• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Metode Goal Programming dan Lexicographic Goal Programming dalam Optimisasi Portofolio Saham.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Metode Goal Programming dan Lexicographic Goal Programming dalam Optimisasi Portofolio Saham."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan

harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Abdul

Halim,2005:4). Menurut Tandelilin (2007:5) bahwa hal yang mendasar dalam

proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan risiko suatu investasi. Ketidakpastian risiko membuat investor

mengambil strategi untuk membentuk portofolio. Portofolio merupakan

kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset, baik berupa aset riil maupun

aset finansial yang dimiliki oleh investor.

Investor selalu ingin memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggungnya, atau mencari portofolio

yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu dalam pembentukan portofolio. Karakteristik portofolio seperti ini disebut sebagai

portofolio yang efisien (Tandelilin,2007:74). Sedangkan portofolio yang

dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan

portofolio efisien merupakan portofolio optimal.

Markowitz (1952) mengembangkan pembentukan portofolio yang

berusaha untuk meminimumkan risiko dan memastikan return akan lebih dari jumlah yang ditetapkan pengambil keputusan. Varians digunakan sebagai ukuran risiko dalam model Markowitz. Model Markowitz adalah model

(2)

programming. Model Markowitz yang berbentuk kuadratik dianggap tidak mudah diselesaikan oleh sebagian praktisi. Sharpe (1963) memperkenalkan

model baru untuk masalah pembentukan portofolio. Sharpe mengenalkan

risiko sistematik yang mengukur kepekaan return saham terhadap return pasar.

Model tujuan tunggal hanya mempertimbangkan satu fungsi tujuan ,

di sisi lain model multi tujuan mempertimbangkan lebih dari satu fungsi

tujuan . Salah satu teknik untuk menyelesaikan model multi- tujuan adalah

goal programming yang diperkenalkan oleh Charnes, dkk (1995). Goal programming adalah salah satu metode matematis yang dipandang sesuai untuk pemecahan masalah multi- tujuan karena melalui variabel deviasinya,

goal programming secara otomatis menangkap informasi tentang pencapaian relatif dari tujuan yang ada (Charles D & Simson, 2002). Secara umum goal programming ini digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang memiliki multi tujuan (atau lebih dari satu tujuan ). Goal programming tidak memberikan prioritas setiap tujuan dengan kata lain setiap tujuan mempunyai

prioritas yang sama, sedangkan penyelesaian goal programming dengan memprioritaskan tujuan atau dapat dikatakan mempunyai bobot pada setiap

tujuan disebut lexicographic goal programming.

Sebagaimana diketahui dalam portofolio optimal, terdapat

permasalahan multi-tujuan. Metode goal programming dalam masalah keuangan dikembangkan oleh Lee & Lerro (1973). Pendekatan yang sama

(3)

dikenalkan Bilbao, dkk (2006), Kumar, dkk (1978), Lee & Chesser (1980).

Penelitian mengenai aplikasi model goal programming lain seperti yang dilakukan Rosita & Aran (2012) meneliti mengenai pemilihan portofolio

menggunakan goal programming. Penelitian ini membahas pembentukan portofolio dengan goal programming dari model LAD (Least Absolute Value Deviation).

Salah satu aset yang dapat dianalisis dengan model ini adalah saham.

Saham sebagai salah satu instrumen pasar modal yang paling aktif diperjual

belikan dan dapat dijadikan pilihan bagi para investor untuk mengalokasikan

dana yang dimiliki investor. Saham juga merupakan objek investasi yang

sangat rentan terhadap perubahan yang terjadi. Banyaknya saham yang

terdaftar dalam bursa sering membuat investor bingung dalam memilih saham

yang baik untuk dimasukkan ke dalam portofolionya.

Jakarta Islamic Index merupakan indeks terbaru di Bursa Efek Indonesia, indeks ini hanya memasukkan saham-saham yang memenuhi

kriteria investasi dalam syariat islam. Jakarta Islamic Index menawarkan alternatif baru investasi saham yang halal atau sesuai dengan syariat islam

kepada masyarakat. Menurut Abdul Halim (2005: 53) melihat masyarakat

Indonesia yang mayoritas adalah muslim dan terlebih lagi dengan mulai

diterimanya sistem ekonomi syariah di dunia bisnis Indonesia maka

diberlakukan Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia. Saham syariah

(4)

kriteria syariah ( Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK)

dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan dibahas aplikasi model

goal programming dan model lexicographic goal programming untuk optimisasi portofolio saham pada Jakarta Islamic Index. Model Lee & Chesser (1980) akan digunakan dalam penyelesaian pembentukan portofolio

optimal, dimana model ini merupakan pendekatan linier goal programming yang menggunakan risiko sistematis dan tingkat keuntungan. Adapun yang

menjadi fungsi tujuan dalam penelitian ini adalah jumlah dana yang

diinvestasikan, tingkat return, tingkat risiko sistematis atau risiko pasar (beta) dan pembatasan proporsi dana setiap saham. Selanjutnya, penyelesaian model goal programming dan model lexicographic goal programming akan dibantu menggunakan sofware LINGO.

B. BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Portofolio dibentuk dalam aset finansial berupa saham.

2. Kriteria yang dipertimbangkan dalam menentukan portofolio yaitu

jumlah dana yang diinvestasikan, tingkat return, tingkat risiko sistematis dan pembatasan proporsi dana setiap saham, jadi terdapat 4

tujuan dalam pembentukan portofolio saham.

(5)

C. RUMUSAN MASALAH

Adapun masalah yang dapat dirumuskan dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana pembentukan portofolio saham dengan model goal programming?

2. Bagaimana pembentukan portofolio saham dengan model

lexicographic goal programming?

3. Bagaimana penerapan pembentukan portofolio saham model goal programming dan lexicographic goal programming pada pasar saham di Indonesia?

4. Bagaimana efektifitas model goal programming dan model lexicographic goal programming dalam pembentukan portofolio saham?

D. TUJUAN

1. Untuk mengetahui bagaimana pembentukan portofolio saham dengan

model goal programming.

2. Untuk mengetahui bagaimana pembentukan portofolio saham dengan

model lexicographic goal programming.

3. Untuk mengetahui penerapan pembentukan portofolio saham model

goal programming dan lexicographic goal programming pada pasar saham di Indonesia?

(6)

E. MANFAAT

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat , antara

lain:

1. Bagi investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan

bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar

modal.

2. Bagi Universitas

Dapat dijadikan sebagai tambahan referensi guna meningkatkan proses

belajar mengajar.

3. Bagi Mahasiswa

Dapat digunakan sebagai tambahan referensi untuk penerapan ilmu

pengetahuan khususnya di bidang pasar modal mengenai pembentukan

portofolio optimal.

4. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan mengenai analisis pembentukan portofolio

(7)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A. Investasi

Abdul Halim (2005:4) berpendapat bahwa investasi pada hakikatnya

merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk

memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Pada umumnya investasi

dibedakan menjadi dua yaitu pertama investasi pada aset- aset finansial

(financial assets) berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga

yang dilakukan di pasar uang dan investasi yang dilakukan di pasar modal,

misalnya saham, obligasi, waran, opsi. Kedua investasi pada aset- aset riil

(real assets) seperti pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan

pertambangan pembukaan perkebunan dan lainnya.

Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor

membuat keputusan investasi pada aset-aset yang dapat dipasarkan dan kapan

dilakukan, untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut (Abdul Halim,

2005:4) :

1. Menentukan tujuan investasi

Tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu: return yang diharapkan (expected of return), risiko (risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. Apabila dana cukup tersedia, maka

(8)

8

(expected return) bersifat linier, artinya semakin tinggi tingkat risiko, maka semakin tinggi pula return yang diharapkan.

2. Melakukan analisis

Tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu aset atau

sekelompok aset. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk

mengidentifikasi aset yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah, ada dua pendekatan yang dapat

digunakan, yaitu:

a. Pendekatan Fundamental

Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan

oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek. Karena kinerja

emiten dipengaruhi oleh kondisi sektor industri dimana perusahaan

tersebut berada dan perekonomian secara makro, maka untuk

memperkirakan prospek harga sahamnya di masa mendatang harus

dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya.

Jadi analisis ini dimulai dari siklus usaha perusahaan secara umum,

selanjutnya ke sektor industrinya. Akhirnya dilakukan evaluasi

terhadap kinerjanya dan saham yang diterbitkannya.

b. Pendekatan Teknikal

Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga saham di

masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa

mendatang. Para analisis memperkirakan pergeseran penawaran

(9)

9

mereka berusaha untuk cenderung mengabaikan risiko dan

pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari penawaran dan

permintaan. Namun demikian, analisis ini lebih mudah dan cepat

dibanding analisis fundamental, karena dapat secara simultan

diterapkan pada beberapa saham. Analisis ini tidak menganggap

bahwa analisis fundamental tidak berguna, namun investor

menganggap bahwa analisis fundamental terlalu rumit dan terlalu

banyak mendasarkan pada laporan keuangan emiten. Oleh karena itu,

analisis teknikal mendasarkan diri pada premis bahwa harga saham

tergantung pada penawaran dan permintaan saham itu sendiri. Data

finansial historis yang tergambar pada diagram dipelajari untuk

mendapatkan suatu pola yang berarti, dan pola tersebut digunakan

untuk memprediksi harga di masa mendatang, serta untuk

memperkirakan pergeseran individual saham maupun pergerakan

indeks pasar (market index). 3. Membentuk portofolio

Tahap ini dilakukan identifikasi terhadap aset-aset mana yang akan

dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada

masing-masing aset tersebut.

4. Mengevaluasi kinerja portofolio

Tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk,

(10)

10

pengukuran (measurement) adalah penilaian kinerja portofolio atas dasar aset yang telah ditanamkan dalam portofolio tersebut. Kedua,

perbandingan (comparison) yaitu penilaian berdasarkan pada perbandingan dua set portofolio dengan risiko yang sama.

5. Merevisi portofolio

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja portofolio,

dari hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan revisi (perubahan)

terhadap aset- aset yang membentuk portofolio tersebut jika dirasa bahwa

komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan

investasi. Revisi tersebut dapat dilakukan secara total yaitu dilakukan

likuidasi atas portofolio yang ada, kemudian dibentuk portofolio yang

baru, atau dilakukan secara terbatas, yaitu dilakukan perubahan atas

proporsi atau komposisi dana yang dialokasikan dalam masing-masing

aset yang membentuk portofolio tersebut.

B. Saham

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau surat

kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perusahaan

terbatas. Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa

pemilik saham tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkansurat

berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar

penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Tjiptono Darmadji,

(11)

11 C. Transaksi Saham

Sebelum melakukan jual beli saham, seperti layaknya membuka

rekening di bank maka terlebih dahulu harus membuka rekening disatu atau

beberapa perusahaan aset, maka secara resmi telah tercatat sebagai nasabah

dan data identitas tercatat dalam pembukuan perusahaan aset seperti nama,

alamat, nomor rekening bank dan data- data lainnya. Bersama dengan

pembukuan rekening ini, terdapat perjanjian harus ditandatangani dengan

perusahaan aset yang menyangkut hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Pada dasarnya tidak ada batasan dana dan jumlah untuk jual beli

saham, jumlah yang diperjual-belikan adalah dalam satuan perdagangan yang

disebut lot, dalam bursa aset Indonesia satu lot berarti 100 saham, itulah batas

minimal pembelian saham. Dana yang dibutuhkan untuk bisnis saham

menjadi bervariasi karena beragamnya harga saham-saham yang tercatat di

bursa.

D. Jakarta Islamic Index

Jakarta Islamic Index (JII) adalah indeks saham yang didasarkan atas prinsip syariah. Saham dalam JII terdiri atas 30 saham yang keanggotaannya

akan terus ditinjau secara berkala berdasarkan kinerja transaksi di

perdagangan bursa, rasio- rasio keuangannya, dan ketaatannya pada prinsip-

prinsip syariah sebagaimana termaktub dalam fatwa Dewan Syariah Nasional

no 05/DSN-MU/IV/2000 tentang jual beli saham dan fatwa

40/DSN-MUI/IX/2003 tentang pasar modal, serta pedoman umum penerapan prinsip

(12)

12

Saham- saham yang masuk dalam indeks syariah adalah emiten yang

kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti:

a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan

yang dilarang

b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan

usaha asuransi konvensional

c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan

makanan dan minuman yang tergolong haram

d. Usaha yang memproduksi mendistribusi dan atau menyediakan barang-

barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

Selain kriteria di atas, dalam proses pemilihan saham yang masuk JII,

Bursa Aset Jakarta melakukan tahap- tahap pemilihan yang juga

mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu:

a. Kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali

termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).

b. Saham yang berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun

memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal 90%.

c. Enam puluh saham dari susunan saham berdasarkan urutan rata- rata

kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.

d. Tiga puluh saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata

(13)

13

Evaluasi terhadap saham- saham yang masuk dalam perhitungan JII

dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan penentuan komponen index pada awal

bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan jenis usaha

emiten akan terus diawasi berdasarkan data- data publik yang tersedia.

Apabila saham- saham tersebut tidak lagi memenuhi prinsip- prinsip syariah,

otoritas akan mengeluarkannya dari JII dan kedudukannya digantikan saham

lain yang memenuhi prinsip- prinsip syariah (Muhamad Nafik, 2009:260).

Dilihat dari nilai kapitalisasinya maupun nilai indeksnya, saham-

saham yang tergabung dalam JII punya kinerja yang baik. Saham- saham JII

merupakan saham yang masuk kategori blue chips yaitu sekitar 80% , masuk kategori LQ-45 sehigga pergerakan kapitalisasi dan indeks saham- saham JII

selalu mengikuti pergerakan pasar.

E. Teori Portofolio

Portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau sekumpulan aset,

baik berupa aset riil maupun aset finansial yang dimiliki investor (Abdul

Halim, 2005:54). Suatu portofolio dikatakan efisien apabila portofolio

tersebut ketika dibandingkan dengan portofolio lain memberikan nilai return terbesar dengan risiko yang sama, atau memberikan nilai risiko terkecil

dengan return yang sama. Portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih oleh investor dari kumpulan portofolio efisien. Pemilihan portofolio tersebut

(14)

14 F. Return

Return merupakan keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan. Return dapat berupa realized return (return realisasi) yang sudah terjadi atau expected return (return ekspektasi) yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Realized return penting karena digunakan sebagai salah satu alat pengukur kinerja dari suatu perusahaan.

Realized return atau return historis juga digunakan dalam menghitung expected return dan risiko di masa mendatang. Nilai realized return saham ke-i , i = 1,2,...,n , periode ke-t ,t = 1,2,..., n, dilambangkan dengan , dihitung berdasarkan data historis dengan rumus sebagai berikut :

(2.1)

Keterangan :

= realized return saham ke-i pada periode ke- t

= harga saham pada periode ke-t

= harga saham pada periode t-1

Expected return adalah tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor di masa mendatang, dihitung berdasarkan rata-rata yang berasal dari suatu

distribusi return sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) : ∑

(2.2)

Keterangan :

= expected return saham ke-i

(15)

15

Return yang dipersyaratkan (required return) atau return minimal merupakan tingkat return minimal yang dikehendaki oleh investor atas preferensi subyektif investor terhadap risiko. Return yang dipersyaratkan diperoleh secara historis. Nilai return yang dipersyaratkan biasanya merupakan nilai mean dari expected return seluruh saham yang diinvestasikan.

Realized return portofolio adalah jumlah nilai return realisasi saham- saham di dalam portofolio (Jogiyanto, 2010 : 312) sebagai berikut:

∑ (2.3)

Keterangan :

= realized return portofolio

= proporsi saham yang diinvestasikan

Expected return portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari expected return masing- masing saham tunggal pada portofolio. Secara matematis, return portofolio dapat ditulis sebagai berikut (Jogiyanto,2010 : 312) :

( ) ∑ (2.4)

Keterangan :

( ) = expected return portofolio

G. Risiko

Menurut Wardani (2010) risiko adalah kemungkinan penyimpangan

(16)

16

maka preferensi investor terhadap risiko dibedakan menjadi tiga (Mohammad

Samsul, 2007:356), yaitu:

1. Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker)

Risk seeker merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua

pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian sama dengan

risiko yang berbeda, maka ia akan lebih memilih investasi dengan risiko

yang lebih besar. Biasanya investor ini bersikap agresif dan spekulatif

dalam mengambil keputusan investasi.

2. Investor yang netral (risk neutrality)

Investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama

untuk setiap kenaikan risiko investor jenis ini umumnya cukup fleksibel

dan bersikap hati- hati dalam mengambil keputusan.

3. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter)

Investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang

memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang

berbeda, maka ia akanlebih suka mmilih investasi dengan risiko yang

lebih kecil. Biasanya investor bersikap matang dalam menentukan pilihan

investasi.

Risiko saham ke-i diukur dengan standard deviation sebagai berikut (Jogiyanto, 2010: 229)

√∑

(2.5)

Keterangan :

(17)

17

Risiko portofolio dapat dihitung menggunakan varians dari , dapat ditulis sebagai berikut(Jogiyanto, 2010: 257):

( )

∑ ∑

( )

( )

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )

( )( )

( )( )

( )

∑ ∑

Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks berikut:

[

]

(18)

18 Keterangan :

= varians portofolio

= kovarians saham ke-i dan ke- j

Setelah diketahui varians portofolio, dapat dihitung standard deviation yang merupakan risiko portofolio diperoleh dari akar kuadrat dari varians portofolio.

H. Beta Saham

Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu saham atau return portofolio terhadap return pasar. Beta saham ke-i mengukur volatilitas return saham ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar, dengan demikian beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu saham (Jogiyanto,2010:375). Beta portofolio dapat dihitung dengan mengetahui beta

masing – masing saham terlebih dahulu. Beta saham ke-i dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Jogiyanto, 2010; 383):

∑ (2.7)

Keterangan :

= beta saham ke-i

= return pasar periode ke- t = return pasar

Beta portofolio ( ) merupakan rata- rata tertimbang dari beta

(19)

19

∑ (2.8)

Keterangan:

= proporsi saham ke-i = beta portofolio

Jika beta suatu saham sama dengan satu, , berarti saham

tersebut memiliki risiko yang sama dengan risiko rata- rata pasar. Misalnya,

jika IHSG naik 5%, maka harga pasar saham tersebut cenderung meningkat

5%. Sementara itu, jika , berarti saham tersebut memiliki risiko lebih

kecil dari risiko rata- rata pasar dan saham tersebut akan bergerak 0,5 kali

perubahan IHSG. Selanjutnya jika , berarti saham tersebut memiliki

risiko lebih besar dari risiko rata- rata pasar dan saham tersebut akan bergerak

1,5 kali perubahan IHSG.

Oleh karena itu, semakin besar beta , maka akan semakin peka excess return suatu saham terhadap perubahan excess return portofolio pasar, sehingga saham itu akan semakin berisiko, dengan demikian dapat dikatakan

bahwa tingkat pengembalian portofolio ditentukan oleh risiko sistematis atau

risiko pasar yang diukur dengan beta ( dan tingkat pengembalian pasar.

Beta saham mengindikasikan tingkat kepekaan saham terhadap

kondisi pasar secara umum. Jika beta suatu saham lebih besar dari beta pasar

, berarti saham tersebut memiliki risiko lebih tinggi dari risiko rata-

rata pasar, dan saham tersebut termasuk saham agresif. Sebaliknya, jika beta

suatu saham lebih kecil dari satu, berarti saham tersebut termasuk saham

(20)

20

keberanian investor dalam menanggung risiko. Semakin berani seorang

investor menanggung risiko , dia akan memilih saham- saham agresif (Abdul

Halim, 2005:74).

I. Koefisien Variasi

Dua faktor harus dipertimbangkan bersama-sama dalam melakukan

analisis investasi, yaitu expected return dan risiko saham. Koefisien variasi (coefficient of variation) dapat digunakan untuk mempertimbangkan dua faktor tersebut bersamaan (Jogiyanto,2010:290). merupakan notasi

koefisien variasi untuk saham ke-i. Rumus koefisien variasi adalah:

(2.9)

Rumus koefisien variasi dapat diartikan bahwa semakin kecil nilai

semakin baik saham tersebut. Semakin kecil menunjukkan semakin kecil

risiko saham dan semakin besar expected return. J. Indeks Sharpe

Tujuan penilaian kinerja portofolio adalah untuk mengetahui dan

menganalisis apakah portofolio yang dibentuk telah dapat meningkatkan

kemungkinan tercapainya tujuan investasi sehingga dapat diketahui

portofolio mana yang memiliki kinerja yang lebih baik jika ditinjau dari

(21)

21

(2.10)

Keterangan:

= indeks sharpe = return Portofolio = risiko portofolio

K. Pemrograman Linier

Menurut Fredick S. Hiller dan Gerald J. Lieberman, program linier

merupakan suatu model matematis untuk menggambarkan masalah yang

dihadapi. Linier berarti bahwa semua fungsi matematis dalam model ini harus

merupakan fungsi – fungsi linier. Pemrogaman merupakan sinonim untuk

kata perencanaan, dengan demikian membuat rencana kegiatan- kegiatan

untuk memperoleh hasil yang optimal, ialah suatu hasil untuk mencapai

tujuan yang ditentukan dengan cara yang paling baik (sesuai dengan model

matematis) diantara semua alternatif yang mungkin (Andi Wijaya ,2013: 9).

Program linier dikenal dua macam fungsi, yaitu:

a. Fungsi tujuan , menggambarkan apa yang ingin dicapai perusahaan dengan

menggunakan sumber daya yang ada, fungsi tujuan digambarkan dalam

bentuk maksimasi ( misalnya untuk laba, penerimaan, produksi, dan lain-

lain atau minimasi (misalnya untuk biaya) yang dinyatakan dalam notasi

Z.

b. Fungsi kendala, menggambarkan kendala- kendala yang dihadapi

(22)

22

mesin, tenaga kerja, dan lain- lain, untuk kasus program linier, kendala

yang dihadapi berjumlah dari satu kendala.

1. Asumsi – Asumsi Dasar Pemrograman Linier

Asumsi – asumsi dasar pemrograman linier diuraikan agar

penggunaan teknik pemrograman linier dapat memuaskan untuk berbagai

masalah. Adapun asumsi – asumsi dasar pemrograman linier sebagai

berikut (Pangestu Subagyo,1995:14) :

a) Kesebandingan (Proportionality)

Asumsi ini mempunyai arti bahwa naik turunnya nilai fungsi tujuan

dan penggunaan sumber atau fasilitasyang tersedia akan berubah secara

sebanding (proportional ) dengan perubahan tingkat kegiatan.

b) Penambahan (Additivity)

Nilai fungsi tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi atau dalam

pemrograman linier dianggap bahwa kenaikan dari nilai tujuan yang

diakibatkan oleh kenaikan suatu kegiatan dapat ditambahkan tanpa

mempengaruhi bagian nilai tujuan yang diperoleh dari kegiatan lain.

c) Dapat dibagi (Divisibility)

Asumsi inimenyatakan bahwa keluaran yang dihasilkan oleh setiap

kegiatan dapat berupa jikangan pecahan. Demikian pula dengan nilai

tujuan yang dihasilkan.

d) Kepastian (Deterministic)

Semua parameter yang terdapat dalam model pemrograman linier dapat

(23)

23

2. Bentuk Umum Model Pemrograman Linier

Masalah pemrograman linier merupakan masalah optimasi

bersyarat yakni pencarian nilai maksimum atau pencarian nilai minimum

sesuatu fungsi tujuan berkenaan dengan keterbatasan – keterbatasan atas

kendala yang harus dipenuhi. Masalah- masalah tersebut secara umum

dapat dirumuskan sebagai berikut (Johannes Supranto, 1991: 44):

Fungsi tujuan meminimalkan dinotasikan dengan Z dan relasi

dalam kendala berbentuk , dapat ditulis sebagai berikut:

Meminimalkan

dengan kendala,

, i = 1,2, ... , n (2.11) Fungsi tujuan memaksimalkan dinotasikan dengan Z dan relasi dalam kendala berbentuk , dapat ditulis sebagai berikut:

Memaksimalkan

dengan kendala,

(24)

24

(2.12)

Keterangan :

: variabel keputusan ke-n

: suku tetap/ bahan mentah ke-m yang tersedia

: koefisien kendala

: koefisien ongkos ke-n

L. Metode Simpleks

Metode simpleks pertama kali diperkenalkan oleh George B. Dantzig

pada tahun 1947 dan telah diperbaiki oleh para ahli lain. Metode simpleks

adalah suatu prosedur bukan secara grafis maupun aljabar yang digunakan

untuk mencari nilai optimal dari fungsi tujuan dalam masalah-masalah

optimisasi yang terkendala. Pencarian nilai optimum dengan menggunakan

metode simpleks dilakukan proses pengulangan (iterasi) dimulai dari

penyelesaian dasar awal yang layak (feasible) hingga penyelesaian dasar akhir yang layak dimana nilai dari fungsi tujuan telah optimum. Dalam hal

ini proses pengulangan tidak dapat dilakukan lagi. Secara khusus prosedur

pengulangan mudah dipahami menggunakan operasi baris dari Gauss-Jordan.

Permasalahan model linear harus diubah kedalam bentuk kanonik sebelum

dilakukan penyelesaian menggunakan metode simpleks, perubahan tersebut

(25)

25 1. Fungsi kendala

Terdapat tiga persyaratan untuk merumuskan fungsi kendala masalah

pemrogaman linier dengan menggunakan metode simpleks, yaitu

a. Semua kendala pertidaksamaan harus dinyatakan sebagai persamaan

Sebelum penyelesaian dengan metode simpleks pertidaksamaan harus

diyatakan dalam persamaan linier. Perubahan tersebut dibedakan

menjadi tiga sesuai sifat persamaaan tersebut

1) Tanda lebih kecil dari atau sama dengan (≤)

Kendala yang mempunyai tanda lebih kecil dari atau sama dengan

harus ditambahkan dengan variabel slack ( ) non negatif disisi kiri kendala. Variabel ini untuk membuat ruas yang semula longgar

menjadi ketat sehingga sama nilainya dengan ruas yang lainnya

(B. Susanta, 1994: 69) . Contoh kendala berubah

menjadi

2) Tanda lebih besar dari atau sama dengan (≥)

Kendala yang mempunyai tanda lebih besar dari atau sama dengan (≥) harus ditambahkan dengan variabel surplus (t) non negatif

disisi kanan kendala dan ditambahkan variabel buatan atau

artificial variabel (q) disisi kiri. Variabel surplus untuk membuat

ruas yang semula longgar menjadi ketat sehingga sama nilainya

dengan ruas yang lainnya. Variabel buatan memudahkan untuk

menyelesaikan masalah awal metode simpleks. Contoh kendala

(26)

26 3) Tanda sama dengan (=)

Setiap kendala yang mempunyai tanda sama dengan (=), harus

ditambahkan dengan variabel buatan di sisi kiri kendala. Contoh

kendala berubah menjadi .

b. Sisi kanan dari suatu kendala persamaan tidak boleh negatif

Jika sebuah kendala bernilai negatif di sisi kanan, kendala tersebut

harus dikalikan -1 untuk membuat sisi kanan positif.Jika terdapat

pertidaksamaan yang sisi kanan bernilai negatif maka harus dikalikan -1

sehingga merubah tanda pertidaksamaanya juga. Contoh kendala

berubah menjadi

c. Semua variabel dibatasi nilai-nilai non negatif

Variabel-variabel yang bernilai negatif terdapat metode khusus dalam

penyelesaiannya akan tetapi tidak dibahas dalam tulisan ini. Contoh

kendala

2. Fungsi tujuan

Permasalahan model linear dapat dibedakan menjadi dua yaitu

meminimalkan atau memaksimalkan fungsi tujuan . Perubahan

masing-masing fungsi tujuan kedalam bentuk kanonik berbeda satu sama

lain,dapat dituliskan bentuk kanonik dari metode simpleks sebagai

(27)

27 a. Fungsi tujuan meminimalkan

Meminimalkan

dengan kendala

dengan dan untuk i=1,2,...,m; j=1,2,...,n (2.13)

maka bentuk kanonik metode simpleks dapat dituliskan menjadi:

(2.14)

b. Fungsi tujuan memaksimalkan

Memaksimalkan

dengan kendala

(28)

28

dengan dan untuk i=1,2,...,m; j=1,2,...,n

maka bentuk kanonik metode simpleks dapat dituliskan menjadi:

(2.16)

dimana adalah variabel slack non negatif.

Tabel awal simpleks dengan matriks yang diperbesar dengan

penambahan variabel basis dan . Tabel awal simpleks dapat dilihat

seperti Tabel 2.1 Dumairy,2012:369).

Tabel 2. 1 Tabel Awal Simpleks Penyelesaian Program Linear

... 0 0 ... 0

̅

̅ ... ...

0 ... 1 0 ... 0

0 ... 0 1 ... 0

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

0 ... 0 0 ... 1

... 0 0 ... 0 Z

(29)

29 Keterangan :

= variabel fungsi tujuan

= koefisien teknis

= konstanta ruas kanan setiap kendala

= koefisien ongkos fungsi tujuan , untuk variabel slack dan surplus bernilai nol sedangkan variabel artifisial bernilai –M untuk polamemaksimalkan dan M untuk pola meminimumkan

̅ = variabel basis pada persamaan kanonik

̅ = koefisien untuk variabel dalam basis , pada awal koefisien

ini bernilai nol.

= hasil kali , dengan kolom ∑

= rasio terkecil untuk menentukan variabel keluar (baris pivot),

diperoleh dengan rumus ⁄ yang digunakan untuk

menentukan baris kunci yaitu dipilih dengan terkecil dengan

Z = nilai fungsi tujuan yang diperoleh dari ∑ ̅

Penyelesaian metode simpleks dilakukan guna memperoleh kombinasi

yang optimal dari variabel-variabel pilihan. Langkah-langkah penyelesaian

metode simpleks sebagai berikut (Dumairy, 2012:370):

1. Rumuskan dan mengubah model menjadi bentuk kanonik.

2. Bentuk tabel pertama berdasarkan keterangan tabel simplek 2.1

(30)

30

kolom yang mengandung nilai paling positif untuk kasus

maksimasi atau mengandung nilai paling negatif jika kasusnya

minimasi.

4. Tentukan baris pivot diantara baris – baris variabel yang ada,yaitu baris yang memiliki “rasio kuantitas” dengan nilai positif terkecil, baik masalah

maksimasi maupun minimasi.

5. Bentuk tabel berikutnya dengan memasukkan variabel yang masuk ke

kolom program dan mengeluarkan variabel yang keluar dari kolom

tersebut, serta lakukan transformasi baris- baris variabel.

6. Lakukan pengujian optimalitas. Ciri-ciri tabel simpleks yang sudah optimal

dibedakan menjadi

a. Pola memaksimumkan

Tabel sudah optimal jika ( ) untuk semua j b. Pola meminimumkan

Tabel sudah optimal jika ( ) untuk semua j

Selanjutnya kembali ke langkah nomor 2 dan seterusnya hingga

diperoleh penyelesaian yang optimal.Berikut merupakan contoh penyelesaian

masalah program linear menggunakan metode simpleks agar mempermudah

pemahaman (Dumairy, 2012:371).

Contoh:

Maksimumkan

Dengan kendala :

(31)

31

Berdasarkan langkah- langkah penyelesaian pemrograman linier, masalah di

atas terlebih dahulu diubah menjadi bentuk kanonik, berikut model kanonik:

Maksimumkan

Dengan kendala,

Model yang sudah berbentuk kanonik ini dapat langsung diterjemahkan

menjadi tabel simpleks pertama, dengan menempatkan variabel- variabel

semu atau slack variable sebagai variabel dasar. Langkah

[image:31.595.165.460.494.713.2]

awal disajikan pada Tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tabel simpleks I

25 15 0 0 0

̅

0 3 3 1 0 0 24 8

0 2 4 0 1 0 20 10

0 3 0 0 0 1 21 7

0 0 0 0 0 0

(32)

32

Pada Tabel 2.2 terlihat bahwa tabel belum optimal karena masih

terdapat nilai positif pada baris .Dipilih nilai terbesar sehingga

kolom pivot pada tabel tersebut menjadi variabel yang masuk. Ternyata nilai

terbesar dimiliki oleh kolom , nilai terkecil adalah 7 pada

variabel basis sehingga keluar digantikan variabel . Perpotongan

antara kolom pivot dan baris pivot menjadi elemen pivot yang menjadi acuan

perhitungan Operasi Baris Elementer (OBE) untuk pengisian tabel simpleks

selanjutnya. Selanjutnya dilakukan dengan cara perhitungan terlebih dahulu

pada baris pivot, elemen pivot yang sebelumnya bernilai 3 diubah menjadi 1

dengan cara perhitungan baris pivot dikalikan 1/3 Sedangkan elemen di atas

elemen pivot (menjadi 0) diperoleh dengan cara, baris kedua dikurangi 2/3

dikalikan baris pivot. Sedangkan baris pertama dikurangi 1 dikalikan baris

pivot, sehingga tabel iterasi II seperti Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Tabel simpleks iterasi II

25 15 0 0 0

̅

0 0 3 1 0 -1 3 1

0 0 4 0 1 2/3 6 1,5

25 1 0 0 0 1/3 7 --

23 0 0 0 25/3 0

(33)

33

Berdasarkan Tabel 2.3 dapat dilihat bahwa nilai tersebut belum

optimal, karena masih ada nila yang bernilai positif, sehingga harus

ditentukan kolom pivot, baris pivot dan elemen pivot. Nilai terbesar

dimiliki oleh kolom dan variabel merupakan variabel masuk. Adapun

baris pivot adalah baris karena memiliki nilai terkecil dan basis

merupakan variabel yang keluar. Sehingga keluar digantikan variabel .

Elemen pivot yang sebelumnya bernilai 3 diubah menjadi 1 dengan cara

perhitungan baris pivot dikalikan 1/3 Sedangkan elemen di bawah elemen

pivot (menjadi 0) diperoleh dengan cara, baris kedua dikurangi 4/3 dikalikan

baris pivot. Sedangkan baris ketiga dikurangi 0 dikalikan baris pivot,

[image:33.595.158.468.417.635.2]

sehingga tabel iterasi II seperti Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Tabel Simpleks Iterasi Akhir

25 15 0 0 0

̅

15 0 1 1/3 0 -1/3 1 -

0 0 0 -4/3 1 2/3 2 -

25 1 0 0 0 1/3 7 7

25 15 5 0 10/3 190

0 0 -5 0 -10/3 0

Pada penyelesaian tahap ketiga ini terlihat tidak terdapat lagi unsur

(34)

34

merupakan tabel optimal. Dengan membaca tabel terakhir ini dapat

disimpulkan bahwa optimalitas tercapai pada kombinasi produksi 7 unit

dan 1 unit dengan provit maksimum 190 dan tersisa 2 unit masukan

.

M. Goal Programming

Goal programming adalah salah satu metode yang digunakan dalam pemecahan masalah program linier dengan multi-tujuan. Model umum

program linier multi tujuan dapat dituliskan sebagai berikut (Mohammed &

Hordofa, 2016:3) :

Memaksimumkan

dengan kendala

(2.17)

Keterangan:

= fungsi tujuan ke- i

= variabel keputusan

= koefisien

= jumlah sumber daya yang tersedia

Fungsi tujuan model goal programming selalu diekspresikan dalam bentuk minimisasi yaitu meminimalkan penyimpangan dari nilai fungsi-

(35)

35

adalah merumuskan variabel- variabel penyimpangan dari fungsi tujuan yaitu

, dituliskan sebagai berikut:

(2.18)

dimana

dan

Fungsi tujuan goal programming adalah meminimalkan nilai varibel – variabel penyimpangan dari fungsi – fungsi tujuan dengan tambahan fungsi

kendala, yaitu :

∑ (2.19)

atau

∑ (2.20)

Sehingga model goal programming dari masalah (2.17) adalah (Hillier dan Lieberman, 1980: 173):

Meminimalkan

dengan kendala

(2.21)

Keterangan:

= penyimpangan ke- i

(36)

36

= penyimpangan atas ke- i (overachievement)

Notasi adalah variabel penyimpangan yang merepresentasikan

tingkat pencapaian di bawah target ( underachievement ). Notasi adalah variabel penyimpangan yang merepresentasikan tingkat pencapaian di atas

target (overachievement ). Kedua variabel penyimpangan tersebut merupakan sepasang variabel deviasional yang berfungsi untuk menampung

penyimpangan yang akan terjadi pada nilai ruas kiri suatu persamaan kendala

terhadap nilai ruas kanannya. Agar penyimpangan tersebut minimal, artinya

nilai ruas kiri suatu persamaan kendala sebisa mungkin mendekati nilai ruas

kanannya maka variabel deviasional itu harus diminimalkan di dalam fungsi

tujuan (Siswanto, 2007: 342). Berdasarkan tujuan dapat ditentukan variabel

[image:36.595.138.490.500.618.2]

deviasional yang akan diminimalkan dalam fungsi tujuan goal programming pada Tabel 2.5 berikut (Orumie dan Ebong, 2014:61):

Tabel 2.5 Stuktur Umum Goal Programming Tujuan Variabel deviasional yang diminimalkan dalam Z

Fungsi tujuan pertama (baris pertama Tabel 2.5) menyatakan bahwa

tujuan yang hendak dicapai dituangkan ke dalam dan tidak boleh

(37)

37

agar hasil tidak melebihi nilai , maka dibutuhkan variabel deviasional

untuk diminimalkan. Fungsi tujuan kedua (baris kedua Tabel 2.5) menyatakan

bahwa penyimpangan diubah nilai harus diminimalkan agar hasil

penyelesaian paling sedikit sama dengan , dengan demikian

akan diminimumkan. Fungsi tujuan terakhir (baris ketiga Tabel 2.5 )

setiap penyimpangan atas dan bawah tidak boleh dilampaui, maka

dan harus diminimumkan. Apabila kedua variabel deviasional yang

dimaksud di atas dapat diminimisasi, artinya: kedua variabel deviasional

bernilai nol, maka tujuan telah tercapai, begitu juga sebaliknya.

Pada beberapa kasus, tujuan satu akan lebih penting dengan tujuan

lainnya, maka pengambil keputusan harus menentukkan mana dari tujuan –

tujuan tersebut yang diprioritaskan. Misalkan tujuan yang paling penting

sebagai prioritas ke-1. Tujuan yang kurang begitu penting ditentukan sebagai

prioritas ke-2, demikian seterusnya. Pembagian prioritas tersebut dikatakan

sebagai pengutamaan (preemptive), yaitu mendahulukan tercapainya kepuasan pada sesuatu tujuan yang telah diberikan prioritas utama sebelum

menuju kepada tujuan-tujuan atau prioritas-prioritas berikutnya. Jadi tujuan

harus disusun dalam suatu urutan (ranking) menurut prioritasnya (Nasendi &

Affendi, 1985: 213). Model dengan memprioritaskan tujuan ini disebut

sebagai model lexicographic goal programming.

Notasi yang digunakan untuk menandai prioritas tujuan tersebut

adalah . Faktor- faktor- faktor prioritas tersebut memiliki

(38)

38

dimana >> berarti “jauh lebih penting daripada”. Berdasarkan Persamaan

(2.21) dengan memperhatikan prioritas setiap tujuan model lexicographic goal programming dapat dituliskan sebagai berikut:

Meminimalkan

dengan kendala

(2.22)

Keterangan :

= Prioritas ke-i

Neelavathi (2015) memaparkan langkah- langkah untuk

menyelesaikan model lexicographic goal programming, dapat diselesaikan dengan tahapan sebagai berikut :

Diasumsikan setiap fungsi tujuan mempunyai nilai optimal, langkah pertama

(39)

39 Meminimalkan

dengan kendala: Persamaan Tujuan

Fungsi Kendala

Kendala non-negatif

Nilai fungsi tujuan prioritas ke-1 akan ditambahkan pada fungsi kendala pada

prioritas ke-2. Misalkan nilai fungsi tujuan prioritas ke-1 adalah , maka

model lexicographic goal programming prioritas ke-2 adalah Meminimalkan

dengan kendala: Persamaan Tujuan

Fungsi Kendala

Kendal non-negatif

Misalkan nilai fungsi tujuan prioritas ke- 2 adalah , maka model

lexicographic goal programming prioritas ke- 3 adalah Meminimalkan

dengan kendala: Persamaan Tujuan

Fungsi Kendala

(40)

40 Meminimalkan

dengan kendala: Persamaan Tujuan

Fungsi Kendala

Kendala non-negatif

Solusi optimal prioritas ke- n menjadi solusi optimal dari masalah lexicographic goal programming pada kasus ini.

Agar lebih mudah dipahami akan diberikan kasus permasalahan

lexicographic goal programming. Misalkan terdapat 4 variabel deviasional yang akan diminimalkan, dua variabel deviasional pada prioritas ke- 1, satu

variabel deviasional prioritas ke- 2, dua variabel deviasional pada prioritas

ke- 3. Variabel deviasional berturut- turut adalah . Penyelesaian

lexicographic goal programming prioritas ke- 1 adalah Meminimalkan

dengan kendala: Persamaan Tujuan

Fungsi Kendala

Kendala non-negatif

Misalkan hasil optimal fungsi meminimalkan prioritas ke-1 yaitu , maka

(41)

41 Meminimalkan

dengan kendala: Persamaan Tujuan

Fungsi Kendala

Kendala non-negatif

Misalkan hasil optimal fungsi meminimalkan prioritas ke- 2 yaitu , maka

model lexicographic goal programming prioritas ke- 3 adalah Meminimalkan

dengan kendala: Persamaan Tujuan

Fungsi Kendala

Kendala non-negatif

Solusi optimal prioritas ke- 3 menjadi solusi optimal dari masalah

(42)

42 BAB III PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas pembentukan portofolio menggunakan metode

goal programming dan lexicographic goal programming pada empat saham yang akan dipilih menjadi kandidat portofolio dari saham- saham yang tergabung dalam

Jakarta Islamic Index (JII) periode Februari 2014 - Maret 2016. Pembentukan portofolio optimal dipilih dari 11 portofolio yang dibentuk investor. Selanjutnya

dilakukan penilaian kinerja portofolio berdasarkan perhitungan indeks sharpe guna mendapatkan portofolio optimal. Oleh karena itu, dalam bab ini terlebih

dahulu akan dibahas analisis pembentukan portofolio menggunakan metode goal programming dan lexicographic goal programming, perhitungan indeks sharpe. Pembentukan portofolio metode goal programming dan lexicographic goal programming akan dilakukan dengan menggunakan program komputer LINGO.

A. Pembentukan Model Portofolio

Pemilihan portofolio membahas permasalahan bagaimana investasi

dapat memberi keuntungan maksimal dengan risiko minimal. Menurut Abdul

Halim (2005:4), ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam investasi,

yaitu return yang diharapkan (expected of return), risiko (risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. Selain tiga hal tersebut

agar diversifikasi terbentuk atau investasi tidak terpusat dalam satu saham

dilakukan pembatasan proporsi setiap saham. Sehingga masalah nyata yang

(43)

43

1. Seorang investor ingin melakukan investasi pada beberapa aset saham

agar memenuhi jumlah dana yang diinvestasikan.

2. Berdasarkan jumlah dana yang diinvestasikan investor ingin

mendapatkan keuntungan yang maksimum. Investor berharap akan

mendapatkan tingkat keuntungan (expected return) lebih dari nilai DR, dimana DR adalah nilai return minimal.

3. Investor akan berhadapan dengan risiko.

4. Guna melakukan diversifikasi atau meratakan jumlah dana yang

diinvestasikan pada masing- masing saham, investor membatasi proporsi

setiap saham.

Permasalahan - permasalahan nyata tersebut akan disusun ke dalam

suatu model portofolio goal programming dan lexicographic goal programming dengan asumsi sebagai berikut:

1. Investor mempunyai jumlah dana yang diinvestasikan sebesar 1 ( =1).

2. Return portofolio yang diharapkan oleh investor diasumsikan lebih dari nilai DR. DR adalah nilai return minimal, yang diperoleh dari mean expected return seluruh saham yang diinvestasikan.

3. Investor menghendaki nilai maksimum proporsi setiap saham tidak akan

lebih dari V, nilai V yang dikehendaki antara 30% - 40% dari jumlah

dana. Setidaknya investor menginvestasikan jumlah dana sebesar D yaitu

5% setiap saham.

(44)

44

sama dengan nilai tertentu S ( . Investor memilih beta portofolio kurang dari sama dengan 0,9 ( . Hal ini berarti risiko portofolio

yang ditanggung investor memiliki risiko yang lebih kecil dari risiko

rata- rata pasar, portofolio akan bergerak kurang dari sama dengan 0,9

kali perubahan IHSG.

5. Investor akan melakukan investasi dengan urutan prioritas sebagai

berikut: risiko yang ditanggung investor >> return yang diharapkan >>

jumlah dana yang diinvestasikan >> pembatasan proporsi dana setiap

saham.

6. Tidak terjadi pinjaman (short sale).

B. Pembentukan Portofolio Model Goal Programming

Memenuhi jumlah dana yang diinvestasikan menjelaskan bahwa

proporsi saham ( , i = 1,2,...,n , seluruh n-saham akan sama dengan jumlah dana yang diinvestasikan (M0), Agar tujuan ini tercapai, maka penyimpangan di bawah dan di atas nilai M0 harus diminimalkan. Hal ini membutuhkan kehadiran variabel deviasional , sehingga fungsi tujuan pertama

adalah

∑ (3.1)

(45)

45

∑ ( (3.2)

Ukuran risiko menggunakan konsep Sharpe (1963) yaitu risiko

sistematis. Risiko sistematis atau beta saham ke-i dilambangkan dengan , i= 1, 2,...,n. Berdasarkan asumsi bahwa investor merupakan risk averter, dimana

investor tidak suka terhadap risiko, sehingga dipilih beta portofolio yang tidak

akan lebih dari S. Oleh karena itu, penyimpangan di atas nilai S harus diminimalkan agar hasil penyelesaian tidak melebihi nilai S atau paling banyak sebesar S atau dengan kata lain variabel deviasional akan diminimalkan pada fungsi tujuan goal programming, fungsi tujuan ketiga dapat dituliskan :

∑ (3.3)

Fokus dalam maksimasi dari jumlah dana yang diinvestasikan dan

return portofolio diharapkan memperoleh keuntungan yang besar (M). Penyimpangan di bawah nilai M harus diminimalkan, dengan demikian, variabel deviasional akan diminimalkan. Fungsi tujuan keempat dapat

dibentuk dalam model matematis sebagai berikut:

∑ ( (3.4)

Masalah nyata kelima menjelaskan bahwa untuk meratakan jumlah

dana yang diinvestasikan pada masing- masing saham diberikan batasan

alokasi dana pada setiap saham, dengan proporsi saham ( ) masing-masing

(46)

46

penyimpangan harus diminimalkan, oleh karena itu penyimpangan di

bawah nilai V diminimalkan pada fungsi tujuan dan juga penyimpangan diatas nilai D diminimalkan , dengan demikian fungsi tujuan keempat menjadi:

(3.5)

dan

(3.6)

Ciri khas yang menandai model goal programming adalah kehadiran variabel penyimpangan di dalam fungsi tujuan yang harus diminimalkan. Hal

ini merupakan konsekuensi logis dari tujuan kehadiran variabel

penyimpangan di dalam fungsi tujuan . Jadi, fungsi tujuan model portofolio

goal programming sebagai berikut : Meminimalkan

∑ (3.7)

(47)

47 Meminimalkan

dengan kendala:

∑ (

∑ (

(3.8)

Keterangan:

= Variabel deviasional overachievment = Variabel deviasional underachievment

= Variabel keputusan, proporsi investsi yang

(48)

48 ( = Expected return saham ke-i

= Return minimal yang diinginkan investor = Risiko sistematik saham ke-i

= Risiko sistematik portofolio yang diharapkan

V = Limit investasi saham

D = Batas minimal proporsi investasi saham

Lexicographic goal programming merupakan salah satu jenis goal programming dimana terdapat pre-emptive (pengutamaan) goal programming. Misalnya tujuan yang paling penting ditentukan sebagai prioritas pertama, tujuan yang kurang begitu penting dibanding tujuan

pertama ditentukan sebagai prioritas kedua, demikian seterusnya.Jadi, harus

disusun dalam suatu urutan (ranking) menurut prioritasnya. Karena investor

merupakan risk averter , maka prioritas pertama adalah memperhatikan risiko. Penyusunan urutan (ranking) menurut prioritasnya pada pembentukan

model portofolio saham lexicographic goal programming diberikan sebuah kasus dimana investor akan melakukan investasi dengan urutan prioritas

sebagai berikut:

1. Risiko yang ditanggung investor.

2. Return yang diharapkan.

3. Jumlah dana yang diinvestasikan.

4. Pembatasan proporsi alokasi dana setiap saham.

(49)

49

Pembentukan portofolio saham lexicographic goal programming analog dengan pembentukan portofolio saham goal programming, yang membedakan adalah pada fungsi tujuan. Fungsi tujuan pada model

lexicographic goal programming mempunyai prioritas pada variabel deviasional yang diminimumkan setiap kendala. Berdasarkan masalah (3.8)

dan prioritas yang dibentuk, maka diperoleh model lexicographic goal programming sebagai berikut:

:

( ( ( (∑ ∑ )

(

dengan kendala:

∑ (

∑ (

(50)

50 Keterangan:

= Prioritas ke –i, dimana i= 1,2,...,n.

C. Penerapan Model dalam Membentuk Portofolio Saham JII 1. Data

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar

di JII selama periode pengamatan Februari 2014 – Maret 2016. Data yang

digunakan adalah data close price saham bulanan dari perusahaan – perusahaan yang stabil masuk dalam JII. Pemilihan sampel data dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria:

1. Saham tersebut selalu masuk daftar saham yang tergabung dalam JII

selama periode Februari 2014 – Maret 2016.

2. Saham mempunyai data historical price saham bulanan yang lengkap Februari periode 2014 – Maret 2016.

3. Termasuk saham positif yang mempunyai return lebih tinggi dan risiko lebih rendah dari pada rata- rata return dan risiko saham seluruhnya yang dapat ditunjukkan dengan scatter plot data (return dan risiko) saham JII. 4. Sampel yang diambil adalah saham- saham yang memiliki nilai koefisien

variasi terendah.

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil dari

www.finance.yahoo.com . Berikut daftar saham JII yang digunakan dalam

(51)
[image:51.595.152.473.102.593.2]

51

Tabel 3.1 Daftar Saham Jakarta Islamic Index

No

Saham Kode Nama Emiten

1 AALI Astra Agro Lestari Tbk.

2 ADRO Adaro Energy Tbk.

3 AKRA AKR Corporindo Tbk.

4 ASII Astra Internasional Tbk.

5 ASRI Alam Sutera Realty Tbk.

6 BSDE Bumi Serpong damai Tbk.

7 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

8 INCO Vale Indonesia Tbk.

9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.

10 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

11 ITMG Indo Tambang Raya Megah Tbk.

12 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk.

13 KLBF Kalbe Farma Tbk.

14 LPKR Lippo Karawaci Tbk.

15 LPPF Matahari Department Store Tbk.

16 LSIP London Sumatra Indonesia Tbk.

17 MPPA Matahari Putra Prima Tbk.

18 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

19 PTPP Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.

20 PWON Pakuwon Jati Tbk.

21 SILO Siloam International Hospital Tbk.

22 SMRA Summarecon Agung Tbk.

23 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk.

24 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk.

25 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk.

26 UNTR United Tractors Tbk.

27 UNVR Unilever Indonesia Tbk.

28 WIKA Wijaya Karya Tbk.

29 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk.

2. Pemilihan Saham

(52)

52

pada periode ke-t dilambangkan dengan , perhitungan dapat menggunakan Persamaan (2.1), perhitungan realize return saham AKRA periode ke-t sebagai berikut:

Expected return masing-masing saham dapat diperoleh menggunakan rumus Persamaan (2.2), perhitungan expected return saham AKRA sebagai berikut:

( ∑

(

Risiko saham diperoleh menggunakan rumus dari Persamaan (2.5),

perhitungan risiko saham AKRA sebagai berikut :

√(( (

(53)
[image:53.595.162.453.94.305.2]

53

Gambar 3.1 Scatter Plot Data Return dan Risiko Saham JII

Gambar 3.1 terlihat bahwa saham-saham yang mempunyai return lebih tinggi dan risiko lebih rendah dari rata- rata adalah AKRA, BSDE,

ICBP, JSMR, LPPF, TLKM, UNVR. Selanjutnya akan dipilih empat

saham dari tujuh saham yang terpilih dengan melihat koefisien variasi

( sebagai ukuran. Koefisien variasi (coeficient of variation) dapat digunakan untuk mempertimbangkan dua faktor tersebut secara

bersamaan. Menggunakan Persamaan (2.9) dalam menghitung koefisien

variasi, koefisien variasi saham AKRA adalah

(

Koefisien variasi tujuh saham- saham yang terpilih lainnya dapat

dihitung dengan cara yang sama. Berikut koefisien variasi saham- saham

(54)
[image:54.595.163.516.136.389.2]

54

Tabel 3.2 Daftar Koefisien Variasi Saham No

Saham Kode Nama Emiten

3 AKRA AKR Corporindo Tbk. 4,26883309

6 BSDE Bumi Serpong damai Tbk. 7,84158416 7 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 4,71631206 12 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk. 17,4186047 15 LPPF Jasa Marga (Persero) Tbk. 6,87666371 25 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk. 3,62420382 27 UNVR Unilever Indonesia Tbk. 3,23366556

Koefisien variasi merupakan pembagian risiko dengan expected return, dapat diartikan bahwa semakin kecil nilai semakin baik aktiva tersebut. Semakin kecil menunjukkan semakin kecil risiko saham dan

semakin besar . Dipilih empat saham yang mempunyai nilai

koefisien variasi terkecil, yaitu AKRA, ICBP, TLKM, UNVR.

Didefinisikan proporsi saham AKRA sebagai variabel keputusan ,

proporsi saham ICBP sebagai variabel , proporsi saham TLKM sebagai

variabel , dan proporsi saham . Berdasarkan asumsi dan Persamaan (3.1),

tujuan pertama untuk model pembentukan portofolio goal programming dapat dituliskan sebagai berikut:

(55)

55

3.Menghitung Expected Return dan Beta Saham terpilih

Expected return telah dihitung sebelumnya. Sedangkan risiko yang menjadi ukuran dalam model pembentukan portofolio optimal adalah risiko

sistematik atau juga dikenal sebagai beta saham. Perhitungan beta saham

menggunakan Persamaan (2.7) dengan nilai realize return saham periode ke-i dan nilai realize return pasar ke-i dapat dilihat di Lampiran 2. Perhitungan beta saham AKRA sebagai berikut :

∑ ( ( ( (

∑ ( (

( ( ( ( (( (

1

Berikut daftar expected return dan beta empat saham yang terpilih. Tabel 3.3 Return dan Beta Saham Terpilih

Kode Saham AKRA ICBP TLKM UNVR

Return 0,02031 0,0141 0,0157 0,01806

Beta Saham 0,29031 1,294 0,73946 0,50658

4.Menghitung Return Minimal

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa return minimal yang diinginkan investor adalah nilai mean dari expected return seluruhsaham yang masuk dalam portofolio, perhitungan nilai DR sebagai berikut:

(56)

56

Berdasarkan return saham pada Tabel 3.3 dan telah diperoleh return minimal, dari Persamaan (3.2) maka tujuan kedua untuk model portofolio

goal programming dapat dituliskan sebagai berikut:

(3.11)

Berdasarkan beta saham pada Tabel 3.3 yang akan dijadikan sebagai

koefisien Persamaan (3.3), dan beta portofolio akan mendekati suatu nilai

( yang ditentukan investor. Penelitian ini mengasumsikan bahwa

investor merupakan risk averter yaitu investor yang tidak suka terhadap risiko, maka investor menginginkan beta portofolio kurang dari sama dengan

nilai tertentu S ( . Investor memilih beta portofolio kurang dari sama dengan 0,9 , , maka tujuan ketiga model portofolio goal programming dituliskan sebagai berikut:

(3.12)

Berdasarkan Persamaan (3.4) tujuan keempat model pembentukan

portofolio goal programming dapat dituliskan sebagi berikut:

(3.13)

5. Batasan proporsi

Pada portofolio ini akan dibuat 11 portofolio dengan menetapkan

terlebih dahulu asumsi pada tujuan keempat. Investor menginginkan proporsi

yang diinvestasikan pada suatu saham tidak kurang dari V yaitu 5% dan tidak lebih dari nilai D, dimana besar nilai D diantara 30% sampai 40%. Hal tersebut bertujuan agar jumlah bobot investasi yang dialokasikan sebesar

100% atau modal yang dimiliki digunakan seluruhnya dalam investasi.

(57)
[image:57.595.153.473.98.462.2]

57

Tabel 3.4 Batasan Proporsi Saham

Portofolio Proporsi Saham

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Setelah diperoleh proporsi setiap saham pada masing- masing

portofolio, akan dihitung kinerja portofolio-portofolio berdasarkan

(58)

58 6.Model Goal Programming

a. Proporsi Saham pada Portofolio

Setelah semua persamaan tujuan yang diperlukan dalam

membentuk portofolio diketahui. Langkah selanjutnya akan dicari proporsi

investasi pada masing-masing saham. Model umum portofolio goal programming tanpa prioritas portofolio 1 sebagai berikut:

Meminimalkan:

dengan kendala:

Penyelesaian model untuk mendapatkan proporsi investasi

(59)

59

Lampiran 3, output LINGO penyelesaian portofolio 1 model goal programming mempunyai objective value bernilai nol, hal ini berarti bahwa semua variabel deviasional yang diminimumkan dalam fungsi

tujuan bernilai nol dengan kata lain fungsi tujuan tercapai.

Secara analog dapat diperoleh nilai masing- masing proporsi tiap

saham pada sepuluh portofolio lainnya, output lingo terlampir pada

[image:59.595.166.459.331.675.2]

Lampiran 3. Diperoleh nilai proporsi investasi masing-masing portofolio seperti disajikan dalam Tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Proporsi Saham pada Portofolio Saham JII Portofolio

1 0,205234 0,194767 0,3 0,3

2 0,31 0,248333 0,31 0,131667

3 0,32 0,248056 0,32 0,111944

4 0,33 0,247778 0,33 0,092222

5 0,34 0,2475 0,34 0,0725

6 0,35 0,247222 0,35 0,052778

7 0,349195 0,240805 0,36 0,05

8 0,346618 0,233382 0,37 0,05

9 0,38 0,38 0,155805 0,084195

10 0,39 0,39 0,155975 0,064025

(60)

60

b. Risiko dan Return Portofolio Goal Programming

Setelah proporsi investasi masing-masing saham pada setiap

portofolio diketahui, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai expected return portofolio dan risiko portofolio. Expected Return portofolio diperoleh dari Persamaan (2.4) sedangkan risiko portofolio dihitung berdasarkan

[image:60.595.142.517.312.447.2]

Persamaan (2.6) . Pada portofolio 1 perhitungan nilai expected return dapat

Gambar

Tabel awal simpleks dengan matriks yang diperbesar dengan
Tabel 2.2 Tabel simpleks I
Tabel 2.4 Tabel Simpleks Iterasi Akhir
Tabel 2.5 Stuktur Umum Goal Programming
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan membahas penyelesaian model portofolio nonlinear menggunakan metode Separable Programming dan Lagrange Multiplier dengan mengkombinasikan tiga

Masalah yang diangkat dalam tulisan ini adalah: Bagaimana goal programming dapat diselesaikan dengan pendekatan optimisasi robust, sehingga penyimpangan yang

Production Planning Model by Goal Programming Approach, a

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi saham yang dapat membentuk portofolio optimal dengan menggunakan model indeks tunggal, mengetahui

1. Pemilihan saham dalam portofolio saham dapat dioptimalkan melalui metode Fuzzy Linear Programming. Program aplikasi untuk optimasi pemilihan portofolio saham dapat dibuat

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui proses pembentukan optimalisasi portofolio yang mengacu pada model indeks tunggal saham, menganalisis saham yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saham-saham yang membentuk portofolio optimal dari saham-saham perusahaan perbankan dengan model indeks tunggal, proporsi

Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan