• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL DIAN DIAN PALUPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JURNAL DIAN DIAN PALUPI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH PROGRAM BANTUAN SAPI BIBIT BETINA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK DI KABUPATEN

WONOGIRI

Anjar Dian Palupi1, Sri Marwanti2, Minar Ferichani3 Program Studi Agribisnis, Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret

Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan, Surakarta, 57126. Telp/Fax (0271) 632450 E-mail : anjar7983@yahoo.com

Abstrak : Penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1) Untuk mengetahui Pengaruh Program Bantuan Ternak Sapi Betina terhadap Pendapatan Peternak di Kabupeten Wonogiri,(2) Untuk mengetahui pengaruh keaktifan peternak terhadap pendapatan peternak di Kabupaten Wonogiri, (3) Untuk mengetahui Pengaruh pengalaman beternak, biaya hijauan makanan ternak (HMT), biaya konsentrat, IB, biaya obat, calving interval, jumlah tanggungan keluarga, terhadap pendapatan petani ternak di Kabupaten Wonogiri. Metode dasar penelitian adalah metode deskripsi analisis dan pelaksanaan penelitian dilakukan dengan metode survei. Penelitian akan dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri. Sampel terdiri dari 60 peternak penerima kegiatan dan 60 peternak yang tidak menerima kegiatan disekitar kelompok penerima kegiatan yang diambil dengan metode Simple Random Sampling dan data dianalisis dengan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan faktor-faktor dengan pendapatan peternak dinyatakan dalam model regresi linier berganda yaitu : Y = 3497580 + 37236.12 X1 – 2.304760 X2 – 1.227947 X3 + 17.44849 X4 – 2.734102 X5 – 320138.4 X6 – 57724.54 X7 + 373938.9 D1 + 198974.3 D2 + e. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa pengalaman beternak, harga hijauan makanan ternak, biaya konsentrat, biaya obat, biaya IB, calving interval, jumlah tanggungan keluarga, program bantuan sapi bibit betina, keaktifan peternak secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak. Secara individu faktor pengalaman beternak, biaya HMT, biaya konsentrat, biaya obat,

calving interval, Program Bantuan Sapi Bibit Betina dan keaktifan peternak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak, sedangkan biaya IB dan jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak.

(2)

commit to user

THE EFFECT OF ASSISTANCE PROGRAM ON BREEDING COWS TOWARD FARMERS INCOME IN WONOGIRI REGENCY

ABSTRACT

Abstrack : The purpose of this research are (1) to know the effect of Assistance Program on Breeding Cows toward Farmers Income in Wonogiri Regency,(2) to know the effect of farmers liveliness toward their income in Wonogiri Regency, (3) to know the effect of this program to farmers experience, the cost of forage fodder ( HMT ) , the cost of concentrates, IB , drug charges , calving interval , number of dependents, for farmers income in Wonogiri Regency. The basic method of research is description method of analysis, and the implementation of the research conducted by survey . Research will be conducted in Wonogiri . The sample consisted of 60 farmers who receive this program and 60 farmer who do not accept the program around the receiver program. This research taken by simple random sampling method and the data were analyzed using multiple regression analysis. The results showed that relationship between the factors with farmers’ income can be expressed in multiple regression models as foloows : Y = 3497580 + 37236.12 X1 – 2.304760 X2 – 1.227947 X3 + 17.44849 X4 –

2.734102 X5 – 320138.4 X6 – 57724.54 X7 + 373938.9 D1 + 198974.3 D2 + e. Results of the analysis showed that the experience of raising, the price of forage fodder, cost of concentrate, the cost of the drug effect on revenue, the cost of IB , calving interval proven, the number of dependents, Program Cattle Breeding Cows, farmer revenue active together have in significant effect on farmers’ income. An individual the factor the experience of raising, the price of forage fodder, cost of concentrate, the cost of the drug effect on revenue, calving interval proven, Program Cattle Breeding Cows, farmer revenue active have significant effect, whereas the cost of IB, the number of dependents factor did not significantly affect to farmers’ income.

Key words : Revenue, the factors that Revenue, The program Program Cattle Breeding Cows, the model home matches, in farmers active.

PENDAHULUAN

Perekonomian Indonesia

hingga tahun 2011 menunjukkan

trend positif, setelah

perekonomian nasional

mengalami tekanan berat

sepanjang tahun 2007.

Pembangunan Nasional

Indonesia dalam kurun waktu 3

dekade berbasis pertumbuhan

perekonomian Indonesia telah

mengalami peningkatan, yaitu

pada pertumbuhan ekonomi

Indonesia yang mencapai angka

rata-rata 6,8 % per tahun dan

(3)

commit to user

dari US $70 pada tahun 1969

menjadi sekitar US $700 pada

akhir Pembangunan Jangka

Panjang Pertama (Pusat Studi

Pembangunan IPB, 1995:7).

Kebijakan pemberdayaan

masyarakat pada intinya

menumbuhkan kemampuan

mandiri dari masyarakat untuk

bisa mencari solusi memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi.

Pemerintah melalui

kementriannya merancang

program-program yang memiliki

tujuan pemberdayaan

masyarakat. Pelaksanaan secara

teknisnya dilaksanakan oleh

dinas-dinas yang berbeda dalam

koordinasi dari masing-masing

departemen, melalui

proyek-proyek, baik dari pemerintah

pusat langsung maupun

pemerintah daerah. Salah satu

program pemberdayaan yang

dilaksanakan adalah peningkatan

perekonomian masyarakat

melalui usaha produktif.

Program pemberdayaan

perekonomian masyarakat dapat

dilaksanakan dalam berbagai

bidang, salah satunya adalah

pembangunan di bidang

pertanian dan peternakan.

Usaha peternakan saat ini

diarahkan untuk meningkatkan

pendapatan peternak. Komoditas

ternak yang banyak diusahakan

oleh masyarakat dalam skala

usaha kecil yaitu beternak sapi

bibit betina. Namun masyarakat

terkendala dengan modal

pengadaan ternak sapi bibit

betina. Program peningkatan

usaha peternakan sapi bibit

betina tradisional ke arah usaha

peternakan yang lebih maju dan

menguntungkan dilakukan

dengan melalui penggunaan bibit

yang baik dan unggul, perbaikan

makanan, baik kualitas dan

kuantitasnya, menerapkan cara

pengelolaan dan pemeliharaan

yang baik, penjagaan dan

perawatan kesehatan serta

menciptakan pemasaran hasil

ternak sapi bibit betina yang

(4)

commit to user

Berdasarkan latar belakang

diatas tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui apakah

Pengaruh Program Bantuan

Ternak Sapi Bibit Betina,

pengaruh keaktifan peternak,

pengaruh pengalaman beternak,

biaya hijauan makanan ternak

(HMT), biaya konsentrat, IB,

biaya obat, calving interval,

jumlah tanggungan keluarga,

terhadap pendapatan petani

ternak di Kabupaten Wonogiri.

a. Program Bantuan Ternak Sapi

Bibit Betina

Program Dana Bantuan

Ternak Sapi bibit betina adalah

program yang dilaksanakan oleh

pemerintah Kabupaten Wonogiri

untuk meningkatkan pendapatan

peternak melalui bantuan sapi

bibit betina indukan 1 (satu) ekor

ternak sapi bibit betina usia 10-12

bulan kepada peternak . Bantuan

ini bersifat guliran atau bantuan

yaitu dalam waktu 4 (empat)

tahun harus menyerahkan ternak

hasil keturunan 1 (satu) ekor

anakan untuk digulirkan ke

peternak baru dan ½ (setengah)

anakan kedua disetor ke

Pendapatan Asli Daerah (PAD) ½

lagi sebagai pendapatan

penggaduh dan induk awal

menjadi hak milik penggaduh.

Apabila dalam waktu 4 (empat)

tahun belum dapat memenuhi

kewajiban tersebut, pemerintah

daerah memberikan

perpanjangan waktu 2 (dua)

tahun lagi. Waktu 6 (enam) tahun

yang diberikan, apabila

kewajiban belum terpenuhi maka

ternak bantuan tersebut akan

diafkir atau dikembalikan kepada

pemerintah dengan bagi hasil

75% hasil penjualan disetor ke

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dan 25% sebagai hasil dari

penggaduh. Oleh karena itu

semakin lancar waktu

pengembalian ternak sapi

bantuan akan berdampak pula

pada peningkatan pendapatan

peternak sapi.

b. Selang Beranak (Calving

(5)

commit to user

Lama kebuntingan adalah

periode dari mulai terjadinya

fertilasi sampai terjadinya

kelahiran normal. Lama

kebuntingan ini berbeda dari satu

bangsa ternak ke bangsa ternak

lainnya. Lama kebuntingan sapi

PO sekitar 280-294 hari, lama

kebuntingan tersebut di

pengaruhi oleh jenis kelamin,

iklim, kondisi makanan dan

umur induk, selanjutnya di

tambahkan oleh Jainudeen dan

Hafez (2000) bahwa

pertumbuhan dan perkembangan

fetus juga di pengaruhi oleh

faktor genetik (spesies, bangsa

ukuran tubuh dan genotip),

faktor lingkungan (industri dan

plasenta) serta faktor hormonal.

c. Keaktifan Peternak

Menurut Tanti, dkk (2006)

yang menyatakan bahwa

keaktifan dalam kelompok tani

dapat dilihat dari variabel tingkat

kehadiran dalam pertemuan

kelompok tani, keterlibatan

dalam kegiatan kelompok tani

dan keterlibatan dalam diskusi

kelompok tani. Untuk

mengetahui variabel keaktifan

peternak adalah : pertemuan dan

musyawarah kelompok tani

ternak, pelaksanaan kegiatan

kelompok tani, rencana

kerja/program kelompok tani,

identifikasi dan rumusan

masalah, kelembagaan kelompok

tani, informasi dan inovasi.

d. Pendapatan Peternak

Pengertian pendapatan

menurut Simanora (2000) adalah

kenaikan aktiva perusahaan atau

penurunan kewajiban

perusahaan (atau kombinasi

antara keduanya) selama periode

tertentu yang berasal dari

pengiriman barang-barang,

penyerahan jasa, atau

kegiatan-kegiatan lainnya yang

merupakan kegiatan sentral.

Pendapatan adalah peningkatan

jumlah aktiva atau penurunan

kewajiban dari kegiatan-kegiatan

usaha manakala telah terjadi

transaksi produk atau jasa

kepada pihak lain. Pendapatan

(6)

commit to user

segenap orang yang merupakan

balas jasa untuk faktor-faktor

produksi yang telah dikeluarkan

atau dilakukan (Tohir, 1991).

Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan evaluasi

program perbantuan ternak sapi

bibit betina belum mendapatkan

perhatian yang ditunjukkan

dengan terbatasnya rujukan yang

digunakan sebagai acuan dalam

penelitian ini, namun ada

beberapa hasil penelitian yang

relevan dengan penelitian

evaluasi program bantuan ternak

sapi bibit betina untuk dijadikan

acuan dalam penelitian ini.

Prawidnya (2007) melakukan

penelitian tentang studi evaluasi

dampak program pemberdayaan

perekonomian masyarakat dalam

bidang peternakan dengan

menggunakan dua metode yaitu

metode kausalitas dan metode

diskriptif, dimana hasil penelitian

secara garis besar adalah

pelaksanaan program kredit

bergulir (revolving) ternak

bantuan pemerintah di

Kabupaten Bantul berhasil tetapi

belum mampu memberikan

dampak sesuai tujuan.

Djaelani, Widiati dan

Santosa (2012) mengevaluasi

finansial Proyek Sistem Bantuan

Sapi bibit betina di Kecamatan

Oba Tengah dan Oba Utara

Tidore Kepulauan, Maluku Utara

bahwa proyek sistem bantuan

sapi bibit betina adalah sarana

yang efektif untuk

pemberdayaan masyarakat

dalam aspek peningkatan

pendapatan, tenaga kerja dan

peningkatan populasi sapi bibit

betina.

DATA DAN METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan

di Kabupaten Wonogiri yaitu

kelompok penerima kegiatan

bantuan sapi bibit betina tahun

2009-2011. Penelitian

dilaksanakan pada bulan

Pebruari 2016. Metode dasar

yang digunakan dalam penelitian

(7)

commit to user

analitis. Menurut Nazir (2014)

Metode deskriptif adalah suatu

metode dalam meneliti status

kelompok manusia, suatu obyek,

suatu kondisi, suatu pemikiran,

ataupun suatu kelas peristiwa

pada masa sekarang. Tujuan dari

penelitian deskriptif adalah

membuat deskripsi, gambaran

atau lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang

diselidiki. Menurut Nazir analisis

berarti data yang dikumpulkan

mula-mula disusun, dijelaskan

kemudian dianalisis.

Teknik pengambilan sampel

secara simple random sampling,

maka penulis mengambil sampel

60 peternak penerima kegiatan

dan 60 peternak yang tidak

menerima kegiatan di sekitar

kelompok penerima kegiatan.

Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer

dan sekunder. Data primer

diperoleh dengan menggunakan

kuisioner pada peternak sampel.

Data tersebut adalah data

karakteristik responden, biaya -

biaya yang diperlukan, jumlah

produksi yang dihasilkan dan

lain-lain. Teknik yang

dipergunakan melalui

wawancara dengan

menggunakan daftar

pertanyaan (kuisioner) yang

sudah dipersiapkan. Sumber data

primer dari penelitian ini adalah

peternak penerima bantuan

ternak sapi bibit betina sumber

dana APBD Kabupaten Wonogiri

Tahun 2009 – 2011 dan peternak

yang tidak memperoleh bantuan

diambil secara random di sekitar

wilayah kelompok yang

menerima bantuan dengan alasan

kondisi lingkungan sekitar yang

tidak berbeda jauh dalam

pengelolaan ternak sapi.

Untuk pengumpulan data

Observasi yaitu pengumpulan

data dengan mengadakan

pengamatan langsung secara

logis terhadap obyek yang akan

diteliti. Wawancara yaitu

(8)

commit to user

meminta keterangan dari

responden melalui pertanyaan

terbuka melalui quisioner yang

telah dipersiapkan sebelumnya.

Pencatatan, teknik ini digunakan

untuk mengumpulkan data

sekunder, yaitu dengan mencatat

data yang ada pada instansi

pemerintah atau lembaga yang

terkait dengan penelitian ini.

Adapun untuk menghitung

pendapatan dari kegiatan

beternak sapi, dapat dihitung

dengan rumus :

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = pendapatan yang diperoleh

peternak sapi bibit betina

(Rp/th)

TR = total revenue atau

penerimaan yang diperoleh

peternak sapi bibit betina

(Rp/th)

TC = biaya yang dikeluarkan

peternak sapi bibit betina

(Rp/th).

Prosedur analisis dalam

penelitian ini yaitu dengan

melakukan estimasi

menggunakan metode Ordinary

Least Square (OLS) untuk model

regresi pendapatan peternak

ternak bantuan. Estimasi

menggunakan metode Ordinary

Least Square (OLS) dilakukan

dengan cara menguji setiap

parameter dengan menghitung

nilai t statistik dan nilai F

statistik. Untuk melakukan

analisis linier berganda

digunakan bantuan komputer

dengan program Eviews.

Untuk mengetahui faktor

yang mempengaruhi

pendapatan, dianalisis

menggunakan model regresi

linier berganda (Algifari, 2000).

Model matematis yang

digunakan adalah:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 +

β4X4 + β5X5 + β6X6+ β7X7 +

β8D1 + β9D2+ e Keterangan:

Y = pendapatan (Rp/tahun)

X1 = pengalaman beternak

(tahun)

(9)

commit to user

X3 = biaya pakan konsentrat

(rupiah/tahun)

X4 = biaya obat(rupiah/tahun)

X5 = biaya IB(rupiah/tahun)

X6 = calving interval (bulan)

X7 = jumlah tanggungan

keluarga (orang)

D1 = Program Bantuan Sapi

Bibit Betina (Variabel Dummy,

untuk yang memperoleh

program = 1 untuk yang tanpa

program = 0)

D2 = adalah keaktifan

peternak mencari informasi

(Variabel Dummy, untuk yang

aktif mencari informasi = 1 untuk

yang tidak aktif mencari

informasi = 0)

α = konstanta atau intersep

β1-β9 = koefisien regresi masing-masing variabel

e = error

Pengujian hypotesis meliputi

Koefisien determinasi (R2) pada

intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel

terikat (Kuncoro, 2001). Nilai

koefisien determinasi adalah di

antara nol dan satu. Nilai R2 yang

kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variasi

variabel pendapatan amat

terbatas. Uji F digunakan untuk

mengetahui signifikansi

pengaruh variabel pengalaman

beternak, biaya HMT, biaya

pakan konsentrat, biaya obat,

biaya IB, calving interval dan

jumlah tanggungan keluarga

secara serentak terhadap

pendapatan peternak di

Kabupaten Wonogiri. Uji t

digunakan untuk mengetahui

signifikansi pengaruh variabel

pengalaman beternak, biaya

HMT, biaya pakan konsentrat,

biaya obat, biaya IB, calving

interval dan jumlah tanggungan

keluarga secara parsial terhadap

pendapatan peternak sapi bibit

betina di Kabupaten Wonogiri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendapatan peternak

merupakan ukuran penghasilan

(10)

commit to user

usaha ternaknya. Dalam analisis

usaha, pendapatan peternak

digunakan sebagai indikator

penting karena merupakan

sumber utama dalam mencukupi

kebutuhan sehari-hari.

Pendapatan peternak merupakan

selisih antara penerimaan dengan

biaya produksi. Pengeluaran atau

biaya adalah nilai penggunaan

secara produksi (input) yang

diperlukan pada proses produksi.

Untuk sarana produksi yang

dibeli dimasukkan dalam biaya

tunai, sedangkan untuk sarana

produksi yang tidak dibeli,

dimasukkan dalam biaya

diperhitungkan. Dalam

penelitian ini biaya produksi

yang diperhitungkan adalah

meliputi biaya HMT, Konsentrat,

obat-obatan dan IB yang dihitung

sampai umur penjualan anak.

Rata-rata penerimaan, biaya

produksi, dan pendapatan usaha

perbibitan ternak sapi di

Kabupaten Wonogiri dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil perhitungan Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Wonogiri

No. Struktur biaya Modal per tahun

Peternak yang memperoleh bantuan

Peternak Pribadi

A. Biaya Produksi

a. Biaya Tetap

1. Penyusutan Kandang 62.367 72.633

2. Air 14.450 14.617

Jumlah 76.817 87.250

b. Biaya Variabel

1. Biaya HMT 495.833 550.000

2. Biaya konsentrat 351.667 404.166

3. Biaya obat 65.333 71.750

4. Biaya IB 43.667 46.583

Jumlah 956.500 1.072.499

B. Penerimaan

1. Nilai Jual Anak Sapi 2.564.333 2.172.042

Pendapatan 1.531.016 1.012.293

[image:10.595.79.543.113.734.2]
(11)

commit to user

bergulir pemerintah sebanyak Rp.

1.531.016,- per tahun lebih tinggi

dibandingkan milik pribadi yang

berjumlah Rp. 1.012.293,- (Tabel 1).

Hal ini disebabkan biaya penerimaan

perbedaan harga jual anakan

dikarenakan pemerintah kabupaten

wonogiri mewajibkan ternak

bergulirnya untuk proses

perkawinannya dengan inseminasi

buatan, sehingga biasanya anak sapi

yang dihasilkan sebagian besar ada

jenis dari Simental, Brahman dan

Limousin yang mempunyai kualitas

daging maksimum, laju pertumbuhan

cepat, dan efesiensi pakan tinggi

sehingga di pasaran mempunyai nilai

jual yang tinggi. Biaya pakan (HMT

dan Konsentrat) pada sapi bantuan

pemerintah yang lebih tinggi

menunjukkan bahwa pengetahuan

peternak akan pakan sebanyak 80%

dari biaya produksi secara efektif dan

efisien mampu meningkatkan harga

jual ternak. Pengetahuan peternak

dalam pengolahan fermentasi pakan

ternak untuk ternak bantuan

pemerintah ikut berperan dalam

menekan biaya produksi pakan.

peternak dari hasil usaha perbibitan

sapi bibit betina memberikan

gambaran terhadap kondisi produksi,

dimana semakin tinggi tingkat

keuntungan peternak akan

memberikan gambaran bahwa usaha

peternakannya berhasil dan ini akan

berdampak pada kesejahteraan

peternak.

Untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi pendapatan, dianalisis

menggunakan model regresi linier

berganda (Algifari, 2000). Pendekatan

Teknik Model matematis yang

digunakan adalah:

Y = α + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + β 4X4 +

β 5X5 + β 6X6+ β 7X7+ β 8D1 +b9D2 + e

Berdasarkan hasil analisis regresi

berganda tersebut dapat disusun

model persamaa regresi sebagai

berikut :

Y = 3497580 + 37236.12X1 -

2.304760X2 - 1.227947X3 + 17.44849X4

- 2.734102 X5 - 320138.4X6 -

57724.54X7 + 373938.9D1 +

(12)

commit to user

Variabel Koefisien

Regresi t-hitung

Probabilitas signifikansi

C 3497580. 10.43909 0.0000*

Pengalaman beternak 37236.12 3.762054 0.0003*

Biaya HMT -2.304760 -4.519257 0.0000*

Biaya Konsentrat -1.227947 -2.780864 0.0064*

Biaya Obat 17.44849 5.256500 0.0000*

Biaya IB -2.734102 -1.516467 0.1323 ns

Calving Interval (CI) -320138.4 -7.129298 0.0000*

Jumlah Tanggungan Keluarga -57724.54 -1.878960 0.0629 ns Program Bantuan Sapi Bibit

Betina 373938.9 5.107753 0.0000*

Keaktifan Peternak 198974.3 2.435996 0.0165*

Variabel Dependent : Pendapatan

R-squared : 0.832449

F-hitung : 60.72403

Sign F-Probabilitas : 0,000

Durbin Watson : 1.873714

Keterangan: **) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ***) : berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99%

ns) : tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% dan 99%

Sumber : Data primer yang diolah Bulan Juni 2016

Dari persamaan di atas

dapat dijelaskan bahwa apabila

tidak ada perubahan nilai dari X1,

X2, X3, X4, X5, X6, X7, D1, dan D2

atau perubahan variabel

independen sebesar nol maka Y

masih didapatkan 3497580.

1. Pengujian Hipotesis meliputi :

a. Koefisien Determinasi (R2)

R2 = koefisien determinasi

adalah untuk mengetahui berapa %

variabel dependen dapat dijelaskan

oleh variasi variabel independen.

Nilai R2= 0,832, artinya 83% variasi

variabel Pendapatan (Y) dapat

dijelaskan oleh variasi variabel

pengalaman beternak, biaya HMT,

biaya konsentrat, biaya IB, Calving

Interval, jumlah tanggungan

keluarga, program bantuan sapi

bibit betina dan keaktifan peternak

sedangkan sisanya yaitu 17% tidak

dapat dijelaskan dan diluar model

(13)

commit to user

Analisis regresi secara

simultan atau serentak dapat

dijelaskan bahwa Nilai F-hitung

sebesar 60,72 dengan tingkat

signifikansi mendekati nol (0,000).

Mengingat nilai probabilitas

signifikansi dari F-hitung sangat

kecil (jauh kecil dari 0,5) maka

variabel variabel pengalaman

beternak, biaya HMT, biaya

konsentrat, biaya IB, Calving

Interval, jumlah tanggungan

keluarga, program bantuan sapi

bibit betina dan keaktifan peternak

secara bersama-sama atau serentak

terbukti secara signifikan

berpengaruh terhadap variabel

pendapatan peternak sapi pada

taraf α = 5%.

c. Uji t (t-test)

Secara individu pengalaman

beternak (X1), biaya HMT (X2), biaya

konsentrat (X3), biaya obat (X4),

biaya IB (X5), calving interval

(X6),jumlah tanggungan keluarga

(X7), program bantuan sapi bibit

betina (D1) dan keaktifan peternak

(D2) terbukti berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel

tingkat kesalahan 0,05. Sedangkan

biaya IB (X5) dan jumlah

tanggungan keluarga (X7). Dari

aspek kesesuaian tanda

menunjukkan bahwa pada variabel

independen yang diestimasi,

variable pengalaman beternak, biaya

obat, program bantuan sapi bibit

betina dan keaktifan peternak

menunjukkan arah yang positif,

sedangkan variabel biaya HMT,

biaya konsentrat, biaya IB, calving

interval dan jumlah tanggungan

menunjukkan arah negatif. Variabel

pengalaman beternak (X1), ternyata

secara statistik signifikan

mempengaruhi variabel pendapatan

peternak sapi (Y) dengan nilai

probabilitas signifikansi 0.0003 serta

mempunyai pengaruh yang positif.

Hasil temuan ini menunjukkan

bahwa faktor pengalaman beternak

mempunyai pengaruh yang searah

positif dengan tingkat pendapatan

peternak sapi. Dengan pengalaman

beternak yang cukup lama

memberikan indikasi bahwa

pengetahuan dan keterampilan

(14)

commit to user

kemampuan yang lebih baik.

Semakin lama beternak, maka

pengalaman yang diperoleh akan

semakin banyak, sehingga

pengelolaan usaha peternakan

semakin baik dan berdampak pada

peningkatan pendapatan peternak.

Pengalaman seseorang dalam

berusahatani berpengaruh terhadap

penerimaan inovasi dari luar, dalam

melakukan penelitian, lamanya

pengalaman diukur mulai sejak

kapan peternak itu aktif secara

mandiri mengusahakan

usahataninya tersebut sampai

diadakan penelitian (Fauzia dan

Tampubolon, 1991).

Variabel harga HMT (X2) ternyata

secara statistik signifikan

mempengaruhi variabel pendapatan

peternak sapi (Y) dengan nilai

probabilitas signifikansi 0.0000 dan

mempunyai pengaruh yang negatif.

Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi biaya HMT maka

berat badan sapi akan tinggi

sehingga pendapatan petani akan

semakin kecil. HMT yang diberikan

kepada ternak indukan bermanfaat

reproduksi, sehingga akan

meningkatkan kesuburan ternak

indukan. HMT berfungsi untuk

merangsang ternak indukan untuk

menghasilkan kualitas dan

kuantitas susu yang baik, sehingga

pertumbuhan ternak hasil

keturunan akan sangat baik karena

tercukupi kebutuhan gizi. Menurut

Tillman et al. (1986) bahwa pakan

ditentukan oleh kandungan protein,

tetapi dalam pemberiannya harus

diseimbangkan dengan kandungan

energi dan kebutuhan

vitamin-mineral. Pada umumnya HMT di

daerah tropis mempunyai kualitas

sangat rendah, yang ditandai

dengan kandungan protein kasar

7%, kandungan mineral esensial

dan kecernaannya rendah,

sebaliknya tanaman leguminosa

memiliki kandungan mineral dan

protein kasar tinggi (Ibrahim et al.,

1987). Namun untuk menekan biaya

pakan hijauan dapat dilakukan

dengan pembuatan pakan

fermentasi, selain menekan biaya

pakan fermentasi ini juga bisa

(15)

commit to user

kemarau sehingga kebutuhan gizi

pakan dari hijauan tetap terpenuhi.

Variabel biaya konsentrat (X3)

ternyata secara statistik signifikan

mempengaruhi variabel pendapatan

peternak sapi (Y) dengan nilai

probabilitas signifikansi 0.0064 serta

mempunyai pengaruh yang negatif.

Artinya biaya pakan konsentrat

tidak begitu berpengaruh terhadap

pendapatan. Hasil temuan ini

menunjukkan bahwa biaya

konsentrat yang tinggi mempunyai

pengaruh terhadap pertambahan

berat badan yang tinggi namun

pendapatan peternak sapi menurun.

Pakan konsentrat mempunyai nilai

gizi protein yang tinggi, sehingga

dengan pemberian konsentrat yang

cukup kualitas dan kuantitas akan

meningkatkan produksi daging

ternak atau berat badan ternak.

Menurut Umiyah et al. (1997) dan

Ahmad et al. (2004) bahwa kualitas

dan kuantitas pakan merupakan

faktor yang sangat penting pada

usaha sapi potong, baik hijauan

maupun konsentrat. Kontinuitas

penyediaan pakan sangat

ternak sapi, pemberian pakan yang

tidak kontinyu dapat menimbulkan

stress dan akan berakibat sapi

menjadi peka terhadap berbagai

jenis penyakit dan terganggunya

pertumbuhan ternak.

Variabel biaya obat (X4) ternyata

secara statistik signifikan

mempengaruhi variabel pendapatan

peternak sapi (Y) dengan nilai

probabilitas signifikansi mendekati

(nol) sebesar 0.000 dan mempunyai

pengaruh yang positif. Menurut

Mubyarto (1982) bahwa

perkembangan jenis ternak di

Indonesia, juga dipengaruhi oleh

curah hujan dan kesuburan tanah,

serta dua faktor tambahan yakni

kelembaban dan suhu udara.

Biaya yang dikeluarkan guna

membeli obat tentu akan menambah

biaya produksi, tetapi dampaknya

dengan pemberian obat cacing,

vitamin, antibiotik dan obat

fermentasi akan meningkatkan

kesehatan ternak, sehingga ternak

akan berkembang dengan baik.

Ahmad et al. (2004) menyatakan

(16)

commit to user

penggemukan sapi adalah

penanggulangan

penyakit/kesehatan ternak,

khusunya parasit cacing. Infeksi

parasit cacing saluran pencernaan

pada sapi umumnya tidak

mematikan, namun dapat

menimbulkan anemia sehingga

pertumbuhan terhambat. Salfina et

al. (2001) sapi potong yang diberi

pakan berkualitas tanpa disertai

dengan penanggulangan parasit

cacing tidak mampu meningkatkan

pertambahan berat badan harian

secara optimal dan secara ekonomis

tidak menguntungkan.

Variabel biaya IB (X5) ternyata

secara statistik tidak signifikan

mempengaruhi variabel pendapatan

peternak sapi (Y) dengan nilai

probabilitas signifikansi sebesar

0.1323 dan mempunyai pengaruh

yang negatif. Inseminasi Buatan

yang dikembangkan oleh manusia

bertujuan untuk memberi

keuntungan atau meningkatkan

kesejahteraan manusia. Namun,

Inseminasi Buatan juga tidak lepas

dari dampak negatif yang dapat

buatan akan dihasilkan mutu ternak

yang lebih baik. Hal ini akan

menguntungkan para peternak

sehingga dapat meningkatkan

perekonomian mereka. Inseminasi

buatan tidak lepas dari kerugian

atau dampak negatif yang dapat

ditimbulkannya. Misalnya, jika

waktu inseminasi buatan tidak tepat

maka tidak akan terjadi kehamilan

pada hewan ternak. Selain itu, dapat

menyebabkan menurunnya

sifat-sifat genetik yang tidak diinginkan

apabila ternak jantan donor tidak

dipantau sifat genetiknya dengan

baik.

Variabel Calving Interval (X6)

ternyata secara statistik signifikan

mempengaruhi variabel pendapatan

peternak sapi (Y) dengan nilai

probabilitas signifikansi sebesar

0.0000 dan mempunyai pengaruh

yang negatif. Panjang pendeknya

selang beranak merupakan

pencerminan dari fertilitas ternak.

Selang beranak merupakan kunci

sukses dalam usaha peternakan sapi

perbibitan, semakin panjang waktu

(17)

commit to user

Meningkatkan produksi ternak

dengan memperpendek selang

beranak dengan mengetahui

faktor-faktor yang berpengaruh dan seleksi

bibit. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pendeknya selang

beranak diantaranya : ketepatan

deteksi birahi, peningkatan sumber

daya inseminator, manajemen

pakan, manajemen pedet dan

pencegahan kawin berulang.

Variabel jumlah tanggungan

keluarga (X7) ternyata secara

statistik tidak signifikan

mempengaruhi variabel pendapatan

peternak sapi (Y) dengan nilai

probabilitas signifikansi sebesar

0.0629 dan mempunyai pengaruh

yang negatif. Jumlah tanggungan

keluarga adalah berapa jumlah

anggota keluarga akan

mempengaruhi keputusan

peternaKn dalam berusaha

mengembangkan ternaknya dengan

satuan orang. Semakin besar jumlah

anggota keluarga maka semakin

besar kebutuhan keluarga yang

harus dipenuhi dan akan

mendorong peternak untuk

dan berusaha sungguh-sungguh

dalam mengelola ternaknya guna

mendapatkan hasil yang maksimal.

Dummy Variabel program bantuan

sapi bibit betina (D1) ternyata secara

statistik signifikan dengan nilai

probabilitas signifikansi sebesar

0.000 dan mempunyai pengaruh

yang positif. Hasil temuan ini

menunjukkan bahwa ada

perbedaan pendapatan antara

peternak yang memperoleh

program bergulir ternak dari

Pemerintah Kabupaten Wonogiri

dengan yang tidak memperoleh

program bergulir ternak dari

Pemerintah Kabupaten Wonogiri.

Menurut Hutabarat dan Rahmanto

(2004) peran pemerintah daerah

sangat diperlukan untuk

membangun jaringan informasi

harga di daerah sentra produksi dan

menyebarluaskannya ke masyarakat

sehingga persaingan bisnis akan

semakin dirangsang. Dari hasil

analisis pendapat juga peternak

yang memperoleh batuna

pemerintah pendapatan lebih tinggi

(18)

commit to user

(D2) ternyata secara statistik

signifikan dengan nilai probabilitas

signifikansi sebesar 0.0165.

Keaktifan dalam kelompok tani

dapat dilihat dari variabel tingkat

kehadiran dalam pertemuan

kelompok tani, keterlibatan dalam

kegiatan kelompok tani dan

keterlibatan dalam diskusi

kelompok tani. Tingkat keaktifan

petani dalam kelompok tani

berhubungan positif dan nyata

dengan tingkat kemampuan petani

dalam beternak. Semakin aktif

peternak dalam kelembagaan dan

tinggi pula kemampuan peternak

dalam mengelola usaha ternaknya

yang berdampak pada peningkatan

pendapatan. Peternak yang

memperoleh bantuan dari

pemerintah sebagian besar lebih

aktif baik dalam mengikuti

pelatihan-pelatihan, hadir dalam

pertemuan kelompok rutin, hadir

dalam sosialisasi kegiatan, sehingga

pengetahuan peternak lebih tinggi

dari peternak yang tidak aktif dan

hanya mengandalkan pada

kebiasaan pengelolaan ternak.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pendapatan peternak yang

memperoleh bantuan sapi bibit

betina bantuan Pemerintah di

Kabupaten Wonogiri lebih

tinggi dibanding yang tidak

memperoleh, hal ini

ditunjukkan bahwa besarnya

pendapatan (π) yang diperoleh

tiap peternak per tahun sebesar

Rp. 1.531.016,- lebih tinggi

dibandingkan milik pribadi

yang berjumlah Rp. 1.012.293,-.

2. Besarnya pendapatan peternak

sapi di Kabupaten Wonogiri

dapat diukur dengan model

regresi dalam penelitian ini

sebesar 83.24% terdiri dari

pengalaman beternak, biaya

HMT, biaya konsentrat, biaya

obat, biaya IB, Calving Interval,

jumlah tanggungan keluarga,

program bantuan sapi bibit

(19)

commit to user

16.13% dijelaskan oleh

faktor-faktor fungsi keuntungan di

luar model regresi yang

digunakan.

3. Faktor-faktor pengalaman

beternak, Biaya HMT, Biaya

konsentrat, Biaya Obat, Calving

Interval (CI), dan program

bantuan sapi bibit betina

berpengaruh terhadap

pendapatan peternak, sedangkan

faktor biaya IB, jumlah

tanggungan keluarga dan

keaktifan peternak tidak

berpengaruh terhadap

pendapatan peternak.

4. Keaktifan peternak sebesar 70%

aktif dan 30% tidak aktif.

Keaktifan ini berkaitan dengan

responden yang aktif dalam

kelembagaan, keaktifan dalam

mencari informasi melalui media

elektronik, sehingga peternak

akan cepat mengadopsi

pengetahuan baru tentang

pengelolaan ternaknya sehingga

pendapatan peternak meningkat.

Saran

betina di Kabupaten Wonogiri

memberikan tingkat pendapatan

yang cukup besar, untuk itu

perlu ditingkatkan produksinya

dan diperlukan peran serta yang

aktif dari Dinas Peternakan,

Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Wonogiri untuk

memberikan pembinaan dan

pendampingan secara

berkelanjutan, memberikan

penyuluhan dan informasi yang

cepat dan introduksi inovasi

teknologi baru sehingga tingkat

pendapatan peternak sapi juga

dapat ditingkatkan.

2. Pengalaman beternak

memberikan kontribusi positif

terhadap peningkatan

pendapatan peternak di

Kabupaten Wonogiri. Pemerintah

Kabupaten Wonogiri perlu

melaksanakan pembinaan secara

berkelanjutan dan pemberian

informasi tentang inovasi dan

teknologi baru agar dapat

meningkatkan pengetahuan

peternak serta dapat diterapkan

(20)

commit to user

meningkatkan pendapatan.

3. Upaya peningkatan produktivitas

peternak sapi juga dapat

dilakukan dengan lebih

diintensifkannya pelatihan

tentang pakan, pemeliharaan dan

reproduksi sehingga

produktivitas ternak bagus, baik

dalam kualitas maupun

kontinuitas produksi ternaknya.

Semakin cepat menghasilkan

anakan dan semakin cepat besar,

maka nilai jualnya juga akan

meningkat, sehingga pendapatan

peternak juga akan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2000. Analisis Regresi, Teori, Kasus & Solusi. BPFE UGM, Yogyakarta.

Djaelani, S., R Widiati, KA Santosa.

2012. Pemberdayaan

Masyarakat melalui Proyek Bantuan Sapi bibit betina di Kecamatan Oba Tengah dan Oba Utara, Tidore Kepulauan,

Maluku Utara. Buletin

Peternakan 33 (1), 40-48.

Gujarati, Damodar, 1995.

Ekonometrika Dasar. Penerbit

Erlangga, Jakarta

_____________.2006. Dasar-Dasar Ekonometrika.Jakarta: Erlangga. Murtidjo. 1993. Beternak Sapi Bibit

Betina. Yogyakarta

Cet.9. Penerbit Ghalia

Indonesia. Bogor.

Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor, 1995,

Penyusunan Pola

Pengembangan Kegiatan Agribisnis dan Agroindustri

melalui KUD”, Lembaga

Penelitian Institut Pertanian Bogor.

Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor, 1995,

Penyusunan Pola

Pengembangan Kegiatan Agribisnis dan Agroindustri

melalui KUD”, Lembaga

Penelitian Institut Pertanian Bogor.

Santoso, Singgih, 2000. SPSS Statistik Parametrik. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

Simanora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan

Bisnis. Jakarta. Salemba

Empat.

Tohir, K. A.,1991. Seuntai

Pengetahuan Usahatani

Indonesia. Rineka Cipta.

(21)

commit to user DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Anjar Dian Palupi

Tempat dan Tanggal Lahir : Pacitan, 7 September 1983

Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Ds. Bulusulur RT. 03/10 Kec. Wonogiri

Kab. W onogiri Propinsi Jawa Tengah

Nomor Telepon : 082136462983

Pendidikan Formal

1. SD Negeri II Donorojo, lulus tahun 1995 (berijazah) 2. SLTP N I Donorojo, lulus tahun 1998 (berijazah) 3. SMU N I Punung, lulus tahun 2001 (berijazah) 4. DIII Peternakan, lulus tahun 2004 (berijazah) 5. S1 Produksi Ternak, lulus tahun 2009 (berijazah) 6. S2 Agribisnis, ((tahun 2014 – sekarang).

Pengalaman Kerja

1. PNS di Lingkungan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Wonogiri dari tahun 2006 – sekarang.

Demikian daftar riwayat hidup saya buat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

Wonogiri, 22 Agustus 2016 Yang bersangkutan

Gambar

Tabel 1.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian selain dari pada itu penerapan modifikasi gawang ini dapat bermanfaat, antara lain untuk Sekolah dengan adanya modifikasi gawang ini sekolah dapat

Kandungan C-organik, N- total, P-total, P-tersedia, K-tukar, KTK, KB tanah pada masing-masing sub grup tergolong dalam kriteria sangat rendah hingga rendah kecuali KTK pada Typic

Uji aktivitas antioksidan ekstrak bawang dengan metode DPPH radikal bebas untuk diperoleh nilai IC 50 dengan dilakukan pengamatan secara spektrofotometer UV-Visible pada

[r]

Option  atau opsi adalah suatu perjanjian kontrak antara penjual opsi   atau opsi adalah suatu perjanjian kontrak antara penjual opsi dengan pembeli opsi, dimana

Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa variabel Fulfilment tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap loyalty pada konsumen online shop.. Berdasarkan hasil

Telah dilakukan evaluasi kinerja sistem supply udara untuk area FFL menggunakan CDT- 2.2 dan CDT-2.1 yang telah dilakukan perbaikan untuk mengetahui kondisi operasi VAC

Pemodelan absorpsi disertai reaksi kimia didalam packed column pada kondisi non-isotermal dapat dikembangkan dengan membuat neraca bahan komponen A dan B dalam fasa