PENGARUH BAHAN AJAR MATEMATIKA BERKARAKTER PADA
MATERI LIMAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMAHAMAN MATEMATIS
DAN DISPOSISI SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika
Oleh:
Jesi Mustikaati Munggaran
NIM 0902003
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Berkarakter Pada Materi Limas
Untuk Meningkatkan Keemampuan
Pemahaman Matematis dan
Disposisi Siswa SMP
Oleh
Jesi Mustikaati Munggaran
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Jesi Mustikaati Munggaran 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
PENGARUH BAHAN AJAR MATEMATIKA BERKARAKTER PADA
MATERI LIMAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMAHAMAN MATEMATIS DAN DISPOSISI SISWA SMP
Oleh
Jesi Mustikaati Munggaran
NIM 0902003
Disetujui dan disahkan oleh: Dosen Pembimbing I
Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M.Kes.
NIP 196811051991011001
Dosen Pembimbing II
Drs. Endang Dedy, M.Si.
NIP 195805151984031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Drs. Turmudi, M.Ed.,M.Sc.,Ph.D
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Dan Disposisi Siswa SMP
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh bahan ajar matematika berkarakter pada materi limas untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan disposisi siswa SMP.
Penelitian dilaksanakan menggunakan metode penelitian campuran kualitatif dan kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan kelompok kontrol pretes-postes. Subjek penelitian adalah kelas VIII-H sebagai kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar matematika berkarakter dan kelas VIII-I sebagai kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran menggunakan bahan ajar konvensional. Untuk mencapai tujuan penelitian yang diinginkan, digunakan data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian berupa tes kemampuan pemahaman matematis, angket siswa, dan lembar observasi. Berdasarkan pengolahan data diperoleh kesimpulan: (1) Bahan ajar matematika berkarakter adalah bahan ajar yang dikembangkan melalui learning obstacle siswa yang didalamnya terdapat permasalahan-permasalahan yang dapat memacu siswa dalam berpikir logis, berpikir analisis, berpikir kritis, kreatif, sistematis, teliti, kerja keras, rasa ingin tahu, mandiri, tanggung jawab, dan kerja sama. Selain itu, dalam LKS dimunculkan secara eksplisit nilai-nilai karakter melalui soal-soal yang berbentuk narasi. (2) Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan bahan ajar konvensional. (3) Disposisi matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada kemampuan disposisi matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan bahan ajar konvensional.
ABSTRACT
This research studied about the effect of mathematics instructional material characterized on the pyramid to improve mathematical understanding ability and disposition junior high scool student. The method used in this research was mix of qualitative and quantitative method. This research using pretest-posttest control group design. The subjects of this study were class VIII-H as experiment class that gets learning process using mathematics instructional material characterized and VIII-I as control class that gets learning process using conventional mathematics instructional material. To achieve the research purpose, used data obtained using research instrumental test the ability of mathematical understanding , student quistionaries, and observation sheet. Based on procecessed data the conclutions are: (1) Mathematics instructional material characterized is instructional material that developed through learning obstaclethat includes problems that can spur student in logical thinking, analytical thinking, critical thinking, creative, systematic, meticulous, hard work, curiousity, independence, rensponsibility, and cooperative. Beside that, in student work sheet explicitly raised character values through the narative questions. (2) The improvement of student’s mathematical understanding ability who get learning process with mathematics instructional material characterized better than students who get learning process with conventional mathematics instructional material. (3) Student’s mathematic diposition who get learning process with mathematics instructional material characterized better than students who get learning process with conventional mathematics instructional material .
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR DIAGRAM ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... .... 5
E. Definisi Operasional ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 8
B. Disposisi Matematis ... 10
C. Pendidikan Karakter ... 11
D. Bahan Ajar Matematika Berkarakter ... 13
E. Hipotesis Penelitian ... 15
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 17
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17
C. Instrumen Penelitian ... 18
2. Instrumen Non-Tes ... 25
D. Pengembangan Bahan Ajar Berkarakter... 26
E. Teknik Analisis Data ... 26
a. Pengolahan Data Kuantitatif ... 27
b. Pengolahan Data Disposisi ... 29
1. Pengolahan Data Angket ... 29
2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 30
3. Pengolahan Lembar Observasi ... 30
F. Prosedur Penelitian ... 30
a. Tahap Persiapan Penelitian ... 30
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 31
c. Tahap Analisis Data ... 31
d. Tahap Pembuatan Kesimpulan ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tahap 1 ... 33
1. Learning Obstacle (LO) pada Materi Limas ... 33
2. Analisis Kemampuan dan Kesulitan Siswa pada Materi Limas.. ... 34
3. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berkarakter Berdasarkan Learning Obstacle ... 47
B. Hasil Penelitian Tahap 2 ... 53
1. Analisis Data Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 54
2. Analisis Data Postes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 56
3. Analisis Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis ... 59
4. Analisis Data Disposisi Matematis ... 63
5. Analisis Data Hasil Observasi ... 68
C. Pembahaan ... 70
B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA ... 76
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 2012, dunia pendidikan Indonesia dihebohkan dengan
beberapa kejadian terkait dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh siswa
sekolah berupa tawuran antar pelajar. Kejadian ini merupakan gambaran
bahwa karakter siswa di Indonesia kurang berkembang yang dihasilkan
oleh proses pembelajaran di sekolah yang disinyalir terlalu memfokuskan
pada aspek kognitif. Penekanan pada aspek kognitif dapat dilihat dari
pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Selama ini guru memprioritaskan siswa
untuk dapat mengerjakan soal-soal UN agar dapat lulus tanpa
memperhatikan karakter-karakter yang seharusnya dimiliki oleh siswa.
Guru jarang mengintegerasikan nilai-nilai moral di dalam proses
pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Zulkarnaen (2011), yang
menyebutkan bahwa sekolah sering dituduh sebagai penyebab tawuran
antar pelajar karena sekolah dirasa kurang mengintegrasikan pendidikan
agama dan moral. Tawuran atau perkelahian antar pelajar seharusnya
dapat dicegah dengan cara menanamkan akhlak dan budi pekerti yang baik
kepada anak sedari dini. Penanaman nilai-nilai moral ini tidak hanya berasal
dari lingkungan keluarga tetapi harus didukung pula pada kegiatan di
sekolah, dalam kegiatan akademis maupun non-akademis.
Meskipun aksi-aksi tersebut umumnya dilakukan oleh siswa SMA,
namun pembentukan karakter perlu ditanamkan sejak dini termasuk di
jenjang pendidikan dasar, yaitu SMP. Sejalan dengan pendapat Suyanto
(2009), “Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan
berkelanjutan, seorang anak akan cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter perlu
diterapkan sejak awal dan berkelanjutan termasuk di jenjang Sekolah
Menengah Pertama. Sementara itu untuk mendukung pendidikan karakter
di SMP, pada bulan Juli tahun 2011 Kementerian Pendidikan Nasional telah
melakukan penataran terhadap 650.000 guru serta kepala sekolah dijenjang
pendidikan tingkat SMP berkenaan dengan konsep pendidikan karakter.
Harapan kedepannya, mereka akan faham dan mengerti bagaimana cara
menerapkan pendidikan karakter siswa yang dididiknya. Dengan adanya hal
demikian, maka pendidikan karakter tidak hanya terdapat pada mata
pelajaran PKn atau agama melainkan terintegrasi dalam semua mata
pelajaran di sekolah termasuk pada pelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di SMP.
Pembelajaran matematika selama ini kebanyakan hanya menekankan
terhadap kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal. Apabila dilihat
dari buku pelajaran matematika pada umumnya materi yang diberikan
tidak memuat nilai karakter. Sedangkan menurut UU No 20 tahun 2003,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa pendidikan bukan semata
untuk mengembangkan kemampuan siswa namun juga untuk membentuk
dan mengembangkan karakter siswa. Menurut Sabandar (2011), dalam
seminar Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika,
matematika bisa menjadi sarana membangun karakter siswa karena dalam
pembelajaran matematika sebenarnya mengandung nilai-nilai pendidikan
karakter, yakni konsistensi, taat asas, disiplin, keseimbangan, kreatif, dan
3
matematika sebaiknya tidak hanya untuk mengukur kemampuan siswa
dalam memahami berbagai konsep matematika saja, namun juga untuk
mengembangkan karakter bangsa. Dari uraian tersebut jelas bahwa
pendidikan karakter cocok diterapkan melalui pembelajaran matematika.
Seperti diketahui keberhasilan siswa dapat dipengaruhi oleh faktor
eksernal dan internal. Perubahan faktor internal dipengaruhi oleh faktor
eksternal, salah satu faktor eksernal yang dapat dikembangkan adalah
bahan ajar. Sayangnya, buku, LKS, dan sumber belajar lainnya yang
merupakan bahan ajar yang digunakan di sekolah belum mampu
meningkatkan kemampuan siswa SMP, khususnya kemampuan pemahaman.
Hal ini dapat dilihat dari standar nilai rerata kelulusan Ujian Nasional (UN)
yang dilaksanakan hingga tahun 2010 kurang dari 6 (enam), sementara itu
hasil survey dari sebuah lembaga survey internasional yaitu TIMSS (Third
International Mathematics and Science Study) pada tahun 2007 untuk siswa
kelas VIII Indonesia menempati peringkat 36 dari 48 negara, dan hasil PISA
2006 untuk siswa kelas VIII menempatkan Indonesia pada peringkat 52 dari
57 negara (Kesumawati, 2010). Berdasarkan data di atas, maka kemampuan
matematika siswa di Indonesia, khususnya SMP perlu dibangun dari dasar
yaitu dari kemampuan pemahaman.
NCTM (National Council of Teachers of Mathematics) secara umum
merumuskan bahwa siswa harus mempelajari matematika melalui
pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya (Aljupri, 2004: 4). Dari pernyataan
NCTM tersebut, disimpulkan bahwa penting bagi siswa untuk menguasai
matematika melalui pemahaman yang kuat dan sikap belajar yang aktif.
Namun untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam belajar
matematika tidaklah cukup dengan kemampuan pemahaman saja. Siswa
harus mempunyai sikap disposisi matematis (mathematical disposition) yaitu
keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat pada diri
Disposisi matematis merupakan salah satu faktor penunjang
keberhasilan belajar matematika siswa. Siswa memerlukan disposisi
matematis untuk bertahan dalam menghadapi masalah, mengambil
tanggung jawab, dan mengembangkan kebiasaan kerja yang baik dalam
belajar matematika. Oleh karena itu, pengembangan disposisi matematis
sangat diperlukan untuk menghadapi situasi permasalahan dalam
kehidupan mereka (Mahmudi, 2010:7).
Guru cenderung mengurangi beban belajar siswa dengan maksud
membantu mereka, namun pada kenyataannya itu merupakan hal yang
salah. Siswa memerlukan disposisi yang akan menjadikan mereka
bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri, dengan kata lain siswa
dapat meningkatkan kemampuan pemahamannya melalui disposisi yang
baik. Sejalan dengan Permana (2010), terdapat kaitan antara kemampuan
pemahaman dengan disposisi matematis siswa. Dalam penelitiannya,
Permana juga menunjukkan bahwa siswa yang kemampuan pemahaman
matematisnya baik, disposisi matematisnya baik pula. Siswa yang
kemampuan pemahaman matematisnya sedang, disposisi matematisnya
sedang pula. Dan siswa yang kemampuan pemahaman matematisnya
kurang, disposisi matematisnya juga kurang. Dari uraian di atas, maka
diperlukan suatu bahan ajar yang dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman dan disposisi siswa tersebut.
Selama ini guru bidang studi matematika kebanyakan belum
menerapkan penanaman nilai karakter pada bahan ajar. Bahan ajar
matematika berkarakter adalah bahan ajar yang digunakan untuk
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas
yang memuat materi pembelajaran matematika yang harus dipelajari siswa
dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan baik
berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis yang memuat penilaian kognitif
serta penilaian sikap atau nilai-nilai karakter tersebut. Maka bahan ajar
5
meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif (dalam hal ini kemampuan
pemahaman dan disposisi matematis) sekaligus sebagai penerapan nilai-nilai
karakter.
Dari hasil kajian yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian terhadap bahan ajar matematika dengan judul
penelitian “Pengaruh Bahan Ajar Matematika Berkarakter pada Materi
Limas untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis dan
Disposisi Siswa SMP”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana model bahan ajar matematika berkarakter?
2. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang
pembelajarannya menggunakan bahan ajar matematika berkarakter
lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan bahan
ajar konvensional?
3. Apakah disposisi matematika siswa yang pembelajarannya
menggunakan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada
siswa yang pembelajarannya menggunakan bahan ajar konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Mengkaji model bahan ajar matematika berkarakter.
2. Mengkaji peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang
pembelajarannya menggunakan bahan ajar matematika berkarakter
lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan bahan
3. Mengkaji disposisi matematika siswa yang pembelajarannya
menggunakan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada
siswa yang pembelajarannya menggunakan bahan ajar konvensional.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat antara lain sebagai
berikut.
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui seberapa besar pengaruh bahan ajar
matematika berkarakter terhadap peningkatan kemampuan
pemahaman dan disposisi siswa, dan mengaplikasikan hasil penelitian
jika nanti setelah selesai studi terjun ke dunia pendidikan.
2. Bagi Guru
Guru dapat mengembangkan dan menerapkan bahan ajar matematika
berkarakter dalam kegiatan pembelajaran matematika. Hasil penilitian
ini juga dapat menjadi masukan bagi guru untuk meningkatkan
kemampuannya dalam membuat bahan ajar.
3. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk dapat
memahami materi sekaligus menerapkan karakter melalui pembelajaran
matematika.
E. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan salah tafsir atau pemahaman berbeda, maka
beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai
berikut:
1. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
7
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dengan
lingkungan, maupun kepada bangsa sehingga akan terwujud menjadi
manusia insan kamil. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the
deliberate use of all deminsions of school life to foster optimal character
development”.
2. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas yang memuat materi
pembelajaran yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan baik berupa bahan tertulis
maupun tidak tertulis.
3. Bahan Ajar Matematika Berkarakter
Bahan ajar matematika berkarakter adalah bahan ajar yang digunakan
untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
di kelas yang memuat materi pembelajaran matematika yang harus
dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan baik berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis yang
memuat kompetensi kognitif serta memuat sikap atau nilai-nilai
karakter.
4. Kemampuan Pemahaman
Kemampuan pemahaman adalah kemampuan memaknai materi dengan
pertanyaan mengapa, dari mana, atau bagaimana.Indikator yang harus
dimiliki siswa dalam menguasai kemampuan pemahaman matematis
adalah mengenal, mengingat, menerapkan, algoritma, menduga,
mengaitkan, menghitung, dan memberikan contoh.
5. Disposisi Matematis
Disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang
kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan
berbagai kegiatan matematika. Disposisi matematis siswa merupakan
percaya diri, keinginan untuk mengeksplorasi ide-ide, ketekunan dan
minat, dan kecenderungan untuk melakukan refleksi terhadap
17 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Dan Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengembangan bahan ajar
matematika berkarakter dan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan
pemahaman dan disposisi matematis siswa SMP. Penelitian dilaksanakan
menggunakan metode penelitian campuran kualitatif dan kuantitatif.
Variabel dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika berkarakter
sebagai variabel bebas dan kemampuan pemahaman siswa dan disposisi
matematika sebagai variabel terikat.
Pada penelitian ini digunakan dua kelompok yaitu kelompok
eksperimen yang diberi perlakuan dengan pembelajaran matematika
berkarakter dan kelompok kontrol yang diberi perlakuan dengan
pembelajaran matematika konvensional. Dengan demikian desain
eksperimen dari penelitian ini adalah sebagai berikut (Ruseffendi, 2005:35).
A O X O
A O O
A = pemilihan sampel secara acak kelas
O = tes awal (pretes) = tes akhir (postes)
X = pembelajaran matematika dengan menggunakan bahan ajar
matematika berkarakter
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 30
Bandung. Sampel penelitian ini diambil secara acak kelas atau random kelas
di mana semua anggota populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk
di SMPN 30 Bandung dilakukan dengan cara memilih 2 kelas secara acak
dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.
C. Instrumen Penelitian
Agar mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal
yang ingin dikaji pada penelitian ini, dibuat seperangkat instrumen meliputi
instrumen tes dan instrumen non-tes, seluruh instrumen tersebut digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data kualitatif dan data kuantitatif dalam
penelitian. Adapun instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Instrumen tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk soal-soal
uraian yang diberikan dalam pretes dan postes. Tes ini diberikan kepada
siswa secara individual, ditujukan untuk mengukur sejauh mana
kemampuan pemahaman siswa. Tes yang berupa tes tertulis ini
dilaksanakan sebelum dan setelah pembelajaran dilangsungkan pada
kedua kelompok. Pretes dilaksanakan sebelum kedua kelompok diberikan
pembelajaran untuk mengukur kemampuan awal siswa, sementara postes
dilangsungkan setelah kedua kelompok diberikan pembelajaran. Bentuk
tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian, karena
dengan tipe uraian maka proses berpikir, ketelitian, dan sistematika
penyusunan jawaban dapat dilihat melalui langkah-langkah penyelesaian
soal.
Tes yang diberikan pada setiap kelas eksperimen baik soal-soal untuk
pretes maupun postes ekuivalen atau relatif sama. Sebelum penyusunan
instrumen, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal yang di dalamnya
mencakup nomor soal, soal, dan indikator kemampuan pemahaman.
Alat pengumpul data yang baik dan dapat dipercaya adalah yang
memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu,
sebelum instrumen tes ini digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba
19
dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda instrumen tersebut.
Selain itu dalam karya ilmiah ini, pemberian skor menggunakan
kaidah holistic scale dari North Carolina of Department of Public
Instrument seperti dalam tabel berikut (Sobariah, 2011: 25).
Tabel 3.1
Kaidah Pemberian Skor Uraian
No Respon Siswa Terhadap Soal Skor
1. Tidak ada jawaban / tidak sesuai dengan pertanyaan/
4. Semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap/jelas dan benar
3
a. Validitas
Menurut Suherman (2003: 102), suatu alat evaluasi disebut valid
(absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang
seharusnya dievaluasi. Hal ini mengindikasikan bahwa instrumen
dikatakan memiliki taraf validitas yang baik jika betul-betul mengukur
apa yang hendak diukur. Cara menentukan tingkat (indeks) validitas
kriterium ini adalah dengan menghitung koefisien korelasi antara alat
evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang
telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi
(Suherman, 2003: 111).
Untuk menguji validitas tes uraian, menurut Suherman (2003: 121)
digunakan rumus Korelasi Produk-Momen memakai angka kasar (raw
∑
∑
∑
√
∑
∑
∑
∑
Koefisien Korelasi variabel X dan Y
Skor setiap butir soal masing-masing siswa
Skor total masing-masing siswa
Jumlah responden uji coba
Menurut Suherman (2003: 113), untuk menentukan valid atau
tidaknya suatu instrumen digunakan nilai yang dapat diartikan
sebagai koefisien validitas. Adapun kriteria yang digunakan adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.2
Kategori Validitas Butir Soal
Koefisien Validitas (r ) xy Kategori
0,90 rxy 1,00 Sangat Tinggi (Sangat Baik) 0,70 rxy 0,90 Tinggi (Baik)
0, 40 rxy 0,70 Sedang (Cukup) 0, 20 rxy 0, 40 Rendah (Kurang) 0,00 rxy 0, 20 Sangat Rendah
0,00 xy
r Tidak Valid
Pada perhitungan validitas, digunakan perhitungan secara deskriptif
dibantu dengan program Anates untuk menentukan signifikasinya.
Uji coba dilakukan terhadap kelas IX-B di SMP Negeri 30 Bandung.
Data hasil uji coba diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.
Berdasarkan analisis hasil uji coba, dengan mengacu pada klasifikasi
Guilford di atas, diperoleh validitas butir soal sebagai berikut.
Tabel 3.3
21
No Butir Soal Korelasi Kategori
1 0,346 Rendah
Taraf signifikansi diperoleh dengan membandingkan thitung dengan
tabel
menggunakan Microsoft Excel 2007 diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 3.4
Taraf Signifikansi Butir Soal Hasil Uji Instrumen
b. Reliabilitas
Reliabilitas dari suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan
sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (Suherman,
2003: 131). Hasil pengukuran yang diperoleh harus relatif sama (tetap)
apabila pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun
dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat hitung
t ttabel Signifikansi
yang berbeda pula. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat
ukur yang reliabel.
Dalam pengujian tingkat reliabilitas soal uraian digunakan rumus
Alpha ( ). Hal ini terjadi karena skor setiap soal pada uraian bukan
1 atau 0, melainkan skor rentang antara beberapa nilai.menurut
Suherman (2003: 154), dalam mencari koefisien reliabilitas soal uraian
digunakan rumus sebagai berikut.
∑
Dengan, banyak butir soal (item)
∑ jumlah varians skor setiap item
varians skor total
Sedangkan untuk menghitung varians (Suherman, 2003:154)
digunakan rumus
∑
∑
Dengan,
∑
jumlah kuadrat skor tiap item
∑
jumlah skor tiap item dikuadratkanjumlah responden
J.P. Guilford dalam Suherman (2003: 139) menyatakan bahwa tolak
ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.5
Kategori Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas (r ) 11 Kategori
11
0,90 r 1,00 Sangat Tinggi
11
23
Dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 diperoleh koefisien
reliabilitas soal hasil uji instrumen yaitu 0,726. Dapat disimpulkan
bahwa instrumen yang digunakan memiliki reliabilitas tinggi.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah soal menyatakan seberapa jauh soal
tersebut mampu membedakan antara testi (peserta tes) yang dapat
menjawab soal dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab
soal tersebut dengan benar (Suherman, 2003: 159).
Dalam menghitung daya pembeda terlebih dahulu siswa
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas dan
kelompok bawah. Kelompok atas adalah kelompok siswa yang mendapat
skor tinggi dalam menempuh evaluasi tersebut, sedangkan siswa yang
termasuk kelompok rendah adalah kelompok siswa yang mendapat skor
rendah (kecil). Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai
berikut
̅̅̅ ̅̅̅̅
Dengan,
̅̅̅
Skor rata-rata kelompok atas̅̅̅
Skor rata-rata kelompok bawah= Skor Maksimum Ideal
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan
adalah sebagai berikut.
Tabel 3.6
Kategori Daya Pembeda
0,70 DP1,00 Sangat Tinggi
Dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 diperoleh
klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda adalah sebagai berikut.
Tabel 3.7
Daya Pembeda Hasil Uji Instrumen
No Soal Daya Pembeda Kategori
1 0,185 Jelek
Terdapat dua kelemahan dalam seperangkat soal, yaitu soal terlalu
sukar dan soal terlalu mudah. Menurut Suherman (2003: 168), jika soal
terlalu sukar, maka frekuensi distribusi paling banyak terletak pada
skor rendah karena sebagian besar testi mendapatkan nilai yang jelek.
Oleh karena itu, perlu diketahui seberapa besar derajat kesukaran
dari seperangkat soal evaluasi. Derajat kesukaran soal yang dinyatakan
dengan bilangan disebut Indeks Kesukaran (Difficulty Index)
(Suherman, 2003: 169). Untuk mencari derajat nilai indeks kesukaran
digunakan rumus sebagai berikut.
̅̅̅ ̅̅̅̅
Dengan, IK = indeks kesukaran
25
̅̅̅
rata-rata skor siswa kelompok bawah SMI = skor maksimal idealKlasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan
(Suherman, dkk., 2003: 170) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8
Kategori Indeks Kesukaran
Adapaun hasil pengolahan indeks kesukaran dengan menggunakan
Microsoft Excel 2007 adalah sebagai berikut.
Tabel 3.9
Indeks Kesukaran Hasil Uji Instrumen
No Soal Indeks Kesukaran Kategori
1 0,759 Mudah
tersebut dapat digunakan untuk membedakan siswa yang pandai dengan
siswa yang kurang pandai.
Rekapitulasi analisis hasil uji instrumen disajikan secara lengkap
dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.10
Indeks Kesukaran (IK) Kategori 1, 00
IK Soal Terlalu Mudah
0, 70IK1, 00 Soal Mudah 0,30IK0, 70 Soal Sedang 0, 00IK0,30 Soal Sukar
0, 00
Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Instrumen
direvisi. Revisi yang dilakukan berdasarkan justifikasi dari dosen
pembimbing. Sedangkan soal nomor 5 dihapus atau dihilangkan karena
indikator pada nomor 5 adalah menerapkan konsep secara algoritma
sudah terdapat pada soal nomor 4.
2. Instrumen Non-tes
a. Angket
Angket adalah sekumpulan penyataan atau pertanyaan yang harus
dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab
pertanyaan melalui jawaban yang disediakan atau melengkapi kalimat
dengan cara mengisi dengan jawaban yang sesuai dengan pendapat
responden. Angket bertujuan untuk mengukur disposisi matematis
siswa. Pengisian angket dilakukan setelah berakhirnya pembelajaran
bersamaan dengan postes. Angket yang digunakan menggunakan skala
sikap model Likert (Suherman, 2003: 189), dengan empat pilihan yaitu,
sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju
(STS). Tujuan dari penggunaan empat pilihan ini agar tidak terjadi
jawaban netral.
27
Lembar observasi ini berfungsi untuk mengetahui informasi dan
gambaran tentang bahan ajar yang dikembangkan. Observasi dilakukan
rekan mahasiswa dan guru. Hasil dari observasi ini menjadi bahan
evaluasi dan bahan masukan bagi peneliti agar pertemuan-pertemuan
berikutnya menjadi lebih baik.
D. Pengembangan Bahan Ajar Berkarakter
Pembelajaran merupakan bagian utama dari kegiatan penelitian. Oleh
karena itu, pembelajaran yang dilakukan harus sesuai dengan apa yang
diharapkan dari penelitian ini. Pembelajaran ini menggunakan bahan ajar
berkarakter yang dirancang sehingga dapat memenuhi keperluan penelitian.
Dalam kegiatan pembelajaran ini, terlebih dahulu disusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berkarakter
RPP dibuat untuk setiap pertemuan dan merupakan persiapan guru
untuk mengajar. Pada kelas eksperimen setiap pembelajaran selalu
diawali dengan apersepsi atau mengingat kembali materi sebelumnya
yang mendukung siswa mempelajari konsep yang diberikan serta
pengintegrasian nilai-nilai karakter. Selain itu, guru memberikan
soal-soal latihan dan tugas sebagai bentuk pentingnya pengulangan diberikan
pada siswa saat pembelajaran. Sedangkan pada kelas kontrol digunakan
RPP konvensional.
b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berkarakter
Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan sebagai panduan
pembelajaran bagi siswa. Dalam LKS dimuat pertanyaan-pertanyaan
yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan
disposisi siswa.
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa
cara yaitu dengan memberikan soal ujian berupa pretes dan postes,
pengisian angket, dan lembar observasi. Data yang telah diperoleh
selanjutnya dikategorikan ke dalam jenis data kuantitatif dan kualitatif.
Data kualitatif meliputi hasil pengisian angket dan lembar observasi. Data
kuantitatif diperoleh dari hasil ujian siswa yang berupa pretes dan postes.
Data-data yang diperoleh dari hasil ujian siswa, angket, dan lembar
observasi diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Pengolahan Data Kuantitatif
Data yang diperoleh dari hasil ujian siswa berupa pretes dan postes
tergolong data kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut.
Berikut penjelasan dari diagram pengujian statistik tersebut.
1. Analisis Data Skor Pretes, Postes, dan Indeks Gain
Analisis data skor pretes bertujuan untuk mengetahui apakah
kemampuan awal pemahaman matematis antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol sama atau tidak. Data yang dianalisis adalah data skor
pretes dari kelas eksperimen dan data skor pretes dari kelas kontrol.
Setelah dilakukan analisis data pretes, akan diperoleh dua
kesimpulan. Kesimpulan pertama, kemampuan awal pemahaman
matematis kedua kelas sama. Kedua, kemampuan awal pemahaman Diagram 3.1 Alur Pengujian Statistik Data Kuantitatif
29
matematis kedua kelas berbeda. Jika kemampuan awal pemahaman
matematis kedua kelas sama maka dilakukan analisis data postes untuk
mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis.
Jika kemampuan awal pemahaman matematis kedua kelas berbeda
maka dilakukan analisis data indeks gain untuk mengetahui peningkatan
kemampuan pemahaman matematis.
Indeks gain dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Hake (Dahlia, 2008: 43) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa
kriteria indeks gain yang dinyatakan dalam tabel berikut.
Tabel 3.11
Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain Kriteria
Tinggi
Sedang
Rendah
Adapun analisis data pretes, postes, dan indeks gain dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Analisis Data Secara Deskriptif
Analisis data secara deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai
maksimun, nilai minimum, mean, standar deviasi, dan variansi dari
data hasil penelitian
2) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji
normalitas ini digunakan uji Shapiro-Wilk pada taraf signifikasi 5%.
Apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka
dilakukan uji homogenitas varians. Namun apabila data berasal dari
uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji Non-Parametric
Mann-Whitney.
3) Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah
variansi populasi data yang diuji memiliki variansi yang homogen
atau tidak. Dalam uji homogenitas varians ini digunakan uji Levene
pada taraf signifikasi 5%.
4) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan
awal pemahaman matematis kedua kelas sama atau tidak. Untuk data
yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen
maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t. Sedangkan
untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal
tetapi tidak homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan
menggunakan uji t’.Untuk data yang berasal dari populasi yang tidak
berdistribusi normal maka dilakukan pengujian menggunakan uji
non-parametric Mann-Whitney.
b. Pengolahan Data Disposisi
1. Pengolahan Data Angket
Untuk mengolah data angket ini dilakukan dengan menggunakan
skala Likert (Suherman, 2003: 191). Setiap jawaban diberikan bobot
tertentu sesuai dengan jawabannya. Adapun bobot yang diberikan
disajikan ke dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.12
Bobot Skor Pernyataan Angket
No Jawaban Siswa Skor Untuk Tiap Pernyataan Positif Negatif
1 Sangat Setuju (SS) 5 1
2 Setuju (S) 4 2
3 Tidak Setuju (TS) 2 4
31
(STS)
Seberapa besar perolehan persentasenya dalam angket diketahui
dengan perhitungan sebagai berikut.
Dengan, P = presentase jawaban
f = frekuensi jawaban
n = banyaknya siswa (responden)
Penafsiran atau interpretasi menggunakan kategori persentase
seperti yang dikemukakan Maulana (Sofia, 2005: 43) adalah sebagai
berikut.
0% = tidak seorang pun
1% - 24% = sebagian kecil
25% - 49% = hampir setengahnya
50% = setengahnya
51% - 74% = sebagian besar
75% - 99% = hampir seluruhnya
100% = seluruhnya
2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui disposisi matematis
kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Data yang berasal dari
angket berupa data ordinal sehingga tidak perlu di uji normalitas
terlebih dahulu. Uji yang dilakukan adalah uji non-parametric Mann
Whitney.
Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan
hasil pengamatan selama pembelajaran matematika dengan
menggunakan bahan ajar matematika berkarakter.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan terdiri dari empat tahap, antara lain
sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap persiapan yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi masalah yang akan diteliti
2) Melakukan observasi ke lokasi penelitian
3) Memilih materi yang akan digunakan dalam penelitian
4) Menyusun rancangan penelitian yang kemudian akan diseminarkan
5) Penyusunan kompenen-kompenen pembelajaran
6) Mendesain instrumen penelitian
7) Menguji coba instrumen penelitian dan menganalisis learning
obstacle siswa
8) Merevisi instrumen penelitian (jika diperlukan)
9) Perizinan
10)Pemilihan kelas eksperimen dan kontrol secara acak
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) Mengadakan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol
untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.
2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan yang berbeda pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
dengan jumlah jam pelajaran, pengajar, dan pokok bahasan yang
33
menggunakan bahan ajar matematika berkarakter, sedangkan pada
kelas kontrol pembelajaran yang dilakukan menggunakan bahan
ajar konvensional.
3) Mengadakan postes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol
sebagai evaluasi hasil pembelajaran serta pengisian angket.
c. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) Mengumpulkan hasil data kualitatif dan kuantitatif
2) Membandingkan hasil tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
3) Melakukan analisis data kuantitatif terhadap pretes dan postes
4) Melakukan analisis data kualitatif terhadap angket tanggapan siswa,
dan lembar observasi.
d. Tahap Pembuatan Kesimpulan
Tahap pembuatan kesimpulan yang dilaksanakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1) Membuat kesimpulan dari data kuantitatif yang diperoleh, yaitu
mengenai hasil pengaruh bahan ajar matematika berkarakter.
2) Membuat kesimpulan dari data kualitatif yang diperoleh, yaitu
mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran menggunakan bahan
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Bahan ajar matematika berkarakter adalah bahan ajar yang dikembangkan melalui learning obstacle siswa yang didalamnya terdapat permasalahan-permasalahan yang dapat memacu siswa dalam berpikir logis, berpikir analisis, berpikir kritis, kreatif, sistematis, teliti, kerja keras, rasa ingin tahu, mandiri, tanggung jawab, dan kerja sama. Selain permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan materi ajar, dalam bahan ajar matematika berkarakter, khususnya dalam LKS dimunculkan secara eksplisit contohnya memunculkan informasi mengenai konsep matematika yang terdapat pada kehidupan sehari-hari yang terkait dengan pembelajaran agar memunculkan rasa ingin tahu siswa, selain itu permasalahan yang diberikan memuat nilai-nilai karakter yang dapat dibuat dalam bentuk narasi soal cerita, dan mencantumkan kalimat-kalimat motivasi.
2. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan bahan ajar konvensional. 3. Disposisi matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan
75
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyampaikan beberapa saran antara lain sebagai berikut.
1. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar matematika berkarakter merupakan kegiatan pembelajaran yang cocok diterapkan pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Melalui bahan ajar matematika berkarakter, siswa tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan kognitif tetapi juga mengembangkan nilai-nilai karakter pada diri siswa. Dari hasil pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian, dengan menggunakan bahan ajar matematika berkarakter, nilai-nilai karakter yang sebelumnya tidak terlihat sedikit demi sedikit muncul dan berkembang pada siswa. Untuk itu guru perlu menggunakan bahan ajar matematika berkarakter dalam setiap pembelajaran di kelas.
Jesi Mustikaati Munggaran, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Aljupri. (2004). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Berbasis Penalaran .Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Azhar, L.M. (1993). Proses Belajar Mengajar Pola C.B.S.A. Jakarta: Usaha Nasional
Bandano. (2009). Pengembangan Bahan Ajar. [Online]. Tersedia: bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php. [1 Mei 2012]
Dahlia, D. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Trefinger dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Depdiknas. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Bangsa, Puskurbuk. Jakarta: Depdiknas.
Harun, M. (2012). Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Matematika di SD dengan Implementasi KTSP secara Sungguh-Sungguh. Prosiding Temu Ilmiah dan Seminar Ilmiah. Grand Design Program Pendidikan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. FIP UPI.
Herdian. (2010). Kemampuan Pemahaman Matematika. [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/ [15 April 2012]
Herman, T. (2006). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Disertasi Doktor pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.
77
Jesi Mustikaati Munggaran, 2013
Ilmiah. Grand Design Program Pendidikan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. FIP UPI.
Kesumawati, N. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Disertasi. Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Kilpatrick, J.,Swafford, J.,& Findell, B. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press.
Mahmudi, A. (2010). Pengaruh Pembelajaran dengan Strategi MHM Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis, serta Persepsi terhadap Kreatifitas. Disertasi. Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Muliya, D. (2012). Lembar Kerja Siswa. [Online]. Tersedia :http://degk-dmbio.blogspot.com/2012/04/lembar-kerja-siswa.html. [1Mei 2012]
Mulyana, E. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Pemahaman dan Disposisi Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas Program Ilmu Pengetahuan Alam. Disertasi. Program Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA : NCTM
Permana, Y. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi, dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Model-Electing Activities. Disertasi. Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: Tarsito.
Jesi Mustikaati Munggaran, 2013
Sobariah, T. (2011). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa dalam Pembelajaran dengan Teknik Probing-Prompting. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Sofia, E. (2005). Studi tentang Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Tipe Permainan untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sudrajat, A. (2008). Konsep Pengembangan Bahan Ajar. [Online]. Tersedia:
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembangan-bahan-ajar-2/. [1 Mei 2012]
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
__________. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sumarmo, U. (2005). Pengembangan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU Serta Mahasiswa Strata Satu Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan Hibah Penelitian Tim Pascasarjana-HTPT Tahun Ketiga.
__________. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://scribd-76323753-Berfikir-Dan-Disposisi-Matematik-Utar.pdf. [19 Desember 2012]
Suryantoro, D. (2011). Langkah-Langkah Mengembangkan Bahan Ajar.
[Online]. Tersedia:
http://suryantara.wordpress.com/2011/10/12/langkah-langkah-mengembangkan-bahan-ajar/. [1 Mei 2012]
Suyanto. (2009). Urgensi Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia: //http.www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/aweb/pages/urgensi.html. [10 Desember 2012]
Tim Pengembang Pendidikan Berkarakter Dinas Pendidikan Provinsi Banten. (2012). Pedoman Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Berkarakter. Banten: Tidak Diterbitkan.
79
Jesi Mustikaati Munggaran, 2013
International Context. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/pubsearch/ pubsinfo.asp?pubid =2009001 [15 April 2012].
Yuliani, Y. (2007). Pembelajaran dengan Model Advance Organizer untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.