• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM FILTRASI DENGAN KARBON AKTIF KAYU SENGON, KERIKIL AKTIF SUNGAI KRASAK, DAN PASIR AKTIF PANTAI INDRAYANTI PADA AIR SUMUR DI LPPMP UNY SEBAGAI AIR MINUM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISTEM FILTRASI DENGAN KARBON AKTIF KAYU SENGON, KERIKIL AKTIF SUNGAI KRASAK, DAN PASIR AKTIF PANTAI INDRAYANTI PADA AIR SUMUR DI LPPMP UNY SEBAGAI AIR MINUM."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM FILTRASI DENGAN KARBON AKTIF KAYU

SENGON, KERIKIL AKTIF SUNGAI KRASAK, DAN PASIR

AKTIF PANTAI INDRAYANTI PADA AIR SUMUR DI LPPMP

UNY SEBAGAI AIR MINUM

Oleh: Zulia Nur Rachma

11306141030

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1). Pengaruh volume absorben dan jenis absorben terhadap intensitas transmisi cahaya, total disolved solid (TDS) / total zat padat terlarut , dan pH dalam proses filtrasi sampel air sumur di LPPMP UNY. (2) Pengaruh jenis absorben terhadap kadar Fe dalam proses filtrasi sampel air sumur di LPPMP UNY. (3) Pengaruh variasi jenis absorben terhadap Intensitas transmisi cahaya, TDS, pH, dan kadar Fe dalam proses filtrasi sampel air sumur di LPPMP UNY. (4) Pengaruh daya serap sistem FAS (Filtrasi, Absorbsi, Sedimentasi) terhadap penurunan kadar total coliform dalam proses filtrasi sampel air sumur di LPPMP UNY.

Penelitian ini menggunakan sistem penjernihan air FAS (Filtration, Absorbstion, and Sedimentation water purification system). Sistem ini menggunakan 5 kolom pipa dan air dialirkan melalui pipa pralon. Filtrasi dan absorbsi terjadi pada semua pipa, sedangkan sedimentasi terjadi saat air mengalir ke atas. Pada saat itu logam berat yang massa jenisnya lebih besar dengan air mengalami sedimentasi. Absorben yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon aktif kayu sengon, kerikil aktif Sungai Krasak, dan pasir aktif Pantai Indrayanti. Hasil proses filtrasi air sumur dari groundtank LPPMP UNY ini diukur menggunakan alat transmisi cahaya lux meter untuk uji kejernihan air, dengan TDS meter digital untuk uji total zat padat terlarut, pH meter digital untuk uji derajat keasaman, dan uji kadar Fe dan uji total coliform di Laboratorium STTL.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Efisiensi transmisi cahaya untuk variasi volume tertinggi adalah karbon aktif kayu sengon (92 ± 1) %. TDS untuk variasi volume yang terbaik yaitu karbon aktif kayu sengon 150 ppm. Hasil pengukuran pH adalah sama yaitu pH 6,9. (2) Efisiensi penyerapan kadar Fe tertinggi yaitu karbon aktif kayu sengon (96,88 ± 0,32)%. (3) ET pada variasi komposisi yang tertinggi adalah variasi karbon-karbon-pasir-pasir (90 ± 1)%. TDS pada variasi komposisi yang terbaik adalah variasi komposisi karbon-karbon-pasir-pasir 151 ppm. Hasil pengukuran pH sebelum proses FAS dan setelah proses FAS adalah sama yaitu 6,9. EP tertinggi untuk variasi komposisi absorben adalah variasi komposisi karbon-pasir-pasir-kerikil dan karbon-pasir-kerikil-kerikil yaitu (93,75 ± 0,09)%. (4) Hasil untuk total coliform yang diujikan pada variasi volume dan variasi komposisi absorben yang mempunyai efisiensi penyerapan kadar besi (Fe) paling baik dan efisiensi transmisi cahaya paling baik adalah absorben jenis karbon aktif kayu sengon sebesar (43 MPN/100mL sampel).

(2)

FILTRATION SYSTEM WITH USING ACTIVE CARBON OF

SENGON WOOD, ACTIVE GRAVEL OF KRASAK RIVER,

AND ACTIVE SAND OF INDRAYANTI BEACH AT WELL

WATER IN THE LPPMP UNY AS THE MINERAL WATER

By:

Zulia Nur Rachma 11306141030

ABSTRACT

This research aims to know: (1) Effect of the absorbent volume and the types of it, to the intensity of light transmition, total disolved solid (TDS) , and PH in filtration process of well water sample in LPPMP UNY. (2) Efeect of the types of absorbent Fe levels in filtration process of well water sample in LPPMP UNY. (3) Effect of the variation of absorbent types to the intensity of light transmition, TDS, PH, and the levels of FE in filtration process of well water in LPPMP UNY. (4) Effect of the absorbstion on FAS (Filtrasi, Absorbsi, Sedimentasi) system to decreased the levels of total coliform in filtration process of well water in LPPMP UNY.

This research uses water purification of FAS (filtration, absorbstion, and sedimendation water purification system). This system uses 5 pipe columns and the water is flowed by the pipe. Filtration and absorbstion occurs at all pipes, while, the sedimentation occurs when the water flowed upward. At the time, the heavy metals that its density is greater with the water, will happen sedimentation. The absorbent that used in this research are the active carbon of sengon wood, the active gravels of krasak river, and the active sand of Indrayanti beach. The result of this filtration process was measured by the light transmission lux meter for test the clarity of water, with the digital meter for test the similarity of degree, and assay the fe and to test the total of coliform at STTL laboratory.

The result of this reasearch showed that: (1) Efficiency of the light transmission for the highest volume variation is the active carbon of sengon wood (92 ± 1)%. TDS for the best volume variation are the active carbon of sengon wood 150 ppm. The result of pH measurement are the same, namely pH 6.9 (2) Efisiency of the higest Fe levels absorbent are the active carbon of sengon wood (96,88 ± 0,32) %. (3) ET at the highest composition variation is the variation of carbon-carbon-sand-sand. TDS at the best variation composition is the variation of carbon-carbon-sand-sand 151 ppm. The result of pH measurement, before and after of the process FAS are the same 6,9, the highest EP for absorbent composition variation is the variation of composition of carbon-sand-gravel- and carbon-sand-gravel, that are (92,75 ± 0,33)%. (4) The result for total coliform were tested on volume variations and absorbent variations composition that have the absorbtion effisiency levels of iron (Fe) kindest most exellent the light transmission efficiency is absorbent type of the active carbon of sengon wood (43 MPN/100ml sampel).

(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi

kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari disegala aspek misalnya pada pertanian dan industri.

Dengan demikian keberadaan air dalam kehidupan perlu dijaga dan

dilestarikan untuk kelangsungan kehidupan manusia itu sendiri. Air memiliki

peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia karena tanpa

air tidaklah mungkin ada kehidupan. Akan tetapi tidak semua orang dapat

berpikir dengan bijak dalam menggunakan dan mengolah air untuk

kehidupannya. Menjadi sangat ironis bagi negara Indonesia yang memiliki

sumber daya air yang berlimpah, namun disisi lain masih terdapat suatu

kelompok masyarakat sangat sulit mendapatkan air bersih sedangkan

segelintir kelompok masyarakat lainnya dengan sangat mudah

menghambur-hamburkan air.

Kebutuhan akan air menjadi sangat penting, sehingga harus diimbangi

dengan kesadaran untuk melestarikan air, jika tidak ada kesadaran untuk

melestarikan air maka akan banyak sumber air yang tercemar oleh perbuatan

manusia sendiri. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi

lingkungan hidup menjadi buruk, sehingga akan mempengaruhi kondisi

(4)

2

Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas,

daya dukung, dan daya tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya

akan menurunkan kekayaan daya alam.

Berdasarkan permasalahan tersebut, salah satu alternatif yang perlu

dilakukan yaitu dengan cara mengolah air tanah atau air sumur secara tepat,

sehingga didapatkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan.

Tujuan teknologi pengolahan air ini adalah untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat, khususnya masyarakat yang masih menggunakan air tanah atau

air sumur sebagai sumber kebutuhan air bersih dan dapat menjadi air minum.

Kebutuhan air bagi manusia diantaranya adalah kebutuhan untuk air

minum. Air yang bersih dan sehat merupakan kualifikasi yang sangat

diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal ini dikarenakan

pemanfaatan air sebagai air minum secara langsung berkaitan dengan tubuh

manusia, sehingga perlu dijaga kualitasnya agar tidak membahayakan tubuh

manusia itu sendiri. Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling

berhubungan. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan

derajat kesehatan masyarakat tersebut, khususnya air untuk minum dan

makan.

Syarat air minum yang bersih dan sehat sesuai Permenkes RI Nomor

492/Menkes/IV/2010 adalah harus bebas dari bahan-bahan anorganik dan

organik. Dengan kata lain kualitas air minum harus bebas bakteri, zat kimia,

racun, limbah berbahaya dan lain sebagainya. Parameter kualitas air minum

(5)

3

mikrobiologi, seperti total coliform dan yang berhubungan dengan kimia

organik berupa arsenik, flourida, kromium, kadmium, nitrit, sianida dan

selenium. Sedangkan parameter yang tidak langsung berhubungan dengan

kesehatan antara lain berupa bau, warna, jumlah zat padat terlarut, kekeruhan,

rasa, dan suhu. Untuk parameter kimiawi meliputi kadar beberapa unsur yang

diperbolehkan, unsur-unsur tersebut antara lain besi, mangan, aluminium,

khlorida, pH, seng, sulfat, tembaga, dan amonia.

Di sebagian wilayah di Indonesia air yang bersumber dari air tanah,

baik air tanah dangkal maupun air tanah dalam mungkin saja terlalu banyak

mengandung bahan kimia tertentu, sehingga sebagian masyarakat sangat sulit

untuk memperoleh air dengan kualitas yang memenuhi standar mutu air

minum. Seperti halnya persoalan yang dialami di kantor LPPMP UNY,

karena di LPPMP sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan seperti workshop

dan lain-lain, sehingga kami menggunakan air LPPMP sebagai sampel

penelitian. Air sumur di LPPMP UNY ini memiliki kualitas yang rendah

dengan warna air yang cenderung keruh, berwarna kekuningan dan agak

berbau. Ada indikasi bahwa kadar logam Fe dan bakteri dalam air sumur di

LPPMP UNY tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Besi dan bakteri

dalam air sumur menyebabkan air sumur berubah warna menjadi kekuningan.

Semakin tinggi nilai kadar logam dalam air, maka kondisi air akan

semakin keruh. Jika mengkonsumsi air minum yang memiliki kandungan

logam, maka cepat atau lambat organ tubuh kita yang berfungsi untuk

(6)

4

mudah bersarang di tubuh kita karena air yang tidak higienis. Maka dari itu,

pada penelitian ini akan menggunakan sistem FAS (Filtrasi, Absorbsi, dan

Sedimentasi) untuk mengolah air sumur di LPPMP UNY sebagai air minum.

Sistem FAS merupakan pengolahan air secara fisika yang mudah dilakukan

oleh masyarakat umum yaitu dengan penyaringan (filtrasi), pengendapan

(sedimentasi), dan absorpsi. Penyaringan (filtrasi) merupakan proses

pemisahan antara padatan/koloid dengan cairan. Pengendapan (sedimentasi)

merupakan proses pengendapan bahan padat dari air olahan, prinsip

sedimentasi adalah pemisahan bagian padat dengan memanfaatkan gaya

gravitasi sehingga bagian yang padat berada di dasar kolom pengendapan

sedangkan air murni diatas. Sedangkan absorpsi merupakan proses

penyerapan bahan-bahan tertentu. Dengan peyerapan tersebut air menjadi

jernih karena zat-zat di dalamnya diikat oleh absorben.

Pada penelitian sebelumnya terdapat 2 peneliti yang melakukan proses

filtrasi pada air sumur di LPPMP UNY. Peneliti yang pertama menggunakan

absorben karbon aktif bambu, kerikil aktif Sungai Krasak dan pasir aktif

Pantai Indrayanti. Peneliti yang kedua menggunakan absorben karbon aktif

batok kelapa, kerikil aktif Sungai Krasak, dan pasir aktif Pantai Indrayanti.

Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan absorben karbon aktif

kayu sengon, kerikil aktif Sungai Krasak, dan pasir aktif Pantai Indrayanti.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penelitian ini

(7)

5

Kayu Sengon, Kerikil Aktif Sungai Krasak, dan Pasir Aktif Pantai Indrayanti

Pada Air Sumur di LPPMP UNY Sebagai Air Minum”.

B. Identifikasi Masalah

Air sumur di LPPMP UNY yang cenderung keruh, berwarna

kekuning-kuningan dan agak berbau, sehingga termasuk air yang tidak sehat. Ada

indikasi bahwa kadar logam dan bakteri dalam air sumur LPPMP UNY.

Semakin tinggi nilai kadar logam dalam air, maka kondisi air akan semakin

keruh. Jika mengkonsumsi air minum yang memiliki kandungan logam, maka

cepat atau lambat organ tubuh kita yang berfungsi untuk menyaring (filter)

akan rusak. Selain itu, penyakit-penyakit lain juga akan mudah bersarang di

tubuh kita karena air yang tidak higienis.

Setelah dilihat secara fisik bahwa air sumur pada groundtank LPPMP

UNY keruh, berwarna kekuning-kuningan, dan agak berbau, sehingga

dilakukan uji kadar Fe dan uji kadar total coliform. Uji kadar Fe dan uji kadar

total coliform diuji di laboratorium STTL, dan didapatkan hasil untuk kadar

Fe sebesar 1,6 mg/l sedangkan untuk uji kadar total coliform sebesar 210

MPN/100 ml sampel. Hasil tersebut belum memenuhi kadar batas maksimum

yang diperbolehkan untuk persyaratan kualitas air minum berdasarkan

PERMENKES RI/492/Menkes/Per/IV/2010. Kadar maksimum yang

diperbolehkan untuk kadar Fe adalah sebesar 0,3 mg/l dan untuk kadar total

(8)

6

Sehingga peneliti melakukan penelitian untuk menjernihkan air LPPMP

UNY menjadi air minum dengan memanfaatkan bahan karbon aktif kayu

sengon, kerikil aktif sungai krasak dan pasir aktif pantai indrayanti.

Berdasarkan penelitian sebelumnya (Arif Rahman:2015) karbon aktif kayu

sengon yang digunakan dengan ukuran granul (2,34 mm atau 8 mesh)

dikarenakan apabila menggunakan karbon aktif ukuran serbuk/powder akan

terjadi penyumbatan sehingga aliran air akan menjadi lambat dan apabila

menggunakan karbon aktif ukuran gravel penyerapan kotoran yang terdapat

pada air sumur tidak efektif karena ukuran karbon aktinya terlalu besar.

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi penjernihan air,

maka penelitian ini akan membahas masalah sebagai berikut:

1. Jenis absorben yang digunakan adalah karbon aktif kayu sengon dengan

ukuran 2,38 mm atau 8 mesh, yang didapat dari pemasok arang di daerah

sewon.

2. Jenis absorben yang digunakan adalah kerikil aktif dengan ukuran 3,36

mm atau 6 mesh, yang didapat dari sungai Krasak, Sleman, Yogyakarta.

3. Jenis absorben yang digunakan adalah pasir aktif dengan ukuran 0,595

mm atau 30 mesh, yang di dapat dari Pantai Indrayanti, Gunung Kidul,

Yogyakarta.

4. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air sumur bor yang

(9)

7 D. Rumusan Masalah

Permasalahan pokok yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh volume absorben dan jenis absorben terhadap

intensitas transmisi cahaya, total disolved solid (TDS), dan pH dalam

proses filtrasi sampel air sumur di LPPMP UNY?

2. Bagaimana pengaruh jenis absorben terhadap kadar Fe dalam proses

filtrasi sampel air sumur di LPPMP UNY?

3. Bagaimana pengaruh variasi komposisi jenis absorben terhadap Intensitas

transmisi cahaya, total disolved solid (TDS), pH, dan kadar Fe dalam

proses filtrasi sampel air sumur di LPPMP UNY?

4. Bagaimana pengaruh daya serap sistem FAS (Filtrasi, Absorbsi,

Sedimentasi) terhadap penurunan kadar total coliform dalam proses

filtrasi sampel air sumur di LPPMP UNY?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah, untuk mengetahui:

1. Pengaruh volume absorben dan jenis absorben terhadap intensitas

transmisi cahaya, total disolved solid (TDS), dan pH dalam proses filtrasi

sampel air sumur di LPPMP UNY.

2. Pengaruh jenis absorben terhadap kadar Fe dalam proses filtrasi sampel

(10)

8

3. Pengaruh variasi jenis absorben terhadap Intensitas transmisi cahaya, total

disolved solid (TDS), pH, dan kadar Fe dalam proses filtrasi sampel air

sumur di LPPMP UNY.

4. Pengaruh daya serap sistem FAS (Filtrasi, Absorbsi, Sedimentasi)

terhadap penurunan kadar total coliform dalam proses filtrasi sampel air

sumur di LPPMP UNY.

F. Manfaat Penelitian

1. Dapat menambah wawasan keilmuan, dan dapat digunakan sebagai

referensi untuk penelitian lebih lanjut.

2. Dapat menambah khasanah pengetahuan dalam proses penjernihan air.

3. Dapat menjadi solusi alternatif untuk mendapatkan air minum dengan

(11)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Kayu Sengon

Sengon merupakan salah satu jenis tanaman yang tumbuh cepat di

daerah tropis. Dalam bahasa latin sengon mempunyai dua nama latin, yakni

Albizia falcataria (L) dan Paraserianthes Falcataria termasuk family

Mimosaceae, keluarga petai-petaian (Atmosuseno, 1998).

Di antara keseluruhan bagian tanaman sengon, bagian terpenting yang

mempunyai nilai ekonomis adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi

sekitar 30-45 meter. Kayu sengon yang berumur sekitar 4-5 tahun dan

mempunyai kadar air sebesar 10,6% dan mengandung kadar selulosa

mencapai 49,7% (Santoso, 1992: 11). Bagian lain dari tanaman sengon adalah

daun, akar, bunga dan buah sengon. Daun sengon tersusun majemuk menyirip

ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun

sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai

penyerap nitrogen (N2) dan karbon dioksida (CO2) dari udara bebas (Santoso,

1992:15). Akar Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat untuk

menembus ke dalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun

(12)

10

menyimpan zat nitrogen, sehingga tanah di sekitar pohon sengon menjadi

subur. Bunganya mempunyai ukuran yang kecil sekitar 0,5 – 1 cm. Benang

sari menonjol lebih panjang dari daun mahkota. Warna bunga putih

kekuning-kuningan. Kuntum bunga yang mekar berisi bunga jantan dan bunga betina.

Cara penyerbukan bunga yang sedikit berbulu ini dibantu oleh serangga dan

angin (Atmosuseno, 1998). Sedangkan bunga sengon berbentuk polong, pipih

dan tipis. Berwarna hijau sampai cokelat jika sudah masak. Panjang buah

sekitar 6 – 12 cm. setiap pohon buah berisi 15 – 30 biji (Atmosuseno, 1998).

Adapun manfaat kayu sengon (Santoso, 1992:12) antara lain:

a. Penghijauan dan reboisasi

Daun-daun sengon yang jatuh ke tanah akan dapat berperan sebagai pupuk

hijau. Tanah-tanah yang ditanami akan lebih tahan terhadap erosi dan

mempunyai kemampuan menghisap air dibandingkan dengan tanah

gundul.

b. Pelindung dan Penyubur tanah

Pohon sengon mampu menyerap N2 dari udara bebas, penanaman sengon

akan dapat menyuburkan tanah-tanah yang ada di sekitarnya. Penyuburan

tanah ini ditunjukkan dengan adanya perubahan kandungan nitrogen.

c. Bahan baku kayu bakar dan industri

Sengon digunakan sebagai kayu bakar dan industri karena pohon sengon

(13)

11 d. Bahan baku bangunan dan perabotan

Kayu sengon dapat digunakan sebagai bahan bangunan ringan di bawah

atap atau kebutuhan bangunan lain yang bersifat sementara. Kayu sengon

juga dapat digunakan sebagai bahan perabot rumah tangga seperti

meja-kursi, tempat tidur, rak buku dan lain-lain.

2. Kayu Sengon Sebagai Bahan Karbon Aktif

Banyak sisa-sisa dari kayu sengon yang tidak terpakai yang telah

digunakan oleh industri-industri yang menggunakan bahan baku kayu sengon.

Potongan-potongan dari kayu sengon yang tidak terpakai sampai saat ini

masih sangat terbatas untuk bahan bakar sehingga perlu dicarikan

kemungkinan penggunaan lainya, peningkatan nilai ekonomis dari sisa-sisa

kayu sengon dapat dilakukan dengan mengolahnya menjadi bahan dasar

pembuatan karbon aktif.

Sifat-sifat yang mendukung pembuatan karbon aktif dari kayu sengon

terbagi atas sifat fisik dan sifat kimia. Ditinjau dari sifat fisiknya, kayu sengon

memiliki massa jenis rata-rata 0,33 gram/cm3, maka kayu sengon

dikategorikan sebagai kayu dengan kualitas serat yang tinggi

(Atmosuseno,1998). Kualitas serat yang tinggi ini juga memungkinkan kayu

sengon tahan terhadap panas, karena pada proses pembuatan karbon aktif akan

dilakukan perlakuan dengan panas yang maksimum tapi tidak sampai

(14)

12

Sifat kimia suatu jenis kayu sangat penting untuk dapat mengetahui

penggunaan yang sesuai dari suatu jenis kayu. Persentase komponen kimia

kayu sengon antara lain (Atmosuseno, 1999), mempunyai selulosa tinggi,

lignin yang rendah, pentosan yang rendah serta mempunyai zat ekstraktif yang

tinggi.. Persentase selulosa yang tinggi akan menambah kekuatan kayu, hali

ini dapat dimaklumi karena selulosa merupakan konstituen pokok dari

tiap-tiap dinding sel. Persentase dinding kayu sengon yang rendah menunjukkan

bahwa kayu sengon merupakan kayu yang tidak terlalu kuat dan tidak terlalu

kaku. Lignin bergungsi sebagai perekat ikatan antiserat tersebut. Perpaduanya

dengan selulosa akan menghasilkan sebuah senyawa bernama lignoselulosa.

Senyawa ini yang membuat kayu sengon menjadi kuat dan kaku

(Atmosuseno, 1998).

Kelas awet adalah pengkelasan panjang pendeknya masa pakai kayu

yang dikaitkan dengan kondisi penggunaan tertentu ( seperti dipendam dalam

tanah, kondisi cuaca, terendam air dan pengecetan) dan mudah tidaknya

terkena serangan rayap tanah serta serangga perusak kayu lainnya. Kayu

sengon memiliki kelas awet I yang lebih awet dibandingkan dengan kayu

kelas kuat IV (Atmosuseno, 1998).Hal ini disebabkan oleh persentase zat

ekstraktif sengon sangat tinggi. Zat ekstraktif ini akan melindungi kayu dari

gangguan pemakan kayu secara alami, dalam hal tingkat keawetan kayu

sengon yang tinggi tersebut, menjadi keuntungan dalam pembuatan karbon

(15)

13 3. Karbon Aktif

a. Pengertian Karbon Aktif

Karbon aktif adalah karbon yang telah mendapat perlakuan agar

memiliki kemampuan absorbsi yang tinggi terhadap zat-zat beracun, bau,

dan warna serta zat-zat kimia lainnya. Karbon aktif bersifat amorf dengan

luas permukaan antara 300-2000 m2/g (Surya Efendy,2004:10).

Menurut Sunarto (2000:2) karbon aktif adalah suatu bentuk karbon

atau karbon yang mempunyai daya absorbsi sangat baik terhadap limbah,

khususnya limbah cair. Hal itu disebabkan dalam suatu karbon terdapat

pori-pori atau rongga yang terdapat pada struktur molekulnya. Karbon

aktif juga dikatakan sebagai bahan berupa karbon yang telah mengalami

perlakuan khusus berupa proses aktifasi baik secara fisis maupun secara

kimiawi. Yang mengakibatkan pori-pori yang terdapat pada struktur

molekulnya menjadi semakin besar. Dengan demikian daya serap akan

semakin besar baik untuk fase cair maupun pada fase gas (Sembiring

dkk,2003).

Sedangkan menurut Tjokrokusumo (1998) karbon aktif adalah

karbon yang telah diaktifkan baik secara fisika maupun kimia, yang

menghasilkan karbon dengan pori-pori lebih terbuka. Karbon mempunyai

luas permukaan dan struktur yang berongga, sehingga dapat menyerap

kotoran dalam larutan. Gambar di bawah ini adalah contoh karbon kayu

(16)

14

Gambar 1. Karbon aktif kayu sengon ukuran granul (2,34 mm)

Jadi karbon biasa dan karbon aktif merupakan hasil pembakaran

bahan seperti kayu, kulit, sabut kelapa, sekam padi, tempurung kelapa dan

batu bara. Hanya yang membedakan adalah pemberian perlakuan khusus

pada karbon aktif baik secara kimiawi maupun fisika agar rongga-rongga

yang terdapat di dalamnya semakin terbuka sehingga daya serapnya

semakin tinggi. Mutu karbon aktif dikatakan baik apabila kadar unsur

karbon sangat tinggi, sedangkan kadar abu dan air di dalamnya sangat

kecil.

Karbon aktif mempunyai daya serap yang tinggi dan sekarang

sudah marak digunakan untuk mengolah limbah cair dengan cara

penyerapan zat-zat kimia terlarut. Karbon aktif dapat dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu bubuk dan granular. Karbon bentuk bubuk digunakan

untuk absorbsi dalam suatu larutan, sedangkan karbon bentuk granular

(17)

15

pengabsorbsi gas (Surya Efendy,2004:11). Selain penggunaannya yang

berbeda, karbon aktif serbuk dan butiran juga mempunyai kelebihan dan

kekurangan masing-masing (Nurhidayati, 2010:11).

(1) Karbon Aktif Serbuk (Powder)

Kelebihan

- Sangatlah ekonomis karena ukuran butiran yang kecil.

- Luas permukaan kontak per satuan luas besar.

- Kontak menjadi sangat baik dengan mengadakan pengadukan

cepat dan merata.

- Tidak memerlukan tambahan alat karena karbon akan

mengendap bersama lumpur yang terbentuk.

Kelemahan

- Karena serbuk yang sangat halus, jadi mudah terbawa angin

sehingga sulit tercampur air.

- Karbon yang tercampur dengan lumpur sulit untuk

diregenerasi sehingga biaya operasional mahal.

- Kemungkinan terjadi penyumbatan lebih besar karena karbon

(18)

16

(2) Karbon Aktif Butiran (Granule, Gravel)

Kelebihan

- Pengoperasian mudah karena ukuran relatif besar.

- Proses berjalan cepat karena tidak terbentuk endapan.

- Karbon tidak bercampur dengan lumpur sehingga dapat

diregenerasi.

Kelemahan

- Memerlukan tambahan unit pengolah, yaitu unit filter yang

berupa penyaring seperti kertas saring.

- Luas permukaan kontak persatuan berat lebih kecil karena

ukuran butiran karbon besar.

- Pada beberapa jenis arang akan mengambang karena massa

jenisnya lebih kecil daripada air.

Pada penelitian ini jenis karbon aktif yang digunakan adalah

granule dengan karbon aktif berukuran 2,38 mm.

b. Proses Pembuatan Karbon Aktif

Prinsip dasar pembuatan karbon aktif adalah pirolisis bahan, yaitu

pembakaran tanpa atau dengan sedikit oksigen, dengan kata lain

pembakaran dilakukan tanpa berhubungan dengan udara luar, sehingga

(19)

17

bahan karbon hasil pirolisis diaktifkan untuk menambah keaktifan karbon

dengan memperluas pori-pori karbon.

Pembuatan karbon aktif dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap

pembuatan arang yang dinamakan karbonasi dan proses pengaktifan dari

arang yang disebut proses aktivasi (Titus, 2006:9).

a. Proses Karbonisasi

Proses karbonisasi merupakan salah satu tahap yang penting dalam

pembuatan karbon aktif. Dilakukan dengan cara membakar kayu

sengon dalam tungku reaktor buatan bersuhu tinggi. Pemanasan yang

perlu dilakukan yaitu pada temperatur 500 ºC selama 4 jam dengan

tujuan untuk menghilangkan kandungan zat yang mudah menguap

sehingga akan terbentuk struktur pori awal (Jankowska dkk, 1991).

b. Proses Aktivasi

Proses aktivasi bertujuan untuk memperbesar ukuran pori dan

luas permukaan karbon sehingga menaikan kemampuan absorbsi

bahan karbon aktif. Proses aktivasikarbon dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu :

(1) Aktivasi kimia

Aktivasi kimia bertujuan untuk menempelkan ion aktif pada

karbon, sehingga karbon akan memiliki kemampuan untuk

mengikat ion-ion logam, maupun zat-zat beracun dalam limbah.

(20)

18

lain asam sulfat, asam klorida, natrium karbonat, kalium karbonat,

garam-garam ammonium, asam sitrat dan garam nikel.Dalam

penelitian ini aktivasi karbon tidak dilakukan secara kimia hanya

dilakukan aktivasi secara fisika.

(2) Aktivasi fisika

Aktivasi fisika bertujuan untuk membuka permukaan karbon

dan memperbesar pori-pori karbon dengan menggunakan gas

untuk mengoksidasikan karbon pada suhu yang tinggi. Gas yang

biasa digunakan adalah karbondioksida dan udara atau gabungan

antara keduannya (Austin, 1996).Bila suhu suhu aktivasi semakin

tinggi maka luas permukaan karbon aktif yang dihasilkan semakin

luas.

Pada penelitian ini aktivasi fisika dilakukan dengan cara

pemanasan karbon yang sudah dibentuk dan memasukkannya ke

dalam oven dengan suhu 2000C selama 1 jam. Pemanasan

bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat dalam karbon

aktif, selain itu pemanasan hanya dilakukan selama 1 jam dan

dalam suhu 2000C dikarenakan apabila terlalu lama dan terlalu

(21)

19 4. Kerikil Sungai Krasak

Sungai Krasak atau yang lebih dikenal oleh penduduk setempat

sebagai kali krasak adalah nama sungai yang mengalir dari Gunung Merapi ke

arah barat daya hingga bermuara di Kali Progo. Kali Krasak memisahkan

Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar di

bawah ini adalah gambar Sungai Krasak.

Gambar 2. Sungai Krasak, Tempel, Yogyakarta

Kerikil Sungai Krasak merupakan batuan vulkanik sisa dari erupsi

Gunung Merapi yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena kualitasnya

yang bagus. Sedangkan kerikil adalah bebatuan kecil biasanya batu granit

yang dipecahkan. Kandungan silika pada batu kerikil tersebut dapat dijadikan

sebagai bahan absorben khususnya untuk penjernihan air. Untuk penyaringan

air kerikil berfungsi sebagai menyaring sesuatu partikel yang akan tertahan

pada kerikil dan celah agar air dapat mengalir melalui lubang bawah. Gambar

(22)

20

Gambar 3. Kerikil dari Sungai Krasak, Tempel, Yogyakarta

5. Pasir Pantai Indrayanti

Pantai Indrayanti merupakan salah satu pantai yang berada di

Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai yang terletak

di Desa Tepus ini bersebelahan dengan Pantai Sundak. Pasir Putih

membentang dari timur ke barat di Pantai Indrayanti. Gambar di bawah ini

adalah Pantai Indrayanti.

Gambar 4 . Pantai Indrayanti, Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus,

(23)

21

Daerah pantai atau pesisir merupakan wilayah sepanjang garis pantai

yang sekiranya masih terkena pengaruh langsung dari aktivitas laut dengan

berbagai proses yang berlangsung di daerah pesisir yang tenaganya berasal

dari ombak, arus, pasang surut, tenaga tektonik, menurunnya permukaan air

laut. Penyusun utama lantai dasar daerah pantai ini umumnya didominasi oleh

pasir. Endapan pasir yang berada di daerah pantai yang memiliki lereng

landai, umumnya berasal dari daerah pedalaman yang terangkut oleh aliran

sungai kemudian terbawa oleh arus laut sepanjang pantai dan selanjutnya

dihembus gelombang ke daratan.

Pasir silika telah lama dikenal sebagai salah satu bahan penyaring air

yang baik. Kualitas pasir juga dipengaruhi oleh musim. Pada musim

penghujan kualitas pasir lebih baik dibandingkan dengan musim kemarau

(Suparno,et all., 2012). Media yang digunakan dalam filtrasi adalah pasir

yang mempunyai pori-pori (ruang antar pasir) yang cukup kecil. Dengan

demikian partikel-partikel yang mempunyai ukuran butir lebih besar dari

ruang antar butir pasir media dapat tertahan. Pasir yang sangat halus akan

lebih cepat mampat (clogging), tetapi jika terlalu besar maka suspensi atau

partikel halus akan lolos. Ukuran yang sering dipergunakan dalam proses

filtrasi yaitu antara 0,2 - 0,4 mm pada saringan pasir lambat dan 0,36 - 0,6

mm pada saringan pasir cepat. Pasir yang dipergunakan dalam filter harus

bebas dari lumpur, kapur dan unsur-unsur organik. (Tri Joko, 2010: 112).

(24)

22 Gambar 5. Pasir Pantai Indrayanti

6. Air

a. Air Baku

Air adalah unsur yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup

termasuk manusia. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh

senyawa lain. Salah satu penggunaan air yaitu untuk memenuhi keperluan

rumah tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, cuci dan pekerjaan

lainnya. Selain sebagai kebutuhan utama untuk kelangsungan hidup

manusia, air juga berperan sebagai penentu kesehatan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun

2005, bahwa yang dimaksud dengan “Air baku untuk air minum rumah

tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal

dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang

memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum”.

(25)

23

(mata air, air tanah dangkal, air tanah dalam), serta air permukaan (sungai,

telaga, danau) (Tri Joko, 2010: 53).

b. Air Tanah

Menurut definisi Undang-undang sumber Daya Air, air tanah

merupakan air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan di bawah

permukaan tanah (Sujana, 2006). Air tanah (ground water) berasal dari air

hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi

atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara

alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam

perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan

lebih murni dibandingkan dengan air permukaan.

Air tanah adalah air yang berada di dalam tanah. Air tanah diperoleh

dengan cara menggali tanah. Air tanah yang sebagian besar berasal dari air

permukaan dan air hujan relatif lebih bersih, hanya saja di sebagian

wilayah Indonesia air tanah dimungkinkan terlalu banyak mengandung

bahan kimia tertentu. Contohnya pada daerah berpasir, maka

kemungkinan kandungan besi dalam air tinggi, pada daerah berkapur

maka kemungkinan kandungan kalsium dalam air akan berlebihan. (Nur

Hidayati.2006: 24-25).

Menurut Wahyu Nugroho dan Setyo Purwoto (2013: 49), air tanah

adalah air yang berada di bawah permukaan tanah di dalam zona jenuh

(26)

24

atmosfer. Air tanah terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air

tanah dangkal, terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari

permukaan tanah. Air dangkal ini ditinjau dari segi kualitas baik, segi

kuantitas kurang dan tergantung pada musim. Air tanah dalam, terdapat

setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam tak

semudah pada air tanah dangkal karena harus digunakan bor dan

memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman biasanya

antara 100-300 m.

c. Air Bersih Sebagai Air Minum

Syarat-syarat Air Bersih sebagai Sumber Air Minum

Air tanah yang bisa dikonsumsi sebagai air bersih untuk air

minum harus memenuhi standar air yang layak. Menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI tahun 1990 tentang syarat-syarat dan

pengawasan kualitas air minum, untuk bisa dikonsumsi manusia, air

harus memenuhi syarat-syarat fisika,kimia, kualitas bakteriologis, dan

syarat radiologis, dimana air minum harus bebas dari bahan-bahan

anorganik dan organik. Dengan kata lain kualitas air minum harus

bebas bakteri, zat kimia, racun, limbah berbahaya dan lain sebagainya.

Dalam pengertian sehari-hari, air bersih ialah air yang jernih

(tidak berwarna), tawar, tidak berbau, dan tidak berasa. Jernih berarti

(27)

25

tidak mengandung bahan organik dan tidak mengandung

bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Tidak berbau artinya

tidak terjadi pelapukan di dalam air oleh mikroorganisme, karena bau

yang kadang tercium dalam air merupakan ciri terjadinya proses

pelapukan bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam air.

Syarat fisika diwujudkan dalam bentuk kekeruhan, bau, warna,

dan rasa. Parameter fisika yang tidak langsung berhubungan dengan

kesehatan, antara lain berupa bau, warna, jumlah zat padat terlarut,

kekeruhan, rasa, dan suhu. Air yang tercemar logam besi (Fe) dan

bakteri coliform akan berbau, padahal air sama sekali tidak ada

rasanya. Secara kimiawi, air minum harus ber-pH netral, kalau terasa

asam berarti pH-nya di bawah tujuh, dan kalau terasa pahit pH-nya di

atas tujuh. Syarat kimia dan biologi terpenting yang perlu diperhatikan

adalah kandungan bahan-bahan kimia dan bakteri didalam air.

Kandungan bahan kimia dan bakteri dalam air tidak boleh melebihi

ambang batas (lihat lampiran 6 hal.105).

7. Air Minum

Manusia membutuhkan air untuk berbagai macam keperluan, seperti

mandi, memasak dan yang paling penting untuk konsumsi sehari-hari

(Pradana dan Bowo, 2013). Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat

(28)

26

tetapi juga mutu air diperlukan untuk penggunaan tertentu. Air yang dapat

diminum dapat diartikan sebagai air yang bebas dari bakteri yang berbahaya

dan ketidakmurnian secara kimiawi. Air minum harus bersih dan jernih, tidak

berwarna dan tidak berbau, dan tidak mengandung bahan tersuspensi atau

kekeruhan (Buckle et all., 2009)

Menurut Sandra dan Lilis (2007) menyatakan bahwa air minum

merupakan air yang dapat diminum langsung tanpa dimasak terlebih dahulu.

Sedangkan air bersih merupakan air yang digunakan keperluan sehari-hari,

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak terlebih

dahulu.

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup

orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber

daya air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia

serta makhluk hidup yang lain. Pengamatan dan pelestarian sumber daya air

harus terus diperhatikan semua pengguna air, termasuk juga oleh pemerintah

baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemanfaatan air untuk

berbagai kepentingan harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, dengan

memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi yang akan

datang (Efendy, 2003).

Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus

memenuhi standar yang berlaku. Untuk itu perusahaan air minum selalu

(29)

27

baku belum tentu memenuhi standar, maka perlu dilakukan pengolahan agar

memenuhi standar air minum. Air minum yang ideal harus jernih, tidak

berwarna, tidak berasa dan tidak berbau dan tidak mengandung kuman

patogen. Air seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada

seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya persyaratan ini dibuat untuk

mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air atau water borne

diseases (Kharismajaya, 2013).

Air adalah salah satu dari materi yang dibutuhkan untuk menjaga

kelangsungan hidup mahluk hidup dan juga menjadi salah satu sumber

penyebab dari penyakit yang menyerang manusia. Hal utama yang perlu

diperhatikan dalam mengolah air yang akan dikonsumsi adalah menyediakan

air yang aman dikonsumsi dari segi kesehatan. Sumber air, baik air

permukaan maupun air tanah, akan terus mengalami peningkatan kontaminasi

pencemar disebabkan meningkatnya aktivitas pertanian dan industri. Air hasil

produksi yang diharapkan konsumen adalah air yang bebas dari warna,

kekeruhan, rasa, bau, nitrat, ion logam berbahaya dan berbagai macam

senyawa kimia organik seperti pestisida dan senyawa terhalogenasi.

Permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan kontaminan tersebut diatas

meliputi kangker, gangguan pada bayi yang lahir, kerusakan jaringan saraf

pusat, dan penyakit jantung (Sawyer, 1994).

Menurut Soetomo (2003) bahwa sekarang ini kebutuhan air bagi

(30)

28

merupakan Badan Usaha Milik Daerah. Selain itu, air minum masyarakat juga

berasal dari perusahaan swasts yaitu air minum dalam kemasan (AMDK),

yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan

Indonesia (Aspadin), dan air minum yang diproduksi oleh depo-depo yang

teergabung dalam asosiasi Pengusaha depo air (Aspada).

(sumber:

http://www.desabombana.com/2014/07/contoh-skripsi-penelitian-air-isi-ulang.html ,diakses pada 26 November 2015)

8. Absorbsi

Absorbsi atau proses penyerapan adalah suatu proses masuknya suatu

molekul gas atau larutan yang disebut absorbat (zat yang terserap) ke dalam

suatu zat yang disebut absorben (zat penyerap). Zat padat dapat digunakan

sebagai absorben apabila mempunyai pori-pori yang berongga dan struktur

kimiawinya memiliki kemungkinan untuk berinteraksi dengan absorbat(Hery

Priyanto, 2002:6).

Proses absorbsi ini dijumpai terutama dalam atau media karbon aktif

mempunyai ruang pori sangat banyak dengan ukuran tertentu. Pori-pori ini

dapat menangkap partikel-partikel yang halus (molekul) dan menjebaknya di

sana. Dengan berjalannya waktu pori-pori ini pada akhirnya akan jenuh

karena sudah dipenuhi oleh partikel-partikel halus sehingga tidak akan mampu

(31)

29

Proses absorbsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (Ika Indah

L,2005:22):

a. Karakteristik fisik dan kimia absorben, antara lain luas permukaan, ukuran

pori, absorbsi kimia dan sebagainya.

b. Karakteristik kimia absorbat, antara lain ukuran molekul, polaritas

molekul, komposisi kimia dan sebagainya

c. Konsentrasi absorbat dalam larutan

d. Karakteristik larutan, antara lain pH dan temperature

e. Lama waktu absorbsi

9. Adsorpsi

Adsorpsi atau proses penjerapan adalah suatu peristiwa terkontaknya

partikal padatan dan cairan pada kondisi tertentu sehingga sebagian cairan

terjerap (menempel pada permukaan rongga) di permukaan padatan dan

konsentrasi cairan yang tidak terjerap (menempel pada permukaan rongga)

mengalami perubahan. Pada proses ini partikel pengotor menempel pada

bagian pinggir dari bahan penyerap. Hal tersebut yang membedakan adsorbsi

dan absorbsi.(Unangalim Ardhiyadi,2012:19)

10.Lux Meter

Lux meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur besarnya

(32)

30

unit standar untuk mengukur kekuatan cahaya. Sebuah candela sama seperti

pencahayaan dari sebuah lilin. Ketika candela adalah sebuah unit energy,

candela mempunyai sebuah unit yang dikenal dengan lumen, yang dapat

mengukur cahaya yang sama dalam bentuk presepsi berdasarkan mata

manusia. Sebuah lumen sama dengan cahaya yang dihasilkan pada sebuah

arah dari sebuah sumber cahaya pada sebuah candela. Lux mencakup

permukaan area dimana cahaya tersebar, yang berpengaruh seberapa terang

cahaya tersebut muncul. Sebuah lux sama dengan sebuah elemen dari cahaya

yang disebarkan pada sebuah permukaan seperempat meter.

Lux meter berfungsi dengan cara menggunakan foto untuk menangkap

cahaya. Kemudian lux meter mengubah cahaya tersebut menjadi electrical

current (arus listrik). Mengukur arus ini memungkinkan alat untuk

mengkalkulasi nilai lux dari cahaya yang ditangkap. Ada 2 jenis lux meter

yaitu luxmeter analog dan lux meter digital. Dalam penelitian ini digunakan

lux meter digital karena lebih memudahkan semua orang dalam membaca

(33)

31

Berikut ini adalah gambar lux meter yang digunakan pada penelitian

ini.

Gambar 6. Lux Meter

Alat ini di dalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan

format digital. Alat ini terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan

layar panel. Sensor tersebut diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur

intenstasnya. Cahaya akan menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan

oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel,

arus yang dihasilkan pun semakin besar.

Sensor yang digunakan pada alat ini adalah photo diode. Sensor ini

termasuk kedalam jenis sensor cahaya atau optik. Sensor cahaya atau optik

adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya,

pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengenai suatu daerah tertentu.

Kemudian dari hasil dari pengukuran yang dilakukan akan ditampilkan pada

(34)

32

Berbagai jenis cahaya yang masuk pada luxmeter baik itu cahaya

alami atapun buatan akan mendapatkan respon yang berbeda dari sensor.

Berbagai warna yang diukur akan menghasilkan suhu warna yang berbeda,dan

panjang gelombang yang berbeda pula. Oleh karena itu pembacaan yang

ditampilkan hasil yang ditampilkan oleh layar panel adalah kombinasi dari

efek panjang gelombang yang ditangkap oleh sensor photo diode.

Pembacaan hasil pada Luxmeter dibaca pada layar panel LCD (liquid

Crystal digital) yang format pembacaannya pun memakai format digital.

Format digital sendiri didalam penampilannya menyerupai angka 8 yang

terputus-putus. LCD pun mempunyai karakteristik yaitu Menggunakan

molekul asimetrik dalam cairan organic transparan dan orientasi molekul

diatur dengan medan listrik eksternal.

Hampir semua lux meter terdiri dari rangka sebuah sensor dengan sel

foto, dan layer panel. Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan

menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus

listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan lebih

besar.

(Sumber : http://wahanablogku.blogspot.co.id/2013/06/luxmeter.html?m=1,

(35)

33 11.Sistem Transmisi Cahaya

Sistem transmisi cahaya biasa digunakan dalam bidang teknologi

hamburan cahaya untuk mengetahui kondisi larutan dengan prinsip cahaya

dirambatkan secara lurus kemudian dilewatkan ke suatu larutan kemudian

diteruskan agar mengenai detektor (lux meter).

Pada sistem transmisi cahaya pada penelitian ini digunakan sumber

cahaya yang bersifat polykromatis seperti lampu pijar, sehingga perlu

difokuskan terlebih dahulu dengan menggunakan prisma atau pinhole agar

tepat mengenai detektor. Cahaya yang datang dan melalui pinhole akan

dipancarkan ke wadah yang berisi cairan. Kemudian cahaya yang melewati

larutan dalam wadahan merambat lagi menuju detektor. Dari detektor ini

dapat dilihat dan dianalisis apa yang terjadi pada cahaya yang dipengaruhi

oleh larutan yang dilewatinya.

12.Tingkat Keasaman Air (pH)

Berkaitan dengan sifat asam dan basa, larutan dikelompokkan kedalam

tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa dan netral. Sifat asam dan

basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur pH. Larutan

asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan basa mempunyai pH lebih

besar dari 7, sedangkan larutan netral mempunyai pH= 7. pH larutan dapat

(36)

34

Gambar 7. pH meter Digital model pH-108 merk ATC

13.Total Disolved Solid (TDS) / Total Zat Padat Terlarut

Salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan bahwa air yang

layak konsumsi adalah kandungan TDS (Total Dissolved Solid) atau total

kandungan unsur mineral dalam air. Menurut Permenkes No.

492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, kadar TDS

yang diperbolehkan adalah 500 mg/L.

Air yang mengandung TDS tinggi, sangat tidak baik untuk kesehatan

manusia. Mineral dalam air tidak hilang dengan cara direbus. Bila terlalu

banyak mineral nonorganic di dalam tubuh dan tidak dikeluarkan, maka

seiring berjalannya waktu akan mengendap di dalam tubuh yang berakibat

tersumbatnya bagian tubuh. Misalnya bila mengendap di mata akan

mengakibatkan katarak, bila di ginjal akan mengakibatkan batu ginjal atau

(37)

35

darah, tekanan darah tinggi, stroke dan lain-lain (Wahyu Nugroho dan Setyo

Purwoto, 2013: 53).

Pengukuran TDS yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan

mengggunakan metode electrical conductivity (ukuran kemampuan suatu

bahan untuk menghantarkan arus listrik). Prinsip kerja dari TDS meter adalah

alat dicelupkan ke dalam larutan dan secara otomatis akan keluar hasil

kadarnya. TDS meter yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe TDS-3

merk HM-Digital.

14.Besi (Fe)

Besi dengan nomor atom 26 dan massa atom 55,85, dalam Sistem

Periodik Unsur Fe terletak pada periode 4 golongan VIII B. Besi melebur

pada suhu 1535 °C, titik didih 3000 °C, dan mempunyai densitas 7,87 g/cm3

(Vogel 1990, dalam penelitian Danang Nugroho:2013). Besi murni

merupakan logam berwarna putih keperakan, kokoh dan liat. Jarang terdapat

besi komersial yang murni, biasanya besi mengandung sejumlah kecil

karbida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini

memegang peranan penting dalam kekuatan struktur besi. (Vogel 1990, dalam

penelitian Danang Nugroho:2013)

Besi (Fe) merupakan logam yang dihasilkan dari bijih besi. Besi

merupakan salah satu elemen kimia yang dapat ditemui pada hampir setiap

(38)

36

ada didalam air dapat berupa larutan Fe2+ (fero) atau Fe3+ (feri). Tersuspensi

sebagai butir koloidal (diameter 1 m ) atau lebih besar misal Fe2O3, FeO, Fe

(OH)3 dan sebagainya. Tergabung dengan zat organik atau zat anorganik

padat seperti tanah liat.

Proses biokimia dalam tubuh makhluk hidup selalu melibatkan

unsur-unsur logam didalamnya. Pada suatu proses fisiologi yang normal, ion logam

essensial sangat berperan aktifitasnya baik dalam ikatannya dengan protein,

enzim maupun bentuk lain. Manusia yang sehat dalam jaringan tubuhnya

selalu ditemukan ion logam yang normal. Sedang ion logam yang ditemukan

terlalu rendah pada jaringan tertentu, misal darah (Fe), hati (Cu), dapat

digunakan untuk mendiagnosa adanya kelainan pada orang yang bersangkutan

yang kemungkinan menderita defisiensi atau penyakit lainnya.

Air yang tinggi kandungan besi (Fe), apabila bersentuhan dengan udara

menjadi keruh, berbau dan tidak sehat untuk dikonsumsi. Selain penampilan

yang tidak sehat, air yang tinggi kandungan besi mempunyai rasa tidak enak.

Berdasarkan alasan ini ditetapkan bahwa air untuk kebutuhan rumah tangga

tidak boleh mengandung lebih dari 0,3 mg/l besi (Fe). (Kacaribu, K. , dalam

(39)

37 15.Total Coliform

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik

air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri

berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Air yang

digunakan untuk keperluan sehari-hari haruslah bebas dari bakteri patogen.

Bakteri golongan coli (coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen,

tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri

patogen (Soemirat, 2000).

Menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990, bakteri coliform

yang memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan adalah <50/100 ml

dalam MPN (most probable number). Sedangkan kadar maksimum total

coliform yang diperbolehkan untuk air minum yang diatur di dalam

Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 adalah 0 jumlah per 100 ml sampel.

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu bakteri yang

hidup di dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri

indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah

Eserchia coli dan Entrobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator

kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya kualitas air semakin

baik (C Khairunisa, 2013:26).

Eserchia coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran

pencernaan, namum apabila masuk ke dalam saluran pencernaan dalam

(40)

38

E. Coli mampu menyebabkan gastroenteritis (peradangan pada saluran

pencernaan) taraf sedang hingga parah pada manusia. Sehingga, air yang akan

digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan

penyakit.

16.Pipa Filtrasi

Pipa filtrasi yang digunakan menggunakan menggunakan sistem FAS

(Filtrasi, Absorbsi, dan Sedimentasi). Sistem FAS merupakan pengolahan air

secara fisika yang mudah dilakukan oleh masyarakat umum yaitu dengan

penyaringan (filtrasi), pengendapan (sedimentasi), dan absorpsi. Penyaringan

(filtrasi) merupakan proses pemisahan antara padatan/koloid dengan cairan.

Pengendapan (sedimentasi) merupakan proses pengendapan bahan padat dari

air olahan, prinsip sedimentasi adalah pemisahan bagian padat dengan

memanfaatkan gaya gravitasi sehingga bagian yang padat berada di dasar

kolom pengendapan sedangkan air murni diatas. Sedangkan absorpsi

merupakan proses penyerapan bahan-bahan tertentu. Dengan peyerapan

tersebut air menjadi jernih karena zat-zat di dalamnya diikat oleh absorben.

Pipa filtrasi pada penelitian ini menggunakan sistem aliran down flow

(aliran dari atas ke bawah) dan sistem aliran up flow (aliran dari bawah ke

atas). Sehingga pipa filtrasi dibuat pada sambungan pipa 1 ke pipa 2 ada di

(41)

39

pipa 3 ke pipa 4 sambungan berada di bawah dan pipa 4 ke pipa 5 sambungan

ada di bawah.

Gambar 8. Pipa Filtrasi

B. Kerangka Berfikir

Air merupakan kebutuhan pokok manusia serta makhluk hidup lainnya.

Karena ada air, maka terdapat kehidupan. Air sebagai komponen lingkungan

hidup akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang

kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk

sehingga akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan keselamatan manusia serta

kehidupan makhluk lainnya.

Air yang layak minum mempunyai standar persyaratan yang telah diatur

dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.492/MENKES/PER/IV/2010. Salah satu syarat air minum yang sehat harus

bebas dari unsur-unsur kimia seperti bahan-bahan anorganik. Fe merupakan jenis

(42)

40

yang tinggi dalam air tanah menyebabkan air berwarna kekuningan/kemerahan

dan berbau. Pada akhirnya kandungan besi yang tinggi dalam air tanah dapat

menyebabkan dampak yang lebih mengkhawatirkan, yaitu dampak kronis dari

unsur-unsur kimia yang berbahaya bagi manusia. Selain kandungan besi,

parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan adalah kandungan total

coliform, karena mengkonsumsi air minum yang mengandung bakteri tersebut

dapat berakibat menimbulkan penyakit. Air minum yang layak untuk dikonsumsi

juga harus memenuhi syarat fisik air minum. Persyaratan fisik air minum tersebut

antara lain air harus jernih tidak keruh, tidak mengandung padatan atau total zat

padat terlarut (zat padat terlarut max.500 Mg/L), dan pH netral (6,5-8,5).

Salah satu cara untuk menangani masalah yang terjadi pada air sumur di

LPPMP UNY, maka perlu dilakukan pengolahan tertentu terhadap air sumur

sehingga aman untuk dikonsumsi. Untuk menangani masalah tersebut, sehingga

diperlukan cara pengolahan air tanah atau air sumur yang tepat, sehingga

didapatkan air dengan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan. Untuk itu

peneliti memanfaatkan karbon aktif kayu sengon, kerikil aktif sungai krasak, dan

pasir aktif pantai Indrayanti yang diharapkan dapat mengabsorbsi berbagai zat

pengotor dalam air sumur.

Oleh karena itu peneliti membuat pipa filtrasi dengan variasi bahan

absorben yaitu karbon aktif kayu sengon, kerikil aktif sungai krasak,dan pasir

aktif pantai indrayanti. Sebelum digunakan untuk filtrasi, semua bahan absorben

(43)

41

melakukan filtrasi menggunakan berbagai variasi massa absorben dan variasi

campuran absorben pada pipa filtrasi tersebut. Hasil dari filtrasi tersebut

selanjutnya diuji pH, total zat padat terlarut / total disolved solid (TDS), intensitas

transmisi cahaya, serta uji kadar Fe dan uji tambahan yaitu uji kadar total coliform

pada variasi absorben dengan hasil Efisiensi transmisi cahaya tertinggi dan

efisiensi penyerapan kadar Fe tertinggi, sehingga didapatkan hasil air yang sesuai

(44)

88 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, secara kualitatif dan kuantitatif

dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Efisiensi transmisi cahaya untuk variasi volume absorben semua cenderung naik

seiring dengan kenaikan volume absorben. Absorben terbaik dilihat dari efisiensi

transmisi cahayanya paling tinggi adalah absorben dari karbon aktif kayu sengon

dengan volume absorben 2400 ml mencapai tingkat transmisi cahaya (92 ± 2) %.

TDS untuk variasi volume absorben semua cenderung turun atau berkurang

seiring dengan kenaikan volume absorben. Absorben terbaik dilihat dari hasil

TDS adalah absorben dari karbon aktif kayu sengon dengan volume absorben

2400 ml mencapai tingkat transmisi cahaya (150,0 ± 0,5) ppm. Hasil pengukuran

pH untuk variasi volume absorben dan jenis absorben dalam proses filtrasi dan

sebelum proses filtrasi adalah sama yaitu pH (6,90 ± 0,05).

2. Efisiensi Absorbsi/efisiensi penyerapan kadar Fe (EP) cenderung naik seiring

dengan kenaikan volume absorben. Dari ketiga jenis absorben terlihat bahwa

absorben terbaik dilihat dari hasil efisiensi penyerapan kadar Fe adalah absorben

dari karbon aktif kayu sengon dengan volume 2400 ml mencapai tingkat

penyerapan (96,88 ± 0,32)%.

3. Efisiensi transmisi cahaya (ET) pada variasi komposisi absorben tertinggi terdapat

pada variasi komposisi absorben karbon-karbon-pasir-pasir mencapai maksimum

pada tingkat transmisi cahaya (90 ± 1)%. TDS pada variasi komposisi absorben

(45)

89

mencapai penurunan TDS sebesar (151,0 ± 0,5) ppm. Hasil pengukuran pH untuk

variasi komposisi absorben dalam proses filtrasi dan sebelum proses filtrasi adalah

sama yaitu pH (6,90 ± 0,05). Untuk hasil efisiensi penyerapan kadar Fe untuk

variasi komposisi absorben tertinggi terdapat pada variasi komposisi absorben

karbon-pasir-pasir-kerikil dan karbon-pasir-kerikl-kerikil mencapai maksimum

pada tingkat penyerapan (93,75 ± 0,33)%.

4. Hasil uji kadar total coliform yang diujikan pada air hasil proses FAS dari variasi

volume dan variasi komposisi absorben yang mempunyai efisiensi penyerapan

kadar besi (Fe) paling baik dan efisiensi transmisi cahaya paling baik adalah

absorben dengan variasi volume karbon aktif kayu sengon. Hasil uji kadar total

coliform menunjukkan penurunan dari 210 MPN/100 ml sampel menjadi 43

MPN/100 ml sampel.

B. Saran

1. Alat transmisi cahaya yang digunakan dalam penelitian ini bisa disempurnakan

agar hasil intensitas cahaya yang dihasilkan bisa lebih baik.

2. Pada penelitian ini hanya dilakukan pengujian daya serap karbon aktif, kerikil

aktif, dan pasir aktif terhadap efisiensi transmisi cahaya, total zat padat terlarut,

pH, efisiensi penyerapan kadar Fe, dan kadar total coliform yang terkandung

dalam air sumur pada groundtank LPPMP UNY. Penelitian terhadap jenis

parameter lain yang terkandung dalam air sumur sangat diharapkan.

3. Pada penelitian ini absorbsi partikel-partikel pengotor dilakukan dengan absorben

karbon aktif kayu sengon, kerikil aktif sungai krasak, dan pasir aktif pantai

indrayanti, penelitian sejenis dengan menggunakan jenis absorben lain sangat

(46)

90

4. Pada penelitian ini, absorbsi karbon aktif,kerikil aktif,dan pasir aktif terhadap

efisiensi transmisi cahaya, efisiensi penyerapan kadar Fe, dan penyerapan kadar

total coliform dilakukan dengan metode penyaringan menggunakan alat filtrasi

yang dibuat sendiri oleh peneliti. Jadi diharapkan adanya penelitian sejenis dengan

menggunakan alat penyaring yang lebih efektif dan efisien.

5. Diperlukan perencanaan yang tepat sebagai wujud implementasi hasil penelitian

(47)

91

DAFTAR PUSTAKA

Austin, T George. (1996). Industri Proses Kimia. Jakarta: Erlangga

Budi Setiawan Atmosuseno. (1999). Budi Daya Kegunaan dan Prospek Sengon. Jakarta: Penebar Swadaya.

Danang Nugroho. 2013. “Pemanfaatan Limbah Padat Industri Tahu dan Reaktor Biosand Filter Untuk Menurunkan Kadar Ion Fe3+ dan Zn2+ Pada Industri Galvanis”. Skripsi. FMIPA UNS.

Efendy. 2003. Peranan Air Bagi Kehidupan. Gramedia. Jakarta.

Heri Priyanto. (2002). “Pengolahan Limbah Kromium pada Industri Elektropolating dengan Menggunakan Serbuk Gergaji Kayu Sengon Putih”. Skripsi. FMIPA UNY.

Hieronymus Budi Santoso. (1992). Budi Daya Sengon. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Ika Indah Lestari. (2005). “Pengaruh Massa Absorben terhadap Daya Serap Karbon Aktif Serbuk Gergaji Kayu Sengon Putih pada Limbah Simulasi Cr dan Fe”. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Jankowska, H., Swiatkowski A., & Choma, J. (1991). Active Carbon. London: Ellis Horwood Limited

Nurhidayati. (2009). “Pemanfaatan Karbon Aktif Pasar Kayu Sengon sebagai Absorben Logam Berat Cu pada Limbah Simulasi Cu”. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Nur Hidayati. (2006). “Pemanfaatan Karbon Aktif Kayu Sengon Putih sebagai Absorben Fe dan Mn dalam Air Sumur”. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY

Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Tentang Persyaratan Air Bersih.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Pradana, Yoga Ardy dan Bowo Djoko Marsono. 2013. Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Sukodono, Sidoarjo Ditinjau dari Perilaku dan Pemeliharaan Alat. Jurnal Teknik Pomits Vol.2, No.2 Sandra, Christyana dan Lilis Sulistyorini. 2007. Hubungan Pengetahuan dan

(48)

92

Sembiring, dkk. (2003). Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatan). www.Library.ac.id. Diakses pada tanggal 28 Juli 2012

Soetomo, M.S. 2003. Regulasi Air PDAM, AMDK dan Depot Air.

Suparno,et all.. (2012). “The use of Indrayanti Beach Sand and Coconut Shell Carbon as Absorbents in Selokan Mataram Canal Water Filtration System”. IJBAS-IJENS Vol:12 No:06.

Sunarto, (2000). Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif Tempurung Kelapa Dengan Aktifator Dan Temperatur Pemanasan Terhadap Daya Absorbsi. Jurnal IPTEK dan Humaniora UNY Tahun V Desember 2000.

Titus, Matilda. (2006). “Pemanfaatan Karbon Aktif Pasar Kayu Sengon sebagai Absorben Logam Berat Fe pada Limbah Simulasi Fe”. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Tjokrokusumo. (1995). Pengantar Konsep Teknologi Bersih. Yogyakarta: STTL “YLH”

Unangalim Ardhiyadi. (2012). “Pengaruh Absorbsi Karbon Aktif Kayu Asem dan Pasir Kali Putih terhadap Efisiensi Transmisi Cahaya pada Proses Penjernihan Air Selokan Mataram”. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY

Wahyu Nugroho dan Setyo Purwoto. (2013). “Removal Klorida, TDS dan Besi Pada Air Payau Melalui Penukar Ion dan Filtrasi Campuran Zeolit Aktif Dengan Karbon Aktif”. Jurnal . Surabaya: Universitas Adi Buana Surabaya.

http://www.desabombana.com/2014/07/contoh-skripsi-penelitian-air-isi-ulang.html , diakses 26 November 2015

http://romindomp1000.blogspot.co.id/2012/01/teknologi-pemrosesan-air-minum-kemasan_12.html , diakses 26 November 2015

Gambar

Gambar 1. Karbon aktif kayu sengon ukuran granul (2,34 mm)
Gambar 2. Sungai Krasak, Tempel, Yogyakarta
Gambar 3. Kerikil dari Sungai Krasak, Tempel, Yogyakarta
Gambar 5. Pasir Pantai Indrayanti
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sejak akhir tahun 90 hingga sekarang (2006) bisnis sayuran menjadi semakin banyak diminati oleh masyarakat. Namun dari banyak perusahaan agribisnis di Jawa Barat

Penulisan Ilmiah ini mengambil masalah mengenai Alat Uji Koneksi, Dengan latar belakang Alat penguji Multimeter dapat membantu dalam mencapai apa yg kita maksud, tanpa alat

Mempertahankan integrasi bangsa di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Aceh, melalui

[r]

Oleh sebab itu, peneliti merumuskan sebuah penelitian yang berjudul “Penerapan Teknik Unjuk Tutur terhadap Kemampuan Siswa dalam Menceritakan Tokoh Idola (Studi

Semakin berkembangnnya Universitas Mercu Buana semakin besar juga tatangan dimana tuntutan akan perbaikan layanan mutu pendidikan serta peningkatan kualitas pendidikan terus

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan metode baru yang memiliki akurasi tinggi dalam men- deteksi situs phishing dengan metode Rule Based Attribute Checking ,