60 detik

c) Tes baring duduk 60 detik

d) Tes loncat tegak

e) Tes lari jauh 1000 meter

2) Untuk puteri tediri dari:

a) Tes lari 50 meter

b) Tes angkat tubuh 30 detik

c) Tes baring duduk 60 detik

d) Tes loncat tegak

e) Tes lari jauh 800 meter

b. Kegunaan Tes

TKJI ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan fisik dan menentukan

tingkat kesegaran jasmani remaja SMP.

c. Alat dan Fasilitas

1) Lintasan lari, atau lapangan yang datar dan tidak licin

2) Stopwatch

3) Bendera start dan tiang pancang

4) Nomor dada

5) Palang tunggal

6) Papan berskala dengan ukuran 30 x 150 cm dan berwarna gelap

(23)

8) Penghapus

9) Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis

d. Ketentuan Pelaksanaan

1. TKJI ini merupakan satu rangkaian tes, oleh karena itu semua butir tes

harus dilaksanakan secara berurutan dan tidak terputus-putus dengan

memperhatikan kecepatan perpindahan butir tes ke butir tes berikutnya

dalam 3 menit. Perlu dipahami bahwa butir tes dalam TKJI bersifat baku

dan tidak boleh dibolak-balik.

2. Urutan pelaksanaan tes sebagai berikut :

Pertama : Tes Lari cepat 50 meter

Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan lari seseorang.

b) Alat dan fasilitas:

(1) Lintasan lurus, rata, dan tidak licin, jarak antara garis start dan

finish 50 meter

(2) Pluit

(3) Stop watch

(4) bendera start dan tiang pancang

(5) serbuk kapur;

(6) alat tulis.

c) Petugas tes

(24)

(2) Pengukur waktu merangkap pencatat hasil

d) Pelaksanaan

(1) Sikap permulaaan

Peserta berdiri dibelakang garis start dengan sikap berdiri.

(2) Gerakan

(a) Pada aba-aba “ya” peserta lari ke depan secepat mungkin menempuh jarak 50 meter.

(b) Pada saat peserta menyentuh/melewati garis finish stop watch

dihentikan.

Gambar 3.1

Posisi start lari 50 meter

(sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 105)

(3) Kesempatan lari diulang bilamana:

(a) pelari mencuri start;

(b) pelari terganggu oleh pelari yang lain.

(4) Pengukuran waktu

Pengukuran waktu dilakukan mulai saat bendera diangkat sampai

pelari tepat melintas garis finish.

e) Pencatat hasil

(1) Pencatatan waktu dalam satuan detik dengan satu angka

(25)

Tabel 3.2

Jarak Tempuh Lari Cepat TKJI Berdasarkan Kelompok Umur (sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 106)

KELOMPOK UMUR JARAK TEMPUH (sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 106)

13 - 15 Tahun Nilai 16 – 19 Tahun

a) Tes angkat tubuh 60 detik, untuk putera

(26)

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan daya tahan otot

lengan dan otot bahu.

(2) Alat dan fasilitas:

(a) lantai yang rata dan bersih;

(b) palang tunggal yang tinggi rendahnya dapat diatur sehingga

peserta dapat bergantung (Lihat gambar 3.2);

(c) stopwatch;

(d) formulir pencatat hasil

(e) alat tulis.

(3) Petugas tes

(a) pengamat waktu

(b) penghitung gerakan merangkap pencatat hasil

(4) Pelaksanaan

- Peserta bergantung pada palang tunggal, sehingga kepala,

badan dan tungkai lurus.

- Kedua lengan dibuka selebar bahu dan keduanya lurus.

- Kemudian peserta mengangkat tubuhnya dengan

membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh

atau melewati palang tunggal, kemudian kembali ke sikap

semula.

- Lakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang, tanpa

(27)

Gambar 3.2 Gambar 3.3

Sikap Awal Tes Angkat Tubuh Putera Sikap Badan Tes Angkat Tubuh Putera

(sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 108)

b) Tes angkat tubuh untuk 30 detik, untuk puteri

(1) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan daya tahan otot

lengan dan otot bahu.

(2) Alat dan fasilitas:

(a) lantai yang rata dan bersih;

(b) palang tunggal yang tinggi rendahnya dapat diatur sehingga

peserta dapat bergantung

(c) stopwatch;

(d) formulir pencatat hasil

(e) alat tulis.

(3) Petugas tes terdiri dari:

(a) pengamat waktu

(b) penghitung gerakan merangkap pancatat hasil

(4) Pelaksanaan

- Peserta bergantung pada palang tunggal, sehingga kepala,

badan dan tungkai lurus.

(28)

- Kemudian peserta mengangkat tubuhnya dengan

membengkokkan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau

melewati palang tunggal, kemudian kembali ke sikap semula.

- Lakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang, tanpa

istirahat selama 30 detik.

Gambar 3.4

Sikap Awal Tes Angkat Tubuh Puteri (sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 108)

Gambar 3.5

Sikap Badan Tes Angkat Tubuh Puteri (sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 108)

(5) Aturan pelaksanaan

(a) Angkatan dianggap gagal dan tidak dihitung apabila:

- pada waktu mengangkat badan, peserta melakukan

gerakan mengayun;

- pada waktu mengangkat badan, dagu tidak menyentuh

palang tunggal; dan

- pada waktu kembali ke sikap permulaan kedua lengan

tidak lurus.

(29)

- Gerakanyang dihitung adalah angkatan yang dilakukan

dengan sempurna.

- Gerakan yang dicatat adalah jumlah (frekuensi) angkatan

yang dapat dilakukan dengan sikap sempurna tanpa

istirahat selama 60 detik.

- Peserta yang tidak mampu melakukan tes angkatan tubuh

ini, walaupun teiah berusaha, diberi nilai nol (0).

Tabel 3.4

Norma Penilaian TKJI Angkat Tubuh 60 detik 13 – 15 Tahun dan 16 – 19 Tahun

(sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 109)

13 - 15 Tahun Nilai 16 – 19 Tahun

PUTERA PUTERI PUTERA PUTERI

16 ke atas 41 ke atas 5 19 ke atas 41 ke atas

11 – 15 22 – 40 4 14 – 18 22 – 40

6 – 10 10 – 21 3 9 – 13 10 – 21

2 – 5 3 – 9 2 5 – 8 3 – 9

0 – 1 0 – 2 1 0 – 4 0 – 2

3) Tes baring duduk 60 detik

a) Tujuan

Mengukur kekuatan dan daya tahan otot perut.

b) Alat dan fasilitas

(1) lantai / lapangan rumput yang bersih

(2) stopwatch

(3) formulir pencatat hasil

(4) alat tulis

(30)

(1) pengamat waktu;

(2) penghitung gerakan merangkap pencatat hasil.

d) Pelaksanaan

- Peserta berbaring di atas lantai/rumput

- Kedua lutut ditekuk ± 90˚

- Kedua tangan dilipat dan diletakkan di belakang kepala dengan

jari tangan saling berkaitan dan kedua lengan menyentuh lantai

- Salah seorang teman membantu peserta memegang dan menekan

kedua pergelangan kaki, agar kaki peserta tidak terangkat.

- Pada aba-aba “ya” peserta bergerak mengambil sikap duduk,

sehingga kedua sikuya menyentuh paha, kemudian kembali ke

sikap semula

- Lakukan gerakan itu berulang-ulang cepat tanpa istirahat dalam

waktu 60 detik.

Gambar 3.6

Sikap Permulaan Tes Baring Duduk (sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 111)

Gambar 3.7

(31)

Gerakan itu gagal bilamana:

(1) Kedua tangan terlepas, sehingga jari-jarinya tidak terjalin lagi

(2) Kedua tungkai ditekuk dengan sudut lebig dari ± 90˚ (3) Kedua siku tidak menyentuh paha

e) Pencatatan hasil

(1) Jumlah baring duduk yang dilakukan dengan benar selama 60

detik.

(2) Setiap gerakan baring duduk yang tidak benar diberi angka 0

(nol).

Tabel 3.5

Norma Penilaian TKJI Baring Duduk 13 – 15 Tahun dan 16 – 19 Tahun (sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 112)

13 – 15 Tahun Nilai 16 – 19 Tahun

PUTERA PUTERI PUTERA PUTERI

38 ke atas 28 ke atas 5 41 ke atas 29 ke atas

28 – 37 19 – 27 4 30 – 40 20 – 28

19 – 27 9 – 18 3 21 – 29 10 – 19

8 – 18 3 – 8 2 10 – 20 3 – 9

0 – 7 0 – 2 1 0 – 9 0 – 2

4) Tes Loncat Tegak

a) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak atau tenaga eksplosif

otot tungkai.

b) Alat dan fasilitas:

(1) Dinding dan lantai yang rata dan cukup luas.

(2) Papan berwarna gelap berukuran 30 x 150 cm, berskala satuan

(32)

ketinggian jarak antara lantai dengan angka nol pada papan skala

ukuran 150 cm.

(3) Serbuk kapur dan alat penghapus papan tulis

(4) Formulir pencatat hasil tes dan alat tulis

c) Petugas Tes

Pengamat dan pencatat hasil

d) Pelaksanaan Tes

- Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada

disamping kiri atau kanannya.

- Kemudian tangan yang berada dekat dinding diangkat lurus ke atas,

telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga

meninggalkan bekas raihan jarinya. (Lihat gambar 3.11)

Gambar 3.8

Sikap menentukan raihan tegak

(sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 114)

- Kedua tangan lurus berada disamping badan kemudian peserta

mengambil sikap awalan dengan membengkokkan kedua lutut dan

kedua tangan di ayun ke belakang, kemudian peserta meloncat

setinggi mungkin sambil menepuk papan berskala dengan tangan

yang terdekat dengan dinding, sehingga meninggalkan bekas raihan

(33)

- Tanda ini menampilkan tinggi raihan loncatan peserta tersebut.

- Peserta diberi kesempatan melakukan sebanyak tiga kali loncatan.

Gambar 3.9 Gambar 3.10

Sikap Awalan Loncat Tegak Meloncat Setinggi Mungkin

(sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 114)

e) Pencatatan Hasil

(1) Ambil tinggi raihan yang tertinggi dari ketiga loncatan

(2) Hasil loncat tegak diperoleh dengan cara hasil raihan loncatan

tertinggi dikurangi raihan tegak tanpa loncatan.

Tabel 3.6

Norma Penilaian TKJI Loncat Tegak 13 – 15 Tahun dan 16 – 19 Tahun (sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 115)

13 - 15 Tahun Nilai 16 – 19 Tahun

PUTERA PUTERI PUTERA PUTERI

66 ke atas 50 ke atas 5 73 ke atas 50 ke atas

53 – 65 39 – 49 4 60 – 72 39 – 49

42 – 52 30 – 38 3 50 – 59 31 – 38

31 – 41 21 – 29 2 39 – 49 23 – 30

(34)

5) Tes Lari 1000 meter untuk putera dan 800 meter untuk puteri

a) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan (cardio respiratory

endurance).

b) Alat dan Fasilitas

(1) lintasan lari 1000 meter untuk putera dan 800 meter untuk puteri;

(2) stopwatch

(3) bendera start dan tiang pancang;

(4) peluit

(5) nomor dada

(6) formulir pencatat hasil tes dan alat tulis

(7) tanda/garis untuk start dan finish

c) Petugas tes terdiri dari:

(1) petugas pemberangkatan;

(2) pengukur waktu;

(3) pencatat hasil;

(4) pembantu umum.

d) Pelaksanaan

- Peserta berdiri dibelakang garis start

- Pada aba-aba “siap” peserta mengambil sikap start berdiri untuk

siap lari.

- Pada aba-aba “ya” peserta lari menuju garis finish dengan

menempuh jarak 1000 meter untuk putera dan 800 meter untuk

puteri

Catatan:

(35)

Gambar 3.11

Posisi start 800 dan 1000 meter (Sumber: skripsi Rukmana, 2015, hlm. 71 )

e) Pencatatan Hasil

(1) Pengambilan waktu dilakukan mulai saat bendera diangkat

sampai pelari tepat melintas garis finish.

Gambar 3.12

Stopwatch dimatikan saat pelari melintasi garis finish (sumber: skripsi Rukmana, 2015, hlm. 71)

(2) Hasil dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk

menempuh jarak 1000 meter untuk putera dan 800 meter untuk

puteri. Waktu yang dicatat dalam satuan menit dan detik.

Contoh penulisan :

Seorang pelari dengan hasil waktu 3 menit 12 detik maka ditulis 3’

(36)

Tabel 3.7

Jarak Tempuh Lari Jarak Sedang TKJI Berdasarkan Kelompok Umur (sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 116)

KELOMPOK UMUR JARAK TEMPUH

PUTERA PUTERI

6 - 9 Tahun 600 meter 600 meter

10 - 12 Tahun 600 meter 600 meter

13 - 15 Tahun 1000 meter 800 meter

16 - 19 Tahun 1200 meter 1000 meter

Tabel 3.8

Norma Penilaian TKJI Lari Jarak Sedang 13 – 15 Tahun dan 16 – 19 Tahun (sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 117)

13 - 15 Tahun Nilai 16 – 19 Tahun

PUTERA PUTERI PUTERA PUTERI

sd –3’.04” sd –3’.06” 5 sd –3’.14” sd –3’.52”

3’.05” –3’.53” 3’.07” –3’.55” 4 3’.15” –4’.25” 3’.53” –4’.56”

3’.54” –4’.46” 3’.56” –4’.58” 3 4’.26” –5’.12” 4’.57” –5’.58”

4’.47” –6’.04” 4’.59” –6’.40” 2 5’.13” –6’.33” 5’.59” –7’.23”

(37)

f. Tabel Nilai TKJI

Tabel 3.9 TABEL NILAI TKJI (Untuk Putra Usia 13 -15 Tahun) (sumber: skripsi Rukmana, 2015, hlm. 72 )

Nilai Lari (Untuk Putri Usia 13 -15 Tahun) (sumber: skripsi Rukmana. 2014, hlm. )

Nilai Lari

(38)

digunakan untuk masing-masing butir tes berbeda, yang meliputi satuan waktu,

ulangan gerak, dan ukuran tinggi.

Untuk mendapatkan hasil akhir, maka perlu diganti dalam satuan yang sama

yaitu NILAI. Setelah hasil kasar setiap tes diubah menjadi satuan nilai, maka

dilanjutkan dengan menjumlahkan nilai-nilai dari kelima butir TKJI. Hasil

penjumlahan tersebut digunakan untuk dasar penentuan klasifikasi kesegaran

jasmani remaja.

Tabel 3. 11

Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 118)

No. Jumlah nilai Klasifikasi

1. 22 – 25 Baik sekali ( BS )

Reliabilitas dan Validitas Tes Kesegaran Jasmani (sumber: Nurhasan dan Cholil. 2014, hlm. 123)

Tingkat Sekolah Reliabilitas Validitas

Sekolah Dasar (SD) 0,89 0,92

SMP 0,96 0,95

SMU 0,72 0,92

E. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian menggambarkan skenario penelitian yang dilakukan oleh

peneliti. Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan masalah penelitian

2. Menetapkan hipotesis

3. Menentukan populasi

4. Menentukan sampel. Lebih lanjut menentukan karakteristik yang ingin

(39)

5. Pengambilan data dan pelaksanaan tes

Peneliti menggunakan rumus statistik untuk menghitung atau mengolah hasil

tes. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Menurut Abduljabar dan Darajat, (2013, hlm. 111) menghitung skor rata-rata

dari setiap kelompok sampel, dengan rumus:

n

2. Menurut Abduljabar dan Darajat (2013, hlm. 122) menghitung simpangan

baku dari setiap kelompok data, dengan rumus:

1

 (X-X)2 = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata n = Jumlah sampel

3. Menguji normalitas data menggunakan uji normalitas Lilliefors. Dengan

langkah-langkah menurut pendapat Abduljabar dan Darajat (2013, hlm. 148)

sebagai berikut :

a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai data

terbesar. Kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku.

(40)

Zi =�−�

(� dan s merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).

c. Mencari luas Zi pada tabel Z dalam Abduljabar dan Darajat (2013, hlm.

230).

d. Pada kolom F(Zi), untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0,5 –

luas daerah, sedangkan untuk luas daerah positif maka 0,5 + luas daerah.

e. S(Zi) adalah urutan n dibagi jumlah n.

f. Hasil pengurangan F(Zi) – S(Zi) tempatkan pada kolom F(Zi) – S(Zi). g. Mencari data/nilai yang tertinggi, tanpa melihat (-) atau (+), sebagai nilai

Lo.

h. Membuat kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis:

1) Jika Lo ≥ Ltabel tolak Ho dan H1 diterima, artinya data tidak

berdistribusi normal.

2) Jika Lo ≤ Ltabel terima Ho dan H1ditolak, artinya data berdistribusi

normal.

i. Mencari nilai Ltabel dalam Abduljabar dan Darajat (2013, hlm. 249).

Membandingkan Lo dan Ltabel.

j. Membuat kesimpulan.

4. Menguji homogenitas yang mengacu pada pendapat Abduljabar dan Darajat

(2013, hlm. 178), dengan rumus:

F = � � � � � �

� � � � � � �

Variansi di dapat dari simpangan baku yang dikuadratkan. Untuk kriteria

pengujian adalah: terima hipotesis jika Fhitung < dari Ftabel distribusi dengan

derajat kebebasan = (dk pembilang, dk penyebut) dk = n-1, dengan α = 0,05. 5. Uji hipotesis menggunakan uji U Mann-Whitney(Abduljabar dan Darajat,

2013, hlm. 122)yang tergolong statistika nonparametrik dikarenakan terdapat

data yang tidak berdistribusi normal. Adapun rumusnya sebagai berikut.

U1 =

(41)

Keterangan:

n1 = jumlah sampel 1

n2 = jumlah sampel 2

U1 = jumlah peringkat 1

U2 = jumlah peringkat 2

R1 = jumlah ranking pada sampel n1

R2 = jumlah ranking pada sampel n2

Hipotesis statistik:

H0 : tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan permainan tradisional

terhadap tingkat kesegaran jasmani antara kelompok perempuan dan kelompok

laki-laki anggota komunitas hong dago Bandung.

H1 : terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan permainan tradisional

terhadap tingkat kesegaran jasmani antara kelompok perempuan dan kelompok

(42)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, penelitian yang berjudul

Derajat Kebugaran Jasmani Anggota Komunitas Pelestari Permainan Tradisional

Hong Kota Bandung (Studi Ex Post Facto pada Anggota komunitas Hong Dago

Bandung) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh signifikan

permainan tradisional terhadap derajat kebugaran jasmani anggota komunitas

hong yang didasarkan pada gender. Penelitian ini dibatasi berdasarkan nilai

kebugaran yang diperoleh oleh kelompok putra dan kelompok putri.

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelompok

putri lebih tinggi dari kelompok putra. Namun begitu, selisih nilai rata-rata yang

diperoleh relatif kecil, sehingga tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok

putri dan putra.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

mengemukakan implikasi sebagai berikut:

1. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh signifikan

permainan tradisional terhadap derajat kebugaran jasmani anggota

komunitas hong yang didasarkan pada gender. Dikarenakan Komunitas

Hong belum menerapkan prinsip latihan yang telah dianjurkan untuk

meningkatkan kebugaran jasmani. Lebih lanjut, penjelasan di atas sejalan

dengan yang diungkapkan oleh Bompa (1999) dan Astrand (2003) dalam

Tarigan (2009, hlm. 3), bahwa:

(43)

2. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai rata-rata

kelompok putri lebih tinggi dari kelompok putra. Namun begitu, selisih

nilai rata-rata yang diperoleh relatif kecil, sehingga tidak ada perbedaan

signifikan antara kelompok putri dan putra.Seperti yang dipaparkan oleh

Tarigan (2009, hlm. 35), “Intensitas latihan adalah faktor yang paling penting dalam kegiatan olahraga. Sebab meningkat dan menurunnya

tingkat kebugaran jasmani siswa sangat dipengaruhi oleh intensitas tugas

ajar/latihan”.

3. Dengan metodologi penelitian yang peneliti gunakan, hasil penelitian

menunjukkan bahwa permainan tradisional tidak berpengaruh signifikan

terhadap derajat kebugaran jasmani anggota Komunitas Hong karena

kurangnya memperhatikan prinsip latihan FIWT (Frekuensi, Intensitas,

Waktu dan Tipe). Bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian yang

sama, diharapkan melakukan kajian yang lebih dalam.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

mengemukakan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi komunitas hong diharapkan dilakukan program latihan yang

dilakukan secara rutin dalam upaya meningkatkan kebugaran jasmani

dengan memperhatikan prinsip-prinsip latihan seperti frekuensi,

intensitas, waktu, dan tipe tanpa menghilangkan kekhasan atau

karakteristik permainan tradisional. Mengkombinasikan aktivitas fisik

yang cukup tinggi dan tetap menyenangkan diharapkan dapat

mengembangkan secara menyeluruh aspek-aspek kognitif, afektif,

maupun psikomotor anggota komunitas hong.

2. Bagi anggota komunitas hong diharapkan lebih aktif mengikuti program

yang diterapkan terutama latihan-latihan yang rutin dilakukan agar tingkat

kebugaran jasmani dapat berkembang lebih baik. Permainan tradisional

memberikan manfaat yang sangat banyak, oleh karena itu anggota

komunitas hong harus selalu semangat dan bersungguh-sungguh

(44)

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat lebih

dikembangkan baik yang berhubungan dengan aspek fisik, psikis, sosial,

dan lain-lain dengan menjadikan penelitian ini sebagai bahan

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B., & Darajat, J. (2013). Aplikasi Statistik dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI

Bandung.

Zaini, Alif. (2014). Mainan dan Permainan Tradisional Sunda. Bandung: Komunitas Hong.

Emzir. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Giriwijoyo & Sidik. (2010). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Giriwijoyo & Sidik. (2010). Olahraga dan Olahraga Kesehatan. Dalam Giriwijoyo, Y.S.S.,

Ilmu Faal Olahraga (hlm. 39-78). Bandung:FPOK UPI.

Giriwijoyo, Y.S.S. dkk. (2012). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Offset.

Giriwijoyo, Y.S.S. (2012a). Olahraga pada Anak. Dalam Giriwijoyo, Y.S.S., Ilmu Kesehatan

Olahraga (hlm. 67.-83). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Giriwijoyo, Y.S.S. dkk (2005). Manusia dan Olahraga. Bandung: ITB.

Giriwijoyo, Y.S.S. (2005a). Kesehatan, Kebugaran Jasmani dan Olahraga. Dalam Giriwijoyo,

Y.S.S. dkk., Manusia dan Olahraga (hlm. 1-27). Bandung: Penerbit ITB.

Lutan, R.. (2005). Ilmu Keolahragaan dan Beberapa Isu Filosofis. Dalam Lutan, R. dkk.,

Manusia dan Olahraga (hlm. 1-31). Bandung: ITB dan FPOK/IKIP Bandung.

Lutan, R., Hartoto, J., & Tomoliyus. (2001). Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi

Pembinaan di Sepanjang Hayat. Jakarta: Depdikbud.

Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI.

Nurhasan. H., & Cholil, D. H. (2014). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: FPOK

UPI.

Nurhasan. (2014a). Tes General Motor Ability dan Tes Motor Educability. Dalam Nurhasan.,

(46)

Tim Dosen Mata Kuliah Sejarah Filasafat Olahraga FPOK UPI. (2009). Sejarah Olahraga.

Bandung: FPOK UPI.

Rukamana, Yuliana Siti. (2015). Pengaruh Senam Aerobik untuk Kelompok Siswa Motor

Educability Tinggi dan Motor Educability Rendah Terhadap Peningkatan Kebugaran

Jasmani. Skripsi S. 1 pada FPOK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kunatitatif, Kualitatif, dan R &

D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata. (2012). Metode Deskriptif dan Survei. Dalam Metode Penelitian Pendidikan

(71-91). Bandung: PT Remana Rosdakarya Offset.

Tarigan. (2009). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal

Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Uhamisastra. (2010). Permainan Tradisional. Bandung: FPOK UPI.

Wiarto, G. (2013). Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumber dari Internet:

Muti, Diana. (2015). Pengertian Bermain Konsep Pendidikan. [Online]. Tersedia di:

Gambar

Gambar 3.1 Posisi start lari 50 meter
Tabel 3.2 Jarak Tempuh Lari Cepat TKJI Berdasarkan Kelompok Umur
Gambar 3.3 Sikap Badan Tes Angkat
Gambar 3.5 Sikap Badan Tes Angkat Tubuh Puteri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan tebal perkerasan dengan menggunakan Metode Analisa Komponen didapat hasil bahwa selisih tebal perkerasan antara material yang digunakan dengan material

apabila pelanggan mendapatkan produk dengan kualitas yang sama tetapi harga untuk memperolehnya relatif lebih murah, tentunya hal ini akan memberikan nilai.. kepuasan

• Memiliki banyak ruang terbuka hijau dan tempat parkir yang dekat dengan bangunan. • Antara massa bangunan satu dengan bangunan lain terdapat ruang terbuka pemisah yang

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara biaya berobat dengan kepatuhan follo- up penderita pnemonia balita.. Hubungan antara Jarak Pelayanan

service (LBS) yang dapat memberikan informasi letak dan posisi geografis kantor Polisi melalui perangkat mobile dengan menggunakan aplikasi google maps yang diakses secara

Model didefinisikan sebagai suatu representasi yang disederhanakan dari suatu bagian realitas sistem nyata yang diteliti dan menitikberatkan pada elemen-elemen

BAB II Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas X Pada Konsep Insecta A.. Kegiatan Praktikum

Kalau dalam Sistem Pemerintahan Presidensil penguatan eksekutif lebih menonjol dimana kepala negara dan kepala pemerintahannya dipegang oleh satu tangan yaitu