PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN
IKUM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU
Dl SLTP NEGER11 SAMARANG DAN SLTP NEGER11
BAYONGBONG KABUPATEN GARUT
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Magister PendidikanProgram Studi Administrasi Pendidikan
^3?%,
SUKANDAR/NIM 019675
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
DISETUn DAN DISAHKAN
OLEH
W-.MB1MBING
^A^
I^ROF. DR. H. IdOCffl ANWAR, M.PD
PKMBIMBING II
"'A^**—
DR. DANNY MEIRAWAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNGDISETUJUI DAN DISAHKAN
OULW
KETUA PROGRAM STUDI
ADMINISTRASfl PENDIDIKAN
PROF. DR. H. TB. AB DDIN MAKMUN, M.A
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul " Pengaruh
Kompetensi Profesional Guru dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Guru di SLTP
Negeri JSamarangdan SLTPNegeri JBayongbongKabupaten Garut "ini, beserta
seluruh isinya adalah benar-benar karya saya scndiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan dan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas dasar penyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sangsi yang
dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atas
etika keilmuan dalam karya saya ini.
Bandung, September 2003
ABSTRAK
SUKANDAR. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru dan Iklim Organisasi
terhadap Kinerja Guru di SLTP Negeri I Samarang dan SLTP Negeri 1
Bayongbang Kabupaten Garut.
Pelaksanaan proses belajar mengajar yang kurang efektif dan efisien sebagai
bagian dari kurangnya kompetensi profesional guru serta kepemimpinan kepala
sekolah, motivasi kerja, komunikasi dan pengendalian diri yang masih belum ditangani
dengan serius sebagai bagian dari iklim organisasi yang kurang kondusip
mengakibatkan tingkat kinerja guru SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1
BayongbongKabupatenGarut menjadi rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kompetensi profesional ,
iklim organisasi dan kinerja guru SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1
Bayongbong Kabupaten Garut Selain itu penelitian ini bertujuan pula untuk
mengungkap seberapa besar pengaruh kompetensi profesional guru dan iklim
organisasi terhadap kinerja guru.
Metode penelitian ini menggunakan metode survai dengan melibatkan dua
variabel bebas (kompetensi profesional dan iklim organisasi) dan satu variabel terikat
(kinerja guru). Populasi dalam penelitian ini adalah guru SLTP Negeri 1 Samarang
dan SLTP negeri 1 Bayongbong Kabupaten Garut. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik random sampling . Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik
deskriptif dan inferensial.Hasil penelitian menunjukan bahwa : Pertama, Kompetensi Profesional guru
SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Garut
tergolong pada katagori rendah . hal ini dibuktikan dengan persentase sekitar 54,17%.
Kedua, Iklim Organisasi dan Kinerja Guru SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP
Negeri 1 Bayongbong Kaupaten Garut tergolong pada katagori sedang,
masing-masing sekitar 35,42 % dan 39,58 %. Sedangkan Kinerja guru menurut versi siswa
tergolong pada kategori tinggi yaitu 34 %. Ketiga, Terdapat pengaruh positif yang
signifikan Kompotensi Profesional Guru terhadap Kinerja Guru sebesar 26,8 %.
Terdapat pengaruh positif yang signifikan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Guru
sebesar 48%. Dan kelima, secara simultan, Kompetensi Profesional dan Iklim
Organisasi berpengaruh sebesar 49,7 % terhadap Kinerja Guru SLTP Negeri 1
DAFTARISI
Halaman
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTARISI iv
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPDIAN x
BAB I PENDAHULUAN
A. latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 10
C. Pembatasan Masalah 13
D. Rumusan Masalah 14
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 15
F. Defmisi Operasional Variabel 16
G. Kerangka Pemikiaran 20
H. Hipotesis Penelitian 27
BAB H KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik
1. Konsep Administrasi Pendidikan 28
2. Tinjauan Tentang Kompetensi Profesional Guru 33
2.1 Pengertian Kompetensi Profesional Guru 33
2.2 Peningkatan Profesionalisme Guru 36
2.3 Dimensi Kompetensi Profesional Guru 40
3. Tinjauan Tentang Iklim Organisasi 50
3.1 Organisasi dan Perilaku Organisasi 48
3.2 Pengertian Iklim Organisasi 52
3.3 Dimensi Iklim Organisasi 56
4. Tinjauan Tentang Kinerja Guru
4.1 Pengertian Kinerja 59
4.2 Dimensi Kinerja .' 63
4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja 64
4.4 Penilaian Kinerja 66
5. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru dan Iklim Organisasi
Terhadap Kinerja Guru 71
B. Telaah Studi Terdahulu 75
C. Posisi/ Kaitan Kajian Teoritik dengan Studi Terdahulu 76
BAB HI PROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan 78
B. Variabel dan Kerangka Penelitian 79
C. Populasi dan Sampel Penelitian 80
D. Instrumen Penelitian 83
E. Hasil Uji Coba Instrumen 85
F. Langkah Pengumpulan Data 93
G. Teknik Analisis Data 93
KPengujian persyaratan analisis 95
I. Langkah-Langkah Penelitian 98
J. Tempat Penelitian 98
BAB TV HASH. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Wilayah Kerja Dinas Pendidikan
KabupatenGarut 99
2. Program Kerja SLTPNegeri 1 Samarang 100
3. Program Kerja SLTP Negeri 1 Bayongbong 119
B. Analisis Deskriptif Kompetensi Profesional, Iklim Organisasi,
Kinerja Guru 123
C. Pengujian Signifikansi Kompetensi Profesional dan Iklim Organisasi
Terhadap Kinerja Guru
1. Pengaruh Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru 138
2. Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Guru 141
3. Pengaruh Kompetensi Profesional (XI) dan Iklim Organisasi
(X2) terhadap Kinerja Guru (Y) 144
D. Resume Hasil Penelitian 146
E. Pembahasan Hasil Penelitian 147
1. Hubungan Variabel XI atas Y (Kompetensi Profesional Guru
Terhadap Kinerja SLTPN.1 Samarang Dan Bayongbong).... 152
2. Hubungan Variabel X2 atas Y (Iklim Organisasi Terhadap
Kinerja Guru SLTPN1 Samarang Dan Bayongbong) 153
3. Hubungan Variabel XI dan X2 atas Y (Kompetensi
Profesional dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Guru
SLTPN. 1 Samarang Dan Bayongbong Kabupaten Garut 154
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 159
B. Implikasi 160
C. Saran-saran 163
DAFTAR PUSTAKA 166
LAMPERAN : 1. Instrumen Penelitian
2. Uji Coba Instrumen
3. Data Lengkap Hasil Penelitian
4. Analisis Deskriptif
5. Uji Persyaratan Analisis
6. Pengujian Hipotesis
DAFTAR RTWAYAT HD3UP
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1 Dua Tujuan Evaluasi Kinerja: Suatu Perbandingan 64
3.1 Populasi dan Anggota Sampel Guru 82
3.2 Populasi dan Anggota Sampel Siswa untuk Kinerja Guru 82
3.3 KerangkaKisi-Kisi AngketPenelitianKompetensi Profesional guru 87
3.4 Kerangka Kisi-Kisi Angket Penelitian IklimOrganisasi 90
3.5 Kerangka Kisi-Kisi Angket Penelitian Kinerja Guru untuk Guru 91
3.6 Kerangka Kisi-Kisi AngketPenelitianKinerja Guru untuk Siswa 92
3.7 Katagori Masing-masing Variabel 94
3.8 Uji Normalitas 96
3.9 Hasil Uji Linieritas data 97
4.1 Keadaan SiswaSLTP Negeri 1 Samarang 103
4.2 Keadaan Siswa SLTP Negeri 1 Bayongbong 121
4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Katagori Kompetensi Profesional 124
4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Katagori Iklim Organisasi 129
4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Katagori Kinerja Guru 132
4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Katagori Kinerja Guru versi Siswa 134
DAFTAR GAMBAR
NO. Judul Halaman
1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 26
2.1 Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan 30
2.2 Tujuan Penilaian Kinerja 70
3.1 Variabel Kerangka Pemikiran 79
4.1 Struktur Organisasi SLTPNegeri 1 Samarang 102
4.2 Struktur Organisasi SLTP Negeri 1 Bayongbong 121
4.3 Histogram Frekuensi Kompetensi Profesional Guru 125
4.4 Histogram Frekuensi Iklim Organisasi 130
4.5 Histogram Frekuensi Kinerja Guru 133
4.6 Histogram Frekuensi Kinerja Guru versi Siswa 135
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Bangsa Indonesia saat ini tengah berada dalam era reformasi termasuk
reformasi pendidikan, namun sekian tahun era reformasi berjalan, nampaknya belum
memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Di antara penyebabnya adalah masih
rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hasil penelitian United Nation
development Program (UNDP) menunjukkan bahwa peringkat pembangunan SDM di
negara-negara berkembang, Indonesia menempati urutan ke-102 dari 107 negara yang
diteiiti (Soejadi, 1996:175).
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kebutuhan mendesak
yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah dalam rangka memasuki era pasar bebas dan
pendidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam upaya
pengembangan sumber daya manusia tersebut sebab di bidang pendidikan ini,
Indonesia telah memperoleh berbagai sukses besar disamping menghadapi berbagai
masalah. Sukses besar itu diantaranya (1) dalam waktu 15 tahun sejak dicanangkannya
pada tahun 1969, telah mencapai pendidikan universal 6 tahun, dan sejak tahun 1995
telah dicanangkan pendidikan universal 9 tahun, dan (2) lahimya UU No. 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kedua tonggak dasar sektor pembangunan
lebih tinggi yaitu kualitas pendidikan dan manajemen sektor pendidikan sebagai
bagian dari manajemen pembangunan nasional.
Pidarta (1988:20) mengemukakan bahwa hambatan utama dalam pengembangan
pendidikan bukan pada aspek keuangan tetapi pada aspek manajemen. Dalam
pendidikan manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan
sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu upaya memperbaiki mutu
pendidikan hams dimulai dari manajemen pendidikan.
Berbagai langkah kebijaksanaan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu
telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya penataan manajemen pendidikan mulai
dari pembinaan kelembagaan, kurikulum, ketenagaan, sarana prasarana dan perubahan
sistem lainnya. Walaupun demikian hams diakui bahwa manajemen pendidikan di
Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain bahkan dari negara tetangga
sekalipun seperti Malaysia atau Singapura, selain itu dalam tatanan makro kebijakan
pemerintah dalam menetapkan Alokasi Anggaran untuk sektor pendidikan masih jauh
dari memadai dan kurikulum nasional yang masih mencari format yang ideal
disesuaikan dengan tantangan-tantangan kedaerahan merupakan tantangan yang maha
berat bagi insan pendidikan.
Dalam ruang lingkup mikro, permasalahan pendidikan masih berpusat di
sekitar pertanyaan : Bagaimana supaya proses belajar mengajar berlangsung efektif
dan efisien ? bagaimana agar kualitas tingkah laku anak terns meningkat sejalan
dengan meningkatnya kualitas kognitif ? metode apa yang hams diaplikasikan dalam
cara apa agar siswa terampil, kritis dan penuh inisiatif ? metode apa yang paling tepat
untuk mengukur kemajuan belajar ?dan bagaimana cara meningkatkan kualitas gum ?
Diantara sekian banyak permasalahan pendidikan yang teridentifikasikan
tersebut, masalah manajemen pendidikan mempakan permasalahan yang hams
diprioritaskan sebab hal ini berkaitan dengan bagaimana mengelola pendidikan dari
aspek pemerataan, relevansi, produktivitas, efektivitas dan efesiensi serta mutu
pendidikan itu sendiri.
1. Masalah pemerataan pendidikan berhubungan dengan hak setiap warga
Indonesia untuk mendapatkan pendidikan dengan adil dalam setiap jenjang,
2. Relevansi pendidikan berkaitan erat dengan program-program pendidikan yang
disajikan di perguruan tinggi disesuaikan dengan kebutuhan nyata dalam
masyarakat, oleh karena itu iklim dunia kerja dan industri mempakan suatu
keharusan dalam memenuhinya. Kebutuhan masyarakat disini bukan bukan
hanya IPTEK dan keterampilan melainkan kebutuhan moral, etika dan agama.
Dengan demikian relevansi pendidikan akan berjalan dengan baik tergantung
pada gum yang profesional.
3.
Produktivitas berhubungan dengan ilmu, sistem, nilai dan pendidikan
situasional manajemen dalam prosesnya untuk menentukan visi dan misi
pendidikan.
4.
Masalah Efektivitas dan Efesiensi, dalam hal ini efektivitas menyangkut
sementara efesiensi menyangkut perbandingan antara output dengan input
pendidikan.
5. Mutu pendidikan berkaitan dengan peningkatan kualitas, dan dari berbagai
unsur penyelenggaraan pendidikan dapat diketahui bahwa kesulitan dalam
peningkatan kualitas pendidikan disebabkan oleh sarana terbatas, dana
pendidikan yang minim dan penghargaan kepada profesi gum yang sangat
rendah. Dalam kaitan dengan ini, pendidikan yang berkuahtas bukan hanya
pendidikan yang mengembangkan intelegensi akademik tapi mencakup kepada
seluruh spektrum intelegensi manusia yaitu emosional, spatsial, interpersonal
dan intra-personal. Dan kunci utama didalam peningkatan kualitas pendidikan
tersebutadalahmutu padagurunya.
Dari sekian banyak permasalahan di atas, pada dasarnya keberhasilan
pendidikan atau tinggi rendahnya pendidikan tersebut sangat ditentukan oleh kinerja
para pelaku pendidikan khususnya para gum dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab mengelola pendidikan dan pengajaran yang dibebankan kepadanya.
Kinerja gum mempakan faktor yang paling menarik minat untuk diteliti karena tiga
alasan.
Pertama, gum yang belakangan mendapat sorotan dunia pers karena tuntutan
mereka akan kenaikan gaji dan tunjangan sebagai ujung tombak bagi keberhasilan
Kedua, gum tidak hanya berperan didalam mentransfer ilmu kepada anak
didiknya tapi memberikan tauladan sikap, ucapan dan perilaku sebab anak didik SD,
SLTP atau SMU sering melakukan imitasi dan sangat membutuhkan figur dalam
mengaplikasikan ilmunya.
Ketiga, kualitas kinerja gum bukanlah sesuatu yang final dan tidak dapat
diperbaiki karena sebagai manusia, gum selalu tumbuh dan berubah, oleh sebab itu
gum dapat memperbaiki atau diperbaiki kinerjanya sesuai dengan harapannya sendiri
atau institusi.
Asumsi tersebut tentunya dapat memberikan harapan dan optimisme bam
kepada siapapun yang menaruh perhatian serius kepada dunia pendidikan temtama
peningkatan kualitas kinerja gum, baik dalam hal penguasaan materi, metode
mengajar, kemampuan komunikasi atau kemampuan teknis lainnya sehingga proses
belajar mengajar menjadi berkuahtas dan memuaskan.
Dalam proses pendidikan sekolah, gum mempakan salah satu komponen yang
penting. Posisi dan peran gum daiam pendidikan sekolah mempakan ujung tombak
bahkan menentukan kurikulum operasional dan eksperensial karena gum
mengorganisir pesan pengajaran bagi siswanya.
Sebagaimana
disebutkan M.Uzer
Ussman (2002 : 7) " Tugas gum sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan pada pola nilai yang dihayatinya, visi keilmuan dan dengan
kecakapan keguruannya (didaktis-metodis) maka guru dapat mengolah dan mengatur
kembali isi kurikulum formal menjadi program atau satuan pelajaran yang merangsang
belajar siswa sementara dalam kondisi negatif, jika mutu pribadi, keilmuan dan
kecakapan keguruan dari seorang gum itu jelek, pasti akan merusak minimal
menghambat proses dan hasil belajar siswa. Fajar (Kompas, 5 Februari 2001)
menyebutkan bahwa bangsa ini memiliki banyak tenaga pendidik tetapi kurang guru,
gum bukan pegawai, bukan pula buruh tapi gum menyandang suatu beban psikologis
paedagogik.
Jabatan gum mempakan jabatan fungsional, gum hams memiliki kemampuan
dan kewenangan untuk menjalankan profesi keguruannya (kompetensi profesional).
Dengan kompetensi'profesional yang dimiliki oleh gum dan didukung oleh iklim
organisasi yang kondusip, diharapkan gum mampu melaksanakan tugasnya dengan
baiksehingga menghasilkan kinerja yang baikpula
Menurut Davis (1971:71) peranan dan tugas gum dapat diidentifikasi dalam dua
bagian pokok yaitu (a) sebagai pengelola dan (b) sebagai pelaksana pendidikan
dan pengajaran di kelas. Gum sebagai pengelola harus memiliki kemampuan
manajerial yaitu menguasai perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian, begitu pulagumharus mampu memanfaatkan segala sumber daya
pendidikan yang adadalam upaya pencapaian tujuan pendidikan.
Adapun gum sebagai pelaksana harus memiliki kemampuan teknis yang terkait
dengan bagaimana menggunakan segala sumber daya pendidikan yang ada dalam
kegiatan belajar mengajar dengan baik melalui berbagai strategi dan metode sekaligus
menjadi sumberbelajar bagi siswa.
Berkaitan dengan kompetensi profesional gum di atas maka gum akan makin
meningkatkan kemampuannya bila didukung oleh komponen sekolah atau sistem
pendidikan yang lengkap, berkaitan dengan komponen sekolah seperti guru, siswa,
pimpinan, sarana prasarana, pembagian tugas, peraturan-peraturan. Sebagai mana
diungkapkan oleh Engkoswara (2001: 30) " Rambu-rambu sistem pendidikan yang
produktif minimal meliputi filsafot atau tujuan pendidikan, peserta didik, kurikulum
dan teknologi pendidikan, tenaga kependidikan , organisasi dan kepemimpinan
pendidikan, dan proiritas pendidikan."
Komponen atau sistem pendidikan akan bisa dijalankan apabila disertai dengan
organisasi pendidikan yang jelas. Secara umum organisasi adalah kumpulan
orang-orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kesimpulan ini
didukung oleh Fremont E Kast dan J.E. Rosenzweig (1995:3) " Organisasi berarti
menstruktur dan memadukan (integrating) kegiatan , yaitu kegiatan orang-orang yang
bekerja bersama dalam hubungan yang saling bergantung." Siagian dalam Indrawijaya
(1999:3) mendefinisikan "organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua
orang atau lebih yang bekerja bersama-sama serta secara formal terikat dalam rangka
pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan mana terdapat
seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang sekelompok yang disebut
/A
,1 *g
\\ g
Satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari organisasi k \ „
mewujudkan tujuan organisasi dengan tepat waktu, tepat kualitas dan^tepat^fet^a
adalam manajemen. Manajemen menurut Hasibuan (1993:1) " adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu." Dengan demikian
organisasi dan manajemen, adalah dua hal yang sangat penting bagi pencapaian suatu
tujuan.
Dengan demikian organisasi sekolah dalam mencapai tujuannya harus
didukung oleh manajemen yang berkuahtas. Salah satu komponen yang sangat
menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi sekolah dalam mewujudkan prestasi
kerja (kinerja) adalah tenaga kependidikan dan iklim organisasi tempat mereka
bekerja. Tenaga kependidikan maksudnya kompetensi profesional gum , sedangkan
iklim organisasi disini maksudnya lingkungan manusia yang terdiri dari para pegawai
organisasi dalam melakukan pekerjaan mereka. Lingkungan manusia yang dimaksud
adalah berkaitan dengan kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi-pengaruh,
pengambilan keputusan, penyusunan tujuan dan pengendalian, lingkungan manusia
yang kondusip disini sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kompetensi profesional
gum yang pada ahirnya akan meningkatkan kinerja gum di sekolah.
Dari uraian di atas jelas bahwa studi tentang pengaruh kompetensi profesional
gum dan iklim orgamsasi terhadap kinerja gum itu perlu dilakukan. Pentingnya studi
ini dilakukan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama karena SLTP sebagai jenjang
Sekolah Dasar sekaligus sebagai bahan persiapan bagi siswa untuk tetap meneruskan
ke tingkat Sekolah Menengah Umum, dan seorang gum harus mampu memberikan
motivasi dan harapan-harapannya untuk kehidupan masa depan anak didiknya karena
itu diperlukan dukungan iklim orgamsasi dalam hal kepemimpinan, motivasi serta
pengendalian. Semua itu dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas dalam
mengontrol kemampuan gum sebagai orang yang paling berperan dalam menggali
potensi anak didik di sekolah.
Rahim (Kompas, 5 februari 2001) menyebutkan bahwa mutu pendidikan di tanah
airmasih sangat rendah sehingga banyak lulusannya yang kalah bersaing dengan
lulusan dari negara lain, rendahnya kualitas pendidikan tersebut disebabkan
karena kurangnya gum berkuahtas dan kualifikasi gum rendah. Studi yang
dilakukan akan memberikan masukan yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas
gum di sekolah menengah pertama.
Berdasarkan asumsi itu , permasalahan-permasalahan kinerja gum yang terjadi
di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri I Samarang dan SLTP Negeri 1
Bayongbong Kabupaten Gamt mengindikasikan bahwa sekolah tersebut cukup banyak
peminatnya dan setiap penerimaan siswa bam bisa mencapai sekitar 700 sampai 800
siswa dan yang diterima hanya sekitar 360 siswa. Masyarakat menginginkan sekolah
itu berkuahtas sehingga anak-anaknya tidak perlu sekolah ke tempat jauh, oleh karena
itu sekolah tersebut perlu mempersiapkan siswanya untuk menjadi generasi yang
berkuahtas secara intelektual dan menjadi suri tauladan secara moral bagi masyarakat
sekitar.
^nwwfw*
SLTP Negeri 1gamt Kota dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayaVLs8@i^^ /
tarat yang sangat memuaskan namun dalam operasionalnya sekoRm^tecsebaf^
mempunyai permasalahan yang sangat mendesak untuk diselesaikan khususnya
masalah kinerja gum yang hams segera diperbaiki baik yang berhubungan dengan
gum atau dengan prestasi siswa. Baik yang berkaitan langsung dengan kinerja gum
seperti ada sebagian gum yang kurang memahami kompetensi gum atau yang tidak
langsung berkaitan dengan gum antara lain belum memuaskannya kualitas disiplin dan
prestasi siswa.
Jika permasalahan-permasalahan ini dibiarkan begitu saja, akan sangat
mengganggu kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar yang mempakan
ujung tombak atau tolak ukur dari keberhasilan dari suatu proses pendidikan. Jadi,
dengan demikian diperlukan usaha serius dan segera untuk menganalisis faktor-faktor
apa yang menjadi akar dari semua permasalahan kinerja gum tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Faktor-faktor yang menimbulkan atau yang menyebabkan kinerja gummenjadi
masalah. Faktor penyebabnya antara lain : status sosial ekonomi guru, motivasi kerja,
pendidikan guru, iklim organisasi , masa kerja gum , kompetensi profesional gum
(kemampuan profesional).
Status sosial ekonomi gum mempakan salah satu penyebab kinerja gum
menurun. Kita ketahui bersama bahwa gaji gum yang diterima saat ini masih kurang
11
mencari penghasilan tambahan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam satu
bulan dengan cara misalnya mengajar dibeberapa sekolah atau usaha lain diluar
mengajar . Dengan terlalu banyaknya mengajar atau usaha lain diluar sekolah sudah
barang tentu tidak memikirkan prestasi kerjanya (kinerja) atau sangat sedikit waktunya
untuk memikirkan bagaimana cara meningkatkan kualitas mengajar serta konsentrasi
terhadap prosesbelajarmengajar akan berkurang.
Motivasi kerja yang rendah dari sebagian besar gum penyebab menuranya
prestasi kerjaguru. Sangat sedikit gum yang mempuyai motivasi kerja tinggi di suatu
sekolah, yang terjadi gum yang mempunyai motivasi kerja tinggi adalah gum yang
memperoleh tugas tambahan seperti menjadi pembantu kepala sekolah (PKS). Gum
yang tidak ada tugas tambahan sebagian besar mengerjakan tugasnya seadanya, asal
jadi dalam arti tidak memikirkan suatu pekerjaan yang berkuahtas.
Tingkat pendidikan gum berpengaruh terhadap kinerja . Gum yang
berpendidikan tinggi memiliki pengetauan dan wawasan yang lebih luas ketimbang
gum yang berpendidikan lebih rendah. Karena orang yang berpendidikan lebih tinggi
lebih banyak akalnya sebagai konsekwensi berwawasan luas, dengan demikian
kinerjanya cenderung lebih tinggi. Kenyataan dipalangan masih banyak gum yang
mengajar di tingkat SLTP tamatan D-l atau D-2 yang seharusnya S-l.
Suasana lingkungan tempat para gum melakukan pekerjaan ( iklim organisasi)
juga sangat menentukan terhadap kinerja gum. Iklim organisasi sekolah ditunjukan
oleh kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis, gum selalu dilibatkan dalam
12
kepala sekolah atau antara gum dengan sesama guru. Kenyataan yang terjadi dewasa
ini masihbanyak kepala sekolah yang otoriter, gum tidak banyak diikutsertakan dalam
pengambilan keputusan , kurang keterbukaan antara kepala sekolah dengan gum yang
pada akhirnya gum tidak mengerjakan tugasnya dengan berprestasi.
Masa kerja atau pengalaman mengajar seorang gum turut menentukan
timbulnya masalah kinerja guru.. Gum yang mempunyai pengalaman mengajar yang
lama relatifjarang melakukan kesalahn yang sama, maka kinerjanya diharapkan lebih
tinggi dibandingkan dengan yang kurang pengalaman. Dewasa ini yang terjadi karena
setiap sekolah hampir kekurangan gum, maka diangkat gum bam baik sebagai PNS,
atau gum kontrak. Hal itu menimbulkan menurunnya kinerja karena kurang
berpenglaman itu.
Kemampuan gum atau kemampuan profesional gum yang rendah dalam
melaksanakan tugasnya menimbulkan masalah kinerja gum. Banyak gum yang tidak
menguasai bahan pelajaran artinya sebagian besar gum tidak menguasai bahan yang
akan diajarkan sehingga anak hanya disuruh mencatat atau mengerjakan LKS. Gum
tidak mengusai landasan kependidikan, tidak mampu melaksanakan fungsi dan tugas
gum sebagi pendidik dan pengajar. Banyak gum-gum adalam mengajar tidak
mempersiapkan apa yang akan diajarkan atau tidak membuat administrasi gum.
Dengan gum yang tidak mempunyi kompetensi profesional tadi , maka siswa tidak
tertarik lagi untuk belajar dengan sungguh-sungguh atau banyak ditemukan siswa
13
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, sebenarnya masih banyak
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja gum . Dengan keterbatasan waktu dan
ruang serta kemampuan dan tidak mungkin semua faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja gum diteliti dalam penelitian ini, maka peneliti hanya memilih faktor-faktor
yang dianggap mempunyai kontribusi yang sangat signifikan saja. Faaktor- faktor yang
diteliti sebagai penyebab timbulnya masalah kinerja gum diatas yaitu kompetensi
profesional gum dan iklim organisasi. Selain itu peneliti juga mempeitimbangkan
sejauhmana faktor-faktor tersebut mungkin dan realistis untuk dioperasionalisasikan
dalam program perbaikan kinerja gum yang akan direkomendasikan oleh peneliti
kepada kepala sekolah SLTP Negeri 1 Samarang dan kepala sekolah SLTP Negeri 1
Bayongbong Kabupaten Gamt.
Asumsi penulis rendahnya kinerja gum SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP
Negeri 1 Bayongbong sangat dipengaruhi dengan masalah kompetensi profesional
gum dan iklim organisasi.
Hal ini ditunjukan bahwa kinerja gum di Sekolah Lanjutan Pertama Negeri 1
Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt belum optimal dan
indikator utamanya adalah banyak gum yang kurang memiliki kompetensi profesional
dan iklim organisasi yang masih belum sempurna. Kurangnya kompetensi profesional
guru terlihat dari masih banyak gum yang tidak membuat rencana pembelajaran,
kurang efektif dan efesien dalam melaksanakan proses belajar mengajar serta tidak
14
ditunjukan oleh kepemimpinan kepala sekolah motivasi kerja gum komunikasi
-dan pengendalian masih belum ditangani dengan serius.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan observasi dan intervie di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP
Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt , maka pernyataan masalahnya bahwa
kompetensi profesional gum, dan iklim organisasi tempat mereka bekerja mempakan
faktor penyebab utama rendahnya kinerja gum.
Oleh karena itu , pertanyaan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini
adalah : "Seberapa besar pengaruh kompetensi profesional guru dan iklim
organisasi terhadap kinerja guru di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1
Bayongbong Kabupaten Garut".
Masalah utama tersebut kemudian diturunkan menjadi sub-sub masalah
berikut :
1. Seberapa besar pengaruh kompetensi profesional gum terhadap kinerja
gum di SLTPNegeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong
Kabupaten Gamt ?
2. Seberapa besar pengaruh iklim orgamsasi terhadap kinerja gum di
SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten
15
3. Bagaimana pengaruh kompetensi profesional gum dan iklim organisasi
terhadap kinerja gum di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1
Bayongbong Kabupaten Gamt ?
Dari rumusan masalah tersebut mendorong penulis yang sedang mendalami
ilmu Administrasi Pendidikan ( Manajemen Perencanaan Pendidikan ) tertarik untuk
mengadakan penelitian Tesis yang berjudul " Pengaruh Kompetensi Profesional
Guru dan Iklim organisasi terhadap Kinerja Guru Pada Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) Negeri 1 Samarang dan Sekolah Lanjutan tingkat Pertama
(SLTP) Negeri 1 Bayongbong di Kabupaten Garut".
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran
kompetensi profesional gum , iklim organisasi dan kinerja gum di SLTP Negeri 1
Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt Selain itu untuk
mengetahui pengaruh kompetensi profesional gum dan iklim organisasi terhadap
kinerja gum.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. menjadi bahan informasi atau masukan yang akurat bagi Departemen
Pendidikan Nasional dalam hal ini khususnya kantor dinas pendidikan
tingkat Kabupaten Gamt serta para pengelola lembaga pendidikan dalam
16
2. Menjadi bahan informasi yang penting bagi kepala sekolah SLTP Negeri 1
Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong kabupaten Gamt dalam upaya
meningkatkan kinerja gum dalam mengelola pendidikan dan pengajaran
sekolah yang dipimpinnya.
3. Menjadi bahan masukan bagi para gum dalam rangka meningkatkan
kompetensi profesional sehingga kinerjanyapun menjadi baik.
4. Menjadi bahan renungan bagi para stakeholders pendidikan agar mampu
menciptakan iklim organisasi sekolah yang menuju kepada peningkatan
kualitas.
5. Menjadi bahan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
di bidang Administrasi Pendidikan.
6. Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi siapa saja yang berminat
terhadap masalah kinerja gum.
F. Deflnisi Operasional Variabel
Secara rinci variabel-variabel penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kompetensi Profesional Gum (XI) adalah kemampuan dan kewenangan gum
dalam menjalankan profesi keguruannya, yang diperoleh berdasarkan skor
angket persepsi terhadap kompetensi profesional . Semakin tinggi skor
seseorang maka semakin tinggi pula tingkat persepsinya Kompetensi
Profesional Guru. Angket Kompetensi Profesional Gum disusun berdasarkan
17
a. Dimensi menguasai bahan, indikatomya kegiatan dalam menguasai materi
pelajaran
b.
Dimensi mengelola program belajar mengajar, indikatomya menggunakan
media / metode pembelajaran
c. Dimensi mengelola kelas, indikatomya menggunakan kelas sebagai tempat
KBM danmemanfaatkan waktu belajar seefektifdan seepisien mungkin
d. Dimensi menggunakan media / sumber, indikatomya menggunakan media
/ sumber dalam kegiatan pembelajaran
e. Dimensi
menguasai
landasan-landasan
kependidikan,
indikatomya
mendalami landasan kependidikan dan mempelajari GBPP
f.
Dimensi mengelola interaksi belajar mengajar, indikatomya menggunakan
metode pembelajaran dengan tepat pada proses belajar mengajar
g.
Dimensi menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran,
indikatomya membuat alat evaluasi, memberikan laporan kemajuan siswa
dalam laport
h.
Dimensi mengenal fungsi dan program layanan bimbingan serta
penyuluhan, indikatomya menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan
konseling
18
j. Dimensi memahami dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan,
indikatomya hasil penilaian kemajuan belajar-mengajar dijadikan landasan
strategi belajar-mengajar berikutnya
.w^ 2.1klim Organisasi (X2), adalah kualitas serangkaian sifat lingkungan kerja, yang
dinilai langsung atau tidak langsung oleh guru, yang diperoleh berdasarkan
skor angket persepsi terhadap iklim organisasi yang disusun oleh penulis
berdasarkan teori dari Rensis Likert. Semakin tinggi skor seseorang pada
angket ini, maka semakin tinggi pula tingkat persepsinya terhadap lingkungan
organisasi. Angket Iklim Organisasi disusun berdasarkan dimensi dan indikator
berikut:
a. Dimensi Motivasi. Indikatomya adalah motivasi langsung seperti
dukungan pimpinan, dan dukungan gum-gum lainnya, dan motivasi tidak
langsung seperti kesejahteraan, desain pekerjaan, dan sarana & prasarana.
b. Dimensi Pengendalian. Indikatomya adalah pengendalian langsung seperti
pengawasan, laporan lisan dan tulisan, dan pengawasan tidak langsung
seperti penilaian prestasi dan rapat-rapat.
c. Dimensi Komunikasi. Indikatomya adalah komunikasi vertikal
(komunikasi gum dan pimpinan) dan komunikasi horizontal (komunikasi
antar gum)
d. Dimensi Kepemimpinan. Indikatomya adalah otoriter, demokratis,
19
e. Dimensi Pengambilan Keputusan. Indikatomya adalah proses pengambilan
keputusan dan sifat keputusan yang diambil
f. Dimensi Penetapan Tujuan. Indikatomya adalah proses penetapan tujuan
dan sifat tujuan yang ditetapkan
g. Dimensi Interaksi. Indikatomya adalah penilaian menyeluruh terhadap
keadaan organisasi
3. Kinerja gum (Y), adalah kualitas hasil kerja guru yang diperoleh berdasarkan
skor angket self-report mengenai kinerja, dan data skor angket dari siswa serta
data sekunder mengenai kehadiran. Semakin tinggi skor seseorang pada angket
dan kehadiran, maka semakin tinggi pula tingkat kinerja orang tersebut. Angket
Kinerja guru disusun berdasarkan dimensi dan indikator berikut:
a. Dimensi kualitas hasil kerja. Indikatomya adalah kepuasan, pemahaman,
dan prestasi siswa
b. Dimensi kemampuan. Indikatomya adalah penguasan materi dan
penguasaan metode pengajaran
c. Dimensi inisiatif. Indikatomya adalah pikiran untuk berbuat lebih baik dan
tindakan untuk mewujudkan pikiran-pikiran kualitas belajar mengajar.
d. Dimensi komunikasi. Indikatomya adalah kualitas penyampaian materi
dan penguasaan suasana kelas
20
G. Kerangka Pemikiran
Adanya beberapa kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu
sumber daya manusia khususnya pada sektor pendidikan. Kebijakan itu antara lain
desentralisasi pendidikan yang melahirkan otonomi pendidikan . Operasional pada
tingkat sekolah sebagai akibat dari kebijakan itu salah satu contohnya munculah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) , Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
adalah sebagian tantangan spesifik yang mendesak untuk direspon sebagai tantanagan
masa depan.
Langkah-langkah antisipatif untuk merespon tantangan masa depan, dimana
sebagian sekolah-sekolah yang ada di negara kita sebenamya masih memiliki
kekurangan-kekurangan yang prinsipil. Langkah-langkah kearah peningkatan mutu
atau prestasi yang maksimal sebagai antisipatiftersebut menjadi sangat penting.
Reformasi pendidikan ,mungkin kata yang paling tepat untuk menunjuk proses
antisifasi tantangan masa depan tersebut, mencakup banyak hal , dari faktor-faktor
yang bersifat makro sampai faktor-faktor yang bersifat mikro.
Faktor-faktor yang bersifat makro misalnya, berkaitan dengan kebijakan dan
perundang-undangan yang mengatur bagaimana pendidikan itudijalankan, dan alokasi
anggaran untuk penyelenggaraan pendidikan nasional. Faktor-faktor yang bersifat
mikro misalnya , berkaitan dengan kurikulum , kesejahteraan guru, program
peningkatan kualitas guru, dan perpustakaan. Reformasi pendidikan berarti,
mengevaluasi, memperbaiki, dan mengembangkan format ideal sistem pendidikan
Sekolah lanjutan tingkat pertama yang mempakan tingkat peiidid'i^^tJ^^J'
tampil dalam format yang lebih ideal dengan manajemen sekolah yang lebih moHeren^/^
Manajemen sekolah yang mengarah pada otonomi sekolah memberikan harapan yang
cukup optimistis sebagai salah satu format ideal dalam meningkatkan prestasi kerja
teratama prestasi kerja gum (kinerja).
Namun demikian , tidaklah mudah bagi sekolah-sekolah untuk memenuhi
harapan tersebut. Pergeseran pengelolaan sekolah dari sentralistik ke desentralistik
dipastikan akan menimbulkan masa-masa transisi. Untuk mengatasi masa transisi itu
beberapa sekolah lanjutan tingkat peretama mencoba untuk keluar dari masa transisi
tersebut.
Dua sekolah yang dalam kondisi yang disebut terakhir adalah SLTP Negeri 1
Bayongbong dan SLTP Negeri 1 Samarang yang berada dikabupaten Gamt, berjuang
menyesuaikan diri dengan pranata-pranata moderen. Pada tahun-tahun terakhir ini
tidak kurang laboratorium biologi, fisika, dan komputer dibangun . Kedua sekolah
tersebut pada tahun 2003 mendapatkan bantuan Block Grant sebesar 90 juta bagi
SLTP Negeri 1 Bayongbong dan bantuan BOM sebesar 50 juta bagi SLTP Negeri 1
Samarang.
Bukan hanya secara fisik, program peningkatan sumber daya manusiapun tidak
ketinggalan, paling tidak ada beberapa kader gum yang menjadi kepala sekolah dari
kedua sekolah tersebut. Menjadi gum teladan baik tingkat propinsi atau tingkat
kabupaten atau penataran-penataran yang menuju pada peningkatan kompetensi gum,
22
Namun demikian, tidak berarti dengan dijalankannya 2 program tersebut, yaitu
pembangunan sarana fisik dan pembangunan kualitas sumber daya manusia, kemudian
sekolah dapat dikatakan telah berhasil melewati masa transisi dengan gilang gemilang.
Masih terlalu banyak unsur-unsur lain yang harus disentuh dan mempakan prasarat
bagi kokohnya manajemen moderen diletakan. Sebagian unsur-unsur tersebut adalah
kinerja guru/ gum (resultan dari faktor-faktor), kualitas lingkungan sekolah atau iklim
organisasi (faktor ektemal) dan kompetensi profesional gum (faktor internal).
Kerangka Pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada
formula kinerja dari Vroom yang menyebutkan bahwa kinerja mempakan fungsi dari
kemampuan dikalikan motivasi.
Kinerja adalah hasil yang diinginkan dari sebuah perilaku (Gibson, 1996 : 70),
atau suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan ,
dan waktu ( Hasibuan , 1997 : 105 ). Bisa juga diartikan bahwa performasi atau
kinerja adalah ".. output drive from processes. Human or otherwise ". Maksudnya
kinerja mempakan hasil atau output dari suatu proses. (August W. Smith, 1982: 393).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja . Menurut Wahjosumidjo
(1987 :177) kinerja adalah fungsi dari faktor kemampuan, motivasi, dan persepsi .
Jouke Komalig dalam bukunya Cahyono (1996 :60) menyebutkan beberapa faktor
yang mempengaruhi produktivitas (kinerja), antara lain : manusia, modal , metode,
faktor produksi, faktor lingkungan organisasi, faktor lingkungan negara, faktor
23
Kinerja gum ditunjukan oleh kemampuan kompetensi profesional guru, dalam
operasionalnya pada proses belajar mengajar hams didukung oleh iklim organisasi
dalam hal ini adanya motivasi dari lingkungan sekitar baik dari kepemimpinan kepala
sekolah atau komumkasi dalam lingkungan organisasi sekolah.
Kinerja gum mempakan prestasi yang dicapai oleh gum dalam rangka
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengelola pendidikan sesuai
dengan ukuran yang ditetapkan baginya.
Menurut Arikunto (1993:239) : (1) Kompetensi profgesional gum artinya gum harus memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentangsubjeck matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu penguasaan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. (2) Kompetensi personal artinya gum harus memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber intensifikasi bagi subjek didik , hal ini berarti gum mempunyai kepribadian yang patut diteladani oleh siswa. (3) Kompetensi sosial artinya gum memiliki kemampuan berkomunikasi sosial baik dengan murid , sesama gum, kepala sekolah, pegawai tatausaha bahkan dengan anggota masyarakat.
Iklim organisasi adalah lingkungan manusia dimana para pegawai organisasi
melakukan pekerjaan mereka( Davis & Newstrom, 1996:21 ). Yang dimaksud dengan
lingkungan manusia disini , seperti yang dikemukakan oleh Rensis Likert dalam
bukunya Davis & Newstrom ( 1996 : 24 ) adalah kepemimpinan , motivasi ,
komunikasi, interaksi-pengamh, pengambilan keputusan, penyusunan tujuan, dan
pengendalian.
Sebenarnya pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja itu bersifat tidak
24
lingkungan organisasi sekolah
guna membentuk motivasi (motivasi ektrinsik),
kepuasan, dan sikap kerja (Davis, K. & Werther, 1989).
Motivasi ektrinsik maksudnya adalah motivasi yang bersumber dari
faktor-faktor ektemal, seperti karier, gaji, kesejahteraan, hubungan interpersonal, pujian dan
Iain-lain. Motivasi ektrinsik diperlukan temtama bagi pegawai-pegawai yang motivasi
intrinsiknya rendah termasuk kompetensi profesional guru. Selain itu iklim organisasi
dapat membentuk kepuasan dan sikap kerja pegawai. Gum yang tidak puas akan
menghabiskan waktunya hanya untuk menggerutu, menggunjing, menghasut dan
mengeluh. Juga gum yang tidak puas akan mempunyai catatan absen dan turn-over
yang relatif tinggi.
Pernyataan diatas menegaskan bahwa faktor kompetensi profesionalismen gum
dan ikilim organisasi memang mempakan salah satu faktor yang diperkirakan akan
berpengarah terhadap kinerja gum. Pertanyaanya adalah bagaimana proses
berpengaruhnya kompetensi profesionalisme gum dan iklim organisasi
terhadap
kinerja gum itu berlangsung.
Jabatan gum mempakan jabatan profesional. Peran dan fungsi gum dalam
proses belajar mengajar sangat besar yaitu sebagai pengelola kelas, demonstrator,
mediator, fasilitator dan evaluator. Sehubungan dengan hal itu maka keberadaan
kompetensi profesional seorang gum sangat penting sebab akan menentukan fungsi
dan peran gum tersebut dapat diaplikasikan atau tidak sehingga hal itu menentukan
25
gum yang akan mengontrol apakah gum yang mengajar di kelas layak atau tidak
menjadi seorang gum profesional.
Dengankompetensi profesional yang tinggi yangdimiliki gum maka gum akan
mampu melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran dengan baik karena ia
mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar serta
mampu menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan kualitas mengajarnya.
Dari uraian di atas maka diduga bahwa kompetensi profesional mempengaruhi
kinerja gum dari dalam individu sedangkan iklim organisasi mempengaruhi kinerja
gum dari luar individu sehingga hal itu dapat dikatakan semakin tinggi kompetensi
profesional gum dan iklim organisasi, semakin tinggi pula kinerjanya. Sebaliknya
semakin rendah kompetensi profesional gum dan iklim organisasi, semakin rendah
pula kinerjanya.
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat dalam bentuk
26
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Pengamh Kompetensi Profesional Gum dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IKLIM ORGANISASI
$
c>
1. Menguasai bahan
2. Mengelola program belajar-mengajar
3. Mengelola kelas 4. Menggunakan media 5. Menguasai landasan
kependidikan
6. Mengelola Interaksi
belajar-mengajar
7. Menilai prestasi siswa 8. Bimbingan dan
penyuluhan
9. Adminisrrasi sekolah 10. Menafsirkan hasil
penelitian pendidikan 1. Motivasi 2. Pengendalian 3. Komunikasi 4. Kepemimpinan 5. Pengambilan keputusan
6. Penetapan tujuan
27
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai
suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan mempakan
dasar kerja serta panduan dalam verifikasi ( Munir, 1988 :182 ). Karena sifatnya
sementara, maka suatu hipotesis dalam suatu penelitian hams dibuktikan.
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan
, maka disusunlah hipotesis sebagai berikut:
" Ada pengaruh positif kompetensi profesional guru dan iklim organisasi
terhadap kinerja guru di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1
Bayongbong."
Hipotesis tersebut kemudian diturunkan menjadi hipotesis kerja atau sub-sub
hipotesis berikut:
A. Ada pengaruh positifkompetensi profesional gum terhadap kinerjagum
B. Ada pengaruhpositif iklim organisasi terhadap kinerja gum
C. Ada pengaruh positif antara kompetensi profesional gum dan iklim organisasi
secara bersama-sama terhadap kinerja guru.
Rumusan hipotesisnya Ho:Py.l.2 = 0 tidak ada pengaruh yang signifikan
kompetensi profesional gum dan iklim organisasi terhadap kinerja gum (tolak Ho).
Hl:Py.l.2> 0 artinya ada pengaruh yang signifikan kompetensi profesional gum dan
78
BABHI
PROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan
Berdasarkan pendekatan yang digunakan, penelitian ini termasuk penelitian
survei. Menurut Kerlinger (2000:660) penelitian survei mengkaji populasi yang besar
maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi im
untuk menemukan insidensi, distribusi dan interelasi relatif dari variabel-variabel
sosiologis dan psikologis.
Penelitian survei pada umumnya dilakukan untuk mengambil suam generalisasi
dari pengamatan yang tidak mendalam namun generalisasi yang dihasilkan bisaakurat
bila digunakan sampel yang representatif. Menumt Kerlinger (2000:660) penelitian
survei ini mengkaji populasi (universe) yang besar maupun kecil dengan menyeleksi
serta mengkajisampelyang dipilih dari populasi.
Dengan demikian bila ditinjau dari bagaimana variabel-variabel yang diteliti
akan menjelaskan fenomena yang ada dan hubungan antara variabel-variabel secara
bersama-sama, penelitian ini termasuk deskriftif korelasional yaim penelitian untuk
menjawab pertanyaan tentang apa atau bagaimana keadaan suam fenomena dan
melaporkan sebagaimana keadaannya (Hadjar,1999:274). Dalam penelitian ini
hubungan tersebut adalah antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Oleh karena itu, berdasarkan bentuk permasalahannya penelitian ini termasuk
79
dideskripsikan dan selanjumya dikorelasikan antara variabel bebas dengan variabel
terikat, baik secarasendiri-sendiri maupun bersama-sama.
B. Variabel Dan Kerangka Penelitian
2.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suam akibat atau sifat aspek dari orang maupun
obyek yang mempunyai variasi tertenm yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 1999:20-21).
Variabel penelitian ini terdiri dati 3 (tiga) variabel, yaim2 (dua) variabel bebas ,
dan 1 (satu) variabel terikat. Variabel-variabel tersebut adalah:
Variabel yang dipelajari dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaim
"Kompetensi Profesional Gum" (X,) dan "Iklim Organisasi" (X2) serta variabel terikat
yaitu "Kinerja Gum" (Y).
Pola hubungan variabel-variabel, secara sederhan dan skematis dapat
digambarkan sebagai berikut:
x, --^rXi.Y
RXiX2^Y^-\^
Yfe
^-^Cy
x2
[image:39.595.76.507.286.642.2]w
Keterangan
XI
X2
Variabel Kompetensi Profesional Gum
Variabel Iklim Organisasi
= Variabel Kinerja Gum
-*- = Hubungan Tunggal dan bersama-sama
= Pengaruh secara bersama-sama
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah gum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1
Samarang sebanyak 42 orang dan Sekolah Lanjutan Tingkat pertama Negeri 1
Bayongbong sebanyak 50 orang. Dengan jumlah keseluruhan sebagai populasi dalam
penelitian ini sebanyak 92 orang. Dari populasi tersebut diambil sampel sebanyak 48
orang . Ini didasarkan pada pendapat Nana Sujana (1991 : 73) " Minimal sampel
sebanyak 30 subyek. Ini didasarkan atas perhitungan atau syarat pengujian yang lajim
digunakan dalam statistika."
Mengenai besarnya sampel tidak ada ketentuan yang baku atau ramus yang
pasti . Sebab keabsahan sampel terletak pada sifat dan karakteristiknya mendekati
81
Selain im besarnya sampel yang harus diselidiki dalam suatu penelitian
tergantung pada keragaman karakteristik populasi sebab keadaan populasi penelitian
yang heterogen karena perbedaan dari segi tugas dan tingkat pendidikan maka 48
subyek dianggap cukup representatif.
Pengambilan sampel dengan menggunakan cara random sampling yaitu
pengambilan sampel secara acak dengan posisi anggota populasi mempunyai hak yang
sama untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 1999:60).
Dengandemikianteknikpengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini
secara operasional adalah masing-masing sekolah diambil dua orang gum perwakilan
bidang studi, karena di dua sekolah yaim SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri
1 Bayongbong. Terdapat 12 mata pelajaran , maka jumlah sampel yang diambil
adalah 12 x 2 =24 untuk tiap sekolah maka jumlah responden yang dijadikan
sampel yaitu 24 x 2 = 48 . Hal ini sudah memenuhi syarat besamya sampel minimal
30 subyek dari populasi gum yang ada di dua sekolah tersebut
Untuk mengukur kinerja gum , instrumen penelitian diberikan juga kepada
siswa , dengan kuesioner kinerja gum yang berbeda dengan yang diberikan kepada
guru. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini secara operasional adalah
masing-masing kelas diambil 2 orang siswa, karena dua sekolah , masing-masing
sekolah terdapat 24 kelas. Dengan demikian jumlah kelas 48 kelas. Jadi jumlah
sampel yang diambil 2 x 48 = 96 orang siswa + 4 orang siswa pengurus OSIS=100
Tabel 3.1 Populasi dan Anggota Sampel gum
No. Sekolah Populasi Sampel
1 SLTP N. 1 Samarang 42 24
2 SLTP N. 1 Bayongbong 50 24
Jumlah 92 48
Tabel 3.2 Populasidan Anggota Sampel SiswauntukKinerjaGum
No. Sekolah Populasi Sampel
1 SLTPN. 1 Samarang 1068 50
2 SLTPN. 1 Bayongbong 939 50
Jumlah 2007 100
83
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 1999:84). Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini bempa lembaran kuesioner yang terdiri dari (1)
kuesioner kompetensi profesional dengan indikator : menguasai bahan, mengelola
program belajar mengajar , mengelola kelas,
menggunakan media / sumber,
menguasai landasan-landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar,
menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran,
mengenal fungsi dan
program layanan bimbingan serta penyuluhan, memahami prinsip-prinsip dan
menafsirkan hasil-hasil penelitian, (2) kuesioner iklim organisasi dengan indikator
kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi-pengamh, pengambilan keputusan,
penyusunan mjuan dan pengendalian dan (3) kuesioner kinerja gum dengan indikator,
kualitas kerja, komunikasi, kemampuan,ketepatan waktu, dan inisiatif.
Ketiga instrumen tersebut menggunakan Tes Penyekalaan
(Rating Scale
Likert) model likert yang memberikan lima altematif pilihan yaim Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Kelima
kriteria tersebut diberi bobot 4, 3, 2, 1, dan 0 untuk pernyataan positif, dan 0, 1, 2, 3,
dan 4 untuk pernyataan negatif. Demikian pula tes penyekalaan yang diberikan kepada
siswa model Likert yang memberikan lima altematif pilihan yaim Selalu (SL), Sering
(SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), Tidak Pemah (TP).
84
agar mencapai tingkat validitas dan reliabilitas instrumen. Arikunto (1998)
mengatakanvaliditas menunjukan sejauhmana suatu instmmen itu mengukur apa yang
ingin diukur dan untuk keperluan pengukuran validitas butir instrumen digunakan
ramus korelasi product moment dari pearson.
Uji validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu :
(a) validitas isi (content validity) dan (b) validitas konstruk (construct validity).
a). Uji validitas isi.
Uji validitas isi dilakukan dengan rationaljudgement yaim mengukur seberapa
jauh isi dari setiap item instrumen dapat mewakili secara representatif semua indikator
dari karakteristik variabel yang diukur. Hal ini dilakukan dengan mengkonsultasikan
setiap instrumen kepada dosen pembimbing tesis dan ahlipraktisi di lapangan. Dengan
cara demikian maka akan diperoleh instrumen yang memenuhi dan mencerminkan
keselumhan isi yang hendak diukur. Hadjar (1999) mengemukakan semakin isi setiap
butir instrumen representatif semakin tinggi tingkat validitasnya.
b). Uji validitas konstruk
Uji Validitas konstruk dimaksudkan untuk menunjukan sejauh mana suam
instrumen mengukur konstruk teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Hadjar
(1999 : 169) mengatakan teknik ini digunakan untuk menguji validitas instrumen
variabel yang hanya dapat diukur secara tidak langsung melalui inferensi, prosedur
pengujian ini sangat diperlukan untuk penelitian yang menguji hipotesis.
Adapun reliabilitas instrumen berkaitan dengan kepercayaan terhadap
85
tersebut memberikan hasil yang lain baik pada waktu yang sama maupun pada waktu
yang berbeda.
Suam instrumen yang mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi dapat
dipercaya untuk dijadikan dasar pengambilan kesimpulan dan keputusan, karena im
untuk menguji tingkat reliabilitas instiumen ada beberapa teknik yang digunakan
antara lain tes stabilitas, tes ekuivalensi dan tes konsistensi internal (Sugiyono. 1998
:103).
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menguji tingkat reliabilitas
instrumen adalah tes konsistensi internal sebab tes ini hanya memerlukan sekali
pelaksanaan dan sam instrumen. Hal ini berdasarkan pertimbangan efektivitas dan
efesiensi.
Dari tiga macam teknik yang digunakan pada tes konsistensi internal yaim
belah tengah. Kuder-Richadson dan Alpha Crombach maka peneliti memilih untuk
menggunakan Alpha Crombach sebab teknik ini paling cocok untuk menguji
reliabilitas instrumen yang masing-masing butirnya mempunyai lebih dari sam
alternatif jawaban. Hal ini berdasarkan pendapat crombach dalam Hadjar (1999)
bahwa teknik alpha digunakan bila butir instrumen tidak diskor dengan benar atau
salah.
E. Hasil Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen yang terdiri dari tiga instrumen yaim kompetensi
86
yang diambil secara acak. Tujuan pelaksanaan uji coba tersebut adalah untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas instmmen sebagai syarat bagi suatu instrumen
agar layak digunakan dalam suam penelitian. Data uji coba dan hasil analis yang
lengkap dapat dilihat pada lampiran 2
Adapun secara ringkas tingkat validitas dan reliabilitas hasil uji coba instrumen
berdasarkan variabel penelitian disajikan berikut ini.
1. Kompetensi Profesional
Berdasarkan hasil analisis data yang diolah dengan menggunakan bantuan
program komputer excel, butir-butir pernyataan untuk
variabel pertama yaim
kompetensi profesional menghasilkan 29 dan 30 item yang memenuhi validitas dan
jumlah im sudah meakili indikator-indikator kompetensi profesional yang telah
ditetapkan berdasarkan kerangka konseptual dan definisi operasional.
Hasil perhitungan validitas tersebut dilakukan dengan menggunakan ramus
Kerelasi Product Moment dari Pearson dan membandingkannya dengan nilai r tabel n
= 30 (0.361). masrun (1979) menyatakan teknik korelasi untuk menentukan validitas
item ini paling banyak digunakan dengan syarat minimum untuk dianggap valid adalah
jika r =0.3 jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0.3 maka butir
dalam instrumen tersebutdinyatakan tidak valid
Berdasarkan pada kriteria diatas maka diperoleh 1 item instrumen kompetensi
profesional yang memiliki nilai lebih kecil dari r tabel dan sisanya sebanyak 29 item
87
Sedangkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen kompetensi profesional
yang menggunakan ramus Alpha Crombach diperoleh r = 0.581 dan sesuai dengan apa
yang dikemukakan Arikunto (1998) bahwa koefisien korelasi tingkat reliabilitas suam
instrumen yang berada dalam jarak interval 0,50 sampai 0.80 digolongkan tinggi
sedangkan yang berada dalam jarak diatas 0.80 sampai 1.00 dikategorikan sangat
tinggi. Dengan demikian koefisien reliabilitas kompetensi profesional sebesar 0.581
dikategorikan tinggi.
Adapun penyebaran butir kompetensi profesional gum dapat dilihat pada tabel
kisi-kisi instrumen berikut ini.
Tabel 33
Kerangka Kisi-kisi Angket Penelitian Kompetensi Profesional Guru
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR &
NOMORITEM Tot. ITEM KOMPETENSI PROFESIONAL GURU Menguasai bahan
Kegiatan dalam menguasai materi pelajaran (65,70,74) 3 Mengelola program belajar mengajar Menggunakan media/metode pembelajaran (62,87) 2 Mengelola kelas
Menggunakan kelas sebagai tempat
KBM dan memanfaatkan waktu
belajar seefektif dan seefisien mungkin
(63,71,81)
3
Menggunakan media/sumber
Menggunakan media/ sumber dalam kegitan pembelajaran
(73,80, 86, 89))
Menguasai
Mendalami landasan kependid|kan
landasan dan mempelajari GBPP \\ 'jti^t^" kependidikan (61,64) ^ ' \T- ' *
Mengelola Menggunakan metode 4
interaksi pembelajaran dengan tepat pada
belajar proses belajar mengajar (69,72,82,
mengajar 88*)
Menilai Membuat alat evaluasi, 3
prestasi siswa memberikan laporan kemajuan
untuk siswa dalam raport
pendidikan (75,77,84) dan
pengajaran
Mengenal Menyelenggarakan kegiatan 3 fungsi dan bimbingan dan konseling
program (68,76,85)
layanan BP
Mengenal dan Membuat administrasi guru dalam 4
menyelenggar kegiatan belajar mengajar
akan (67,78,79,83)
administrasi
sekolah
Memahami Hasil penilaian / penelitian 2 dan kemajuan belajar mengajar
menafsirkan dijadikan landasan SBM berikumya
hasil (66,90) penelitian
pendidikan Catatan * item instrumen yang gugur
89
2. Iklim Organisasi
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan ramus
Korelasi Product Moment dari Pearson dan membandingkannya dengan nilai r tabel
untuk n = 30 (0.361) maka diperoleh 6 item instrumen iklim organisasi yang memiliki
nilai lebih kecil dari r tabel sehingga dari 30 item instrumen iklim organisasi, tersissa
24 item yang memenuhi validitas dan sejumlah im cukup representatif sebab hal ini
telah mewakili indikator-indikator iklim organisasi yang ditetapkan berdasarkan
kerangka konseptual dan definisi operasional.
Sedangkan hasil
perhitungan reliabilitas
instrumen iklim organisasi
sebagaimana yang tercantum dalam lampiran 2. r menunjukan koefisien reliabilitas
sebesar 0.822. hal ini menunjukan bahwa butir pernyataan variabel iklim organisasi
memi;liki nilai ketepatan yang tinggi sebab r = 0.822 im seperti yang dikemukakan
Arikunto (1998) jika tingkat reliabilitas instrumen berada dalam jarak interval di atas
0.80 sampai 1.00 digolongkan sangat tinggi.
Adapun penyebaran butir iklim orgamsasi dapat dilihat pada tabel kisi-kisi
Tabel 3.4
Kerangka Kisi-kisi Angket Penelitian Iklim Organisasi
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR &
NOMOR ITEM
Tot. ITEM IKLIM
ORGANISASI
Motivasi Langsung (dukungan
pimpinan, dukungan gum yang lain)(31*,40,50*)
Tidak langsung (kesejahteraan, desain pekerjaan, dan sarana & prasarana) (32,41,51)
6
Pengendalian Langsung (laporan lisan &
mlisan) (33,42, 52)
Tidak langsung (rapat rutin &
evaluasi prestasi) (34 & 43)
5
Komunikasi Vertikal (53)
Horisontal (35 & 44)
3
Kepemimpinan Demokratis (56) Otoriter (36 & 45) Permisif(54)
4
Pengambilan keputusan
Proses pengambilan kepumsan
(37,46 & 55)
Sifat keputusan yang diambil (47, 59*)
5
Penetapan mjuan
Proses penetapan tujuan (pebagian mgas, dan
pendelegasian) (38*, 48*, 60) sifat tujuan yang ditetapkan
(sifat mgas, dan target) (39,57)
5
Interaksi Interaksi dari beberapa faktor
(49*, 58 )
2
Ketepatan
waktu
Kedatangan (29 & 10*)
Kepulangan (20 & 30)
4
Catatan * item instrumen yang gugur
91
3. Kinerja Guru
Berdasarkan hasil analis yang dilakukan dengan menggunakan ramus Korelasi
Product Moment dari Pearson dan membandingkannya dengan nilai r tabel unmk n =
30 (0.361) maka diperoleh 4 item instrumen kinerja guru yang memiliki nilai lebih
kecil dari r tabel sehingga dari 30 item instrumen kinerja guru tersisa 26
Tabel 3.5
Kerangka Kisi-kisi Angket Penelitian Kinerja Guru Untuk Guru
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR &
NOMOR ITEM
Tot. ITEM KINERJA
GURU(Y)
Kualitas hasil kerja Kepuasan siswa (1 & 11) Pemahaman siswa (21 & 2) Prestasi siswa (12 & 22)
6
Kemampuan Penguasaan materi (3*, 13,23
&4)
Penguasaan metode
pengajaran (14* & 24)
6
Inisiatif Pikiran untuk berbuat yang
lebih baik
(5, 15,25 & 6)
Tidak unmk mewujudkan
pikiran-pikiran yang tidak mengarah pada pencapaian
prestasi (7,16,17 26,)
8
Komunikasi Kualitas penyampaian materi
(27 & 8)
Penguasaan keadaan kelas (28, 18,9* & 19)
6
Ketepatan waktu Kedatangan (29 & 10*) Kepulangan (20 & 30)
4
92
Untuk kuesioner kinerja gum yang diberikan kepada siswa, sebagai hasil analis
yang dilakukan dengan menggunakan ramus Korelasi Product Moment dari Pearson
dan membandingkannya dengan nilai r tabel untuk n = 30 (0.361) maka diperoleh 3
item instrumen kinerja gum yang memiliki nilai lebih kecil dari r tabel sehingga dari
30 item instrumen kinerja guru tersisa 27
Tabel 3.6
Kerangka Kisi-kisi Angket Penelitian Kinerja Guru Untuk Siswa
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR &
NOMOR ITEM
Tot. ITEM KINERJA
GURU (Y)
Kualitas hasil kerja Kepuasan siswa (3,25)
Pemahaman siswa (5,7) Prestasi siswa (2)
5
Kemampuan Penguasaan materi
(H,12,&17)
Penguasaan metode pengajaran (1,4,6, 18,24)
8
Inisiatif Pikiran untuk berbuat yang lebih baik
(8,9,14,15,26*)
Tidak untuk mewujudkan
pikiran-pikiran yang tidak mengarah pada pencapaian
prestasi (16,30)
7
Komunikasi Kualitas penyampaian materi (21,22,23,28*)
Penguasaan keadaan kelas (20,29*)
6
Ketepatan waktu Kedatangan (10,19,27)
Kepulangan(13)
4
93
F. Langkah Pengumpulan Data
Langkah-langkah pengumpulan data yang dimaksud adalah cara-cara yang
digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data diantaranya :
1. Kuesioner
2. Wawancara
3. Studi Dokumentasi
G. Teknis Analisis Data
Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan Analisis
Deskriptif dan Inferensial. Analisis Deskriptif adalah anahsis yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum ataugeneralisasi (Sigiyono, 1998:112).
Analisis deskriptif terdiri dari mean, median, modus, standar deviasi, distribusi
prekwensi dan persentase.
Dalam penyusunan distribusi frekwensi dan katgori data tiap variabel
digunakan skor standar (z-skor) lalu dikonversikan menjadi standar sepuluh (S-ten).
Kerlinger (2000) untuk mengubah bentuk sebaran skor mentah menjadi skor z rumus
yang digunakan:
Z = X -M Keterangan : z : skor standar
s X : skor mentah
94
S : standar deviasi sampel
S ten = z 5 s + x s dimana : S-ten : standar sepuluh
Z : skor standar
8 s : standar deviasi ideal = 2
xs : mean ideal =5,5
Dari hasil konversi skor mentah data masing-masing variabel ke S-ten
(lampiran 3) kemudian dibuat lima kelas interval untuk penentuan katagori yang
[image:54.595.82.444.291.537.2]berlaku bagi semua data variabel, kelima katagori tersebut:
Tabel 3.7 Katagori masing-masing variabel
S-Ten Kategori
1,00-2,61 Sangat Rendah (SR)
2,62 - 4,23 Rendah (R)
4,24 - 5,85 Sedang (S)
5,86- 7,47 Tinggi (T)
7,48- 9,09 Sangat Tinggi (ST)
Analisis inferensial digunakan untuk menguji