• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TERHADAP KEBERADAAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TERHADAP KEBERADAAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

No Daftar FPIPS: 1462/UN.40.2.4/PL/2013

ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TERHADAP

KEBERADAAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PARONGPONG

KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh:

DIAN MAYASARI 0809260

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TERHADAP KEBERADAAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PARONGPONG

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Oleh

Dian Mayasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan IlmuPengetahuanSosial

© Dian Mayasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TERHADAP KEBERADAAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PARONGPONG

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Dian Mayasari 0809260

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I

Drs. H. Djakaria M. Nur, M.Si NIP: 1949025 197803 1 001

Pembimbing II

Ir. Yakub Malik, M.Pd

NIP. 19590101 198901 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

(4)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ANALISIS TINGKAT BAHAYA LONGSOR TERHADAP KEBERADAAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN PARONGPONG

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Oleh: Dian Mayasari (0809260)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan ruang Kecamatan Parongpong yang cenderung semakin intensif, sehingga kondisi fisik kawasan terbangun dan kawasan budidaya menjadi semakin rentan terhadap bencana, terutama terhadap bencana longsor. Melihat kondisi Kecamatan Parongpong yang rawan terhadap berbagai bencana geologi tersebut, maka sudah seharusnya setiap kegiatan pembangunan fisik di wilayah ini didasari oleh perencanaan penataan ruang yang berbasis bencana. Namun pada kenyataannya, Kecamatan Parongpong yang termasuk dalam Kawasan Bandung Utara, mengalami pertumbuhan pembangunan yang sangat pesat. Kecamatan Parongpong merupakan salah satu kecamatan yang sedang berkembang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat bahaya longsor terhadap keberadaan permukiman. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah kemiringan lereng, kondisi tanah, batuan penyusun lereng, curah hujan, tata air lereng , kegempaan, dan vegetasi. Metode yang digunakan adalah overlay parameter penyebab longsor kemudian dianalisis dengan cara pembobotan indikator tingkat kerawanan untuk zona berpotensi longsor. Metode ini merupakan suatu cara analisis data dengan memberikan nilai pada masing-masing karakteristik variabel, agar dapat diketahui nilainya serta dapat ditentukan peringkatnya, sehingga akan diketahui masing-masing parameter berdasarkan perhitungan harkatnya.

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa luas total zona kerawanan longsor tinggi adalah 38,27% dari luas keseluruhan kecamatan. Kemudian zona kerawanan longsor menengah adalah 37,06% dan zona kerawanan longsor rendah adalah 24,69%. Sedangkan luas permukiman di Kecamatan Parongpong adalah 5,219km2 dengan 1,39 km2luas permukiman berada pada zona kerawanan longsor tinggi, 1,06 km2 luas permukiman berada pada zona kerawanan longsor menengah, dan 2,77 km2luas permukiman berada pada zona kerawanan longsor rendah.

(5)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ANALYSIS OF LANDSLIDE DANGER LEVEL TO

EXISTENCE OF SETTLEMENT IN KECAMATAN PARONGPONG OF KABUPATEN BANDUNG BARAT

By: Dian Mayasari (0809260) ABSTRACT

The research was motivated by the use of the land that tends Parongpong intensified, so that the physical condition of the cultivated area are becoming increasingly vulnerable to disasters, especially against landslides. Seeing the condition of Kecamatan Parongpong prone to geological disasters, then there should be any physical development activities in the region based on the spatial planning based disaster. But in fact, Kecamatan Parongpong which included in the North Bandung Area, experiencing rapid growth and development. Kecamatan Parongpong is one of a growing district.

The purpose of this study was to determine the level of landslides danger to the existence of the settlements. The variables in this study are slope, soil conditions, rock that making up the slope, rainfall, slope hydrology, seismicity, and vegetation. The method is the cause of the landslide overlayed with parameters and then analyzed by weighted indicator of the level of vulnerability to potential landslide zones. This method is a way of analyzing data to assign values to the characteristics of each variable, in order to know its value and can be determined rank, so it will be known to each parameter based on the calculation of value.

From this research,the result is that the total area of high landslide vulnerability zone is 38.27% of the entire district. Then the secondary landslide vulnerability zone is 37.06% and low landslide vulnerability zone is 24.69%. While extensive settlements in the Kecamatan Parongpong is 5.219 km2 with 1.39 km2 settlements are in zones of high vulnerability to landslides, 1.06 km2 settlements are at intermediate landslide vulnerability zone, and 2.77 km2 settlements are at a low landslide vulnerability zone.

(6)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 4

D. Manfaat ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Permukiman ... 6

B. Bahaya Longsor ... 7

C. Longsor ... 9

D. Kaitan Penelitian terhadap Ilmu Geografi... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Metode Penelitian... 18

B. Lokasi Penelitian ... 18

C. Populasi dan Sampel ... 18

(7)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

E. Definisi Operasional ... 23

F. Alat dan Bahan Penelitian ... 23

G. Teknik Pengumpulan Data ... 24

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 25

I. Diagram Alur Penelitian ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 32

1. Letak dan Luas ... 32

2. Kondisi Geologi ... 34

3. Geomorfologi ... 39

4. Kondisi Tanah ... 45

5. Iklim ... 47

6. Kondisi Penggunaan Lahan... 50

B. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 52

1. Jumlah dan Kepadatan penduduk ... 52

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 53

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 54

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

D. Kondisi Permukiman ... 91

E. Kesesuaian Zona Kerawanan Longsor dengan Penggunaan Lahan Permukiman ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Rekomendasi ... 101

(8)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

1.1 Klasifikasi Longsoran ... 15

3.1 Satuan Lahan di Kecamatan Parongpong ... 19

3.2 Variabel Penelitian ... 23

3.2 Pembobotan Indikator Kemiringan Lereng ... 26

3.3 Pembobotan Indikator Kondisi Tanah ... 27

3.4 Pembobotan Indikator Batuan Penyusun Lereng ... 27

3.5 Pembobotan Indikator Curah Hujan ... 28

3.6 Pembobotan Indikator Tata Air Lereng ... 28

3.7 Pembobotan Indikator Kegempaan ... 29

3.8 Pembobotan Indikator Vegetasi ... 29

3.9 Kriteria Tingkat Kerawanan Longsor ... 30

4.1 Desa Di Kecamatan Parongpong ... 32

4.2 Formasi, Umur, Klasifikasi Dan Jenis Batuan di Kecamatan Parongpong ... 38

4.3 Kelas Kemiringan Lereng ... 40

4.4 Data Curah Hujan Bulanan Kecamatan Parongpong Tahun 2001-2010 ... 48

4.5 Klasifikasi Iklim Menurut Schdmit-Ferguson ... 49

4.6 Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn ... 49

4.7 Penggunaan Lahan Di Kecamatan Parongpong ... 50

4.8 Jumlah Penduduk Dirinci Per Desa Tahun 2011 ... 52

4.9 Komposisi Penduduk Berdasarkan Sex Ratio ... 52

(9)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4.11 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Parongpong Tahun 2011 ... 54

4.12 Tingkat Bahaya Longsor Plot 1... 55

4.13 Tingkat Bahaya Longsor Plot 2... 56

4.14 Tingkat Bahaya Longsor Plot 3... 57

4.15 Tingkat Bahaya Longsor Plot 4... 58

4.16 Tingkat Bahaya Longsor Plot 5... 59

4.17 Tingkat Bahaya Longsor Plot 6... 60

4.18 Tingkat Bahaya Longsor Plot 7... 61

4.19 Tingkat Bahaya Longsor Plot 8... 62

4.20 Tingkat Bahaya Longsor Plot 9... 63

4.21 Tingkat Bahaya Longsor Plot 10... 64

4.22 Tingkat Bahaya Longsor Plot 11... 65

4.23 Tingkat Bahaya Longsor Plot 12... 66

4.24 Tingkat Bahaya Longsor Plot 13... 67

4.25 Tingkat Bahaya Longsor Plot 14... 68

4.26 Tingkat Bahaya Longsor Plot 15... 69

4.27 Tingkat Bahaya Longsor Plot 16... 70

4.28 Tingkat Bahaya Longsor Plot 17... 71

4.29 Tingkat Bahaya Longsor Plot 18... 72

4.30 Tingkat Bahaya Longsor Plot 20... 73

4.31 Tingkat Bahaya Longsor Plot 21... 74

4.32 Tingkat Bahaya Longsor Plot 22... 75

4.33 Tingkat Bahaya Longsor Plot 23... 76

4.34 Tingkat Bahaya Longsor Plot 24... 77

4.35 Tingkat Bahaya Longsor Plot 25... 78

4.36 Tingkat Bahaya Longsor Plot 26... 79

4.37 Tingkat Bahaya Longsor Plot 27... 80

(10)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4.39 Tingkat Bahaya Longsor Plot 29... 82

4.40 Tingkat Bahaya Longsor Plot 30... 83

4.41 Tingkat Bahaya Longsor Plot 31... 84

4.40 Hasil Analisis Tingkat Kerawanan Longsor Kecamatan Parongpong ... 86

4.41 Arahan Struktur Ruang dan Peruntukkan Ruang Zona Berpotensi Longsor berdasarkan Tingkat Kerawanan Tinggi ... 88

4.42 Arahan Struktur Ruang dan Peruntukkan Ruang Zona Berpotensi Longsor berdasarkan Tingkat Kerawanan Menengah ... 89

4.43 Arahan Struktur Ruang dan Peruntukkan Ruang Zona Berpotensi Longsor berdasarkan Tingkat Kerawanan Rendah ... 91

4.44 Jumlah Bangunan Tempat Tinggal Menurut Desa ... 92

4.45 Kriteria Tingkat Kerawanan Longsor ... 94

4.46 Ketentuan Pembangunan Lahan Permukiman berdasarkan Tingkat Kerawanan Bencana Longsor ... 95

4.47 Persebaran Luas Permukiman Pada Zona Kerawanan Longsor di Kecamatan Parongpong ... 95

(11)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

2.1 Gangguan Lereng Yang Disebabkan Oleh Tekanan Hidrostatis ... 11

2.2 Status Stabilitas Lereng dan Faktor Penyebab Ketidakstabilannya ... 12

4.1 Peta Administrasi Kecamatan Parongpong ... 33

4.2 Peta Fisiografi Jawa Barat ... 34

4.3 Peta Geologi Kecamatan Parongpong ... 37

4.4 Peta Kemiringan Lereng Keamatan Parongpong ... 41

4.5 Satuan Geomorfologi Punggungan Blok Sesar ... 43

4.6 Lembah sungai dengan bentukan “U”... 43

4.7 Lembah Terkikis ... 44

4.8 Peta Tanah Kecamatan Parongpong ... 46

4.9 Penggunaan Lahan Di Kecamatan parongpong Tahun 2011 ... 50

4.10 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Parongpong ... 51

4.11 Peta Kerawanan Bencana Longsor Kecamatan Parongpong ... 87

4.12 Peta Lahan Permukiman di Kecamatan Parongpong ... 93

(12)

1

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jawa Barat merupakan wilayah dengan kejadian bencana cukup besar mulai dari bencana geologi, vulkanologi, klimatologi, lingkungan, dan lain-lain. Struktur geologi yang bersifat kompleks menjadikan sebagian wilayah Jawa Barat memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dari ancaman bencana alam. Sumber-sumber potensi penyebab bencana alam di Jawa Barat yang perlu diwaspadai adalah 7 (tujuh) gunung api aktif, 5 (lima) sesar aktif serta aktivitas lempeng tektonik di selatan Jawa Barat (Bapeda Jawa Barat, 2011).

Salah satu wilayah yang memiliki kerawanan bencana geologi adalah Kecamatan Parongpong. Berdasarkan Peta Rawan Bencana Kabupaten Bandung Barat, Kecamatan Parongpong dilalui oleh patahan Lembang. Patahan Lembang merupakan salah satu patahan aktif yang bergerak 2-4mm per tahun. Kondisi ini menyebabkan kecamatan ini termasuk daerah yang rawan terhadap gempa. Selain itu, posisi Kecamatan Parongpong yang terletak di kaki gunung api yang masih aktif, yaitu Gunung Tangkuban Perahu, sehingga Kecamatan Parongpong termasuk ke dalam kawasan gunung api 1 dan 2. Bahkan menurut tabel wilayah potensi gerakan tanah di Kabupaten Bandung Barat pada bulan Maret 2011 yang dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, menyatakan bahwa “Kecamatan Parongpong juga memiliki potensi gerakan tanah antara menengah sampai tinggi dan juga berpotensi banjir bandang.”

(13)

2

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Ciwaruga telah terjadi sebanyak kurang lebih 13 kali. Bencana ini tidak hanya mengganggu kelancaran lalu lintas, merusak fasilitas umum dan pribadi, tetapi juga telah merenggut korban jiwa. Salah satu yang bencana yang paling parah terjadi di Desa Sariwangi pada bulan November 2011. Sedikitnya tiga warga tewas dan sejumlah warga lainnya menderita luka-luka.

Melihat kondisi Kecamatan Parongpong yang rawan terhadap berbagai bencana geologi tersebut, maka sudah seharusnya setiap kegiatan pembangunan fisik di wilayah ini didasari oleh perencanaan penataan ruang yang berbasis bencana. Infrastruktur yang memiliki nilai stategis bagi masyarakat seperti rumah sakit, sekolah, dan jalan harus ditempatkan pada ruang yang aman dari bahaya kebencanaan. Dengan demikian, dampak-dampak yang terjadi akibat bencana dapat diminimalisasi sehingga kerusakan dan korban jiwa dapat dikurangi.

Tanpa mempertimbangkan potensi bencana yang ada, maka potensi sumber daya alam yang dimiliki Kecamatan Parongpong malah bisa berubah menjadi bencana yang sangat merugikan masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan Undang Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat 1 (a), yang isinya menyatakan bahwa “penataan ruang harus memperhatikan kondisi fisik negara yang rentan terhadap bencana”. Dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah provinsi, kabupaten/kota harus menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang mengatur secara teknis dan detail peruntukan ruang sebagai upaya meminimalisasi terjadinya bencana oleh alam dan manusia.

(14)

3

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

potensi pariwisata di wilayah ini seperti wisata bunga, wisata kuda kavaleri, wisata kuliner, wisata air terjun, dan lain-lain.

Hal ini sejalan dengan pendapat Hernawan, dkk., (2009) yang mengemukakan bahwa “kedudukan dan karakter alam Kecamatan Parongpong yang cukup nyaman dengan suasana desa pertanian pegunungan dan landscape yang indah”. Hal tersebut menyebabkan banyak penduduk kota meminati area ini sehingga saat ini area tersebut tumbuh menjadi kota yang dilengkapi dengan fasilitas kegiatan pariwisata dan tempat pendidikan. Kecamatan Parongpong memang memiliki suasana yang alami pegunungan yang sejuk disertai lahan yang luas sehingga menarik minat para developer untuk membangun perumahan disana. Bahkan saat ini di seluruh desa di kecamatan ini terdapat perumahan. Menurut data dari Kecamatan Parongpong, sekitar 30 perumahan telah dibangun di kecamatan ini.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fajriah (2007) mengenai perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Parongpong, antara tahun 1994 hingga tahun 2004 terjadi pertambahan permukiman dan perumahan meningkat sebesar lebih dari 400 hektar. Pertambahan permukiman perumahan ini berimplikasi pada terjadinya konversi lahan baik sawah, hutan belukar, kebun dan juga tanah kosong.

(15)

4

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Akibat dari penggunaan ruang Kecamatan Parongpong yang cenderung semakin intensif tersebut, kondisi fisik kawasan terbangun dan kawasan budidaya menjadi semakin rentan terhadap bencana, terutama terhadap bencana longsor. Melihat kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk menganalisis kesesuaian penggunaan lahan permukiman di Kecamatan Parongpong dengan bahaya longsor. Penelitian yang berjudul “Analisis Bahaya Longsor Terhadap Penggunaan Lahan Permukiman di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat” ini dilakukan sebagai bahan evaluasi objektif mengenai tingkat kesesuaian penggunaan lahan agar terjadi keseimbangan antara daya dukung wilayah dan pemanfaatan ruang yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana tingkat bahaya longsor yang ada di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat?

2. Bagaimana luasan permukiman secara eksisting di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat?

3. Bagaimana tingkat bahaya longsor terhadap keberadaan permukiman di Kecamatan Parongpong?

C. TUJUAN

1. Mengidentifikasi tingkat bahaya longsor yang ada di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

2. Mengidentifikasi luasan permukiman secara eksisting di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat.

(16)

5

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

D. MANFAAT

1. Sebagai pengayaan pengetahuan ilmu geografi bagi peneliti berdasarkan pengalaman dari lingkungan sekitar.

2. Sebagai bahan pengayaan dalam memperdalam ilmu geografi dalam pengajaran geogafi di sekolah.

3. Sebagai sumber data bagi penelitian lain yang terkait dengan tata ruang wilayah dan bencana longsor.

(17)

18

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah “cara yang digunakan peneliti dalam menggunakan data penelitiannya” (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Handayani (2010), metode penelitian adalah “langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian”.

Untuk mengetahui persebaran bahaya longsor di Kecamatan Parongpong serta untuk mengetahui bagaimana kesesuaiannya dengan penggunaan lahan, penulis menggunakan metode sistem informasi geografis (SIG) dengan teknik overlay dan pembobotan. Teknik overlay dilakukan dengan cara menumpangsusunkan semua layer indikator yang diperlukan dan kemudian dilakukan pembobotan untuk memperoleh peta tingkat kerawanan bencana gerakan tanah.

Pada dasarnya, teknik pembobotan ini bertujuan agar data terkuantitasi dalam kelas-kelas sehingga terlihat urutan prioritasnya untuk peruntukkan tertentu. Kriteria pembobotan diambil dari buku Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor dari Departemen Pekerjaan Umum (2007).

B. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Parongpong yang termasuk ke dalam Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan ini terletak antara 06º42’00” LS sampai 06º 54’00” LS dan 107º31’30” BT sampai 107º 34’00” BT. Secara administratif, kecamatan ini terbagi ke dalam 7 desa yaitu Desa Cihideung, Desa Cihanjuang, Desa Cihanjuang Rahayu, Desa Karyawangi, Desa Cigugur Girang, Desa Ciwaruga dan Desa Sariwangi.

(18)

19

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu yang akan dikaji oleh peneliti. Sedangkan menurut Yunus (2010), populasi merupakan kumpulan dari satuan-satuan elementer yang mempunyai karakteristik dasar yang sama atau dianggap sama.

Populasi dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan luasan satuan lahan yang terdiri dari kemiringan lereng, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Berikut adalah tabel populasi di daerah penelitian.

Tabel 3.1 Satuan Lahan di Kecamatan Parongpong

No Unit Lahan Populasi

1 Kemiringan Lereng Kelas I, Jenis Tanah Andosol, Penggunaan Lahan Tegalan

4

2 Kemiringan Lereng Kelas I, Jenis Tanah Andosol, Penggunaan Lahan Sawah

2

3 Kemiringan Lereng Kelas I, Jenis Tanah Andosol, Penggunaan Lahan Permukiman

21

4 Kemiringan Lereng Kelas I, Jenis Tanah Andosol, Penggunaan Lahan Semak Belukar

1

5 Kemiringan Lereng Kelas II, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Permukiman

15

6 Kemiringan Lereng Kelas II, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Tegalan

3

7 Kemiringan Lereng Kelas II, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Sawah

6

8 Kemiringan Lereng Kelas II, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Kebun

2

9 Kemiringan Lereng Kelas II, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Semak Belukar

3

10 Kemiringan Lereng Kelas II, Jenis Tanah Latosol Penggunaan Lahan Sawah

1

11 Kemiringan Lereng Kelas II, Jenis Tanah Latosol Penggunaan Lahan Permukiman

(19)

20

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 12 Kemiringan Lereng Kelas II, Jenis Tanah Latosol

Penggunaan Lahan Tegalan

9

13 Kemiringan Lereng Kelas II, Jenis Tanah Latosol Penggunaan Lahan Kebun

2

14 Kemiringan Lereng Kelas II, Jenis Tanah Latosol Penggunaan Lahan Semak Belukar

7

15 Kemiringan Lereng Kelas III, Jenis Tanah Regosol Penggunaan Lahan Kebun

1

16 Kemiringan Lereng Kelas III, Jenis Tanah Regosol Penggunaan Lahan Hutan

1

17 Kemiringan Lereng Kelas III, Jenis Tanah Regosol Penggunaan Lahan Hutan Semak Belukar

3

18 Kemiringan Lereng Kelas III, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Tegalan

24

19 Kemiringan Lereng Kelas III, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Permukiman

105

20 Kemiringan Lereng Kelas III, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Hutan

3

21 Kemiringan Lereng Kelas III, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Kebun

17

22 Kemiringan Lereng Kelas III, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Sawah

23

23 Kemiringan Lereng Kelas III, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Semak Belukar

35

24 Kemiringan Lereng Kelas III, Jenis Tanah Latosol Penggunaan Lahan Sawah

25

25 Kemiringan Lereng Kelas III, Jenis Tanah Latosol Penggunaan Lahan Permukiman

181

26 Kemiringan Lereng Kelas III, Jenis Tanah Latosol Penggunaan Lahan Tegalan

26

27 Kemiringan Lereng Kelas III, Jenis Tanah Latosol Penggunaan Lahan Kebun

13

(20)

21

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Penggunaan Lahan Semak Belukar

29 Kemiringan Lereng Kelas IV, Jenis Tanah Regosol Penggunaan Lahan Hutan

3

30 Kemiringan Lereng Kelas IV, Jenis Tanah Regosol Penggunaan Lahan Kebun

1

31 Kemiringan Lereng Kelas IV, Jenis Tanah Regosol Penggunaan Lahan Tegalan

3

32 Kemiringan Lereng Kelas IV, Jenis Tanah Regosol Penggunaan Lahan Semak Belukar

5

33 Kemiringan Lereng Kelas IV, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Tegalan

18

34 Kemiringan Lereng Kelas IV, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Hutan

3

35 Kemiringan Lereng Kelas IV, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Sawah

5

36 Kemiringan Lereng Kelas IV, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Kebun

11

37 Kemiringan Lereng Kelas IV, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Permukiman

84

38 Kemiringan Lereng Kelas IV, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Semak Belukar

2

39 Kemiringan Lereng Kelas V, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Tegalan

13

40 Kemiringan Lereng Kelas V, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Permukiman

29

41 Kemiringan Lereng Kelas V, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Kebun

9

42 Kemiringan Lereng Kelas V, Jenis Tanah Andosol Penggunaan Lahan Sawah

3

(21)

22

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Sampel

Sampel adalah sebagian objek dari populasi. Sampel memiliki karakteristik-karakteristik tertentu yang mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini didasarkan pada satuan lahan di Kecamatan Parongpong.

Sampel diambil dengan menggunakan teknik purpossive sampling karena populasi penelitian telah memiliki karakteristik tertentu. Jumlah seluruh sampel adalah 31. Dalam penentuan jumlah sampel, dari tiap-tiap macam unit lahan dengan kemiringan lereng kelas III sampai kelas V diambil satu sampel karena setiap unit lahan telah memiliki karakteristik kemiringan lereng, jenis tanah dan penggunaan lahan yang sama. Adapun pertimbangan dipilihnya unit lahan dengan kelas kemiringan III sampai V karena untuk unit lahan kelas I dan II memiliki kriteria kemiringan lereng yang rendah sehingga dalam hasil perhitungan tingkat bahaya longsor pasti akan masuk dalam kategori tingkat bahaya longsor rendah.

D. VARIABEL PENELITIAN

(22)

23

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Variabel Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Tingkat Bahaya Longsor

a. Kemiringan Lereng

b. Kondisi Tanah

c. Batuan Penyusun Lereng

d. Curah Hujan

e. Tata Air Lereng

f. Kegempaan

g. Vegetasi

Eksisting Luas Permukiman

Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum (2007)

E. DEFINISI OPERASIONAL

1. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik berupa berwawasan perkotaan ataupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan dengan fungsi utama sebagai lingkungan hunian yang dilengkapi sarana dan prasarana sehingga mencapai fungsi permukiman yang optimal. (UU no 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman)

2. Bahaya adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan (Bakornas PB, 2006). Longsor (landslide) atau dapat disebut juga dengan gerakan tanah (mass movement) adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan timbunan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke arah bawah dan keluar lereng (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2005). Bahaya longsor adalah potensi terjadinya pergerakan material pembentuk lereng berupa tanah, batuan, atau campuran keduanya yang dapat menimbulkan kerugian jiwa, harta benda maupun kerusakan lingkungan.

F. BAHAN DAN ALAT PENELITIAN

(23)

24

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000 Lembar 1209-331 Wanayasa Edisi 1-2001, BAKOSURTANAL

2. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000 Lembar 1209-334 Cimahi Edisi 1-2001, BAKOSURTANAL

3. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat Tahun 2010

4. Peta Geologi Lembar Bandung, skala 1:100.000 oleh P.H. Silitonga, tahun 1973

5. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

6. Peta Jenis Tanah Kecamatan Parongpong sumber Peta Tanah Semi Detail Purlittanah 2010

Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk mengolah bahan-bahan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Komputer dengan sistem Microsoft Windows 7 Versi 2009, Intel(R), Atom(TM) 4 CPU N450 @1.66GHz 1,67GHz, RAM 2,00GB untuk pengolahan data-data penelitian

2. Software MapInfo Professional 8.5 untuk melakukan proses-proses atau manipulasi pada data-data spasial dan atribut untuk dioverlaykan menjadi suatu informasi baru.

3. Global Positioning System (GPS) untuk mencari koordinat lokasi saat observasi lapangan

4. Kamera digital, untuk mengambil gambar saat observasi lapangan sebagai dokumentasi penelitian.

G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, baik data primer maupun data sekunder, penulis menggunakan teknik sebagai berikut.

1. Observasi

(24)

25

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

fenomena yang ada pada objek penelitian” (Saepudin, 2012). Teknik observasi ini dilakukan setelah menginterpretasi peta. Observasi ini dilakukan untuk mengamati unsur fisik objek yang akan diteliti dengan menggunakan checklist.

2. Studi Literatur dan Studi Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data sekunder. Data-data sekunder ini berguna sebagai bahan penelitian dan juga bahan materi sebagai pemahaman penulis terhadap penelitian ini. Data-data ini diperoleh dari berbagai sumber seperti skripsi-skripsi dan artikel ilmiah dari berbagai universitas, dokumen dari lembaga pemerintahan, literatur-literatur terkait serta situs-situs organisasi internasional yang mengkaji mengenai bahaya gerakan tanah.

H. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Setelah data-data yang diperlukan dapat dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data dilakukan dengan cara pembobotan indikator tingkat kerawanan untuk zona berpotensi longsor. Metode ini merupakan suatu cara analisis data dengan memberikan nilai pada masing-masing karakteristik variabel, agar dapat diketahui nilainya serta dapat ditentukan peringkatnya, sehingga akan diketahui masing-masing parameter berdasarkan perhitungan harkatnya (Suharyono dalam Wisantisari, 2005).

Untuk mengukur tingkat kerawanan longsor dapat ditentukan berdasarkan indikator fisik yang terdiri dari kemiringan lereng, kondisi tanah, batuan penyusun lereng, curah hujan, tata air lereng, kegempaan, dan vegetasi. Indikator-indikator ini kemudian diberikan bobot sesuai dengan besar kecilnya pengaruh indikator tersebut terhadap terjadinya longsor.

(25)

26

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

lereng memiliki bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan faktor yang lain. Indikator batuan penyusun lereng diberikan bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan indikator tanah karena perubahan-perubahan yang terjadi pada batuan akan berpengaruh pada tanah.

Curah hujan dapat meningkatkan kejenuhan tanah. Hal ini akan menyebabkan beban lereng bertambah dan akibatnya kestabilan lereng akan berkurang terutama pada lereng yang terdiri dari material tanah atau batuan yang lemah. Curah hujan juga mempengaruhi air tanah. Oleh karena itu bobot indikator tata air lereng lebih kecil dibandingkan dengan bobot curah hujan. Sedangkan indikator vegetasi dan tata air lereng diberikan bobot yang lebih kecil karena bukan pemicu utama terjadinya longsor. Indikator kegempaan juga bobotnya lebih kecil karena tidak semua jenis tanah dapat dipengaruhi oleh getaran. Secara rinci pembobotan untuk indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pembobotan Indikator Kemiringan Lereng

Tabel 3.2 Pembobotan Indikator Kemiringan Lereng

Bobot

Lereng relatif curam dengan

kemiringan sekitar 36% -

40%

3 0,90

Sedang Lereng dengan kemiringan

landai (31% - 35%) 2 0,60

Rendah Lereng dengan kemiringan

21% - 30% 1 0,30

(26)

27

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2. Pembobotan Indikator Kondisi Tanah

Tabel 3.3 Pembobotan Indikator Kondisi Tanah

Bobot

Kondisi tanah/ batuan penyusun

lereng umumnya merupakan

lereng yang tersusun oleh tanah

lempung yang mudah

mengembang apabila jenuh air

dan terdapat bidang kontras

dengan batuan di bawahnya

3 0,45

Sedang

Lereng tersusun oleh jenis tanah

lempung yang mudah

mengembang tapi tidak ada

bidang kontras dengan batuan di

bawahnya

2 0,30

Rendah

Lereng tersusun oleh jenis tanah

liat dan berpasir yang mudah,

namun terdapat bidang kontras

dengan batuan di bawahnya

1 0,15

Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum (2007)

3. Pembobotan Indikator Batuan Penyusun Lereng

Tabel 3.4 Pembobotan Indikator Batuan Penyusun Lereng

Bobot

Tinggi Lereng tersusun oleh batuan dan

terlihat banyak struktur retakan 3 0,15

Sedang

Lereng tersusun oleh batuandan

terlihat banyak struktur retakan,

tetapi lapisan batuan tidak

miring ke arah luar lereng

2 0,60

Rendah

Lereng tersusun oleh batuan dan

tanah namun tidak ada struktur

retakan/ kekar pada batuan

1 0,20

(27)

28

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 4. Pembobotan Indikator Curah Hujan

Tabel 3.5 Pembobotan Indikator Curah Hujan

Bobot

curah hujan tahunan mencapai

lebih dari 2500mm

3 0,60

Sedang

Curah hujan 30 – 70mm/jam,

tidak lebih dari 2 jam dan hujan

tidak setiap hari

(1000-2500mm)

2 0,40

Rendah

Curah hujan kurang dari 30 –

70mm/jam, tidak lebih dari 2

jam dan hujan tidak setiap hari

(kurang dari 1000mm)

1 0,20

Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum (2007)

5. Pembobotan Indikator Tata Air Lereng

Tabel 3.6 Pembobotan Indikator Tata Air Lereng

Bobot

rembesan air atau mata air pada

lereng, terutama pada bidang

kontak antara batuan kedap

dengan lapisan tanah yang lebih

permeabel

3 0,21

Sedang

Jarang muncul

rembesan-rembesan air atau mata air pada

lereng, terutama pada bidang

kontak antara batuan kedap

dengan lapisan tanah yang lebih

permeabel

2 0,14

Rendah Tidak terdapat rembesan air

atau mata air pada lereng 1 0,07

(28)

29

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 6. Pembobotan Indikator Kegempaan

Tabel 3.7 Pembobotan Indikator Kegempaan

Bobot

Sedang Frekuensi gempa jarang

terjadi (1 – 2 kali per tahun) 2 0,06

Rendah Lereng tidak termasuk

daerah rawan gempa 1 0,03

Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum (2007)

7. Pembobotan Indikator Vegetasi

Tabel 3.8 Pembobotan Indikator Vegetasi

Bobot

Sedang Tumbuhan berdaun jarum

seperti cemara, pinus 2 0,02

Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum (2007)

(29)

30

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

berdasarkan aspek fisik alami melalui pengkelasan bobot tertimbang adalah sebagai berikut.

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kerawanan Longsor Total Nilai Bobot Tertimbang Tingkat Kerawanan

2,01 – 2,50 Tinggi

1,51 – 2,00 Sedang

1,00 – 1,50 Rendah

(30)

31

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(31)

109

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal mengenai Analisis Bahaya Longsor pada Lahan Permukiman di Kecamatan Parongpong, yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan kondisi lahannya, Kecamatan Parongpong memiliki punggungan-punggungan memanjang dari utara ke selatan. Hal inilah yang menyebabkan beragamnya kemiringan lereng di kecamatan ini. Sebagian besar aliran sungai pun dipengaruhi oleh hal ini. Arah aliran sungai cenderung mengalir mengikuti arah lereng. Curah hujan rata-rata di Kecamatan Parongpong per tahunnya adalah 1.000mm. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, iklim di Kecamatan Parongpong termasuk tipe iklim sedang basah.

2. Berdasarkan hasil penggabungan tujuh aspek fisik alami penyebab longsor, yaitu kemiringan lereng, kondisi tanah, batuan penyusun lereng, curah hujan, tata air lereng, kegempaan, dan vegetasi, didapatkan zona kerentanan bencana longsor yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu zona kerawanan tinggi, zona kerawanan menengah, dan zona kerawanan rendah.

(32)

110

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

permukiman lebih banyak terdapat di bagian selatan kecamatan seperti di Desa Cihanjuang, Desa Sariwangi dan Desa Ciwaruga. Hal ini disebabkan oleh kondisi fisiknya lebih sesuai untuk membangun permukiman, yaitu kemiringan lerengnya yang lebih landai dibandingkan dengan kemiringan lereng di bagian utara yang lebih curam.

4. Persentase luas lahan permukiman di Kecamatan Parongpong adalah 12,3% dari luas keseluruhan kecamatan, tepatnya 5,219km2. Lahan permukiman yang dibangun di kecamatan ini tersebar di ketiga zona kerawanan longsor.

a. Luas zona kerawanan longsor tinggi di Kecamatan Parongpong adalah 42,44km2 atau 38,27% dari total luas kecamatan. Zona kerawanan longsor tinggi mayoritas berada di Desa Karyawangi, Desa Cihideung, Desa Cihanjuang Rahayu dan Desa Cigugur Girang. Dari keseluruhan luas permukiman, terdapat 26,63% lahan permukiman terbangun di zona ini. Pembangunan permukiman pada zona ini tidak sesuai dengan peraturan yang ada.

b. Sedangkan zona kerawanan longsor menengah luasnya adalah 15,73km2. Zona ini tersebar di seluruh desa di Kecamaan Parongpong. Luas permukiman yang terbangun di zona ini luasnya adalah 1,06km2. Pada zona ini dapat dibangun permukiman, namun ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi.

(33)

111

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

disebabkan topografi Parongpong yang semakin selatan semakin landai. Luas permukiman yang terbangun di zona ini luasnya adalah 2,77km2.

B. REKOMENDASI

1. Pemerintah Kabupaten Bandung Barat supaya dapat mempertegas ijin pendirian bangunan terutama yang berada di zona rawan longsor. Rencana rinci tata ruang kawasan rawan longsor dijadikan dasar dalam pemberian ijin pemanfaatan ruang.

2. Jika tetap diadakan pembangunan di zona kerawanan longsor sedang, maka harus memenuhi persyaratan yang terlah ditentukan. Sistem terasering dan drainase yang tepat perlu diterapkan pada lereng. Pengaturan sistem tersering bertujuan untuk melandaikan lereng, sedangkan sistem drainase berfungsi untuk mengontrol air agar tidak membuat jenuh tanah pada lereng mengingat kondisi air yang berlebihan pada lereng akan meningkatkan bobot massa lereng sehingga dapat memicu longsoran.

(34)

112

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(35)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Mardiana. 2010. Respon Komunitas Penghuni Permukiman Baru Terhadap Kondisi Lingkungan Di Kecamatan Perongpong Kabupaten

Bandung Barat. Skripsi Sarjana Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institt Pertanian Bogor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat. 2010. Rancangan Rencana

Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2012. [Online]. Tersedia: http://www.bapeda-jabar.go.id/docs/perencanaan/20 110211_150135.pdf [15 Desember 2011]

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. 2006. Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana 2006-2009. Jakarta: Perum Percetakan Negara RI

Crozier, M. J. 1989. Landslides: Causes, Consequences and Environment. London: Routledge

Crozier, M. J. dan Glade, Thomas. 2004. Landslide and Hazard Risk. Chichester: John Wiley and Sons

(36)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Fajriah, Siti Afifah Nur. 2007. Penggunaan Lahan antara Tahun 1994 – 2000 di Kecamatan Parongpong. Skripsi Sarjana Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Food and Agriculture Organization. 1999. The Future of Our Land: Facing the Challenge. [Online]. Tersedia:http://www.fao.org/docrep/004/x3810e/x 3810e04.htm [28 Januari 2012]

Food and Agriculture Organization. 1990. Land Use. [Online]. Tersedia: http://www.fao.org/nr/land/use/en/ [28 Januari 2012]

Handayani, Rika. 2010. Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Pengendalian Biaya. Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Hardiyatmo, Hary Christady. 2006. Penanganan Tanah Longsor & Erosi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Hernawan, Endang, dkk. 2009. Insentif Ekonomi dalam Penggunaan Lahan (Land Use) Kawasan Lindung di Kawasan Bandung Utara. Artikel Ilmiah Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Hesti, Eneng. 2011. Kajian Keseimbangan Air Pada Beberapa Penggunaan Lahan Di Sub Daerah Aliran Ci Keruh. Skripsi Sarjana Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia Hestiyanto, Yusman. 2006. Geografi SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira

(37)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/19600615 1988031-JUPRI/LAHAN.pdf [28 Januari 2012]

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2007. Pengenalan Gerakan Tanah. Tidak Diterbitkan

Kementrian Pekerjaan Umum. 2008. Modul Terapan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa

Bumi. Tidak Diterbitkan

Mirayani, Ima. 2009. Evaluasi Kesesuaian Lahan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Skripsi Sarjana Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia National Atlas of the United States. 2011. Geohazards. [Online]. Tersedia:http://n

ationalatlas.gov/articles/geology/a_geohazards.html [25 Desember 2011] Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Purwowidodo. 1983. Teknologi Mulsa. Jakarta: Dewaruci Press

Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi. 2005. Pedoman Penanganan Bencana Gerakan Tanah di Daerah. Tidak Diterbitkan.

____________. 2011. Wilayah Potensi Gerakan Tanah di Kabupaten Bandung Barat. Tidak Diterbitkan

Schucter, Robert L. Dan Wieczorek, Gerald F. 2002. Landslides Triggers and Types. Lisse: Swets and Zeitlinger

(38)

Dian Mayasari, 2013

Analisis Tingkat Bahaya Longsor Terhadap Keberadaan Permukiman Di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Soedarsono. (1986). Perumahan dan Permukiman sebagai Kebutuhan Pokok. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Sumaatmaja, N. (1988). Geografi Pembangunan. Jakarta: Depdikbud

The Asian Disaster Preparedness Center. 2006. Disaster Management. [Online]. Tersedia: http://www.adpc.net/casita/course-materials/Mod-4-Disaster-Mgmt.pdf [25 Januari 2012]

UN Economic and Social Development 2003. Land Use Change. [Online]. Tersedia: http://www.un.org/esa/sustdev/sdissues/consumption/cpp1224 m12.htm [28 Januari 2012]

United Nations International Strategy for Disaster Reduction. 2009. Terminology

on Disaster Risk Reduction. [Online]. Tersedia:

Gambar

Tabel 3.1 Satuan Lahan  di Kecamatan Parongpong
Tabel 3.2 Variabel Penelitian
Tabel 3.2 Pembobotan Indikator Kemiringan Lereng
Tabel 3.3 Pembobotan Indikator Kondisi Tanah
+4

Referensi

Dokumen terkait

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Lahan Longsor di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar .”.. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan

ANALISA TINGKAT KESTABILAN LERENG DAN BAHAYA LONGSOR DI DESA KEMUNING LOR KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER; Ahmad Syahroni, 031810201077; 2008; 71 halaman; Jurusan

Populasi dalam penelitian ini adalalah seluruh wilayah di Kecamatan Aek Songsongan dan sampel dalam penelitian ini adalah satuan lahan yang di dapat dari overlay peta

orang luar kota terutama Jakarta mengakses Kecamatan Parongpong. Kecamatan Parongpong memiliki keindahan alam serta kawasan yang potensial. Keadaan tersebut mengakibatkan

1. Mengidentifikasi kesesuaian lahan di Kecamatan Amurang Barat yang dapat dimanfaatkan untuk penggunaan lahan permukiman berdasarkan analisis beberapa aspek yaitu

Bandung Barat merupakan sebuah kecamatan peralihan yang sedang mengalami proses perubahan, kecamatan ini strategis dan memiliki aksesbilitas yang tinggi,

Gerakan tanah dalam bentuk longsor lahan sangat banyak terjadi di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonasia merupakan daerah subduksi, sehingga mempunyai

Dari hasil Penelitian menunjukan bahwa Tingkat perubahan Penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Parongpong pada kurun waktu dua tahun yaitu dimulai pada tahun 2017 sampai dengan