• Tidak ada hasil yang ditemukan

TantanganPenguatan Komitmen Kebangsaan Untuk Membangun Karakter Warga Negara Pada Masyarakat Perbatasan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TantanganPenguatan Komitmen Kebangsaan Untuk Membangun Karakter Warga Negara Pada Masyarakat Perbatasan."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

TantanganPenguatan Komitmen Kebangsaan Untuk

Membangun Karakter Warga Negara Pada Masyarakat

Perbatasan

(STUDI KASUS PADA MASYARAKAT ENTIKONG WILAYAH PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi persyaratan memperoleh gelar magister ilmu pendidikan program studi pendidikan kewarganegaraan

Disusun Oleh :

SYARIF FIRMANSYAH

NIM. 1103882

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

==================================================================

TantanganPenguatan Komitmen

Kebangsaan Untuk Membangun

Karakter Warga Negara Pada

Masyarakat Perbatasan

(STUDI KASUS PADA MASYARAKAT ENTIKONG WILAYAH

PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA)

Oleh

Syarif Firmansyah

S.Pd UPI Bandung, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Kewarganegaraan

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

© Syarif Firmansyah 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

(3)
(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: ”Tantangan Penguatan Komitmen Kebangsaan Untuk

Membangun Karakter Warga Negara Pada Masyarakat Perbatasan (Studi Kasus Pada Masyarakat Entikong Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia)”. Adapun rumusannya, yakni:1) Bagaimana tantangan penguatan komitmen kebangsaan untuk membangun karakter warga negara pada masyarakat perbatasan?, 2) Bagaimana karakteristik bauran budaya perbatasan dalam konteks pembangunan karakter kebangsaan?, 3) Bagaimana alternatif pemecahan bagi peningkatan karakter warga negara masyarakat Entikong wilayah perbatasan Indonesia – Malaysia?

Teori kebangsaan menurut Ernest Renan , yakni untuk membentuk suatu nation yang diutamakan adalah prinsip keinginan untuk hidup bersama. Dengan kata lain, segala warisan dan kejayaan serta penderitaan yang dialami bersama pada masa lalu merupakan modal dasar untuk membangun kebersamaan pada masa depan. Karena sebuah nation merupakan suatu kesatuan yang kuat lantaran penderitaan pada masa lalu.

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, karena dimaksudkan untuk mengungapkan dan memahami kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan maksud agar lebih memahami secara mendalam tentang Tantangan Penguatan Komitmen Kebangsaan Untuk Membangun Karakter Warga Negara Pada Masyarakat Perbatasan (Studi Kasus Pada Masyarakat Entikong Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia)”

Temuan dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: tantangan penguatan komitmen kebangsaan untuk membangun karakter warga negara pada masyarakat perbatasan di Entikong wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia adalah komitmen kebangsaan masyarakat disana yang relatif masih rendah.

Lemahnya pemahaman komitmen kebangsaan pada masyarakat perbatasan, hal itu karena kurangnya perhatian pemerintah. Masalah pendidikan dan pembangunan insfrastruktur yang kurang mendapat perhatian, pemanfaatan sumber daya yang belum sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat. Tantangan lain muncul dari luar, yakni pengaruh komunikasi antar-budaya, masuknya kebudayaan negara lain dan produk-produk asing. Karakteristik bauran budaya pada masyarakat perbatasan dalam konteks pembangunan karakter bangsa masih dipengaruhi oleh budaya negara tetangga yang aksesnya lebih mudah dan menjamin kehidupan yang lebih baik. Alternatif pemecahan masalah untuk pengingkatan karakter kebangsaan masyarakat Entikong, adalah sebagai berikut, yakni: peningkatan mutu pendidikan, pembangunan sarana dan prasarana, memajukan sektor ekonomi, mengadakan kegiatan yang melibatkan masyarakat, melestarikan adat istiadat dan nilai-nilai kearifan lokal, serta memperingati hari-hari besar nasional.

(5)

ABSTRACT

The study is titled: "Challenges of Strengthening Commitment To Building Character Nationality Nationals At Border Community (Case Study In Border Area Community Entikong Indonesia-Malaysia)". As for the formula, namely: 1) How does the challenge of strengthening national commitment to build the character of citizens in border communities?, 2) How do the characteristics of border cultural mix in the context of national character?, 3) How the solutions for improving the character of the community citizens Entikong border region Indonesia - Malaysia?

Theory of nationality according to Ernest Renan, a nation which is to establish the principle of precedence is the desire to live together. In other words, all the heritage and glory and suffering experienced in the past with an authorized capital to build unity in the future. Because a nation is a strong unity because of the suffering in the past .

This research uses the case study method, because it is intended to reveal and understand the realities that occur in the field. While the approach used is qualitative approach , in order to better understand the depth of the challenge of strengthening the National Commitment To Building Character Nationals At Border Community (Case Study In Border Area Community Entikong Indonesia - Malaysia)".

The findings of the research, it can be concluded that: the challenge of strengthening national commitment to build the character of citizens in border communities in Entikong Indonesia-Malaysia border region is a national commitment to the people there who are still relatively low.

Weak understanding of our national commitment to border communities , it is because of the lack of government attention. Education and infrastructure development issues that have received less attention , resource utilization is not fully to the prosperity of the people. Another challenge arises from the outside, the effect of inter-cultural communication , the inclusion of other countries and cultures of foreign products. Characteristics of the cultural mix of border communities in the context of the development of the nation's character is influenced by the neighboring cultures to which access easier and ensure a better life . Alternative solutions for improving public Entikong national character, is as follows, namely: improving the quality of education, infrastructure development, promote economic sector, carrying out activities involving the public, preserve the customs and values of local wisdom, as well as commemorate the days national large.

(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Rumusan Masalah ...8

C. Tujuan Penelitian...9

D. Manfaat Penelitian...9

E. Struktur Organisasi Tesis ...10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...11

A. Penelitian Terdahulu...11

B. Tinjauan Tentang Komitmen Kebangsaan... ...14

1. Pengertian dan Sejarah Kebangsaan atau Nasionalisme...14

2. Kebangsaan –Nasionalisme Indonesia dalam prospektif Global dan lokal ...20

3. Karakteristik Kebangsaan – Nasionalisme...21

4. Pembentukan Kebangsaan – Nasionalisme...23

5. Kebangsaan – Nasionalisme dalam Benturan Peradaban...25

6. Komitmen Kebangsaan Masyarakat Entikong...30

C. Tinjauan Tentang Karakter... ...31

(7)

3 Ciri / Kriteria Masyarakat yang Baik...40

E. Pembinaan Karakter Kebangsaan Masyarakat Entikong...43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...49

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ...49

1. Lokasi Penelitian ...49

2. Subjek Penelitian...50

B. Metodelogi Penelitian ... 52

1. Metode Penelitian... 52

2 Pendekatan Penelitian...53

C. Definisi Operasional...54

1. Komitmen Kebangsaan atau Nasionalisme...54

2. Karakter ...55

H. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian Dilapangan...72

(8)

2. Tahap Eksporasi...73

3. Tahap Member Chek...73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...75

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...75

1. Profil Singkat Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau....75

2. Gambaran Wilayah Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau...76

3. Gambaran Umum Kehidupan Masyarakat Setempat...76

a. Pemerintahan ...76

2. Karakteristik Bauran Budaya Perbatasan Dalam Konteks Pembangunan Karakter Kebangsaan...85

3. Alternatif Pemecahan Masalah Bagi Peningkatan Karakter Kebangsaan Masyarakat Entikong Wilayah Perbatasan Indonesia...92

C. Pembahasan Hasil Penelitian...97

1. Tantangan Penguatan Komitmen Kebangsaan Pada Masyarakat perbatasan...97

2. Karakteristik Bauran Budaya Perbatasan Dalam Konteks Pembangunan Karakter Kebangsaan...104

3. Alternatif Pemecahan Masalah Bagi Peningkatan Karakter Kebangsaan Masyarakat Entikong Wilayah Perbatasan Indonesia...112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...123

(9)

1. Kesimpulan Umum...123

2. Kesimpulan Khusus...123

B. Saran...124

DAFTAR PUSTAKA...126

(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar belakang maslah yang ada

di lapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, kemudian

dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, mamfaat penelitian, dan

struktur organisasi tesis.

A. Latar Belakang Penelitian

Bangsa Indonesia yang berada di bawah naungan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) kini telah berusia lebih dari 67 tahun sejak kemerdekaannya

tanggal 17 Agustus 1945, sampai saat ini masih dihadapkan pada sebuah tantangan

besar yakni bagaimana mempertahankan bangsa Indonesia dalam mengisi dan

mempertahankan kemerdekaanya. Sebagai sebuah negara yang terdiri atas

beranekaragam suku,agama dan ras, serta wilayahnya yang sangat luas terdiri atas

ribuan pulau, bangsa Indonesia harus tetap memiliki daya pengikat yang dapat

mempererat persatuan dan kesatuan bangsa, yaitu nasionalisme.

Perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu

negara. Perbatasan suatu negara mempunyai peranan penting dalam penentuan batas

wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, menjaga keamanan dan

keutuhan wilayah. Penentuan perbatasan negara dalam banyak hal ditentukan oleh

proses historis, politik, hukum nasional dan internasional. Dalam konstitusi suatu

negara sering dicantumkan pula penentuan batas wilayah.

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara dan dalam

(11)

kedualatan suatu negara yang didasarkan atas hukum internasional”. Sedangkan pasal 1 ayat (2) “Kawasan Perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara yang terletak di sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan nagara lain, dalam batas

wilayah negara di darat, kawasan perbatasan berada di Kecamatan”.

Definisi batas wilayah dan kawasan perbatasan di atas, sebenarnya memberikan

gambaran bahwa wilayah perbatasan pada hakekatnya merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional, mempunyai nilai strategis dalam mendukung keberhasilan

pembangunan nasional.

Wilayah perbatasan, akan berimplikasi kepada hubungan dengan negara

tetatangga. Terkait hal ini, dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 34

tahun 2012 pasal 1 ayat (4) tentang Tunjangan Khusus Wilayah Pulau-Pulau Kecil

Terluar Dan/Atau Wilayah Perbatasan Bagi Pegawai Negeri Pada Kepolisian Negara

Republik Indonesia Yang Bertugas Secara Penuh Pada Wilayah Pulau-Pulau Kecil

Terluar Dan/Atau Wilayah Perbatasan, mendefinisikan wilayah perbatasan, yakni “Wilayah perbatasan adalah wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang secara geografis bersinggungan langsung dengan garis batas antarnegara yang

meliputi kawasan perbatasan darat dengan Malaysia, Timor Leste, dan Papua

Nugini”.

Peraturan tersebut secara teoritis, perbatasan memiliki fungsi yang sangat

krusial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Setidaknya terdapat 5 (lima)

fungsi perbatasan negara: pertama sebagai garis pertahanan suatu negara; kedua

sebagai pelindung kegiatan ekonomi dalam wilayah; ketiga fungsi hukum; empat

batas wilayah kekuasaan negara, dan kelima, sebagai aspek kepentingan suatu negara.

Fungsi-fungsi tersebut di atas, memperjelas bahwa ketahanan wilayah

perbatasan perlu mendapatkan perhatian secara sungguh-sungguh karena kondisi tersebut akan mendukung ketahanan nasional dalam kerangka NKRI. Keamanan

(12)

berbatasan langsung dengan negara lain. Kesadaran akan adanya persepsi wilayah

perbatasan antar negara telah mendorong para birokrat dan perumus kebijakan untuk

mengembangkan suatu kajian tentang penataan wilayah perbatasan yang dilengkapi

dengan perumusan sistem keamanannya.

Pertahanan dan keamanan nasional di wilayah perbatasan yang perlahan

mengancam kedaualatan negara, semakin diperparah lagi dengan berbagai dampak

yang ditimbulkan oleh globalisasi. Dalam memasuki era globalisasi ini, mau tidak

mau bangsa kita harus mampu berkompetisi di dunia yang cenderung tanpa batas.

Globalisasi identik dengan konsep pengurangan kedaulatan sebuah negara,

penghilangan batas wilayah sebuah negara, kecanggihan teknologi, penyempitan

ruang dunia dan pengembangan transaksi perdagangan berdasarkan kepada pemikiran

perdagangan bebas.

Menurut Cohen dan Kennedy (Setiadi, Elly M., dan Setiadi, Usman (2010:

688-689) berpendapat bahwa globalisasi dipahami sebagai seperangkat transformasi yang

semakin memperkuat dunia yang meliputi hal-hal berikut:

1. Perubahan dalam konteks ruang dan waktu. Perkembangan produk seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya.

2. Pasar dan produksi ekonomi di negara yang berada menjadi saling tergantung sebagi akibat dari pertumbuhan perdagangan.

3. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita, dan olah raga internasional).

4. Meningkatnya masalah bersama seperti:ekonomi, lingkungan, permasalahan lazim lainnya seperti berbagai macam penyakit.

Sementara itu, menurut Emanuel Richter John Baylis & Steve Smith. (2001:15)

menyatakan bahwa:

(13)

yang mempersatukan dunia. Secara eksplisit menurut beliau bahwa ”die globalisierung...global networking that has welded together previously disparate and isolated communities on this planet into mutual dependence and unity of ‘on world’ (Emanuel Richter, translated from German)

Globalisasi memang menyatukan dunia, seolah tak ada jarak, tetapi globalisasi

pun akan berdampak negatif juga pada kehidupan sebuah bangsa. Seperti yang

dikemukakan (Tilaar (2002:4) bahwa ”dampak negatif globalisasi yang utama ialah

globalisasi akan dapat mengancam budaya bangsa”. Sejalan dengan hal tersebut,

maka masalah nasionalisme bangsa Indonesia sangatlah kompleks, kepercayaan diri

dan kebanggaan akan simbol budaya bangsa sendiri semakin menunjukkan penurunan

akhir-akhir ini.

Semangat nasionalisme pada masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan

dengan negara lain yang pada dekade terakhir ini sudah mulai menunjukan gejala

semakin memudar. Hal ini terlihat dari adanya fenomena yang terjadi di lingkungan

masyarakat perbatasan, dengan kehadiran produk-produk negara lain baik secara fisik

maupun non-fisik, serta lemahnya wawasan kebangsaan masyarakat perbatasan

semakin membuktikan lemahnya semangat nasionalisme bangsa.

Salah satu daerah perbatasan yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah

Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat. Kondisi

memprihatinkan terkait dengan warga negara Indonesia yang tinggal di Entikong ini

digambarkan dari hail penelitian tentang Perlindungan Anak Berbasis Komunitas di

Wilayah Perbatasan oleh Wismayanti, Yanuar Farida (2012:15), yakni sebagai

berikut:

(14)

(menyelam di sungai untuk mencari batu permata atau intan), maupun sebagai buruh ataupun pembantu rumah tangga di Malaysia. Masih adanya pelanggaran atas hak anak, menujukkan belum adanya perlindungan anak atas anak-anak, khususnya yang melibatkan masyarakat dan stakeholder.

Kondisi di atas, bisa jadi karena tidak baiknya proses pendidikan sehingga

pengenalan simbol-simbol kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia seperti

bendera, bahasa, lagu kebangsaan, dan sebagainya sangat minim sekali. Kondisi ini

tidak hanya terjadi pada orang dewasa, namun juga terjadi pada anak-anak usia

sekolah yang bahkan mereka tidak tahu mengenai identitas nasionalnya.

Kejadian yang tidak kalah memprihatinkan pada masyarakat Entikong yaitu

tentang masalah kesehatan. Sebagaimana dikutif dari Republika.co.id, (23 Maret

2013, Soal Berobat, Warga Entikong Pilih ke Malaysia), yakni:

Sejumlah masyarakat Entikong, Kalimantan Barat, lebih memilih berobat lanjutan ke Kuching, Malaysia, dibanding ke Kota Sanggau. Penyebabnya yakni lokasi yang jauh dari rumah sakit rujukan dan akses infrastruktur yang buruk."Masyarakat yang dirujuk dari puskesmas ke RSUD Sanggau, lebih memilih berobat ke Malaysia," kata Kepala Puskesmas Entikong Hidayat Samiaji.

Peristiswa di atas merupakan sebuah bukti bahwa tidak ada upaya pemerintah

secara maksimal dalam memperhatikan masyarakat perbatasan. Karakteristik gaya

hidup yang penuh persaingan sehingga masyarakat dipaksa untuk membenahi diri dan

mengikuti perubahan yang sangat cepat. Sementara itu, kebutuhan pokok yang

terabaikan sehingga perlahan memperlemah nilai nasionalisme anak negeri. Seperti

apa yang dikemukakan Komalasari (2007:554) bahwa:

(15)

Ancaman akan nasionalisme muncul dari masyarakat dalam ruang yang lebih

sempit, yaitu suatu sifat kedaerahan atau nasionalisme yang sempit berupa kesukuan.

Sementara itu, Tilaar (2002:1) mengatakan bahwa “perubahan global yang sedang

terjadi kini merupakan suatu revolusi global yang melahirkan suatu gaya hidup (a

new life style)”. Gaya hidup global cepat diserap oleh masyarakat akibat majunya arus

informasi yang dihasilkan oleh teknologi. Namun sebaliknya, simbol budaya asing

justru lebih diminati dan semakin populer di kalangan generasi muda saat ini.

Interaksi tanpa batas yang terjadi pada generasi muda dengan warganegara lain

membawa dampak yang dapat mempengaruhi pola pikir, sifat dan perilaku mereka

baik kearah positif maupun negatif.

Ini berarti manusia Indonesia harus dipersiapkan untuk menghadapi

masyarakat global. Sementara itu, di daerah-daerah, pemerintah tidak siap untuk

melaksanakan desentarlisasi, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan pada

terbentuknya suatu kelompok yang tidak lagi sebagai masyarakat bangsa Indonesia,

melainkan masyarakat yang terkotak-kotak berbasiskan etnis, agama,suku, ras dan

sebagainya.

Kegagalan dalam menjalankan dan mendistribusikan output dalam berbagai

agenda pembangunan nasional secara lebih adil akan berdampak negatif pada

persatuan dan kesatuan bangsa. Di satu sisi sebagaimana kita ketahui bahwa Negara

Indonesia yang terdiri atas beranekaragam suku, agama dan ras sangat rentan menjadi

ancaman terhadap nasionalisme. Menurut Liliweri (2005:5) menyakatan bahwa:

suka atau tidak suka, entah dengan alasan teoritis maupun ilmiah, gambaran tentang perbedaan yang sedang kita alami dalam masyarakat mengungkapkan bahwa dari dasar-dasarnya berasal dari kelompok tertentu yang kita sebut kelompok etnik.

Letak wilayah Kalimantan Barat yang berbatasan langsung dengan Negara

(16)

nasionalisme anak bangsa, terutama anak-anak yang merupakan bagian dari

masyarakat di daerah yang berbatasan langsung dengan negara lain. Mereka bisa kena

pengaruh bangsa lain, atau terjebak oleh rasa ke daerahan karena etni mereka sendiri.

Nasionalisme sebuah bangsa menentukan arah pergerakan bangsa tersebut

kepada pilihan yang lebih buruk atau lebih baik. Tanpa adanya nasionalisme, tidak

akan ada visi, tidak akan ada kedaulatan, dan tidak akan ada perubahan positif bagi

bangsa ini. Untuk itulah nasionalisme dan semangat kebangsaan perlu dibina, baik

oleh individu warganegara maupun pemerintah. Sebab nasionalisme dan semangat

kebangsaan tidak dapat terpelihara dengan sendirinya, melainkan perlu pembinaan

secara berkesinambungan dari berbagai pihak, baik individu, kelurga, sekolah

maupun masyarakat.

Daerah perbatasan khususnya perlu mendapat pembinaan yang

berkesinambungan. Bagi masyarakat daerah perbatasan semangat nasionalisme yang

semakin menurun akibat pengaruh kosmopolitanisme dan etnisitas adalah hal utama

yang harus mendapat perhatian. Dalam kaitannya dengan hal ini, Tri Poetranto dalam

Buletin Puslitbang Strahan Balitbang Dephan (2008:4-6) mengemukakan nilai

strategis mengapa daerah perbatasan perlu diperhatikan pembinaanya, antara lain:

1. Daerah perbatasan mempunyai pengaruh penting bagi kedaulatan negara; 2. Daerah perbatasan merupakan faktorp endorong bagi peningkatan

kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya;

3. Daerah perbatasan mempunyai keterkaitan yang saling mempengaruhi dengan kegiatan yang dilaksanakan diwilayah lainnya yang berbatasan dengan

wilayah maupun antar negara; dan

4. Daerah perbatasan mempunyai pengaruh terhadap kondisi pertahanan dan keamanan, baik skala regional maupun nasional

Di sisi lain, semangat nasionalisme dalam suatu bangsa yang terbangun sejak

zaman kemerdekaan lalu masih tetap relevan dengan dunia masa kini. Bagi Indonesia,

rumusan paham kebangsaan nasional Indonesia telah tercantum dengan jelas dalam

(17)

kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, membina

persahabatan dalam pergaulan antar bangsa, menciptakan perdamaian dunia yang

berlandaskan keadilan, serta menolak penjajahan dan segala bentuk eksploitasi yang

bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Upaya mengembangkan paham kebangsaan itu dengan sendirinya akan

menyesuaikan diri dengan tantangan perubahan zaman. Namun, esensinya sama

sekali tidak berubah. Nasionalisme harus memperkuat posisi ke dalam dengan

memelihara dan mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia.Nasionalisme yang harus dibangkitkan kembali adalah

nasionalisme yang diarahkan untuk mengatasi semua permasalahan, bagaimana bisa

bersikap jujur, adil, disiplin, berani melawan kesewenang-wenangan, tidak korup,

toleran, dan lain-lain.

Pada umumnya daerah pebatasan belum mendapat perhatian secara

proporsional. Kondisi ini terbukti dari kurangnya sarana prasarana pengamanan

daerah perbatasan dan aparat keamanan di perbatasan.

Daerah perbatasan merupakan kawasan khusus sehingga dalam penangannya

memerlukan pendekatan yang khusus pula. Hal ini disebabkan karena semua bentuk

kegiatan atau aktifitas yang ada didarah perbatasan apabila tidak dikelola akan

mem-punyai dampak ditingkat regional maupun internasional, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Permasalahan yang timbul sering dikarenakan adanya kesan

jenjang sosial di dalam masyarakat, hal semacam inilah yang perlu untuk dihindari

terutama bagi masyarakat di daerah perbatasan. Pena-nganan yang mungkin

dilakukan adalah secara adat, tetapi apabila sudah menyangkut stabilitas dan

keamanan nasional maka hal tersebut akan menjadi urusan pemerintah.

(18)

Kebangsaan Untuk Membangun Karakter Warga Negara Pada Masyarakat Perbatasan

(Studi Kasus Pada Masyarakat Entikong Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia )”.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan suatu masalah pokok atau fokus penelitian yakni” Bagaimanakah Tantangan Penguatan Komitmen Kebangsaan Untuk Membangun Karakter Warga Negara Pada Masyarakat Perbatasan

agar penelitian ini lebih terarah dan memudahkan dalam penganalisasan terhadap

hasil penelitian,maka masalah pokok tersebut di jabarkan dalam sub-sub masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana tantangan penguatan komitmen kebangsaan untuk membangun

karakter warga negara pada masyarakat perbatasan ?

2. Bagaimana karakteristik bauran budaya perbatasan dalam konteks pembangunan

karakter kebangsaan?

3. Bagaimana alternatif pemecahan bagi peningkatan karakter warga negara

masyarakat Entikong wilayah perbatasan Indonesia – Malaysia ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan menggali, mengkaji dan

mengungkapkan Bagaimanakah Tantangan Penguatan Komitmen Kebangsaan

Untuk Membangun Karakter Warga Negara Pada Masyarakat Perbatasan.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan

(19)

a. Tantangan penguatan komitmen kebangsaan untuk membangun karakter

warga negara pada masyarakat perbatasan

b. karakteristik bauran budaya perbatasan dalam konteks pembangunan karakter

kebangsaan

c. Alternatif pemecahan bagi peningkatan karakter warga negara masyarakat

Entikong wilayah perbatasan Indonesia – Malaysia.

D. Mamfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan mamfaat baik secara keilmuan

(teoritik) maupun secara empirik (praktis). Secara teoritik, penelitian ini akan

menggali dan mengungkapkan Tantangan Penguatan Komitmen Kebangsaan Untuk

Membangun Karakter Warga Negara Pada Masyarakat Perbatasan (Studi Kasus Pada

Masyarakat Entikong Wilayah PerbatasanIndonesia-Malaysia)

Dari temuan tersebut di harapkan dapat memberikan mamfaat bagi berbagai

pihak, terutama sebagaimana yang diuraikan berikut:

1. Manfaat Praktis

a. Para akademisi atau komunitas akademik, khususnyadalam bidang pendidikan

kewarganegaraan sebagai bahan kontribusi kearah sejauhmana penguatan

komitmen kebangsaan untuk membangun karakter warganegara pada

masyarakat perbatasan.

b. Bagi masyarakat perbatasan hendaknya lebih cinta tanah air dan bangsa.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi

pemerintah daerah maupun pemerintah pusat agar senantiasa memperhatikan

(20)

2. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang

pendidikan karakter untuk menambah wawasan pengetahuan, memperoleh

pengalaman baru, serta menambah khasanah pustaka.

E. Struktur Organisasi Tesis

Sebagai pendahuluan, Bab 1 menyajikan latar belakang permasalahan, memberi

konteks munculnya masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, mamfaat penelitian,

dan struktur organisasi tesis.

Dalam Bab 11, disajikan kajian pustaka. Kajian pustaka berisi tentang diskripsi,

analisis konsep, teori- teori dan penelitian terdahulu yang relevan mengenai

komitmen kebangsaan, karakter warganegara masyarakat perbatasan.

Dalam Bab 111, mengenai metodologi penelitian menguraikan lokasi dan

subjek penelitian, metode penelitian, pendekatan penelitian, definisi operasional,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV, pembahasan hasil penelitia: gambaran objek penelitian, gambaran

umum hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

(21)

49

Syarif Firmansyah, 2013

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai metodologi penelitian yang

mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan metode penelitian,

definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis

data, uji validitas data penelitian serta tahap-tahap pelakasanaan penelitian di

lapangan.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau,

Propinsi Kalimantan Barat. Wilayah ini dipilih karena sangat strategis

menyangkut banyak aspek salah satunya secara geografis terletak pada bagian

depan Kabupaten Sanggau yang berbatasan langsung dengan negara bagian

Serawak Malaysia Timur, terletak pada jalur Trans Borneo yang menghubungkan

Serawak, Sabah, dan Brunei Darussalam.

Pemilihan lokasi di atas karena peneliti mengacu pada apa yang

dikemukakan oleh Nasution (2003 : 43), yakni:

(22)

50

Syarif Firmansyah, 2013

Dari pendapat di atas terkait lokasi, maka lokasi dalam peneltian ini juga

didukung dengan kondisi sosial ekonomi (masyarakat yang hampir keseluruhan

bermata pencarian sebagai petani), tingkat pendidikan (sebagian besar masyarakat

berpendidikan SD dan SMP), agama (sebagian besar masyarakat beragama

Khatolik dan Islam) dan bidang kesejahteraan rakyat (jumlah sarana prasarana

pendidikan, jumlah tenaga guru yang tidak memadai dibandingkan dengan jumlah

siswa yang ada diwilayah setempat. Hal ini terjadi dikarenakan berbagai macam

faktor salah satunya adalah mengenai transportasi dan keadaan wilayah yang

belum memadai untuk menghubungkan ibukota kecamatan ke desa sekitarnya).

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif, maka subjek penelitiannya

merupakan pihak- pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat

memberikan informasi yang dipilih secara purposif bertalian dengan tujuan

tertentu. Adapun pihak-pihak yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:

a. Tokoh Adat

Tokoh adat dipilih sebagai responden karena peneliti membutuhkan

informasi mendalam terkait dengan kondisi mayarakat perbatasan di Entikong.

Tokoh adat di daerah memiliki pengaruh yang cukup besar di kalangan masyakat sekitarnya. Adapun tokoh adat yang berhasil diwawancarai sebanyak 2 orang

(23)

51

Syarif Firmansyah, 2013

b. Anggota Masyarakat

Anggota Masyarakat dipilih sebagai responden karena peneliti

membutuhkan informasi mendalam keadaan mayarakat perbatasan di Entikong.

Adapun tokoh masyarakat yang berhasil diwawancarai yakni: Ahmad Jaelani,

Vivi Marta.

c. Tokoh Agama

Tokoh agama dipilih sebagai responden karena peneliti membutuhkan

informasi mendalam terkait dengan kondisi mayarakat perbatasan di Entikong.

Tokoh agama sama halnya dengan tokoh adat di daerah yang memiliki pengaruh

yang cukup besar di kalangan masyakat sekitarnya. Adapun tokoh adat yang

berhasil diwawancarai yakni:. Muhimah dan Subur (Islam) dan Petrus (Tokoh

Agama Katolik).

d. Tokoh Pendidikan

Tokoh pendidikan yang dipilih sebagai responden dikarenaka peneliti

membutuhkan informasi mendalam terkait dengan kualitas pendidikan pada

masyarakat Entikong. Adapun tokoh pendidikan yang dimaksuda adalah mereka

para guru, diantaranya: Winda Hayani dan Zaenal Abidin.

e. Pemerintah (Pegawai Kecamatan)

Pemerintah dalam hal ini pegawai kecamatan sangat dibutuhkan karena informasi dari pemerintah sangat berharga dalam peneltian ini. Adapun pegawai

(24)

52

Syarif Firmansyah, 2013

Dalam kaitannya dengan subjek penelitian, terdapat beberapa kriteria yang umumnya digunakan, yakni “latar (setting), para pelaku (actors), peristiwa- peristiwa (events) dan proses (process). (Miles dan Huberman, 2007). Latar,

adalah situasi dan tempat berlangsungnya proses pengumpulan data, yakni

lingkungan kecamatan Entikong kabupaten Sanggau propinsi Kalimantan barat.

Pelaku, yang dimaksud adalah anggota dari masyarakat selaku pelaksana

kegiatan. Peristiwa, yang dimaksud adalah hal- hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di kecamatan Entikong

kabupaten Sanggau propinsi Kalimantan Barat. Proses, yang dimaksud adalah

wawancara peneliti dengan subjek penelitian yang berkenaan dengan pendapat

dan pandangannya terhadap fokus masalah dalam penelitian ini.

Selain tokoh-tokoh di atas, penelitian ini pun menyertakan dokumen-

dokumen sebagai subjek penelitian yang dapat dijadikan sebagai penunjang data

dalam penelitian serta data- data dari sumber lain menunjang keberhasilan

penyelidikan dalam penelitian ini.

B.Metodologi Penelitian

1. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, karena dimaksudkan untuk

mengungapkan dan memahami kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan lebih

jelasnya penelitian merupakan studi kasus pada masyarakat Entikong wilayah

perbatasan Indonesia-Malaysia. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh S.

(25)

53

Syarif Firmansyah, 2013

Studi kasus atau case study adalah untuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap seorang individu, kelompok atau suatu golongan manusia lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial.

Sedangkan menurut Maxfield (dalam Nazir, 19983:66) studi kasus atau case

study adalah :

Penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Yang subjek penelitiannya dapat berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Sehingga dapat memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.

Sehingga, motede studi kasus ini, lebih luas dan mendalam, serta mampu

mengungkapkan kajian tentang tantangan penguatan komitmen kebangsaan untuk

membangun karakter warga negara pada masyarakat pebatasan.

2. Pendekatan penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni tentang Tantangan

Penguatan Komitmen Kebangsaan Untuk Membangun Karakter Warga Negara

Pada Masyarakat Perbatasan (Studi Kasus Pada Masyarakat Entikong Wilayah

Perbatasan Indonesia-Malaysia)” . Menurut Creswell (1998), mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:

(26)

54

Syarif Firmansyah, 2013

menganalisis kata-kata melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.

Sedangkan menurut Nasution (1996:18) penelitian kualitatif disebut juga dengan “penelitian naturalistik”. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan

alat-alat pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural

atau wajar, sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau

tes.

Oleh karena data yang hendak diperoleh dari rencana penelitian tesis bersifat

kualitatif berupa deskripsi analitik tentang suatu peristiwa yang diambil dari situasi

yang wajar, maka dibutuhkan ketelitian dari peneliti untuk dapat mengamati secermat

mungkin aspek-aspek yang diteliti, dari hal tersebut terlihat disini bahwa peranan

peneliti utama (key instrument) yang mengadakan sendiri pengamatan atau

wawancara berstruktur. Senada dengan pemaparan di atas dalam kaitan ini Nasution

(1996:9) mengemukakan bahwa :

“Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam atau kamera peneliti tetap memegang peran sebagai alat peneliti” Sebagai mana pula dalam rencana penelitian tesis, penulis sebagai instrumen

utama yang berusaha mengungapkan data secara mendalam dengan dibantu oleh

beberapa teknik pengumpulan data sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2005:9) adalah:

(27)

55

Syarif Firmansyah, 2013

pelaksanaan, pengumpul data, analisis, penafsiran, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor penelitiannya”.

Sehingga dari definisi di atas, penelitian tentang tantang komitmen kebangsaan

pada masyarakat Entikong sangat tepat dengan menggunakan pendekatan kaulitatif.

C.Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan pembatasan tentang hal-hal yang diamati

sebagai konsep pokok dalam penelitian ini adalah :, komitmen kebangsaan atau

nasionalisme, karakter warga negara, masyarakat, wilayah perbatasan.

1. Komitmen Kebangsaan atau Nasionalisme

a. Nasionalisme berasal dari kata “notion”. Nation berasal dari kata “natio” yang berasal dari bahasa latin yang berarti bangsa yang dipersatukan karena persamaan kelahiran. Secara etimologis “natio” berasal dari kata “nasci” yang berati “ di lahirkan”. Nation atau bangsa menurut Ernest Renan adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara sedangkan menurut Otto Bauar, yang

dikutif oleh F. Isjwara (1992:92), bangsa adalah suatu persatuan perangai atau

karakter yang timbul karena perasaan senasib.

b. Nasionalisme adalah paham yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu yang

harus diberikankepada negara dan bangsanya, dengan maksud bahwa individu

sebagai warga negara memiliki suatu sikap atau perbuatan untuk mencurahkan

segala tenaga dan pikirannya demi kemajuan, kehormatan dan tegaknya

kedaulatan negara dan bangsa.

(28)

56

Syarif Firmansyah, 2013

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:445), istilah “karakter” berarti sifat -sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain;

tabiat; watak. Secara umum, istilah “karakter” sering disamakan dengan “temperamen atau watak” yang memberinya sebuah definisi sesuatu yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Kita juga bisa

memahami karakter dari sudut pandang behavioral yang menekankan unsur

somatopsikis yang dimiliki sejak lahir. Sehingga menurut Kusuma (2007:80) istilah

karakter dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari diri seseorang

yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.

Menurut Q-Anees dan Hanbali (2008:1), bahwa karakter adalah lautan, tak

terselami dan tak dapat diintervensi. Hal ini memperkuat bahwa karakter akan

membedakan seseorang dengan orang lain. Dijelaskan lebih lanjut oleh Q-Anees dan

Hanbali bahwa orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau

dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja dari sana-nya. Sementara,

orang yang memiliki karakter lemah adalah orang yang tunduk pada sekumpulan

kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa dapat menguasainya. (2008:2)

3. Masyarakat

Masyarakat adalah orang atau manusia yang hidup bersama yang menghasilkan

kebudayaan, keduanya tak dapat pisahkan dan selamanya merupakan dwitunggal, tak

ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya, tak ada

kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya walaupun secara

teoritis dan kepentingan analistis pengertian kedua istilah tersebut dapat dibedakan dan

dipelajari secara terpisah (Jacobus Ranjabar, 200:6). Pertanyaan yang tepat untuk itu

(29)

57

Syarif Firmansyah, 2013

masyarakat petani, masyarakat agama, dan sebagainya. Kata masyarakat juga

dipergunakan untuk keperluan tertentu. Dalam pengertian sosiologi, masyarakat tidak

dipandang sebagai suatu kumpulan individu atau sebagai penjumlahan dari

individu-idividu semata. Masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup. Definisi masyarakat

(society), misalnya seperti berikut ini: Mac Iver dan Page (dalam Jacobus Ranjabar,

2006:10) yang mengatakan bahwa masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan

tata cara, dari wewenang dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta

kebebasan-kebebasan manusia. Pemerintahan yang kuat adalah pemerintahan mampu

menjalankan tugasnya untuk mengorganisasikan dan mengintegrasikan kegiatan

rakyatnya dan golongan-golongan ke arah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat

seluruhnya. Sebagaimana dikatakan Laski dalam Miriam Budiarjo (2005), masyarakat

adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dan berkerja sama untuk mencapai

keinginan-keinginan mereka bersama (a society is a group of human beings living

together and working together for the satisfaction of their mutual wants). Oleh karena

itu dibutuhkan hubungan yang sinergis antara pemerintah dan masyarakat agar tujuan-

tujuan dari pembangunan bisa tercapai. Hubungan tersebut dapat dijalankan melalui

koordinasi, integrasi, simplifikasi dan sinkronisasi yang baik. Sehingga program dan

kegiatan antara pemerintah pusat dan lokal, atau pemerintah lokal dengan masyarakat

tidak tumpang tindih atau berseberangan.

4. Wilayah perbatasan

a. Wilayah perbatasan adalah suatu daerah yang posisi/letaknya berbatasan lansung secara geografis dengan suatu kawasan (negara) lain. Masyarakat perbatasan adalah

(30)

58

Syarif Firmansyah, 2013

golongan sosial, komunitas kelompok dan perkumpulan yang saling berinteraksi

dan memiliki ikatan khusus dan bertempat tinggal di wilayah perbatasan (Gaspersz,

2008).

b. Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat perbatasan di sini adalah

orang-orang (Warga Negara Indonesia) yang merupakan masyarakat bangsa Indonesia

yang bertempat tinggal di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.

Secara sederhana penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai penelitian yang

dilakukan dalam latar/setting alamiah dengan menggunakan metode yang alamiah pula

(Aliasar 1998 : 4).

Dengan demikian jelas bahwa penelitian yang menggunakan paradigma

kualitatif bertujuan untuk memahami (understanding) makna perilaku, simbol-simbol,

dan fenomena-fenomena. Paradigma penelitian yang penulis kembangkan pada

penelitian tentang Tantangan Penguatan Komitmen Kebangsaan Untuk Membangun

Karakter Warga Negara Pada Masyarakat Perbatasan (Studi Kasus Pada Masyarakat

Entikong Wilayah Perbatasan Indonesia-Malaysia )”

D. Instrumen penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, atau peneliti sebagai

(31)

59

Syarif Firmansyah, 2013

Human Instrument ini dibangun atas dasar pengetahuan dan menggunakan metode

yang sesuai dengan tuntutan penelitian.

Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri penelitian kualitatif sebagaimana

dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982: 33-36) yaitu:

Riset kualitatif mempunyai latar alami karena yang merupakan alat penting

adalah adanya sumber data yang langsung dari perisetnya. Riset kualitatif itu

bersifat deskriptif. Periset kualitatif lebih memperhatikan proses ketimbang

hasil atau produk semata. Periset kualitatif cenderung menganalisis datanya

secara induktif. Makna merupakan soal essensial untuk rancangan kualitatif.

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Creswell (2010 : 264) bahwa peneliti

terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan para

partisipan. Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun

langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara.

Selama proses penelitian peneliti akan lebih banyak menggadakan kontak dengan

orang-orang dilokasi penelitian yaitu lingkungan masyarakat di kecamatan Entikong.

Dengan demikian peneliti lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci

tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian

E. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan diadakannya penelitian adalah untuk mendapatkan data.

Menurut Sugiono (2011:225) menyatakan bahwa :

(32)

60

Syarif Firmansyah, 2013

pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data

lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara

mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

Selanjutnya menurut Catherine Marshall, Getchen B. Rosman (dalam Sugiono, 2011:225) menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by qualitative researcher for gathering information are, participation in the setting,

direct observation, in- depth interviewing, document review”.

Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan

naturalistik inquiry dengan tradisi kualitatif. Maka dalam penelitian ini peneliti

sendiri terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan seluruh data sesuai

dengan fokus penelitian. Sesuai dengan peranan peneliti sebagai alat penelitian

yang utama, maka peneliti dapat melakukan sendiri pengamatan dan wawancara

tak berstuktur kepada infroman yakni anggota masyarakat di kecamatan Entikong

serta melakukan studi dokumentasi, studi literatur dan triangulasi data.

1. Observasi partisipatif

(33)

61

Syarif Firmansyah, 2013

menjadwal untuk mengunjungi daerah-daerah yang dianggap sebagai daerah yang

cukup memberikan informasi akurat.

Sebagaimana menurut Sugiono (2011:227) menyatakan “dalam observasi partisipatif peneliti terlibat dalam kegiatan sehari- hari orang yang sedang diamati

atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian”. Artinya sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan

observasi ini diharapkan data yang diperoleh akan lengkap, tajam dan sampai

mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Cara seperti itu memungkinkan sebagaimana dikemukakan Patton

(2009:131-132), bahwa pengamatan berperan serta dapat dilakukan dengan empat cara. Pertama,

pengamatan berperan serta secara lengkap (complete participant). Dalam peran ini,

aktivitas peneliti sepenuhnya menjadi anggota dari kelompok yang diamati. Dengan

cara demikian, seorang peneliti dapat memperoleh semua informasi dan subjek

penelitian, termasuk yang rahasia sekalipun.

Kedua, berperan serta sebagai pengamat (participant as observer). Dalam peran

ini, peneliti masuk ke dalam kelompok subjek penelitian tidak sepenuhnya,

melainkan sekadar sebagai pengamat, sehingga keberadaannya dalam kelompok

tersebut berpura-pura. Peran yang demikian konsekuensinya sering terbatas untuk

mendapatkan seluruh informasi yang ada, terutama yang bersifat rahasia.

Ketiga, peneliti berperan sebagai pengamat yang berperan serta (observer as

(34)

62

Syarif Firmansyah, 2013

penelitian. Peran ini memungkinkan bagi peneliti untuk memperoleh data dan

informasi yang diperlukan, termasuk informasi yang rahasia sekalipun.

Keempat, peneliti berperan sebagai pengamat penuh (complete observer). Peran

ini dilakukan peneliti secara bersembunyi dan tidak langsung dalam arti terjun ke

lapangan tapi bukan sebagai identitas peneliti melainkan dengan cara sebagai warga

masyarakat juga, dengan cara seperti ini pengamat dengan leluasa melihat setiap

aktivitas dan prilaku yang diteliti.

Berdasarkan paparan diatas peneliti melakukan observasi dengan cara

mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan

ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang mereka kerjakan. Alasan peneliti melakukan

observasi adalah untuk memperoleh informasi seutuh mungkin tentang tantangan

penguatan komitmen kebangsaan untuk membangun karakter warga negara pada

masyarakat perbatasan .

2. Wawancara yang Mendalam.

Wawancara yang berhasil dilakukan oleh peneliti selama melaksanakan

penelitian, mendapatkan informasi yang cukup mendalam dari tokoh adat, tokoh

agama, tokoh pendidikan, anggota masyarakat dan pemerintah (pegawai Kecamatan

Entikong). Wawancara pada dasarnya adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara

(Suharsimi Arikunto 1996:144). Teknik wawancara ini dilakukan secara langsung

(35)

63

Syarif Firmansyah, 2013

Menurut Esterberg 2002 (dalam Sugiono, 2011;231) mendefinisikan interview sebagai: “a meeting of two person to exchange information and idea through question and responses, resulting ini communication and join construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu

kegiatan yang dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung antara dua orang

untuk memperoleh informasi tertentu. Maksud dilakukannya wawancara tersebut

antara lain untuk membuat suatu konstruksi mengenai orang, peristiwa, aktivitas,

motifasi, perasaan dan lain sebagainya. Adapun yang menjadi informan dalam

penelitian ini adalah para tokoh masyarakat setempat .

Dengan menggunakan teknik wawancara data yang belum jelas berupa ucapan,

pikiran, gagasan, perasaan dan tindakan dari masyarakat dapat terungkap oleh peneliti

secara akurat. Data yang dikumpulkan melalui wawancara yang dilakukan peneliti

ada yang bersifat verbal ada pula yang bersifat non-verbal. Data verbal yang

diperoleh melalui percakapan atau tanya jawab yang ditulis dan direkam dengan

persetujuan responden itu sendiri.

Menurut Sugiono (2011: 239) supaya hasil wawancara dapat terekam dengan

baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau

sumber data, maka diperlukan bantuan alat- alat sebagai berikut :

1) Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber

(36)

64

Syarif Firmansyah, 2013

2) Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau

pembicaraan. Penggunaan tape recorder dalam wawancara perlu member

tahu kepada informan apakah dibolehkan atau tidak.

3) Kamera : untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan

dengan informan atau sumber data.

Wawancara tatap muka dilakukan secara langsung antara peneliti dan

narasumber secara dialogis, tanya jawab, diskusi dan melalui cara lain yang dapat

memungkinkan diperolehnya informasi yang diperlukan. Wawancara ini bertujuan

untuk menggali data dan informasi dari subjek penelitianyang berkaitan dengan

item-item pertanyaan penelitian. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka yang

menjadi terwawancara(interviewee) adalah para tokoh masyarakat setempat,

pedagang dan pejabat pemerintahan setempat.

3. Studi Dokumentasi.

Dokumentasi yang berhasil didapat oleh peneliti, sebagain besar

dokumen-dokumen berudap data dari kantor Kecamatan Entikong. Dokumentasi dilakukan

untuk mengungkap data berupa administrasi serta bagian-bagian data yang

terdokumentasi. Menurut S. Nasution (2003:85) bahwa dokumentasi merupakan sumber bukan manusia “non human resources” yang dapat dimanfaatkan karena memberikan keuntungan yaitu bahannya telah ada, telah tersedia, siap pakai dan

(37)

65

Syarif Firmansyah, 2013

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif yang

sudah lama digunakan, karena sangat bermanfaat. Cresswell (2010: 269- 270)

menyatakan bahwa:

Pengumpulan data dalam kualitatif melalui dokumen dapat dilakukan melalui dokumen publik (seperti koran, majalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (buku harian, diary, surat, email) dan materi audio visual berupa foto, objek-objek, seni, video tape atau segala jenis suara atau bunyi.

Dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang sangat berguna. Ada

beberapa alasan menggunakan dokumen dan catatan, seperti dikemukakan oleh

Lincoln dan Guba (1985:276-277) antara lain sebagai berikut :

a) Dokumen dan catatan selalu dapat digunakan terutama karena mudah

diperoleh dan relatif mudah

b) Merupakan sumber informasi yang mantap, baik dalam pengertian

merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa

melalui perubahan didalamnya.

c) Dokumen dan catatan merupakan informasi yang kaya

d) Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang

menggambarkan formal

e) Tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan

non-reactive, tidak memberi reaksi/respon atas perlakuan peneliti. Meskipun

istilah dokumen dan catatan seringkali digunakan untuk menunjukkan

satu arti, tetapi pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai arti yang

(38)

66

Syarif Firmansyah, 2013

Menurut Lincoln dan Guba (1985:276-277), catatan dan dokumen ini dapat

dimanfaatkan sebagai saksi dari kejadian-kejadian tertentu atau sebagai bentuk

pertanggungjawaban. Pemilihan metode ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam

sumber-sumber tertulis tersebut dapat diperoleh ungkapan gagasan, persepsi,

pemikiran, serta sikap para pakar dan praktisi tentang tantangan penguatan komitmen

kebangsaan untuk membangun karakter warganegara pada masyarakat perbatasan.

4. Studi literatur.

Yang dimaksud untuk mengungapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan

permasalahan yang sedang diteliti atau dihadapi sebagai bahan pembahasan hasil

penelitian. Teknik ini bisa dilakukan dengan cara mempelajari, membaca dan

mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan tentang tantangan penguatan

komitmen kebangsaan untuk membangun karakter warga negara pada masyarakat

perbatasan. Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Faisal (1992:30),

mengemukakan bahwa hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan di

dalam menjelaskan dan merincikan masalah-masalah yang akan diteliti, dan juga bisa

menjadi landasan untuk memberikan latar belakang mengapa masalah tersebut sangat

penting untuk diteliti.

5. Triangulasi Data

Hasil wawancara dari semua respenden, hasil pengamatan, dan

(39)

67

Syarif Firmansyah, 2013

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah

ada. Teknik triangulasi berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang

berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan

observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data

yang sama secara serempak.

Selanjutnya Matthison (1998) mengemukakan bahwa “ the value of triangulation lies in providing evidence-wethet convergent, incisitent, or contradictory”, nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau

kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi dalam

pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Melalui triangulasi “can build on the strengths of each type of data collection while minimizing the weaknessin any single approach” (Patton 1980). Dengan adanya triangulasi maka akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan

memakai satu pendekatan data.

Triangulasi merupakan pengecekan kebenaran data yang dikumpulkan dari

suatu sumber berdasarkan kebenarannya dari sumber-sumber lain. Sesuai dengan

konteks penelitian ini, suatu data atau informasi penelitian, dicek kebenarannya dari

sumber-sumber lain yang juga terlibat dalam penelitian ini. Selain itu, triangulasi juga

dilakukan untuk pengecekan kebenaran informasi atau data penelitian dari berbagai

(40)

68

Syarif Firmansyah, 2013

Proses triangulasi ini peneliti lakukan dengan mengecek hasil wawancara dari

para informan masyarakat dengan hasil wawancara informan lainnya. Hal ini peneliti

lakukan supaya hasil yang didapat bisa valid dan sesuai dengan apa yang telah

peneliti amati di lokasi penelitian pada saat melakukan observasi. Selain itu peneliti

juga melakukan pengecekan berdasarkan dokumentasi kegiatan yang telah dilakukan

oleh masyarakat perbatasan apakah telah sesuai dengan yang diungkapkan.

F. Teknik Analisis Data

Pada dasarnya tidak ada satu teknis analisis penelitian kualitatif yang dapat

dijadikan satu-satunya pedoman (Craswell,2008:245). Peneliti dapat memilih dan

menggunakan model-model yang telah dikembangkan oleh para peneliti sebelumnya

atau bersifat pemilihan. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menggunakan setidaknya

dua model teknik analisis yaitu dari Miles dan Huberman(2007:23) dan

Craswell(2008:244)proses analisis data kualitatif mencakup penggalian makna yang

ada di dalam data tertulis maupun gambar. Proses ini meliputu persiapan analisis

data, analisis pemilihan data, penggalian makna yang mendalam terhadap data,

menyajikan data, dan membuat interprestasi yang lebih luas tentang makna

data(Craswell,2008:190).

Analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang dilakukan secara

bersamaan yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpula/verifikasi.

Reduksi dataenajamkan, mengelompokkan, memfokuskan, pembuangan yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data untuk memperoleh kesimpulan final. Penyajian

(41)

69

Syarif Firmansyah, 2013

kesatuan bentuk yang di sederhanakan, selektif dalam konfigurasi yang mudah

dipakai sehingga memberi kemungkinan adanya pengambilan keputusan.setelah

data tersaji secara baik dan terorganisasi maka dilakukan penarikan kesimpulan atau

verifikasi (Miles dan Huberman, 2007:21-22).

Gambar bagan komponen-kompenen analisa data tersebut dapat dilihat

pada:

Bagan 1.2 Komponen-komponen Analisa Data

(Miles dan Huberman, 2007: 23)

Dari bagan di atas dapat dijelaskan bahwa proses pengumpulan dan analisis

data merupakan proses yang simultan dalam penelitian kualitatif. Pada saat

pengumpulan data peneliti dapat langsung melakukan analisis informasi yang

terkandung dalam data untuk menemukan gagasan pokok. Proses ini juga dapat

(42)

70

Syarif Firmansyah, 2013

bolak balik dan seterusnya. Peneliti dapat melakukan wawancara ulang terhadap

individu apabila terjadi kekurangan data atau tejadi kesimpangsiuran data

(Craswell,2008:244-245).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat di jelaskan bahwa dalam pengolahan

data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang peneliti peroleh selama penelitian di Entikong, kemudian dipilih

dengan seksama atu dirangkum pada saat membuat laporan penelitian, tanpa

menghilangkan esensi dari temuan penelitian tersebut. Reduksi Data (data

reduction) menurut Huberman dan Miles (2007:16) adalah proses analisis data

yang dienggolongkan, mengarahkan hasil-hasil penelitian denganmemfokuskan

pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Data yang diperoleh di lapangan

jumlahnya cukup banyak, sehingga memerlukan pencatatan secara teliti dan rinci.

Untuk itu perlu dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok dan penting. Reduksi

data ini dilakukan dengan cara mengelompokkan data sesuai dengan aspek-aspek

permasalahan dalam penelitian. Dengan melakukan pengelompokan tersebut maka

peneliti dapat dengan mudah menentukan unit-unitanalisis data penelitiannya.

2. Display Data

Setelah melakukan rangkuman dalam proses reduksi data, peneliti kemudian

membuat bahan-baha untuk kesimpulan yang terkait dengan penelitian di Entikong.

Data hasil reduksi kemudian disajikan atau ditampilkan (display) dalam bentuk deskripsi sesuai dengan aspek-aspek penelitian. Penyajian data ini dimaksudkan

(43)

71

Syarif Firmansyah, 2013

dengan aspek-aspek penelitian ini, maka data atau informasi yang diperoleh dari

lapangan disajikan secara berturut-turut mengengenai keadaan aktual lokasi

penelitian.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Setelah peneliti mendapatkan bahan-bahan untuk kesimpulan dalam proses

display, kemudian sampailah pada tahap akhir untuk membuat kesimpulan terkait

dengan penelitian di Entikong. Sebagai langkah akhir proses analisis data adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi, hal ini dimaksudkan untuk mencari makna dari

data yang telah dikumpulkan. Penarikan kesimpulan akan dilakukan berdasarkan

pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan hakekat penelitian

kualitatif, penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan cara bertahap.

Pertama, menarik kesimpulan sementara atau tentatif, terkait dengan masalah

penelitian di Entikong, seiring dengan bertambahnya data maka harus dilakukan

verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada. Hal ini peneliti

lakukan dengan membuat kesimpulan sementara di bagian akhir hasil pembahasan

pada setiap fokus permasalahan yang telah dibahas dan dianalisis berdasarkan teori.

Kedua, verifikasi data juga dilakukan dengan cara meminta pertimbangan dari

pihak-pihak lain yang ada keterkaitannya dengan penelitian.

Akhirnya peneliti menarik kesimpulan akhir untuk mengungkap

temuan-temuan penelitian ini. Penarikan kesimpulan pada penelitian kualitatif diharapkan

merupakan temuan baru yang belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya remang-remang atau gelap

(44)

72

Syarif Firmansyah, 2013

G. Uji Validitas Data Penelitian

Untuk menguji hasil penelitian pada masyarakat perbatasan di Entikong, maka

dalam langkah ini peneliti menguji validasinya. Menurut Sugiono (2011: 269) dalam penelitian kualitatif pengujian keabsahan data meliputi: “creadibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas), dan

confirmability (obyektifitas).

1. Uji Kredibilitas (Credibility)

Supaya lebih kredibel hasil penelitian di Entikong, maka peneliti melakukan

uji kredibilitas. Menurut Sugiono (2011; 270) menyatakan “dalam penelitian kualitatif untuk menguji kredibilitas dan atau kepercayaan terhadap data hasil

penelitian antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis

kasus negatif, dan memberchek.

a) Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui

maupun yang baru.

b) Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat

dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan

peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

c) Triangulasi berarti pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

(45)

73

Syarif Firmansyah, 2013

d) Analisis kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga saat tertentu.

e) Menggunakan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh

rekaman wawancara, foto- foto, camera, dan handycam.

f) Mengadakan memberchek adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

2. Pengujian Transferability (derajat keteralihan-validitas eksternal)

Supaya mengetahui derajat keteralihannya, penelitian di Entikong, peneliti

melakukan proses uji transferbility. Dalam penelitian kualitatif, transferability

merupakan validitas eksternal. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan

atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut

diambil. Oleh karena itu maka peneliti dalam membuat laporannya harus

memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Derajat

keteralihan atau transferability ini identik dengan validitas eksternal dalam tradisi

penelitian kualitatif. Transferability yang tinggi dalam penelitian kualitatif dapat

dicapai dengan menyajikan deskripsi yang relatif banyak, karena metode ini tidak

dapat menetapkan validitas ekternal dalam arti yang tepat.

Dalam hal ini, peneliti mencoba menggali dan menemukan informasi atau data penelitian yang telah diperoleh di lapangan baik dari hasil observasi, wawancara dan

(46)

74

Syarif Firmansyah, 2013

tantangan penguatan komitmen kebangsaan untuk membentuk karakter warganegara

pada masyarakat perbatasan.

3. Pengujian Dependability (derajat keterandalan)

Untuk mengetahui derjat keterandalan penelitian di Entikong ini, maka peneliti

melakukan proses pengujian despendabilty. Dependability temuan penelitian ini

dapat diuji melalui pengujian proses dan produk (Lincoln dan Guba, 1995:515).

Pengujian produk adalah pengujian data, temuan-temuan, interpretasi-interpretasi,

rekomendasi-rekomendasi dan pembuktian kebenarannya bahwa hal itu didukung

oleh data yang diperoleh langsung dari lapangan. Keterandalan dalam penelitian ini

identik dengan validitas internal dalam tradisi penelitian kualitatif. Dalam penelitian

ini melakukan uji dependability dengan cara menggunakan catatan-catatan tentang

seluruh proses dan hasil penelitian.

Pengujian ini peneliti lakukan dengan cara mengumpulkan dokumentasi

kegiatan dari masyarakat Entikong. Untuk mengecek kebenarannya, peneliti juga

melakukan pengecekan kepada para informan berupa pertanyaan-pertanyaan yang

berhubungan dengan beberapa kegiatan yang telah dilakukan apakah dokumentasi

kegiatan yang telah peneliti dapatkan itu benar adanya. Dan tidak menutup

kemungkinan pula, peneliti ikut terjun secara langsung dalam kegiatan yang

dilaksanakan supaya pengamatan yang dilakukan hasilnya akurat, nyata, dan apa

adanya.

4.Pengujian Konfirmability (derajat penegasan-objektifitas)

Untuk mengetahui derajat objektifitas penelitian di Entikong, maka peneliti

Gambar

Gambar bagan komponen-kompenen analisa data tersebut dapat dilihat

Referensi

Dokumen terkait

Bio-briket gulma purun tikus yang memiliki kadar sulfur terendah semakin menunjukkan gulma ini sebagai bio-briket dengan kualitas terbaik karena juga memiliki nilai kalor dan

Ketika belajar di rumah, anak mungkin mau, asalkan semua dilayani, misalnya anak akan menyuruh orang lain untuk mengambilkan pensil, buku dan sebagainya

Program ini merupakan kelanjutan dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan pada bulan Juli 2015. Program PPL Universitas Negeri Yogyakarta yang dilaksanakan pada

Dimasa sekarang ini banyak sekali budaya-budaya kita yang mulai menghilang sedikit demi sedikit.Hal ini sangatlah berkaitan erat dngan masuknya budaya-budaya ke dalam

a) Memenuhi unsur “kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk 3 atau 2

Dengan data sebesar itu, waktu yang diperlukan oleh Scibun untuk menggambar peta sangat lama, bisa lebih dari 10 detik.Oleh karena itu, perlu dilakukan

Apakah keluarga bapak/ibu memiliki kebiasaan makan bersama paling kurang seminggu sekali yang dimanfaatkan untuk berkomunikasi.. Apakah keluarga bapak/ibu ikut dalam

Penelitian ini sendiri bermaksud menganalisis metode karakterisasi (penokohan) yang digunakan pengarang untuk menyajikan tokoh utama dalam cerpen-cerpen pada kumpulan cerpen