• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU DI SLTP NEGER11 SAMARANG DAN SLTP NEGER11 BAYONGBONG KABUPATEN GARUT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU DI SLTP NEGER11 SAMARANG DAN SLTP NEGER11 BAYONGBONG KABUPATEN GARUT."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN

IKUM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU

Dl SLTP NEGER11 SAMARANG DAN SLTP NEGER11

BAYONGBONG KABUPATEN GARUT

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

^3?%,

SUKANDAR/NIM 019675

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

DISETUn DAN DISAHKAN

OLEH

W-.MB1MBING

^A^

I^ROF. DR. H. IdOCffl ANWAR, M.PD

PKMBIMBING II

"'A^**—

DR. DANNY MEIRAWAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG
(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN

OULW

KETUA PROGRAM STUDI

ADMINISTRASfl PENDIDIKAN

PROF. DR. H. TB. AB DDIN MAKMUN, M.A

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(4)

Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul " Pengaruh

Kompetensi Profesional Guru dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Guru di SLTP

Negeri JSamarangdan SLTPNegeri JBayongbongKabupaten Garut "ini, beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya saya scndiri dan saya tidak melakukan

penjiplakan dan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas dasar penyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sangsi yang

dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atas

etika keilmuan dalam karya saya ini.

Bandung, September 2003

(5)

ABSTRAK

SUKANDAR. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru dan Iklim Organisasi

terhadap Kinerja Guru di SLTP Negeri I Samarang dan SLTP Negeri 1

Bayongbang Kabupaten Garut.

Pelaksanaan proses belajar mengajar yang kurang efektif dan efisien sebagai

bagian dari kurangnya kompetensi profesional guru serta kepemimpinan kepala

sekolah, motivasi kerja, komunikasi dan pengendalian diri yang masih belum ditangani

dengan serius sebagai bagian dari iklim organisasi yang kurang kondusip

mengakibatkan tingkat kinerja guru SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1

BayongbongKabupatenGarut menjadi rendah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kompetensi profesional ,

iklim organisasi dan kinerja guru SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1

Bayongbong Kabupaten Garut Selain itu penelitian ini bertujuan pula untuk

mengungkap seberapa besar pengaruh kompetensi profesional guru dan iklim

organisasi terhadap kinerja guru.

Metode penelitian ini menggunakan metode survai dengan melibatkan dua

variabel bebas (kompetensi profesional dan iklim organisasi) dan satu variabel terikat

(kinerja guru). Populasi dalam penelitian ini adalah guru SLTP Negeri 1 Samarang

dan SLTP negeri 1 Bayongbong Kabupaten Garut. Pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik random sampling . Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik

deskriptif dan inferensial.

Hasil penelitian menunjukan bahwa : Pertama, Kompetensi Profesional guru

SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Garut

tergolong pada katagori rendah . hal ini dibuktikan dengan persentase sekitar 54,17%.

Kedua, Iklim Organisasi dan Kinerja Guru SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP

Negeri 1 Bayongbong Kaupaten Garut tergolong pada katagori sedang,

masing-masing sekitar 35,42 % dan 39,58 %. Sedangkan Kinerja guru menurut versi siswa

tergolong pada kategori tinggi yaitu 34 %. Ketiga, Terdapat pengaruh positif yang

signifikan Kompotensi Profesional Guru terhadap Kinerja Guru sebesar 26,8 %.

Terdapat pengaruh positif yang signifikan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Guru

sebesar 48%. Dan kelima, secara simultan, Kompetensi Profesional dan Iklim

Organisasi berpengaruh sebesar 49,7 % terhadap Kinerja Guru SLTP Negeri 1

(6)

DAFTARISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTARISI iv

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPDIAN x

BAB I PENDAHULUAN

A. latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 10

C. Pembatasan Masalah 13

D. Rumusan Masalah 14

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 15

F. Defmisi Operasional Variabel 16

G. Kerangka Pemikiaran 20

H. Hipotesis Penelitian 27

BAB H KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Konsep Administrasi Pendidikan 28

2. Tinjauan Tentang Kompetensi Profesional Guru 33

2.1 Pengertian Kompetensi Profesional Guru 33

2.2 Peningkatan Profesionalisme Guru 36

2.3 Dimensi Kompetensi Profesional Guru 40

3. Tinjauan Tentang Iklim Organisasi 50

3.1 Organisasi dan Perilaku Organisasi 48

(7)

3.2 Pengertian Iklim Organisasi 52

3.3 Dimensi Iklim Organisasi 56

4. Tinjauan Tentang Kinerja Guru

4.1 Pengertian Kinerja 59

4.2 Dimensi Kinerja .' 63

4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja 64

4.4 Penilaian Kinerja 66

5. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru dan Iklim Organisasi

Terhadap Kinerja Guru 71

B. Telaah Studi Terdahulu 75

C. Posisi/ Kaitan Kajian Teoritik dengan Studi Terdahulu 76

BAB HI PROSEDUR PENELITIAN

A. Pendekatan 78

B. Variabel dan Kerangka Penelitian 79

C. Populasi dan Sampel Penelitian 80

D. Instrumen Penelitian 83

E. Hasil Uji Coba Instrumen 85

F. Langkah Pengumpulan Data 93

G. Teknik Analisis Data 93

KPengujian persyaratan analisis 95

I. Langkah-Langkah Penelitian 98

J. Tempat Penelitian 98

BAB TV HASH. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Wilayah Kerja Dinas Pendidikan

KabupatenGarut 99

2. Program Kerja SLTPNegeri 1 Samarang 100

(8)

3. Program Kerja SLTP Negeri 1 Bayongbong 119

B. Analisis Deskriptif Kompetensi Profesional, Iklim Organisasi,

Kinerja Guru 123

C. Pengujian Signifikansi Kompetensi Profesional dan Iklim Organisasi

Terhadap Kinerja Guru

1. Pengaruh Kompetensi Profesional Terhadap Kinerja Guru 138

2. Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Guru 141

3. Pengaruh Kompetensi Profesional (XI) dan Iklim Organisasi

(X2) terhadap Kinerja Guru (Y) 144

D. Resume Hasil Penelitian 146

E. Pembahasan Hasil Penelitian 147

1. Hubungan Variabel XI atas Y (Kompetensi Profesional Guru

Terhadap Kinerja SLTPN.1 Samarang Dan Bayongbong).... 152

2. Hubungan Variabel X2 atas Y (Iklim Organisasi Terhadap

Kinerja Guru SLTPN1 Samarang Dan Bayongbong) 153

3. Hubungan Variabel XI dan X2 atas Y (Kompetensi

Profesional dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Guru

SLTPN. 1 Samarang Dan Bayongbong Kabupaten Garut 154

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 159

B. Implikasi 160

C. Saran-saran 163

DAFTAR PUSTAKA 166

LAMPERAN : 1. Instrumen Penelitian

2. Uji Coba Instrumen

3. Data Lengkap Hasil Penelitian

4. Analisis Deskriptif

5. Uji Persyaratan Analisis

6. Pengujian Hipotesis

DAFTAR RTWAYAT HD3UP

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Dua Tujuan Evaluasi Kinerja: Suatu Perbandingan 64

3.1 Populasi dan Anggota Sampel Guru 82

3.2 Populasi dan Anggota Sampel Siswa untuk Kinerja Guru 82

3.3 KerangkaKisi-Kisi AngketPenelitianKompetensi Profesional guru 87

3.4 Kerangka Kisi-Kisi Angket Penelitian IklimOrganisasi 90

3.5 Kerangka Kisi-Kisi Angket Penelitian Kinerja Guru untuk Guru 91

3.6 Kerangka Kisi-Kisi AngketPenelitianKinerja Guru untuk Siswa 92

3.7 Katagori Masing-masing Variabel 94

3.8 Uji Normalitas 96

3.9 Hasil Uji Linieritas data 97

4.1 Keadaan SiswaSLTP Negeri 1 Samarang 103

4.2 Keadaan Siswa SLTP Negeri 1 Bayongbong 121

4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Katagori Kompetensi Profesional 124

4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Katagori Iklim Organisasi 129

4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Katagori Kinerja Guru 132

4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Katagori Kinerja Guru versi Siswa 134

(10)

DAFTAR GAMBAR

NO. Judul Halaman

1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 26

2.1 Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan 30

2.2 Tujuan Penilaian Kinerja 70

3.1 Variabel Kerangka Pemikiran 79

4.1 Struktur Organisasi SLTPNegeri 1 Samarang 102

4.2 Struktur Organisasi SLTP Negeri 1 Bayongbong 121

4.3 Histogram Frekuensi Kompetensi Profesional Guru 125

4.4 Histogram Frekuensi Iklim Organisasi 130

4.5 Histogram Frekuensi Kinerja Guru 133

4.6 Histogram Frekuensi Kinerja Guru versi Siswa 135

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Bangsa Indonesia saat ini tengah berada dalam era reformasi termasuk

reformasi pendidikan, namun sekian tahun era reformasi berjalan, nampaknya belum

memperlihatkan hasil yang menggembirakan. Di antara penyebabnya adalah masih

rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hasil penelitian United Nation

development Program (UNDP) menunjukkan bahwa peringkat pembangunan SDM di

negara-negara berkembang, Indonesia menempati urutan ke-102 dari 107 negara yang

diteiiti (Soejadi, 1996:175).

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kebutuhan mendesak

yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah dalam rangka memasuki era pasar bebas dan

pendidikan merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam upaya

pengembangan sumber daya manusia tersebut sebab di bidang pendidikan ini,

Indonesia telah memperoleh berbagai sukses besar disamping menghadapi berbagai

masalah. Sukses besar itu diantaranya (1) dalam waktu 15 tahun sejak dicanangkannya

pada tahun 1969, telah mencapai pendidikan universal 6 tahun, dan sejak tahun 1995

telah dicanangkan pendidikan universal 9 tahun, dan (2) lahimya UU No. 2 Tahun

1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kedua tonggak dasar sektor pembangunan

(12)

lebih tinggi yaitu kualitas pendidikan dan manajemen sektor pendidikan sebagai

bagian dari manajemen pembangunan nasional.

Pidarta (1988:20) mengemukakan bahwa hambatan utama dalam pengembangan

pendidikan bukan pada aspek keuangan tetapi pada aspek manajemen. Dalam

pendidikan manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan

sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang

telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu upaya memperbaiki mutu

pendidikan hams dimulai dari manajemen pendidikan.

Berbagai langkah kebijaksanaan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu

telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya penataan manajemen pendidikan mulai

dari pembinaan kelembagaan, kurikulum, ketenagaan, sarana prasarana dan perubahan

sistem lainnya. Walaupun demikian hams diakui bahwa manajemen pendidikan di

Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain bahkan dari negara tetangga

sekalipun seperti Malaysia atau Singapura, selain itu dalam tatanan makro kebijakan

pemerintah dalam menetapkan Alokasi Anggaran untuk sektor pendidikan masih jauh

dari memadai dan kurikulum nasional yang masih mencari format yang ideal

disesuaikan dengan tantangan-tantangan kedaerahan merupakan tantangan yang maha

berat bagi insan pendidikan.

Dalam ruang lingkup mikro, permasalahan pendidikan masih berpusat di

sekitar pertanyaan : Bagaimana supaya proses belajar mengajar berlangsung efektif

dan efisien ? bagaimana agar kualitas tingkah laku anak terns meningkat sejalan

dengan meningkatnya kualitas kognitif ? metode apa yang hams diaplikasikan dalam

(13)

cara apa agar siswa terampil, kritis dan penuh inisiatif ? metode apa yang paling tepat

untuk mengukur kemajuan belajar ?dan bagaimana cara meningkatkan kualitas gum ?

Diantara sekian banyak permasalahan pendidikan yang teridentifikasikan

tersebut, masalah manajemen pendidikan mempakan permasalahan yang hams

diprioritaskan sebab hal ini berkaitan dengan bagaimana mengelola pendidikan dari

aspek pemerataan, relevansi, produktivitas, efektivitas dan efesiensi serta mutu

pendidikan itu sendiri.

1. Masalah pemerataan pendidikan berhubungan dengan hak setiap warga

Indonesia untuk mendapatkan pendidikan dengan adil dalam setiap jenjang,

2. Relevansi pendidikan berkaitan erat dengan program-program pendidikan yang

disajikan di perguruan tinggi disesuaikan dengan kebutuhan nyata dalam

masyarakat, oleh karena itu iklim dunia kerja dan industri mempakan suatu

keharusan dalam memenuhinya. Kebutuhan masyarakat disini bukan bukan

hanya IPTEK dan keterampilan melainkan kebutuhan moral, etika dan agama.

Dengan demikian relevansi pendidikan akan berjalan dengan baik tergantung

pada gum yang profesional.

3.

Produktivitas berhubungan dengan ilmu, sistem, nilai dan pendidikan

situasional manajemen dalam prosesnya untuk menentukan visi dan misi

pendidikan.

4.

Masalah Efektivitas dan Efesiensi, dalam hal ini efektivitas menyangkut

(14)

sementara efesiensi menyangkut perbandingan antara output dengan input

pendidikan.

5. Mutu pendidikan berkaitan dengan peningkatan kualitas, dan dari berbagai

unsur penyelenggaraan pendidikan dapat diketahui bahwa kesulitan dalam

peningkatan kualitas pendidikan disebabkan oleh sarana terbatas, dana

pendidikan yang minim dan penghargaan kepada profesi gum yang sangat

rendah. Dalam kaitan dengan ini, pendidikan yang berkuahtas bukan hanya

pendidikan yang mengembangkan intelegensi akademik tapi mencakup kepada

seluruh spektrum intelegensi manusia yaitu emosional, spatsial, interpersonal

dan intra-personal. Dan kunci utama didalam peningkatan kualitas pendidikan

tersebutadalahmutu padagurunya.

Dari sekian banyak permasalahan di atas, pada dasarnya keberhasilan

pendidikan atau tinggi rendahnya pendidikan tersebut sangat ditentukan oleh kinerja

para pelaku pendidikan khususnya para gum dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawab mengelola pendidikan dan pengajaran yang dibebankan kepadanya.

Kinerja gum mempakan faktor yang paling menarik minat untuk diteliti karena tiga

alasan.

Pertama, gum yang belakangan mendapat sorotan dunia pers karena tuntutan

mereka akan kenaikan gaji dan tunjangan sebagai ujung tombak bagi keberhasilan

(15)

Kedua, gum tidak hanya berperan didalam mentransfer ilmu kepada anak

didiknya tapi memberikan tauladan sikap, ucapan dan perilaku sebab anak didik SD,

SLTP atau SMU sering melakukan imitasi dan sangat membutuhkan figur dalam

mengaplikasikan ilmunya.

Ketiga, kualitas kinerja gum bukanlah sesuatu yang final dan tidak dapat

diperbaiki karena sebagai manusia, gum selalu tumbuh dan berubah, oleh sebab itu

gum dapat memperbaiki atau diperbaiki kinerjanya sesuai dengan harapannya sendiri

atau institusi.

Asumsi tersebut tentunya dapat memberikan harapan dan optimisme bam

kepada siapapun yang menaruh perhatian serius kepada dunia pendidikan temtama

peningkatan kualitas kinerja gum, baik dalam hal penguasaan materi, metode

mengajar, kemampuan komunikasi atau kemampuan teknis lainnya sehingga proses

belajar mengajar menjadi berkuahtas dan memuaskan.

Dalam proses pendidikan sekolah, gum mempakan salah satu komponen yang

penting. Posisi dan peran gum daiam pendidikan sekolah mempakan ujung tombak

bahkan menentukan kurikulum operasional dan eksperensial karena gum

mengorganisir pesan pengajaran bagi siswanya.

Sebagaimana

disebutkan M.Uzer

Ussman (2002 : 7) " Tugas gum sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan

melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.

Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(16)

Berdasarkan pada pola nilai yang dihayatinya, visi keilmuan dan dengan

kecakapan keguruannya (didaktis-metodis) maka guru dapat mengolah dan mengatur

kembali isi kurikulum formal menjadi program atau satuan pelajaran yang merangsang

belajar siswa sementara dalam kondisi negatif, jika mutu pribadi, keilmuan dan

kecakapan keguruan dari seorang gum itu jelek, pasti akan merusak minimal

menghambat proses dan hasil belajar siswa. Fajar (Kompas, 5 Februari 2001)

menyebutkan bahwa bangsa ini memiliki banyak tenaga pendidik tetapi kurang guru,

gum bukan pegawai, bukan pula buruh tapi gum menyandang suatu beban psikologis

paedagogik.

Jabatan gum mempakan jabatan fungsional, gum hams memiliki kemampuan

dan kewenangan untuk menjalankan profesi keguruannya (kompetensi profesional).

Dengan kompetensi'profesional yang dimiliki oleh gum dan didukung oleh iklim

organisasi yang kondusip, diharapkan gum mampu melaksanakan tugasnya dengan

baiksehingga menghasilkan kinerja yang baikpula

Menurut Davis (1971:71) peranan dan tugas gum dapat diidentifikasi dalam dua

bagian pokok yaitu (a) sebagai pengelola dan (b) sebagai pelaksana pendidikan

dan pengajaran di kelas. Gum sebagai pengelola harus memiliki kemampuan

manajerial yaitu menguasai perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan

pengendalian, begitu pulagumharus mampu memanfaatkan segala sumber daya

pendidikan yang adadalam upaya pencapaian tujuan pendidikan.

Adapun gum sebagai pelaksana harus memiliki kemampuan teknis yang terkait

dengan bagaimana menggunakan segala sumber daya pendidikan yang ada dalam

(17)

kegiatan belajar mengajar dengan baik melalui berbagai strategi dan metode sekaligus

menjadi sumberbelajar bagi siswa.

Berkaitan dengan kompetensi profesional gum di atas maka gum akan makin

meningkatkan kemampuannya bila didukung oleh komponen sekolah atau sistem

pendidikan yang lengkap, berkaitan dengan komponen sekolah seperti guru, siswa,

pimpinan, sarana prasarana, pembagian tugas, peraturan-peraturan. Sebagai mana

diungkapkan oleh Engkoswara (2001: 30) " Rambu-rambu sistem pendidikan yang

produktif minimal meliputi filsafot atau tujuan pendidikan, peserta didik, kurikulum

dan teknologi pendidikan, tenaga kependidikan , organisasi dan kepemimpinan

pendidikan, dan proiritas pendidikan."

Komponen atau sistem pendidikan akan bisa dijalankan apabila disertai dengan

organisasi pendidikan yang jelas. Secara umum organisasi adalah kumpulan

orang-orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kesimpulan ini

didukung oleh Fremont E Kast dan J.E. Rosenzweig (1995:3) " Organisasi berarti

menstruktur dan memadukan (integrating) kegiatan , yaitu kegiatan orang-orang yang

bekerja bersama dalam hubungan yang saling bergantung." Siagian dalam Indrawijaya

(1999:3) mendefinisikan "organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua

orang atau lebih yang bekerja bersama-sama serta secara formal terikat dalam rangka

pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan mana terdapat

seorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang sekelompok yang disebut

(18)

/A

,1 *g

\\ g

Satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari organisasi k \ „

mewujudkan tujuan organisasi dengan tepat waktu, tepat kualitas dan^tepat^fet^a

adalam manajemen. Manajemen menurut Hasibuan (1993:1) " adalah ilmu dan seni

mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya

secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu." Dengan demikian

organisasi dan manajemen, adalah dua hal yang sangat penting bagi pencapaian suatu

tujuan.

Dengan demikian organisasi sekolah dalam mencapai tujuannya harus

didukung oleh manajemen yang berkuahtas. Salah satu komponen yang sangat

menentukan dalam pencapaian tujuan organisasi sekolah dalam mewujudkan prestasi

kerja (kinerja) adalah tenaga kependidikan dan iklim organisasi tempat mereka

bekerja. Tenaga kependidikan maksudnya kompetensi profesional gum , sedangkan

iklim organisasi disini maksudnya lingkungan manusia yang terdiri dari para pegawai

organisasi dalam melakukan pekerjaan mereka. Lingkungan manusia yang dimaksud

adalah berkaitan dengan kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi-pengaruh,

pengambilan keputusan, penyusunan tujuan dan pengendalian, lingkungan manusia

yang kondusip disini sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kompetensi profesional

gum yang pada ahirnya akan meningkatkan kinerja gum di sekolah.

Dari uraian di atas jelas bahwa studi tentang pengaruh kompetensi profesional

gum dan iklim orgamsasi terhadap kinerja gum itu perlu dilakukan. Pentingnya studi

ini dilakukan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama karena SLTP sebagai jenjang

(19)

Sekolah Dasar sekaligus sebagai bahan persiapan bagi siswa untuk tetap meneruskan

ke tingkat Sekolah Menengah Umum, dan seorang gum harus mampu memberikan

motivasi dan harapan-harapannya untuk kehidupan masa depan anak didiknya karena

itu diperlukan dukungan iklim orgamsasi dalam hal kepemimpinan, motivasi serta

pengendalian. Semua itu dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas dalam

mengontrol kemampuan gum sebagai orang yang paling berperan dalam menggali

potensi anak didik di sekolah.

Rahim (Kompas, 5 februari 2001) menyebutkan bahwa mutu pendidikan di tanah

airmasih sangat rendah sehingga banyak lulusannya yang kalah bersaing dengan

lulusan dari negara lain, rendahnya kualitas pendidikan tersebut disebabkan

karena kurangnya gum berkuahtas dan kualifikasi gum rendah. Studi yang

dilakukan akan memberikan masukan yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas

gum di sekolah menengah pertama.

Berdasarkan asumsi itu , permasalahan-permasalahan kinerja gum yang terjadi

di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri I Samarang dan SLTP Negeri 1

Bayongbong Kabupaten Gamt mengindikasikan bahwa sekolah tersebut cukup banyak

peminatnya dan setiap penerimaan siswa bam bisa mencapai sekitar 700 sampai 800

siswa dan yang diterima hanya sekitar 360 siswa. Masyarakat menginginkan sekolah

itu berkuahtas sehingga anak-anaknya tidak perlu sekolah ke tempat jauh, oleh karena

itu sekolah tersebut perlu mempersiapkan siswanya untuk menjadi generasi yang

berkuahtas secara intelektual dan menjadi suri tauladan secara moral bagi masyarakat

sekitar.

(20)

^nwwfw*

SLTP Negeri 1gamt Kota dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayaVLs8@i^^ /

tarat yang sangat memuaskan namun dalam operasionalnya sekoRm^tecsebaf^

mempunyai permasalahan yang sangat mendesak untuk diselesaikan khususnya

masalah kinerja gum yang hams segera diperbaiki baik yang berhubungan dengan

gum atau dengan prestasi siswa. Baik yang berkaitan langsung dengan kinerja gum

seperti ada sebagian gum yang kurang memahami kompetensi gum atau yang tidak

langsung berkaitan dengan gum antara lain belum memuaskannya kualitas disiplin dan

prestasi siswa.

Jika permasalahan-permasalahan ini dibiarkan begitu saja, akan sangat

mengganggu kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar yang mempakan

ujung tombak atau tolak ukur dari keberhasilan dari suatu proses pendidikan. Jadi,

dengan demikian diperlukan usaha serius dan segera untuk menganalisis faktor-faktor

apa yang menjadi akar dari semua permasalahan kinerja gum tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Faktor-faktor yang menimbulkan atau yang menyebabkan kinerja gummenjadi

masalah. Faktor penyebabnya antara lain : status sosial ekonomi guru, motivasi kerja,

pendidikan guru, iklim organisasi , masa kerja gum , kompetensi profesional gum

(kemampuan profesional).

Status sosial ekonomi gum mempakan salah satu penyebab kinerja gum

menurun. Kita ketahui bersama bahwa gaji gum yang diterima saat ini masih kurang

(21)

11

mencari penghasilan tambahan

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam satu

bulan dengan cara misalnya mengajar dibeberapa sekolah atau usaha lain diluar

mengajar . Dengan terlalu banyaknya mengajar atau usaha lain diluar sekolah sudah

barang tentu tidak memikirkan prestasi kerjanya (kinerja) atau sangat sedikit waktunya

untuk memikirkan bagaimana cara meningkatkan kualitas mengajar serta konsentrasi

terhadap prosesbelajarmengajar akan berkurang.

Motivasi kerja yang rendah dari sebagian besar gum penyebab menuranya

prestasi kerjaguru. Sangat sedikit gum yang mempuyai motivasi kerja tinggi di suatu

sekolah, yang terjadi gum yang mempunyai motivasi kerja tinggi adalah gum yang

memperoleh tugas tambahan seperti menjadi pembantu kepala sekolah (PKS). Gum

yang tidak ada tugas tambahan sebagian besar mengerjakan tugasnya seadanya, asal

jadi dalam arti tidak memikirkan suatu pekerjaan yang berkuahtas.

Tingkat pendidikan gum berpengaruh terhadap kinerja . Gum yang

berpendidikan tinggi memiliki pengetauan dan wawasan yang lebih luas ketimbang

gum yang berpendidikan lebih rendah. Karena orang yang berpendidikan lebih tinggi

lebih banyak akalnya sebagai konsekwensi berwawasan luas, dengan demikian

kinerjanya cenderung lebih tinggi. Kenyataan dipalangan masih banyak gum yang

mengajar di tingkat SLTP tamatan D-l atau D-2 yang seharusnya S-l.

Suasana lingkungan tempat para gum melakukan pekerjaan ( iklim organisasi)

juga sangat menentukan terhadap kinerja gum. Iklim organisasi sekolah ditunjukan

oleh kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis, gum selalu dilibatkan dalam

(22)

12

kepala sekolah atau antara gum dengan sesama guru. Kenyataan yang terjadi dewasa

ini masihbanyak kepala sekolah yang otoriter, gum tidak banyak diikutsertakan dalam

pengambilan keputusan , kurang keterbukaan antara kepala sekolah dengan gum yang

pada akhirnya gum tidak mengerjakan tugasnya dengan berprestasi.

Masa kerja atau pengalaman mengajar seorang gum turut menentukan

timbulnya masalah kinerja guru.. Gum yang mempunyai pengalaman mengajar yang

lama relatifjarang melakukan kesalahn yang sama, maka kinerjanya diharapkan lebih

tinggi dibandingkan dengan yang kurang pengalaman. Dewasa ini yang terjadi karena

setiap sekolah hampir kekurangan gum, maka diangkat gum bam baik sebagai PNS,

atau gum kontrak. Hal itu menimbulkan menurunnya kinerja karena kurang

berpenglaman itu.

Kemampuan gum atau kemampuan profesional gum yang rendah dalam

melaksanakan tugasnya menimbulkan masalah kinerja gum. Banyak gum yang tidak

menguasai bahan pelajaran artinya sebagian besar gum tidak menguasai bahan yang

akan diajarkan sehingga anak hanya disuruh mencatat atau mengerjakan LKS. Gum

tidak mengusai landasan kependidikan, tidak mampu melaksanakan fungsi dan tugas

gum sebagi pendidik dan pengajar. Banyak gum-gum adalam mengajar tidak

mempersiapkan apa yang akan diajarkan atau tidak membuat administrasi gum.

Dengan gum yang tidak mempunyi kompetensi profesional tadi , maka siswa tidak

tertarik lagi untuk belajar dengan sungguh-sungguh atau banyak ditemukan siswa

(23)

13

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, sebenarnya masih banyak

faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja gum . Dengan keterbatasan waktu dan

ruang serta kemampuan dan tidak mungkin semua faktor yang berpengaruh terhadap

kinerja gum diteliti dalam penelitian ini, maka peneliti hanya memilih faktor-faktor

yang dianggap mempunyai kontribusi yang sangat signifikan saja. Faaktor- faktor yang

diteliti sebagai penyebab timbulnya masalah kinerja gum diatas yaitu kompetensi

profesional gum dan iklim organisasi. Selain itu peneliti juga mempeitimbangkan

sejauhmana faktor-faktor tersebut mungkin dan realistis untuk dioperasionalisasikan

dalam program perbaikan kinerja gum yang akan direkomendasikan oleh peneliti

kepada kepala sekolah SLTP Negeri 1 Samarang dan kepala sekolah SLTP Negeri 1

Bayongbong Kabupaten Gamt.

Asumsi penulis rendahnya kinerja gum SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP

Negeri 1 Bayongbong sangat dipengaruhi dengan masalah kompetensi profesional

gum dan iklim organisasi.

Hal ini ditunjukan bahwa kinerja gum di Sekolah Lanjutan Pertama Negeri 1

Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt belum optimal dan

indikator utamanya adalah banyak gum yang kurang memiliki kompetensi profesional

dan iklim organisasi yang masih belum sempurna. Kurangnya kompetensi profesional

guru terlihat dari masih banyak gum yang tidak membuat rencana pembelajaran,

kurang efektif dan efesien dalam melaksanakan proses belajar mengajar serta tidak

(24)

14

ditunjukan oleh kepemimpinan kepala sekolah motivasi kerja gum komunikasi

-dan pengendalian masih belum ditangani dengan serius.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan observasi dan intervie di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP

Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt , maka pernyataan masalahnya bahwa

kompetensi profesional gum, dan iklim organisasi tempat mereka bekerja mempakan

faktor penyebab utama rendahnya kinerja gum.

Oleh karena itu , pertanyaan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini

adalah : "Seberapa besar pengaruh kompetensi profesional guru dan iklim

organisasi terhadap kinerja guru di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1

Bayongbong Kabupaten Garut".

Masalah utama tersebut kemudian diturunkan menjadi sub-sub masalah

berikut :

1. Seberapa besar pengaruh kompetensi profesional gum terhadap kinerja

gum di SLTPNegeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong

Kabupaten Gamt ?

2. Seberapa besar pengaruh iklim orgamsasi terhadap kinerja gum di

SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten

(25)

15

3. Bagaimana pengaruh kompetensi profesional gum dan iklim organisasi

terhadap kinerja gum di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1

Bayongbong Kabupaten Gamt ?

Dari rumusan masalah tersebut mendorong penulis yang sedang mendalami

ilmu Administrasi Pendidikan ( Manajemen Perencanaan Pendidikan ) tertarik untuk

mengadakan penelitian Tesis yang berjudul " Pengaruh Kompetensi Profesional

Guru dan Iklim organisasi terhadap Kinerja Guru Pada Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama (SLTP) Negeri 1 Samarang dan Sekolah Lanjutan tingkat Pertama

(SLTP) Negeri 1 Bayongbong di Kabupaten Garut".

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran

kompetensi profesional gum , iklim organisasi dan kinerja gum di SLTP Negeri 1

Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong Kabupaten Gamt Selain itu untuk

mengetahui pengaruh kompetensi profesional gum dan iklim organisasi terhadap

kinerja gum.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. menjadi bahan informasi atau masukan yang akurat bagi Departemen

Pendidikan Nasional dalam hal ini khususnya kantor dinas pendidikan

tingkat Kabupaten Gamt serta para pengelola lembaga pendidikan dalam

(26)

16

2. Menjadi bahan informasi yang penting bagi kepala sekolah SLTP Negeri 1

Samarang dan SLTP Negeri 1 Bayongbong kabupaten Gamt dalam upaya

meningkatkan kinerja gum dalam mengelola pendidikan dan pengajaran

sekolah yang dipimpinnya.

3. Menjadi bahan masukan bagi para gum dalam rangka meningkatkan

kompetensi profesional sehingga kinerjanyapun menjadi baik.

4. Menjadi bahan renungan bagi para stakeholders pendidikan agar mampu

menciptakan iklim organisasi sekolah yang menuju kepada peningkatan

kualitas.

5. Menjadi bahan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

di bidang Administrasi Pendidikan.

6. Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi siapa saja yang berminat

terhadap masalah kinerja gum.

F. Deflnisi Operasional Variabel

Secara rinci variabel-variabel penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kompetensi Profesional Gum (XI) adalah kemampuan dan kewenangan gum

dalam menjalankan profesi keguruannya, yang diperoleh berdasarkan skor

angket persepsi terhadap kompetensi profesional . Semakin tinggi skor

seseorang maka semakin tinggi pula tingkat persepsinya Kompetensi

Profesional Guru. Angket Kompetensi Profesional Gum disusun berdasarkan

(27)

17

a. Dimensi menguasai bahan, indikatomya kegiatan dalam menguasai materi

pelajaran

b.

Dimensi mengelola program belajar mengajar, indikatomya menggunakan

media / metode pembelajaran

c. Dimensi mengelola kelas, indikatomya menggunakan kelas sebagai tempat

KBM danmemanfaatkan waktu belajar seefektifdan seepisien mungkin

d. Dimensi menggunakan media / sumber, indikatomya menggunakan media

/ sumber dalam kegiatan pembelajaran

e. Dimensi

menguasai

landasan-landasan

kependidikan,

indikatomya

mendalami landasan kependidikan dan mempelajari GBPP

f.

Dimensi mengelola interaksi belajar mengajar, indikatomya menggunakan

metode pembelajaran dengan tepat pada proses belajar mengajar

g.

Dimensi menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran,

indikatomya membuat alat evaluasi, memberikan laporan kemajuan siswa

dalam laport

h.

Dimensi mengenal fungsi dan program layanan bimbingan serta

penyuluhan, indikatomya menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan

konseling

(28)

18

j. Dimensi memahami dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan,

indikatomya hasil penilaian kemajuan belajar-mengajar dijadikan landasan

strategi belajar-mengajar berikutnya

.w^ 2.1klim Organisasi (X2), adalah kualitas serangkaian sifat lingkungan kerja, yang

dinilai langsung atau tidak langsung oleh guru, yang diperoleh berdasarkan

skor angket persepsi terhadap iklim organisasi yang disusun oleh penulis

berdasarkan teori dari Rensis Likert. Semakin tinggi skor seseorang pada

angket ini, maka semakin tinggi pula tingkat persepsinya terhadap lingkungan

organisasi. Angket Iklim Organisasi disusun berdasarkan dimensi dan indikator

berikut:

a. Dimensi Motivasi. Indikatomya adalah motivasi langsung seperti

dukungan pimpinan, dan dukungan gum-gum lainnya, dan motivasi tidak

langsung seperti kesejahteraan, desain pekerjaan, dan sarana & prasarana.

b. Dimensi Pengendalian. Indikatomya adalah pengendalian langsung seperti

pengawasan, laporan lisan dan tulisan, dan pengawasan tidak langsung

seperti penilaian prestasi dan rapat-rapat.

c. Dimensi Komunikasi. Indikatomya adalah komunikasi vertikal

(komunikasi gum dan pimpinan) dan komunikasi horizontal (komunikasi

antar gum)

d. Dimensi Kepemimpinan. Indikatomya adalah otoriter, demokratis,

(29)

19

e. Dimensi Pengambilan Keputusan. Indikatomya adalah proses pengambilan

keputusan dan sifat keputusan yang diambil

f. Dimensi Penetapan Tujuan. Indikatomya adalah proses penetapan tujuan

dan sifat tujuan yang ditetapkan

g. Dimensi Interaksi. Indikatomya adalah penilaian menyeluruh terhadap

keadaan organisasi

3. Kinerja gum (Y), adalah kualitas hasil kerja guru yang diperoleh berdasarkan

skor angket self-report mengenai kinerja, dan data skor angket dari siswa serta

data sekunder mengenai kehadiran. Semakin tinggi skor seseorang pada angket

dan kehadiran, maka semakin tinggi pula tingkat kinerja orang tersebut. Angket

Kinerja guru disusun berdasarkan dimensi dan indikator berikut:

a. Dimensi kualitas hasil kerja. Indikatomya adalah kepuasan, pemahaman,

dan prestasi siswa

b. Dimensi kemampuan. Indikatomya adalah penguasan materi dan

penguasaan metode pengajaran

c. Dimensi inisiatif. Indikatomya adalah pikiran untuk berbuat lebih baik dan

tindakan untuk mewujudkan pikiran-pikiran kualitas belajar mengajar.

d. Dimensi komunikasi. Indikatomya adalah kualitas penyampaian materi

dan penguasaan suasana kelas

(30)

20

G. Kerangka Pemikiran

Adanya beberapa kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu

sumber daya manusia khususnya pada sektor pendidikan. Kebijakan itu antara lain

desentralisasi pendidikan yang melahirkan otonomi pendidikan . Operasional pada

tingkat sekolah sebagai akibat dari kebijakan itu salah satu contohnya munculah

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) , Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

adalah sebagian tantangan spesifik yang mendesak untuk direspon sebagai tantanagan

masa depan.

Langkah-langkah antisipatif untuk merespon tantangan masa depan, dimana

sebagian sekolah-sekolah yang ada di negara kita sebenamya masih memiliki

kekurangan-kekurangan yang prinsipil. Langkah-langkah kearah peningkatan mutu

atau prestasi yang maksimal sebagai antisipatiftersebut menjadi sangat penting.

Reformasi pendidikan ,mungkin kata yang paling tepat untuk menunjuk proses

antisifasi tantangan masa depan tersebut, mencakup banyak hal , dari faktor-faktor

yang bersifat makro sampai faktor-faktor yang bersifat mikro.

Faktor-faktor yang bersifat makro misalnya, berkaitan dengan kebijakan dan

perundang-undangan yang mengatur bagaimana pendidikan itudijalankan, dan alokasi

anggaran untuk penyelenggaraan pendidikan nasional. Faktor-faktor yang bersifat

mikro misalnya , berkaitan dengan kurikulum , kesejahteraan guru, program

peningkatan kualitas guru, dan perpustakaan. Reformasi pendidikan berarti,

mengevaluasi, memperbaiki, dan mengembangkan format ideal sistem pendidikan

(31)

Sekolah lanjutan tingkat pertama yang mempakan tingkat peiidid'i^^tJ^^J'

tampil dalam format yang lebih ideal dengan manajemen sekolah yang lebih moHeren^/^

Manajemen sekolah yang mengarah pada otonomi sekolah memberikan harapan yang

cukup optimistis sebagai salah satu format ideal dalam meningkatkan prestasi kerja

teratama prestasi kerja gum (kinerja).

Namun demikian , tidaklah mudah bagi sekolah-sekolah untuk memenuhi

harapan tersebut. Pergeseran pengelolaan sekolah dari sentralistik ke desentralistik

dipastikan akan menimbulkan masa-masa transisi. Untuk mengatasi masa transisi itu

beberapa sekolah lanjutan tingkat peretama mencoba untuk keluar dari masa transisi

tersebut.

Dua sekolah yang dalam kondisi yang disebut terakhir adalah SLTP Negeri 1

Bayongbong dan SLTP Negeri 1 Samarang yang berada dikabupaten Gamt, berjuang

menyesuaikan diri dengan pranata-pranata moderen. Pada tahun-tahun terakhir ini

tidak kurang laboratorium biologi, fisika, dan komputer dibangun . Kedua sekolah

tersebut pada tahun 2003 mendapatkan bantuan Block Grant sebesar 90 juta bagi

SLTP Negeri 1 Bayongbong dan bantuan BOM sebesar 50 juta bagi SLTP Negeri 1

Samarang.

Bukan hanya secara fisik, program peningkatan sumber daya manusiapun tidak

ketinggalan, paling tidak ada beberapa kader gum yang menjadi kepala sekolah dari

kedua sekolah tersebut. Menjadi gum teladan baik tingkat propinsi atau tingkat

kabupaten atau penataran-penataran yang menuju pada peningkatan kompetensi gum,

(32)

22

Namun demikian, tidak berarti dengan dijalankannya 2 program tersebut, yaitu

pembangunan sarana fisik dan pembangunan kualitas sumber daya manusia, kemudian

sekolah dapat dikatakan telah berhasil melewati masa transisi dengan gilang gemilang.

Masih terlalu banyak unsur-unsur lain yang harus disentuh dan mempakan prasarat

bagi kokohnya manajemen moderen diletakan. Sebagian unsur-unsur tersebut adalah

kinerja guru/ gum (resultan dari faktor-faktor), kualitas lingkungan sekolah atau iklim

organisasi (faktor ektemal) dan kompetensi profesional gum (faktor internal).

Kerangka Pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada

formula kinerja dari Vroom yang menyebutkan bahwa kinerja mempakan fungsi dari

kemampuan dikalikan motivasi.

Kinerja adalah hasil yang diinginkan dari sebuah perilaku (Gibson, 1996 : 70),

atau suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan ,

dan waktu ( Hasibuan , 1997 : 105 ). Bisa juga diartikan bahwa performasi atau

kinerja adalah ".. output drive from processes. Human or otherwise ". Maksudnya

kinerja mempakan hasil atau output dari suatu proses. (August W. Smith, 1982: 393).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja . Menurut Wahjosumidjo

(1987 :177) kinerja adalah fungsi dari faktor kemampuan, motivasi, dan persepsi .

Jouke Komalig dalam bukunya Cahyono (1996 :60) menyebutkan beberapa faktor

yang mempengaruhi produktivitas (kinerja), antara lain : manusia, modal , metode,

faktor produksi, faktor lingkungan organisasi, faktor lingkungan negara, faktor

(33)

23

Kinerja gum ditunjukan oleh kemampuan kompetensi profesional guru, dalam

operasionalnya pada proses belajar mengajar hams didukung oleh iklim organisasi

dalam hal ini adanya motivasi dari lingkungan sekitar baik dari kepemimpinan kepala

sekolah atau komumkasi dalam lingkungan organisasi sekolah.

Kinerja gum mempakan prestasi yang dicapai oleh gum dalam rangka

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengelola pendidikan sesuai

dengan ukuran yang ditetapkan baginya.

Menurut Arikunto (1993:239) : (1) Kompetensi profgesional gum artinya gum harus memiliki pengetahuan yang luas dan dalam tentangsubjeck matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi yaitu penguasaan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat dan mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. (2) Kompetensi personal artinya gum harus memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber intensifikasi bagi subjek didik , hal ini berarti gum mempunyai kepribadian yang patut diteladani oleh siswa. (3) Kompetensi sosial artinya gum memiliki kemampuan berkomunikasi sosial baik dengan murid , sesama gum, kepala sekolah, pegawai tatausaha bahkan dengan anggota masyarakat.

Iklim organisasi adalah lingkungan manusia dimana para pegawai organisasi

melakukan pekerjaan mereka( Davis & Newstrom, 1996:21 ). Yang dimaksud dengan

lingkungan manusia disini , seperti yang dikemukakan oleh Rensis Likert dalam

bukunya Davis & Newstrom ( 1996 : 24 ) adalah kepemimpinan , motivasi ,

komunikasi, interaksi-pengamh, pengambilan keputusan, penyusunan tujuan, dan

pengendalian.

Sebenarnya pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja itu bersifat tidak

(34)

24

lingkungan organisasi sekolah

guna membentuk motivasi (motivasi ektrinsik),

kepuasan, dan sikap kerja (Davis, K. & Werther, 1989).

Motivasi ektrinsik maksudnya adalah motivasi yang bersumber dari

faktor-faktor ektemal, seperti karier, gaji, kesejahteraan, hubungan interpersonal, pujian dan

Iain-lain. Motivasi ektrinsik diperlukan temtama bagi pegawai-pegawai yang motivasi

intrinsiknya rendah termasuk kompetensi profesional guru. Selain itu iklim organisasi

dapat membentuk kepuasan dan sikap kerja pegawai. Gum yang tidak puas akan

menghabiskan waktunya hanya untuk menggerutu, menggunjing, menghasut dan

mengeluh. Juga gum yang tidak puas akan mempunyai catatan absen dan turn-over

yang relatif tinggi.

Pernyataan diatas menegaskan bahwa faktor kompetensi profesionalismen gum

dan ikilim organisasi memang mempakan salah satu faktor yang diperkirakan akan

berpengarah terhadap kinerja gum. Pertanyaanya adalah bagaimana proses

berpengaruhnya kompetensi profesionalisme gum dan iklim organisasi

terhadap

kinerja gum itu berlangsung.

Jabatan gum mempakan jabatan profesional. Peran dan fungsi gum dalam

proses belajar mengajar sangat besar yaitu sebagai pengelola kelas, demonstrator,

mediator, fasilitator dan evaluator. Sehubungan dengan hal itu maka keberadaan

kompetensi profesional seorang gum sangat penting sebab akan menentukan fungsi

dan peran gum tersebut dapat diaplikasikan atau tidak sehingga hal itu menentukan

(35)

25

gum yang akan mengontrol apakah gum yang mengajar di kelas layak atau tidak

menjadi seorang gum profesional.

Dengankompetensi profesional yang tinggi yangdimiliki gum maka gum akan

mampu melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran dengan baik karena ia

mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar serta

mampu menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan kualitas mengajarnya.

Dari uraian di atas maka diduga bahwa kompetensi profesional mempengaruhi

kinerja gum dari dalam individu sedangkan iklim organisasi mempengaruhi kinerja

gum dari luar individu sehingga hal itu dapat dikatakan semakin tinggi kompetensi

profesional gum dan iklim organisasi, semakin tinggi pula kinerjanya. Sebaliknya

semakin rendah kompetensi profesional gum dan iklim organisasi, semakin rendah

pula kinerjanya.

Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat dalam bentuk

(36)

26

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

Pengamh Kompetensi Profesional Gum dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IKLIM ORGANISASI

$

c>

1. Menguasai bahan

2. Mengelola program belajar-mengajar

3. Mengelola kelas 4. Menggunakan media 5. Menguasai landasan

kependidikan

6. Mengelola Interaksi

belajar-mengajar

7. Menilai prestasi siswa 8. Bimbingan dan

penyuluhan

9. Adminisrrasi sekolah 10. Menafsirkan hasil

penelitian pendidikan 1. Motivasi 2. Pengendalian 3. Komunikasi 4. Kepemimpinan 5. Pengambilan keputusan

6. Penetapan tujuan

(37)

27

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai

suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan mempakan

dasar kerja serta panduan dalam verifikasi ( Munir, 1988 :182 ). Karena sifatnya

sementara, maka suatu hipotesis dalam suatu penelitian hams dibuktikan.

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan

, maka disusunlah hipotesis sebagai berikut:

" Ada pengaruh positif kompetensi profesional guru dan iklim organisasi

terhadap kinerja guru di SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri 1

Bayongbong."

Hipotesis tersebut kemudian diturunkan menjadi hipotesis kerja atau sub-sub

hipotesis berikut:

A. Ada pengaruh positifkompetensi profesional gum terhadap kinerjagum

B. Ada pengaruhpositif iklim organisasi terhadap kinerja gum

C. Ada pengaruh positif antara kompetensi profesional gum dan iklim organisasi

secara bersama-sama terhadap kinerja guru.

Rumusan hipotesisnya Ho:Py.l.2 = 0 tidak ada pengaruh yang signifikan

kompetensi profesional gum dan iklim organisasi terhadap kinerja gum (tolak Ho).

Hl:Py.l.2> 0 artinya ada pengaruh yang signifikan kompetensi profesional gum dan

(38)

78

BABHI

PROSEDUR PENELITIAN

A. Pendekatan

Berdasarkan pendekatan yang digunakan, penelitian ini termasuk penelitian

survei. Menurut Kerlinger (2000:660) penelitian survei mengkaji populasi yang besar

maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi im

untuk menemukan insidensi, distribusi dan interelasi relatif dari variabel-variabel

sosiologis dan psikologis.

Penelitian survei pada umumnya dilakukan untuk mengambil suam generalisasi

dari pengamatan yang tidak mendalam namun generalisasi yang dihasilkan bisaakurat

bila digunakan sampel yang representatif. Menumt Kerlinger (2000:660) penelitian

survei ini mengkaji populasi (universe) yang besar maupun kecil dengan menyeleksi

serta mengkajisampelyang dipilih dari populasi.

Dengan demikian bila ditinjau dari bagaimana variabel-variabel yang diteliti

akan menjelaskan fenomena yang ada dan hubungan antara variabel-variabel secara

bersama-sama, penelitian ini termasuk deskriftif korelasional yaim penelitian untuk

menjawab pertanyaan tentang apa atau bagaimana keadaan suam fenomena dan

melaporkan sebagaimana keadaannya (Hadjar,1999:274). Dalam penelitian ini

hubungan tersebut adalah antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Oleh karena itu, berdasarkan bentuk permasalahannya penelitian ini termasuk

(39)

79

dideskripsikan dan selanjumya dikorelasikan antara variabel bebas dengan variabel

terikat, baik secarasendiri-sendiri maupun bersama-sama.

B. Variabel Dan Kerangka Penelitian

2.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suam akibat atau sifat aspek dari orang maupun

obyek yang mempunyai variasi tertenm yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 1999:20-21).

Variabel penelitian ini terdiri dati 3 (tiga) variabel, yaim2 (dua) variabel bebas ,

dan 1 (satu) variabel terikat. Variabel-variabel tersebut adalah:

Variabel yang dipelajari dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaim

"Kompetensi Profesional Gum" (X,) dan "Iklim Organisasi" (X2) serta variabel terikat

yaitu "Kinerja Gum" (Y).

Pola hubungan variabel-variabel, secara sederhan dan skematis dapat

digambarkan sebagai berikut:

x, --^rXi.Y

RXiX2^Y^-\^

Y

fe

^-^Cy

x2

[image:39.595.76.507.286.642.2]

w

(40)

Keterangan

XI

X2

Variabel Kompetensi Profesional Gum

Variabel Iklim Organisasi

= Variabel Kinerja Gum

-*- = Hubungan Tunggal dan bersama-sama

= Pengaruh secara bersama-sama

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah gum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1

Samarang sebanyak 42 orang dan Sekolah Lanjutan Tingkat pertama Negeri 1

Bayongbong sebanyak 50 orang. Dengan jumlah keseluruhan sebagai populasi dalam

penelitian ini sebanyak 92 orang. Dari populasi tersebut diambil sampel sebanyak 48

orang . Ini didasarkan pada pendapat Nana Sujana (1991 : 73) " Minimal sampel

sebanyak 30 subyek. Ini didasarkan atas perhitungan atau syarat pengujian yang lajim

digunakan dalam statistika."

Mengenai besarnya sampel tidak ada ketentuan yang baku atau ramus yang

pasti . Sebab keabsahan sampel terletak pada sifat dan karakteristiknya mendekati

(41)

81

Selain im besarnya sampel yang harus diselidiki dalam suatu penelitian

tergantung pada keragaman karakteristik populasi sebab keadaan populasi penelitian

yang heterogen karena perbedaan dari segi tugas dan tingkat pendidikan maka 48

subyek dianggap cukup representatif.

Pengambilan sampel dengan menggunakan cara random sampling yaitu

pengambilan sampel secara acak dengan posisi anggota populasi mempunyai hak yang

sama untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 1999:60).

Dengandemikianteknikpengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini

secara operasional adalah masing-masing sekolah diambil dua orang gum perwakilan

bidang studi, karena di dua sekolah yaim SLTP Negeri 1 Samarang dan SLTP Negeri

1 Bayongbong. Terdapat 12 mata pelajaran , maka jumlah sampel yang diambil

adalah 12 x 2 =24 untuk tiap sekolah maka jumlah responden yang dijadikan

sampel yaitu 24 x 2 = 48 . Hal ini sudah memenuhi syarat besamya sampel minimal

30 subyek dari populasi gum yang ada di dua sekolah tersebut

Untuk mengukur kinerja gum , instrumen penelitian diberikan juga kepada

siswa , dengan kuesioner kinerja gum yang berbeda dengan yang diberikan kepada

guru. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini secara operasional adalah

masing-masing kelas diambil 2 orang siswa, karena dua sekolah , masing-masing

sekolah terdapat 24 kelas. Dengan demikian jumlah kelas 48 kelas. Jadi jumlah

sampel yang diambil 2 x 48 = 96 orang siswa + 4 orang siswa pengurus OSIS=100

(42)
[image:42.595.115.467.63.555.2]

Tabel 3.1 Populasi dan Anggota Sampel gum

No. Sekolah Populasi Sampel

1 SLTP N. 1 Samarang 42 24

2 SLTP N. 1 Bayongbong 50 24

Jumlah 92 48

Tabel 3.2 Populasidan Anggota Sampel SiswauntukKinerjaGum

No. Sekolah Populasi Sampel

1 SLTPN. 1 Samarang 1068 50

2 SLTPN. 1 Bayongbong 939 50

Jumlah 2007 100

(43)

83

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 1999:84). Instrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini bempa lembaran kuesioner yang terdiri dari (1)

kuesioner kompetensi profesional dengan indikator : menguasai bahan, mengelola

program belajar mengajar , mengelola kelas,

menggunakan media / sumber,

menguasai landasan-landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar,

menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran,

mengenal fungsi dan

program layanan bimbingan serta penyuluhan, memahami prinsip-prinsip dan

menafsirkan hasil-hasil penelitian, (2) kuesioner iklim organisasi dengan indikator

kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi-pengamh, pengambilan keputusan,

penyusunan mjuan dan pengendalian dan (3) kuesioner kinerja gum dengan indikator,

kualitas kerja, komunikasi, kemampuan,ketepatan waktu, dan inisiatif.

Ketiga instrumen tersebut menggunakan Tes Penyekalaan

(Rating Scale

Likert) model likert yang memberikan lima altematif pilihan yaim Sangat Setuju (SS),

Setuju (S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Kelima

kriteria tersebut diberi bobot 4, 3, 2, 1, dan 0 untuk pernyataan positif, dan 0, 1, 2, 3,

dan 4 untuk pernyataan negatif. Demikian pula tes penyekalaan yang diberikan kepada

siswa model Likert yang memberikan lima altematif pilihan yaim Selalu (SL), Sering

(SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), Tidak Pemah (TP).

(44)

84

agar mencapai tingkat validitas dan reliabilitas instrumen. Arikunto (1998)

mengatakanvaliditas menunjukan sejauhmana suatu instmmen itu mengukur apa yang

ingin diukur dan untuk keperluan pengukuran validitas butir instrumen digunakan

ramus korelasi product moment dari pearson.

Uji validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu :

(a) validitas isi (content validity) dan (b) validitas konstruk (construct validity).

a). Uji validitas isi.

Uji validitas isi dilakukan dengan rationaljudgement yaim mengukur seberapa

jauh isi dari setiap item instrumen dapat mewakili secara representatif semua indikator

dari karakteristik variabel yang diukur. Hal ini dilakukan dengan mengkonsultasikan

setiap instrumen kepada dosen pembimbing tesis dan ahlipraktisi di lapangan. Dengan

cara demikian maka akan diperoleh instrumen yang memenuhi dan mencerminkan

keselumhan isi yang hendak diukur. Hadjar (1999) mengemukakan semakin isi setiap

butir instrumen representatif semakin tinggi tingkat validitasnya.

b). Uji validitas konstruk

Uji Validitas konstruk dimaksudkan untuk menunjukan sejauh mana suam

instrumen mengukur konstruk teori yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Hadjar

(1999 : 169) mengatakan teknik ini digunakan untuk menguji validitas instrumen

variabel yang hanya dapat diukur secara tidak langsung melalui inferensi, prosedur

pengujian ini sangat diperlukan untuk penelitian yang menguji hipotesis.

Adapun reliabilitas instrumen berkaitan dengan kepercayaan terhadap

(45)

85

tersebut memberikan hasil yang lain baik pada waktu yang sama maupun pada waktu

yang berbeda.

Suam instrumen yang mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi dapat

dipercaya untuk dijadikan dasar pengambilan kesimpulan dan keputusan, karena im

untuk menguji tingkat reliabilitas instiumen ada beberapa teknik yang digunakan

antara lain tes stabilitas, tes ekuivalensi dan tes konsistensi internal (Sugiyono. 1998

:103).

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menguji tingkat reliabilitas

instrumen adalah tes konsistensi internal sebab tes ini hanya memerlukan sekali

pelaksanaan dan sam instrumen. Hal ini berdasarkan pertimbangan efektivitas dan

efesiensi.

Dari tiga macam teknik yang digunakan pada tes konsistensi internal yaim

belah tengah. Kuder-Richadson dan Alpha Crombach maka peneliti memilih untuk

menggunakan Alpha Crombach sebab teknik ini paling cocok untuk menguji

reliabilitas instrumen yang masing-masing butirnya mempunyai lebih dari sam

alternatif jawaban. Hal ini berdasarkan pendapat crombach dalam Hadjar (1999)

bahwa teknik alpha digunakan bila butir instrumen tidak diskor dengan benar atau

salah.

E. Hasil Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen yang terdiri dari tiga instrumen yaim kompetensi

(46)

86

yang diambil secara acak. Tujuan pelaksanaan uji coba tersebut adalah untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas instmmen sebagai syarat bagi suatu instrumen

agar layak digunakan dalam suam penelitian. Data uji coba dan hasil analis yang

lengkap dapat dilihat pada lampiran 2

Adapun secara ringkas tingkat validitas dan reliabilitas hasil uji coba instrumen

berdasarkan variabel penelitian disajikan berikut ini.

1. Kompetensi Profesional

Berdasarkan hasil analisis data yang diolah dengan menggunakan bantuan

program komputer excel, butir-butir pernyataan untuk

variabel pertama yaim

kompetensi profesional menghasilkan 29 dan 30 item yang memenuhi validitas dan

jumlah im sudah meakili indikator-indikator kompetensi profesional yang telah

ditetapkan berdasarkan kerangka konseptual dan definisi operasional.

Hasil perhitungan validitas tersebut dilakukan dengan menggunakan ramus

Kerelasi Product Moment dari Pearson dan membandingkannya dengan nilai r tabel n

= 30 (0.361). masrun (1979) menyatakan teknik korelasi untuk menentukan validitas

item ini paling banyak digunakan dengan syarat minimum untuk dianggap valid adalah

jika r =0.3 jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0.3 maka butir

dalam instrumen tersebutdinyatakan tidak valid

Berdasarkan pada kriteria diatas maka diperoleh 1 item instrumen kompetensi

profesional yang memiliki nilai lebih kecil dari r tabel dan sisanya sebanyak 29 item

(47)

87

Sedangkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen kompetensi profesional

yang menggunakan ramus Alpha Crombach diperoleh r = 0.581 dan sesuai dengan apa

yang dikemukakan Arikunto (1998) bahwa koefisien korelasi tingkat reliabilitas suam

instrumen yang berada dalam jarak interval 0,50 sampai 0.80 digolongkan tinggi

sedangkan yang berada dalam jarak diatas 0.80 sampai 1.00 dikategorikan sangat

tinggi. Dengan demikian koefisien reliabilitas kompetensi profesional sebesar 0.581

dikategorikan tinggi.

Adapun penyebaran butir kompetensi profesional gum dapat dilihat pada tabel

kisi-kisi instrumen berikut ini.

Tabel 33

Kerangka Kisi-kisi Angket Penelitian Kompetensi Profesional Guru

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR &

NOMORITEM Tot. ITEM KOMPETENSI PROFESIONAL GURU Menguasai bahan

Kegiatan dalam menguasai materi pelajaran (65,70,74) 3 Mengelola program belajar mengajar Menggunakan media/metode pembelajaran (62,87) 2 Mengelola kelas

Menggunakan kelas sebagai tempat

KBM dan memanfaatkan waktu

belajar seefektif dan seefisien mungkin

(63,71,81)

3

Menggunakan media/sumber

Menggunakan media/ sumber dalam kegitan pembelajaran

(73,80, 86, 89))

(48)

Menguasai

Mendalami landasan kependid|kan

landasan dan mempelajari GBPP \\ 'jti^t^" kependidikan (61,64) ^ ' \T- ' *

Mengelola Menggunakan metode 4

interaksi pembelajaran dengan tepat pada

belajar proses belajar mengajar (69,72,82,

mengajar 88*)

Menilai Membuat alat evaluasi, 3

prestasi siswa memberikan laporan kemajuan

untuk siswa dalam raport

pendidikan (75,77,84) dan

pengajaran

Mengenal Menyelenggarakan kegiatan 3 fungsi dan bimbingan dan konseling

program (68,76,85)

layanan BP

Mengenal dan Membuat administrasi guru dalam 4

menyelenggar kegiatan belajar mengajar

akan (67,78,79,83)

administrasi

sekolah

Memahami Hasil penilaian / penelitian 2 dan kemajuan belajar mengajar

menafsirkan dijadikan landasan SBM berikumya

hasil (66,90) penelitian

pendidikan Catatan * item instrumen yang gugur

(49)

89

2. Iklim Organisasi

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan ramus

Korelasi Product Moment dari Pearson dan membandingkannya dengan nilai r tabel

untuk n = 30 (0.361) maka diperoleh 6 item instrumen iklim organisasi yang memiliki

nilai lebih kecil dari r tabel sehingga dari 30 item instrumen iklim organisasi, tersissa

24 item yang memenuhi validitas dan sejumlah im cukup representatif sebab hal ini

telah mewakili indikator-indikator iklim organisasi yang ditetapkan berdasarkan

kerangka konseptual dan definisi operasional.

Sedangkan hasil

perhitungan reliabilitas

instrumen iklim organisasi

sebagaimana yang tercantum dalam lampiran 2. r menunjukan koefisien reliabilitas

sebesar 0.822. hal ini menunjukan bahwa butir pernyataan variabel iklim organisasi

memi;liki nilai ketepatan yang tinggi sebab r = 0.822 im seperti yang dikemukakan

Arikunto (1998) jika tingkat reliabilitas instrumen berada dalam jarak interval di atas

0.80 sampai 1.00 digolongkan sangat tinggi.

Adapun penyebaran butir iklim orgamsasi dapat dilihat pada tabel kisi-kisi

(50)

Tabel 3.4

Kerangka Kisi-kisi Angket Penelitian Iklim Organisasi

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR &

NOMOR ITEM

Tot. ITEM IKLIM

ORGANISASI

Motivasi Langsung (dukungan

pimpinan, dukungan gum yang lain)(31*,40,50*)

Tidak langsung (kesejahteraan, desain pekerjaan, dan sarana & prasarana) (32,41,51)

6

Pengendalian Langsung (laporan lisan &

mlisan) (33,42, 52)

Tidak langsung (rapat rutin &

evaluasi prestasi) (34 & 43)

5

Komunikasi Vertikal (53)

Horisontal (35 & 44)

3

Kepemimpinan Demokratis (56) Otoriter (36 & 45) Permisif(54)

4

Pengambilan keputusan

Proses pengambilan kepumsan

(37,46 & 55)

Sifat keputusan yang diambil (47, 59*)

5

Penetapan mjuan

Proses penetapan tujuan (pebagian mgas, dan

pendelegasian) (38*, 48*, 60) sifat tujuan yang ditetapkan

(sifat mgas, dan target) (39,57)

5

Interaksi Interaksi dari beberapa faktor

(49*, 58 )

2

Ketepatan

waktu

Kedatangan (29 & 10*)

Kepulangan (20 & 30)

4

Catatan * item instrumen yang gugur

(51)

91

3. Kinerja Guru

Berdasarkan hasil analis yang dilakukan dengan menggunakan ramus Korelasi

Product Moment dari Pearson dan membandingkannya dengan nilai r tabel unmk n =

30 (0.361) maka diperoleh 4 item instrumen kinerja guru yang memiliki nilai lebih

kecil dari r tabel sehingga dari 30 item instrumen kinerja guru tersisa 26

Tabel 3.5

Kerangka Kisi-kisi Angket Penelitian Kinerja Guru Untuk Guru

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR &

NOMOR ITEM

Tot. ITEM KINERJA

GURU(Y)

Kualitas hasil kerja Kepuasan siswa (1 & 11) Pemahaman siswa (21 & 2) Prestasi siswa (12 & 22)

6

Kemampuan Penguasaan materi (3*, 13,23

&4)

Penguasaan metode

pengajaran (14* & 24)

6

Inisiatif Pikiran untuk berbuat yang

lebih baik

(5, 15,25 & 6)

Tidak unmk mewujudkan

pikiran-pikiran yang tidak mengarah pada pencapaian

prestasi (7,16,17 26,)

8

Komunikasi Kualitas penyampaian materi

(27 & 8)

Penguasaan keadaan kelas (28, 18,9* & 19)

6

Ketepatan waktu Kedatangan (29 & 10*) Kepulangan (20 & 30)

4

(52)

92

Untuk kuesioner kinerja gum yang diberikan kepada siswa, sebagai hasil analis

yang dilakukan dengan menggunakan ramus Korelasi Product Moment dari Pearson

dan membandingkannya dengan nilai r tabel untuk n = 30 (0.361) maka diperoleh 3

item instrumen kinerja gum yang memiliki nilai lebih kecil dari r tabel sehingga dari

30 item instrumen kinerja guru tersisa 27

Tabel 3.6

Kerangka Kisi-kisi Angket Penelitian Kinerja Guru Untuk Siswa

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR &

NOMOR ITEM

Tot. ITEM KINERJA

GURU (Y)

Kualitas hasil kerja Kepuasan siswa (3,25)

Pemahaman siswa (5,7) Prestasi siswa (2)

5

Kemampuan Penguasaan materi

(H,12,&17)

Penguasaan metode pengajaran (1,4,6, 18,24)

8

Inisiatif Pikiran untuk berbuat yang lebih baik

(8,9,14,15,26*)

Tidak untuk mewujudkan

pikiran-pikiran yang tidak mengarah pada pencapaian

prestasi (16,30)

7

Komunikasi Kualitas penyampaian materi (21,22,23,28*)

Penguasaan keadaan kelas (20,29*)

6

Ketepatan waktu Kedatangan (10,19,27)

Kepulangan(13)

4

(53)

93

F. Langkah Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data yang dimaksud adalah cara-cara yang

digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data diantaranya :

1. Kuesioner

2. Wawancara

3. Studi Dokumentasi

G. Teknis Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan Analisis

Deskriptif dan Inferensial. Analisis Deskriptif adalah anahsis yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum ataugeneralisasi (Sigiyono, 1998:112).

Analisis deskriptif terdiri dari mean, median, modus, standar deviasi, distribusi

prekwensi dan persentase.

Dalam penyusunan distribusi frekwensi dan katgori data tiap variabel

digunakan skor standar (z-skor) lalu dikonversikan menjadi standar sepuluh (S-ten).

Kerlinger (2000) untuk mengubah bentuk sebaran skor mentah menjadi skor z rumus

yang digunakan:

Z = X -M Keterangan : z : skor standar

s X : skor mentah

(54)

94

S : standar deviasi sampel

S ten = z 5 s + x s dimana : S-ten : standar sepuluh

Z : skor standar

8 s : standar deviasi ideal = 2

xs : mean ideal =5,5

Dari hasil konversi skor mentah data masing-masing variabel ke S-ten

(lampiran 3) kemudian dibuat lima kelas interval untuk penentuan katagori yang

[image:54.595.82.444.291.537.2]

berlaku bagi semua data variabel, kelima katagori tersebut:

Tabel 3.7 Katagori masing-masing variabel

S-Ten Kategori

1,00-2,61 Sangat Rendah (SR)

2,62 - 4,23 Rendah (R)

4,24 - 5,85 Sedang (S)

5,86- 7,47 Tinggi (T)

7,48- 9,09 Sangat Tinggi (ST)

Analisis inferensial digunakan untuk menguji

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Populasi dan AnggotaSampel gum
Tabel 3.7 Katagori masing-masing variabel
Tabel 3.8 Uji Normalitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

• Completing the social protection spectrum – health, education, income supports – still in the perspective of unified data & integrated programs. • Financial inclusion in

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Densitas Latihan Kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam Satu Minggu Terhadap

Demikian lah yang dapat penulis sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis ucapkan terimakasih kepada

[r]

Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH FAKTOR MOTIVASI ERG (EXISTENCE, RELATEDNESS, GROWTH) TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus Pada Aparat Pemerintahan Di Kecamatan

Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian sediaan kurkumin- MSN khususnya terhadap jumlah sel total dan diameter pulau langerhans

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses rematurasi/pematangan gonad kembali pada induk betina ikan lele dumbo dapat dipercepat hanya dalam 4 minggu dengan penyuntikan

[r]