• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN CONGGEANG DAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN CONGGEANG DAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN...………... i

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR………... iii

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah...………... 1

B.Rumusan Masalah ………..………... 10

C.Tujuan Penelitian………..………... 11

D.Manfaat Penelitian……….………... 11

E. Kerangka Berfikir Penelitian……….. 12

F. Metode Penelitian……….……... 15

G.Lokasi dan Subjek Penelitian……….…… 20

BAB II KAJIAN TEORITIK A.Guru Sebagai Pendidik……….……... 22

1. Guru Profesional... 22

2. Kedudukan Guru... 26

3. Guru Sekolah Dasar... 29

B.Pendidikan Jasmani……….………... 31

1. Konsep Pendidikan Jasmani………..………... 31

2. Pembelajaran Pendidikan Jasmani... 34

3. Peran dan Fungsi Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar... 38

4. Peran Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar... 40

5. Kinerja... 43

a. Pengertian kinerja... 43

b. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja... 55

c. Penilaian Kinerja... 57

C.Kinerja Guru Pendidikan Jasmani………... 59

(2)

Dadang Budi Hermawan, 2012

BAB III METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian... 67

B.Penentuan Subjek Penelitian…... 71

C.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data... 77

D.Uji Keabsahan Data... 92

E. Triangulasi... 94

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Temuan Penelitian... 96

1. Kondisi Geografis Kecamatan Conggeang... 96

2. Kondisi Geografis Kecamatan Sumedang Utara... 99

3. Kondisi Umum Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar negeri di Kecamatan Conggeang dan Kecamatan Sumedang Utara... 101

4. Gambaran Kinerja Guru Pendidikan Jasmani di Kecamatn Conggeang dan Kecamatn Sumedang Utara... 102

B.Pembahasan Hasil Penelitian……… 106

1. Analisis Makro Kinerja Guru Pendidikan Jasmani di Kecamatan Conggeang... 106

2. Analisis Mikro Kinerja Guru Pendidikan Jasmani di Kecamatan Conggeang... 109

3. Analisis Makro Kinerja Guru Pendidikan Jasmani di Kecamatan Sumedang Utara... 116

4. Analisis Mikro Kinerja Guru Pendidikan Jasmani di Kecamatan Sumedang Utara... 119

C.Proposisi tentang kinerja guru-guru pendidikan jasmani di Kecamatan Conggeang dan Kecamatan Sumedang Utara... 125

D.Diskusi Temuan... 128

1. Dari segi pedagogis... 128

2. Dari segi sosiologis... 131

3. Dari segi psikologis... 133

4. Dari segi philosopis... 138

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan... 141

2. Rekomendasi ... 143

DAFTAR PUSTAKA………... 145

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Kualifikasi Pendidikan Guru Penjas SD Negeri di Kecamatan

Conggeang Kabupaten Sumedang………... 8

1.2. Kualifikasi Pendidikan Guru Penjas SD Negeri di Kecamatan

Sumedang Utara Kabupaten Sumedang….………... 8

1.3. Prestasi OOSN siswa SD Kecamatan Conggeang Kabupaten

Sumedang………. 9

1.4. Prestasi OOSN siswa SD Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten

Sumedang………. 9

1.5. Karakteristik Sumber Data Primer……… 20 2.1.Standar kompetensi guru mata pelajaran di SD/MI, SMP/MTS,

SMA/SMK………. 45

2.2.Beberapa faktor untuk mengetahiu tingkat kinerja (pegawai yang

tidak efektif………. 51

2.3.Sumber utama kinerja yang tidak efektif………. 52 2.4.Indikator linerja yang merujuk kapada kompetensi guru………. 53 3.1Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Conggeang…….. 74 3.2Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Conggeang

(lanjutan)……….. 75

(4)

Dadang Budi Hermawan, 2012

Utara……….. 75

3.4Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Sumedang

Utara (lanjutan)….……….. 76

3.5 Daftar guru-guru penjas yang menjadi subjek penelitian………. 76

3.6 Contoh tabel sarana prasarana olahraga………. 84

3.7 Contoh tabel hasil wawancara……… 85

3.8 Contoh tabel data monografis……… 85

3.9 Contoh tabel data demografis………. 85

4.1.Pekerjaan penduduk Kecamatn Conggeang……… 98

4.2.Status pendidikan penduduk Kecamatan Conggeang………. 98

4.3.Penduduk menurut agama……… 99

4.4.Pekerjaan penduduk Kecamatan Sumedang Utara……… 100

4.5.Status pendidikan penduduk Kecamatan Sumedang Utara………. 101

4.6.Sarana pendidikan jasmani secara umum SDN Conggeang dan Kecamatan Sumedang Utara………..… 102

4.7.Prasarana pendidikan jasmani secara umum SDN Conggeang dan Kecamatan Sumedang Utara……….. 102

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Kerangka Berfikir Penelitian……… 14

2.1. Ilustrasi Pembelajaran Penjas……… 35

2.2. Rumus kinerja………... 55

2.3. Proses kinerja………. 58

2.4. Manajemen pengawasan……… 59

3.1. Langkah-langkah penelitian……… 70

3.2. Komponen Dalam Analisis Data……… 90

3.3. Triangulasi “teknik”……… 95

4.1. Kelompok kerja guru (KKG) Gugus 1 Conggeang………. 109

4.2. Lapangan SDN Cibapa Kecamatan Conggeang……….. 112 4.3. Media pembelajaran penjas SDN Conggeang II Kecamatan Conggeang……. 112

4.4. Lapangan SDN Conggeang IV………...………. 113

(6)

Dadang Budi Hermawan, 2012

4.6. Proses belajar mengajar penjas di SDN Bendungan II Kecamatan

Sumedang Utara……….……. 119

4.7.Lapangan SDN Penyingkiran I dan II Kecamatan Sumedang Utara………. 121 4.8Media pembelajaran penjas SDN Penyingkiran I Kecamatan Sumedang

Utara……… 122

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian………... 148

2. Reduksi Data Wawancara……….. 156

3. Matrik Triangulasi Sumber Data………... 202

4. Dokumen Foto-Foto………. 215

5. Data Geografis Kecamatan Sumedang Utara ..………. 229

6. Data Geografis Kecamatan Conggeang ………... 235

7. Surat Keputusan Pembimbing Penulisan Tesis……… 241

8. Surat Permohonan Izin Penelitian……….. 243

(8)
(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Guru pendidikan jasmani memiliki peran penting, berposisi strategis, dan bertanggungjawab dalam pendidikan nasional. Guru pendidikan jasmani memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar, dan pembina. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Sedangkan mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan, dan teknologi. Membina berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan fisikal kepada siswa. Semua komponen tersebut menuntut kinerja guru yang tinggi. Sementara itu ada indikasi kinerja rendah para guru seperti yang dijelaskan oleh Mulyasa (2007: 9) disebabkan oleh:

(a) rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, (b) kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, (c) rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas (Clasroom action research), (d) rendahnya motivasi berprestasi, (e) kurang disiplin, (f) rendahnya komitmen profesi, (g) serta rendahnya kemampuan manajemen waktu.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sagala (2007: 38) menyebutkan bahwa kinerja guru selama ini terkesan tidak optimal disebabkan oleh:

. . . guru melaksanakan tugasnya hanya sebagai kegiatan rutin, ruang aktivitas. Inovasi bagi guru relatif tertutup dan kreativitas bukan merupakan bagian dari prestasi. Jika guru mengembangkan kreativitasnya, guru tersebut cenderung dinilai membuang-buang waktu dan boros. Hasil penataran guru pada berbagai bidang studi belum menunjukan daya kerja berbeda dibanding kinerja para guru yang tidak ikut penataran. Tidak ada kontrol terhadap hasil penataran meski penataran itu menghabiskan biaya cukup besar.

(10)

Dadang Budi Hermawan, 2012

Analisis situasi secara umum kinerja guru pendidikan jasmani di Kecamatan Conggeang dan Kecamatan Sumedang Utara berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

Pengamatan penulis terhadap kegiatan pembelajaran di kelas dapat dikemukakan beberapa kelemahan antara lain yaitu ada beberapa guru pendidikan jasmani jarang menggunakan RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. RPP adalah skenario pembelajaran yang dibuat oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. Bahkan dirinci pula berapa menit kegiatan awal untuk melaksanakan kegiatan rutin, apersepsi dan penjajagan untuk mengenal bekal awal siswa. Waktu yang digunakan untuk kegiatan inti, dan rincian waktu untuk kegiatan akhir.

Beberapa guru penjas merasa pergantian kurikulum yang sering terjadi selama ini membuat pelaksanaan pembelajaran tidak mencapai hasil yang diharapkan dan terkesan dipaksakan, seperti digulirkanya KBK yang belum terlaksana dengan baik sudah diganti lagi dengan KTSP, walaupun tujuan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Guru penjas merasa pemerintah harus memperhatikan situasi, kondisi sarana dan prasarana antara sekolah di perkotaan dan sekolah yang ada di pedesaan walaupun dengan memodifikasi alat pembelajaran tetap merasa belum mencapai hasil yang baik.

(11)

melatih suatu cabang olahraga. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak optimalnya fungsi pengajaran pendidikan jasmani sebagai medium pendidikan dalam rangka pengembangan pribadi anak seutuhnya.

Masih adanya beberapa kepala sekolah yang kurang memperhatikan dan kurang mendukung terhadap kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran penjas, seperti pengadaan bola, net dan yang lainnya. Padahal kondisi bola sudah tidak layak pakai, net yang sudah tidak memadai. Kepala sekolah terkadang mengedapankan keperluan peralatan yang dibutuhkan oleh mata pelajaran yang di Ujian Nasionalkan, bahkan ada beberapa sekolah yang mengurangi jam pelajaran penjas pada siswa kelas VI pada saat menghadapai Ujian Nasional, dengan alasan agar siswa lebih terpokus pada Ujian Nasional.

Analisis situasi secara khusus tentang kinerja guru pendidikan jasmani SD di Kecamatan Conggeang menurut Bapak Cece Sumiarsa, S.Pd guru pendidikan jasmani SDN Conggeang II menunjukkan indikasi :

(a) belum mampu memberikan dukungan terhadap sesama guru pendidikan jasmani, seperti ada beberapa guru penjas dalam melaksanakan kegiatan pekan olahraga hanya mau melakukan tugas dibidangnya saja tanpa rasa ingin membantu guru penjas yang di bidang lain dalam pekan olahraga tersebut (b) belum mampu menciptakan suasana kerja yang kondusif. Seperti ada sebagian guru penjas yang tidak mau mendengarkan pendapat guru penjas yang lain, dan merasa benar sendiri.

Kinerja guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Conggeang menurut Bapak Adang Mulyana, S.Pd kepala sekolah SDN Conggeang I menunjukkan indikasi:

(12)

Dadang Budi Hermawan, 2012

dengan berbagai alasan yang diungkapakan guru penjas tersebut (b) kurang terampil dan tekun dalam melaksanakan pekerjaanya. Seperti ada sebagian guru penjas datang ke sekolah hanya sebatas mengajar tanpa melakukan kegiatan seperti ekstrakulikuler padahal potensi siswa kurang tergali.

Kinerja guru pendidikan Jasmani SD di Kecamatan Sumedang Utara menurut Bapak Endang, S.Pd guru pendidikan jasmani SDN Rancamulya menunjukkan indikasi:

(a) bahwa penggunaan sarana dan prasarana belum begitu memadai, sehingga menjadi kendala bagi guru penjaskes dalam mengaplikasikan proses belajar mengajar, sperti penggunaan lapang yang berbarengan dengan kelas yang lain (b) kadang-kadang guru hanya memberikan materi secara teoritik, sementara praktiknya tidak dapat diterapkan. Ini terjadi karena keterbatasan sarana penunjang dan pemahaman guru tentang bagaimana ia mempunyai kreasi dan memodifikasi alat, lapangan, aturan, dan waktu.

Kinerja guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Sumedang Utara menurut Ibu Yeni R Pusparini, S.Pd kepala sekolah SDN Rancamulya menunjukkan indikasi:

(a) kurang menggunakan berbagai metode sehingga kelas kurang hidup dan siswa menjadi bosan, seperti masih adanya guru penjas yang menggunakan gaya mengajar komando dalam mengajar (b) kurang memberikan bantuan kepada siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan bantuan guru diharapkan siswa akan lebih mudah dalam memahami pelajaran yang diberikan.

Rendahnya kinerja guru berdasarkan hasil survei pada tingkat global lebih disebabkan beberapa indikasi, seperti yang dikemukakan Lutan (Husdarta, 2009: 80) yaitu ”Mulai dari alokasi waktu yang terbatas, kelangkaan infrastruktur,

kualifikasi tenaga yang tidak sesuai, hingga biaya yang sangat minim.” Faktor lain

yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang menurut Sutermeister (Riduwan,

(13)

kepribadian, organisasi, para pemimpin, kondisi sosial, kebutuhan individu,

kondisi tempat kerja, kemampuan, motivasi kerja, dan sebagainya.” Sejalan

dengan itu untuk mendukung kinerja guru harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan program pendidikan jasmani sesuai dengan pendapat Abduljabar (2000: 59) adalah sebagai berikut :

 Masyarakat

 Kebijakan DISDASMEN

 Sikap guru, siswa dan konsumen  Fasilitas dan peralatan

 Penjadwalan  Ukuran kelas

 Guru pendidikan jasmani  Iklim dan kondisi geografis  Tekanan-tekanan sosial  Penelitian-penelitian

(14)

Dadang Budi Hermawan, 2012

. . . competency was low mentioned individual and organitational problems as the main reason. From an individual aspect, it was stated that the teachers do not develop their own competencies sufficiently, they do not read and research and they are reluctant to improve themselves. Another interesting finding is that teachers are afraid to try something new. In our opinion, the reasons for this problem (which we include in the individual category) may result from some organitational issues.

Permasalahan guru pendidikan jasmani seperti dipaparkan di atas berkaitan dengan profesionalisme guru sehingga guru dituntut untuk menjadi profesional seperti yang dijelaskan Supriadi (Mulyasa, 2007: 11) yaitu sebagai berikut:

1. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya;

2. Menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarnya kepada kepada peserta didik;

3. Bertanggung jawab memamatu hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi;

4. Mampu berfikir sistimatis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya;

5. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Melalui profesionalisme guru, maka guru bukan hanya mengajar. Seperti yang diungkapkan Kusanandar (2007: 50) yaitu:

(15)

Guru pendidikan jasmani juga harus memiliki pandangan yang jauh terhadap pekerjaan yang ditekuninya. Artinya semangat kerja yang tinggi akan berpengaruh positif, peran serta dan faktor ini harus mendapat dukungan dari pimpinan/kepala sekolah yang secara terus menerus memberikan dorongan pada guru pendidikan jasmani untuk bekerja optimal dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya itu. Sejalan dengan pendapat Sagala (2007: 105) yaitu:

Peran kepala sekolah menyediakan fasilitas pembelajaran, melakukan pembinaan pertumbuhan jabatan guru, dan dukungan profesionalitas lainnya menjadi suatu kekuatan tersendiri bagi guru melaksanakan tugas profesionalnya. Pemberian fasilitas kepada guru sebagai kegiatan memanusiakan manusia, akan memotivasi guru untuk terus menerus meningkatkan kemampuannya memberikan layanan belajar dan bekerja secara profesional.

Selayaknya dalam mendidik siswa guru pendidikan jasmani harus berdasarkan pada perencanaan pengajaran. Beberapa alasan guru pendidikan jasmani harus berdasarkan perencanaan pengajaran menurut Suherman (2009: 60)

yaitu ”(1) waktu mengajar yang relatif terbatas, (2) jumlah siswa dan fasilitas, (3)

latar belakang guru, (4) karakteristik siswa, (5) keterlibatan guru lain.”

Guru merupakan sosok penting yang memiliki peran strategi dalam dunia

pendidikan. Peran dan fungsinya sebagai “ujung tombak” dalam proses

(16)

Dadang Budi Hermawan, 2012

1. Menghindari perbandingan 2. Membuat perlakuan palsu 3. Menjadi sarkastik

4. Mengejek/menghina 5. Bertindak melebihi situasi

Mengingat tugas dan tanggungjawab guru yang begitu penting, sehingga pemerintah melindungi hak dan kewajiban guru melalui Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Melalui undang-undang ini diharapkan kinerja guru dapat meningkat yang juga diikuti dengan meningkatnya kualitas pendidikan.

Tabel 1.1.

Kualifikasi Pendidikan Guru Penjas SD Negeri di Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang

No Kualifikasi Pendidikan Jumlah

1 D2 Penjas 4

2 SGO 4

3 S1 Penjas 19

Jumlah 27

Sumber data dari UPTD TK, SD, dan PNF Kecamatan Conggeang Tabel 1.2.

Kualifikasi Pendidikan Guru Penjas SD Negeri di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang

No Kualifikasi Pendidikan Jumlah

1 STM 1

2 D2 Penjas 19

3 SGO 3

4 S1 Penjas 36

Jumlah 59

(17)

belum mencapai prestasi olahraga yang baik. Hal ini dapat dilihat dari 12 cabang olahraga yang dipertandingkan hanya mendapatkan dua emas, lima perak, dan empat perunggu. Sedangkan Kecamatan Sumedang Utara dari 12 cabang olahraga yang dipertandingkan hanya mendapatkan 11 emas, delapan perak, dan dua perunggu Tabel 1.3. dan 1.4. memperlihatkan bahwa Kecamatan Conggeang dan kecamatan Sumedang utara mempunyai prestasi olahraga belum optimal untuk tingkat Kabupaten Sumedang.

Tabel 1.3.

Prestasi OOSN siswa SD Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang Tahun 2011

No Cabang Olahraga

Medali

Emas Perak Perunggu

PA PI PA PI PA PI

1 Atletik 1 1

2 Senam 1

3 Renang

4 Tenis meja 1 1

5 Bulutangkis 1

6 Bola voli 1 1

7 Sepak takraw 1

8 Pencak silat

9 Sepakbola 1

10 Tenis lapangan

11 Catur 1

12 Karate

Jumlah 2 5 4

Sumber data dari UPTD TK, SD, dan PNF Kecamatan Conggeang Tabel 1.4.

Prestasi OOSN siswa SD Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang Tahun 2011

No Cabang Olahraga

Medali

Emas Perak Perunggu

PA PI PA PI PA PI

1 Atletik

2 Senam 1 3 1

(18)

Dadang Budi Hermawan, 2012

4 Tenis meja

5 Bulutangkis 1

6 Bola voli 7 Sepak takraw

8 Pencak silat 2

9 Sepakbola 1

10 Tenis lapangan 1 1

11 Catur 1

12 Karate 2

Jumlah 11 8 2

Sumber data dari UPTD TK, SD, dan PNF Kecamatan Sumedang Utara

Uraian penjelasan tersebut jika terus dibiarkan maka hal ini berdampak negatif pada kinerja guru pendidikan jasmani di Kecamatan Conggeang dan di Kecamatan Sumedang Utara. Dalam penelitian ini judul yang diangkat adalah: Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar, dengan sub judul: Studi kasus terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di pedesaan dan perkotaan di Kabupaten Sumedang.

B. Rumusan Masalah

Pengertian kinerja menurut L.A.N (Sedarmayanti, 2002: 50) yaitu

Performance diterjemahkan menjadi kinerja, juga berarti prestasi kerja,

pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja/unjuk kerja/penampilan

kerja.”

(19)

1. Bagaimanakah kinerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar di Kecamatan Conggeang dan di Sumedang Utara?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar di Kecamatan Conggeang dan di Sumedang Utara?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengembangan kinerja guru pendidikan jasmani di pedesaan dan perkotaan. Secara lebih terperinci penelitian ini untuk mengetahui :

1. Memahami dan menganalisis bagaimana kinerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar di Kecamatan Conggeang dan di Sumedang Utara.

2. Memahami dan menganalisis apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar di Kecamatan Conggeang dan di Sumedang Utara.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik bagi pihak peneliti sendiri maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan (secara akademik). Secara lebih rinci kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

(20)

Dadang Budi Hermawan, 2012

Manfaat penelitian secara teoritis diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut :

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berhubungan dengan kinerja guru pendidikan jasmani.

b. Menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak–pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut :

a. Memberikan informasi bagi para guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar agar meningkatkan kinerjanya.

b. Menambah wawasan bagi para praktisi pendidikan bahwa kinerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar depengaruhi oleh banyak faktor.

c. Sebagai bahan masukan bagi para guru pendidikan jasmani bahwa kinerja harus dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat mendorong terciptannya guru pendidikan jasmani yang profesional.

d. Memberikan informasi bagi kepala sekolah khususnya di pedesaan dan perkotaan tentang kinerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar.

(21)

f. Sebagai masukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang dan para praktisi pendidikan tentang kinerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar.

E. Kerangka Berpikir Penelitian

Kinerja guru merupakan seperangkat kualitas proses dan hasil kerja guru dalam melaksanakan proses belajar sebagaimana dikemukan oleh Kusnandar (2007: 61) bahwa:

. . . (1) kemantapan dan integritas pribadi, yaitu dapat bekerja teratur, konsisten, dan kreatif; (2) peka terhadap perubahan dan pembaharuan; (3) berfikir alternatif; (4) adil, jujur, dan kreatif; (5) berdisiplin dalam melaksanakan tugas; (6) ulet dan tekun bekerja; (7) berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya; (8) simpatik, dan menarik, luwes, bijaksana dan sederhana dalam bertindak; (9) bersifat terbuka; (10) berwibawa.

Kinerja guru pendidikan jasmani melalui pelaksanaan tugasnya dalam pembelajaran dapat memberikan kontribusi yang besar bagi pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Jika kinerja guru pendidikan jasmani tidak baik maka pencapaian prestasi atau pencapaian hasil kerja dan tujuan pendidikan berdasarkan standar dan ukuran penilaian yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Standar dan alat ukur tersebut merupakan indikator untuk menentukan apakah seorang guru berkinerja tinggi atau rendah. Sebagai seorang pendidik profesional, guru diharuskan mempunyai empat kompetensi sesuai dengan Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 10 ayat satu

yaitu “kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan

(22)

Dadang Budi Hermawan, 2012

Terbentuknya kinerja disebabkan oleh tiga faktor, seperti yang dikemukakan

Husdarta (2009: 99) “ . . . (1) faktor kemampuan, (2) faktor upaya, dan (3) faktor

kesempatan/peluang.” Lebih lanjut mengenai terbentuknya kinerja Husdarta

(2009: 100) menjelaskan bahwa:

Faktor kemampuan (ability) merupakan fungsi dari pengetahuan, keterampilan dan kemampuan teknologi, karena faktor tersebut dapat memberikan indikasi terhadap batas kemungkinan kinerja yang dapat dicapai. Upaya (effort) merupakan fungsi dari kebutuhan, sasaran, harapan, dan ganjaran.Berapa banyak kemampuan individu yang dapat direalisasikan sangat tergantung dari tingkat individu dan atau kelompok termotivasi, sehingga dapat mencurahkan upaya atau usaha sebesar mungkin. Kinerja tidak akan terbentuk manakala pimpinan tidak memberikan kesempatan atau peluang (opportunity) kepada individu atau bawahan agar dapat menggunakan kemampuan dan upaya mereka ditempat-tempat yang berarti dalam pekerjaannya.

Kinerja sebagai unjuk kerja yaitu sebagai keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas suatu pekerjaan. Kinerja tersebut merupakan akumulasi dari seluruh kemampuan (kompetensi) yang dimiliki. Indikator kinerja menurut Mitchell (Sedarmayanti, 2002: 51) menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu:

1. Quality of work 2. Prompteness 3. Initiative 4. Capability 5. Communication

Faktor-faktor dasar tersebut berperan penting dalam pembentukan kinerja. Jika salah satu faktor tersebut tidak ada mengakibatkan faktor lainnya tidak bernilai. Kerangka berpikir penelitian ini penulis gambarkan pada gambar berikut ini.

(23)

Gambar 1.1

Kerangka Berpikir Penelitian

Kerangka berpikir penelitian tersebut dapat penulis jelaskan bahwa untuk mengungkap kinerja guru pendidikan jasmani di Kecamatan Conggeang dan di Sumedang Utara dengan memperhatikan Quality of Work, Prompteness, Initiative, Capability, Comunikation. Sehingga dengan demikian dapat diketahui bagaimana

gambaran tentang kinerja guru-guru pendidikan jasmani di kecamatan Conggeang dan Sumedang Utara.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif yang berupaya menggambarkan sesuatu fenomena secara detail dan mendalam Menurut (Sukmadinata 2010: 60) menerangkan bahwa “Penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan intuk mendeskripsikan dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikao, kepercayaan, persepsi, Quality

of work

Initiative Prompteness

Kinerja Guru Penjas

Capability Commu

(24)

Dadang Budi Hermawan, 2012

pemikiran orang secara individual dan kelompok.” Sedangkan penelitian kualitatif

menurut Sugiyono (2010: 15) menerangkan bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada pospositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah ekspresimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kulitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Salah satu desain dalam metode penelitian kualitatif adalah studi kasus (case study). (Sukmadinata 2010: 64) menyebutkan bahwa :

. . . merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan system”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau

sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut.

Penelitian ini berupaya menggambarkan secara mendalam mengenai kinerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar secara individual di lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Conggeang dan Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Dalam penelitian kualitatif, Sugiyono (2010: 309) “Pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participant observation), wawancara mendalam (in-depth interview), dan dokumentasi.

(25)

untuk menggali lebih dalam mengenai mengenai pertanyaan yang dilontarkan.

b. Ketika melakukan observasi, peneliti berupaya melakukan catatan lapangan mengenai objek yang diamati, melelui catatan lapangan, maka data diharapkan dapat terkumpul dengan baik dan dapat dianalisis.

c. Dokunentasi, peneliti berpendapat bahwa teknik observasi dan wawancara, studi dokumen yang merupakan salah sau teknik cukup ilmiah karena tingkat validitas dan reliabilitas data tidak berubah.

Sedangkan analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan (Sugiyono, 2010: 336). Lebih lanjut Sugiyono (2010: 305) menerangkan bahwa “Dalam penelitian kualitatif, instrumen yang paling penting adalah peneliti itu sendiri.” Analisis data selama di lapangan menggunakan model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 337), dimana aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Secara sederhana penulis gambarkan langkah-langkah dalam melakukan analisis data yaitu :

1. Melakukan analisis sebelum di lapangan.

(26)

Dadang Budi Hermawan, 2012

Kecamatan Conggeang dan Kecamatan Sumedang Utara (identitas, kualifikasi pendidikan, pangkat/jabatan, status , dan lama bertugas).

2. Melakukan analisis selama di lapangan

a. Data reduction (reduksi data). pada tahap ini merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari pola. Sehingga data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

b. Data display (penyajian data). Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Jadi dalam penelitian kualitatif menyajikan datanya dengan teks yang bersifat naratif.

c. Conclusion drawing/verification. Kesimpulan awal yang dikemukakan dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dikemukakan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak.

3. Melakukan analisis selesai di lapangan

(27)

4. Melakukan uji analisis data

Uji keabsahan data pada tahap ini menggunakan: a. Uji kredibilitas, yaitu dengan teknik:

- Perpanjangan pengamatan (pengecekan kembali ke lapangan).

- Meningkatkan ketekunan (pengamatan dengan tekun dan berkesinambungan).

- Trianggulasi (pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara).

- Analisis kasus negatif (analisis terhadap data yang tidak sesuai dengan hasil penelitian)

- Penggunaan bahan referensi (penggunaan referensi pendukung untuk membuktikan hasil penelitian)

- Melakukan member check (pengecekan data dari pemberi data) b. Transperabilitas

Transperabilitas berkaitan dengan pertanyaan, hingga nama hasil penelitian dapat diterpakan atau digunakan untuk situasi lain sehingga dapat dijelaskan secara jelas, terperinci, dan sistimatis mengenai hasil penelitian.

c. Dependabilitas

Uji Dependabilitas dilakukan untuk melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Auditor dapat menilai peneliti mulai dari menentukan masalah, masuk lapangan, menentukan sumber data, pengumpulan data, analisis data, uji keabsahan data, dan menarik kesimpulan.

(28)

Dadang Budi Hermawan, 2012

Konfirmabilitas bermaksud untuk menguji penelitian yang dikaitkan dengan proses yang dilakukan, maka hasil penelitian harus bisa membuktikan kebenarannya, dilakukan sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan. 5. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai teknik yang menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan

G. Lokasi dan Subjek Penelitian a. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Conggeang dan di Kabupaten Sumedang Utara Kabupaten Sumedang.

b. Subjek Penelitian.

(29)

lain. Dengan demikian sampel sumber data akan semakin besar. Adapun sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1) Sumber data primer adalah sumber data utama yang memberikan informasi langsung. Dalam penelitian ini, sumber data primer adalah Guru Pendidikan Jasmani yang bertugas di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Conggeang dan Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang.

Tabel 1.5.

Karakteristik sumber data primer No Nama SD tempat bertugas Kualifikasi

Pendidikan Masa Kerja Gol 1 Cece S, S.Pd. SDN Conggeang II S1/ Penjas 27 tahun IV/a 2 Hendi, S.Pd. SDN Conggeang IV S1/ Penjas 26 tahun IV/a 3 Karmita H, S.Pd. SDN Cibapa S1/ Penjas 27 tahun IV/a 4 Dudung M, S.Pd. SDN Panyingkiran I S1/ Penjas 25 tahun IV/a 5 Endang S.Pd SDN Rancamulya S1/Penjas 23 tahun IV/a 6 Heri H., S.Pd SDN Bendungan II S1/Penjas 23 tahun IV/a 2) Sumber data sekunder adalah sumber data yang mengetahui dan menyimpan

(30)
(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang berupaya untuk menggambarkan sesuatu secara detail dan mendalam, mengenai kinerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar di pedesaan dan perkotaan. Mengenai metode kualitatif Sugiyono (2010: 15) menerangkan bahwa :

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Sedangkan definisi metode kualitatif menurut Sukmadinata (2010: 60)

menerangkan yaitu “Penelitian Kualitatif (Qualitative research) adalah suatu

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara

individual maupun kelompok.”

(32)

Dadang Budi Hermawan, 2012

sampel bersifat purposif yang menjadi sumber dan kaya informasi tentang fenomena yang diteliti, pengumpulan dan analisis data secara interaktif bukan terpisah-pisah. Penelitian kualiatatif melakukan penelitian dalam skala kecil, kelompok yang memiliki kekhususan, keunggulan, dan inovasi.

Penelitian kualitatif terdiri atas beberapa tahap seperti yang disampaikan oleh Sugiyono (2010: 29) yaitu : “(1) tahap deskripsi, peneliti memasuki konteks sosial ada tempat, aktor, dan aktivitas; (2) tahap reduksi, peneliti menentukan fokus: memilih diantara yang dideskripsikan; (3) tahap seleksi, peneliti mengurasi fokus menjadi komponen yang lebih rinci.” Berdasarkan tiga tahap dalam penelitian kualitatif tersebut, maka hasil akhir yang diperoleh berupa informasi yang bermakna, sehingga dapat diambil kesimpulan yang ilmiah.

Proses penelitian ini dimulai peneliti dengan melakukan studi pendahuluan atau observasi kepada beberapa guru penjas dan kepala sekolah di Kecamatan Conggeang dan Kecamatan Sumedang Utara. Pada studi pendahuluan ini dilakukan analisis terhadap beberapa temuan awal baik yang secara empiris ditemukan di lapangan maupun kajian secara teoritis berupa data-data awal yang diperoleh peneliti tentang kinerja guru penjas, profil setiap kecamatan, dan profil guru penjas. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, peneliti kemudian berupaya menentukan masalah/fokus penelitian yang akan dilakukan, sehingga penelitian menjadi terarah, jelas, dan merupakan pijakan untuk dijadikan dasar awal penelitian ini dilakukan.

(33)

pertanyaan yang akan diungkap dalam penelitian ini. Kemudian peneliti mencari berbagai konsep teori dan penelitian/penemuan yang relevan untuk mendukung penelitian yang dilakukan dan sebagai bahan referensi untuk pembahasan hasil penelitian ini.

Langkah berikutnya adalah peneliti memilih desain/pendekatan penelitian yang sesuai dengan penelitian ini, kemudian dilanjutkan dengan penentuan sampel penelitian dari setiap sekolah dasar di tiap kecamatan, baik untuk sumber dan primer yaitu guru penjas, maupun sumber data sekunder yaitu kepala sekolah dan rekan guru dari setiap sekolah. Pada saat itu juga peneliti menyusun instrumen penelitian untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data, instrumen yang disusun peneliti sendiri terdiri atas: pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman studi dokumentasi.

Setelah sampel dan instrumen penelitian ditentukan, peneliti kemudian terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan melalui wawancara, observasi, dokumentasi. Selama di lapangan peneliti juga melakukan analisis data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification. Langkah selanjutnya melakukan analisis selesai

(34)

Dadang Budi Hermawan, 2012

[image:34.595.99.520.216.761.2]

Dengan menggunakan teknik triangulasi yang menggabungkan data dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada., maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

Gambar 3.1. langkah-langkah penelitian STUDI PENDAHULUAN

1. Empiris (Lapangan) 2. Teoritis

3.

MENENTUKAN MASALAH/FOKUS PENELITIAN

MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN

KONSEP TEORI YANG RELEVAN PENELITIAN/PENEMUAN YANG RELEVAN MEMILIH DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN MENYUSUN INSTRUMEN 1. Pedoman kisi-kisi 2. Pedoman wawancara 3. Pedoman observasi

4. Pedoman studi dokumentasi

MENENTUKAN SAMPEL PENELITIAN

1. Sumber data primer 2. Sumber data sekunder

PENGUMPULAN DATA DI LAPANGAN

1. Wawancara 2. Observasi 3. Dokumentasi

ANALISIS DATA SELAMA DI LAPANGAN

1. data reduction 2. data display

3. conclusiondrawing/verification

ANALISIS DATA SELESAI DI LAPANGAN

TEMUAN KESIMPULAN

(35)

B. Penentuan Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu. Lebih lanjut Sugiyono (2010: 298) menerangkan bahwa “Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian.” Peneliti memasuki situasi sosial tertentu, yang dapat berupa lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut (Sugiyono, 2010: 299). Sedangkan Arikunto (1998:114) mengemukakan

istilah Sumber Data, yaitu “subjek dimana data dapat diperoleh”. Berdasarkan hal

tersebut, maka sampel penelitian dapat disebut sebagai unit analisis, yang berupa sumber data primer dan sumber data sekunder.

Dalam menentukan sampel sumber data, peneliti menggunakan Snowball Sampling. Mengenai Snowball Sampling Sugiyono (2010: 300) menjelaskan

yaitu:

. . . teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah dampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.

(36)

Dadang Budi Hermawan, 2012

. . . penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat penelitimulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent sampling design). Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data yang lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang disebut sebagai “ serial selection of sample units”.

Hal ini dimaksudkan agar sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Dengan demikian penentuan sampel dalam penelitian kualitatif lebih mengarah pada purvosive. Lincoln dan Guba (Sugiyono, 2010: 301) menyebutkan bahwa :

Ciri-ciri khusus sampel purposive, yaitu: (1) emergent sampling design/sementara, (2) serial selection sampel units/menggelinding seperti bola salju (snow ball), (3) continous adjusment or „focusing‟ of the sample/disesuaikan dengan kebutuhan, (4) selection to the point of redundary/dipilih sampai jenuh.

Lebih lanjut Sukmadinata (2010: 102) menambahkan tentang kekuatan dari sampel purposive adalah:

. . . kekuatan dari sampel purposive adalah dari sedikit kasus yang diteliti secara mendalam memberikan banyak pemahaman tentang topik, seperti halnya sampling probabilitas yang diambil secara random berdasarkan statistika dapat mewakili populasi.

(37)

data atau sebagai informan sebaiknya memenuhi beberapa kriteria. Beberapa kriteria tersebut menurut pendapat Sugiyono (2010: 303) yaitu:

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang telah diteliti.

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi. 4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil

“kemasannya” sendiri.

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti

sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat menggunakan sumber data primer, dan sumber data sekunder seseuai dengan pendapat Sugiyono (2010: 308) yaitu:

. . . bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer dan data sekunder yaitu:

(38)

Dadang Budi Hermawan, 2012

jasmani yang menjadi sebagai sumber data primer memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Guru pendidikan jasmani tersebut mempunyai kualifikasi pendidikan S1 Pendidikan jasmani.

b. Guru pendidikan jasmani tersebut mempunyai masa kerja lebih dari 10 tahun.

c. Guru pendidikan jasmani tersebut sudah status Pegawai Negeri Sipil dan berpangkat/golongan III ke atas.

d. Guru pendidikan jasmani tersebut bertugas pada Sekolah Dasar yang secara geografis letaknya berada di pusat kecamatan.

e. Guru pendidikan jasmani tersebut bertugas pada sekolah dasar yang dapat diakses dengan mudah.

f. Guru pendidikan jasmani tersebut memiliki perbedaan situasi sosial lingkungan.

g. Guru pendidikan jasmani tersebut memiliki perbedaan jumlah siswa yang berbeda karakteristikya.

[image:38.595.117.514.189.745.2]

h. Guru pendidikan jasmani tersebut memiliki perbedaan dalam sarana dan prasarana yang dimiliki setiap sekolah.

Tabel 3.1.

Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Conggeang

No Nama SD tempat bertugas Kualifikasi

Pendidikan

Masa

Kerja Gol

1 Mas Moch. Asep S SDN Conggeang I D2/ PGSD 28 tahun IV/a

2 Cece S, S.Pd. SDN Conggeang II S1/ Penjas 27 tahun IV/a

3 Nata SDN Conggeang II D2/ PGSD 27 tahun IV/a

4 Hendi, S.Pd. SDN Conggeang IV S1/ Penjas 26 tahun IV/a

(39)

6 Yoyo SDN Ungkal SGO 7 tahun II/a

7 Sopendi, S.Pd. SDN Kawungluwuk S1/ Penjas 27 tahun IV/a

8 Iin Firmansyah SDN Kawungluwuk SGO 25 tahun II/a

9 Nanang K, S.Pd. SDN Cacaban S1/ Penjas 25 tahun IV/a

10 Ade Suhendi, S.Pd. SDN Babakanasem S1/ Penjas 23 tahun IV/a

11 Enung Kusmiati SDN Babakanasem SGO 7 tahun II/a

12 Ade Anah I, S.Pd. SDN Cibubuan I S1/ Penjas 23 tahun IV/a

13 Ukon K, S.Pd. SDN Cibubuan II S1/ Penjas 23 tahun IV/a

14 Tatang, S.Pd. SDN Cibubuan II S1/ Penjas 23 tahun IV/a

15 Karmita H, S.Pd. SDN Cibapa S1/ Penjas 27 tahun IV/a

16 H.Ade Yaya, S.Pd. SDN Margaluyu S1/ Penjas 23 tahun IV/a

17 Dadan, S.Pd. SDN Margaasih S1/ Penjas 23 tahun IV/a

18 Caca Suarsa, S.Pd. SDN Sirahcipelang S1/ Penjas 26 tahun IV/a

19 Encu Suherlan SDN Narimbang I SGO 25 tahun III/b

20 Sunarya, S.Pd. SDN Narimbang II S1/ Penjas 23 tahun IV/a

21 Elis L, S.Pd. SDN Narimbang II S1/ Penjas 23 tahun IV/a

22 Sarkos K, S.Pd. SDN Neglasari S1/ Penjas 27 tahun IV/a

23 Jaja, S.Pd. SDN Neglasari S1/ Penjas 24 tahun IV/a

24 Entang Sutansyah SDN Margamulya D2/ Penjas 28 tahun IV/a

25 Asep S, S.Pd. SDN Mekarjaya S1/ Penjas 24 tahun IV/a

26 Asep K, SDN Mekarjaya D2/ Penjas 26 tahun III/d

27 Teti H, S.Pd SDN Cidempet S1/ Penjas 23 tahun IV/a

Tabel 3.2. (lanjutan)

Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Conggeang Tabel 3.3.

Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Sumedang Utara

No Nama SD tempat bertugas Kualifikasi

Pendidikan

Masa

Kerja Gol

1 Gunawan., S. S.Pd SDN Padasuka III SI/Penjas 29 tahun IV/a

2 Oman, S.Pd. SDN Padasuka III S1/ Penjas 23 tahun IV/a

3 Drs., Ruhyat H SDN Sukamulya S1/Penjas 24 tahun IV/a

4 Adang Abdul M SDN Sukamulya SGO 11 tahun II/d

6 Supian. SDN Margamulya SGO 23 tahun IV/a

7 Belli., S.Pd. SDN Bendungan I S1/Penjas 26 tahun IV/a

8 Nandang J, S.Pd. SDN Bendungan II S1/ Penjas 23 tahun IV/a

9 Heri Heryana, S.Pd SDN Bendungan II S1/ Penjas 23 tahun IV/a

10 Abdul Majid, S.Pd. SDN Pamarisen S1/ Penjas 24 tahun IV/a

11 Ukat SDN Pamarisen SGO 24 tahun IV/a

12 Euis Kurnia, S.Pd SDN Sukawening S1/Penjas 26 tahun IV/a

13 Yayat R, S.Pd. SDN Sukawening S1/ Penjas 23 tahun IV/a

14 Suharna, S.Pd. SDN Sindang I S1/ Penjas 27 tahun IV/a

15 Atep R, S.Pd. SDN Sindang II S1/ Penjas 23 tahun IV/a

16 Saeful Uyun, S.Pd. SDN Sindang II S1/ Penjas 23 tahun IV/a

17 Apendi. SDN Sindang III D2/ Penjas 24 tahun IV/a

18 Oneng Nuryati SDN Sindang III D2/ Penjas 23 tahun IV/a

[image:39.595.109.515.109.736.2]
(40)

Dadang Budi Hermawan, 2012

20 Nono Mulyono SDN Sindang IV D2/Penjas 27 tahun IV/a

21 Dudung M, S.Pd. SDN Panyingkiran I S1/ Penjas 25 tahun IV/a

22 Engkus Kusnadi SDN Panyingkiran II D2/ Penjas 29 tahun IV/a

23 Jajang R, S.Pd. SDN Panyingkiran II S1/ Penjas 15 tahun III/d

24 Daliah S.Pd. SDN Karapyak I S1/ Penjas 23 tahun IV/a

25 Karyana N., S.Pd. SDN Karapyak I S1/ Penjas 24 tahun IV/a

26 Hj. Juhariah SDN Panyingkiran III D2/ Penjas 24 tahun IV/a

27 Jeje S., S.Pd SDN Sindangraja S1/ Penjas 29 tahun IV/a

28 Setiana, S.Pd SDN Sindangraja S1/ Penjas 28 tahun IV/a

29 Dadang H., S.Pd SDN Cilengkrang S1/Penjas 23 tahun IV/a

30 Asep N., S.Pd. SDN Cilengkrang S1/Penjas 27 tahun IV/a

31 Ruhiyat., S.Pd. SDN Ketib S1/Penjas 14 tahun III/c

32 Desmawati., S.Pd SDN Ketib S1/Penjas 27 tahun IV/a

33 Dedi S., A.Ma.Pd. SDN Sukamaju D2/Penjas 27 tahun IV/a

34 Edi suryadi, S.Pd SDN Sukamaju S1/Penjas 27 tahun IV/a

35 Tatang R, S.Pd SDN Tegalkalong I S1/Penjas 25 tahun IV/a

36 Opong R, S.Pd SDN Tegalkalong I S1/Penjas 28 tahun IV/a

37 Ika Rosmawati SDN Tegalkalong II D2/Penjas 26 tahun IV/a

38 Hendra SDN Tegalkalong II D2/Penjas 25 tahun III/d

39 Cece Sukarja SDN Tegalkalong III D2/Penjas 27 tahun IV/a

40 Dede Hidayat, S.Pd SDN Rancapurut S1/Penjas 24 tahun IV/a

41 Martini, S.Pd SDN Rancapurut S1/Penjas 22 tahun IV/a

42 Endang S.Pd SDN Rancamulya S1/Penjas 23 tahun IV/a

43 Mudaniar, S.Pd SDN Rancamulya S1/Penjas 15 tahun III/b

44 Endang Rahmat SDN Padasuka I STM 27 tahun IV/a

45 Nurmala SDN Padasuka II D2/Penjas 28 tahun IV/a

46 Nanan Setianan SDN Padasuka II D2/Penjas 24 tahun IV/a

47 Nani Sumarni SDN Sindang V D2/Penjas 25 tahun IV/a

48 Wahyu SDN Padasuka IV D2/Penjas 25 tahun IV/a

48 Suherman, S.Pd SDN Padamulya S1/Penjas 27 tahun IV/a

50 Cucu Samsudin SDN Padamulya D2/Penjas 27 tahun IV/a

51 Samsudin, S.Pd SDN Sukakerta S1/Penjas 23 tahun IV/a

52 Halina SDN Gunungsari D2/Penjas 23 tahun III/d

53 Imas Rokasih SDN Lembursitu D2/Penjas 23 tahun III/d

54 Tuti Surati SDN Sukaluyu D2/Penjas 26 tahun IV/a

55 Setiawan SDN Sukaluyu D2/Penjas 25 tahum IV/a

56 Ade yayan SDN Talun D2/Penjas 27 tahun IV/a

57 Totong T., S.Pd. SDN Babakanhurip S1/Penjas 27 tahun IV/a

58 Dadan K., S.Pd. SDN Jatihurip S1/Penjas 14 tahun III/c

59 Nia Yunia., S.Pd SDN Jatihurip S1/Penjas 15 Tahun III/b

Tabel 3.4.(lanjutan)

(41)
[image:41.595.108.516.119.620.2]

Tabel 3.5.

Daftar guru-guru penjas yang menjadi subjek penelitian No Nama SD tempat bertugas Kualifikasi

Pendidikan

Masa

Kerja Gol 1 Cece S, S.Pd. SDN Conggeang II S1/ Penjas 27 tahun IV/a 2 Hendi, S.Pd. SDN Conggeang IV S1/ Penjas 26 tahun IV/a 3 Karmita H, S.Pd. SDN Cibapa S1/ Penjas 27 tahun IV/a 4 Dudung M, S.Pd. SDN Panyingkiran I S1/ Penjas 25 tahun IV/a 5 Endang S.Pd SDN Rancamulya S1/Penjas 23 tahun IV/a 6 Heri H., S.Pd SDN Bendungan II S1/Penjas 23 tahun IV/a 2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang memiliki dan menyimpan

informasi secara tidak langsung. Dalam penelitian ini sumber data sekunder terdiri atas orang-orang yang tahu tentang Guru pendidikan jasmani sekolah dasar yang menjadi sumber data primer, yaitu: kepala sekolah, dan rekan guru, Selain itu juga sumber data sekunder dapat berupa benda-benda yang mempunyai/menyimpan informasi mengenai guru pendidikan jasmani SD, dokumen profil setiap kecamatan, dokumen profil sekolah dasar, dan sebagainya. Termasuk juga dalam sumber data sekunder adalah pola-pola perilaku, sikap, sifat yang ditunjukkan melalui pengamatan secara mendalam pada suasana pembelajaran pendidikan jasmani dan suasana di lingkungan masyarakat.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

(42)

Dadang Budi Hermawan, 2012

yang ditetapkan. Mengenai teknik pengumpulan data Sugiyono (2010: 309)

menjelaskan bahwa “. . . teknik penggumpulan data dapat dilakukan dengan

observasi (pengamatan) interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi

dan gabungan keempatnya.”

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu: wawancara, observasi, dan dokumen.

a. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu Esterberg (Sugiyono, 2010: 317). Dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang pertisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi. Wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan pada Guru pendidikan jasmani itu sendiri, selain itu dilakukan juga wawancara kepada orang-orang terdekat dan tahu tentang sumber data primer, seperti: siswa-siswi, kepala sekolah, dan rekan-rekan guru.

(43)

Pedoman wawancara yang banyak digunakan adalah bentuk ”semi

structured”. Dalam hal ini maka mula-mula interviwer menanyakan srentetan

pertanyaan yang terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dam mendalam.

Sebagai pedoman wawancara kepada kepala sekolah dan rekakan guru dalam penelitian ini merujuk kepada indikator kinerja menurut Mitchell (Sedarmayanti, 2002: 51) menyatakan bahwa kinerja meliputi beberapa aspek, yaitu:

1. Quality of work 2. Prompteness 3. Initiative 4. Capability 5. Communication

Penjelasan dari indikator kinerja tersebut, dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1. Quality of work, merujuk kepada kompetensi pedagogik guru meliputi:

a. Edukatif, terdiri dari:

(1)Peningkatan proses belajar siswa. (2)Peningkatan hasil belajar siswa. (3)Peningkatan perbaikan siswa. (4)Peningkatan perbaikan emosional. b. Administratif, terdiri dari:

(1)Perumusan dan penyusunan program pembelajaran. (2)Pelaksanaan program pembelajaran.

(44)

Dadang Budi Hermawan, 2012

2. Prompteness, merujuk kepada kompetensi profesional guru terdiri dari:

a. Ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan. b. Tingkat profesionalisme.

c. Peningkatan kemampuan.

3. Initiative, merujuk kepada kompetensi kepribadian guru terdiri dari:

a. Penyampaian gagasan. b. Pemecahan masalah. c. Penanganan pekerjaan.

4. Capability, merujuk kepada kompetensi kepribadian guru terdiri dari

a. Kesangguapan melaksanakan tugas pekerjaan. b. Kemampuan menyelsaikan masalah.

c. Kecakapan dalam pekerjaan.

5. Communication, merujuk kepada kompetensi sosial guru terdiri dari: a. Berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman.

b. Berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang tua. c. Berkomunikasi dan berinteraksi dengan kepala sekolah.

(45)

Hal yang bisa berhubungan dengan perasaan siswa mengenai, misalnya:

 Cara guru menjelaskan

 Aktuvitas belajar yang diberikan

 Cara evaluasi

 Cara guru bertanya

 Cara guru menjawab

Diharapkan dengan cara tersebut siswa sekolah dasar bisa lebih memahami terhadap pertanyaan-pertanyaan yang menjadi pedoman wawancara, sehingga bisa menghasilkan data yang dibutuhkan penulis.

b. Observasi

Observasi merupakan salah satu cara pengumpulan data dengan mengamati segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian. Data yang terkumpul digambarkan sebagai fakta mengenai kenyataan yang diperoleh melalui observasi tersebut. Bahkan Marshall (Sugiyono, 2010: 310) menyatakan bahwa: “through observation, the researher learn about behavior and the meaning attached to

those behavior”. Berbagai perilaku dan makna dari perilaku tersebut dapat

dipelajari oleh peneliti.

(46)

Dadang Budi Hermawan, 2012

pencatatan lapangan mengenai objek yang diamati, melalui catatan lapangan, maka data dapat terkumpulkan dengan baik dan dapat dianalisis kemudian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Menurut Arikunto (2006: 231) metode dokementasi yaitu ”. . . cara mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.” Sedangkan

menurut Sugiyono (2010: 329): “Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif”. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, karena banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

Peneliti berasumi bahwa teknik pengumpulan data dengan dokumen merupakan pelengkap bagi teknik observasi dan wawancara, studi dokumen juga merupakan salah satu teknik yang cukup ilmiah karena tingkat validitas dan reliabilitas data tidak berubah.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Sugiyono (2010: 306) menyebutkan bahwa: “the researchher is the key instrument”. Jadi peneliti merupakan instrumen kunci

(47)

menilai kualitas data, analisis data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Menurut Nasution (Sugiyono, 2010: 307) peneliti sebagai instrument penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuiakan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrument dapat seger menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggujnakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, atau pelakan.

7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik. Degan manusia sebagai instrument, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Peneliti kualitatif memang menjadi instrumen kunci, tetapi peneliti juga harus menyusun instrumen penelitian lainnya berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan. Dengan demikian, maka instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

(48)

Dadang Budi Hermawan, 2012

Dalam menyusun pedoman wawancara, peneliti menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan. Pedoman wawancara ini hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. Faisal (Sugiyono, 2010: 322) mengemukakan tujuh langkah dalam wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan.

2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan

3) Mengawali atau membuka alur wawancara 4) Melangsungkan wawancara

5) Mengkorfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya 6) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan

7) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan alat-alat: (1) buku catatan, (2) handycam, (3) camera. Secara lengkap pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan adalah sebagai berikut:

b. Pedoman Observasi

(49)

Pengamatan ke : I

Tanggal :

Pukul :

Tempat : Komplek sekolah dasar

Objek pengamatan : Sarana prasarana olahraga

No Aspek yang dinilai Deskripsi hasil pengamatan Analisa

[image:49.595.109.517.97.757.2]

1 Sarana prasarana olahraga

Tabel 3.6

Contoh tabel sarana prasarana olahraga

Pengamatan ke : II

Tanggal :

Pukul :

Tempat : komplek sekolah dasar

Objek pengamatan : Guru penjas, Guru kelas, dan siswa.

No Aspek yang dinilai Deskripsi hasil pengamatan Analisa

1 a. Quality of work

b. Prompteness

c. Initiative

d. Capability

e. Communication

Tabel 3.7

Contoh tabel hasil wawancara c. Pedoman studi dokumentasi

Dalam menyusun pedoman studi dokumen, peneliti menyiapkan suatu format untuk dokumen-dokumen yang dikaji. Format tersebut berisi: identitas dokumen, deskripsi dokumen, reflektif (tanggapan peneliti). Alat yang membantu mengkaji dokumen tersebut seperti: camera video, scanning, dan lain-lain. Pedoman studi dokumentasi adalah sebagai berikut:

Nama dokumen : Data monograf kecamatan

Tanggal :

Pukul :

Tempat : Kantor kecamatan

No Aspek yang dinalai Deskripsi

1 Kondisi geografis

kecamatan

Tabel 3.8.

(50)

Dadang Budi Hermawan, 2012

Nama dokumen : Data demografis kecamatan

Tanggal :

Pukul :

Tempat : Kantor kecamatan

No Aspek yang dinalai Deskripsi

1 Kondisi demografis

[image:50.595.112.514.123.616.2]

kecamatan

Tabel 3.9.

Contoh tabel data demografis kecamatan

3. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif proses pengumpulan data tidak terdapat batasan-batasan yang tegas. Hal ini dikarenakan desain dan fokus penelitian sering mengalami perubahan. Tetapi dalam hal ini Sukmadinata (2010: 114) mengemukakan secara garis besar lima tahapan dalam pengumpulan data yaitu “ (1) Perencanaan, (2) memulai pengumpulan data, (3) pengumpulan data dasar, (4) pengumpulan data penutup, (5) melengkapi.

Hal tersebut dapat penulis terangkan dibawah ini yaitu sebagai berikut: Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi yang dipilih serta informan-informan sebagai sumber data. Deskripsi tersebut merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan sampel purposif.

(51)

terpilih untuk kemudian dilanjutkan dengan teknik bola salju atau member check. Pengumpulan data melalui interview dilenglapi dengan data pengamatan dan data dokumen (triangulasi). Data pada pertemuan pertama belum dicatat, tetapi data pada pertemuan-pertemuan selanjutnya dicatat, disusun, dikelompokan secara intensif kemudian diberi kode agar memudahkan dalam analisis data.

Pengumpulan data dasar setelah peneliti berpadu dengan situasi yang diteliti, pengumpulan data lebih diintensifkan dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi dan pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Dalam pengumpulan data dasar peneliti benar-benar “melihat, mendengarkan, membaca

dan merasakan” apa yang ada dengan penuh perhatian. Sementara pengumpulan

data terus berjalan, analisis data mulai dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru lagi. Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan dan dirangkumkan dalam diagram-diagram yang bersifat integratif. Setelah pola-poladasar terbentuk, peneliti mengidentifikasi ide-ide dan fakta-fakta yang membutuhkan penguatan dalm fase penutup.

(52)

Dadang Budi Hermawan, 2012

Langkah melengkapi merupakan kegiatan menyempurnakan hasil analisis data dan menyusun cara menyajikannya. Analisis data dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan lapangan. Kemudian peneliti membuat diagram-diagram, table, gambar-gambar dan bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya. Hasil analisis data, diagram, bagan, table, dan gambar-gambar tersebut diinterpretsikan, dikembangkan menjadi proposisi dan prinsip-prinsip.

4. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengolahan data yang terkumpul melalui berbagai teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dikarenakan agar data yang terkumpul mempunyai arti dan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian. Dengan demikian bahwa diperlukan prosedur dan teknik analisis data yang tepat bagi data-data kualitatif yang terkumpul. Sugiyono (2010: 335) menjelaskan bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Labih lanjut Sugiyono (2010: 335) menjelaskan bahwa analisis data

kualitatif bersifat induktif, “. . . yaitu suatu analisa berdasarkan data yang

diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.” Sedangkan menurut

Sukmadinata (2010: 114) menjelaskan tentang sifat penelitian kualitatif yaitu:

(53)

data yang digunakan fleksibel, tergantung pada strategi terdahulu yang digunakan dan data yang telah diperoleh. Secara umum langkah-langkahnya ada kesamaan antara satu penelitian dengan penelitian lainnya, tetapi didalamnya ada variasi.

Analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2005: 89)

adalah “Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.”

Penjelasan dari setiap tahap analisis data tersebut sebagai berikut. 5. Analisis sebelum di lapangan

Tahap analisis sebelum di lapangan menurut Sugiyono (2010: 336) yaitu:

Analisis data dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.

Data-data yang diperoleh selama studi pendahuluan yang dilakukan seperti: profil Kecamatan Conggeang dan Kecamatan Sumedang Utara (letak Geografis, sosio-budaya masyarakat, dan sebagainya), profil Guru pendidikan jasmani sekolah dasar di Kecamatan Conggeang dan Kecamatan Sumedang Utara (identitas, kualifikasi pendidikan, pengkat/jabatan, lama bertugas, dan sebagainya) menjadi data-data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelum di lapangan, sebagai pedoman dalam melaksanakan pengumpulan data dan analisis data selama di lapangan serta setelah selesai di lapangan.

6. Analisis selama di lapangan

(54)

Dadang Budi Hermawan, 2012

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Setiap komponen dalam analisis data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Data Reduction (Reduksi Data)

(55)

Data

Collection Data Displays

Data Reduction

[image:55.595.114.511.136.616.2]

Conclusion:Drawing/ Verifiying

Gambar 3.2.

Komponen Dalam Analisis Data: Interactive Model (Miles & Huberman, 1984)

b. Data Display (Penyajian Data)

Tahap selanjutnya setelah reduksi data adalah penyajian data. Penyajian data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2010: 341) yaitu “. . . dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan,

seningga akan semakin mudah difahami.” Dengan demikian penyajian data yang

telah diperoleh harus dapat ditafsirkan oleh peneliti, agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran, peneliti membuat kategorisasi agar proses penafsiran data lebih mudah. Kategorisasi dapat berupa teks naratif yang selanjutnya juga didukung dengan bentuk berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja), dan chart.

c. Conclusion drawing/verification

Gambar

Tabel                                                                                                                  Halaman
Gambar                                                                                                              Halaman
Tabel 1.1. Kualifikasi Pendidikan Guru Penjas SD Negeri di Kecamatan Conggeang
Tabel 1.3. Prestasi OOSN siswa SD Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Kementerian Agama Tahun 2017, bersama ini kami mengundang Bapak/Ibu guru untuk mengikuti

Deret hitung ialah deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan penjumlahan terhadap sebuah bilangan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga tesis

Dengan ini menerangkan bahwa pada hari...tanggal...saya tidak hadir / terlambat masuk kerja / pulang sebelum waktunya / tidak berada ditempat tugas / tidak mengisi daftar hadir

Alessia Cestaro : “kok kamu tahu sih?” (ekspresi takjub).. Kiki Farel : “karna kamu berhasil membimbingku menuju ke jalan

Dengan keberhasilan yang saat ini telah di capai oleh Donita Frozen Food tentu tidak terlepas dari segala upaya yang dilakukan oleh pemilik usaha untuk dapat terus bertahan

Dalam hal ini peneliti melakukan pendekatan non-eksperimen dan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan

Pengaruh Pem akaian Alat Ortodonti terhadap Peningka tan Pertum buha n Bakteri dan Fungi di Rongga M ulut .... Interaksi Kitosa n dengan Ion