• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN NILAI MORAL DALAM KARYA IWAN FALS SEBAGAI INSPIRATOR KESADARAN SOSIAL (Studi Kasus Pada DPD KNPI Kab. Bandung Barat).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN NILAI MORAL DALAM KARYA IWAN FALS SEBAGAI INSPIRATOR KESADARAN SOSIAL (Studi Kasus Pada DPD KNPI Kab. Bandung Barat)."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PENGESAHAN

TELAH DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Prof.Dr.H. Sofyan Sauri, M.Pd

Pembimbing II

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah benar-benar hasil pekerjaan saya sendiri. Adapun semua referensi / kutipan (baik kutipan langsung maupun tidak langsung) dari hasil karya ilmiah orang lain tiap-tiap satunya telah saya sebutkan sumbernya sesuai dengan etika ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti meniru / plagiat dan terbukti mencantumkan kutipan orang lain tanpa menyebutkan sumbernya, saya bersedia menerima sanksi dari lembaga yang berwenang.

Bandung, Agustus 2009

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya penulis diberikan ridho dan kesehatan dalam merampungkan tugas ini, tidak lupa shalawat setra salam ditujukan kepada nabi kita Muhammad Saw.

Tesis ini ditulis untuk memenuhi tugas akhir dari masa kuliah pada jenjang S2 di Program Studi Pendidikan Umum, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Pada kesempatan ini penulis mengkaji mengenai “Kajian Nilai Moral dalam Karya Iwan Fals sebagai Inspirator Kesadaran Sosial”.

Penulis sangat bersyukur karena dengan segala kendala dan hambatan proses penyusunan Tesis ini dapat dilalui, dan itu tidak lain berkat adanya dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini. Karena itulah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak-pihak yang telah membantu penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung rampungnya penelitian ini.

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyatakan terima kasih yang sebesar-besarnya, baik kepada lembaga atau individu yang telah berjasa mengantarkan peneliti menyelesaikan tesis ini, walau masih banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatas pengetahuan penulis. Ucapan terima kasih tidak lupa dihaturkan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr.H. Sunaryo Kartadinata selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia beserta jajarannya.

2. Prof.H. Furqon, PhD selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia beserta jajarannya

3. Prof. Dr.H Sofyan Sauri M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Umum dan Pembimbing I

4. Prof. Dr. Tati Narawati M.Hum selaku Pembimbing II 5. Prof. Drs. H.A Kosasih Djahiri selaku Penguji

6. Prof. Dr. A.Nursid Sumaatmadja selaku Penguji

(5)

ABSTRAK

Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 yang menyebutkan bahwa : ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” menandakan bahwa yang menjadi bahan ajar dan proses evaluasi pendidikan bukan semata aspek kognisi, melainkan afeksi dan psikomotor juga merupakan hal yang sangat penting. Akan tetapi tanggung jawab atas tujuan pendidikan nasional bukan serta merta hanya menjadi tanggung jawab sekolah, mengingat masih banyak orang-orang yang tidak mampu untuk sekolah, dan lingkungan yang paling besar berpengaruh terhadap karakter adalah lingkungan di masyarakat, sebagai contoh pembekalan seseorang yang cukup akan nilai-nilai kebaikan akan menjadi hal yang kontra ketika dia terjun ke masyarakat yang penuh dengan penyimpangan nilai dan jauh dari nilai-nilai positif di masyarakat secara umum.

Seni menjadi suplemen yang paling efektif dalam penyampaian nilai dan pembentukan karakter di masyarakat. Dalam hal ini di bidang seni terdapat musisi Indonesia yang mempunyai tanggung jawab sosial dalam karyanya dia adalah Iwan Fals. Karya-karya Iwan Fals sarat akan makna dan nilai-nilai kehidupan, nasionalisme serta religiusitas.

Berdasarkan latar belakang dan pernyataan penelitian diatas maka tujuan penelitian secara umum adalah memperoleh gambaran tentang nilai moral dalam karya Iwan Fals sebagai inspirator kesadaran sosial dengan dilandasi tujuan sebagai berikut : Memperoleh gambaran tentang karakter karya Iwan Fals berjudul Seperti Matahari, Guru Umar Bakri dan Bung Hatta ; Memperoleh gambaran tentang nilai moral yang terkandung dalam karya Iwan Fals berjudul seperti matahari, guru oemar bakri dan bung hatta ; Memperoleh gambaran tentang faktor yang mempengaruhi kesadaran sosial pada pemuda terutama yang tegabung dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia ; Memperoleh gambaran tentang sikap, nilai perilaku anggota Komite Nasional Pemuda Indonesia

(6)

DAFTAR ISI

E. Metode dan Lokasi Penelitian……….

1

B. Kajian Iwan Fals Berdasar Teori Dekontruksi Derrida

C. Pendidikan………....………

3. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Nilai……… 4. Proses dan Model Pengajaran Pendidikan Nilai………….

E. Pendidikan Umum………...

1. Pengetian Pendidikan Umum………. 2. Tujuan Pendidikan Umum……….. 3. Panduan Pendidikan Umum Agar Berhasil Baik………… 4. Teori Pembelajaran Sosial………

F. Kesadaran Sosial………

G. Kesadaran Kolektif………

H. Social Relasionship……… I. Perilaku Baik Berbasis Nilai Universal………...

(7)

BAB III METODE PENELITIAN……….. G. Pengolahan dan Analisis Data……… H. Metode dan Lokasi Penelitian……… I. Definisi dan Penjelasan……….. BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL………

A. Deskripsi Penelitian………...

1. Deskripsi Data………

2. Analisis Hasil Penelitian……… B. Pembahasan Hasil Penelitian………

C. Temuan Penilitian……… BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Pemuda sebagai Subjek Penelitian... Tabel 2

Jumlah Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dilingkungan

Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Bandung Barat…………... Tabel 3

Jumlah Kader Komite Nasional Pemuda Indonesia

Kabupaten Bandung Barat………. Tabel 4

Petikan Lirik Iwan Fals……….. 53

53

75

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tingginya penyimpangan norma dan nilai di masyarakat Indonesia saat ini menimbulkan banyak tanda tanya tentang apa gerangan yang terjadi di negara kita, sehingga diperlukan inovasi dan pengembangan dalam berbagai aspek untuk mengembalikan fitrahnya sebagai manusia yang berkarakter dan berpibadi santun serta ramah.

Merujuk kepada statement presiden Amerika Serikat ke-33 L.B Johnson, yang mengatakan bahwa “sekarang aku tahu sumber dari segala sumber masalah yang ada di negeri ini, satu kata yaitu pendidikan” mungkin itu juga yang terjadi

di negara kita, pendidikan yang di maksud adalah sekolah. Namun apakah pantas jika pendidikan dan sekolah dianggap sebagai sumber dari segala sumber masalah, yang menjadi masalah adalah paradigma bahwa pendidikan dan pengetahuan itu hanya berlangsung di sekolah, dalam alinea ke 4 UUD 45 tentang tujuan nasional bangsa Indonesia terdapat butir yang menyebutkan “Mencerdaskan kehidupan bangsa” ini menunjukkan bahwa proses pencerdasan

bangsa Indonesia bukan hanya terjadi di sekolah tetapi telah menjadi kewajiban seluruh masyarakat Indonesia di semua lini kehidupan dan di semua kalangan.

(11)

karyanya dia adalah Iwan Fals. Karya-karya Iwan Fals sarat akan makna dan nilai-nilai kehidupan, nasionalisme serta religiusitas.

Dalam lagu, kebanyakan orang biasanya bicara tentang cinta yang melankolis bahkan cenderung apatis membuat kebanyakan orang Indonesia menjadi lupa akan kondisi sosialnya; cinta yang cengeng dan tidak berkarakter. Setiap kali mendengar lagu-lagu Iwan Fals, banyak orang yang sejenak tersadar akan kondisi sosial tanah air. Iwan Fals disukai karena lagu-lagunya mudah dicerna dan mengandung pesan-pesan humanis yang mendalam.

Kita mungkin tidak hafal betul tahun berapa tiap lagu Iwan Fals diciptakan. Inti pesan yang terkandung dalam lirik-liriknya mendalam karena lagu merupakan fakta sejarah. Karena itu, sebagian besar lagu Iwan Fals begitu melekat di benak banyak orang. Melalui lagu-lagunya, kesadaran akan kondisi sosial-politik Indonesia mudah terkonstruksi di kepala para pendengarnya.

Dari lirik-lirik tersebut, orang mudah menilai Iwan Fals sebagai sosok pemberontak. Dia memberontak terhadap kondisi sosial politik yang sebenarnya tidak terlalu rumit untuk diurai. Setiap nurani yang hidup akan mudah menemukan bahwa ada ketidakadilan, penindasan, dan, kerusakan moral, hanya saja ketidakjujuran memperumit semua, sehingga orang tak mampu mengatakannya. Kita lalu serempak terserang amnesia ketika berhadapan dengan nilai-nilai baik dan benar.

(12)

jujur, dan kadang-kadang jenaka. Hampir seluruh profesi sosial orang Indonesia pernah dipotret secara sederhana tapi mendalam oleh Iwan Fals. Iwan Fals mampu menyampaikan potret sosial itu dengan kata-kata yang mudah dicerna bahkan oleh nalar orang awam sekalipun. Iwan fals mampu melihat sisi yang manusiawi dari suatu profesi yang oleh kebanyakan orang dianggap sampah. Contohnya adalah gambarannya tentang profesi pelacur atau yang kini lebih dikenal sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK). Sebagian besar kita hanya melihat PSK sebagai sampah masyarakat. Para agamawan juga ikut aktif menstigma profesi dan eksistensi mereka. Tapi Iwan Fals mampu mengungkap kenyataan bahwa di antara mereka terdapat perempuan-perempuan yang berjuang untuk anak-anak mereka yang tak jelas rimba ayahnya. Bahkan Iwan Fals memberi harapan bahwa Tuhan akan tetap mendengar doa mereka. Cermati lagunya yang berjudul Doa Seorang Wanita Pengobral Dosa. Pandangan yang humanis ini tentu tak akan kita temukan pada diri orang yang tak punya kesadaran sosial dan spiritual yang mendalam.

Hal yang mengagumkan dalam diri Iwan Fals adalah kematangan diri yang sulit kita temukan dalam diri kebanyakan orang. Walau lirik dalam lagu-lagunya begitu kental pesan-pesan moral (di balik kritik sosial pasti ada pesan moral) yang realistik dan eternal, namun kerendahan hati dan ketenangan tampak dalam dirinya. Gaya bicara yang tak lantang, menunjukkan bahwa Iwan Fals sadar bahwa dirinya bukanlah manusia setengah dewa.

(13)

lantang lewat lagu. Kelantangan itu seolah ia cukupkan diwakili oleh lagu. Sikap diri seorang Iwan Fals, jika harus diberi tanda, maka tak lain adalah konsistensi dan integritas.

Mendengarkan lagu-lagu cinta Iwan Fals, kita akan menangkap bahwa cinta yang dihayatinya adalah cinta orang-orang marjinal. Itu bisa kita lihat dalam lagu-lagu seperti Lonteku, Kembang Pete, Yakinlah (duet bersama Eli Sunarya) dan lain-lain. Itulah cinta yang jujur, dalam, dan kere. Saking kere-nya, seorang lelaki hanya mampu mempersembahkan kembang pete kepada perempuan pujaannya. Keberpihakan Iwan Fals pada rakyat kecil yang marjinal begitu jujur dan mendarah daging. Dalam lagu-lagu cinta pun ia memilih potret cinta-cinta orang pinggiran.

Iwan Fals berusaha dengan karya yang mengangkat tema kritik sosial secara tidak langsung telah mengharapkan pendengarnya untuk mengatahui bagaimana dari apa dan bagaimana dari mengapa, suatu harapan terhadap pendengarnya supaya betapa pentingnya kejujuran, kebenaran dan harapan karakteristik kenyataan dan kebenaran yang ingin dituju.

Menurut Jakoep Ezra, seorang ahli Character dalam

(14)

dengan kemenangan akan memiliki kualitas yang baik. Tidak ada kualitas yang tidak diuji. Jadi jika ingin berkualitas, tidak ada cara yang lebih ampuh kecuali 'ujian'. Ujian bisa berupa tantangan, tekanan, kesulitan, penderitaan, hal-hal yang tidak kita sukai. Dan jika kita berhasil melewatinya, bukan hanya sekali tapi berkali-kali maka kita akan memiliki kualitas tersebut.

Perhatikan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 sebagai berikut:

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

(15)

pembekalan seseorang yang cukup akan nilai-nilai kebaikan akan menjadi hal yang kontra ketika dia terjun ke masyarakat yang penuh dengan penyimpangan nilai dan jauh dari nilai-nilai positif di masyarakat secara umum.

Nilai-nilai Kemanusiaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan pembentukan karakter, termasuk dalam karya Iwan Fals. Pentingnya aktualisasi nilai-nilai Kemanusiaan ditegaskan pula oleh Art-Ong Jumsai Na-Ayudhya, Director of Institute of Sathya Sai Education, Thailand yang menyebutkan bahwa

nilai-nilai kemanusiaan pada dasarnya harus ada pada semua umat manusia dan dalam semua sisi kehidupan. Bukan kekerasan yang kita butuhkan, melainkan kasih sayang dan belas kasih dalam hati manusia.

Dengan dasar kemanusiaan orang akan sadar tentang tanggung jawab dan kewajibanya sebagai seorang manusia dan hamba Tuhan YME, serta akan memiliki keyakinan bahwa semua yang ada di alam ini adalah ciptaan Tuhan, semuanya akan kembali kepadaNya dan segala sesuatu yang berada dalam urusanNya, sehingga segala sikap dan tingkah laku keseharianya tidak terlepas dari jiwa dan semangat tauhidiyah, termasuk dalam melakukan kegiatan hidupnya.

(16)

satu contoh kondisi masyarakat yang terus berbicara tentang hak dan tidak memperhatikan akan kewajiban dan tanggung jawab sosial.

Bersadarkan fenomena di atas, tidak salah jika seni dan karya yang dihasilkan Iwan Fals untuk sementara dianggap alternatif yang baik dalam penyampaian nilai dan pembentukan karakter diluar sarana pendidikan formal, yaitu sekolah. Media seni memang tidak bisa mengarahkan perkembangan akan seperti apa dan bagaimana, tetapi yang paling penting adalah tujuan yang akan dihasilkan akan sama, dimana mereka akan lebih arif dan bijaksana dalam menyikapi kehidupan.

Objek terdekat dalam melihat paradigma itu, dapat kita lihat dari yang terdekat adalah para pemuda, dalam hal ini adalah pemuda yang terhimpun di dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia, sebagai pemuda mereka mempunyai tugas dan tanggung jawab positif di masyarakat salah satunya adalah pendidikan nilai yang bermakna kesadaran sosial.

(17)

mereka benar-benar mengerti karya-karya iwan fals dan bertukar pengalaman dimana karya itu mempengaruhi mereka, sebagai suatu kesadaran sosial yang diwujudkan dalam sikap, perilaku dan nilai-nilai dalam kehidupannya.

Pemuda bagi Bangsa Indonesia adalah kelompok usia yang memiliki nilai serta posisi yang strategis dalam masyarakat. Sejarah perjalanan Bangsa Indonesia selalu menyertai pemuda yang baik diminta maupun secara sukarela aktif di dalamnya. Bahkan lebih daripada itu, sering kali berbagai moment penting bagi Bangsa Indonesia lahir dari ide, semangat dan kepemimpinan para pemuda. Pemuda yang karena penggolongan usianya, memang selalu berpikir jernih dan bebas dalam menuangkan segala bentuk ide serta gagasannya kepada bangsa dan negara. Katakanlah perisitiwa penting bangsa seperti Sumpah Pemuda, persiapan dan pelaksanaan Kemerdekaan RI, atau peristiwa sekitar tahun 1965 yang semuanya melibatkan peran aktif pemuda. Bagi pemuda berbagai peran serta yang dilakukan terhadap sejarah perjalanan bangsa memiliki catatan-catatan tersendiri.

Pemuda Angkatan '28 mencetus Sumpah Pemuda adalah mereka yang berumur antara 15-23 tahun yang ditinjau dari segi pendidikan umumnya duduk di kelas akhir HIS (Hollandsc Inlandsche School), MULO atau HBS 5 tahun, dan AMS (Algemene Middelbaar School). Mereka yang duduk di Hoogere School atau sekolah tinggi atau unicersitas, cenderung dikatakan bukan pemuda lagi, mereka sudah tokoh nasional.

(18)

bagaimana Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta di bawa ke sebuah desa di sebelah utara Karawang yang bernama Rengasdengklok. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30. WIB. Pada waktu itu Ir. Soekarno dan Moh Hatta, tokoh-tokoh tua yang menignkan agar proklamasi dilakukan melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), dibawa dan diamankan ke Rengasdengklok oleh golongan muda (Chairul Saleh cs) yang menginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Tetapi usul tersebut ditolak Ir. Soekarno, karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI, badan persiapan kemerdekaan. Dengan tujuan untuk menghindari Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dari segala pengaruh Jepang, mereka membawa kedua kedua tokoh golongan tua itu ke Rengasdengklok. Mereka mendesak agar pernyataan proklamasi segera dinyatakan, karena menurut mereka keadaan sudah mendesak dan jika proklamasi tidak segera dinyatakan akan terjadi pemberontakan dari rakyat yang tidak menginginkan proklamasi ditunda. Menghadapi desakan tersebut, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tetap tidak berubah pendirian.

(19)

Para mantan tokoh pemuda tersebut kemudian mendirikan Ikatan atau Yayasan yang menaungi organisasi mereka. Laskar tidak terdengan lagi aktivitasnya, sampai 20 tahun kemudian, berdiri Ikatan keluarga Besar Laskar Ampera (IKBLA), menyusul berdirinya Yayasan Pemuda Pembangunan Indonesia (YPPI), kemudian muncul keinginan untuk mendirikan National Union of Student (NUS) pada tahun 1970, maka formatnya akan mengulangi Majelis

Mahasiswa Indonesia (MMI). Adanya NUS dan MMI formula baru akan melahirkan bipolarisasi MMI VS PPMI seperti terjadi pada tahun 1950-an. Mungkin itu sebabnya banyak pihak yang berkeberatan dengan gagasan mendirikan NUS. Maka kelahiran KNPI merupakan conditio sine quanon bagi dunia kepemudaan /kemahasiswaan Indonesia.

(20)

meningkatkan dan mengembangkan kesadaran sebagai suatu bangsa yang merdeka dan bedaulat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Deklarasi Pemuda lahir guna mendaklanjuti isi pesan Sumpah Pemuda yang menggariskan kebutuhan keberhimpunan dengan mengejawantahkan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia.

Pernyataan di atas menggambarkan betapa besarnya peran pemuda dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, dengan demikian pendidikan nilai moral merupakan salah satu aspek dalam membina pemuda dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada uraian di atas, maka titik awal penelitian ini berangkat dari satu pertanyaan yaitu : “bagaimana kajian nilai moral dalam karya Iwan Fals sebagai inspirator kesadaran sosial pemuda di KNPI”

Dari permasalah pokok di atas, dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana karakter karya Iwan Fals yang berjudul seperti matahari, guru oemar bakri dan bung hatta?

2. Bagaimana kandungan nilai moral dalam karya Iwan Fals berjudul seperti matahari, guru oemar bakri dan bung hatta?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan rumusan yang akan dicapai dalam penelitian sebagai arah bagi peneliti ketika melaksanakan penelitian. Berdasarkan latar belakang dan pernyataan penelitian di atas maka tujuan penelitian secara umum adalah “memperoleh gambaran tentang nilai moral dalam karya Iwan Fals sebagai inspirator kesadaran sosial”

Secara khusus penelitian ini dilandasi tujuan sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi gambaran tentang karakter karya Iwan Fals berjudul Seperti Matahari, Guru Umar Bakri dan Bung Hatta

2. Memperoleh gambaran tentang nilai moral yang terkandung dalam karya Iwan Fals berjudul Seperti Matahari, Guru Umar Bakri dan Bung Hatta 3. Memperoleh gambaran tentang faktor yang mempengaruhi kesadaran

sosial pada pemuda terutama yang tegabung dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia

4. Memperoleh gambaran tentang sikap, nilai perilaku anggota Komite Nasional Pemuda Indonesia

D. Manfaat Penelitian

Apabila tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis, yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

(22)

b. Memaparkan nilai moral yang terkandung dalam karya Iwan Fals yang mampu membangkitkan kesadaran sosial.

c. Dapat mempengaruhi kesadaran sosial pada Komite Nasional Pemuda Indonesia, untuk menentukan faktor keberhasilan karya Iwan Fals sebagai inspirator kesadaran sosial.

d. Memberikan inspirasi perilaku, sikap dan nilai pada anggota Komite Nasional Pemuda Indonesia.

2. Manfaat teoretis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah : a. Memperkaya khazanah Pendidikan Nilai b. Mengembangkan Pendidikan Nilai

c. Kontribusi pemikiran terhadap penyelenggaraan program studi pendidikan umum di Sps UPI Bandung

d. Bahan kajian pendidikan nilai bagi peneliti selanjutnya. E. Metode dan Lokasi Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu, sebagaimana yang diungkapkan oleh Suriasumantri (Sugiyono, 1994:1) bahwa metode merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu.

(23)

menekankan kepada usaha untuk memperoleh infromasi mengenai status atau gejala pada saat penelitian, memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, juga lebih jauh menerangkan hubungan, serta menarik makna dari suatu masalah yang diinginkan. Adapun studi kasus umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal yakni hasil pengumpulan dan analisa kasus dalam satu jangka waktu. Kasus dapat terbatas pada satu orang, satu lembaga, satu peristiwa ataupun satu kelompok manusia dan kelompok objek lain-lain yang cukup terbatas, yang dipandang sebagai satu kesatuan dalam hal itu, segala aspek kasus tersebut mendapat perhatian sepenuhnya dari penyelidik (Winarno, 1978:135), sedangkan Whiterington (Buchori, 1985:24) mengungkapkan bahwa cases study penyelidikan-penyelidikan hanya dilakukan terhadap sejumalh kecil individu, tetapi dilakukan secara mendalam.

Sesuai dengan kekhasannya, bahwa pendekatan studi kasus dilakukan pada objek yang terbatas. Oleh karenanya persoalan pemilihan sampel yang menggunakan pendekatan tersebut tidak sama dengan persoalan yang dihadapi oleh penelitian kuantitatif. Sebagai implikasinya, penelitian yang menggunakan pendekatan studi kasus hasilnya tidak dapat digeneralisasikan, dengan kata lain hanya berlaku pada kasus itu saja.

(24)
(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini dikemukakan tentang metode, instrumen, teknik pengumpulan data subjek penelitian, pelaksanaan penelitian. pengolahan dan analisa data.

A. Metode Penelitian

(26)

Fokus permasalahan dalam penelitian ini yaitu menggambarkan bagaimana pembinaan tanggung jawab sosial manusia melalui pendidikan umum. Penelitian tersebut menerapkan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengungkapkan data yang ada di lapangan secara mendalam dengan cara menguraikan dan menginterprestasikan sesuatu seperti apa adanya.

Pendekatan kualitatif ini dianggap sesuai dengan alasan sebagai berikut :1) terjadi apabila berhadapan dengan kenyataan. 2) menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan subjek penelitian. lebih peka dan lebih dapat menyusuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapai (Maleong, 1993 : 5)

B. Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Dewan Pimpinan Daerah Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Bandung Barat, sedangkan subjek penelitianya adalah pengurus dan anggota Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Bandung Barat.

(27)

Tabel 1 Bandar Lampung, 28 Agustus 1982

Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Bandung Barat menghimpun Organisasi Kemasyarakatan Pemuda yang terdiri atas :

Tabel 2

Jumlah Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dilingkungan Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Bandung Barat

No. Organisasi Kegiatan Pemuda Karakteristik

1. Pemuda Pancasila Nasionalis

2. GM Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia Cabang 1028

Nasionalis 3. Angkatan Muda Siliwangi Distrik

Kab.Bandung Barat

Nasionalis

4. Pitaloka AMS Nasionalis

5. Banteng Muda Indonesia Nasionalis

6. Angkatan Muda Ka’bah Gemuis

7. Gerakan Mahasiswa Pemuda Indonesia Nasionalis

8. Pemuda Bulan Bintang Gemuis

9. Pemuda Demokrat Indonesia Nasionalis

10. Angkatan Muda Islam Indonesia Gemuis

11. Pemuda Reformasi Indonesia Gemuis

12. Garda Bangsa Gemuis

13. Fatayat NU Gemuis

(28)

15. Forum Komunitas Generasi Muda Nahdlatul Ulama Gemuis

16. Korps Puteri Muslimin Indonesia Gemuis

17. Ikatan Pelajar Al-Wasliyah Gemuis

18. HIMMAH Gemuis

19. Angkatan Puteri Al-Wasliyah Gemuis

20. Gerakan Pemuda Al-Wasliyah Gemuis

21. Ikatan Pemuda Pemudi Al-Wasliyah Gemuis

22. Pemuda Muslimin Indonesia Gemuis

23. Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia Kekaryaan

24. Gema Mathla’ul Anwar Kab.Bandung Barat Gemuis

25. SEMMI Gemuis

26. AMMDI Gemuis

27. Pemuda Indonesia Nasionalis

28. Pemuda Peduli Bangsa Kekaryaan

29. FIMA Siliwangi Nasionalis

30. FK BEM PTAIS Nasionalis

31. Purna Paskibraka Indonesia Nasionalis

32. IMA-AMS Nasionalis

33. FK-PPK Nasionalis

34. Gerakan Muda Merah Putih Nasionalis

35. PP. APRI Nasionalis

36. Gerakan Pemuda Al-Wasliyah Gemuis

37. BM Kosgoro 57 Kekaryaan

38. KOPRI Nasionalis

39. Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Gemuis

40. GP. Ansor Gemuis

41. Pemuda Muhammadiyah Gemuis

42. Nasyiatul Aisyiyah Gemuis

43. Ikatan Remaja Muhammadiyah Gemuis

44. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Gemuis

45. Mahasiswa Pancasila Nasionalis

46. Pemuda Panca Marga Nasionalis

47. Pemuda Persis Gemuis

48. Pemudi Persis Gemuis

49. Gerakan Pemuda Ka’bah Gemuis

50. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong Kekaryaan

51. Serikat Pelajar Muslimin Indonesia Gemuis

52. Wirakarya Kekaryaan

53. Fokusmaker Kekaryaan

54. Baladika Karya Kekaryaan

(29)

56. Pemuda Tani HKTI Nasionalis

57. BM Penegak Amanat Nasional Gemuis

58. IPPNU Gemuis

59. Ikatan Pemuda Tarbiyah Gemuis

60. PDK Kosgoro Kekaryaan

61. Pemuda PUI Gemuis

62. Gema Keadilan Gemuis

Organisasi Kemasyarakatan Pemuda yang terhimpun di Komite Nasional Pemuda Indonesia bisa di kategorikan dalam tiga klasasifikasi, mereka adalah Kekaryaan, Nasionalis dan Gerakan Muda Islam (Gemuis).

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri (Nasution, 1996 55). Peneliti sebagai instrumen penelitian sangat menentukan kelancaran, keberhasilan. hambatan atau kegagalan di dalam pengumpulan data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi studi puslaka, wawancara. observasi dan studi dokumentasi terhadap sumber data yang dapat di pertanggung jawabkan keabsahannya. Instrumen yang lain adalah recorder untuk merekam kegiatan wawancara dan catatan untuk medukukung teknik wawancara dan diskusi

D. Teknik Pengumpu1an Data

(30)

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh keterangan atau data langsung dari subjek penelitian. Sebagaimana dikemukakan oleh Nazir (1988 : 234) bahwa yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan subjek penelitian dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara. Maccoby & Maccoby (1954) juga menyatakan bahwa wawancara adalah pertemuan tatap muka yang dilakukan berulangkali antara peneliti dan informan dengan tujuan memahami pandangan informan mengenai kehidupannya pengalaman-pengalaman atau keadaan yang diriwayatkan dengan cara mereka sendiri.

Wawancara dilakukan dengan mengacu pada panduan wawancara yang telah disiapkan. tetapi terlebih dahulu diawali oleh wawancara tidak terstruktur dengan subjek penelitian diberikan kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran, pandangan, dan perasaaanya tanpa diatur ketat oleh peneliti. Wawancara hendak mengumpulkan data yang berkaitan dengan pengalaman. pendapat. perasaan. pengetahuan dan pengindaraan subiek penelitian yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yaitu mengenai pembinaan tanggung jawab sosial.

(31)

dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.

Data observasi berupa deskripsi yang faktual. cermat dan tererinci mengenai keadaan lapangan. kegiatan manusia dan situasi sosial, serta konteks tempat kegiatan-kegiatan itu sendiri. Data tersebut diperoleh peneliti dengan cara turut serta dalam berbagai peristiwa dan kegiatan antara lain turut serta dalam upacara.

Studi dokumentasi merupakan kegiatan pengkajian terhadap data tertentu yang dimiliki oleh KNPI berkaitan dengan kegiatan kemasyarakatan yang pernah maupun yang akan dilakukan.

Penelitian ini juga setidaknya menjadi bahan dalam penafsiran data jika terdapat pertentangan data dan informasi seperti keterangan subjek penelitian dengan catatan kejadian yang di arsipkan yang berbagai dokumen yang ada. Penyataan tersebut dapat dipertegas bahwa dalam studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa catatan, notulen rapat. agenda dan sebagainya.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanaakan di Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Bandung Barat. Subjek penelitian adalah pengurus dan anggota KNPI.

(32)

F. Pelaksanaan penelitian

Tahap-tahan penelitian kualitatif tidak rnernpunyai batas-batas yang tegas sebab disain serta fokus penelitian dapat mengalami perubahan, jadi bersifat emergent. Namun demikian secara garis besar dapat dibedakan dalam tiga tahap yaitu : 1. Tahap orientasi, tahap ini bertuiuan untuk mernperoleh data yang jeIas sesuai

dengan masalah yang hendak diteliti. Tahap ini merupakan tahap awal untuk mencari permasalahan di lapangan yang sekiranya dapat dijadikan bahan untuk diteliti, Sebelumnya peneliti mempersiapkan penyusunan konsep yang berkaitan dengan penelitian dan mengkomunikasikan dengan pembimbing serta mengurus perizinan penelitian terhadap pihak berwenang guna memudahkan aktivitas dilapangan yang berkaitan dengan penelitian Setelah gambaran umum tentang lokasi penelitian telah didapat. maka peneliti mulai mengadakan eksplorasi.

2. Tahap ekspolarasi, tahap ini mengumpulkan data sumber-sumber inforrnasi yang dianggap relevan. Tahap ini untuk melacak data dan fakta berkenaan dengan fokus penelitian. peneliti mulai melakukan tahap eksplorasi. Tahap member check. tahap ini dimaksudkan untuk mengecek peneliti lebih dapat

(33)

peneliti memberikan kepada subjek penelitian untuk memperbaikinya. Cara lain yang ditempuh adalah peneliti membaca hasil wawancara kemudian subjek penelitian mendengarkan apakah sesuai atau tidak dengan informasi yang diberikan. Hal ini dilakukan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak. 3. Tahap member check, pada tahap ini hasil pengamatan dan wawancara

ditriangulasi kepada informan yang bersangkutan untuk dibaca dan dinilai kesesuaiannya dengan informasi yang di berikan masing-masing. Kesalahan dan kekeliruan kemudian dikoreksi. Tujuan member check adalah agar informan memeriksa kebenaran laporan itu. agar hasil penelitian dapat dipercaya.

(34)

G. Pengolahan dan Analisis Data

Analisis dan interprstasi data berjalan terus selama proses penelilian dan setelah semua data yang diperlukan terkumpul. Selama proses penelitian analsis dilakukan dan muncul pertanyaan-pertanyaan yang dijadikan patokan untuk melacak terus kasus yang diteliti sampai diperoleh data sebanyak mungkin.

Terdapat dua konsepsi yang saling berkaitan dan bekerja secara simultan yaitu analisis dan interorestasi data terkumpul. Menurut Goetz & LeCompte ( 1984 190-191) dengan langkah yang memiliki kemiripan atas analisis pendahuluan dan lanjutan. Data yang diperoleh dibagi menjadi unit kategori yang lebih lanjut, Pemberian kode dari satuan-satuan yang diperoleh akan membantu pemilihan sifat yang sama untuk kepentingan analisis sesuai dengan fokus dan pertanyaan penelitian.

Langkah berikutnya dalam memperlakukan data lebih banyak bersifat pekerjaan seorang seniman ( Goetz & LeCompte. 1984-167 ). Langkah-langkah yang ditempuh dikenal dengan theorizing, yaitu proses kognisi untuk melakukan diskoveri atau manipulasi abstrak dan kategori dan keterhubungan dengan kategori tadi ( Goetz & LeComote. 1984 : 167 ). meliputi analisis. interprestasi dan membangun teori. Pada tahap ini ditempuh pekerjaan persepsi, perbandingan, pengkontrasan, agregasi. pengorderan, membangun keterhubungan dan keterkaitan serta spekulasi.

(35)

perbandingan, pengkontrasan, agresi, pengorderan, berkaitan dengan tugas peneliti kuantitatif sebagai dasar dalam melakukan studi yang berkaitan dengan budaya. Pertanyaan-pertanyaan yang selalu timbul dalam melakukan studi yang berkaitan dengan budaya. Pernyataan-pemvataan yang selalu timbul antara lain apakah yang memiliki kemiripan sama dengan yang lainnya? atau apa yang beda dengan yang lainya? pemilihan data yang memiliki kemiripan satu dengan yang lainva atau berbeda sangat penting dalam membangun taksonomi yang seharusnya diperoleh dan faktor-faktor yang memiliki keseringan timbul dalam proses penelitian. Dari hasil membangun taksonomi dibuat penyederhanaan ( aggregating ) yang kemudian dihubungkan de dalam jaringan struktur yang sudah

mapan (ordering) sebagai suatu teori implisit maupun ekplisit.

Pada tahapan penelitian kualitatif berikutnya yaitu membuat keterhubungan dari setiap kejadian, baik asosiasi, perbedaan maupun sebab akibat satu penemuan dengan yang lainya. Bagian ini memilki sedikit perbedaan dengan penelitian kuantitatif, terutama mengenai intensitas dan subjek penelitian dalam memberikan sumbangan pada keterhubungan hasil penelitian.

Bagian akhir dan proses analisis yaitu membuat spekulasi hasil penelitian. berupa membuat perkiraan hasil penelitian untuk cakupan yang lebih dikenal dengan probalistic. Pada tahapan ini dikembangkan konsep metapora, similasi dan analogi, berupa perluasan hasil penelitain untuk skala yang lebih besar. Pada tahapan ini dikembangkan pula konsolidasi teori yang lebih dikenal dengan grouded theory. yaitu teori yang berkembang sebagai hasil dan proses penelitian

(36)

Nasution (1996:129) mengemukakan bahwa analisis data kualitatif adalah proses penyusunan data dalam arti menggolongkannya dalam pola. tema atau kategori agar dapat ditafsirkan. Sedankan Moleong (2000 : 103) menyatakan bahwa analisis data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola kategori dan satuan uraian dasar sedemikian rupa sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja sebagai yang dirasakan data.

Nasution (1996:129) mengungkapkan bahwa dalam menganalisis data penelitian kuatitatif dapat dipergunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Reduksi data : data yang diperoleh dalam lapangan ini akan terus di ketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Laporan ini akan terus bertambah dan akan menambah kesulitan bias tidak segera di analisis sejak semula. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, di pilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanva. jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan. Dari hasil pengamatan observasi, wawancara dan partisipasi peneliti di KNPI KBB

(37)

merupakan analisis, seperti daftar subjek penelitian, AD/ART KNPI dan program kerja.

3. Kesimpulan dan verifikasi : sejak awal peneliti berusaha untuk mencari makna kata yang dikumpulkan. Untuk itu ia mencari pola. tema hubungan, persamaan hal-hal yang sering timbul dan sebagainya. Jadi dari data yang diperoleh, sejak semula ia mencoba mengambil kesimpulan. Kesimpulan ini mula-mula sangat tentative, kabur, diragukan akan tetapi dengan tambahnya data, maka kesimpulan itu lebih “grounded”. Kesimpulan senantiantiasa harus diverifikasikan selama penelitian berlangsung. Verifikasi dapat singkat dengan cara mencari data baru dan dapat pula lebih mendalam bila penelitian dilakukan oleh suatu tim untuk rnencapai “inter-subjecktive concencus” yakni persetujuan bersama agar lebih menjamin validasi, yang menyangkut fokus penelitian, empat pertanyaan penelitian baik temuan masalah dari kasus negatif maupun temuan makna. H. Metode dan Lokasi Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu, sebagaimana yang diungkapkan oleh Suriasumantri (Sugiyono, 1994:1) bahwa metode merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu.

(38)

menekankan kepada usaha untuk memperoleh infromasi mengenai status atau gejala pada saat penelitian, memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, juga lebih jauh menerangkan hubungan, serta menarik makna dari suatu masalah yang diinginkan. Adapun studi kasus umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal yakni hasil pengumpulan dan analisa kasus dalam satu jangka waktu. Kasus dapat terbatas pada satu orang, satu lembaga, satu peristiwa ataupun satu kelompok manusia dan kelompok objek lain-lain yang cukup terbatas, yang dipandang sebagai satu kesatuan dalam hal itu, segala aspek kasus tersebut mendapat perhatian sepenuhnya dari penyelidik (Winarno, 1978:135), sedangkan Whiterington (Buchori, 1985:24) mengungkapkan bahwa cases study penyelidikan-penyelidikan hanya dilakukan terhadap sejumalh kecil individu, tetapi dilakukan secara mendalam.

Sesuai dengan kekhasannya, bahwa pendekatan studi kasus dilakukan pada objek yang terbatas. Oleh karenanya persoalan pemilihan sampel yang menggunakan pendekatan tersebut tidak sama dengan persoalan yang dihadapi oleh penelitian kuantitatif. Sebagai implikasinya, penelitian yang menggunakan pendekatan studi kasus hasilnya tidak dapat digeneralisasikan, dengan kata lain hanya berlaku pada kasus itu saja.

(39)

Adapun alasan peneliti mengambil lokasi dan subyek penelitian Komite Nasional Pemuda Indonesia diantaranya berdasarkan kepada bahwa Komite Nasional Pemuda Indonesia merupakan badan perwakilan pemuda yang diakui oleh undang-undang di Negara Kesatuan Republik Indonesia, mereka mempunyai tugas dan wewenang yang jelas sebagai perwakilan pemerintah di kalangan kepemudaan sehingga memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk dilakukanya proses penelitian yang berintegrasi pada nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat lintas agama dan budaya. Selain itu, di Komite Nasional Pemuda Indonesia terdiri dari banyak macam kepemudaan sehingga diharapkan mampu menghasilkan penelitian yang tidak bias dan objektif.

I. Definisi dan Penjelasan

Untuk menghindari kesalahan pengertian dari istilah yang ada pada judul penelitian perlu dijelaskan sebagai berikut :

1. Nilai

(40)

2. Moral

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988 : 123) istilah moral memiliki dua pengertian yaitu : Serangkaian ajaran nilai tentang baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila.

3. Karya

Dalam Kamus Bahasa Indonesia(1998:645) istilah karya memiliki dua pengertian, yaitu pekerjaan dan hasil (terutama hasil karangan)

4. Iwan Fals

Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir di Jakarta, 3 September 1961; umur 47 tahun) adalah seorang penyanyi beraliran balada yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia.

Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia (terutama Jakarta) di akhir tahun 1970-an hingga sekarang. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya tetapi juga sejumlah pencipta lain.( http://id.wikipedia.org/wiki/Iwan_Fals)

5. Karya Iwan Fals

Mokoo Awe menyebutkan dalam buku Iwan Fals : Nyanyian di Tengah Kegelapan (2003:27) Iwan Fals menciptakan lagu dengan cara merangkai

(41)

mempopulerkan suara hati. Ia membangun mimpi di tengah kegundahan yang tiada pasti nasib anak negeri. Sebuah nada, irama, bersama lirik lagunya berusaha memberikan harapan tersendiri bagi pendengarnya. Seperti diketahui bahwa daya pikat lagu Iwan Fals terletak pada lirik lagu yang penuh dengan kritik sosial. Hal ini mengacu pada masalah serta tema yang diungkapkan dalam lirik lagu tersebut. Lirik lagu Iwan Fals lebih diminati oleh pendengarnya berdasarkan sesuatu hal yang tekandung dalam lirik lagu, atau misi yang akan disampaikan kepada pendengarnya lewat lagu itu.

1. Kesadaran Sosial

Kesadaran sosial terdiri dari dua kata yaitu kesadaran dan sosial. Dalam Kamus Bahasa Indonesia(1998:1240) istilah kesadaran memiliki arti keinsafan

(42)

dintgrasikan oleh otak dari suatu organisme yang hidup. Dalam bentuk persep inilah, manusia memahami fakta dan memahami realitas. Persep buka sensasi, merupakan yang tersajikan yang tertentu (the given) yang jelas pada dirinya sendiri (the self evidence). Pengetahuan tentang sensasi sebagai bagian komponen dari persep tidak langsung diperoleh manusia jauh kemudian, merupakan penemuan ilmiah, penemuan konseptual, sedangkan sosial dalam Kamus Bahasa Indonesia(1998:1371) istilah sosial memiliki arti berkenaan dengan masyarakat,

jadi kesadaran sosial itu menginsafi kepentingan berkait dengan kehidupan masyarakat.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, Ruslan. (1986). Indonesia Menatap Masa Depan. Jakarta : Pustaka Merdeka.

___________.(2000).Nasionalisme Perburuan Tanpa Tepi, Jakarta : Badan Informasi dan komunikasi Nasional

Abdul Hakam, Kama. (2000). Pendidikan Nilai. Bandung : MKDU Press.

Ahmad, Muhamad Al Hufy. (1978). Min Akhlaqin Nabiy (terj). Jakarta : Bulan Bintang.

Anselm, Strauss. (1990). Basic Of Qualitative Research. London : Sage Publication.

Atmadi.A. (2000). Transformasi Pendidikan. Jogjakarta : Kanisius.

Alwasilah, A Chaedar. (2006). Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung. Pustaka Jaya

Azwar, Syaifudin. (1998). Sikap Manusia., Teori dan Pengukurannya. Jogyakarta : Pustaka Pelajar.

Berry. John W. (2000). Psikologi Lintas Budaya (terjemahan). Jakarta :Gramedia. Bogdan-Biklen. (1982). Qualitatif Research for Educatioan, An Introduction for

Emerging Adolesens, New York : Albany Adison Wesly.

Brouwer, MAW. (1988). Alam Manusia dalam Fenomenologi. Jakarta : PT Gramedia.

Capra, Pritjop. (1999). Titik Balik Peradaban, (terjemahan), Jakarta : Bintang. Chang, William. (2000). Pengantar Teologi Moral. Yogyakarta : Kanisius. Departemen Agama.(1988). Al-Qurannul karim. Jakarta : Dept. Agama. Press. Djahiri, Kosasih A. (1985). Strategi Pengajaran Afektif Nilai Moral VCT dan

Games dalam VCT. Bandung : IKIP Press.

(44)

International Conference on Multi Cultural Education. Bandung : IKIP. Press.

____________. (1996a). Dasar-dasar Umum Pengajaran Nilai, Moral PVCT. Bandung : Lab PMPKN IKIP Bandung.

____________. (1999). Dasar Konsep Pendidikan Moral. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

____________. (2002). Moral and Character Development Teaching Values and Social Moral Development. Bandung : Lab. Pengajaran PMP FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.(UPI)

____________. (2002a). Pendidikan Nilai Moral (seri ke-5 petikan Internet). Bandung : Program Studi Pendidikan Umum. PPS UPI. ____________. (2004). Pendidikan Nilai Moral Humaniora, Petikan kajian

bacaan dari Internet, Bandung : PPS UPI

Downey, Meriel. (1988). Moral Education (Terjemahan). Bandung : PPS. IKIP Bandung.

Durkheim, Emmile. (1990). Pendidikan Moral (Terjemahan). Jakarta : PT.Erlangga.

Hasan, Hamid S. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Howard, Roy J. (2000). Three Faces of Hermeneutics (terjemahan). Bandung : Penerbit Nuansa.

Koentjaraningrat, (1983). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Jambatan.

_____________. (1983a). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia.

Kolberg, Lawrence. (1983). Moral Stage. a Current Formulation and a Response to Critics. New York : Kruger.

_______________. (1996). Tahap-Tahap Perkembangan Moral. Jogyakarta : Kanisius.

Lakoff, George. (1996). Moral Politics. New York : The University Chicago Press.

Leahy, Louis. (1985). Manusia Sebuah Misteri. Jakarta : PT Gramedia.

(45)

Moertopo, Ali. (1978). Strategi Kebudayaan. Jakarta : CSIS.

Mueller, Danniel J. (1990). Mengukur Sikap-sikap Sosial (terjemahan). Bandung : Universitas Pasundan.

Muhadjir, Noeng. (1987). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Jogjakarta : Rakesarasin.

Pudjawijatna. IR.(1986). Etika Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : Bina Aksara. Phenix, Philip H. (1960). Realms of Meaning. New York : Mc Graw Hill Book

Company.

Poespoprodjo. (1998). Filsafat Moral. Bandung : Pustaka Grafika

Sanusi, Ahmad. (1998). Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan dan Metode Penelitian. Bandung : PPS IKIP Bandung.

Santosa, Budhi. (2001). Kebudayaan Bangsa, Kebudayaan Nasional, Kebudayaan Daerah (makalah). Jakarta : Dirjen Dikti.

Sediawati, Edi. (1999). Keragaman dan Silang Budaya. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Semiawan, Conny R. (1991). Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional. Jakarta : Grasindo.

Solomon, Robert C. (1984). Ethics a Brief Introduction (terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Sumaatmadja, Nursid. (1996). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta

Susanto, Astrid, S. (1998). Masyarakat Indonesia Memasuki Abad Ke-21. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.

Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administratif. Bandung. Alfabeta. Winarno. (1978). Studi Kasus Dalam Penelitian. Jakarta. Bumi Aksara

Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Bandung. Fokusmedia

Kamus Bahasa Indonesia (1998) Perpustakaan Nasional Indonesia

(46)

Wasito, Puspoprodjo. (1985). Hermeneutika Filsafat dari Beberapa Perspektifnya Bagi Kebudayaan Indonesia. Bandung : Universitas Padjadjaran (Disertasi), tidak diterbitkan.

Winecoff HL. (1988). Value Education Concepts and Model (terjemahan). Malang : IKIP Malang.

Yin, Robert K. (1987). Case Study Research Design and Method. New York : Sage Publication.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, Ruslan. (1986). Indonesia Menatap Masa Depan. Jakarta : Pustaka Merdeka.

___________.(2000).Nasionalisme Perburuan Tanpa Tepi, Jakarta : Badan Informasi dan komunikasi Nasional.

Abdul Hakam, Kama. (2000). Pendidikan Nilai. Bandung : MKDU Press.

Arthur Asa Berger.(2005). Signs In Contemporary Culture (Terj). Jogjakarta : Tiara Wacana

Art Ong Jumsai Na Ayudhya.(2008). Human Values Instructional Model. Jakarta : Yayasan Sathya Sai Indonesia.

Ahmad, Muhamad Al Hufy. (1978). Min Akhlaqin Nabiy (terj). Jakarta : Bulan Bintang.

Alain, Rey. (2000) La Terminologie, di terjemahkan oleh Rahayu Hidayat, Jakarta : Universitas Indonesia

Amir Piliang Yasraf.(1999). Dunia Yang Dilipat, Bandung : Mizan AD/ART Komite Nasional Pemuda Indonesia. Jakarta : KNPI

Anselm, Strauss. (1990). Basic Of Qualitative Research. London : Sage Publication. Atmadi.A. (2000). Transformasi Pendidikan. Jogjakarta : Kanisius.

Alwasilah, A Chaedar. (2006). Pokoknya Kualitatif, Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung. Pustaka Jaya

Alvian.(1986). Transformasi Sosial Budaya dalam Pembangunan. Jakarta : UI PKESS Azwar, Syaifudin. (1998). Sikap Manusia., Teori dan Pengukurannya. Jogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Asyari, Sukmajaya.(1996).Indeks Al-Qur’an. Bandung : Pustaka

Berry. John W. (2000). Psikologi Lintas Budaya (terjemahan). Jakarta : Gramedia.

(48)

Brouwer, MAW. (1988). Alam Manusia dalam Fenomenologi. Jakarta : PT Gramedia.

Chang, William. (2000). Pengantar Teologi Moral. Yogyakarta : Kanisius. Departemen Agama.(1988). Al-Qurannul karim. Jakarta : Dept. Agama. Press. Derrida, Jaques .(2002).Heidegger and the questions (Terj).Jogjakarta. Jalasutra Djahiri, Kosasih A. (1985). Strategi Pengajaran Afektif Nilai Moral VCT dan Games

dalam VCT. Bandung : IKIP Press.

____________. (1996). Developing the Sense of Nationalism, Unity in Diversity and Diversity in Uniformity in The Indonesian Pluralistic Society, International Conference on Multi Cultural Education. Bandung : IKIP. Press.

____________. (1996a). Dasar-dasar Umum Pengajaran Nilai, Moral PVCT. Bandung : Lab PMPKN IKIP Bandung.

____________. (1999). Dasar Konsep Pendidikan Moral. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

____________. (2002). Moral and Character Development Teaching Values and Social Moral Development. Bandung : Lab. Pengajaran PMP FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia.(UPI)

____________. (2002a). Pendidikan Nilai Moral (seri ke-5 petikan Internet). Bandung : Program Studi Pendidikan Umum. PPS UPI.

____________. (2004). Pendidikan Nilai Moral Humaniora, Petikan kajian bacaan dari Internet, Bandung : PPS UPI

Darmaningtyas (1999). Pendidikan di Masa Krisis, Jogjakarta : Pustaka Pelajar. Downey, Meriel. (1988). Moral Education (Terjemahan). Bandung : PPS. IKIP

Bandung.

Darmanto, Stephanus.(1994). Jangan Tangisi Tradisi, Jogjakarta : Kanisius. Durkheim, Emmile. (1990). Pendidikan Moral (Terjemahan). Jakarta :

PT.Erlangga.

Hasan, Hamid S. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Haar, Tilaar.(1998). Agenda Reformasi Pendidikan Nasional ; Jakarta : Tera

(49)

Kompas, Surat Kabar, Tanggal 22 April 2009 : Jakarta Gramedia PT

Koentjaraningrat, (1983). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Jambatan. _____________. (1983a). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta :

Gramedia.

Kayam, Umar.(1997).Lifestyle Ectacy.Bandung : Mizan.

Kolberg, Lawrence. (1983). Moral Stage. a Current Formulation and a Response to Critics. New York : Kruger.

_______________. (1996). Tahap-Tahap Perkembangan Moral. Jogyakarta : Kanisius.

Lakoff, George. (1996). Moral Politics. New York : The University Chicago Press. Leahy, Louis. (1985). Manusia Sebuah Misteri. Jakarta : PT Gramedia.

Mansur, Hamdan (2001) General Education, Jakarta : Dirjen Dikti. Depdiknas.

Martin, Suryajaya.(2008). Derrida dalam Apotik Plato, Basis. Yogyakarta : Kanisius Muji, Sutrisno.(2005). Teori-teori Kebudayaan. Jogjakarta : Kanisius

Moertopo, Ali. (1978). Strategi Kebudayaan. Jakarta : CSIS.

Mueller, Danniel J. (1990). Mengukur Sikap-sikap Sosial (terjemahan). Bandung : Universitas Pasundan.

Muhadjir, Noeng. (1987). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Jogjakarta : Rakesarasin.

Nasikun.(1995). Sistem Sosial Indonesia.Jogjakarta : Fisipol UGM.

Pudjawijatna. IR.(1986). Etika Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : Bina Aksara.

Phenix, Philip H. (1960). Realms of Meaning. New York : Mc Graw Hill Book Company.

(50)

Sanusi, Ahmad. (1998). Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan dan Metode Penelitian. Bandung : PPS IKIP Bandung.

Santosa, Budhi. (2001). Kebudayaan Bangsa, Kebudayaan Nasional, Kebudayaan Daerah (makalah). Jakarta : Dirjen Dikti.

Sediawati, Edi. (1999). Keragaman dan Silang Budaya. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Semiawan, Conny R. (1991). Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional. Jakarta : Grasindo.

Sobur, Alex.(2003). Semiotika Komunikasi, Bandung : Rosdakarya. Sumarjo, Jakob.(2001). Menjadi Manusia, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Solomon, Robert C. (1984). Ethics a Brief Introduction (terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Sumaatmadja, Nursid. (1996). Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta

Susanto, Astrid, S. (1998). Masyarakat Indonesia Memasuki Abad Ke-21. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud.

Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administratif. Bandung. Alfabeta. Winarno. (1978). Studi Kasus Dalam Penelitian. Jakarta. Bumi Aksara

Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Bandung. Fokusmedia

Kamus Bahasa Indonesia (1998) Perpustakaan Nasional Indonesia

Tibor, Machan.(2006). Kebebasan dan Kebudayaan, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia

Titus, Harold. (1981). General Education (terjemahan). Bandung : PPS. UPI Teeuw. A. (2003). Sastra dan Ilmu Sastra, Jakarta : Pustaka Jaya.

(51)

Winecoff HL. (1988). Value Education Concepts and Model (terjemahan). Malang : IKIP Malang.

Wijaya, Putu.(2005). Menakar Bawah Sadar Kolektif Masy.Indonesia, melintas Jurnal Filsafat no.2 Vol.21, Bandung : UNPAR

Yin, Robert K. (1987). Case Study Research Design and Method. New York : Sage Publication.

Gambar

Tabel 2  Jumlah Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dilingkungan  Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Bandung Barat…………..........
Gambar 1  Hubungan antar Elemen yang Membentuk Suatu Perubahan Sikap...  29
Tabel 1 Pemuda sebagai Subjek Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

regresi yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan hasil bahwa, secara bersama-sama ke dua variabel Kemampuan dan Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap tingkat

Informasi yang digunakan lebih di khususkan untuk pengolahan data verifikasi yang berkaitan dengan proses pekerjaan di bidang perizinan badan hukum PT dan

Pernyataan yang terkait dengan proses katabolisme adalah ..... A.. DOKUNILrN

Descriptive model dimana data yang diolah adalah data kemiskinan pada 12 Kota atau Kabupaten di Propinsi Riau dimana variabel yang digunakan adalah : Data pesentase

Latar Belakang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi kitosan dalam media czapex memberikan pengaruh nyata terhap pertumbuhan diameter koloni miselia

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan telah dikembangkan multimedia pembelajaran interaktif fisika berbasis

This study describes the kinds of verbal humor in The SpongeBob Movie: Sponge Out of Water ” animated film and the violation maxim principle of humor