MENULIS LAPORAN PENGAMATAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
(Studi Eksperimen Kuasi pada Kelas V SDN Taruna Karya I Kecamatan Cibiru Kota Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Dasar
oleh
Yena Sumayana NIM 1102697
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA
PERNYATAAN TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Efektivitas Metode Mind Mapping dalam Peningkatan Kemampuan Menulis Laporan dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan dan pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya
siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2013
Yang membuat pernyataan,
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing
Dosen Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Rahman, M.Pd.
NIP. 195704011984121001
Dosen Pembimbing II,
Dr. Hj. Isah Cahyani, M.Pd.
NIP. 196407071989012001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Dasar,
Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd.
vii
ABSTRAK
Yena Sumayana (2013) Efektivitas Metode Mind Mapping dalam Peningkatan Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realita pada SD Negeri Taruna Karya 1 Kota Bandung, pada ragam menulis kurang disukai siswa. Sementara itu, pembelajaran dalam Bahasa Indonesia tidak terlepas dari teks/bacaan bahkan gambar. Tentunya ini akan berpengaruh pada keterampilan berbahasa lainnya, salah satunya keterampilan menulis yakni menulis laporan pengamatan. Permasalahan yang menjadi pokok kajian dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan menulis laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Faktor-faktor yang menadi penyebab utamanya terletak pada hal-hal sebagai berikut: (1) mata pelajaran Bahasa Indonesia dianggap mata pelajaran yang membosankan, (2) metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak variatif (bersifat konvensional), dan (3) pembelajaran hanya pada ranah kogntif saja belum menyentuh pada ranah kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Metode peneltian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi dan deskriptif. Metode tersebut digunakan karena memiliki ciri sebagai berikut: 1) terpusat pada pemecahan masalah aktual, dan 2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan dianalisis. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan menulis laporan pengamatan antara siswa yang belajar dengan menggunakan metode mind mapping dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan hasil nilai sig = 0,047 < 0,05. Kemudian, terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis antara siswa yang belajar dengan menggunakan metode mind mapping dengan siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan hasil nilai sig = 0,00 < 0,05. Pelaksanaan dan tanggapan guru serta siswa terhadap penerapan metode mind mapping pada mata pelajaran bahasa Indonesia baik atau positif.
Kata Kunci : Mind Mapping, Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Definisi Operasional ... 11
BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Mind Mapping ... 12
1. Pengertian Mind Mapping ... 12
2. Langkah-langkah Metode Mind Mapping ... 15
3. Kegunaan Mind Mapping ... 18
4. Kelebihan dan Kelamahan Metode Mind Mapping ... 18
B. Hakikat Menulis ... 20
1. Pengertian Menulis ... 20
2. Tujuan Menulis ... 23
3. Macam-macam Menulis ... 24
4. Proses Menulis ... 24
5. Penilaian dalam Menulis ... 26
C. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan ... 27
1. Pengertian Laporan Pengamatan ... 27
ix
3. Langkah-langkah Menulis Laporan Pengamatan ... 28
D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 29
E. Efektivitas Metode Mind Mapping dalam Kemampuan Menulis Laporan dan Berpikir Kritis Siswa ... 32
F. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 35
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 35
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 37
3. Bahasa Indonesia di SD dalam KTSP ... 37
4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 38
5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 39
G. Kerangka Pemikiran... 40
H. Hipotesis ... 42
I. Penelitian yang Relevan ... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 46
B. Desain dan Alur Penelitian ... 46
1. Desain Penelitian ... 46
2. Alur Penelitian ... 47
C. Prosedur dan Tahapan Penelitian ... 48
1. Prosedur Penelitian ... 48
2. Tahapan Penelitian ... 49
D. Sumber Data ... 50
E. Populasi dan Sampel ... 50
F. Instrumen Penelitian ... 51
G. Teknik Pengumpulan Data ... 52
H. Teknik Pengolahan Data ... 53
x
A. Gambaran Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sebelum Menggunakan Metode
Mind Mapping ... 60
B. Hasil Penelitian ... 64
1. Deskripsi Jawaban Siswa ... 64
2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 71
3. Gambaran proses Pembelajaran Metode Mind Mapping ... 82
4. Perlaksanaan Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 83
5. Tanggapan Guru tentang Pelaksanaan Metode Mind Mapping pada Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 85
C. Pembahasan ... 87
1. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan ... 87
2. Kemampuan Berpikir Kritis ... 90
3. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Metode Mind Mapping ... 94
4. Tanggapan Guru Terhadap Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 97
5. Tanggapan Guru tentang Pelaksanaan Metode Mind Mapping pada Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 98
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 100
B. Rekomendasi ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar berbahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi.
Seseorang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal dalam proses
berkomunikasinya akan lebih mudah mencapai tujuan yang dikehendaki
dibandingkan dengan seseorang yang belum mengoptimalkan keterampilan
berbahasanya. Dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia ada yang disebut
sebagai keterampilan berbahasa. Keterampilan ini meliputi empat aspek, yaitu: (1)
Keterampilan menyimak/mendengarkan, (2) Keterampilan berbicara, (3)
Keterampilan membaca dan (4) Keterampilan menulis.
Proses pembelajaran tersebut, sesuai dengan pendapat Cahyani dan
Hodijah (2007: 6) yang menyatakan bahwa:
Ada hubungan antara hakikat berbahasa dengan proses pembelajaran berbahasa yaitu adanya tujuan atau pesan yang disampaikan. Ketika berbicara si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Kemudian, dalam menyimak si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa lisan yang diberikan pada yang lain. Selanjutnya, dalam menulis si pengirim pesan mengirimkan pesan dengan menggunakan bahasa tulis. Dipihak lain, dalam membaca si penerima pesan berupaya memberi makna terhadap bahasa tulis yang disampaikan orang lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka diketahui bahwasannya empat
keterampilan dalam berbahasa tidak dapat dipisahkan. Keterampilan berbahasa di
atas jika dibuat dengan tabel seperti di bawah ini.
Tabel. 1.
Empat Jenis Keterampilan Berbahasa
Ragam Lisan Tulisan
Reseptif Mendengarkan Membaca
Produktif Berbicara Menulis
Dari tabel di atas, diketahui bahwasannya membaca dan menulis termasuk ke dalam ragam tulisan. Pendapat ini diperkuat dengan penjelasan bahwasannya menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif dan membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan, perasaan atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seseorang membaca guna memahami gagasan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut. (Cahyani dan Hodijah, 2007: 18)
Masih menurut Cahyani dan Hodijah (2007: 10), bahwa menulis dianggap
rumit karena menulis tidak sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat
melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu
struktur tulisan yang teratur. Pemahaman konsep menulis menjadi penting bagi
kita karena dalam praktik keseharian banyak orang terampil dalam membaca
tetapi mengalami kesulitan dalam menulis.
Di Indonesia kemampuan menulis siswa masih sangat rendah. Berdasarkan
data dari OECD (2010), perolehan skor reading litreacy siswa Indonesia pada
studi PISA 2010 berada pada peringkat 57 dengan nilai 402. Nilai ini
menunjukkkan bahwa siswa Indonesia berada pada kelompok bawah. Artinya,
siswa Indonesia baru mampu mengingat pengetahun ilmiah berdasarkan fakta
sederhana, belum mampu menggunakan konsep ilmiah untuk melakukan prediksi
dan menjelaskan konsep menulis laporan, belum mampu menggali pertanyaan,
gagasan, yang dapat dijawab dengan penyelidikan ilmiah, serta belum mampu
memilih informasi yang relevan untuk menarik kesimpulan dari suatu fenomena
yang terjadi (Rustaman, 2006)
Berdasarkan uraian di atas, maka tidak dipungkiri bahwa keterampilan
menulis perlu mendapatkan perhatian lebih dibandingkan keterampilan lainnya,
karena keterampilan menulis merupakan keterampilan yang menghasilkan
(produktif) gagasan, perasaan dan penyampaian informasi dalam bahasa tulis.
Penelitian ini difokuskan pada keterampilan menulis sebab menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang lebih rumit dibandingkan dengan ketiga
keterampilan berbahasa lainnya.
Di sekolah materi menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa
Indonesia siswa menjadi kurang memadai. Hasil studi pendahuluan diketahui
bahwasannya menulis menjadi hal yang kurang diminati siswa. Hal ini terbukti
ketika guru memberikan tugas menulis, seperti: mengarang, menulis puisi dan
menulis laporan banyak siswa yang mengeluh. Salah satu keterampilan menulis
yang menjadi perhatian khusus adalah menulis laporan pengamatan.
Remaja yang tidak belajar menulis dengan baik berada pada posisi yang
kurang menguntungkan di kelasnya, karena mereka menjadi kurang terampil
dibandingkan dengan teman sekelasnya dalam penguasaan konten/materi (Graham
& Penin, 2007). Menurut Hanuri (2011), berbagai hal yang menyebabkan
keterampilan menulis siswa rendah di antaranya: 1. Masih banyak guru yang
belum menemukan teknik yang tepat dalam mengajarkan writing, 2. Kurangnya
minat siswa dalam menulis, 3. Minimnya kosakata yang dimiliki siswa, 4.
Kurangnya sarana buku bacaan yang disediakan di perpustakaan sekolah.
Dalam KTSP 2006 di kelas V Sekolah Dasar (SD), sudah diajarkan
keterampilan menulis dengan standar kompetensi, yaitu: mengungkapkan pikiran,
perasaan, informasi dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan dan
puisi bebas. Kegiatan keterampilan menulis khususnya menulis laporan
pengamatan berdasarkan pengamatan atau kunjungan dengan tahapan (catatan,
konsep, awal, perbaikan dan final) dengan menggunakan ejaan yang tepat
(Depdiknas, 2006: 28).
Untuk menyiapkan siswa dikehidupan masa depan, guru membutuhkan
jaminan bahwa keterampilan membaca kognitif dan metakongnitif merupakan hal
eksplisit yang diajarkan kepada siswa mereka. Selain menggunakan metakognisi,
menulis laporan pengamatan dan membaca dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa (Rowe, 2005 dalam Cooper, 2009). Biggs dan Moore
(Cooper & Grreive, 2009) menyatakan bahwa proses membaca dapat
mengembangkan keterampilan literasi dan di waktu yang bersamaan juga dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Di dalam menulis laporan
pengamatan terdapat suatu proses berpikir mengani ide-ide yang akan dituangkan
ke dalam tulisannya, mengevaluasi, merevisi, mengkritisi tulisan, serta dapat
menulis akan diperoleh setelah keterampilan menyimak, berbicara dan membaca.
Mengacu pada proses pelaksanaanya, menulis merupakan kegiatan yang
dipandang sebagai, 1) suatu keterampilan, 2) proses berpikir, 3) kegiatan
transformasi, 4) kegiatan komunikasi, dan 5) sebuah proses.
Berdasarkan hal tersebut, kegiatan yang perlu dikembangkan dalam
menulis adalah kemampuam berpikir. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
proses berpikir dibedakan berdasarkan tingkatan dan perkembangan kemampuan
anak (de Vries & Crawford dalam Resmini, 2006: 45). Dari berbagai kemampuan
berpikir tersebut, kemampuan yang perlu dikembangkan adalah kemampuan
berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Kemampuan berpikir dapat dilihat ketika seseorang melakukan proses
menulis, yakni kemampuan menggambarkan makna kata-kata, menyusun kalimat,
menhubungkan sesuatu yang pernah diamati hingga mebuat suatu kesimpulan,
menyusun paragraph secara induktif, menilai paragraf yang telah disusun untuk
kemudian dimaknai antara yang satu dengan yang lainnya. Hal lain yang perlu
dikembangkan dalam kemampuan berpikir dalam menulis adalah mampu
memahami isi teks dan menyelaraskannya dengan konsteks (Resmini, 2006: 46).
Kemampuan berpikir yang akan dikembangkan dalam pembahasan ini
adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan
pembuatan keputusan akan apa yang dilakukan dengan alasan yang meyakinkan.
Menurut Ennis (Hassoubah, 2004: 85), “berpikir kritis adalah berpikir secara
beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang
apa yang harus dipercayai atau dilakukan”.
Proses berpikir kritis dilakukan berdasarkan bukti dilapangan yang
disampaikan dengan bahasa yang dapat dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan itu, Johnson (2007: 185) mendefinisikan “berpikir kritis sebagai sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain”. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD, khususnya di kelas tinggi keterampilan berpikir kritis merupakan
keterampilan yang melatih siswa untuk belajar mengidentifikasi, mengevaluasi
Keterampilan menulis dan berpikir kritis merupakan keterampilan yang
memiliki posisi yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD.
Tanpa ada kegiatan menulis dan berpikir kritis, tidak akan ada buku, koran,
majalah dan media cetak lainnya. Dengan demikian, menulis dan berpikir
memiliki peran yang sangat penting dalam upaya memperkaya dunia ilmu
pengetahuan. Melihat pentingnya keterampilan menulis dan berpikir kritis,
hendaknya guru bisa menciptakan kondisi yang ideal sehingga bisa
membangkitkan siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis dan berpikir
kritis, hal ini bisa ditunjang dengan penggunaan metode, media, metode maupun
teknik yang tepat diterapkan dalam kegiatan menulis pada proses pembelajaran.
Untuk merealisasikan tujuan di atas, maka peneliti mengadakan observasi
awal di kelas V SDN Taruna Karya 1 Kecamatan Cibiru. Permasalahan yang
ditemukan dilapangan, yaitu siswa belum mampu menulis laporan pengamatan
berdasarkan tahapan-tahapan yang tecantum dalam standar kompetensi dan
langkah-langkah dalam menulis laporan pengamatan. Penyebab timbulnya
permasalahan tersebut, yakni 1) Tidak adanya bimbingan dalam menulis laporan
pengamatan yang dilakukan oleh guru, 2) Guru tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bekerjasama dan berdiskusi, dan 3) Tidak adanya pemetodean
yang baru dalam penyampaian materi tentang laporan.
Kenyataan di lapangan pada saat proses pembelajaran, guru memberikan
tugas kepada seluruh siswa untuk menulis laporan pengamatan dengan
memperhatikan langkah-langkah yang ada dalam buku paket bahasa Indonesia
tanpa ada bimbingan dan penjelasan. Guru memberi contoh secara sepintas untuk
menulis laporan pengamatan sesuai dengan buku paket bahasa Indonesia tanpa
menggunakan strategi pembelajaran yang memadai dengan pembahasan tersebut.
Guru hanya menggunakan metode klasik saja dalam proses penyampaian materi.
Setelah itu, guru meminta siswa untuk menulis laporan pengamatan sesuai dengan
kemampuannya masing-masing dan berdasarkan petunjuk di buku. Selanjutnya,
siswa diminta mengumpulkan pekerjaannya dan guru memberikan nilai pada hasil
pekerjaannya. Namun, setelah hasil pekerjaan siswa diperiksa nilai yang diperoleh
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Mualimah
(2011), bahwasanya kemampuan keterampilan menulis di SD relatif rendah,
sehingga perlu ada perhatian khusus untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam hal menulis. Perhatian tersebut sangat diperlukan karena kegiatan menulis
akan efektif jika siswa banyak menuliskan hal-hal yang telah mereka dengarkan,
bicarakan dan bacakan. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Resmini (2006:
239), bahwasannya menulis itu berhubungan dengan membaca, mewicara, dan
menyimak. Baik menulis, membaca, mewicara dan menyimak memiliki fungsi
untuk mengkomunikasikan pesan melalui bahasa. Pesan itu menurut Syafei
(1988), berupa ide, kemauan, keinginan, perasaan maupun informasi. Adapun
sumber pesan itu sendiri, sesuatu yang diindera (dilihat, didengar, diraba, dikecap,
dan dicium) atau sesuatu yang ada dilingkungan.
Pembelajaran bahasa di sekolah dasar merupakan kegiatan membekali
siswa sejak awal secara berkesinambungan agar siswa memiliki disiplin dalam
berpikir dan berbahasa. Pada hakikatnya, belajar disiplin dalam berpikir sangat
erat hubungan dengan pengembangan aspek logika dan disiplin berbahasa
mengacu pada pengembangan aspek linguistik. Resmini dan Juanda (2008: 115) bahwa ”aspek logika berhubungan dengan isi dan pengorganisasiannya secara logis, dan aspek linguistik berhubungan dengan penyampaian ide secara tertulis melalui kaidah tata bahasa dan ejaan”. Pengembangan aspek logika menggiring siswa belajar tentang isi dan pengorganisasi-an isi secara tertulis. Sarana untuk
mewujudkan gagasan secara jelas pada aspek logika adalah bahasa.
Pengorganisasian isi melalui bahasa akan dimengerti pembaca bila disampaikan
dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti.
Keterampilan disiplin berpikir dalam pengorganisasian isi melalui bahasa harus
dilatih oleh guru bahasa Indonesia kepada siswanya.
Menurut Zulkarnaini (2011), bahwa pengembangan aspek linguistik
memberikan bekal dasar terhadap siswa menguasai kaidah tata bahasa dan ejaan
yang berlaku dan dapat disosialisasi dalam kehidupan masyarakat sebagai
pengguna bahasa. Pengguna bahasa yang baik di suatu tempat sangat dituntut
efektif dan efisien. Melalui kegemaran menulis, siswa di sekolah dasar dapat
memperkaya khasanah pengetahuan dan pengalaman menggunakan bahasa tulisan
sesuai etika yang berlaku. Dengan ketekunan siswa berlatih keterampilan menulis
semakin membekalinya pengalaman dan pengetahuan di bidang penggunaan
ejaan, ketepatan pemilihan kata, struktur kata yang benar, kalimat yang tepat dan
jelas bagi pembaca serta kesatuan kalimat dan kepaduan antar kalimat dalam
paragraf. Tarigan (2008: 4) mengatakan bahwa “keterampilan menulis tidak akan
datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan praktik yang banyak dan teratur”.
Di tinjau dari temuan permasalahan dalam kemampuan menulis laporan
pengamatan dan kemampuan berpikir kritis yang dialami oleh para siswa SDN
Taruna Karya 1 Kecamatan Cibiru masih rendah, maka perlu dilakukan penelitian
yang akan menghasilkan inovasi mengenai pembelajaran dengan memberikan
alternatif pemecahan masalah melalui metode pembelajaran yang tidak hanya
mentrasfer pengentahuan guru kepada siswa, tetapi bagaimana cara guru
mengorganisasi materi, menyampaikan materi, dan komunikasi menjadi lebih
optimal. Rancangan pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal yang
meliputi: 1) pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan
lingkungan otentik; 2) isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan
karakteristik siswa; 3) menyediakan media dan sumber belajar yang
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar secara konkrit, luas dan
mendalam; 4) penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara formatif
(Jihad dan Haris, 2010).
Selain itu, dalam proses pembelajaran juga siswa perlu membangun
sendiri pengetahuan-pengetahuan baru yang mereka dapatkan berdasarkan
pengetahuan yang sudah ada dalam diri siswa serta dapat mengaplikasikan
pengetahuan mereka ke dalam kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari
mereka. Proses pembelajaran ini sesuai dengan mind mapping. Dimana siswa
mulai dari usia sekolah dasar memiliki pengetahuan/gagasan, dan gejala atau
peristiwa tentang lingkungan sekitarnya yang sudah dibangun dalam bentuk
Pengembangan metode mind mapping dihasilkan dari teknik pencatatan
oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an yang menganalisis tentang cara kerja otak
yang sebenarnya. Sebagian besar dalam proses pembelajaran menulis,
kemampuan otak mengingat informasi dalam bentuk gambar, symbol, suara,
bentuk-bentuk dan perasaan. Mind mapping menggunakan pengingat-pengingat
visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan yang digunakan
untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan (DePorter, 1999: 152).
Metode mind mapping merupakan salah satu metode yang dapat
dikembangkan di sekolah dalam pembelajaran. Melalui metode mind mapping
siswa diajak untuk menjelajahi secara menyeluruh apa yang akan dituangkannya
dalam bentuk visual grafis yang penuh gambar dan aneka warna. Hal ini tentu saja
akan membuat siswa bergairah untuk memulai pembelajaran. Metode mind
mapping dalam pembelajaran sistem saraf akan menjadi pemacu dan penggugah
dalam pembelajaran dengan materi pelajaran yang bersifat abstrak.
Hernowo (2005) berpendapat mind mapping adalah teknik meringkas
bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam
bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah. Mind mapping merupakan
teknik visualisasi verbal ke dalam gambar. Mind mapping sangat bermanfaat
untuk memahami materi, terutama materi yang diberikan secara verbal. Peta
pikiran bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang
akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kemabli
informasi yang telah dipelajari.
Alasan penerapan metode mind mapping dalam menulis laporan
pengamatan dan kemampuan berpikir kritis, sebagai berikut:
a. Mind mapping merupakan cara terbaik untuk menghasilkan dan menata
gagasan sebelum menulis dengan tujuan mengidentifikasi konsep mana
yang sudah diketahui, belum diketahui, atau harus diketahui sehingga
tulisan menjadi lebih teratur dan bekerja atas dasar fungsi otak manusia
secara alamiah (Buzan, 2005: 4-7);
b. Metode pemetaan pikiran dapat dijadikan suatu teknik mencatat yang
ditengah-tengah dan subtopik serta perinciannya menjadi cabang-cabang
(Hernowo, 2005);
c. Metode mind mapping dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan
siswa dalam berpikir kritis sehingga minat dan perhatian siswa dalam
proses pembelajaran akan meningkat; dan
d. Catatan mind mapiping yang dibuat siswa dapat menuntun dalam menulis
laporan pengamatan, sehingga siswa mampu menulis laporan pengamatan
berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal, perbaikan dan final) serta
meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Fokus penggunaan metode mind mapping pada keterampilan menulis
adalah keterampilan menulis laporan pengamatan dan berpikir kritis. Hal ini
disebabkan pada penulisan laporan siswa dituntut untuk mampu menulis laporan
pengamatan berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal, perbaikan dan final).
Sedangkan pada kemampuan berpikir kritis siswa dituntut mempunyai
kemampuan mengembangkan potensi intelektualnya dengan cara berpikir sesuai
keyakinannya.
Atas dasar permasalahan dan fakta-fakta yang diungkapkan di atas, penulis
memiliki keinginan yang tinggi untuk mengembangkan metode mind mapping
pada saat proses pembelajaran. Tujuan dari pengembangan metode ini, diharapkan
mampu mendorong peningkatan kualitas pembelajaran khususnya dalam
pembelajaran menulis laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kritis dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk itu penelitian ini dirumuskan dengan
judul “Efektivitas Metode Mind Mapping dalam Meningkatan Kemampuan
Menulis Laporan Pengamatan dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
1. Bagaimana poses pembelajaran bahasa Indonesia di Kelas V SDN Taruna
Karya 1 pada kemampuan menulis laporan pengamatan dan kemampuan
berpikir kritis sebelum menggunakan metode mind mapping?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan menulis laporan
pengamatan antara siswa yang belajar pada mata pelajaran bahasa
Indonesia dengan metode mind mapping dan siswa yang belajar dengan
metode konvensional di Kelas V SDN Taruna Karya 1?
3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara
siswa yang belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan metode
mind mapping dan siswa yang belajar dengan metode konvensional di
Kelas V SDN Taruna Karya 1?
4. Bagaimana pelaksanaan dan tanggapan guru serta siswa terhadap
penggunaan metode mind mapping dalam pembelajaran bahasa Indonesia
di SDN Taruna Karya 1?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
1. Proses pembelajaran bahasa Indonesia pada kemampuan menulis laporan
pengamatan dan kemampuan berpikir kritis sebelum menggunakan metode
mind mapping di Kelas V SDN Taruna Karya 1
2. Perbedaan peningkatan kemampuan menulis laporan pengamatan antara
siswa yang belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan metode
mind mapping dan siswa yang belajar dengan metode konvensional di
Kelas V SDN Taruna Karya 1
3. Perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang
belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan metode mind
mapping dan siswa yang belajar dengan metode konvensional di Kelas V
SDN Taruna Karya 1
4. Pelaksanaan dan tanggapan guru serta siswa terhadap penggunaan metode
mind mapping dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SDN Taruna
D. Manfaat Penelitian
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi guru
Metode mind mapping merupakan solusi bagi guru pada pembelajaran
bahasa Indonesia untuk meningkat kemampuan menulis laporan
pengamatan dan kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Bagi siswa
Dengan metode mind mapping siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam
kemampuan menulis laporan pengamatan dan kemampuan berpikir kritis.
3. Bagi sekolah
Metode mind mapping dapat dijadikan salah satu alternatif metode
pembelajaran khususnya bahasa Indonesia dan mata pelajaran yang
lainnya.
4. Bagi peneliti
Dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
E. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah. Agar makna dan
interpretasi terhadap istilah tersebut sesuai dengan yang dimaksudkan dalam
penelitian ini, maka diperlukan definisi operasional dari istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Metode mind mapping merupakan cara memetakan ide-ide pikiran dan
perasaan secara teratur, bebas, sederhana dan menyenangkan kepada para
pembelajar untuk mengkonseptualisasikannya.
2. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk bereaksi terhadap
masalah yang meliputi mengidentifikasi, menggeneralisasi, menganalisis,
mengevaluasi, dan pemecahan masalah.
3. Kemampuan menulis laporan pengamatan merupakan kemampuan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kauntitatif, sedangkan metode
penelitiannya yakni eksperimen kuasi. Metode eksperimen kuasi dipandang
relevan digunakan karena memiliki ciri: 1) terpusat pada pemecahanan masalah
actual, dan 2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan
dianalisis. Selain itu, penelitian eksperimen kuasi digunakan pada bidang
pendidikan atau bidang lain yang subjek penelitiannya adalah manusia yang dapat
dimanifulasi dan dikontrol secara intensif (Syamsudin & Damaianti, 2006: 23).
Penelitian eksperimen dilakukan terhadap proses dan pemilihan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, yakni lingkungan alam dan
lingkungan sosial yang berada di sekitar siswa.
B.Desain Penelitian dan Alur Penenlitian
1. Desain Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah Desain Prates-Pascates
Kelompok Statis (The Static Group Preetest-Posttest Design). Model desainnya
sebagi berikut:
Kelompok Preetest Perlakuan Posttest
A O X1 O
B O X2 O
(Sukmadinata, 2011: 209)
Ket : A = Kelas eksperimen B = Kelas kontrol O = Preetest-posttest
Penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas yang berbeda, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan perlakuan yang tidak sama. Kelompok
eksperimen mendapat pembelajaran secara konvensional, yaitu dengan metode
ceramah dan penugasan.
2. Alur Penelitian
Berdasarkan desain penelitian di atas, selanjutnya penulis membuat alur
penelitian untuk memahami pelaksanaan penelitian. Alur penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.1 Alur Penelitian IDENTIFIKASI MASALAH
Test Awal (Pretest) OBSERVAL AWAL
Kelas Kontrol
Pembelajaran Secara Konvensional
Kelas Eksperimen
Analisis Data
Pemebelajaran dengan Metode Mind mapping
Test Ahir (Posttest)
C.Prosedur dan Tahapan Penelitian
Adapun prosedur penelitian meliputi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi langkah-langkag sebagai berikut:
a. Melakukan observasi pendahuluan melalui wawancara dengan guru yang
mengajar Bahasa Indonesia untuk memperoleh informasi tentang (a)
pelaksanaan keterampilan menulis laporan pengamatan dan berpikir kritis
di Kelas V SDN Taruna Karya 1, (b) hambatan-hambatan yang dihadapi
dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan dan berpikir kritis serta
cara mengatasinya.
b. Menyepakati dengan guru tentang pelaksanaan pembelajaran menulis
laporan pengamatan dan berpikir kritis dengan menerapkan metode mind
mapping pada kelas eksperimen, yaitu guru melaksanakan proses
pembelajarannya sedangkan peneliti berperan sebagai observer.
Pembelajaran dilaksanakan sesuai jadwal yang telah direncanakan.
c. Melakukan uji instrumen, yaitu dengan cara memintapertimbangan dua
orang sebagai penilai (judgement) instrumen yang akan digunakan; satu
orang sebagai pakar konsep dan satu orang guru sebagai praktisi
pembelajaran di kelas.
d. Memberikan preetest kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
e. Pemberian perlakuan (treatment) kepada kelas eksperimen dengan metode
mind mapping dalam menulis laporan pengamatan dan berpikir kritis.
f. Memberikan postest kepada kelas eksperimen untuk mengetaui
keterampilan berbicara dan berpikir kritis setelah diberikan perlakuan;
g. Menggunakan uji beda setelah sebelumnya dilakukan pengujian normalitas
dan homogenitas variabel data yang ada untuk menguji apakah perbedaan
keterampilan berbicara dan berpikir kritis antara hasil pretes dan postes
signifikan atau hanya terjadi secara kebetulan saja;
h. Melakukan analisis data hasil observasi;
2. Tahapan Penelitian
a. Tahapan Persiapan
Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan identifikasi
masalah dengan studi literature terhadap standar isi mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan menganalisis tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
yang berupa kompetensi dasar berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam
pembelajaran. Selanjutnya, disusun skenario pembelajaran dengan
menggunakan metode mind mapping yang dikembangkan terhadap
kemampuan menulis laporan pengamatan. Kemudian, dilakukan studi
menulis laporan pengamatan dan berpikir kritis untuk menentukan
indikator-indikator yang akan dikembangkan dalam metode mind
mapping.
b. Tahapan Pelaksanaan
Pada tahap ini dilakukan dilakukan penerapan metode mind mapping
dalam pembelajaran. Dalam penerapan metode pemetaan pikran siswa
melakukan pembelajaran menulis laporan pengamatan dan berpikir kritis
melalui kegiatan tanya jawab, diskusi, dan pengamatan. Peneliti bertindak
sebagi observer yang mengamati kegiatan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Implementasi metode mind mapping ini
diawali dengan pemberian tes awal (preetest) dan diakhiri dengan tes akhir
(posttest). Tes awal dan akhir meliputi kemapuan menulis laporan
pengamatan dan berpikir kritis, siswa diminta mengemukakan kembali isi
laporan yang telah didiskusikan berdasarkan tahapan (catatan, konsep
awal, perbaikan, final) dengan memperhatikan ejaan. Kemudian, peneliti
melakukan wawancara dengan guru yang menerapkan metode mind
mapping dengan tujuan untuk meminta tanggapan mengenai penerapan
metode mind mapping dalam pembelajaran pada kelas eksperimen.
c. Tahap Analisis
Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai dilaksanakan, kegiatan
D.Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Taruna Karya
1 Kecamatan Cibiru Kota Bandung yang berjumlah 40 orang siswa. SDN Taruna
Karya 1 beralamat di jalan Cilengkrang II No. 80 Kecamatan Cibiru Kota
Bandung.
E.Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN
Taruna Karya 1 Kecamatan Cibiru yang berjumlah 40 orang.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Apabila populasinya besar maka peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, maka peneliti cukup mengambil sampel yang
diambil dari populasi tersebut. Sedangkan teknik sampling adalah merupakan
teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan (Sugiyono,
2011: 62).
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability
sampling. Menurut Sugiyono (2011: 66), bahwa nonprobability sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi yang dipilih menjadi sampel.
Sedangkan teknik nonprobability sampling yang diangggap paling cocok
dalam penelitian adalah sampling jenuh. Sebagaimana dikatakan oleh Sugiyono
(2006: 68) bahwa sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sesuai dengan jumlah siswa
kelas V SDN Taruna Karya 1 Kecamatan Cibiru adalah 40 orang orang, maka
semua anggota populasi siswa tersebut dijadikan sampel dalam penelitian ini.
F. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun
dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu
(1) tes kemampuan menulis laporan pengamatan, (2) tes kemampuan berpikir
kritis siswa, dan (3) lembar observasi aktivitas keterlaksanaan metode
pembelajaran mind mapping. Berikut ini uraian masing-masing instrumen:
1. Tes Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan
Instrument penilaian yang digunakan pada tes kemampuan menulis
laporan pengamatan adalah tes soal uraian. Adapun penilaian yang digunakan
dalam menulis laporan pengamatan adalah penilaian yang meliputi aspek-aspek
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Model Penilaian Menulis Laporan Pengamatan dengan Pembobotan Masing-masing Aspek
No Aspek yang Dinilai Skor Maksimum
1. Isi gagasan 35
2. Organisasi isi 25
3. Tata bahasa 20
4. Gaya 15
5. Ejaan 5
Jumlah 100
(Hartfield dalam Nurgiyantoro, 2010: 307-308)
Adpun pembobotan pada masing-masing aspek diberi bobot yang berbeda
dengan skala 1-100.
2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Instrument penilaian yang digunakan pada tes kemampuan berpikir kritis
menggunakan tes soal uraian. Tehnik dalam melaksanakan evaluasi berpikir kritis
untuk menilai kegiatan pembelajaran, aspek-aspek tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3.2
Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Keterampilan mengungkapkan pertanyaan 20 2. Keterampilan menganalisis 20 3. Keterampilan mengevaluasi atau menilai 20 4. Keterampilan mengemukakan pendapat 20 5. Keterampilan memecahkan masalah 20
Jumlah
(Ennis dalam Hastuti, 2004: 11)
3. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan dengan tujuan untuk mengamati proses
pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping (mind mapping).
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi.
4. Wawancara atau interviu
Wawancara atau interviu adalah alat pengumpul informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula
(Margono, 2003: 165). Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara.
5. Angket atau Kuesioner
Margono (2003: 167), angket atau kuesioner adalah alat pengumpul
informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk
menjawab secara tertulis pula oleh responden. Instrumen yang digunakan adalah
lembar angket.
G.Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua macam cara pengumpulan data yaitu
melalui tes dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu
menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan
instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat
Tabel 3.3 perlakuan dan setelah mendapat perlakuan. dan setelah mendapat perlakuan.
H.Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini diperoleh dua macam data yaitu data hasil tes dan
data hasil observasi. Pengolahan data diawali dengan mengukur validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen penelitian.
Ketentuan-ketentuan yang akan digunakan bagi keperluan analisis data di
atas adalah:
1. Uji Instrumen Penelitian
a. Validitas Butir soal
Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal
terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang
ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah
soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki
dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal
suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan rumus korelasi product moment pearson di bawah ini:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
(Arikunto, 2006: 72)
Keterangan:
= Koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.
X = Skor item Y = Skor total N = Jumlah siswa
Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kategori Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
Sangat Tinggi (sangat baik) Tinggi (baik)
Cukup (sedang) Rendah (kurang)
Sangat Rendah (sangat kurang)
(Arikunto, 2006: 72)
b. Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan
tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke
pengukuran lainnya, dengan rumus sebagai berikut:
⁄ ⁄ ⁄ ⁄
Dimana :
= Koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan
= Koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Harga dari dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi
product moment pearson di bawah ini:
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
(Arikunto, 2006: 72).
Keterangan:
XY = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Skor item ganjil
Y = Skor item genap
Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 3.5
Kategori Reliabilitas Tes
Batasan Kategori
Sangat Tinggi (sangat baik) Tinggi (baik)
Cukup (sedang) Rendah (kurang)
Sangat Rendah (sangat kurang)
(Arikunto, 2010: 319).
c. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya
suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan
1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu
terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
(Arikunto, 2006: 208)
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.
Kriteria indeks kesukaran suatu tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.6
Kriteria Indeks Kesukaran
Batasan Kategori
Soal Sukar Soal Sedang Soal mudah
(Arikunto, 2006: 210)
d. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi (D) dengan rumus sebagai berikut:
(Arikunto, 2006: 213)
Keterangan:
J = Jumlah peserta tes
JB = Banyak peserta kelompok bawah
BA = Banyak kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyak kelompok bawah yang menjawab benar PA = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar.
Kategori daya pembeda dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.7
Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
Kurang Cukup Baik Baik sekali
(Arikunto, 2006: 218)
Selanjutnya Pengujian Kesahihan Tes meliputi validitas butir soal,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda menggunakan Anates
V.4, setelah instrumen tes di-judgement terlebih dahulu.
2. Efektivitas Metode Mind Mapping dalam Menulis Laporan Pengamatan
dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung
dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus Hake (Cheng dalam Nurdiansah,
2011):
Keterangan:
Spos = Skor Posttest Spre = Skor Preetest
Smaks = Skor Maksimum Ideal
Gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan
peningkatan kemampuan menulis laporan pengamatan dann kemampuan berpikir
Tabel 3.8
Kategori Tingkat Gain yang dinormalisasi Kategori Tingkat Ngain
Batasan Kategori
Ngain > 0,7 Tinggi 0,7 > Ngain≥ 0,3 Sedang
Ngain < 0,3 Rendah
(Meltzer dalam Nurdiansah, 2013)
Efektivitas penggunaan metode mind mapping dapat dilihat dari
perbandingan nilai gain kelas eksperimen yang menggunakan metode
pembelajaran mind mapping dan kelas kontrol yang menggunakan model
konvensional. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan gain
lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak. Hipotesis statistik yang digunakan pada uji normalitas adalah:
H0: Data yang akan diuji berdistribusi normal.
H1: Data yang akan diuji tidak berdistribusi normal.
Uji Normalitas masing-masing variabel dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a) Mencari harga chi kuadrat hitung dengan rumus:
∑
(Subana, 2000: 170)
b) Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus:
dk = k – 3 (Subana, 2000: 126)
c) Menentukan chi kuadrat tabel dengan taraf signifikansi 5%
d) Kriteria keputusan jika nilai 2hitung <2tabel dengan = 0,05 dan
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi data yang
akan dianalisis homogen atau tidak. Hipotesis statistik yang digunakan pada uji
homogenitas adalah:
HO : data kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai variansi yang homogen.
H1 : data kelompok eksperimen dan kontrol tidak mempunyai variansi yang homogen.
Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut :
2
s = nilai variansi yang lebih besar dari dua sampel yang dibandingkan
2 2
s = nilai variansi yang lebih kecil dari dua sampel yang dibandingkan.
Kriteria keputusan jika nilai F 2
Hipotesis statistik yang diuji ialah :
1) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Artinya, tidak terdapat perbedaan peningkatan kemapuan menulis
laporan pengamatan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan
menggunakan metode mind mapping pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
2) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Artinya, terdapat perbedaan peningkatan kemapuan menulis laporan
pengamatan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan
menggunakan metode mind mapping pada mata pelajaran Bahasa
Yena Sumayana, 2013
Efektivitas Metode Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran bahasa Indonesia di Kelas V SDN Taruna Karya 1 pada
kemampuan menulis laporan pengamatan diperoleh data sebagai berikut: dari
40 orang siswa, 3 orang atau 7,5% termasuk kategori baik, 27 orang atau
67,50% termasuk kategori cukup dan 10 orang atau 25% termasuk kategori
kurang. Kemudian kemampuan berpikir kritis sebelum menggunakan metode
mind mapping diperoleh data: dari 40 orang siswa 3 orang atau 7,5%
termasuk kategori baik, 20 orang atau 50% termasuk kategori cukup dan
sisanya 17 orang atau 42,50% termasuk kategori kurang
2. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan
menulis laporan pengamatan antara siswa yang belajar dengan menggunakan
metode mind mapping dengan siswa yang menggunakan metode konvensional
dengan hasil N-Gain sebesar 0,047. Oleh karena p < 0,05, maka H1 diterima
atau terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara rata-rata skor
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan
berpikir kritis antara siswa yang belajar dengan menggunakan metode mind
mapping dengan siswa yang menggunakan metode konvensional dengan hasil
N-Gain sebesar 0,000. Oleh karena p < 0,05, maka H1 diterima atau terdapat
perbedaan peningkatan yang signifikan antara rata-rata skor siswa kelas
Yena Sumayana, 2013
Efektivitas Metode Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan 4. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode mind mapping dapat
terlaksana sesuai dengan sintaksnya. Tanggapan guru terhadap pembelajaran
bahasan indonesia dengan metode maind mapping sangat positif. Tanggapan
siswa terhadap penerapan metode maind mapping dalam pembelajaran bahasa
Indonesia baik.
B.Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan
beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Rekomendasi bagi guru
Diharapkan kepada guru dalam mengembangkan dan meningkatkan
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode mind mapping sebagai
salah satu alternatif metode pembelajaran di sekolah dasar, maka harus
memperhatikan: (a) sajian bahan ajar berupa topik yang dapat menarik minat siswa,
(b) tidak perlu cepat-cepat memberi bantuan pada siswa, agar perkembangan
intalelektual siswa maksimal, (c) intervensi yang diberikan harus minimal dan ketika
benar-benar dibutuhkan siswa,
2. Rekomendasi bagi kepala sekolah
Diharapkan kepada kepala sekolah untuk selalu memotivasi para guru di
sekolah yang ia pimpin untuk menjadikan dan mengembangkan metode-metode
pembelajaran inovatif khususnya metode mind mapping sebagai salah satu alternatif
metode pembelajaran di sekolah dasar pada umumnya dan pada mata pelajaran
bahasa Indonesia pada khususnya
3. Rekomendasi bagi para pembuat kebijakan
Metode pembelajaran mind mapping dapat menjadi rujukan sebagai metode
pembelajaran alternatif untuk menjadikan pembelajaran menjadi menyenagkan.
Pembelajaran dengan mind mapping dapat menjadikan pembelajaran bahasa
Yena Sumayana, 2013
Efektivitas Metode Mind Mapping Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan pembelajaran. Siswa dapat menjadi fokus dengan pembuatan mind mapping. Dengan
penggunaan metode mind mapping, maka pembelajaran Bahasa Indonesia akan
DAFTAR PUSTAKA
Aini, K. (2013). Pengaruh Pembeajaran Resiprokal dan pembelajaran
Kontekstual dalam Materi Sistem Ekresi Terhadap Keterampilan Menulis dan Berpikir Kritis. Tesis UPI: Tidak Diterbitkan.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Buzan, T. (2005). Buku Pintar Mind Maps. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Buzan, T. (2007). Buku Pintar Mind Mapp untuk Anak Agar Anak Pintar di Sekolah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Buzan, T. (2011). Buku Pintar (Mind Map). Bandung: Gramedia Pustaka Utama.
Cahyani dan Hodijah. (2007). Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Cayani. (2009). Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta. Jakarta: Dirjen Pendis Kementian Agama RI.
Cahyani. (2011). Menulis Proposal Penelitian. Bandung: Bintang Arli Wartika.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.
DePorter, Bobbi, dan Mike Hernacki. (1999). Quantum Learning (Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan). Bandung: Kaifa.
Gie, The Liang. (2002). Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.
Hamalik, Oemar. (2002). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanafiah, Nanang dkk. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Haryanto (2010). Hubungan Antara Kemampuan Menyusun Paragraf Dan
Hassoubah, Z.I. (2004). Developing Creative & Critical Thinking Skills. Bandung: Nuansa.
Hastuti, (2004).Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SLTP pada
Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Realistik.
Skripsi UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Hernowo. (2005). Buka Pikiran dengan Mind Mapping (Artikel). Bandung: Pikiran Rakyat (Online).
Ismaimusa (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif. Desertasi SPs UPI. Bandung: Tidak Dipublikasikan
Jensen, E. (2008). Brain Based Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Johnson, E. B. (2011). CTL (Contextual Teaching and Learning) Menjadikan
Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.
Kosasih, E. (2012). Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Yrama Widya.
Kurniawati (2010). Pengaruh Metode Mind Mapping dan Keaktifan Belajar Siswa
terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 5 Surakarta. Skripsi. Tidak
Diterbitkan
Kusumah, Y.S. (2008). Desain dan Pengembangan Computer Based E-Learning
Untuk Meningkatkan High-Order Mathematical Thinking Siswa SMA.
Laporan Penelitian Hibah Bersaing Nasional 2008 (Tahap I). Jakarta: DP2M, Dikti Depdiknas.
Margono, S. (2003). Metode Penenlitian Pendidikan. Jakarta. Rieneka Cipta.
Meltzer, D.E. (2002). Addendum to: The Relationship Between Mathematics
Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible
“Hidden Variable” in Diagnostics Pretest Scores. [Online]. Tersedia:
http://www.physics.iastate.edu/per.docs/sddendum_on_normalized_gain. (12 Juni 2013).
Mudjijo. (1995). Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Mualimah, Nur. (2012). Minat Membaca Siswa melalui Penerapan Metode
Coorperative Integrated Reading Composition (CIRC) hubungannya dengan Hasil Belajar Siswa pada Keterampilan Menulis Cerita. Skripsi
Nurdiansah, N. (2011). Penerapan Metode Mind Mapping untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan kemampuan Memecahkan Masalah Pada Mata Pelajaran PKn. Tesis UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Nurgiyantoro, B. (2012). Penilaian Pembelajaran Bahasa berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Pujiati Suyata. (1996). Penelitian Pencapaian Hasil Belajar. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
Rahman. (2012). Model Mengajar dan Bahan Pembelajarannya. Bandung: Alqaprint.
Resmini, N. (2006). Membaca dan Menulis di SD (Teoti dan Pengajarannya). Bandung: UPI PRESS.
Resmini, N., Dadan Juanda. (2007). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS.
Rukiati, E.K., dkk. (2008). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa
& Sastra Indonesia. Bandung: Prosfect.
Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaan Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sari, T.I. (2012). Penggunaan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan
Keterampilan Menulis Laporan Siswa Kelas V SD. Skripsi UPI. Bandung:
Tidak Diterbitkan.
Silberman, Melvin S. (2011). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa Media.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rieneka Cipta.
Subana. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sulistiyaningsih (2011). Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Suyanto, Adi (2008). Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Suparo. (1988). Dimensi-Dimensi Mengajar. Bandung: Sinar Baru Angglesindo.
Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syafei, Imam. (1988). Retorika dalam Menulis. Jakarta. Depdikbud.
Syamsuddin, AR dan Damaianti, V.S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung SPs UPI dan PT Remaja Rosdakarya.
Tarigan, H. G. (2008). Menulis (Sebagai suatu keterampilan Berbahasa). Bandung: Angkasa.
Tarwin, Y.W. (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Melalui Pendekatan Open-Ended dalam Pembelajaran Matematika.
Skripsi. FPMIPA UPI
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung. UPI.
Walpole, E. Ronald. (1997). Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama.
Widiani, S. (2011). Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis Siswa Sekolah Dasar.
Tesis UPI. Tidak Diterbitkan.
Yamin, M. (2012). Desain Baru Pembelajaran Kontruktivistik. Jakarta: Referensi.
Zulkarnaini. (2011). Model Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) untuk