• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BAHAN AJAR MATEMATIKA BERKARAKTER PADA MATERI LIMAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN DISPOSISI SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BAHAN AJAR MATEMATIKA BERKARAKTER PADA MATERI LIMAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN DISPOSISI SISWA SMP."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BAHAN AJAR MATEMATIKA BERKARAKTER PADA

MATERI LIMAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMAHAMAN MATEMATIS

DAN DISPOSISI SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika

Oleh:

Jesi Mustikaati Munggaran

NIM 0902003

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Berkarakter Pada Materi Limas

Untuk Meningkatkan Keemampuan

Pemahaman Matematis dan

Disposisi Siswa SMP

Oleh

Jesi Mustikaati Munggaran

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Jesi Mustikaati Munggaran 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH BAHAN AJAR MATEMATIKA BERKARAKTER PADA

MATERI LIMAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMAHAMAN MATEMATIS DAN DISPOSISI SISWA SMP

Oleh

Jesi Mustikaati Munggaran

NIM 0902003

Disetujui dan disahkan oleh: Dosen Pembimbing I

Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M.Kes.

NIP 196811051991011001

Dosen Pembimbing II

Drs. Endang Dedy, M.Si.

NIP 195805151984031001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi, M.Ed.,M.Sc.,Ph.D

(4)

Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Dan Disposisi Siswa SMP

Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh bahan ajar matematika berkarakter pada materi limas untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan disposisi siswa SMP.

Penelitian dilaksanakan menggunakan metode penelitian campuran kualitatif dan kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan kelompok kontrol pretes-postes. Subjek penelitian adalah kelas VIII-H sebagai kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar matematika berkarakter dan kelas VIII-I sebagai kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran menggunakan bahan ajar konvensional. Untuk mencapai tujuan penelitian yang diinginkan, digunakan data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian berupa tes kemampuan pemahaman matematis, angket siswa, dan lembar observasi. Berdasarkan pengolahan data diperoleh kesimpulan: (1) Bahan ajar matematika berkarakter adalah bahan ajar yang dikembangkan melalui learning obstacle siswa yang didalamnya terdapat permasalahan-permasalahan yang dapat memacu siswa dalam berpikir logis, berpikir analisis, berpikir kritis, kreatif, sistematis, teliti, kerja keras, rasa ingin tahu, mandiri, tanggung jawab, dan kerja sama. Selain itu, dalam LKS dimunculkan secara eksplisit nilai-nilai karakter melalui soal-soal yang berbentuk narasi. (2) Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan bahan ajar konvensional. (3) Disposisi matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada kemampuan disposisi matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan bahan ajar konvensional.

(5)

ABSTRACT

This research studied about the effect of mathematics instructional material characterized on the pyramid to improve mathematical understanding ability and disposition junior high scool student. The method used in this research was mix of qualitative and quantitative method. This research using pretest-posttest control group design. The subjects of this study were class VIII-H as experiment class that gets learning process using mathematics instructional material characterized and VIII-I as control class that gets learning process using conventional mathematics instructional material. To achieve the research purpose, used data obtained using research instrumental test the ability of mathematical understanding , student quistionaries, and observation sheet. Based on procecessed data the conclutions are: (1) Mathematics instructional material characterized is instructional material that developed through learning obstaclethat includes problems that can spur student in logical thinking, analytical thinking, critical thinking, creative, systematic, meticulous, hard work, curiousity, independence, rensponsibility, and cooperative. Beside that, in student work sheet explicitly raised character values through the narative questions. (2) The improvement of student’s mathematical understanding ability who get learning process with mathematics instructional material characterized better than students who get learning process with conventional mathematics instructional material. (3) Student’s mathematic diposition who get learning process with mathematics instructional material characterized better than students who get learning process with conventional mathematics instructional material .

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... .... 5

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemahaman Matematis ... 8

B. Disposisi Matematis ... 10

C. Pendidikan Karakter ... 11

D. Bahan Ajar Matematika Berkarakter ... 13

E. Hipotesis Penelitian ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 17

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

C. Instrumen Penelitian ... 18

(7)

2. Instrumen Non-Tes ... 25

D. Pengembangan Bahan Ajar Berkarakter... 26

E. Teknik Analisis Data ... 26

a. Pengolahan Data Kuantitatif ... 27

b. Pengolahan Data Disposisi ... 29

1. Pengolahan Data Angket ... 29

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 30

3. Pengolahan Lembar Observasi ... 30

F. Prosedur Penelitian ... 30

a. Tahap Persiapan Penelitian ... 30

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 31

c. Tahap Analisis Data ... 31

d. Tahap Pembuatan Kesimpulan ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tahap 1 ... 33

1. Learning Obstacle (LO) pada Materi Limas ... 33

2. Analisis Kemampuan dan Kesulitan Siswa pada Materi Limas.. ... 34

3. Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berkarakter Berdasarkan Learning Obstacle ... 47

B. Hasil Penelitian Tahap 2 ... 53

1. Analisis Data Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 54

2. Analisis Data Postes Kemampuan Pemahaman Matematis ... 56

3. Analisis Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis ... 59

4. Analisis Data Disposisi Matematis ... 63

5. Analisis Data Hasil Observasi ... 68

C. Pembahaan ... 70

(8)

B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA ... 76

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 2012, dunia pendidikan Indonesia dihebohkan dengan

beberapa kejadian terkait dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh siswa

sekolah berupa tawuran antar pelajar. Kejadian ini merupakan gambaran

bahwa karakter siswa di Indonesia kurang berkembang yang dihasilkan

oleh proses pembelajaran di sekolah yang disinyalir terlalu memfokuskan

pada aspek kognitif. Penekanan pada aspek kognitif dapat dilihat dari

pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Selama ini guru memprioritaskan siswa

untuk dapat mengerjakan soal-soal UN agar dapat lulus tanpa

memperhatikan karakter-karakter yang seharusnya dimiliki oleh siswa.

Guru jarang mengintegerasikan nilai-nilai moral di dalam proses

pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Zulkarnaen (2011), yang

menyebutkan bahwa sekolah sering dituduh sebagai penyebab tawuran

antar pelajar karena sekolah dirasa kurang mengintegrasikan pendidikan

agama dan moral. Tawuran atau perkelahian antar pelajar seharusnya

dapat dicegah dengan cara menanamkan akhlak dan budi pekerti yang baik

kepada anak sedari dini. Penanaman nilai-nilai moral ini tidak hanya berasal

dari lingkungan keluarga tetapi harus didukung pula pada kegiatan di

sekolah, dalam kegiatan akademis maupun non-akademis.

Meskipun aksi-aksi tersebut umumnya dilakukan oleh siswa SMA,

namun pembentukan karakter perlu ditanamkan sejak dini termasuk di

jenjang pendidikan dasar, yaitu SMP. Sejalan dengan pendapat Suyanto

(2009), “Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan

berkelanjutan, seorang anak akan cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini

(10)

pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter perlu

diterapkan sejak awal dan berkelanjutan termasuk di jenjang Sekolah

Menengah Pertama. Sementara itu untuk mendukung pendidikan karakter

di SMP, pada bulan Juli tahun 2011 Kementerian Pendidikan Nasional telah

melakukan penataran terhadap 650.000 guru serta kepala sekolah dijenjang

pendidikan tingkat SMP berkenaan dengan konsep pendidikan karakter.

Harapan kedepannya, mereka akan faham dan mengerti bagaimana cara

menerapkan pendidikan karakter siswa yang dididiknya. Dengan adanya hal

demikian, maka pendidikan karakter tidak hanya terdapat pada mata

pelajaran PKn atau agama melainkan terintegrasi dalam semua mata

pelajaran di sekolah termasuk pada pelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di SMP.

Pembelajaran matematika selama ini kebanyakan hanya menekankan

terhadap kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal. Apabila dilihat

dari buku pelajaran matematika pada umumnya materi yang diberikan

tidak memuat nilai karakter. Sedangkan menurut UU No 20 tahun 2003,

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa pendidikan bukan semata

untuk mengembangkan kemampuan siswa namun juga untuk membentuk

dan mengembangkan karakter siswa. Menurut Sabandar (2011), dalam

seminar Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika,

matematika bisa menjadi sarana membangun karakter siswa karena dalam

pembelajaran matematika sebenarnya mengandung nilai-nilai pendidikan

karakter, yakni konsistensi, taat asas, disiplin, keseimbangan, kreatif, dan

(11)

3

matematika sebaiknya tidak hanya untuk mengukur kemampuan siswa

dalam memahami berbagai konsep matematika saja, namun juga untuk

mengembangkan karakter bangsa. Dari uraian tersebut jelas bahwa

pendidikan karakter cocok diterapkan melalui pembelajaran matematika.

Seperti diketahui keberhasilan siswa dapat dipengaruhi oleh faktor

eksernal dan internal. Perubahan faktor internal dipengaruhi oleh faktor

eksternal, salah satu faktor eksernal yang dapat dikembangkan adalah

bahan ajar. Sayangnya, buku, LKS, dan sumber belajar lainnya yang

merupakan bahan ajar yang digunakan di sekolah belum mampu

meningkatkan kemampuan siswa SMP, khususnya kemampuan pemahaman.

Hal ini dapat dilihat dari standar nilai rerata kelulusan Ujian Nasional (UN)

yang dilaksanakan hingga tahun 2010 kurang dari 6 (enam), sementara itu

hasil survey dari sebuah lembaga survey internasional yaitu TIMSS (Third

International Mathematics and Science Study) pada tahun 2007 untuk siswa

kelas VIII Indonesia menempati peringkat 36 dari 48 negara, dan hasil PISA

2006 untuk siswa kelas VIII menempatkan Indonesia pada peringkat 52 dari

57 negara (Kesumawati, 2010). Berdasarkan data di atas, maka kemampuan

matematika siswa di Indonesia, khususnya SMP perlu dibangun dari dasar

yaitu dari kemampuan pemahaman.

NCTM (National Council of Teachers of Mathematics) secara umum

merumuskan bahwa siswa harus mempelajari matematika melalui

pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan

pengetahuan yang dimiliki sebelumnya (Aljupri, 2004: 4). Dari pernyataan

NCTM tersebut, disimpulkan bahwa penting bagi siswa untuk menguasai

matematika melalui pemahaman yang kuat dan sikap belajar yang aktif.

Namun untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam belajar

matematika tidaklah cukup dengan kemampuan pemahaman saja. Siswa

harus mempunyai sikap disposisi matematis (mathematical disposition) yaitu

keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat pada diri

(12)

Disposisi matematis merupakan salah satu faktor penunjang

keberhasilan belajar matematika siswa. Siswa memerlukan disposisi

matematis untuk bertahan dalam menghadapi masalah, mengambil

tanggung jawab, dan mengembangkan kebiasaan kerja yang baik dalam

belajar matematika. Oleh karena itu, pengembangan disposisi matematis

sangat diperlukan untuk menghadapi situasi permasalahan dalam

kehidupan mereka (Mahmudi, 2010:7).

Guru cenderung mengurangi beban belajar siswa dengan maksud

membantu mereka, namun pada kenyataannya itu merupakan hal yang

salah. Siswa memerlukan disposisi yang akan menjadikan mereka

bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri, dengan kata lain siswa

dapat meningkatkan kemampuan pemahamannya melalui disposisi yang

baik. Sejalan dengan Permana (2010), terdapat kaitan antara kemampuan

pemahaman dengan disposisi matematis siswa. Dalam penelitiannya,

Permana juga menunjukkan bahwa siswa yang kemampuan pemahaman

matematisnya baik, disposisi matematisnya baik pula. Siswa yang

kemampuan pemahaman matematisnya sedang, disposisi matematisnya

sedang pula. Dan siswa yang kemampuan pemahaman matematisnya

kurang, disposisi matematisnya juga kurang. Dari uraian di atas, maka

diperlukan suatu bahan ajar yang dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman dan disposisi siswa tersebut.

Selama ini guru bidang studi matematika kebanyakan belum

menerapkan penanaman nilai karakter pada bahan ajar. Bahan ajar

matematika berkarakter adalah bahan ajar yang digunakan untuk

membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas

yang memuat materi pembelajaran matematika yang harus dipelajari siswa

dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan baik

berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis yang memuat penilaian kognitif

serta penilaian sikap atau nilai-nilai karakter tersebut. Maka bahan ajar

(13)

5

meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif (dalam hal ini kemampuan

pemahaman dan disposisi matematis) sekaligus sebagai penerapan nilai-nilai

karakter.

Dari hasil kajian yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian terhadap bahan ajar matematika dengan judul

penelitian “Pengaruh Bahan Ajar Matematika Berkarakter pada Materi

Limas untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis dan

Disposisi Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana model bahan ajar matematika berkarakter?

2. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang

pembelajarannya menggunakan bahan ajar matematika berkarakter

lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan bahan

ajar konvensional?

3. Apakah disposisi matematika siswa yang pembelajarannya

menggunakan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada

siswa yang pembelajarannya menggunakan bahan ajar konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Mengkaji model bahan ajar matematika berkarakter.

2. Mengkaji peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang

pembelajarannya menggunakan bahan ajar matematika berkarakter

lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan bahan

(14)

3. Mengkaji disposisi matematika siswa yang pembelajarannya

menggunakan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada

siswa yang pembelajarannya menggunakan bahan ajar konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat antara lain sebagai

berikut.

1. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui seberapa besar pengaruh bahan ajar

matematika berkarakter terhadap peningkatan kemampuan

pemahaman dan disposisi siswa, dan mengaplikasikan hasil penelitian

jika nanti setelah selesai studi terjun ke dunia pendidikan.

2. Bagi Guru

Guru dapat mengembangkan dan menerapkan bahan ajar matematika

berkarakter dalam kegiatan pembelajaran matematika. Hasil penilitian

ini juga dapat menjadi masukan bagi guru untuk meningkatkan

kemampuannya dalam membuat bahan ajar.

3. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk dapat

memahami materi sekaligus menerapkan karakter melalui pembelajaran

matematika.

E. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan salah tafsir atau pemahaman berbeda, maka

beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai

berikut:

1. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran

(15)

7

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dengan

lingkungan, maupun kepada bangsa sehingga akan terwujud menjadi

manusia insan kamil. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the

deliberate use of all deminsions of school life to foster optimal character

development”.

2. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas yang memuat materi

pembelajaran yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai

standar kompetensi yang telah ditentukan baik berupa bahan tertulis

maupun tidak tertulis.

3. Bahan Ajar Matematika Berkarakter

Bahan ajar matematika berkarakter adalah bahan ajar yang digunakan

untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

di kelas yang memuat materi pembelajaran matematika yang harus

dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah

ditentukan baik berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis yang

memuat kompetensi kognitif serta memuat sikap atau nilai-nilai

karakter.

4. Kemampuan Pemahaman

Kemampuan pemahaman adalah kemampuan memaknai materi dengan

pertanyaan mengapa, dari mana, atau bagaimana.Indikator yang harus

dimiliki siswa dalam menguasai kemampuan pemahaman matematis

adalah mengenal, mengingat, menerapkan, algoritma, menduga,

mengaitkan, menghitung, dan memberikan contoh.

5. Disposisi Matematis

Disposisi matematis adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang

kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan

berbagai kegiatan matematika. Disposisi matematis siswa merupakan

(16)

percaya diri, keinginan untuk mengeksplorasi ide-ide, ketekunan dan

minat, dan kecenderungan untuk melakukan refleksi terhadap

(17)

17 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengembangan bahan ajar

matematika berkarakter dan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan

pemahaman dan disposisi matematis siswa SMP. Penelitian dilaksanakan

menggunakan metode penelitian campuran kualitatif dan kuantitatif.

Variabel dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika berkarakter

sebagai variabel bebas dan kemampuan pemahaman siswa dan disposisi

matematika sebagai variabel terikat.

Pada penelitian ini digunakan dua kelompok yaitu kelompok

eksperimen yang diberi perlakuan dengan pembelajaran matematika

berkarakter dan kelompok kontrol yang diberi perlakuan dengan

pembelajaran matematika konvensional. Dengan demikian desain

eksperimen dari penelitian ini adalah sebagai berikut (Ruseffendi, 2005:35).

A O X O

A O O

A = pemilihan sampel secara acak kelas

O = tes awal (pretes) = tes akhir (postes)

X = pembelajaran matematika dengan menggunakan bahan ajar

matematika berkarakter

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 30

Bandung. Sampel penelitian ini diambil secara acak kelas atau random kelas

di mana semua anggota populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk

(18)

di SMPN 30 Bandung dilakukan dengan cara memilih 2 kelas secara acak

dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Instrumen Penelitian

Agar mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal

yang ingin dikaji pada penelitian ini, dibuat seperangkat instrumen meliputi

instrumen tes dan instrumen non-tes, seluruh instrumen tersebut digunakan

peneliti untuk mengumpulkan data kualitatif dan data kuantitatif dalam

penelitian. Adapun instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Instrumen tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk soal-soal

uraian yang diberikan dalam pretes dan postes. Tes ini diberikan kepada

siswa secara individual, ditujukan untuk mengukur sejauh mana

kemampuan pemahaman siswa. Tes yang berupa tes tertulis ini

dilaksanakan sebelum dan setelah pembelajaran dilangsungkan pada

kedua kelompok. Pretes dilaksanakan sebelum kedua kelompok diberikan

pembelajaran untuk mengukur kemampuan awal siswa, sementara postes

dilangsungkan setelah kedua kelompok diberikan pembelajaran. Bentuk

tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian, karena

dengan tipe uraian maka proses berpikir, ketelitian, dan sistematika

penyusunan jawaban dapat dilihat melalui langkah-langkah penyelesaian

soal.

Tes yang diberikan pada setiap kelas eksperimen baik soal-soal untuk

pretes maupun postes ekuivalen atau relatif sama. Sebelum penyusunan

instrumen, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal yang di dalamnya

mencakup nomor soal, soal, dan indikator kemampuan pemahaman.

Alat pengumpul data yang baik dan dapat dipercaya adalah yang

memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu,

sebelum instrumen tes ini digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba

(19)

19

dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran, dan daya pembeda instrumen tersebut.

Selain itu dalam karya ilmiah ini, pemberian skor menggunakan

kaidah holistic scale dari North Carolina of Department of Public

Instrument seperti dalam tabel berikut (Sobariah, 2011: 25).

Tabel 3.1

Kaidah Pemberian Skor Uraian

No Respon Siswa Terhadap Soal Skor

1. Tidak ada jawaban / tidak sesuai dengan pertanyaan/

4. Semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap/jelas dan benar

3

a. Validitas

Menurut Suherman (2003: 102), suatu alat evaluasi disebut valid

(absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang

seharusnya dievaluasi. Hal ini mengindikasikan bahwa instrumen

dikatakan memiliki taraf validitas yang baik jika betul-betul mengukur

apa yang hendak diukur. Cara menentukan tingkat (indeks) validitas

kriterium ini adalah dengan menghitung koefisien korelasi antara alat

evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang

telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi

(Suherman, 2003: 111).

Untuk menguji validitas tes uraian, menurut Suherman (2003: 121)

digunakan rumus Korelasi Produk-Momen memakai angka kasar (raw

(20)

Koefisien Korelasi variabel X dan Y

Skor setiap butir soal masing-masing siswa

Skor total masing-masing siswa

Jumlah responden uji coba

Menurut Suherman (2003: 113), untuk menentukan valid atau

tidaknya suatu instrumen digunakan nilai yang dapat diartikan

sebagai koefisien validitas. Adapun kriteria yang digunakan adalah

sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kategori Validitas Butir Soal

Koefisien Validitas (r ) xy Kategori

0,90 rxy 1,00 Sangat Tinggi (Sangat Baik) 0,70 rxy 0,90 Tinggi (Baik)

0, 40 rxy 0,70 Sedang (Cukup) 0, 20 rxy 0, 40 Rendah (Kurang) 0,00 rxy 0, 20 Sangat Rendah

0,00 xy

rTidak Valid

Pada perhitungan validitas, digunakan perhitungan secara deskriptif

dibantu dengan program Anates untuk menentukan signifikasinya.

Uji coba dilakukan terhadap kelas IX-B di SMP Negeri 30 Bandung.

Data hasil uji coba diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

Berdasarkan analisis hasil uji coba, dengan mengacu pada klasifikasi

Guilford di atas, diperoleh validitas butir soal sebagai berikut.

Tabel 3.3

(21)

21

No Butir Soal Korelasi Kategori

1 0,346 Rendah

Taraf signifikansi diperoleh dengan membandingkan thitung dengan

tabel

menggunakan Microsoft Excel 2007 diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.4

Taraf Signifikansi Butir Soal Hasil Uji Instrumen

b. Reliabilitas

Reliabilitas dari suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan

sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (Suherman,

2003: 131). Hasil pengukuran yang diperoleh harus relatif sama (tetap)

apabila pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun

dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat hitung

t ttabel Signifikansi

(22)

yang berbeda pula. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat

ukur yang reliabel.

Dalam pengujian tingkat reliabilitas soal uraian digunakan rumus

Alpha ( ). Hal ini terjadi karena skor setiap soal pada uraian bukan

1 atau 0, melainkan skor rentang antara beberapa nilai.menurut

Suherman (2003: 154), dalam mencari koefisien reliabilitas soal uraian

digunakan rumus sebagai berikut.

Dengan, banyak butir soal (item)

jumlah varians skor setiap item

varians skor total

Sedangkan untuk menghitung varians (Suherman, 2003:154)

digunakan rumus

Dengan,

jumlah kuadrat skor tiap item

jumlah skor tiap item dikuadratkan

jumlah responden

J.P. Guilford dalam Suherman (2003: 139) menyatakan bahwa tolak

ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi adalah

sebagai berikut.

Tabel 3.5

Kategori Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas (r ) 11 Kategori

11

0,90 r 1,00 Sangat Tinggi

11

(23)

23

Dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 diperoleh koefisien

reliabilitas soal hasil uji instrumen yaitu 0,726. Dapat disimpulkan

bahwa instrumen yang digunakan memiliki reliabilitas tinggi.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda dari sebuah soal menyatakan seberapa jauh soal

tersebut mampu membedakan antara testi (peserta tes) yang dapat

menjawab soal dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab

soal tersebut dengan benar (Suherman, 2003: 159).

Dalam menghitung daya pembeda terlebih dahulu siswa

diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas dan

kelompok bawah. Kelompok atas adalah kelompok siswa yang mendapat

skor tinggi dalam menempuh evaluasi tersebut, sedangkan siswa yang

termasuk kelompok rendah adalah kelompok siswa yang mendapat skor

rendah (kecil). Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai

berikut

̅̅̅ ̅̅̅̅

Dengan,

̅̅̅

Skor rata-rata kelompok atas

̅̅̅

Skor rata-rata kelompok bawah

= Skor Maksimum Ideal

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan

adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6

Kategori Daya Pembeda

(24)

0,70 DP1,00 Sangat Tinggi

Dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 diperoleh

klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Daya Pembeda Hasil Uji Instrumen

No Soal Daya Pembeda Kategori

1 0,185 Jelek

Terdapat dua kelemahan dalam seperangkat soal, yaitu soal terlalu

sukar dan soal terlalu mudah. Menurut Suherman (2003: 168), jika soal

terlalu sukar, maka frekuensi distribusi paling banyak terletak pada

skor rendah karena sebagian besar testi mendapatkan nilai yang jelek.

Oleh karena itu, perlu diketahui seberapa besar derajat kesukaran

dari seperangkat soal evaluasi. Derajat kesukaran soal yang dinyatakan

dengan bilangan disebut Indeks Kesukaran (Difficulty Index)

(Suherman, 2003: 169). Untuk mencari derajat nilai indeks kesukaran

digunakan rumus sebagai berikut.

̅̅̅ ̅̅̅̅

Dengan, IK = indeks kesukaran

(25)

25

̅̅̅

rata-rata skor siswa kelompok bawah SMI = skor maksimal ideal

Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan

(Suherman, dkk., 2003: 170) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8

Kategori Indeks Kesukaran

Adapaun hasil pengolahan indeks kesukaran dengan menggunakan

Microsoft Excel 2007 adalah sebagai berikut.

Tabel 3.9

Indeks Kesukaran Hasil Uji Instrumen

No Soal Indeks Kesukaran Kategori

1 0,759 Mudah

tersebut dapat digunakan untuk membedakan siswa yang pandai dengan

siswa yang kurang pandai.

Rekapitulasi analisis hasil uji instrumen disajikan secara lengkap

dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.10

Indeks Kesukaran (IK) Kategori 1, 00

IKSoal Terlalu Mudah

0, 70IK1, 00 Soal Mudah 0,30IK0, 70 Soal Sedang 0, 00IK0,30 Soal Sukar

0, 00

(26)

Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Instrumen

direvisi. Revisi yang dilakukan berdasarkan justifikasi dari dosen

pembimbing. Sedangkan soal nomor 5 dihapus atau dihilangkan karena

indikator pada nomor 5 adalah menerapkan konsep secara algoritma

sudah terdapat pada soal nomor 4.

2. Instrumen Non-tes

a. Angket

Angket adalah sekumpulan penyataan atau pertanyaan yang harus

dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab

pertanyaan melalui jawaban yang disediakan atau melengkapi kalimat

dengan cara mengisi dengan jawaban yang sesuai dengan pendapat

responden. Angket bertujuan untuk mengukur disposisi matematis

siswa. Pengisian angket dilakukan setelah berakhirnya pembelajaran

bersamaan dengan postes. Angket yang digunakan menggunakan skala

sikap model Likert (Suherman, 2003: 189), dengan empat pilihan yaitu,

sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju

(STS). Tujuan dari penggunaan empat pilihan ini agar tidak terjadi

jawaban netral.

(27)

27

Lembar observasi ini berfungsi untuk mengetahui informasi dan

gambaran tentang bahan ajar yang dikembangkan. Observasi dilakukan

rekan mahasiswa dan guru. Hasil dari observasi ini menjadi bahan

evaluasi dan bahan masukan bagi peneliti agar pertemuan-pertemuan

berikutnya menjadi lebih baik.

D. Pengembangan Bahan Ajar Berkarakter

Pembelajaran merupakan bagian utama dari kegiatan penelitian. Oleh

karena itu, pembelajaran yang dilakukan harus sesuai dengan apa yang

diharapkan dari penelitian ini. Pembelajaran ini menggunakan bahan ajar

berkarakter yang dirancang sehingga dapat memenuhi keperluan penelitian.

Dalam kegiatan pembelajaran ini, terlebih dahulu disusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berkarakter

RPP dibuat untuk setiap pertemuan dan merupakan persiapan guru

untuk mengajar. Pada kelas eksperimen setiap pembelajaran selalu

diawali dengan apersepsi atau mengingat kembali materi sebelumnya

yang mendukung siswa mempelajari konsep yang diberikan serta

pengintegrasian nilai-nilai karakter. Selain itu, guru memberikan

soal-soal latihan dan tugas sebagai bentuk pentingnya pengulangan diberikan

pada siswa saat pembelajaran. Sedangkan pada kelas kontrol digunakan

RPP konvensional.

b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berkarakter

Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan sebagai panduan

pembelajaran bagi siswa. Dalam LKS dimuat pertanyaan-pertanyaan

yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan

disposisi siswa.

(28)

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa

cara yaitu dengan memberikan soal ujian berupa pretes dan postes,

pengisian angket, dan lembar observasi. Data yang telah diperoleh

selanjutnya dikategorikan ke dalam jenis data kuantitatif dan kualitatif.

Data kualitatif meliputi hasil pengisian angket dan lembar observasi. Data

kuantitatif diperoleh dari hasil ujian siswa yang berupa pretes dan postes.

Data-data yang diperoleh dari hasil ujian siswa, angket, dan lembar

observasi diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Pengolahan Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dari hasil ujian siswa berupa pretes dan postes

tergolong data kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut.

Berikut penjelasan dari diagram pengujian statistik tersebut.

1. Analisis Data Skor Pretes, Postes, dan Indeks Gain

Analisis data skor pretes bertujuan untuk mengetahui apakah

kemampuan awal pemahaman matematis antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol sama atau tidak. Data yang dianalisis adalah data skor

pretes dari kelas eksperimen dan data skor pretes dari kelas kontrol.

Setelah dilakukan analisis data pretes, akan diperoleh dua

kesimpulan. Kesimpulan pertama, kemampuan awal pemahaman

matematis kedua kelas sama. Kedua, kemampuan awal pemahaman Diagram 3.1 Alur Pengujian Statistik Data Kuantitatif

(29)

29

matematis kedua kelas berbeda. Jika kemampuan awal pemahaman

matematis kedua kelas sama maka dilakukan analisis data postes untuk

mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis.

Jika kemampuan awal pemahaman matematis kedua kelas berbeda

maka dilakukan analisis data indeks gain untuk mengetahui peningkatan

kemampuan pemahaman matematis.

Indeks gain dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Hake (Dahlia, 2008: 43) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa

kriteria indeks gain yang dinyatakan dalam tabel berikut.

Tabel 3.11

Kriteria Indeks Gain

Indeks Gain Kriteria

Tinggi

Sedang

Rendah

Adapun analisis data pretes, postes, dan indeks gain dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Analisis Data Secara Deskriptif

Analisis data secara deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai

maksimun, nilai minimum, mean, standar deviasi, dan variansi dari

data hasil penelitian

2) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji

normalitas ini digunakan uji Shapiro-Wilk pada taraf signifikasi 5%.

Apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka

dilakukan uji homogenitas varians. Namun apabila data berasal dari

(30)

uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji Non-Parametric

Mann-Whitney.

3) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah

variansi populasi data yang diuji memiliki variansi yang homogen

atau tidak. Dalam uji homogenitas varians ini digunakan uji Levene

pada taraf signifikasi 5%.

4) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan

awal pemahaman matematis kedua kelas sama atau tidak. Untuk data

yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen

maka dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t. Sedangkan

untuk data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal

tetapi tidak homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan

menggunakan uji t’.Untuk data yang berasal dari populasi yang tidak

berdistribusi normal maka dilakukan pengujian menggunakan uji

non-parametric Mann-Whitney.

b. Pengolahan Data Disposisi

1. Pengolahan Data Angket

Untuk mengolah data angket ini dilakukan dengan menggunakan

skala Likert (Suherman, 2003: 191). Setiap jawaban diberikan bobot

tertentu sesuai dengan jawabannya. Adapun bobot yang diberikan

disajikan ke dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.12

Bobot Skor Pernyataan Angket

No Jawaban Siswa Skor Untuk Tiap Pernyataan Positif Negatif

1 Sangat Setuju (SS) 5 1

2 Setuju (S) 4 2

3 Tidak Setuju (TS) 2 4

(31)

31

(STS)

Seberapa besar perolehan persentasenya dalam angket diketahui

dengan perhitungan sebagai berikut.

Dengan, P = presentase jawaban

f = frekuensi jawaban

n = banyaknya siswa (responden)

Penafsiran atau interpretasi menggunakan kategori persentase

seperti yang dikemukakan Maulana (Sofia, 2005: 43) adalah sebagai

berikut.

0% = tidak seorang pun

1% - 24% = sebagian kecil

25% - 49% = hampir setengahnya

50% = setengahnya

51% - 74% = sebagian besar

75% - 99% = hampir seluruhnya

100% = seluruhnya

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui disposisi matematis

kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Data yang berasal dari

angket berupa data ordinal sehingga tidak perlu di uji normalitas

terlebih dahulu. Uji yang dilakukan adalah uji non-parametric Mann

Whitney.

(32)

Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan

hasil pengamatan selama pembelajaran matematika dengan

menggunakan bahan ajar matematika berkarakter.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan terdiri dari empat tahap, antara lain

sebagai berikut.

a. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi masalah yang akan diteliti

2) Melakukan observasi ke lokasi penelitian

3) Memilih materi yang akan digunakan dalam penelitian

4) Menyusun rancangan penelitian yang kemudian akan diseminarkan

5) Penyusunan kompenen-kompenen pembelajaran

6) Mendesain instrumen penelitian

7) Menguji coba instrumen penelitian dan menganalisis learning

obstacle siswa

8) Merevisi instrumen penelitian (jika diperlukan)

9) Perizinan

10)Pemilihan kelas eksperimen dan kontrol secara acak

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1) Mengadakan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol

untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.

2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan yang berbeda pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

dengan jumlah jam pelajaran, pengajar, dan pokok bahasan yang

(33)

33

menggunakan bahan ajar matematika berkarakter, sedangkan pada

kelas kontrol pembelajaran yang dilakukan menggunakan bahan

ajar konvensional.

3) Mengadakan postes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol

sebagai evaluasi hasil pembelajaran serta pengisian angket.

c. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1) Mengumpulkan hasil data kualitatif dan kuantitatif

2) Membandingkan hasil tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

3) Melakukan analisis data kuantitatif terhadap pretes dan postes

4) Melakukan analisis data kualitatif terhadap angket tanggapan siswa,

dan lembar observasi.

d. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Tahap pembuatan kesimpulan yang dilaksanakan pada penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1) Membuat kesimpulan dari data kuantitatif yang diperoleh, yaitu

mengenai hasil pengaruh bahan ajar matematika berkarakter.

2) Membuat kesimpulan dari data kualitatif yang diperoleh, yaitu

mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran menggunakan bahan

(34)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Bahan ajar matematika berkarakter adalah bahan ajar yang dikembangkan melalui learning obstacle siswa yang didalamnya terdapat permasalahan-permasalahan yang dapat memacu siswa dalam berpikir logis, berpikir analisis, berpikir kritis, kreatif, sistematis, teliti, kerja keras, rasa ingin tahu, mandiri, tanggung jawab, dan kerja sama. Selain permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan materi ajar, dalam bahan ajar matematika berkarakter, khususnya dalam LKS dimunculkan secara eksplisit contohnya memunculkan informasi mengenai konsep matematika yang terdapat pada kehidupan sehari-hari yang terkait dengan pembelajaran agar memunculkan rasa ingin tahu siswa, selain itu permasalahan yang diberikan memuat nilai-nilai karakter yang dapat dibuat dalam bentuk narasi soal cerita, dan mencantumkan kalimat-kalimat motivasi.

2. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan bahan ajar matematika berkarakter lebih baik daripada peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan bahan ajar konvensional. 3. Disposisi matematis siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan

(35)

75

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyampaikan beberapa saran antara lain sebagai berikut.

1. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar matematika berkarakter merupakan kegiatan pembelajaran yang cocok diterapkan pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Melalui bahan ajar matematika berkarakter, siswa tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan kognitif tetapi juga mengembangkan nilai-nilai karakter pada diri siswa. Dari hasil pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian, dengan menggunakan bahan ajar matematika berkarakter, nilai-nilai karakter yang sebelumnya tidak terlihat sedikit demi sedikit muncul dan berkembang pada siswa. Untuk itu guru perlu menggunakan bahan ajar matematika berkarakter dalam setiap pembelajaran di kelas.

(36)

Jesi Mustikaati Munggaran, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Aljupri. (2004). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Berbasis Penalaran .Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Azhar, L.M. (1993). Proses Belajar Mengajar Pola C.B.S.A. Jakarta: Usaha Nasional

Bandano. (2009). Pengembangan Bahan Ajar. [Online]. Tersedia: bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php. [1 Mei 2012]

Dahlia, D. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Trefinger dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Panduan Lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Depdiknas. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Bangsa, Puskurbuk. Jakarta: Depdiknas.

Harun, M. (2012). Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Matematika di SD dengan Implementasi KTSP secara Sungguh-Sungguh. Prosiding Temu Ilmiah dan Seminar Ilmiah. Grand Design Program Pendidikan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. FIP UPI.

Herdian. (2010). Kemampuan Pemahaman Matematika. [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/ [15 April 2012]

Herman, T. (2006). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk MeningkatkanKemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Disertasi Doktor pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.

(37)

77

Jesi Mustikaati Munggaran, 2013

Ilmiah. Grand Design Program Pendidikan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan. FIP UPI.

Kesumawati, N. (2012). Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Disertasi. Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kilpatrick, J.,Swafford, J.,& Findell, B. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press.

Mahmudi, A. (2010). Pengaruh Pembelajaran dengan Strategi MHM Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis, serta Persepsi terhadap Kreatifitas. Disertasi. Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Muliya, D. (2012). Lembar Kerja Siswa. [Online]. Tersedia :http://degk-dmbio.blogspot.com/2012/04/lembar-kerja-siswa.html. [1Mei 2012]

Mulyana, E. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Pemahaman dan Disposisi Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas Program Ilmu Pengetahuan Alam. Disertasi. Program Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

NCTM. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA : NCTM

Permana, Y. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi, dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Model-Electing Activities. Disertasi. Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: Tarsito.

(38)

Jesi Mustikaati Munggaran, 2013

Sobariah, T. (2011). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa dalam Pembelajaran dengan Teknik Probing-Prompting. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Sofia, E. (2005). Studi tentang Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Tipe Permainan untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sudrajat, A. (2008). Konsep Pengembangan Bahan Ajar. [Online]. Tersedia:

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembangan-bahan-ajar-2/. [1 Mei 2012]

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

__________. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumarmo, U. (2005). Pengembangan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP dan SMU Serta Mahasiswa Strata Satu Melalui Berbagai Pendekatan Pembelajaran. Laporan Hibah Penelitian Tim Pascasarjana-HTPT Tahun Ketiga.

__________. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://scribd-76323753-Berfikir-Dan-Disposisi-Matematik-Utar.pdf. [19 Desember 2012]

Suryantoro, D. (2011). Langkah-Langkah Mengembangkan Bahan Ajar.

[Online]. Tersedia:

http://suryantara.wordpress.com/2011/10/12/langkah-langkah-mengembangkan-bahan-ajar/. [1 Mei 2012]

Suyanto. (2009). Urgensi Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia: //http.www.mandikdasmen.depdiknas.go.id/aweb/pages/urgensi.html. [10 Desember 2012]

Tim Pengembang Pendidikan Berkarakter Dinas Pendidikan Provinsi Banten. (2012). Pedoman Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Berkarakter. Banten: Tidak Diterbitkan.

(39)

79

Jesi Mustikaati Munggaran, 2013

International Context. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/pubsearch/ pubsinfo.asp?pubid =2009001 [15 April 2012].

Yuliani, Y. (2007). Pembelajaran dengan Model Advance Organizer untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 3.1 Kaidah Pemberian Skor Uraian
Tabel 3.2 Kategori Validitas Butir Soal
Tabel 3.4 Taraf Signifikansi Butir Soal Hasil Uji Instrumen
Tabel 3.5 Kategori Reliabilitas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk merancang ulang alat pembuat keramik yang dapat menyisakan momen pada putaran plendes, putaran

pada peran masyarakat yang memiliki nilai p-value < 0,05 yang artinya valid hanya 1 (satu) pertanyaan..

sidln \ee3 lpptur

Analisis asosiasi adalah teknik data mining untuk menemukan aturan asosiatif antara suatu kombinasi item.Aturan asosiatif dari analisis pembelian di suatu pasar swalayan adalah

ta = regangan aksial sesungguhnya pada arah sumbu elemen rosct l. Karcna beDtuknyayang beruDa&i/ dengan Dcnampang ),irns sangar kccil, maka dcDgan panjang yang

ALAMAT EMAIL TELEPON KELAS DANA NPSN PD-ID KODE CABANG REKENING ATASNAMA REKENING.

Reminta Lumban Batu (0907420), Analisis Citra Perguruan Tinggi Amerika Serikat Terhadap Keputusan untuk Melanjutkan Studi (Survei pada Komunitas Persatuan Mahasiswa

Bila nilai variabel sama dengan nilai yang ada dalam daftar konstanta 1 maka pernyataan 1 dikerjakan, bila sama dengan nila yang ada dalam daftar konstanta 2 maka pernyataan