PENGGUNAAN TEKNIK ANALISIS TUGAS DALAM
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENJAHIT SARUNG
BANTAL PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
(Single Subject ResearchPada Siswa Kelas X SMALB di SLB Rama Sejahtera)
SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari SyaratuntukMemperolehGelar
SarjanaPendidikan
Program StudiPendidikanKhusus
DWI AGIES YULIANY 0901224
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGGUNAAN TEKNIK ANALISIS TUGAS DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENJAHIT SARUNG BANTAL PADA SISWA
TUNAGRAHITA RINGAN
(Single Subject Research PadaSiswaKelas X SMALB di SLB Rama Sejahtera)
Oleh
DwiAgiesYuliany
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© DwiAgiesYuliany2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
I
ABSTRAK
PENGGUNAAN TEKNIK ANALISIS TUGAS DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENJAHIT SARUNG BANTAL PADA SISWA
TUNAGRAHITA RINGAN
OLEH: DWI AGIES YULIANY (0901224)
Siswa tunagrahita ringan memiliki hambatan dalam intelektualnya sehingga mereka kesulitan dalam berpikir abstrak dan melakukan tugas-tugas yang kompleks. Maka dari itu pendidikan untuk siswa tunagrahita lebih mengarah kepada keterampilan vokasional. Keterampilan vokasional bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada peserta didik agar memiliki kemampuan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya setelah menyelesaikan pendidikan formal. Keterampilan vokasional untuk perempuan yang saat ini sudah ada di SLB Rama Sejahtera adalah keterampilan menjahit sarung bantal. Keterampilan menjahit sarung bantal ini tidak memerlukan banyak teknik dalam menjahit. Dalam mengajarkan keterampilan menjahit sarung bantal, guru mengajarkan urutan keterampilan tersebut secara langsung dari tahap awal sampai akhir dalam satu kali pertemuan. Teknik pembelajaran seperti itu kurang sesuai dengan karakteristik yang dimiliki siswa tunagrahita. Teknik pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tunagrahita adalah teknik analisis tugas. Dalam teknik analisis tugas suatu keterampilan dirinci menjadi sub keterampilan sehingga pembelajarannya menjadi lebih mudah. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh teknik analisis tugas terhadap keterampilan menjahit sarung bantal pada siswa tunagrahita ringan kelas X SMALB di SLB Rama Sejahtera ini. Metode penelitian yang digunakan adalah Single Subject Research (SSR) dengan Changing-Criterion Design. Desain ini merupakan pengembangan dari A-B-A. Dalam intervensi (B) terdapat tiga sub target behavior yang merupakan subketerampilan menjahit sarung bantal yang belum dikuasai subjek. Sub target behavior dalam penelitian ini adalah melipat sisi atas dan sisi bawah kain, menjahit sisi atas dan sisi bawah kain yang telah dilipat, melipat bagian bawah dan atas kain sesuai ukuran. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah berupa tes kinerja. Hasil penelitian menunjukkan pada fase baseline-1 (A-1) subjek memperoleh persentase sebesar 27,85% untuk kemampuan menjahit sarung bantal. Setelah melakukan intervensi pada ketiga subketerampilan mengalamai peningkatan menjadi 71,93%. Jadi subjek mengalami peningkatan sebesar 44,08%. Hal tersebut menunjukkan bahwa teknik analisis tugas berpengaruh terhadap keterampilan menjahit sarung bantal pada siswa tunagrahita ringan. Berdasarkan hasil penelitian ini sekiranya dapat menjadi bahan pertimbangan pendidik untuk mengajarkan pembelajaran lainnya pada siswa tunagrahita ringan dengan menggunakan teknik analisis tugas.
Kata Kunci: Teknik Analisis Tugas, Keterampilan Menjahit Sarung Bantal,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
B. Indentifikasi Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Pertanyaan Penelitian ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
G. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II KETERAMPILAN MENJAHIT SARUNG BANTAL BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ANALISIS TUGAS ... 8
A. Keterampilan Vokasional Bagi Siswa Tunagrahita Ringan ... 8
B. Keterampilan Menjahit Sarung Bantal Bagi Siswa Tunagrahita Ringan ... 13
C. Konsep Analisis Tugas ... 15
1. Konsep Dasar Teknik Analisis Tugas ... 15
2. Tujuan dan Manfaat Teknik Analisis Tugas ... 17
3. Jenis Teknik Analisis Tugas ... 19
Tunagrahita Ringan dengan Menggunakan Teknik Analisis
Tugas ... 20
E. Penelitian yang Relevan ... 22
F. Kerangka Berpikir... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 25
B. Metode Penelitian ... 25
C. Desain Penelitian ... 26
D. Definisi Operasional Variabel ... 28
1. Teknik Analisis Tugas Menjahit Sarung Bantal (Intervensi) ... 29
2. Keterampilan Menjahit Sarung Bantal (Target Behavior).. 31
E. Instrumen Penelitian ... 33
1. Membuat Kisi-Kisi Instrumen ... 33
2. Membuat Butir Instrumen ... 34
3. Membuat Kriteria Penilaian ... 34
4. Penyusunan Rencana Program Pembelajaran (RPP) ... 34
5. Uji Validitas Instrumen ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G. Analisis Data ... 35
1. Analisis dalam Kondisi ... 36
a. Panjang Kondisi ... 36
b. Kecenderungan Arah ... 36
c. Tingkat Stabilitas (Level Stability) ... 36
d. Tingkat Perubahan (Level Change) ... 36
e. Jejak Data (Path) ... 36
f. Rentang ... 37
2. Analisis Antar Kondisi ... 37
a. Jumlah Variabel yang Diubah ... 37
c. Perubahan Kecederungan Stabilitas dan Efeknya ... 37
d. Perubahan Level Data ... 37
e. Data yang Tumpang Tindih (Overlap) ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 40
A. Hasil Penelitian ... 40
1. Baseline-1 (A-1) ... 40
2. Intervensi (B) …... 43
3. Baseline-2 (A-2) ... 52
4. Hasil Analisis Data ... 56
a. Analisis dalam Kondisi... 56
b. Analisis Antar Kondisi... 69
B. Pembahasan ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Rekomendasi ... 78
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pencatatan Skor Perolehan FE pada Fase Baseline-1 (A-1) ... 40
Tabel 4.2 Data Persentase Baseline-1 (A-1) ... 42
Tabel 4.3 Pencatatan Skor Perolehan FE pada Fase Intervensi (Sub Target Behavior-1) ... 44
Tabel 4.4 Data Persentase Fase Intervensi (Sub Target Behavior-1) ... 44
Tabel 4.5 Pencatatan Skor Perolehan FE pada Fase Intervensi (Sub Target Behavior-2) ... 46
Tabel 4.6 Data Persentase Fase Intervensi (Sub Target Behavior-2) ... 47
Tabel 4.7 Pencatatan Skor Perolehan FE pada Fase Intervensi (Sub Target Behavior-3) ... 50
Tabel 4.8 Data Persentase Fase Intervensi (Sub Target Behavior-3) ... 50
Tabel 4.9 Pencatatan Skor Perolehan FE pada Fase Baseline-2 (A-2) ... 52
Tabel 4.10 Data Persentase Baseline-2 (A-2) ... 54
Tabel 4.11 Panjang Kondisi ... 57
Tabel 4.12 Kecenderungan Arah Kemampuan Menjahit Sarung Bantal FE... 59
Tabel 4.13 Jejak Data (Path) …... 67
Tabel 4.14 Level Stabilitas dan Rentang ... 67
Tabel 4.15 Perubahan Level (Level Change) ... 68
Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi ... 69
Tabel 4.17 Jumlah Variabel yang Diubah ... 70
Tabel 4.18 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya ... 71
Tabel 4.19 Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya ... 71
Tabel 4.20 Perubahan Level ... 71
Tabel 4.21 Persentase Overlap ... 73
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Changing-Criterion Design ... 26
Grafik 4.1 Kemampuan Menjahit Sarung Bantal FE pada Fase Baseline-1
(A-1) ... 42
Grafik 4.2 Kemampuan Melipat Sisi Atas dan Sisi Bawah Kain FE pada
Fase Intervensi (Sub Target Behavior-1) ... 45
Grafik 4.3 Kemampuan Menjahit Sisi Atas dan Sisi Bawah Kain yang
Telah Dilipat FE pada Fase Intervensi (Sub Target
Behavior-2). ... 48
Grafik 4.4 Kemampuan Melipat Bagian Bawah dan Atas Kain Sesuai
Ukuran FE pada Fase Intervensi (Sub Target Behavior-3) ... 51
Grafik 4.5 Kemampuan Menjahit Sarung Bantal FE pada Fase Baseline-2
(A-2) ... 55
Grafik 4.6 Perolehan Data Baseline-1 (A-1), Intervensi (Sub Target-1, 2,
dan 3), dan Baseline-2 (A-2) pada Kemampuan Menjahit
Sarung Bantal FE ... 56
Grafik 4.7 Kecenderungan Arah Kemampuan Menjahit Sarung Bantal FE.. 58
Grafik 4.8 Kecendererungan Stabilitas Baseline-1 (A-1) ... 60
Grafik 4.9 Kecendererungan Stabilitas Intervensi (Sub Target
Behavior-1).. ... 62
Grafik 4.10 Kecendererungan Stabilitas Intervensi (Sub Target
Behavior-2) ... 63
Grafik 4.11 Kecendererungan Stabilitas Intervensi (Sub Target
Behavior-3) ... 65
Grafik 4.13 Perubahan Kecenderungan Arah ... 70
Grafik 4.14 Persentase Overlap Antara Baseline-1 (A-1) dengan Baseline-2
(A-2) ... 72
Grafik 4.15 Mean Level ... 74
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Pengembangan Keterampilan Vokasional Pada Siswa
Tunagrahita ... 5
Bagan 2.1 Skema Kecakapan Hidup ... 10
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I ... 81
1.1 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Menjahit Sarung Bantal ... 82
1.2 Kisi-Kisi Instrumen Melipat Sisi Atas dan Sisi Bawah Kain ... 83
1.3 Kisi-Kisi Instrumen Menjahit Sisi Atas dan Sisi Bawah Kain yang Telah Dilipat... 84
1.4 Kisi-Kisi Instrumen Melipat Bagian Bawah dan Atas Kain Sesuai Ukuran... 85
1.5 Instrumen Keterampilan Menjahit Sarung Bantal ... 86
1.6 Instrumen Melipat Sisi Atas dan Sisi Bawah Kain ... 95
1.7 Instrumen Menjahit Sisi Atas dan Sisi Bawah Kain yang telah Dilipat... 97
1.8 Instrumen Melipat Bagian Bawah dan Atas Kain Sesuai Ukuran... 100
1.9 Expert Judgement ... 103
1.10 Hasil Uji Validitas ... 176
LAMPIRAN II ... 178
2.1 Rencana Program Pembelajaran Melipat Sisi Atas dan Sisi Bawah Kain ... 179
2.2 Rencana Program Pembelajaran Menjahit Sisi Atas dan Sisi Bawah Kain yang telah Dilipat... 184
2.3 Rencana Program Pembelajaran Melipat Bagian Bawah dan Atas Kain Sesuai Ukuran... 192
LAMPIRAN III ... 199
3.2 Hasil Intervensi (Sub Target Behavior-1) ... 240
3.3 Hasil Intervensi (Sub Target Behavior-2) ... 247
3.4 Hasil Intervensi (Sub Target Behavior-3) ... 263
3.5 Hasil Baseline-2 (A-2) ... 269
LAMPIRAN IV ... 315
4.1 Jadwal Bimbingan Skripsi ... 316
LAMPIRAN V ... 317
5.1 Surat-Surat Penelitian ... 318
LAMPIRAN VI …... 324
5.1 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 325
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hak yang harus diperoleh oleh setiap individu,
termasuk bagi siswa tunagrahita. Walaupun kecerdasan siswa tunagrahita
berada di bawah rata-rata mereka juga berhak mendapatkan pendidikan.
Menurut Amin (1995:20) “seseorang digolongkan tunagrahita bila intelektual
umum jelas-jelas di bawah rata-rata, memiliki kekurangan dalam adaptasi
tingkah laku, dan terjadi dalam masa perkembangan (sebelum usia 18 tahun)”.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka kebutuhan dan layanan pendidikan
siswa tunagrahita menjadi berbeda dengan anak pada umumnya.
Ketika siswa tunagrahita berada pada jenjang SMALB, kebutuhan
pendidikannya lebih mengarah kepada pendidikan keterampilan vokasional.
Pendidikan keterampilan vokasional merupakan sebuah usaha yang dilakukan,
untuk membimbing siswa agar dapat memiliki kesiapan dalam menghadapi
dunia kerja. Menurut Asmani (2009:56), “keterampilan vokasional/kecakapan
vokasional adalah kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu
yang terdapat di masyarakat”. Keterampilan vokasional ini sangat penting
diberikan kepada siswa tunagrahita karena berdasarkan pengamatan di
lapangan, banyak siswa tunagrahita yang setelah selesai menempuh pendidikan
formal tidak mengetahui harus berbuat apa di rumahnya atau ada juga yang
masih pergi ke sekolah walaupun usianya sudah memasuki masa dewasa. Maka
dari itu sejak berada pada jenjang SMALB siswa tunagrahita harus diberikan
suatu keterampilan agar mereka dapat hidup mandiri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Pembelajaran keterampilan vokasional untuk siswa tunagrahita ditentukan
oleh karakteristik dan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Menurut Ormrod
2
kesulitan dengan tugas-tugas yang kompleks di beberapa bidang”, termasuk
dalam bidang keterampilan vokasional. Walaupun siswa tunagrahita memiliki
kesulitan dalam melakukan tugas-tugas yang kompleks, tetapi mereka dapat
diarahkan untuk melakukan tugas-tugas yang lebih sederhana sesuai dengan
tingkat kemampuannya. Dalam hal pekerjaan, siswa tunagrahita ringan dapat
diarahkan untuk melakukan suatu pekerjaan sederhana dengan sedikit
pengawasan, seperti untuk siswa laki-laki dapat bekerja dalam bidang
pertanian, pertukangan, bengkel motor, dan lain-lain, sedangkan untuk siswa
perempuan dapat bekerja dalam bidang tata boga, tata rias, tata busana, dan
lain-lain.
Salah satu keterampilan vokasional untuk siswa perempuan yang telah ada
di SLB Rama Sejahtera saat ini adalah keterampilan menjahit sarung bantal.
Pembelajaran keterampilan menjahit sarung bantal dapat diberikan untuk siswa
tunagrahita ringan karena proses pembuatannya cukup mudah dan tidak
memerlukan banyak teknik menjahit. Keterampilan menjahit sarung bantal ini
menggunakan mesin jahit. Proses utama dari menjahit sarung bantal ini ada
empat tahap yaitu menyiapkan kain yang telah dipola, mengelim sisi atas dan
bawah kain, melipat bagian bawah dan atas kain, dan menjahit sisi kanan dan
kiri kain. Ketika telah selesai dijahit, sarung bantal ini dapat jual karena
memiliki nilai ekonomis yang cukup baik.
Dalam mengajarkan keterampilan menjahit sarung bantal, guru mengajarkan
urutan keterampilan tersebut secara langsung dari tahap awal sampai akhir
dalam satu kali pertemuan. Teknik pembelajaran tersebut tidak sesuai dengan
karakteristik dari siswa yang memiliki hambatan intelektual sehingga
kemampuan siswa dalam menjahit sarung bantal ini belum dapat dikuasai
secara optimal. Seperti pada kasus anak yang berinisial FE, ada beberapa
tahapan yang sudah dapat dilakukannya sendiri dan ada tahapan yang belum
dapat dilakukannya sendiri. Tahapan yang sudah dimiliki yaitu menunjukkan
sisi atas, bawah, kiri dan kanan kain; dan memotong benang menggunakan
3
Teknik pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran
keterampilan menjahit sarung bantal adalah teknik analisis tugas (task
analysis). “Teknik analisis tugas merupakan proses memilih tugas dan tujuan
ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana” (Djiwandono,
2009:244). Dalam analisis tugas ini, tugas-tugas yang harus dilakukan individu
dipecah menjadi rangkaian atau seri yang disesuaikan dengan kemampuan
siswa. Jika seorang siswa tunagrahita ringan mempunyai kesulitan dengan
tugas akhir, kemungkinan masalahnya terdapat pada sub keterampilan (sub
skill). Oleh karena itu, sebaiknya merinci suatu keterampilan tersebut menjadi
sub keterampilan yang lebih sederhana agar mencapai tujuan akhir yang
diharapkan.
Dalam proses analisis tugas, guru harus merinci “entring behavior” siswa. “Entering behavior adalah sub keterampilan yang sudah dimiliki siswa” (Soemanto, 2012:221). Sub keterampilan yang sudah dimiliki tersebut tidak
perlu diajarkan lagi sehingga hanya mengajarkan sub keterampilan yang belum
dimiliki. Dalam analisis tugas, setiap pengajaran sub keterampilan dilakukan
secara terpisah. Penggunaan teknik analisis tugas ini efektif diterapkan dalam
pembelajaran keterampilan menjahit sarung bantal pada siswa tunagrahita
ringan karena dapat memberikan pemahaman yang lebih mudah sebelum
mencapai tujuan akhir yang diharapkan.
Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Penggunaan Teknik Analisis Tugas dalam
Pembelajaran Keterampilan Menjahit Sarung Bantal Pada Siswa Tunagrahita Ringan”.
B.Identifikasi Masalah
Pendidikan untuk siswa tunagrahita sebaiknya lebih mengarah kepada
keterampilan vokasional. Pendidikan keterampilan vokasional berfungsi
sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja. Setelah siswa tunagrahita
4
bergantung kepada orangtua ataupun keluarga. Mereka harus hidup mandiri
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pengembangan keterampilan vokasional mencakup dalam tiga aspek yaitu
bakat dan minat yang dimiliki siswa, aspirasi orangtua, dan kondisi lingkungan
dimana siswa tinggal. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan
peneliti, diketahui bahwa diantara keterampilan yang dilaksanakan di sekolah,
FE lebih berminat pada keterampilan menjahit. Sebelumnya FE juga sudah
pernah belajar menjahit di sekolah lamanya. Maka dari itu, ia terlihat tidak
terlalu kaku lagi ketika menjalankan mesin jahit.
Selain itu dalam mengembangkan keterampilan vokasional, aspirasi
orangtua menjadi hal yang cukup penting. Orangtua FE sangat mendukungnya
untuk belajar menjahit di sekolah. Mereka berharap FE dapat menjahit suatu
barang yang memiliki nilai ekonomis sehingga kemampuan tersebut dapat
digunakan sebagai bekal untuk kehidupannya.
Aspek ketiga yang perlu diperhatikan juga adalah kondisi lingkungan
dimana siswa tinggal. Keterampilan yang diberikan disekolah harus sesuai
dengan keadaan lingkungan tempat tinggal siswa. Jangan sampai setelah lulus
dari sekolah, keterampilan yang telah diajarkan tidak terpakai oleh siswa.
Lingkungan tempat tinggal FE mayoritasnya memang bukan sebagai penjahit,
namun minat dan dukungan orangtua begitu besar untuk belajar menjahit.
Menurut FE, jika ia sudah dapat menjahit dengan baik, ia akan dibelikan mesin
jahit oleh orangtuanya. Hal tersebut lebih memacu semangatnya lagi untuk
belajar menjahit.
Sekolah menjadi tempat yang diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan FE dalam menjahit sarung bantal. Keterampilan menjahit sarung
bantal memang merupakan keterampilan yang cukup mudah karena tidak
menggunakan teknik jahitan yang rumit. Namun, saat ini pembelajaran
menjahit sarung bantal belum dapat dikuasai secara optimal karena guru
mengajarkan keterampilan secara langsung dari tahap awal sampai akhir dalam
5
siswa tunagrahita kesulitan dalam melakukan tugas-tugas yang kompleks. Oleh
karena itu pengajaran bagi siswa tunagrahita sebaiknya dimulai daru
tugas-tugas yang lebih sederhana. Teknik pembelajaran seperti itu dinamakan analisis
tugas (task analysis).
Bagan 1.1.
Pengembangan Keterampilan Vokasional Pada Siswa Tunagrahita
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, dapat
dikemukakan rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah penggunaan
teknik analisis tugas berpengaruh terhadap keterampilan menjahit sarung bantal
pada siswa tunagrahita ringan kelas X SMALB di SLB Rama Sejahtera?”
D.Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam menjahit sarung
bantal sebelum menggunakan teknik analisis tugas ?
2. Bagaimana kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam menjahit sarung
bantal setelah menggunakan teknik analisis tugas ?
3. Seberapa besar pengaruh penggunaan teknik analisis tugas terhadap
keterampilan menjahit sarung bantal pada siswa tunagrahita ringan?
E.Tujuan Penelitian 1. Bakat dan minat anak 2. Aspirasi orangtua
3. Lingkungan tempat
tinggal
6
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan teknik
analisis tugas terhadap keterampilan menjahit sarung bantal pada siswa
tunagrahita ringan kelas X SMALB di SLB Rama Sejahtera.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara langsung maupun tidak
langsung yaitu:
1. Manfaat Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih pemikiran dan
informasi mengenai penggunaan teknik analisis tugas sebagai teknik yang
dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan menjahit sarung bantal
pada siswa tunagrahita ringan di tingkat SMALB.
2. Manfaat Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini apabila berhasil, siswa tunagrahita akan memiliki
kepercayaan diri karena telah memiliki keterampilan menjahit sarung
bantal.
b. Hasil penelitian ini apabila berhasil dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi para pendidik dalam pembelajaran keterampilan
menjahit sarung bantal untuk siswa tunagrahita ringan.
3. Manfaat Bagi Peneliti
a. Membuka peluang untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pembelajaran keterampilan menjahit sarung bantal dengan menggunakan
teknik analisis tugas.
b. Mengembangkan kemampuan diri peneliti karena memperoleh
pengalaman baru dalam menyatukan pengetahuan teoritis dengan hasil
penelitian yang diperoleh dari lapangan.
c. Memberikan kesadaran untuk pertumbuhan diri peneliti di dalam
memahami persoalan siswa tunagrahita terutama dalam pembelajaran
keterampilan vokasional.
7
Struktur organisasi dalam penelitian ini terdapat lima bab. Bab pertama
merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, identifikasi
masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta struktur organisasi skripsi.
Bab kedua mencakup kajian pustaka mengenai keterampilan menjahit
sarung bantal bagi siswa tunagrahita ringan dengan menggunakan teknik
analisis tugas, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.
Bab ketiga merupakan metode penelitian yang mencakup lokasi dan subjek
penelitian, metode penelitian, desain penelitian, definisi operasional variabel,
instrument penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
Bab keempat mencakup hasil penelitian dan pembahasan. Bab yang terakhir
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang keterampilan SLB Rama Sejahtera.
Peneliti melakukan penelitian pada saat jam pelajaran keterampilan menjahit
sarung bantal.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang yaitu sebagai berikut:
Nama : FE
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 23 Maret 1995
Kelas : X SMALB Tunagrahita Ringan
Sekolah : SLB Rama Sejahtera
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kp. Pakemitan
B.Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2012:72), “metode penelitian eksperimen adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.
Dalam penelitian ini menggunakan rancangan Single Subject Research
(SSR) yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu
perlakuan (intervensi) yang diberikan pada individu secara berulang-ulang
dalam waktu tertentu Pengukuran menggunakan rancangan ini dilakukan
26
mengenai bagaimana pengaruh penggunaan teknik analisis tugas terhadap
keterampilan menjahit sarung bantal pada siswa tunagrahita ringan.
C.Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Changing-Criterion Design. Menurut Kazdin (1993:111) mengemukakan:
Changing-Criterion Design dimulai dengan fase baseline. Setelah baseline, kemudian dilanjutkan dengan intervensi dengan memberikan kinerja tertentu. Kemudian perilaku yang muncul diberi penguatan secara berulang kali secara bertahap sampai tujuan akhir tercapai. Kriteria yang ditetapkan sebagai tujuan berubah-ubah.
Desain ini merupakan salah satu pengembangan dari desain A-B-A. Desain
ini dimulai dengan sebuah baseline-1 (A-1) untuk mengetahui kemampuan
awal subjek. Kemudian memberikan treatment atau intervensi (B). Pada fase
intervensi ini, peneliti menetapkan beberapa kriteria atau sub target behavior
sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Kemudian pengukuran kembali pada
kondisi baseline-2 (A-2) diberikan untuk memberi keyakinan dalam menarik
kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel bebas dengan variabel
terikat lebih kuat.
Changing-Criterion Design ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Grafik 3.1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627282930
27
A-1 = Baseline. Baseline (A) adalah kondisi awal kemampuan subjek
sebelum diintervensi. Langkah-langkah pengambilan data pada baseline
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Peneliti mengkondisikan subjek dalam situasi belajar.
2. Subjek melakukan keterampilan menjahit sarung bantal secara mandiri
tanpa bantuan.
3. Peneliti mengukur dan mengumpulkan data mengenai kemampuan
subjek dalam menjahit sarung bantal dengan menggunakan alat ukur
yang telah dibuat (instrument penelitian) sampai kecenderungan arah dan
level data menjadi stabil.
B = Intervensi. Intervensi adalah kondisi subjek selama diberi intervensi
secara berulang-ulang. Intervensi yang diberikan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis tugas. Sebagai bentuk terjemahan dari analisis tugas, maka
target behavior dalam penelitian ini dirinci ke dalam sub target behavior.
Sub target behavior ini ditentukan dari sub keterampilan menjahit sarung
bantal yang belum dikuasai subjek. Sub target behavior ditentukan sesuai
urutan dari keterampilan menjahit sarung bantal.
Berdasarkan studi pendahuluan, terdapat tiga sub keterampilan yang
belum dikuasai subjek sepenuhnya. Sub keterampilan ini yang akan menjadi
sub target behavior, antara lain; melipat sisi atas dan sisi bawah kain,
menjahit sisi atas dan sisi bawah kain yang telah dilipat, dan melipat bagian
bawah dan atas kain sesuai ukuran. Langkah-langkah dalam melakukan
intervensi ini adalah sebagi berikut:
1. Peneliti mengkondisikan subjek dalam situasi belajar.
2. Peneliti mengajarkan sub target behavior pertama (B-1) yaitu cara
melipat sisi atas dan sisi bawah kain secara berulang-ulang.
3. Peneliti mengukur dan mengumpulkan data mengenai kemampuan
subjek dalam melipat sisi atas dan sisi bawah kain dengan menggunakan
28
4. Setelah kecenderungan arah dan level data pada sub target behavior
pertama stabil, peneliti mengajarkan sub target behavior kedua (B-2)
yaitu cara menjahit sisi atas dan sisi bawah kain yang telah dilipat secara
berulang-ulang.
5. Peneliti mengukur dan mengumpulkan data mengenai kemampuan
subjek dalam menjahit sisi atas dan sisi bawah kain yang telah dilipat
dengan menggunakan alat ukur yang telah dibuat (instrument penelitian).
6. Kemudian, setelah kecenderungan arah dan level data pada sub target
behavior kedua juga telah stabil, peneliti mengajarkan sub target
behavior yang ketiga (B-3) yaitu cara melipat bagian bawah dan atas kain
sesuai ukuran secara berulang-ulang.
7. Peneliti kembali mengukur dan mengumpulkan data mengenai
kemampuan subjek dalam melipat bagian bawah dan atas kain sesuai
ukuran dengan menggunakan alat ukur yang telah dibuat (instrument
penelitian) sampai kecederungan arah dan level data stabil.
A-2 = Baseline-2. Baseline-2 merupakan pengulangan dari baseline-1.
Subjek melakukan keterampilan menjahit sarung bantal secara keseluruhan
seperti pada fase baseline-1. Pengaruh teknik analisis tugas terhadap
keterampilan menjahit sarung bantal akan terlihat dari perubahan antara
baseline-1 dengan baseline-2. Langkah-langkah pengambilan data pada
baseline-2 dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Peneliti mengkondisikan subjek dalam situasi belajar.
2. Subjek melakukan keterampilan menjahit sarung bantal secara mandiri
tanpa bantuan.
3. Peneliti mengukur dan mengumpulkan data mengenai kemampuan
subjek dalam menjahit sarung bantal dengan menggunakan alat ukur
instrument penelitian) yang sama dengan fase baseline-1 sampai
kecenderungan arah dan level data stabil.
29
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dikenal dengan nama intervensi atau perlakuan
sedangkan variabel terikat dikenal dengan target behavior. “Variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono, 2012:39). Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah teknik analisis tugas. Sedangkan “variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2012:39). Dalam penelitian ini variabel
terikatnya adalah pembelajaran keterampilan menjahit sarung bantal.
1. Teknik Analisis Tugas Menjahit Sarung Bantal (Intervensi)
Salah satu karakteristik dari siswa tunagrahita ringan adalah kesulitan
dalam melakukan tugas-tugas yang kompleks. Oleh karena itu pembelajaran
bagi siswa tunagrahita ringan sebaiknya lebih sederhana sebelum menuju
yang kompleks. Pembelajaran tersebut dinamakan teknik analisis tugas (task
analysis). Menurut Djiwandono (2009:244) “analisis tugas adalah proses
memilih tugas dan tujuan ke dalam komponen-komponen yang lebih
sederhana”. Dalam analisis tugas ini, suatu komponen yang kompleks
dirinci menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana disesuaikan
dengan kemampuan peserta didik. Langkah-langkah dalam analisis tugas
adalah sebagai berikut:
a. Merincikan objek
Objek dapat dipilih dari pelajaran yang selama ini sedang dipelajari
oleh anak. Suatu objek tersebut dirincikan menjadi rangkaian yang lebih
sederhana bila perlu sangat detail. Perincian objek tersebut disesuaikan
dengan kemampuan anak. Dalam penelitian ini objek yang dirincikan
berdasarkan analisis tugas adalah keterampilan menjahit sarung bantal.
Analisis tugas untuk keterampilan menjahit sarung bantal adalah sebagai
berikut:
1) Menyiapkan kain yang telah dipola.
30
(1)Menunjukkan sisi atas kain.
(2)Menunjukkan sisi bawah kain.
(3)Menunjukkan sisi kanan kain.
(4)Menunjukkan sisi kiri kain.
2) Mengelim sisi atas dan sisi bawah.
a) Melipat sisi atas dan bawah kain.
(1)Melipat sisi atas dan sisi bawah kain sebanyak 2 lipatan dengan
lebar sekitar 1 – 1,5 cm setiap lipatannya.
(2)Menusukkan jarum pentul pada sisi atas dan bawah kain yang
telah dilipat agar memudahkan untuk menjahit.
b) Menjahit sisi atas dan sisi bawah kain yang telah dilipat.
(1)Memasukkan ujung sisi atas dan sisi bawah kain ke dalam
sepatu mesin.
(2)Menurunkan sepatu mesin.
(3)Menginjak dinamo bersamaan dengan menarik ujung atas kain
secara lurus sampai ujung bawah kain.
(4)Melepaskan jarum pentul ketika sudah hampir dekat dengan
bagian kain yang akan dijahit.
(5)Mengangkat sepatu mesin.
(6)Menarik ujung bawah kain dari sepatu mesin.
(7)Memotong benang dengan menggunakan gunting.
3) Melipat kain.
a) Melipat bagian bawah dan atas kain sesuai ukuran.
(1)Melipat bagian bawah kain dengan lebar 22 cm.
(2)Menyamakan ujung sisi kanan dan kiri kain.
(3)Melipat bagian atas kain dengan lebar 47 cm.
(4)Menempelkan bagian atas kain dengan bagian bagian bawah
kain dengan benar.
(5)Menusukkan jarum pentul pada sisi kanan dan kiri kain.
31
a) Menjahit sisi kanan dan sisi kiri kain.
(1)Memasukkan ujung sisi kanan dan sisi kiri kain ke dalam sepatu
mesin.
(2)Menurunkan sepatu mesin.
(3)Menginjak dinamo bersamaan dengan menarik ujung atas kain
secara lurus sampai ujung bawah kain.
(4)Melepaskan jarum pentul ketika sudah hampir dekat dengan
bagian kain yang akan dijahit.
(5)Mengangkat sepatu mesin.
(6)Menarik ujung bawah kain dari sepatu mesin.
(7)Memotong benang dengan menggunakan gunting.
b. Merincikan kemampuan yang sudah dimiliki (entering behavior)
Tahap kedua dalam analisis tugas adalah merinci kemampuan yang
sudah dimiliki (entering bahavior). Pada tahap ini subjek diminta untuk
menjahit sarung bantal sesuai dengan urutan yang telah diuraikan
berdasarkan analisis tugas secara mandiri. Kemudian, peneliti merinci
sub keterampilan mana saja yang sudah dimiliki.
c. Mengurutkan subketerampilan yang belum dikuasai.
Tahap ketiga adalah mengurutkan subketerampilan yang belum
dikuasai. Setelah peneliti mengetahui entering behavior subjek, maka
dapat diketahui sub keterampilan mana saja yang belum dikuasai.
Subketerampilan yang belum dikuasai tersebut kemudian diurutkan
sesuai tahapan menjahit sarung bantal berdasarkan analisis tugas. Sub
keterampilan yang belum dikuasai subjek ini akan menjadi sub target
behavior dalam penelitian ini.
2. Keterampilan Menjahit Sarung Bantal (Target Behavior)
Keterampilan merupakan kecakapan dalam menyelesaikan tugas. “Seseorang yang dikatakan terampil jika dapat menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan benar” (Soemarjadi, dkk, 1991:2). Seseorang yang dapat
32
Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar
tetapi lambat, juga tidak dikatakan terampil. Seseorang yang dikatakan
terampil dalam suatu bidang tidak ragu-ragu melakukan pekerjaan tersebut,
dan sesuatu yang dihasilkannya itu benar dan cepat.
Salah satu keterampilan yang dapat diberikan kepada siswa tunagrahita
ringan adalah keterampilan menjahit sarung bantal. Sebagai bentuk
terjemahan dari analisis tugas maka, target behavior dalam penelitian ini
dirinci menjadi beberapa sub target behavior. Sub target behavior
merupakan kemampuan yang belum dikuasai oleh subjek. Berdasarkan studi
pendahuluan yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, maka ditentukan
tiga sub target behavior. Sub target behavior dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
a. Melipat sisi atas dan bawah kain.
Melipat sisi atas dan bawah kain ini adalah sub keterampilan dari
mengelim. Sub keterampilan ini terdapat dua langkah, yaitu:
1) Melipat sisi atas dan sisi bawah kain sebanyak dua lipatan dengan
lebar 1 -1,5 cm setiap lipatannya.
2) Menusukkan jarum pentul pada sisi atas dan bawah kain yang telah
dilipat agar memudahkan untuk menjahit.
b. Menjahit sisi atas dan sisi bawah kain yang telah dilipat.
Menjahit sisi atas dan sisi bawah kain yang telah dilipat juga
merupakan bagian sub keterampilan dari mengelim. Sub keterampilan ini
terdapat tujuh langkah, yaitu:
1) Memasukkan ujung sisi atas dan sisi bawah kain ke dalam sepatu
mesin.
2) Menurunkan sepatu mesin.
3) Menginjak dinamo bersamaan dengan menarik ujung atas kain secara
lurus sampai ujung bawah kain.
4) Melepaskan jarum pentul ketika sudah hampir dekat dengan bagian
33
5) Mengangkat sepatu mesin.
6) Menarik ujung bawah kain dari sepatu mesin.
7) Memotong benang dengan menggunakan gunting.
c. Melipat bagian bawah dan atas kain sesuai ukuran.
Melipat bagian bawah dan atas kain sesuai ukuran ini adalah bagian
sub keterampilan dari melipat kain. Sub keterampilan ini terdapat lima
langkah, yaitu:
1) Melipat bagian bawah kain dengan lebar 22 cm.
2) Menyamakan ujung sisi kanan dan kiri kain.
3) Melipat bagian atas kain dengan lebar 47 cm.
4) Menempelkan bagian atas kain dengan bagian bagian bawah kain
dengan benar.
5) Menusukkan jarum pentul pada sisi kanan dan kiri kain.
E.Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada
alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian dinamakan instrument
penelitian. Menurut Sukmadinata (2010:230), “instrument penelitian adalah
berupa tes yang bersifat mengukur, karena berisi pertanyaan atau pernyataan
yang alternasif jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-salah
maupun skala jawaban”. Instrument yang berisi jawaban skala, berupa
pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif
ataupun skala garis.
Pada penelitian ini, instrument yang digunakan yaitu keterampilan menjahit
sarung bantal yang dikembangkan berdasarkan analisis tugas. Keterampilan
menjahit sarung bantal dibagi-bagi menjadi subketerampilan yang lebih
34
Instrumen dalam penelitian ini berbentuk tes kinerja berupa rincian sub
keterampilan dari keterampilan menjahit sarung bantal. Langkah-langkah
dalam penyusunan instrument untuk mempermudah penelitian dalam mencapai
tujuan adalah sebagai berikut:
1. Membuat Kisi-Kisi Instrumen
Pembelajaran di SLB terutama untuk anak tunagrahita tidak harus sesuai
dengan kurikulum yang ada. Tetapi kurikulum yang ada dianalisis ulang
oleh guru agar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut sesuai
dengan kebutuhan siswa. Maka dari itu, pada penelitian ini peneliti tidak
mengembangkan kisi-kisi berdasarkan dari kurikulum keterampilan
vokasional, namun lebih mengacu kepada ketebutuhan dan potensi yang
dimiliki siswa.
Penelitian ini terdapat empat buah kisi-kisi instrument. Sebenarnya hanya
ada satu kisi-kisi utama yang dibuat yaitu keterampilan menjahit sarung
bantal. Namun karena penelitian ini menggunakan teknik analisis tugas
dalam memberikan pembelajaran keterampilan menjahit sarung bantal,
maka sub keterampilan yang akan menjadi sub target behavior akan dibuat
kisi-kisi kembali secara terpisah. Kisi-kisi yang akan dibuat yaitu melipat
sisi atas dan sisi bawah kain, menjahit sisi atas dan sisi bawah kain yang
telah dilipat, dan melipat bagian bawah dan atas kain sesuai ukuran.
(terlampir)
2. Membuat Butir Instrumen
Secara keseluruhan, keterampilan menjahit sarung bantal ini terdapat 25
butir instrument. Sub target behavior dalam melipat sisi atas dan sisi bawah
kain terdapat dua butir instrument, dalam menjahit sisi atas dan sisi bawah
kain yang telah dilipat terdapat tujuh butir instrument, dan dalam melipat
bagian bawah dan atas kain sesuai ukuran terdapat lima butir instrument.
(terlampir)
35
Penilaian digunakan untuk mendapatkan skor pada fase baseline-1,
intervensi dan baseline-2. Kritereia penilaian pada setiap butir soal
berbeda-beda disesuaikan dengan tingkat kesulitan soal karena untuk memperoleh
data yang benar-benar dapat mengukur kemampuan subjek. Untuk
menghitung hasil akhir dapat menggunakan rumus:
Nilai = � � ℎ � � ℎ� � �
� � � 100%
4. Menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP)
Rencana program pembelajaran merupakan rencana yang mengumpulan
prosedur pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran.
5. Uji Validitas Instrumen
Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara
alat yang diukur dengan apa yang akan diukur. Validitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah validitas isi dengan penilaian para ahli
(judgement). Kevalidan dilakukan kepada tiga orang yang ahli.
Masing-masing terdiri dari dua orang dosen Pendidikan Khusus Universitas
Pendidikan Indonesia, dan satu orang guru keterampilan di SLB Rama
Sejahtera.
Setiap penguji, menilai apakah setiap butir instrument yang telah dibuat
oleh peneliti sesuai dengan apa yang akan diukur atau tidak. Penilaian akan
ditentukan oleh dua kriteria yaitu cocok dan tidak cocok. Hasil uji validitas
instrument dapat diperoleh apabila dua orang dari tiga orang para ahli
menyatakan cocok, maka intrumen tersebut dapat digunakan.
36
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
kinerja. Tes dilakukan pada fase baseline sebelum mendapatkan perlakuan.
Pada fase treatment subjek melakukan keterampilan dengan teknik analisis
tugas selanjutnya diberikan tes kinerja kembali untuk mengukur tingkat
kemampuan subjek dalam menjahit sarung bantal.
G. Analisis Data
Tujuan utama analisis data dalam penelitian adalah untuk mengetahui efek
atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran yang ingin diubah (Sunanto,
2006:65). Komponen dalam analisis tugas yaitu:
1. Analisis dalam Kondisi
a. Panjang Kondisi
Panjang kondisi dalah banyaknya data dalam kondisi. Banyaknya data
dalam suatu kondisi menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan
pada kondisi tersebut. Panjang kondisi atau banyaknya data dalam
kondisi baseline tidak ada ketentuan yang pasti. Namun demikian, data
dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data stabilitas dan arah yang
jelas.
b. Kecenderungan Arah
Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi
semua data dalam satu kondisi. Kecenderungan arah grafik (trend)
menunjukkan perubahan setiap jejak data dari sesi ke sesi (waktu ke
waktu). Ada tiga macam kecenderungan arah grafik yaitu (1) meningkat,
(2) mendatar, dan (3) menurun. Dalam penelitian ini menggunakan
metode belah tengah (split-middle).
37
Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat
stabilitas data ini dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data
yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.
d. Tingkat perubahan (level change)
Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan data antara dua
data. Tingkat perubahan merupakan selisih antara data pertama dengan
data terakhir.
e. Jejak Data (data path)
Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam satu
kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga
kemungkinan, yaitu menaik, menurun, dan mendatar. Jika sederetan data
dalam suatu kondisi kita telusuri jejak datanya dari yang pertama hingga
terakhir secara umum rentetan data tersebut dapat disimpulkan menaik,
mendatar, atau menurun.
f. Rentang
Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak
antara data pertama dan data terakhir. Rentang ini memberikan informasi
sebagaimana yang diberikan pada analisis tentang tingkat perubahan
(level change).
2. Analisis Antarkondisi
a. Variabel yang Diubah
Dalam analisis data antarkondisi sebaiknya variabel terikat atau
perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis
ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran.
b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya
Perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan
intervensi menunjukkan makna perubahan perilaku sasaran (target
behavior) yang disebabkan oleh intervensi. Secara garis besar perubahan
38
mandatar ke menurun, (b) mendatar ke menaik, (c) mendatar ke
menurun, (d) menaik ke menaik, (e) menaik ke mandatar, (f) menaik ke
menurun, (g) menurun ke menaik, (h) menurun ke mandatar, (i) menurun
ke menurun. Adapaun makna efeknya sangat tergantung pada tujuan
intervensinya.
c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya
Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari
sederetan data. Data dikatakan stabil apa bila data tersebut menunjukkan
arah (mendatar, menaik, atau menurun) secara konsisten.
d. Perubahan Level Data
Perubahan level data menunjukkan seberapa besar data berubah.
Tingkat perubahan data antarkondisi ditunjukkan dengan selisih antara
data terakhir pada kondisi pertama dengan data pertama pada kondisi
berikutnya. Nilai selisih mengambarkan seberapa besar terjadi perubahan
perilaku akibat pengaruh intervensi.
e. Data yang Tumpang Tindih (overlap)
Data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinya data
yang sama pada kedua kondisi tersebut. Data yang tumpang tindih
menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi dan semakin
banyak data yang tumpang tindih semakin menguatkan dugaan tidak
adanya perubahan pada kedua kondisi. Hal ini memberikan isyarat bahwa
pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku tidak dapat diyakinkan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut
adalah:
1) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1.
2) Menskor hasil penilaian kondisi treatment/ intervensi pada sub target
behavior pertama.
3) Menskor hasil penilaian kondisi treatment/ intervensi pada sub target
39
4) Menskor hasil penilaian kondisi treatment/ intervensi pada sub target
behavior ketiga.
5) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2.
6) Membuat analisis dalam bentuk grafik garis dari data yang telah
diperoleh.
77
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis keseluruhan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kemampuan subjek dalam menjahit sarung bantal sebelum
menggunakan teknik analisis tugas masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat
pada fase baseline-1 (A-1) subjek masih kesulitan dalam menjahit sarung
bantal. Setelah melakukan intervensi dan melakukan pengukuran pada fase
baseline-2 (A-2) dengan menggunakan teknik analisis tugas, kemampuan
subjek dalam menjahit sarung bantal mengalami peningkatan. Jadi teknik
analisis tugas ini terbukti berpengaruh terhadap keterampilan menjahit sarung
bantal pada siswa tunagrahita ringan. Pengaruh teknik analisis tugas dalam
keterampilan menjahit sarung bantal tersebut dapat dilihat dari perubahan level
data antar kondisi pada fase baseline-1 (A-1) dengan fase baseline-2 (A-2).
B.Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, diajukan rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Analisis tugas dapat menjadi bahan pertimbangan sebagai teknik
pembelajaran untuk keterampilan menjahit sarung bantal pada siswa
tunagrahita ringan. Tidak hanya untuk keterampilan menjahit sarung bantal,
guru juga dapat menggunakan teknik analisis tugas pada keterampilan
vokasional lainnya. Selain itu, guru juga perlu memberikan kesempatan dan
kepercayaan kepada siswa tunagrahita ringan bahwa mereka mampu
melakukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.
2. Bagi Sekolah
Pihak sekolah sebaiknya melakukan kerjasama yang lebih intensif
dengan orangtua, guru, ataupun orang yang ahli dalam suatu keterampilan
78
kemampuan siswa. Misalnya dilakukan pertemuan secara berkala minimal
dalam waktu satu bulan satu kali pertemuan. Dalam pertemuan tersebut
membahas mengenai tindak lanjut dari keterampilan vokasional yang telah
diajarkan pada siswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, teknik analisis tugas ini tidak hanya dapat
digunakan untuk pembelajaran keterampilan vokasional saja, tetapi dapat
juga digunakan pada setiap pembelajaran untuk siswa tunagrahita karena
pada dasarnya pembelajaran untuk siswa tunagrahita dimulai dari yang
79
DAFTAR PUSTAKA
Adiens. (2011). Model-Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://adiens-
production-kuningan.blogspot.com/2011/12/model-model-pembelajaran.html. [04 Maret 2013]
Amin, M. (1995). Ortopedagogik Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud
Asmani, J.M. (2009). Sekolah Life Skill, Lulus Siap Kerja!. Jogjakarta: Diva Press.
Astati. (1996). Pendidikan dan Pembinaan Karier Penyandang Tunagrahita Dewasa. Jakarta: Dedikbud.
Djiwandono, S.E. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia.
Hasanah, U. (2011). Membuat Busana Anak. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Kazdin, A.E. (1993). Behavior Modification in Applied Settings. California: Brooks/Cole Publishing Company.
Mubin, A.N. (2011). Analisis Tentang Teori Behavioristik. [Online]. Tersedia:
http://uyunkachmed.blogspot.com/2011/10/analisis-tentang-teori-behavioristik.html [04 Maret 2013]
Ormrod, J.E. (2008). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang JIlid 2. Jakarta: Erlangga.
Popovich, D. (1981). A Manual For Teacher and Aides. London: PT. Paulh Brooks Publishing Co.
Soemanto, W. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Soemantri, T.S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama
Soemarjadi, dkk. (1991). Psikologi Keterampilan. Jakarta: Depdikbud.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
80
Sunanto, J.dkk. (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press. Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Disertasi. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional UPI