• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Wanita Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Wanita Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2016."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

Gambaran Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Wanita Hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2016

NI KADEK ANI WIDIANI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

Gambaran Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Wanita Hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2016

NI KADEK ANI WIDIANI NIM. 1220025021

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

UNIVERSITAS UDAYANA

Gambaran Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Wanita Hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2016

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

NI KADEK ANI WIDIANI NIM. 1220025021

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

iii

(5)
(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya skripsi dengan judul “Gambaran Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Wanita Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2016” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan skripsi ini berbagai bantuan, petunjuk, serta saran dan masukan penulis dapatkan dari segala pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan trimakasih kepada:

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH, PhD selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana.

2. Ibu Ni Luh Putu Suariyani, SKM., MHlth&IntDev sebagai kepala bagian peminatan epidemiologi serta sebagai penguji yang telah memberikan masukan dalam pembuatan skripsi ini.

3. Dr. drh. I Made Subrata, M.Erg. sebagai pembimbing skripsi yang senantiasa meberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

4. dr. I Made Sutarga, M. Kes. sebagai penguji yang telah memberi saran-saran dalam pembuatan skripsi ini.

5. Seluruh staf Tata Usaha dan dosen PS IKM FK Unud atas dukungannya kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

(7)

vi

7. Keluarga, sahabat, dan teman – teman penulis di PS IKM FK UNUD yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungannya dalam pengerjaan skripsi ini.

Demikian skripsi ini disusun semoga dapat memberikan manfaat bagi diri kami sendiri dan pihak lain yang menggunakan. Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.

Denpasar, Juni 2016

(8)

vii

Gambaran Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Wanita Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2016

ABSTRAK

Toksoplasmosis adalah zoonosis yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma

gondii. Toksoplasmosis pada ibu hamil dapat menyebabkan masalah serius pada janin,

dan sering dihubungkan dengan kejadian abortus, serta dapat menyebabkan toksoplasmosis kongenital. Penelitian yang dilakukan di Bali menunjukan bahwa sebanyak 47,5% pemeriksaan terhadap kucing yang berada disekitar rumah ibu maternal secara serologis positif terinfeksi Toxoplasma gondii. Seroprevalensi toksoplasmosis pada wanita di Bali sebanyak 63,9%, dan yang tertinggi berada di Kabupaten Gianyar yaitu 82,5%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran risiko terinfeksi Toxoiplasma gondii pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016.

Desain penelitian ini adalah cross-sectional deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita hamil di tahun 2015 di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I. Sampelnya sebanyak 71 orang yang dipilih menggunakan teknik simple random

sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi

menggunakan kuesioner terstruktur.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar 87,32% responden berisiko untuk terinfeksi Toxoplasma gondii. Serta, terdapat 1,41% responden pernah melahirkan anak dalam keadaan meninggal dan sebanyak 23,94% responden memiliki riwayat abortus. Persentase risiko terinfeksi Toxoplasma gondii masing-masing yaitu keberadaan kucing dirumah responden 91,55%, riwayat membersihkan atau kontak dengan feses kucing 14,08%, kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah kontak dengan tanah masing-masing 16,90% dan 9,89%, kebiasaan/ riwayat mengonsumsi daging setengah matang 11,27%, kebiasaan tidak memasak air sebelum diminum 52,11%, dan kebiasaan kontak dengan tanah sebanyak 63,38%.

Pada penelitian ini menunjukan bahwa risiko toksoplasmosis tinggi pada responden (87,32%). Persentase keberadaan kucing di rumah responden paling tinggi yaitu mencapai 91,55%. Disarankan kepada masryarakat khususnya wanita untuk menghindari risiko-risiko untuk terinfeksi Toxoplasma gondii. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan deteksi Toxoplasma gondii terhadap wanita atau ibu-ibu yang berisiko, seperti wanita yang memiliki riwayat abortus.

(9)

viii

Risk Factors of Toxoplasmosis Among Pregnant Women in The 1st Blahbatuh Public Health Center Territory in 2016

ABSTRACT

Toxoplasmosis is a zoonosis caused by Toxoplasma gondii parasite. Toxoplasmosis is harmful for pregnant women, it is because can lead serious problem for fetal and also has related to spontaneous abortion, and toxoplasmosis congenital. In Bali, serology positive of Toxoplasma gondii in cats around maternal house was 47,5%. Serological prevalence of toxoplasmosis in women in Bali was 63,9%. High serological prevalence in women was in District Gianyar 82,5%. The aims of this study is to know about the risk factors of toxoplasmosis among pregnant women in the 1st Blahbatuh Public Health Center territory.

This research using cross-sectional descriptive method. The population in this research were pregnant women in 2015 in the 1st Blahbatuh Public Health Center. Respondens for this research was picked up using simple random sampling technique whom are 71 respondens. Data collection was done through interview and observation questionnaire.

Result showed 87,32% respondens had risk toxoplasmosis, and 1,41% with a history of stillbirth, 23,94% with a history of abortion. Percentages of risk to infected by Toxoplasma gondii in each risk were owning/ existence of cat 91,55%, contact with cat feses 14,08%, bad personal hygiene (washing hand before eat and after soil contact) 16,90% and 9,89%, eating raw or undercooked meats 11,27%, drinking water without cook 52,11% and soil contact 63,38%.

In this research, risk factors of toxoplasmosis in respondens were high (87,32%). The most high percentage of risk factors was owning/ existence of cat 91,55%. Suggested the people especially for women to avoiding risks of toxoplasmosis. Further research is implored to do toxoplasma gondii testing for women who has risk, like women who has history of abortion.

(10)

ix

DAFTARA ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Kehamilan ... 7

2.2 Toksoplasmosis ... 8

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL ... 18

3.1 Kerangka Konsep ... 18

(11)

x

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 24

4.1 Desain Penelitian ... 24

4.2 Tempat dan Waktu ... 24

4.3 Populasi dan Sampel ... 25

4.4 Penentuan Besar Sampel ... 26

4.5 Teknik Sampling ... 26

4.6 Data dan Pengumpulan Data ... 27

BAB V HASIL ... 30

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian... 30

5.2 Karakteristik Responden ... 30

5.3 Risiko Terinfeksi Toksoplasmosis ... 32

5.3.1 Risiko Toksoplasmosis ... 32

5.3.2 Keberadaan Kucing dan Kontak dengan Feses Kucing ... 32

5.3.3 Praktik Higiene... 33

5.3.2 Konsumsi Makanan Mentah atau Setengah Matang ... 34

5.3.4 Konsumsi Air ... 36

5.3.5 Kontak dengan Tanah ... 37

5.4 Riwayat Kehamilan Responden ... 39

BAB VI PEMBAHASAN ... 41

6.1 Risiko Toksoplasmosis ... 41

6.2 Keberadaan Kucing ... 42

6.3 Kontak dengan Feses Kucing ... 43

6.4 Praktik Higiene ... 44

6.5 Konsumsi Makanan Mentah atau Setengah Matang ... 46

6.6 Konsumsi Air ... 47

6.7 Kontak dengan Tanah ... 48

(12)

xi

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 51 7.1 SIMPULAN ... 51 7.2 SARAN ... 52 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Oprasional ... 19

Tabel 5.1. Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I ... 30

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Penelitian ... 31

Tabel 5.3 Risiko Toksoplasmosis ... 32

Tabel 5.4 Keberadaan Kucing dan Kontak dengan Feses Kucing ... 33

Tabel 5.5 Kebiasaan Cuci Tangan Menggunakan Sabun... 33

Tabel 5.6 Riwayat Memasak dan Mengonsumsi Makanan Setengah Matang... 35

Tabel 5.7. Sumber Air Bersih dan Air Minum ... 36

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1Siklus Hidup Toxoplasma Gondii ... 15

Gambar 3.1Kerangka Konsep Penelitian ... 18

Gambar 5.1 Konsumsi Daging Responden ... 34

Gambar 5.2 Konsumsi Makanan Responden ... 35

Gambar 5.3 Sumber Air Minum dan Kebiasaan Memasak Air ... 37

Gambar 5.4 Kontak dengan Tanah... 38

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitian

2. Surat pernyataan bersedia mengikuti penelitian (Informed Consent ) 3. Kuesioner penelitian

4. Output hasil penelitian 5. Dokumentasi Kegiatan

6. Surat Ijin Penelitian dari Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Gianyar

(16)

xv

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Lambang

> : Lebih / lebih besar < : Lebih kecil

˚C : Derajat Celcius µm : Mikrometer

Daftar Singkatan

CDC : Centers of Disease Control

CFSPH : The Center for Food Security and Public Health CNS : Central Nervous System

IgM : Immunoglobulin M IgG : Immunoglobulin G Km2 : Kilometer per Segi

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat MDGs : Millennium Development Goals

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toksoplasmosis adalah zoonosis yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma

gondii. Toxoplasma gondii adalah jenis protozoa obligat intraseluler yang memiliki

tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit) (Chahaya, 2003). Hospes definitif Toxoplasma gondii adalah kucing dan binatang sejenisnya (felidae) dengan hospes perantaranya yaitu manusia, mamalia, serta burung (Sutanto, et. al., 2008). Parasit ini dapat ditemukan kosmopolitan baik di negara tropis, subtropis, maupun negara dengan iklim dingin (Dharmana, 2007).

Pada manusia Toxoplasmn gondii menginfeksi hampir 25% dari populasi dunia (Sutanto, et. al., 2008). Berdasarkan data dari CDC, sekitar 60 juta orang di Amerika Serikat terinfeksi oleh Toxoplasma gondii (CDC, 2013). Di Asia, khususnya negara di Asia Tenggara, Cina, dan Korea seroprevalensi parasit tersebut berkisar antara 4-39% (ACMSF, 2012). Di Indonesia berdasarkan pemeriksan serologis pada manusia, prevalensi toksoplasmosis berkisar antara 2%-63% (Sutanto, et. al., 2008). Sementara, Prevalensi toksoplasmosis kongenital di beberapa negara seperti Belanda diperkirakan 6,5 dari 1000 kelahiran hidup, di New York 1,3 %, Paris 3 % dan Vienna 6-7% (Rasmaliah, 2003).

Pada beberapa hewan di Asia, data prevalensi toksoplasmosis dari kucing berdasarkan uji serologis sekitar 19% di Jepang, Korea Selatan 13%, Taiwan 8%, Singapura 31% (Kepmenper, 2014). Sementara, prevalensi zat anti Toxoplasma gondii

(18)

anjing 75%, ternak lain < 10% (Sutanto, et. al., 2008). Di Bali, berdasarkan penelitian dari Subrata menemukan bahwa kucing yang di periksa di sekitar rumah ibu maternal secara serologis sebanyak 47,5% positif terinfeksi Toxoplasma gondii, menunjukan bahwa kucing tersebut sedang atau pernah terinfeksi Toxoplasma gondii. (Subrata, 2014).

Infeksi Toxoplasma gondii pada manusia sebagian besar disebabkan oleh kucing, kucing sangat dekat dengan manusia sehingga mempermudah untuk berinteraksi dengan manusia (Prawita, 2013). Selain faktor memelihara atau sering kontak dengan kucing, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi infeksi, seperti kebiasaan makan sayur mentah yang tidak dicuci dengan bersih, mengkonsumsi makanan dan minuman yang dihinggapi lalat sehingga terkontaminasi ookista, mangkonsumsi daging yang mengandung sista tanpa dimasak dengan matang, dan tangan penjamah makanan atau pengolah daging yang tidak dicuci dengan bersih (Juanda, 2006). Penularan juga dapat terjadi melalui transfusi darah (tropozoit), transplantasi organ atau cangkok jaringan (tropozoit dan sista) dan kecelakaan kerja di laboratorium (Kemenper, 2014). Air juga berisiko menularkan Toxoplasma gondii ke manusia (CDC, 2013). Serta, hewan lain seperti burung, ayam, tikus, anjing, domba, kambing, dan sapi yang merupakan hewan perantara juga memiliki potensi untuk menularkan Toxoplasma gondii kepada manusia (Kemenper, 2014).

(19)

(Gebremedhin, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Simta et. al. pada tahun 2009 tentang seroprevalensi antibodi Toxoplasma gondii pada wanita dengan kehamilan normal dan wanita dengan riwayat abortus. Hasil penelitian tersebut menunjukan seroprevalensi toksoplasmosis lebih banyak ada pada kelompok kasus (wanita dengan riwayat abortus).

Dari beberapa hasil penelitian mengenai outcame toksoplasmosis kongenital dan proporsi kasus terkait menunjukan bahwa efek yang paling umum adalah kelainan

Central Nervous System (CNS) (3-20%), korioretinitis (4-15%), kalsifikasi

intrakranial (10-12%) dan hidrosefalus (2%). Sementara, berdasarkan penelitian di Eropa menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, sekitar 1-2% menderita kesulitan belajar dan 4-27% mengalami retinochoroiditis. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan pada usia 20 tahun, 53% menderita gangguan penglihatan dan 73% dari yang ringan sampai kesulitan belajar berat (ACMSF, 2012).

Berdasarkan penelitian Laksemi, et. al., tahun 2009 tentang seroprevalensi dan faktor-faktor risiko toksoplasmosis pada wanita di Bali menunjukan bahwa seroprevalensi toksoplasmosis pada wanita di Bali sebesar 63,9%, dan seroprevalensi tertinggi wanita terinfeksi Toxoplasma gondii berada di Kabupaten Gianyar dan terendah di Bangli. Seroprevalensi Toxoplasma gondii di Kabupaten Gianyar mencapai 82,5%, sementara berdasarkan kelompok umur yaitu 15-19 tahun 66,7%, 20-30 tahun 88,2%, 31-40 tahun 79,2%, 41-50 tahun 82,4%, dan 51-60 66,7% (Laksemi, et. al., 2013).

(20)

gambaran faktor risiko toksoplasmosis pada wanita hamil di Kabupaten Gianyar, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I belum pernah dilakukan. Maka, penulis tertarik untuk meneliti “Gambaran Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Wanita

Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2016”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Wanita Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2016”.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah kepemilikan/ keberadaan kucing pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016?

2. Bagaimanakah kontak dengan feses (kotoran) kucing pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016?

3. Bagaimanakah praktik higiene pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016?

4. Bagaimanakah konsumsi makanan mentah/ setengah matang pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016?

5. Bagaimanakah kebiasaan minum air mentah/ tidak dimasak pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016?

(21)

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran risiko terinfeksi Toxoiplasma gondii pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui kepemilikan/ keberadaan kucing pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016.

2. Untuk mengetahui kontak dengan feses (kotoran) kucing pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016.

3. Untuk mengetahui praktik higiene pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016.

4. Untuk mengetahui konsumsi makanan mentah/ setengah matang pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016.

5. Untuk mengetahui kebiasaan minum air mentah/ tidak dimasak pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016.

6. Untuk mengetahui kebiasaan kontak dengan tanah pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

(22)

toksoplasmosis pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya terkait toksoplasmosis yang lebih kompleks dan mendalam.

1.5.2 Manfaat Praktis

Memberikan Informasi kepada semua pihak tentang gambaran risiko toksoplasmosis pada wanita hamil di wilayah kerja Puskesmas Blahbatuh I. Sedangkan, dari aspek kesehatan masyarakat dapat dilakukan tindakan pencegahan yang cepat dan tepat untuk menurunkan infeksi toksoplasmosis sesuai dengan kondisi nyata di masyarakat.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian di bidang epidemiologi, khususnya epidemiologi penyakit infeksi terkait gambaran risiko terinfeksi Toxoplasma gondii

(23)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

Kehamilan adalah suatu kondisi dari seorang wanita yang memiliki janin sedang tumbuh di dalam rahimnya (Maulina, 2010). Proses kehamilan diawali dengan proses pembuahan satu sel telur yang bersatu dengan sel spermatozoa yang akan menghasilkan zigot. Selanjutnya, zigot mulai membelah, dan pada hari ke empat zigot tersebut menjadi segumpal sel yang sudah siap untuk menempel (nidasi) pada lapisan dalam rongga rahim. Secara umum proses kelahiran berlangsung sekitar 40 minggu (280 hari) serta tidak melebihi 43 minggu (300 hari). Berdasarkan usia, kehamilan dibedakan menjadi kehamilan trimester pertama (0 – 14 minggu), kehamilan trimester kedua (14 – 28 minggu) dan kehamilan trimester ketiga (28 – 42 minggu) (Depkes RI, 2006).

Terdapat beberap tanda presumptif kehamilan yaitu meliputi Amenorea, mual dan muntah, ngidam, singkope, sering miksi, konstipasi (Cunningham dalam Ningrum, 2011). Sementara, tanda kemungkinan hamil terdiri dari pembesaran perut, tanda

hegar (pelunakan isthmus uteri), tanda goodel (pelunakan serviks), tanda chadwicks

(perubahan warna keunguan pada vulva dan mukosa vagina), tanda piscaseck (pembesaran uterus tidak simetris), kontraksi braxton hicks (peregangan sel-sel otot

uterus), teraba ballotement (gerakan janin), dan positif pemeriksaan tes kehamilan.

(24)

Gerakan janin bias teraba dengan jelas oleh pemeriksa, biasanya teraba pada usia kehamilan sekitar 20 minggu.

2. Denyut Jantung Janin

Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf.

3. Bagian-bagian Janin

Pada usia kehamilan akhir, bagian-bagian dari janin seperti bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas dan dapat dilihat dengan sempurna menggunakan USG.

4. Kerangka Janin

Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.

2.2 Toksoplasmosis 2.2.1 Definisi

Toksoplasmosis merupakan zoonosis yang disebabkan oleh parasit

Toxoplasma gondii. Parasit ini memiliki kemampuan untuk menginfeksi binatang

berdarah panas, dengan gejala klinis yang tidak tampak pada sebagian besar binatang yang terinfeksi (Buxton, et. al., 2008). Pada manusia, meskipun Toxoplasma gondii

biasanya hanya menyebabkan penyakit ringan atau infeksi asimtomatik khususnya untuk orang dewasa, namun pada anak-anak yang terinfeksi sejak lahir dapat menyebabkan penyakit yang merusak. Toxsoplasma gondii memiliki jangkauan hospes perantara yang sangat luas. Banyak spesies hewan domestik dan liar, termasuk burung dapat terinfeksi (Hill & Dubey, 2014).

Toxoplasma gondii adalah parasit obligat intraseluler yang memiliki siklus

(25)

terjadi pada host intermedietnya termasuk manusia (Buxton, et. al., 2008). Baru pada tahun 1970, ditemukan serentak di beberapa Negara bahwa di dalam tubuh kucing

Toxoplasma gondii ternyata memproduksi ookista yang tidak dapat dibedakan dengan

suatu ookista yang kemudian disebut isospora bigemina. Dengan kata lain, ookista ini berisi dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit (Levine dalam Chahaya, 2003).

2.2.2 Epidemiologi

Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh protozoa atau parasit Toxoplasma gondii. Persebaran infeksi dari penyakit ini sangat luas. Luasnya penyebaran toksoplasmosis pada manusia dan hewan baik hewan peliharaan maupun liar, sehingga toksoplasmosis dimasukkan ke dalam program zoonosis dari Food and

Agricultural Organization (FAO) dan World Health Organization (WHO)

(Soejoedono dalam Oktariana, 2014).

Penelitian toksoplasmosis di Indonesia pertama kali dilakukan di Kalimantan Selatan pada tahun 1971 oleh Durfee. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Sasmita et. al. pada kucing di rumah sakit memperoleh hasil 46,7% kucing rumah sakit positif toksoplasmosis. Penelitian dari Hartanto, di Surabaya pada kambing dan domba menunjukan 30% kambing/ domba yang diperiksan positif toksoplasmosis (Sasmita, 2006).

(26)

segitiga epidemiologi atau trias penyebab penyakit adalah suatu proses terjadinya penyakit yang disebabkan oleh agent, host, dan environment yang mendukung. Bila ketiga faktro tersebut saling berinteraksi maka penyakit akan muncul.

Faktor agent dari toksoplasmosis adalah parasit Toxoplasma gondii. Ookista dari Toxoplasma gondii yang dikeluarkan oleh seekor kucing sekitar 10 juta ookista sehari selama 2 minggu. Pada kondisi tanah yang lembab dan teduh ookista dapat hidup lama (lebih dari satu tahun). Ookista tidak tahan terhadap tempat yang terkena sinar matahari dan kering (Chahaya, 2003). Prevalensi infeksi Toksoplasma gondii

bervariasi secara luas, penelitian dari Amerika Latin, Europa, Asia, dan Afrika melaporkan perkiraan prevalensi sekitar 30%-75% (Muluye, et. al., 2013).

Faktor host terdiri dari host definitif (kucing dan binatang sejenisnya) dan host

intermediet (termasuk manusia). Infeksi dari Toxoplasma gondii cukup tinggi prevalensinya, terutama pada masyarakat yang memiliki kebiasaan yang dapat meningkatkan risiko infeksi Toxoplasma gondii. Seperti, kebiasaan konsumsi daging mentah atau setengah matang dan beberapa kebiasaan lainnya (Chahaya, 2003). Hasil penelitian dari Sukaryawati pada tahun 2011 tentang faktor risiko toksoplasmosis pada ibu hamil di wilayah Kecamatan Mengwi, menunjukan hasil bahwa konsumsi daging yang belum matang sempurna dapat meningkatkan risiko infeksi dengan nilai OR 4,89 (Sukaryawati, 2011). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Jepang tentang faktor risiko toksoplasmosis pada wanita hamil. Berdasarkan analisis multivariat, didapat bahwa riwayat konsumsi daging mentah diidentifikasi sebagai faktor risiko independen terhada kejadian toksoplasmosis (Sakikawa, et. al., 2011).

(27)

makan tanpa cuci tangan juga dapat meningkatkan risiko terinfeksi Toxoplasma

gondii. Setelah tangan kontak dengan daging yang tercemar dan makan tanpa mencuci

tangan dapat menyebabkan trofozoit masuk ke dalam tubuh (Subekti dalam Iskandar, 2008). Serta disarankan untuk menggunakan sarung tangan saat berkebun (Wiknjosastro, 2002). Berdasarkan kebiasaan berkebun, penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati dan Wibowo pada tahun 2013, diperoleh hasil seluruh responden (100%) yang positif toksoplasmosis dan 80% responden yang negatif memiliki kebiasaan berkebun. Sehingga, dapat dilihat bahwa ada hubungan antara kebiasaan berkebun dengan kadar anti toksoplasma IgG dalam serum (Rohmawati, 2013).

Faktor lingkungan (environment) terdiri dari keberadaan kucing dan kotoran kucing pada lingkungan. Terdapat beberapa penelitian tentang pengaruh keberadaan atau kontak dengan kucing terhadap kejadian toksoplasmosis. Salah satunya, penelitian yang dilakukan oleh Muqbil dan Alqubatil tentang seroprevalensi toksoplasmosis pada wanita di kota Aden, Yeman. Hasil penelitian tersebut menunjukan, diantara kepemilikan hewan, seropositif tertinggi terjadi pada wanita yang mempunyai kucing di rumahnya (76,6%), kepemilikan domba dan kambing (73,7), unta dan sapi (61,3%), dan burung atau unggas (69,2%). Penelitian tersebut menunjukan bahwa kontak dengan kucing dapat meningkatkan risiko terinfeksi

Toxoplasma gondii atau dapat mengalami toksoplasmosis (Muqbil, 2014).

2.2.1 Gejala Toksoplasmosis

Pada umumnya gejala yang muncul karena infeksi dari Toxoplasma gondii

(28)

2003). Gejala dari toksoplasmosis pada manusia dibedakan menjadi dua yakni infeksi asimtomatis dan infeksi simtomatis:

1. Toksoplasmosis Asimtomatis

Berdasarkan cara penularan toksoplasmosis dapat dibedakan menjadi toksoplasmosis akuisita (dapatan) dan toksoplasmosis kongenital. Sebagian besar gejala yang ditimbulakan dari dua cara penularan tersebut adalah asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat akut dan kemudian menjadi kronis. Gejala toksoplasmosis, terutama toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala, akan menyebabkan kemungkinan 50% melahirkan anak dengan toksoplasmosis kongenital pada ibu yang mendapat infeksi primer (Yaudza, 2011). Bila seseorang terinfeksi Toxoplasma gondii maka akan terus terinfeksi semasa hidupnya (Dubey & Jones, 2008).

2. Toksoplasmosis Simtomatis

Gambaran klinis toksoplasmosis, terutama toksoplasmosis kongenital dapat bervariasi (Uysal et. al., 2013). Pada waktu lahir bisa tanpak normal atau tanpa gejala, namun gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Gejala yang ditimbulakan dapat berupa eritroblastosis, hidropsfetalis dan triad klasik yang terdiri dari hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrad sabin yang disertai kelainan psikomotorik (Gandahusada, 2003). Gejala lainnya dapat berupa microphthalmia, atrofi saraf optik, dan kelainan iris, katarak, dan strabismus (juling) (Melamed, 2010).

(29)

tersebut juga dapat menyebabkan kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati (Chahaya, 2003). Hal tersebut serupa dengan yang diungkapkan oleh Budijanto dalam Rasmalish tahun 2003, terdapat sekitar 60% bayi yang terinfeksi in-utero asimtomatik, dan 40% mengalami abortus, lahir mati, dan lahir prematur.

Berdasarkan penelitian Gohel et. al. tahun 2014 tentang seroprevalensi dan hubungan klinis dari infeksi toxoplasma gondii pada wanita hamil di rumah sakit tersier, menunjukan dari 90 sampel terdapat 18 orang yang IgM positif. Diantara IgM positif ditemukan 8 (44,4%) kasus abortus, lahir prematur 4 (22,22%), hidrosefalus 1 (5,55%), dan lahir mati 2 (11,11%). Hasil penelitian dari Chintapalli dan Padmaja juga menunjukan hal yang serupa. Penelitian tersebut menunjukan bahwa abortus merupakan kasus klinis utama dari kehamilan yang terbuang (pregnancy wastage) jika dibandungkan dengan lahir mati dan malformasi kongenital (seperti hidrosefalus dan anensefalus).

2.2.2 Diagnosis Toksoplasmosis

Diagnosis toksoplasmosis penting dilakukan, terutama pada ibu hamil, dikarenakan bila ibu terinfeksi dapat ditularkan pada anak yang dikandungnya. Gejala toksoplasmosis, terutama yang asmintomatis untuk melihat infeksi akut toksoplasmosis dan toksoplasmosis kengenital tersebut perlu dilakukan cek di laboratorium sehingga dapat segera diobati (Pessanha, 2011). Diagnosis toksoplasmosis pada hewan atau manusia dengan melihat gejala klinisnya sulit dilakukan sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium (Sasmita, 2006).

Salah satu cara yang cukup mudah dilakukan untuk melihat infeksi

Toxoplasma gondii pada manusia adalah dengan melihat anti Toxoplasma gondii IgM

(30)

infeksi baru saja terjadi (Gohel, et. al., 2014). Sementara, anti toksoplasma IgG dapat terdeteksi setelah 3-4 bulan infeksi dan kadarnya menetap sampai bertahun-tahun (Haswani, 2003).

2.2.3 Morfologi dan Siklus Hidup Toxoplasma Gondii

Toxoplasma gondii dalam siklus hidupnya memiliki tiga bentuk yakni takizoit

(tachizoite/ bentuk proliferatif juga disebut trofozoit), yang kedua kista (kista dalam

jaringan tubuh yang berisi baradyzoite), dan ookista (penghasil sporozoit) (Sasmita, 2006).

1) Takizoit (Tachizoite)

Takizoit berbentuk lengkung atau oval (bulat telur) satu ujungnya meruncing dan ujung lainnya tumpul. Panjang takizoit berkisar antara 4-8 µm dan lebar antara 2-4 µm. Takizoit hidup di habitat intraseluler. Takizoit tidak bias hidup di tempat-tempat yang kering, pembekuan dan pada cairan pencernaan dalam lambung manusia.

2) Kista

Kista memiliku ukuran yang bermacam-macam. Kista kecil berisi hanya beberapa organisme, sedangkan kista ukuran 200 µm bias berisi sekitar 3000 organisme. Kista dapat terbentuk diseluruh jaringan tubuh, namun keberadaan kista paling banyak ditemukan pada otak dan otot.

3) Ookista

Pembentukan ookista dihasilkan dari siklus enteroepitelial di dalam usus family

(31)

Berikut ini adalah gambaran dua siklus hidup Toxoplasma gandii yakni siklus seksual pada kucing dan binatang sejenisnya sebagai host definitifnya dan siklus aseksual yang terjadi pada host intermedietnya termasuk manusia:

Gambar 2.1Siklus Hidup Toxoplasma Gondii

Sumber: CDC (Akses: 21 Januari 2016)

(32)

2.2.4 Pencegahan

Pencegahan terhadap infeksi Toxoplasma gondii dilakukan dengan memutus rantai penularan. Masuknya parasit Toxoplasma gondii ke tubuh manusia adalah melalui mulut, sehingga makanan dan minuman yang dikonsumsi harus diperhatikan (Kemenper, 2014). Mencegah makanan terkontaminasi oleh trofozoit dan sista bisa dilakukan dengan memasak makanan seperti daging pada suhu yang cukup untuk membunuh parasit tersebut. Suhu yang baik digunakan untuk memasak daging sapi, domaba atau daging panggang adalah 63˚C, untuk daging babi dan daging giling

dimasak pada suhu 71˚C, dan daging unggas dimasak pada suhu 180˚C. Teknik pembekuan, pengasinan, pengawetan, serta pengasapan tidak cukup untuk membunuh parasit Toxoplasma gondii. Sementara, untuk buah dan sayur harus di kupas serta dicuci agar ookista yang mengkontaminasi hilang (CFSPH, 2005).

Selain makanan, kebersihan diri juga harus dijaga untuk mencegah infeksi

Toxoplasma gondii, seperti mencuci tangan sebelum makan menggunakan air

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Hidup Toxoplasma Gondii

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara Kebiasaan Konsumsi Sayuran Mentah dengan Kejadian Toksoplasmosis pada Wanita Usia Subur di RSU Assalam Gemolong Kabupaten Sragen. Hubungan antara Kebiasaan

Masalah yang ada di Desa Kedungwinong, Baleadi, dan Porangparing (wilayah kerja Puskesmas Sukolilo 2) adalah masih banyaknya ibu hamil risiko tinggi, masih

Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Berdasarkan Konsumsi Zat Besi Di Wilayah Kerja Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat “ ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar hasil karya

Gambaran faktor risiko ibu hamil risiko tinggi di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada Bulan Februari 2014, yaitu berdasarkan faktor risiko kelompok I atau Ada Potensi Gawat

Gambaran faktor risiko ibu hamil risiko tinggi di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada Bulan Februari 2014, yaitu berdasarkan faktor risiko kelompok I atau Ada Potensi Gawat

Gambaran Pendidikan Ibu Hamil Di Puskesmas Perawatan Namrole Hasil Penelitian menyatakan bahwa pendidikan ibu hamil tentang anemia di Wilayah Puskesmas Perawatan Namrole berkategori

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS KEK PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAMEURU KECAMATAN RANOMEETO BARAT Skripsi Disusun Sebagai Salah Satu Syarat

Hubungan Tingkat Pengetahuan, Paritas, Tingkat Konsumsi Energi Dan Protein Dengan Kurang Energi Kronis KEK Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonggeduku Kabupaten