• Tidak ada hasil yang ditemukan

ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh

Lisna Octa Rolina 0807013

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LISNA OCTA ROLINA

ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. H. Wahyu Eridiana, M.Si NIP 19550505 198601 1 001

Pembimbing II

(3)

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP: 19620304 198704 2 001

SKRIPSI INI DI UJI PADA TANGGAL 6 MARET 2013 PANITIA UJIAN SIDANG TERDIRI DARI :

1. Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP: 19700814 199402 1 002 2. Sekertaris : Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd

NIP: 19620304 198704 2 001 3. Penguji

Penguji I : Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT

NIP: 19640603 198903 1 001

Penguji II : Dr. Mamat Ruhimat, M.Pd NIP: 19610501 198601 1 002 Penguji III : Drs. Asep Mulyadi, M.Pd

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Februari 2013 Yang membuat Pernyataan,

(5)

ORIENTASI PERUBAHAN MATA PENCAHARIAN PETANI DI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

Oleh: Lisna Octa rolina (0807013)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan pertumbuhan penduduk Kecamatan Parongpong yang semakin tinggi, mengakibatkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Hal itu mendorong terjadinya perubahan fungsi lahan dari pertanian ke non-pertanian. Menyempitnya lahan pertanian mengakibatkan penurunan jumlah petani dan terjadi pergeseran lapangan pekerjaan di bidang pertanian sehingga mengakibatkan terjadinya orientasi perubahan mata pencaharian di kecamatan Parongpong. Perubahan itu dipengaruhi oleh factor usia, jenis kelamin, pendidikan, keterampilan, pendapatan dan Luas Pemilikan Lahan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif dengan alat pengumpul data berupa observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Dalam menganalisis data digunakan rumus Chi Square untuk mengukur terdapatnya pengaruh atau tidak.

Hasil analisis data menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh antara usia dengan orientasi perubahan mata pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,649). Terdapat pengaruh antara jenis kelamin dengan orientasi perubahan mata pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,037) dan nilai kontingensi C (0,202) lemah. Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dengan orientasi perubahan mata pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,026) dan nilai kontingensi 0,175) lemah. Terdapat pengaruh antara keterampilan dengan orientasi perubahan mata pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,004) dan nilai kontingensi C (0,327) lemah. Terdapat pengaruh antara tingkat pendapatan dengan orientasi perubahan mata pencaharian, memiliki nilai signifikasi (0,006) dan nilai kontingensi C (0,183) lemah. Tidak terdapat pengaruh antara luas pemilikan lahan dengan orientasi perubahan mata pencaharian memiliki nilai signifikasi (0,876).

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Desa dan Kota ... 7

B. Daerah Pinggiran (Urban Fringe) ... 7

C. Pertanian... ...9

D. Pengertian Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan Bukan Angkatan Kerja ... 10

E. Jenis / Jabatan Pekerjaan (Occupation) ... 11

(7)

G. Orientasi Perubahan Mata Pencaharian ... 12

H. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Orientasi Perubahan Mata Pencaharian ... 12

I. Hipotesis ... 16

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 17

B. Populasi dan Sampel ... 17

1. Populasi ... 17

2. Sampel ... 19

C. Variabel Penelitian ... 22

D. Instrumen Penelitian ... 23

1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 23

3. Bahan ... 25

4. Alat ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 25

1. Observasi ... 25

2. Wawancara ... 25

3. Studi Literatur ... 26

4. Studi Dokumentasi ... 26

F. Teknik Pengolahan Data ... 26

1. Editing Data ... 26

2. Coding ... 27

(8)

G. Teknik Analisis Data ... 27

1. Analisis Presentasi ... 27

2. Uji Chi-Square ... 28

3. Koefisien Kontingensi C ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 30

1. Letak dan Luas ... 30

2. Iklim ... 30

3. Geologi dan Geomorfologi ... 32

4. Hidrologi ... 35

5. Jenis Tanah ... 36

6. Penggunaan Lahan ... 39

B. Kondisi Sosial Ekonomi Daerah Penelitian ... 41

1. Jumlah Penduduk ... 41

2. Komposisi Penduduk bedasarkan Usia ... 42

3. Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

4. Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat pendidikan ... 45

5. Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ... 47

C. Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 48

1. Karakteristik Populasi dan Sampel ... 48

a. Wilayah Pertanian ... 48

(9)

2. Pembahasan ... . 62

a. Usia ... 62

b. Jenis Kelamin ... 64

c. Pendidikan ... 65

d. Keterampilan ... 67

e. Pendapatan ... 68

f. Luas Pemilikan Lahan ... 69

D. Implikasi Terhadap Pendidikan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Rekomendasi ... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Luas Wilayah Kecamatan Parongpong ... 18

3.2 Jumlah Petani di Kecamatan Parongpong ... 18

3.3 Luas Lahan Pertanian di Kecamatan Parongpong ... 19

3.4 Variabel Penelitian ... 23

3.5 Kisi-Kisi Instrumen ... 23

3.6 Kriteria Perhitungan Persentase ... 28

4.1 Iklim Junghuhn (Zone Iklim Altitude) ... 32

4.2 Sumber Air Bersih di Kecamatan Parongpong ... 35

4.3 Penggunaan Lahan di Kecamatan Parongpong ... 39

4.4 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Parongpong ... 41

4.5 Penduduk berdasarkan Usia di Kecamatan Parongpong ... 42

4.6 Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Parongpong ... 44

4.7 Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Parongpong ... 46

4.8 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Kecamatan Parongpong ... 47

4.9 Status Kependudukan Petani ... 49

4.10 Karakteristik Petani Berdasarkan Umur ... 49

4.11 Jenis Kelamin Petani di kecamatan Parongpong ... 50

(11)

4.13 Penilaian Pendidikan Petani di Kecamatan Parongpong ... 52

4.14 Petani yang Punya keterampilan dan Petani yang Tidak Punya Keterampilan di Kecamatan Parongpong ... 53

4.15 Keterampilan diluar bertani di Kecamatan Parongpong ... 54

4.16 Keterampilan Petani Untuk Bekerja ... 55

4.17 Peran Pemerintah ... 56

4.18 Pendapatan Petani dari Hasil Pertanian ... 57

4.19 Penggunaan Hasil Pendapatan Petani di Kecamatan Parongpong ... 58

4.20 Kecukupan Pendapatan Petani di Kecamatan Parongpong ... 58

4.21 Luas Pemilikan Lahan di kecamatan Parongpong ... 59

4.22 Status Lahan Petani di Kecamatan Parongpong ... 60

4.23 Cara Pemilikan Lahan ... 61

4.24 Petani Yang Pernah dan Tidak Pernah Menjual Lahan di Kecamatan Parongpong ... 61

4.25 Orientasi Perubahan Mata Pencaharian berdasarkan usia petani di Kecamatan Parongpong ... 64

4.26 Orientasi Perubahan Mata Pencaharian berdasarkan jenis kelamin petani di Kecamatan Parongpong ... 66

4.27 Orientasi Perubahan Mata Pencaharian berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Parongpong ... 66

4.28 Orientasi Perubahan Mata Pencaharian berdasarkan keterampilan petani di Kecamatan Parongpong ... 67

4.29 Orientasi Perubahan Mata Pencaharian berdasarkan tingkat pendapatan di kecamatan Parongpong ... 68

(12)

DAFTAR GAMBAR

3.1 Peta Sampel Wilayah Penelitian Parongpong Kabupaten Bandung

Barat…... 24

4.1 Peta Administrasi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung

Barat….…… 31

4.2 Peta Geologi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung

Barat………. 34

4.3 Peta Pola Aliran Sungai Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung

Barat... 37

4.4 Peta Jenis Tanah Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung

Barat……... 38

4.5 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Saat ini sebagian besar kota kota di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam hal pembangunan fisik seperti sarana dan prasarana yang semakin baik serta pembangunan fasilitas kehidupan yang semakin lengkap. Kota merupakan pusat segala aktifitas kehidupan seperti pendidikan, perdagangan, perindustrian, hiburan, dan lain lain. Hal itu menyebabkan daya tarik kota menjadi begitu besar. Banyak sekali yang ingin hidup dan menetap di kota, karena kota dirasa dapat memenuhi segala kebutuhan yang di perlukan. Akibatnya pertumbuhan penduduk di kota dari tahun ke tahun menjadi semakin pesat.

Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengakibatkan kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal pun semakin bertambah. Ketika suatu kota sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan lahan untuk tempat tinggal maka akibatnya masyarakat akan cenderung mencari tempat tinggal di daerah pinggiran kota. Menurut Subroto, (1997:141) “Daerah pinggiran kota sebagai suatu wilayah peluberan kegiatan perkembangan kota telah menjadi perhatian banyak ahli diberbagai ilmu” Besarnya perhatian tersebut terutama tertuju pada berbagai permasalahan yang diakibatkan oleh proses ekspansi kota ke wilayah pinggiran yang berakibat pada perubahan fisik misal perubahan tata guna lahan, demografi, keseimbangan ekologis serta kondisi sosial ekonomi. Pertumbuhan penduduk yang berlebihan juga dapat menimbulkan masalah pokok seperti makanan, lapangan kerja, permukiman, pendidikan dan lain sebagainya.

(14)

orang-2

orang luar kota terutama Jakarta mengakses Kecamatan Parongpong. Kecamatan Parongpong memiliki keindahan alam serta kawasan yang potensial. Keadaan tersebut mengakibatkan terjadinya berbagai perubahan. Seperti perubahan harga lahan, perubahan struktur demografi, terjadinya konversi lahan, dan lain lain. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Parongpong pada mulanya bermatapencaharian sebagai petani. Masyarakat pertanian yang kehidupannya bergantung pada tanah sebagai sarana produksi pada dasarnya belum melahirkan diversifikasi lapangan kerja. Perubahan pola kehidupan masyarakat pada dasarnya dapat dilihat sebagai akibat dari pertemuan dua perangkat kebudayaan yaitu pola kebudayaan masyarakat agraris dan pola perangkat industri yang datang. Kemudian pertemuan dua bentuk kebudayaan ini melahirkan suatu proses perubahan baik dilihat dari segi masyarakat agraris yang bersangkutan maupun dari perangkat industri yang datang. Perubahan kehidupan itu mempengaruhi pula struktur sosial masyarakat setempat, sampai kepada unsur yang paling mendasar yaitu tentang mata pencaharian.

Jumlah penduduk kecamatan Parongpong yang semakin tinggi mengakibatkan kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal juga semakin meningkat. Hal itu akan mendorong terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non pertanian. Banyak orang tertarik untuk membeli lahan di kecamatan parongpong baik yang masih sebagai lahan pertanian maupun lahan untuk tempat pemukiman. Jika yang diperjual beli itu berupa lahan pertanian maka penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani akan mengalami dua kemungkinan yaitu masih menjadi petani dengan asumsi membeli lahan baru di daerah yang masih murah namun menjauh atau sebagai buruh tani atau berganti mata pencaharian selain petani. Dalam kenyatannya mereka masih dapat menjadi petani karena yang berubah hanya status kepemilikan lahannya saja. atau jika suatu saat yang punya lahan ingin merubah lahan pertaniannya menjadi tempat pemukiman hal itu akan mengakibatkan mereka kehilanagan mata pencaharian sebagai petani.

(15)

3

sebesar 13,54 km2. Dari data tersebut maka terlihat bahwa pada lima tahun terakhir telah terjadi pengurangan luas lahan pertanian dikecamatan Parongpong. Pertumbuhan penduduk yang cepat di kecamatan Parongpong, telah mengubah lahan-lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. sehingga lahan pertanian semakin berkurang bahkan dikhawatirkan akan habis. Dengan percepatan pembukaan lahan pertanian maka akan mempercepat pula pemerosotan jumlah orang yang bekerja sebagai petani. Jika lahan pertanian di Kecamatan Parongpong habis, maka petani akan kehilangan mata pencahariannya. Jika hal ini dibiarkan tanpa ada penanganan yang serius maka pengangguran akan semakin banyak.

(16)

4

B. Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh antara usia dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat?

2. Adakah pengaruh antara jenis kelamin dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat?

3. Adakah pengaruh antara pendidikan dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat?

4. Adakah pengaruh antara keterampilan dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat?

5. Adakah pengaruh antara pendapatan dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat?

6. Adakah pengaruh antara luas pemilikan lahan dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis ada tidaknya pengaruh antara usia dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

2. Menganalisis ada tidaknya pengaruh antara jenis kelamin dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

(17)

5

4. Menganalisis ada tidaknya pengaruh antara keterampilan dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

5. Menganalisis ada tidaknya pengaruh antara pendapatan dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

6. Menganalisis ada tidaknya pengaruh antara luas pemilikan lahan dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

D. Manfaat Penelitian

1. Diperolehnya informasi tentang pengaruh antara usia dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

2. Diperolehnya informasi tentang pengaruh antara jenis kelamin dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

3. Diperolehnya informasi tentang pengaruh antara pendidikan dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

4. Diperolehnya informasi tentang pengaruh antara keterampilan dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

5. Diperolehnya informasi tentang pengaruh antara pendapatan dengan orientasi perubahan mata pencaharian petani di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat

(18)

6

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu batasan dari suatu konsep yang merupakan suatu bentuk atau cara yang biasa digunakan untuk mengukur

1. Orientasi

Menurut KBBI orientasi adalah 1) peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yg tepat dan benar; 2) pandangan yg mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan; maksud orientasi pada penelitian ini adalah kecenderungan petani dalam memilih jenis mata pencaharian lain jika nanti sudah tidak terdapat lahan pertanian lagi di Kecamatan Parongpong.

2. Mata Pencaharian

Definisi mata pencaharian adalah, pekerjaan atau sumber penghasilan/pendapatan. Mata pencaharian dalam penelitian ini adalah pekerjaan masyarakat kecamatan Parongpong pada sector pertanian. pekerjaan pertanian merupakan usaha dalam pengolahan tanaman ataupun hewan, dan produk jasa serta perdagangan yang bisa memberikan produk yang bernilai jual maupun untuk kebutuhan sendiri (subsisten).

3. Petani

Menurut KBBI petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam. Sedangkan menurut witrianto Petani adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Menurut Wikipedia Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang bekerja dikecamatan Parongpong.

4. Parongpong

(19)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Arikunto (1988:151) “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, data yang dikumpulkan bisa berupa data primer maupun data sekunder”. Metode penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena dengan pemilihan metode yang tepat dalam penelitian akan menentukan keberhasilan suatu penelitian dan akan memperjelas langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Menurut Tika (1997:6), “Metode deskriptif adalah metode penelitian yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis.” Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan kondisi daerah penelitian kemudian dianalisis berdasarkan data primer dan data sekunder.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Nursid Sumaatmaja (1988:112), populasi adalah keseluruhan gejala (fisik, ekonomi, social, budaya, politik), individu (manusia, baik perorangan atau kelompok), kasus (masalah, peristiwa tertentu) yang ada di daerah penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dan menurut Pabundu Tika Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas.

(20)

18

Tabel 3.1

Luas Wilayah Kecamatan Parongpong

Sumber : Kecamatan Parongpong dalam Angka 2011

Populasi manusia adalah seluruh petani di Kecamatan Parongpong. Untuk lebih jelasnya, terdapat pada tebel berikut :

Tabel 3.2

Jumlah Petani di Kecamatan Parongpong

Sumber : Kecamatan Parongpong dalam angka 2011

(21)

19

2. Sampel

Menurut Sumaatmaja (1988:122) sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang bersangkutan. Sedangkan Pabundu Tika (2005 : 24) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi. Berdasarkan batasan sampel dalam penelitian ini, maka pengambilan sampel ini dibagi dua yaitu:

a) Sampel wilayah

Penentuan sampel wilayah dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive. Sugiyono (2002:61) menyatakan “sampling Pruposive” adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel wilayah pada penelitian ini ditentukan berdasarkan luas lahan pertanian tahun 2011.

Tabel 3.3

Luas Lahan Pertanian di Kecamatan Parongpong

Sumber : Kecamatan Parongpong dalam Angka 2011

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa daerah yang memiliki luas lahan pertanian yang rendah yaitu desa Ciwaruga, Cigugurgirang, Sariwangi, dan Cihanjuang Rahayu. Sedangkan daerah yang memiliki luas lahan pertanian yang sedang adalah desa Cihideung. Kemudian daerah dengan luas lahan pertanian tinggi adalah Cihanjuang dan Karyawangi. Dengan beberapa pertimbangan seperti waktu, biaya, tenaga, jarak dan keterjangkauan maka dalam penelitian ini penulis

No Desa Luas lahan pertanian (km2)

6 CihanjuangRahayu 0,9

7 Karyawangi 1,62

(22)

20

menetapkan 3 desa dengan mewakili klaster luas lahan pertanian rendah, sedang, dan tinggi maka 3 desa yang dijadikan sampel wilayah pada penelitian ini adalah Desa Ciwaruga, Desa Cihideung dan Desa Cihanjuang.

b) Sampel manusia atau penduduk

Menurut Arikunto (1993 : 56) penarikan sampel tergantung pada beberapa sampel, yaitu:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, biaya dan tenaga.

b. Sempit dan luasnya pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.

c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.

Dalam menentukan besarnya sampel digunakan rumus yang dikemukakan oleh Dixon dan B. Leach seperti dikutip oleh Tika (2005 : 35). Berikut Rumus yang akan digunakan dalam penentuan sampel :

1) Sampel Penduduk Keseluruhan

a) Menetukan Persentase Karakteristik (P)

b) Menentukan Variabilitas (V)

√ ...(2)

Keterangan P: Persentase karakteristik sampel yang dianggap benar C: Confidence limit / batas kepercayaan (%)

(23)

21

c) Menentukan Jumlah Sampel (n)

[ ]

Keterangan : n = Jumlah sampel

Z = Convidence level atau tingkat kepercayaan V = Variabel yang diperoleh dengan rumus no (2) C = Convidence limit atau batas kepercayaan

[ ]

[ ]

[ ]

n

d) Menentukan jumlah sampel yang dikoreksi dengan rumus :

n ...(4)

Keterangan : n1 = Jumlah sampel yang telah dikoreksi

n = Jumlah sampel yang dihitung dalam rumus sebelumnya N = Jumlah populasi n

(24)

22 sampel. Adapun teknik pengambilan sampelnya dilakukan dengan menggunakan sampel berimbang (proportional sampling). Menurut Suharsimi Arikunto (2009 : 98) sampel berimbang (proportional sampling) adalah “cara menentukan anggota sampel dengan mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok yang ada dalam populasi yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah anggota subjek yang ada di dalam masing-masing kelompok tersebut”. Berikut ini teknik perhitungan proporsional sampling berdasarkan jumlah sampel yang dibutuhkan.

Ciwaruga : Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa sampel yang diambil berdasarkan proporsi jumlah penduduk yang menempati Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa sampel yang diambil berdasarkan proporsi jumlah penduduk yang menempati wilayah yang mengalami konversi lahan terdiri dari 93 orang, yaitu Desa Ciwaruga terdiri dari 32 orang, Desa Cihideung terdiri dari 15 orang, dan Desa Cihanjuang terdiri dari 46 orang.

C. Variabel Penelitian

(25)

23

6. Luas Pemilikan Lahan

a. Variabel Bebas adalah variabel yang menunjukan pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, keterampilan, pendapatan dan luas pemilikan lahan b. Variabel Terikat adalah variabel yang merupakan hasil yang terjadi karena

pengaruh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Orientasi Perubahan Mata Pencaharian.

Tabel 3.4 Variabel Penelitian

D. Instrumen Penelitian

a. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

(26)

24

Gambar 3.1

(27)

25

b. Bahan

1) Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Cimahi tahun 2001 Skala 1:25.000 sebagai peta dasar untuk membuat peta administratif

2) Monografi kecamatan Parongpong

3) Kecamatan Parongpong dalam Angka tahun 2010 4) Kecamatan Parongpong dalam Angka tahun 2011 c. Alat

1) Kamera untuk mendukumentasikan kondisi objek penelitian di lapangan.

2) Pedoman Wawancara E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Teknik observasi dilakukan dengan melakukan penelitian langsung kedaerah penelitian terutama untuk mengamati kehidupan penduduk. Dalam penelitian ini hal-hal yang perlu diobservasi adalah kependudukan, kegiatan ekonomi penduduk, dan sarana pelayanan umum perkotaan.

2. Wawancara

(28)

26

pendidikan, keterampilan, luas kepemilikan lahan, tingkat pendapatan serta hubungannya dengan orientasi perubahan mata pencaharian.

3. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan data terkait dengan permasalahan-permasalahan yang menunjang penelitian dengan cara mempelajari buku-buku, surat kabar, laporan penelitian, dan bahan lain yang dianggap relevan dengan penelitian. Dalam penelitian ini penulis mempelajari beberapa buku tentang kependudukan, dan beberapa contoh skripsi yang berhubungan dengan judul penelitian.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan arsip-arsip sebagai data sekunder dari berbagai lembaga/instansi terkait yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis memerlukan informasi mengenai data kependudukan seperti jumlah penduduk, luas wilayah, luas lahan pertanian, usia, jenis kelamin, pendidikan, luas kepemilikan lahan dan lain-lain yang didapat dari instansi-instansi pemerintah seperti BPS, Kecamatan, dan Desa. F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilaksanakan pengolahan atau analisis data hasil penelitian ini, dengan menggunakan perhitungan statistik Chi Kuadrat. adapun tahapan dalam mengolah data menganalisis data adalah sebagai berikut: a. Editing Data

Editing data adalah penelitian kembali data yang telah dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut cukup baik atau relevan untuk diproses atau diolah lebih lanjut. Hal-hal yang perlu diteliti kembali dalam melakukan editing data adalah sebagai berikut.

 Keterbacaan Tulisan,

 Kesesuaian Jawaban

 Relevansi Jawaban

(29)

27

b. Coding

Coding adalah usaha pengklasifikasian jawaban dari para responden menurut macamnya. Coding data harus dilakukan secara konsisten karena hal tersebut sangat menentukan reliabilitas. Tidak tercapainya konsistensi dalam coding dapat berakibat terjadinya klasifikasi jawaban yang lebih kompleks sehingga akan menimbulkan kesukaran dalam mengklasifikasikan jawaban atau mengkategorikan jawaban. Setelah coding dilaksanakan, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menghitung frekuensi. Untuk mendapatkan frekuensi, data yang sudah di coding tadi dihitung sesuai dengan kategori atau kelasnya.

c. Tabulasi Data

Langkah selanjutnya dalam pengolahan data setelah proses coding dan menghitung frekuensi adalah melakukan tabulasi. Yang dimaksud dengan tabulasi adalah proses penyusunan dan analisis data dalam bentuk tabel. Dengan memasukan data dalam tabel akan memudahkan kita dalam melakukan analisis. G. Teknik Analisis Data

Analisis kuantitatif, yaitu suatu analisis yang mengenai pengumpulan fakta yang menggambarkan persoalan dengan menggunakan perhitungan secara statisik. Adapun jenis prosedur statistik yang digunakan adalah:

1. Analisis persentase, menggunakan rumus sebagai berikut: P =

Dengan keterangan : P = Besaran persentase f = Frekuensi jawaban n = Jumlah total responden

(30)

28

Tabel 3.6

Kriteria Perhitungan Persentase Persentase Keterangan 0%

Menurut Sulaiman (2003:112) “apabila antara kedua variabel tidak ada pertalian, maka kita mengatakan keduanya bebas (tidak saling mempengaruhi).”. Variabel yang dikorelaskan dengan menggunakan Chi Square adalah:

a) Usia dengan Orientasi Perubahan Mata Pencaharian

b) Jenis Kelamin dengan Orientasi Perubahan Mata Pencaharian c) Tingkat Pendidikan dengan Orientasi Perubahan Mata Pencaharian d) Keterampilan dengan Orientasi Perubahan Mata Pencaharian e) Tingkat Pendapatan dengan Orientasi Perubahan Mata Pencaharian f) Luas Kepemilikan Lahan Orientasi Perubahan Mata Pencaharian.

3. Koefisien Kontingensi C

(31)

29

Analisis koefisien kontingensi dilakukan menggunakan software SPSS 16.0 dengan kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Jika koefisien kontingensi di bawah 0,5 artinya ada/tidak ada pengaruh antara kedua variabel dianggap lemah.

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat pengaruh antara usia dengan orientasi perubahan mata pencaharian, Hal ini terlihat dari besaran taraf nyata sebesar 0,649

2. Terdapat pengaruh antara jenis kelamin dengan orientasi perubahan mata pencaharian, namun lemah. Hal ini terlihat dari besaran nilai kontingensi C sebesar 0,202.

3. Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dengan orientasi perubahan mata pencaharian, namun lemah. Hal ini terlihat dari besaran nilai kontingensi C sebesar 0,175.

4. Terdapat pengaruh antara keterampilan dengan orientasi perubahan mata pencaharian, namun lemah. Hal ini terlihat dari besaran nilai kontingensi C sebesar 0,327.

5. Terdapat pengaruh antara tingkat pendapatan dengan orientasi perubahan mata pencaharian, namun lemah. Hal ini terlihat dari besaran nilai kontingensi C sebesar 0,183.

(33)

73

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, terdapat saran atau rekomendasi yang mungkin bisa dipertimbangkan, yaitu sebagai berkut:

(34)

DAFTAR PUSTAKA

_______.1981. Dasar-Dasar Demografi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.

Abdurachmat, Idris. 1997. Geografi Ekonomi. Bandung: Jurusan Pendidikan Geografi UPI.

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha Ilmu.Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. 2011 Statistik Kecamatan

Parongpong Tahun 2011.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. 2011. Kecamatan

Parongpong dalam Angka Tahun 2011.

Daldjoeni. 1987. Seluk Beluk Masyarakat Kota. PT Alumni: Bandung Daldjoeni. 1998. Geografi Kota dan Desa. PT Alumni: Bandung. Depdikbud. 1983. Usaha Tani. Depdikbud: Jakarts.

Hamalik, Oemar. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional. PT Citra Aditya Bakti: Bandung.

Handayani, Nita. 2004. Hubungan Perubahan Kepemilikan Lahan Pertanian

dengan Pergeseran Mata Pencaharian Penduduk Di Kecamatan Margacinta. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Mohammad Pabundu Tika. 1997. Metode Penelitian Geografi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Monografi Kecamatan Parongpong 2011

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian edisi III. LP3ES: Jakarta Mulyawan, Rizqi. 2006. Perubahan Orientasi Mata Pencaharian Pada

Masyarakat Desa. Skripsi FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

(35)

Nugraha, E. (1985). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Permadi.

Salamun, dkk. 2003. Orientasi Nilai Budaya (Relasi, Konsumsi, Dan

Penggunaan Waktu) Di Kalangan Pemuda Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Kementrian Kebudayaan da Pariwisata Yogyakarta.

Santosa, Purbayu Budi. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan

SPSS. ANDI:Yogyakarta.

Sayogyo dan Pudjiwati. 1999. Sosiologi Pedesaan: Kumpulan Bacaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta:Bandung.

Sulaiman, Wahid. 2002. STATISTIK NON-PARAMETRIK contoh kasus dan

pemecahannya dengan SPSS. ANDI: Yogyakarta.

Sumaatmadja, Nursid. 1986. Metode Penelitian Geografi. Bandung : Alumni. Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa

Keruangan. Bandung : Alumni.

Sutaryani, Yeni. 2011. Orientasi Penduduk Usia Produktif dalam Memilih

Gambar

Tabel 3.2 Jumlah Petani di Kecamatan Parongpong
Tabel 3.3 Luas Lahan Pertanian di Kecamatan Parongpong
Tabel 3.4 Variabel Penelitian
Gambar 3.1 Peta Sampel Wilayah  Penelitian  Parongpong Kabupaten Bandung Barat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan pula, setelah teridentifikasi penyebab atau faktor yang tersebut, akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di Kecamatan Parongpong khususnya,

Penelitian ini menggunakan metode survey kepada peternak usaha pembesaran pedet sapi perah yang ada di Desa Cihanjuang Rahayu, Kecamatan Parongpong, Kabupaten

Penelitian ini membahas mengenai peran tutor dalam menumbuhkan minat belajar baca iqra pada kelompok belajar lansia di Desa Cihideung Kecamatan Parongpong

Hal tersebut menunjukan bahwa petani yang lahannya terkena dampak pembangunan jalan lingkar timur Cianjur cenderung mempergunakan uang hasil ganti rugi lahan

Diharapkan pula, setelah teridentifikasi penyebab atau faktor yang tersebut, akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di Kecamatan Parongpong khususnya,

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN SELADA AIR ( NASTURTIUM OFFICINALE ) SEBAGAI SALAH SATU INDIKASI GEOGRAFIS KECAMATAN PARONGPONG,. KABUPATEN

Persiapan dan Perlengkapan Upacara Beberapa kegiatan sebagai persiapan dalam menghadapi pelaksanaan Upacara Ngaruwat Solokan atau Hajat Cai , terutama yang berkaitan

Dengan keindahan alam yang dimiliki, Kecamatan Sijuk merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan wisata pantai dan bahari (RIPPARKAB, 2009-2019). Beberapa