• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS METODE MIND MAPPING DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

MENULIS LAPORAN PENGAMATAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

(Studi Eksperimen Kuasi pada Kelas V SDN Taruna Karya I Kecamatan Cibiru Kota Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

oleh

Yena Sumayana NIM 1102697

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PERNYATAAN TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Efektivitas Metode Mind Mapping dalam Peningkatan Kemampuan Menulis Laporan dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dan pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya

siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain

terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2013

Yang membuat pernyataan,

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing

Dosen Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Rahman, M.Pd.

NIP. 195704011984121001

Dosen Pembimbing II,

Dr. Hj. Isah Cahyani, M.Pd.

NIP. 196407071989012001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar,

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd.

(4)

vii

ABSTRAK

Yena Sumayana (2013) Efektivitas Metode Mind Mapping dalam Peningkatan Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realita pada SD Negeri Taruna Karya 1 Kota Bandung, pada ragam menulis kurang disukai siswa. Sementara itu, pembelajaran dalam Bahasa Indonesia tidak terlepas dari teks/bacaan bahkan gambar. Tentunya ini akan berpengaruh pada keterampilan berbahasa lainnya, salah satunya keterampilan menulis yakni menulis laporan pengamatan. Permasalahan yang menjadi pokok kajian dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan menulis laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Faktor-faktor yang menadi penyebab utamanya terletak pada hal-hal sebagai berikut: (1) mata pelajaran Bahasa Indonesia dianggap mata pelajaran yang membosankan, (2) metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak variatif (bersifat konvensional), dan (3) pembelajaran hanya pada ranah kogntif saja belum menyentuh pada ranah kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Metode peneltian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dan deskriptif. Metode tersebut digunakan karena memiliki ciri sebagai berikut: 1) terpusat pada pemecahan masalah aktual, dan 2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan dianalisis. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan menulis laporan pengamatan antara siswa yang belajar dengan menggunakan metode mind mapping dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan hasil nilai sig = 0,047 < 0,05. Kemudian, terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis antara siswa yang belajar dengan menggunakan metode mind mapping dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan hasil nilai sig = 0,00 < 0,05. Pelaksanaan dan tanggapan guru serta siswa terhadap penerapan metode mind mapping pada mata pelajaran bahasa Indonesia baik atau positif.

Kata Kunci : Mind Mapping, Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan

(5)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Operasional ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Mind Mapping ... 12

1. Pengertian Mind Mapping ... 12

2. Langkah-langkah Metode Mind Mapping ... 15

3. Kegunaan Mind Mapping ... 18

4. Kelebihan dan Kelamahan Metode Mind Mapping ... 18

B. Hakikat Menulis ... 20

1. Pengertian Menulis ... 20

2. Tujuan Menulis ... 23

3. Macam-macam Menulis ... 24

4. Proses Menulis ... 24

5. Penilaian dalam Menulis ... 26

C. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan ... 27

1. Pengertian Laporan Pengamatan ... 27

(6)

ix

3. Langkah-langkah Menulis Laporan Pengamatan ... 28

D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 29

E. Efektivitas Metode Mind Mapping dalam Kemampuan Menulis Laporan dan Berpikir Kritis Siswa ... 32

F. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 35

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 35

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 37

3. Bahasa Indonesia di SD dalam KTSP ... 37

4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 38

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 39

G. Kerangka Pemikiran... 40

H. Hipotesis ... 42

I. Penelitian yang Relevan ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 46

B. Desain dan Alur Penelitian ... 46

1. Desain Penelitian ... 46

2. Alur Penelitian ... 47

C. Prosedur dan Tahapan Penelitian ... 48

1. Prosedur Penelitian ... 48

2. Tahapan Penelitian ... 49

D. Sumber Data ... 50

E. Populasi dan Sampel ... 50

F. Instrumen Penelitian ... 51

G. Teknik Pengumpulan Data ... 52

H. Teknik Pengolahan Data ... 53

(7)

x

A. Gambaran Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan dan

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sebelum Menggunakan Metode

Mind Mapping ... 60

B. Hasil Penelitian ... 64

1. Deskripsi Jawaban Siswa ... 64

2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 71

3. Gambaran proses Pembelajaran Metode Mind Mapping ... 82

4. Perlaksanaan Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 83

5. Tanggapan Guru tentang Pelaksanaan Metode Mind Mapping pada Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 85

C. Pembahasan ... 87

1. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan ... 87

2. Kemampuan Berpikir Kritis ... 90

3. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Metode Mind Mapping ... 94

4. Tanggapan Guru Terhadap Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 97

5. Tanggapan Guru tentang Pelaksanaan Metode Mind Mapping pada Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 100

B. Rekomendasi ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar berbahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi.

Seseorang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal dalam proses

berkomunikasinya akan lebih mudah mencapai tujuan yang dikehendaki

dibandingkan dengan seseorang yang belum mengoptimalkan keterampilan

berbahasanya. Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia ada yang disebut

sebagai keterampilan berbahasa. Keterampilan ini meliputi empat aspek, yaitu: (1)

Keterampilan menyimak/mendengarkan, (2) Keterampilan berbicara, (3)

Keterampilan membaca dan (4) Keterampilan menulis.

Proses pembelajaran tersebut, sesuai dengan pendapat Cahyani dan

Hodijah (2007: 6) yang menyatakan bahwa:

Ada hubungan antara hakikat berbahasa dengan proses pembelajaran berbahasa yaitu adanya tujuan atau pesan yang disampaikan. Ketika berbicara si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Kemudian, dalam menyimak si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa lisan yang diberikan pada yang lain. Selanjutnya, dalam menulis si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa tulis. Dipihak lain, dalam membaca si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa tulis yang disampaikan orang lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diketahui bahwasannya empat

keterampilan dalam berbahasa tidak dapat dipisahkan. Keterampilan berbahasa di

atas jika dibuat dengan tabel seperti di bawah ini.

Tabel. 1.

Empat Jenis Keterampilan Berbahasa

Ragam Lisan Tulisan

Reseptif Mendengarkan Membaca

Produktif Berbicara Menulis

(9)

Dari tabel di atas, diketahui bahwasannya membaca dan menulis termasuk ke dalam ragam tulisan. Pendapat ini diperkuat dengan penjelasan bahwasannya menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif dan membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan, perasaan atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seseorang membaca guna memahami gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut. (Cahyani dan Hodijah, 2007: 18)

Masih menurut Cahyani dan Hodijah (2007: 10), bahwa menulis dianggap

rumit karena menulis tidak sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat

melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu

struktur tulisan yang teratur. Pemahaman konsep menulis menjadi penting bagi

kita karena dalam praktik keseharian banyak orang terampil dalam membaca

tetapi mengalami kesulitan dalam menulis.

Di Indonesia kemampuan menulis siswa masih sangat rendah. Berdasarkan

data dari OECD (2010), perolehan skor reading litreacy siswa Indonesia pada

studi PISA 2010 berada pada peringkat 57 dengan nilai 402. Nilai ini

menunjukkkan bahwa siswa Indonesia berada pada kelompok bawah. Artinya,

siswa Indonesia baru mampu mengingat pengetahun ilmiah berdasarkan fakta

sederhana, belum mampu menggunakan konsep ilmiah untuk melakukan prediksi

dan menjelaskan konsep menulis laporan, belum mampu menggali pertanyaan,

gagasan, yang dapat dijawab dengan penyelidikan ilmiah, serta belum mampu

memilih informasi yang relevan untuk menarik kesimpulan dari suatu fenomena

yang terjadi (Rustaman, 2006)

Berdasarkan uraian di atas, maka tidak dipungkiri bahwa keterampilan

menulis perlu mendapatkan perhatian lebih dibandingkan keterampilan lainnya,

karena keterampilan menulis merupakan keterampilan yang menghasilkan

(produktif) gagasan, perasaan dan penyampaian informasi dalam bahasa tulis.

Penelitian ini difokuskan pada keterampilan menulis sebab menulis merupakan

keterampilan berbahasa yang lebih rumit dibandingkan dengan ketiga

keterampilan berbahasa lainnya.

Di sekolah materi menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa

(10)

Indonesia siswa menjadi kurang memadai. Hasil studi pendahuluan diketahui

bahwasannya menulis menjadi hal yang kurang diminati siswa. Hal ini terbukti

ketika guru memberikan tugas menulis, seperti: mengarang, menulis puisi dan

menulis laporan banyak siswa yang mengeluh. Salah satu keterampilan menulis

yang menjadi perhatian khusus adalah menulis laporan pengamatan.

Remaja yang tidak belajar menulis dengan baik berada pada posisi yang

kurang menguntungkan di kelasnya, karena mereka menjadi kurang terampil

dibandingkan dengan teman sekelasnya dalam penguasaan konten/materi (Graham

& Penin, 2007). Menurut Hanuri (2011), berbagai hal yang menyebabkan

keterampilan menulis siswa rendah di antaranya: 1. Masih banyak guru yang

belum menemukan teknik yang tepat dalam mengajarkan writing, 2. Kurangnya

minat siswa dalam menulis, 3. Minimnya kosakata yang dimiliki siswa, 4.

Kurangnya sarana buku bacaan yang disediakan di perpustakaan sekolah.

Dalam KTSP 2006 di kelas V Sekolah Dasar (SD), sudah diajarkan

keterampilan menulis dengan standar kompetensi, yaitu: mengungkapkan pikiran,

perasaan, informasi dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan dan

puisi bebas. Kegiatan keterampilan menulis khususnya menulis laporan

pengamatan berdasarkan pengamatan atau kunjungan dengan tahapan (catatan,

konsep, awal, perbaikan dan final) dengan menggunakan ejaan yang tepat

(Depdiknas, 2006: 28).

Untuk menyiapkan siswa dikehidupan masa depan, guru membutuhkan

jaminan bahwa keterampilan membaca kognitif dan metakongnitif merupakan hal

eksplisit yang diajarkan kepada siswa mereka. Selain menggunakan metakognisi,

menulis laporan pengamatan dan membaca dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa (Rowe, 2005 dalam Cooper, 2009). Biggs dan Moore

(Cooper & Grreive, 2009) menyatakan bahwa proses membaca dapat

mengembangkan keterampilan literasi dan di waktu yang bersamaan juga dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Di dalam menulis laporan

pengamatan terdapat suatu proses berpikir mengani ide-ide yang akan dituangkan

ke dalam tulisannya, mengevaluasi, merevisi, mengkritisi tulisan, serta dapat

(11)

menulis akan diperoleh setelah keterampilan menyimak, berbicara dan membaca.

Mengacu pada proses pelaksanaanya, menulis merupakan kegiatan yang

dipandang sebagai, 1) suatu keterampilan, 2) proses berpikir, 3) kegiatan

transformasi, 4) kegiatan komunikasi, dan 5) sebuah proses.

Berdasarkan hal tersebut, kegiatan yang perlu dikembangkan dalam

menulis adalah kemampuam berpikir. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia,

proses berpikir dibedakan berdasarkan tingkatan dan perkembangan kemampuan

anak (de Vries & Crawford dalam Resmini, 2006: 45). Dari berbagai kemampuan

berpikir tersebut, kemampuan yang perlu dikembangkan adalah kemampuan

berpikir kritis dan berpikir kreatif.

Kemampuan berpikir dapat dilihat ketika seseorang melakukan proses

menulis, yakni kemampuan menggambarkan makna kata-kata, menyusun kalimat,

menhubungkan sesuatu yang pernah diamati hingga mebuat suatu kesimpulan,

menyusun paragraph secara induktif, menilai paragraf yang telah disusun untuk

kemudian dimaknai antara yang satu dengan yang lainnya. Hal lain yang perlu

dikembangkan dalam kemampuan berpikir dalam menulis adalah mampu

memahami isi teks dan menyelaraskannya dengan konsteks (Resmini, 2006: 46).

Kemampuan berpikir yang akan dikembangkan dalam pembahasan ini

adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan

pembuatan keputusan akan apa yang dilakukan dengan alasan yang meyakinkan.

Menurut Ennis (Hassoubah, 2004: 85), “berpikir kritis adalah berpikir secara

beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang

apa yang harus dipercayai atau dilakukan”.

Proses berpikir kritis dilakukan berdasarkan bukti dilapangan yang

disampaikan dengan bahasa yang dapat dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan itu, Johnson (2007: 185) mendefinisikan “berpikir kritis sebagai sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain”. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD, khususnya di kelas tinggi keterampilan berpikir kritis merupakan

keterampilan yang melatih siswa untuk belajar mengidentifikasi, mengevaluasi

(12)

Keterampilan menulis dan berpikir kritis merupakan keterampilan yang

memiliki posisi yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD.

Tanpa ada kegiatan menulis dan berpikir kritis, tidak akan ada buku, koran,

majalah dan media cetak lainnya. Dengan demikian, menulis dan berpikir

memiliki peran yang sangat penting dalam upaya memperkaya dunia ilmu

pengetahuan. Melihat pentingnya keterampilan menulis dan berpikir kritis,

hendaknya guru bisa menciptakan kondisi yang ideal sehingga bisa

membangkitkan siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis dan berpikir

kritis, hal ini bisa ditunjang dengan penggunaan metode, media, metode maupun

teknik yang tepat diterapkan dalam kegiatan menulis pada proses pembelajaran.

Untuk merealisasikan tujuan di atas, maka peneliti mengadakan observasi

awal di kelas V SDN Taruna Karya 1 Kecamatan Cibiru. Permasalahan yang

ditemukan dilapangan, yaitu siswa belum mampu menulis laporan pengamatan

berdasarkan tahapan-tahapan yang tecantum dalam standar kompetensi dan

langkah-langkah dalam menulis laporan pengamatan. Penyebab timbulnya

permasalahan tersebut, yakni 1) Tidak adanya bimbingan dalam menulis laporan

pengamatan yang dilakukan oleh guru, 2) Guru tidak memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bekerjasama dan berdiskusi, dan 3) Tidak adanya pemetodean

yang baru dalam penyampaian materi tentang laporan.

Kenyataan di lapangan pada saat proses pembelajaran, guru memberikan

tugas kepada seluruh siswa untuk menulis laporan pengamatan dengan

memperhatikan langkah-langkah yang ada dalam buku paket bahasa Indonesia

tanpa ada bimbingan dan penjelasan. Guru memberi contoh secara sepintas untuk

menulis laporan pengamatan sesuai dengan buku paket bahasa Indonesia tanpa

menggunakan strategi pembelajaran yang memadai dengan pembahasan tersebut.

Guru hanya menggunakan metode klasik saja dalam proses penyampaian materi.

Setelah itu, guru meminta siswa untuk menulis laporan pengamatan sesuai dengan

kemampuannya masing-masing dan berdasarkan petunjuk di buku. Selanjutnya,

siswa diminta mengumpulkan pekerjaannya dan guru memberikan nilai pada hasil

pekerjaannya. Namun, setelah hasil pekerjaan siswa diperiksa nilai yang diperoleh

(13)

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Mualimah

(2011), bahwasanya kemampuan keterampilan menulis di SD relatif rendah,

sehingga perlu ada perhatian khusus untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam hal menulis. Perhatian tersebut sangat diperlukan karena kegiatan menulis

akan efektif jika siswa banyak menuliskan hal-hal yang telah mereka dengarkan,

bicarakan dan bacakan. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Resmini (2006:

239), bahwasannya menulis itu berhubungan dengan membaca, mewicara, dan

menyimak. Baik menulis, membaca, mewicara dan menyimak memiliki fungsi

untuk mengkomunikasikan pesan melalui bahasa. Pesan itu menurut Syafei

(1988), berupa ide, kemauan, keinginan, perasaan maupun informasi. Adapun

sumber pesan itu sendiri, sesuatu yang diindera (dilihat, didengar, diraba, dikecap,

dan dicium) atau sesuatu yang ada dilingkungan.

Pembelajaran bahasa di sekolah dasar merupakan kegiatan membekali

siswa sejak awal secara berkesinambungan agar siswa memiliki disiplin dalam

berpikir dan berbahasa. Pada hakikatnya, belajar disiplin dalam berpikir sangat

erat hubungan dengan pengembangan aspek logika dan disiplin berbahasa

mengacu pada pengembangan aspek linguistik. Resmini dan Juanda (2008: 115) bahwa ”aspek logika berhubungan dengan isi dan pengorganisasiannya secara logis, dan aspek linguistik berhubungan dengan penyampaian ide secara tertulis melalui kaidah tata bahasa dan ejaan”. Pengembangan aspek logika menggiring siswa belajar tentang isi dan pengorganisasi-an isi secara tertulis. Sarana untuk

mewujudkan gagasan secara jelas pada aspek logika adalah bahasa.

Pengorganisasian isi melalui bahasa akan dimengerti pembaca bila disampaikan

dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti.

Keterampilan disiplin berpikir dalam pengorganisasian isi melalui bahasa harus

dilatih oleh guru bahasa Indonesia kepada siswanya.

Menurut Zulkarnaini (2011), bahwa pengembangan aspek linguistik

memberikan bekal dasar terhadap siswa menguasai kaidah tata bahasa dan ejaan

yang berlaku dan dapat disosialisasi dalam kehidupan masyarakat sebagai

pengguna bahasa. Pengguna bahasa yang baik di suatu tempat sangat dituntut

(14)

efektif dan efisien. Melalui kegemaran menulis, siswa di sekolah dasar dapat

memperkaya khasanah pengetahuan dan pengalaman menggunakan bahasa tulisan

sesuai etika yang berlaku. Dengan ketekunan siswa berlatih keterampilan menulis

semakin membekalinya pengalaman dan pengetahuan di bidang penggunaan

ejaan, ketepatan pemilihan kata, struktur kata yang benar, kalimat yang tepat dan

jelas bagi pembaca serta kesatuan kalimat dan kepaduan antar kalimat dalam

paragraf. Tarigan (2008: 4) mengatakan bahwa “keterampilan menulis tidak akan

datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan praktik yang banyak dan teratur”.

Di tinjau dari temuan permasalahan dalam kemampuan menulis laporan

pengamatan dan kemampuan berpikir kritis yang dialami oleh para siswa SDN

Taruna Karya 1 Kecamatan Cibiru masih rendah, maka perlu dilakukan penelitian

yang akan menghasilkan inovasi mengenai pembelajaran dengan memberikan

alternatif pemecahan masalah melalui metode pembelajaran yang tidak hanya

mentrasfer pengentahuan guru kepada siswa, tetapi bagaimana cara guru

mengorganisasi materi, menyampaikan materi, dan komunikasi menjadi lebih

optimal. Rancangan pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal yang

meliputi: 1) pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan

lingkungan otentik; 2) isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan

karakteristik siswa; 3) menyediakan media dan sumber belajar yang

memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar secara konkrit, luas dan

mendalam; 4) penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif

(Jihad dan Haris, 2010).

Selain itu, dalam proses pembelajaran juga siswa perlu membangun

sendiri pengetahuan-pengetahuan baru yang mereka dapatkan berdasarkan

pengetahuan yang sudah ada dalam diri siswa serta dapat mengaplikasikan

pengetahuan mereka ke dalam kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari

mereka. Proses pembelajaran ini sesuai dengan mind mapping. Dimana siswa

mulai dari usia sekolah dasar memiliki pengetahuan/gagasan, dan gejala atau

peristiwa tentang lingkungan sekitarnya yang sudah dibangun dalam bentuk

(15)

Pengembangan metode mind mapping dihasilkan dari teknik pencatatan

oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an yang menganalisis tentang cara kerja otak

yang sebenarnya. Sebagian besar dalam proses pembelajaran menulis,

kemampuan otak mengingat informasi dalam bentuk gambar, symbol, suara,

bentuk-bentuk dan perasaan. Mind mapping menggunakan pengingat-pengingat

visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan yang digunakan

untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan (DePorter, 1999: 152).

Metode mind mapping merupakan salah satu metode yang dapat

dikembangkan di sekolah dalam pembelajaran. Melalui metode mind mapping

siswa diajak untuk menjelajahi secara menyeluruh apa yang akan dituangkannya

dalam bentuk visual grafis yang penuh gambar dan aneka warna. Hal ini tentu saja

akan membuat siswa bergairah untuk memulai pembelajaran. Metode mind

mapping dalam pembelajaran sistem saraf akan menjadi pemacu dan penggugah

dalam pembelajaran dengan materi pelajaran yang bersifat abstrak.

Hernowo (2005) berpendapat mind mapping adalah teknik meringkas

bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam

bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah. Mind mapping merupakan

teknik visualisasi verbal ke dalam gambar. Mind mapping sangat bermanfaat

untuk memahami materi, terutama materi yang diberikan secara verbal. Peta

pikiran bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang

akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kemabli

informasi yang telah dipelajari.

Alasan penerapan metode mind mapping dalam menulis laporan

pengamatan dan kemampuan berpikir kritis, sebagai berikut:

a. Mind mapping merupakan cara terbaik untuk menghasilkan dan menata

gagasan sebelum menulis dengan tujuan mengidentifikasi konsep mana

yang sudah diketahui, belum diketahui, atau harus diketahui sehingga

tulisan menjadi lebih teratur dan bekerja atas dasar fungsi otak manusia

secara alamiah (Buzan, 2005: 4-7);

b. Metode pemetaan pikiran dapat dijadikan suatu teknik mencatat yang

(16)

ditengah-tengah dan subtopik serta perinciannya menjadi cabang-cabang

(Hernowo, 2005);

c. Metode mind mapping dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan

siswa dalam berpikir kritis sehingga minat dan perhatian siswa dalam

proses pembelajaran akan meningkat; dan

d. Catatan mind mapiping yang dibuat siswa dapat menuntun dalam menulis

laporan pengamatan, sehingga siswa mampu menulis laporan pengamatan

berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal, perbaikan dan final) serta

meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Fokus penggunaan metode mind mapping pada keterampilan menulis

adalah keterampilan menulis laporan pengamatan dan berpikir kritis. Hal ini

disebabkan pada penulisan laporan siswa dituntut untuk mampu menulis laporan

pengamatan berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal, perbaikan dan final).

Sedangkan pada kemampuan berpikir kritis siswa dituntut mempunyai

kemampuan mengembangkan potensi intelektualnya dengan cara berpikir sesuai

keyakinannya.

Atas dasar permasalahan dan fakta-fakta yang diungkapkan di atas, penulis

memiliki keinginan yang tinggi untuk mengembangkan metode mind mapping

pada saat proses pembelajaran. Tujuan dari pengembangan metode ini, diharapkan

mampu mendorong peningkatan kualitas pembelajaran khususnya dalam

pembelajaran menulis laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kritis dalam

mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk itu penelitian ini dirumuskan dengan

judul “Efektivitas Metode Mind Mapping dalam Meningkatan Kemampuan

Menulis Laporan Pengamatan dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah

(17)

1. Bagaimana poses pembelajaran bahasa Indonesia di Kelas V SDN Taruna

Karya 1 pada kemampuan menulis laporan pengamatan dan kemampuan

berpikir kritis sebelum menggunakan metode mind mapping?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menulis laporan

pengamatan antara siswa yang belajar pada mata pelajaran bahasa

Indonesia dengan metode mind mapping dan siswa yang belajar dengan

metode konvensional di Kelas V SDN Taruna Karya 1?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara

siswa yang belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan metode

mind mapping dan siswa yang belajar dengan metode konvensional di

Kelas V SDN Taruna Karya 1?

4. Bagaimana pelaksanaan dan tanggapan guru serta siswa terhadap

penggunaan metode mind mapping dalam pembelajaran bahasa Indonesia

di SDN Taruna Karya 1?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Proses pembelajaran bahasa Indonesia pada kemampuan menulis laporan

pengamatan dan kemampuan berpikir kritis sebelum menggunakan metode

mind mapping di Kelas V SDN Taruna Karya 1

2. Perbedaan peningkatan kemampuan menulis laporan pengamatan antara

siswa yang belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan metode

mind mapping dan siswa yang belajar dengan metode konvensional di

Kelas V SDN Taruna Karya 1

3. Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang

belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan metode mind

mapping dan siswa yang belajar dengan metode konvensional di Kelas V

SDN Taruna Karya 1

4. Pelaksanaan dan tanggapan guru serta siswa terhadap penggunaan metode

mind mapping dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SDN Taruna

(18)

D. Manfaat Penelitian

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi guru

Metode mind mapping merupakan solusi bagi guru pada pembelajaran

bahasa Indonesia untuk meningkat kemampuan menulis laporan

pengamatan dan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Bagi siswa

Dengan metode mind mapping siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam

kemampuan menulis laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kritis.

3. Bagi sekolah

Metode mind mapping dapat dijadikan salah satu alternatif metode

pembelajaran khususnya bahasa Indonesia dan mata pelajaran yang

lainnya.

4. Bagi peneliti

Dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

E. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah. Agar makna dan

interpretasi terhadap istilah tersebut sesuai dengan yang dimaksudkan dalam

penelitian ini, maka diperlukan definisi operasional dari istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Metode mind mapping merupakan cara memetakan ide-ide pikiran dan

perasaan secara teratur, bebas, sederhana dan menyenangkan kepada para

pembelajar untuk mengkonseptualisasikannya.

2. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk bereaksi terhadap

masalah yang meliputi mengidentifikasi, menggeneralisasi, menganalisis,

mengevaluasi, dan pemecahan masalah.

3. Kemampuan menulis laporan pengamatan merupakan kemampuan

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kauntitatif, sedangkan metode

penelitiannya yakni eksperimen kuasi. Metode eksperimen kuasi dipandang

relevan digunakan karena memiliki ciri: 1) terpusat pada pemecahanan masalah

actual, dan 2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan

dianalisis. Selain itu, penelitian eksperimen kuasi digunakan pada bidang

pendidikan atau bidang lain yang subjek penelitiannya adalah manusia yang dapat

dimanifulasi dan dikontrol secara intensif (Syamsudin & Damaianti, 2006: 23).

Penelitian eksperimen dilakukan terhadap proses dan pemilihan

lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, yakni lingkungan alam dan

lingkungan sosial yang berada di sekitar siswa.

B.Desain Penelitian dan Alur Penenlitian

1. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah Desain Prates-Pascates

Kelompok Statis (The Static Group Preetest-Posttest Design). Model desainnya

sebagi berikut:

Kelompok Preetest Perlakuan Posttest

A O X1 O

B O X2 O

(Sukmadinata, 2011: 209)

Ket : A = Kelas eksperimen B = Kelas kontrol O = Preetest-posttest

(20)

Penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas yang berbeda, yaitu kelas

eksperimen dan kelas kontrol dengan perlakuan yang tidak sama. Kelompok

eksperimen mendapat pembelajaran secara konvensional, yaitu dengan metode

ceramah dan penugasan.

2. Alur Penelitian

Berdasarkan desain penelitian di atas, selanjutnya penulis membuat alur

penelitian untuk memahami pelaksanaan penelitian. Alur penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur Penelitian IDENTIFIKASI MASALAH

Test Awal (Pretest) OBSERVAL AWAL

Kelas Kontrol

Pembelajaran Secara Konvensional

Kelas Eksperimen

Analisis Data

Pemebelajaran dengan Metode Mind mapping

Test Ahir (Posttest)

(21)

C.Prosedur dan Tahapan Penelitian

Adapun prosedur penelitian meliputi yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi langkah-langkag sebagai berikut:

a. Melakukan observasi pendahuluan melalui wawancara dengan guru yang

mengajar Bahasa Indonesia untuk memperoleh informasi tentang (a)

pelaksanaan keterampilan menulis laporan pengamatan dan berpikir kritis

di Kelas V SDN Taruna Karya 1, (b) hambatan-hambatan yang dihadapi

dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan dan berpikir kritis serta

cara mengatasinya.

b. Menyepakati dengan guru tentang pelaksanaan pembelajaran menulis

laporan pengamatan dan berpikir kritis dengan menerapkan metode mind

mapping pada kelas eksperimen, yaitu guru melaksanakan proses

pembelajarannya sedangkan peneliti berperan sebagai observer.

Pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal yang telah direncanakan.

c. Melakukan uji instrumen, yaitu dengan cara memintapertimbangan dua

orang sebagai penilai (judgement) instrumen yang akan digunakan; satu

orang sebagai pakar konsep dan satu orang guru sebagai praktisi

pembelajaran di kelas.

d. Memberikan preetest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

e. Pemberian perlakuan (treatment) kepada kelas eksperimen dengan metode

mind mapping dalam menulis laporan pengamatan dan berpikir kritis.

f. Memberikan postest kepada kelas eksperimen untuk mengetaui

keterampilan berbicara dan berpikir kritis setelah diberikan perlakuan;

g. Menggunakan uji beda setelah sebelumnya dilakukan pengujian normalitas

dan homogenitas variabel data yang ada untuk menguji apakah perbedaan

keterampilan berbicara dan berpikir kritis antara hasil pretes dan postes

signifikan atau hanya terjadi secara kebetulan saja;

h. Melakukan analisis data hasil observasi;

(22)

2. Tahapan Penelitian

a. Tahapan Persiapan

Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan identifikasi

masalah dengan studi literature terhadap standar isi mata pelajaran Bahasa

Indonesia dengan menganalisis tujuan pembelajaran bahasa Indonesia

yang berupa kompetensi dasar berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam

pembelajaran. Selanjutnya, disusun skenario pembelajaran dengan

menggunakan metode mind mapping yang dikembangkan terhadap

kemampuan menulis laporan pengamatan. Kemudian, dilakukan studi

menulis laporan pengamatan dan berpikir kritis untuk menentukan

indikator-indikator yang akan dikembangkan dalam metode mind

mapping.

b. Tahapan Pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan dilakukan penerapan metode mind mapping

dalam pembelajaran. Dalam penerapan metode pemetaan pikran siswa

melakukan pembelajaran menulis laporan pengamatan dan berpikir kritis

melalui kegiatan tanya jawab, diskusi, dan pengamatan. Peneliti bertindak

sebagi observer yang mengamati kegiatan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Implementasi metode mind mapping ini

diawali dengan pemberian tes awal (preetest) dan diakhiri dengan tes akhir

(posttest). Tes awal dan akhir meliputi kemapuan menulis laporan

pengamatan dan berpikir kritis, siswa diminta mengemukakan kembali isi

laporan yang telah didiskusikan berdasarkan tahapan (catatan, konsep

awal, perbaikan, final) dengan memperhatikan ejaan. Kemudian, peneliti

melakukan wawancara dengan guru yang menerapkan metode mind

mapping dengan tujuan untuk meminta tanggapan mengenai penerapan

metode mind mapping dalam pembelajaran pada kelas eksperimen.

c. Tahap Analisis

Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai dilaksanakan, kegiatan

(23)

D.Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Taruna Karya

1 Kecamatan Cibiru Kota Bandung yang berjumlah 40 orang siswa. SDN Taruna

Karya 1 beralamat di jalan Cilengkrang II No. 80 Kecamatan Cibiru Kota

Bandung.

E.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN

Taruna Karya 1 Kecamatan Cibiru yang berjumlah 40 orang.

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Apabila populasinya besar maka peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, maka peneliti cukup mengambil sampel yang

diambil dari populasi tersebut. Sedangkan teknik sampling adalah merupakan

teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan (Sugiyono,

2011: 62).

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability

sampling. Menurut Sugiyono (2011: 66), bahwa nonprobability sampling adalah

teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi yang dipilih menjadi sampel.

Sedangkan teknik nonprobability sampling yang diangggap paling cocok

dalam penelitian adalah sampling jenuh. Sebagaimana dikatakan oleh Sugiyono

(2006: 68) bahwa sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sesuai dengan jumlah siswa

kelas V SDN Taruna Karya 1 Kecamatan Cibiru adalah 40 orang orang, maka

semua anggota populasi siswa tersebut dijadikan sampel dalam penelitian ini.

(24)

F. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun

dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu

(1) tes kemampuan menulis laporan pengamatan, (2) tes kemampuan berpikir

kritis siswa, dan (3) lembar observasi aktivitas keterlaksanaan metode

pembelajaran mind mapping. Berikut ini uraian masing-masing instrumen:

1. Tes Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan

Instrument penilaian yang digunakan pada tes kemampuan menulis

laporan pengamatan adalah tes soal uraian. Adapun penilaian yang digunakan

dalam menulis laporan pengamatan adalah penilaian yang meliputi aspek-aspek

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Model Penilaian Menulis Laporan Pengamatan dengan Pembobotan Masing-masing Aspek

No Aspek yang Dinilai Skor Maksimum

1. Isi gagasan 35

2. Organisasi isi 25

3. Tata bahasa 20

4. Gaya 15

5. Ejaan 5

Jumlah 100

(Hartfield dalam Nurgiyantoro, 2010: 307-308)

Adpun pembobotan pada masing-masing aspek diberi bobot yang berbeda

dengan skala 1-100.

2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Instrument penilaian yang digunakan pada tes kemampuan berpikir kritis

menggunakan tes soal uraian. Tehnik dalam melaksanakan evaluasi berpikir kritis

untuk menilai kegiatan pembelajaran, aspek-aspek tersebut dapat dilihat pada

(25)

Tabel 3.2

Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis

No Aspek yang Dinilai Skor

1. Keterampilan mengungkapkan pertanyaan 20 2. Keterampilan menganalisis 20 3. Keterampilan mengevaluasi atau menilai 20 4. Keterampilan mengemukakan pendapat 20 5. Keterampilan memecahkan masalah 20

Jumlah

(Ennis dalam Hastuti, 2004: 11)

3. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan dengan tujuan untuk mengamati proses

pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping (mind mapping).

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi.

4. Wawancara atau interviu

Wawancara atau interviu adalah alat pengumpul informasi dengan cara

mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula

(Margono, 2003: 165). Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara.

5. Angket atau Kuesioner

Margono (2003: 167), angket atau kuesioner adalah alat pengumpul

informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk

menjawab secara tertulis pula oleh responden. Instrumen yang digunakan adalah

lembar angket.

G.Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua macam cara pengumpulan data yaitu

melalui tes dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu

menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan

instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat

(26)

Tabel 3.3 perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. dan setelah mendapat perlakuan.

H.Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini diperoleh dua macam data yaitu data hasil tes dan

data hasil observasi. Pengolahan data diawali dengan mengukur validitas,

reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen penelitian.

Ketentuan-ketentuan yang akan digunakan bagi keperluan analisis data di

atas adalah:

1. Uji Instrumen Penelitian

a. Validitas Butir soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal

terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang

ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah

soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki

dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal

(27)

suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Perhitungan dilakukan dengan

menggunakan rumus korelasi product moment pearson di bawah ini:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

(Arikunto, 2006: 72)

Keterangan:

= Koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = Skor item Y = Skor total N = Jumlah siswa

Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

Sangat Tinggi (sangat baik) Tinggi (baik)

Cukup (sedang) Rendah (kurang)

Sangat Rendah (sangat kurang)

(Arikunto, 2006: 72)

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan

tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke

pengukuran lainnya, dengan rumus sebagai berikut:

(28)

Dimana :

= Koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan

= Koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Harga dari dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi

product moment pearson di bawah ini:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

(Arikunto, 2006: 72).

Keterangan:

XY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Skor item ganjil

Y = Skor item genap

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 3.5

Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

Sangat Tinggi (sangat baik) Tinggi (baik)

Cukup (sedang) Rendah (kurang)

Sangat Rendah (sangat kurang)

(Arikunto, 2010: 319).

c. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya

suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan

1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu

(29)

terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 2006: 208)

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.

Kriteria indeks kesukaran suatu tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.6

Kriteria Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

Soal Sukar Soal Sedang Soal mudah

(Arikunto, 2006: 210)

d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi (D) dengan rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 2006: 213)

Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

(30)

JB = Banyak peserta kelompok bawah

BA = Banyak kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyak kelompok bawah yang menjawab benar PA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar.

Kategori daya pembeda dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.7

Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

Kurang Cukup Baik Baik sekali

(Arikunto, 2006: 218)

Selanjutnya Pengujian Kesahihan Tes meliputi validitas butir soal,

reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda menggunakan Anates

V.4, setelah instrumen tes di-judgement terlebih dahulu.

2. Efektivitas Metode Mind Mapping dalam Menulis Laporan Pengamatan

dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung

dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus Hake (Cheng dalam Nurdiansah,

2011):

Keterangan:

Spos = Skor Posttest Spre = Skor Preetest

Smaks = Skor Maksimum Ideal

Gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan

peningkatan kemampuan menulis laporan pengamatan dann kemampuan berpikir

(31)

Tabel 3.8

Kategori Tingkat Gain yang dinormalisasi Kategori Tingkat Ngain

Batasan Kategori

Ngain > 0,7 Tinggi 0,7 > Ngain≥ 0,3 Sedang

Ngain < 0,3 Rendah

(Meltzer dalam Nurdiansah, 2013)

Efektivitas penggunaan metode mind mapping dapat dilihat dari

perbandingan nilai gain kelas eksperimen yang menggunakan metode

pembelajaran mind mapping dan kelas kontrol yang menggunakan model

konvensional. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan gain

lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal

atau tidak. Hipotesis statistik yang digunakan pada uji normalitas adalah:

H0: Data yang akan diuji berdistribusi normal.

H1: Data yang akan diuji tidak berdistribusi normal.

Uji Normalitas masing-masing variabel dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a) Mencari harga chi kuadrat hitung dengan rumus:

(Subana, 2000: 170)

b) Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus:

dk = k – 3 (Subana, 2000: 126)

c) Menentukan chi kuadrat tabel dengan taraf signifikansi 5%

d) Kriteria keputusan jika nilai 2hitung <2tabel dengan  = 0,05 dan

(32)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi data yang

akan dianalisis homogen atau tidak. Hipotesis statistik yang digunakan pada uji

homogenitas adalah:

HO : data kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai variansi yang homogen.

H1 : data kelompok eksperimen dan kontrol tidak mempunyai variansi yang homogen.

Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut :

2

s = nilai variansi yang lebih besar dari dua sampel yang dibandingkan

2 2

s = nilai variansi yang lebih kecil dari dua sampel yang dibandingkan.

Kriteria keputusan jika nilai F 2

Hipotesis statistik yang diuji ialah :

1) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Artinya, tidak terdapat perbedaan peningkatan kemapuan menulis

laporan pengamatan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan

menggunakan metode mind mapping pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia.

2) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Artinya, terdapat perbedaan peningkatan kemapuan menulis laporan

pengamatan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan

menggunakan metode mind mapping pada mata pelajaran Bahasa

(33)

Yena Sumayana, 2013

Efektivitas Metode Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran bahasa Indonesia di Kelas V SDN Taruna Karya 1 pada

kemampuan menulis laporan pengamatan diperoleh data sebagai berikut: dari

40 orang siswa, 3 orang atau 7,5% termasuk kategori baik, 27 orang atau

67,50% termasuk kategori cukup dan 10 orang atau 25% termasuk kategori

kurang. Kemudian kemampuan berpikir kritis sebelum menggunakan metode

mind mapping diperoleh data: dari 40 orang siswa 3 orang atau 7,5%

termasuk kategori baik, 20 orang atau 50% termasuk kategori cukup dan

sisanya 17 orang atau 42,50% termasuk kategori kurang

2. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan

menulis laporan pengamatan antara siswa yang belajar dengan menggunakan

metode mind mapping dengan siswa yang menggunakan metode konvensional

dengan hasil N-Gain sebesar 0,047. Oleh karena p < 0,05, maka H1 diterima

atau terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara rata-rata skor

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan

berpikir kritis antara siswa yang belajar dengan menggunakan metode mind

mapping dengan siswa yang menggunakan metode konvensional dengan hasil

N-Gain sebesar 0,000. Oleh karena p < 0,05, maka H1 diterima atau terdapat

perbedaan peningkatan yang signifikan antara rata-rata skor siswa kelas

(34)

Yena Sumayana, 2013

Efektivitas Metode Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan 4. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode mind mapping dapat

terlaksana sesuai dengan sintaksnya. Tanggapan guru terhadap pembelajaran

bahasan indonesia dengan metode maind mapping sangat positif. Tanggapan

siswa terhadap penerapan metode maind mapping dalam pembelajaran bahasa

Indonesia baik.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan

beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Rekomendasi bagi guru

Diharapkan kepada guru dalam mengembangkan dan meningkatkan

pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode mind mapping sebagai

salah satu alternatif metode pembelajaran di sekolah dasar, maka harus

memperhatikan: (a) sajian bahan ajar berupa topik yang dapat menarik minat siswa,

(b) tidak perlu cepat-cepat memberi bantuan pada siswa, agar perkembangan

intalelektual siswa maksimal, (c) intervensi yang diberikan harus minimal dan ketika

benar-benar dibutuhkan siswa,

2. Rekomendasi bagi kepala sekolah

Diharapkan kepada kepala sekolah untuk selalu memotivasi para guru di

sekolah yang ia pimpin untuk menjadikan dan mengembangkan metode-metode

pembelajaran inovatif khususnya metode mind mapping sebagai salah satu alternatif

metode pembelajaran di sekolah dasar pada umumnya dan pada mata pelajaran

bahasa Indonesia pada khususnya

3. Rekomendasi bagi para pembuat kebijakan

Metode pembelajaran mind mapping dapat menjadi rujukan sebagai metode

pembelajaran alternatif untuk menjadikan pembelajaran menjadi menyenagkan.

Pembelajaran dengan mind mapping dapat menjadikan pembelajaran bahasa

(35)

Yena Sumayana, 2013

Efektivitas Metode Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan pembelajaran. Siswa dapat menjadi fokus dengan pembuatan mind mapping. Dengan

penggunaan metode mind mapping, maka pembelajaran Bahasa Indonesia akan

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, K. (2013). Pengaruh Pembeajaran Resiprokal dan pembelajaran

Kontekstual dalam Materi Sistem Ekresi Terhadap Keterampilan Menulis dan Berpikir Kritis. Tesis UPI: Tidak Diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Buzan, T. (2005). Buku Pintar Mind Maps. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Buzan, T. (2007). Buku Pintar Mind Mapp untuk Anak Agar Anak Pintar di Sekolah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Buzan, T. (2011). Buku Pintar (Mind Map). Bandung: Gramedia Pustaka Utama.

Cahyani dan Hodijah. (2007). Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Cayani. (2009). Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta. Jakarta: Dirjen Pendis Kementian Agama RI.

Cahyani. (2011). Menulis Proposal Penelitian. Bandung: Bintang Arli Wartika.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.

DePorter, Bobbi, dan Mike Hernacki. (1999). Quantum Learning (Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan). Bandung: Kaifa.

Gie, The Liang. (2002). Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.

Hamalik, Oemar. (2002). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hanafiah, Nanang dkk. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.

Haryanto (2010). Hubungan Antara Kemampuan Menyusun Paragraf Dan

(37)

Hassoubah, Z.I. (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills. Bandung: Nuansa.

Hastuti, (2004).Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SLTP pada

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Realistik.

Skripsi UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan

Hernowo. (2005). Buka Pikiran dengan Mind Mapping (Artikel). Bandung: Pikiran Rakyat (Online).

Ismaimusa (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa

Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif. Desertasi SPs UPI. Bandung: Tidak Dipublikasikan

Jensen, E. (2008). Brain Based Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Johnson, E. B. (2011). CTL (Contextual Teaching and Learning) Menjadikan

Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.

Kosasih, E. (2012). Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Yrama Widya.

Kurniawati (2010). Pengaruh Metode Mind Mapping dan Keaktifan Belajar Siswa

terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 5 Surakarta. Skripsi. Tidak

Diterbitkan

Kusumah, Y.S. (2008). Desain dan Pengembangan Computer Based E-Learning

Untuk Meningkatkan High-Order Mathematical Thinking Siswa SMA.

Laporan Penelitian Hibah Bersaing Nasional 2008 (Tahap I). Jakarta: DP2M, Dikti Depdiknas.

Margono, S. (2003). Metode Penenlitian Pendidikan. Jakarta. Rieneka Cipta.

Meltzer, D.E. (2002). Addendum to: The Relationship Between Mathematics

Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible

“Hidden Variable” in Diagnostics Pretest Scores. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.iastate.edu/per.docs/sddendum_on_normalized_gain. (12 Juni 2013).

Mudjijo. (1995). Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Mualimah, Nur. (2012). Minat Membaca Siswa melalui Penerapan Metode

Coorperative Integrated Reading Composition (CIRC) hubungannya dengan Hasil Belajar Siswa pada Keterampilan Menulis Cerita. Skripsi

(38)

Nurdiansah, N. (2011). Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan kemampuan Memecahkan Masalah Pada Mata Pelajaran PKn. Tesis UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Nurgiyantoro, B. (2012). Penilaian Pembelajaran Bahasa berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.

Pujiati Suyata. (1996). Penelitian Pencapaian Hasil Belajar. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.

Rahman. (2012). Model Mengajar dan Bahan Pembelajarannya. Bandung: Alqaprint.

Resmini, N. (2006). Membaca dan Menulis di SD (Teoti dan Pengajarannya). Bandung: UPI PRESS.

Resmini, N., Dadan Juanda. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di

Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS.

Rukiati, E.K., dkk. (2008). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa

& Sastra Indonesia. Bandung: Prosfect.

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaan Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sari, T.I. (2012). Penggunaan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan

Keterampilan Menulis Laporan Siswa Kelas V SD. Skripsi UPI. Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Silberman, Melvin S. (2011). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rieneka Cipta.

Subana. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

(39)

Sulistiyaningsih (2011). Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan

Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta. Skripsi. Tidak Diterbitkan.

Suyanto, Adi (2008). Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Suparo. (1988). Dimensi-Dimensi Mengajar. Bandung: Sinar Baru Angglesindo.

Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syafei, Imam. (1988). Retorika dalam Menulis. Jakarta. Depdikbud.

Syamsuddin, AR dan Damaianti, V.S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan

Bahasa. Bandung SPs UPI dan PT Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H. G. (2008). Menulis (Sebagai suatu keterampilan Berbahasa). Bandung: Angkasa.

Tarwin, Y.W. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Melalui Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika.

Skripsi. FPMIPA UPI

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung. UPI.

Walpole, E. Ronald. (1997). Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama.

Widiani, S. (2011). Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis Siswa Sekolah Dasar.

Tesis UPI. Tidak Diterbitkan.

Yamin, M. (2012). Desain Baru Pembelajaran Kontruktivistik. Jakarta: Referensi.

Zulkarnaini. (2011). Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) untuk

Gambar

Tabel. 1. Empat Jenis Keterampilan Berbahasa
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tabel 3.1 Model Penilaian Menulis Laporan Pengamatan
Tabel 3.2 Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan komunikatif Report text adalah untuk menggambarkan tentang sesuatu secara apa adanya yang merupakan hasil.. observasi atau penelitian dan analisa

[r]

dengan harga yang lebih murah dipasar internasional pada tingkat harga P2 yaitu.

The method is by using Qual2E Software for BOD and mass balance for COD afterwards compared with the standard in accordance with PP no 82 in 2001 about the water quality

dikirim, dan atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan.. penyelenggaraan negara dan atau penyelenggaraan badan publik

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat 3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2011 tentang Terbitan Berkala Ilmiah,

Latar belakang dibuatnya judul ini karena belum adanya bentuk baku untuk mengawasi unjuk kerja link pensinyalan pada CCS7 di PT TELKOM Divisi Regional IV dengan

terhadap kinerja keuangan badan usaha yang ditunjukkan dengan ROA, ROE,. PER dan Tob (2012) yang meneliti tentang