PENGARUH MODEL KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT
(TGT) TERHADAP PENINGKATAN KERJASAMA, KREATIFITAS,
DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA SISWA
TUNARUNGU
TESIS
Diajukan untuk memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Master Pendidikan
Program Studi Olahraga
Ibastanta Sembiring 12 02 64 2
PROGRAM STUDI OLAHRAGA
SEKOLAH PASCA SARJANA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Model
Kooperatif Team Games Tournament (TGT) Terhadap Peningkatan Kreatifitas, Kerjasama dan, Keterampilan Bermain Sepakbola Siswa Tunarungu” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di
kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini,
atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,
Ibastanta Sembiring
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGARUH MODEL KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PENINGKATAN KREATIFITAS, KERJASAMA, DAN KETERAMPILAN
BERMAIN SEPAKBOLA SISWA TUNARUNGU
(Studi Experimen Pada Siswa SLB Negeri Cicendo Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Prof. Dr. Beltasar Tarigan, M.S., AIFO NIP. 195603031983031005
Pembimbing II
Dr. Dian Budiana, M.Pd NIP. 197706292002121002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifkasi Masalah ... 8
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Manfaat Penelitian ... 12
F. Struktur Organisasi Tesis ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka ... 15
1. Team Games Tournament (TGT) ... 15
2. Tunarungu ... 19
a. Anak Tunarungu... 19
b. Klasifikasi Siswa Tunarungu ... 21
c. Perbedaan Sekolah Reguler dengan Sekolah Khusus bagi Anak Tunarungu... 24
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Lingkup Pengembangan Program Pendidikan Bagi Individu
Tunarungu ... 27
3. Permainan Sepakbola ... 28
a. Definisi Sepak bola ... 28
b. Teknik Dasar Bermain Sepakbola ... 29
c. Unsur Kreatifitas dalam Sepakbola ... 33
d. Unsur Kerjasama Dalam Sepakbola ... 36
e. Unsur Prestasi Belajar Dalam Sepakbola ... 39
B. Kerangka Pemikiran ... 40
C. Hipotesis ... 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Populasi Penelitian ... 43
1. Lokasi Penelitian ... 43
2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 44
C. Definisi Operasional dan Konseptual Variabel ... 45
1. Definisi Konseptual ... 45
2. Definisi Operasional... 47
D. Instrumen Penelitian... 48
E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 51
F. Pengolahan Data dan Analisis Data ... 52
G. Teknik Pengumpulan Data ... 53
H. Langkah-Langkah Penelitian ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Team Games Tournament dan Konvensional ... 55
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Uji Normalitas ... 56
2. Uji Homogenitas ... 57
3. Uji Hipotesis ... 58
a. Uji persamaan dua rata-rata (dua pihak) ... 59
1) Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dalam meningkatkan kreatifitas pada siswa tunarungu ... 59
2) Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dalam meningkatkan kerjasama pada siswa tunarungu ... 59
3) Perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments dalam meningkatkan keterampilan bermain sepak bola pada siswa tunarungu ... 60
b. Uji ANAVA ... 60
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 61
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 69
B. Rekomendasi ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Contoh Perhitungan Poin Games dan Turnamen untuk Empat Pemain ... 18
2.2 Contoh Kriteria Penentuan Penghargaan Kelompok ... 18
3.1 Pretest-posttest Control Group Design (Sumber: Lutan, 2001, hlm. 19)... 44
3.2 Definisi Operasional Variabel ... 47
4.1 Deskripsi Data Team Games Tournament dan
Konvensional ... 55
4.2 Uji Normalitas Model Pembelajaran Team Games
Tournament dan Model Pembelajaran Konvensional ... 56 4.3 Uji Homogenitas Pada Model Pembelajaran Team Games
Tournament dan Model Pembelajaran Konvensional ... 58 4.4 Uji persamaan dua rata-rata (dua pihak) ... 59
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Diagram Alur Penempatan Peserta Turnamen Pada
Pembelajaran TGT Sumber : Slavin (1995, hlm. 86) ... 17 3.1 Langkah-langkah Penelitian ... 54
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
I. Instrumen kreatifitas, kerjasama dan keterampilan bermain
sepak bola ... 75
II. Skor Uji Coba Angket ... 88
III. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket ... 90
IV. Skor Data Kreatifitas, Kerjasama, dan Keterampilan Bermain Sepak bola ... 101
V. Deskripsi Data ... 113
VI. Analisis Data (Uji Normalitas dan Homogenitas) ... 114
VII. Uji Hipotesis ... 140
VIII. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pada Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ... 146
IX. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pada Model Pembelajaran Konvensional ... 173
X. Dokumentasi Penelitian ... 194
XI. Surat Keputusan Penelitian Tesis ... 198
XII. Surat Izin Penelitian ... 200
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PENGARUH MODEL KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PENINGKATAN KREATIFITAS, KERJASAMA, DAN
KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA SISWA TUNARUNGU
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji pengaruh model pembelajaran team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kreatifitas, kerjasama, keterampilan bermain sepakbola pada siswa tunarungu. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain penelitian adalah pre test and post test desain. Populasi pada penelitian ini adalah siswa SLB Negeri Cicendo dan sampelnya adalah siswa kelas X (Sepuluh) berjumlah 20 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Instrumen pada penelitan ini adalah instrumen kreatifitas menggunakan penelitian dari Juliantine (2010, hlm. 153). Instrumen kerjasama menggunakan penelitian dari Baron dan Byane (2000, hlm. 34), dan instrumen keterampilan bermain sepak bola menggunkan GPAI (Game Performance Assessment Instrument Components) Metzler (2000, hlm. 363).
Hasil Penelitian bahwa pengaruh model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) terhadap kreatifitas adalah t hitung (2,182) lebih besar dari t tabel (2,101) maka Hi diterima, hal ini berarti model pembelajaran Team Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan kreatifitas. Kemudian pengaruh model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) terhadap kerjasama dengan nilai t hitung (2,319) lebih besar dari t tabel (2,101) maka Hi diterima, artinya model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kerjasama. Selanjutnya pengaruh model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) terhadap keterampilan bermain sepakbola nilai t hitung (2,188) lebih besar dari t tabel dengan nilai (2,101) maka Hi diterima, berarti model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan keterampilan bermain sepakbola. Untuk mengetahui perbedaan antar variabel diketahui nilai P value (sig.) = 0.000. Karena p value (Sig.) < 0.05 maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antar Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dan Model Pembelajaran Konvensional terhadap Skor Rata-rata Kreatifitas, Kerjasama, dan keterampilan bermain sepakbola pada siswa tunarungu.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh model pembelajaran
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bermain sepakbola pada siswa tunarungu. Peneliti menyarankan kepada guru yang diharapkan menguasai model pembelajaran Team Games Tournament (TGT).
Kata Kunci: team games tournament, kreatifitas, kerjasama, keterampilan bermain sepakbola
ABSTRACT
EFFECT OF MODEL COOPERATIVE GAMES TEAM TOURNAMENT (TGT) IMPROVEMENT OF CREATIVITY, COOPERATION, AND SKILLS
PLAY FOOTBALL TO DEAF STUDENT
The purpose of this study is to investigate and examine the effect of learning model team games tournament (TGT) to the increase of creativity, cooperation, skill playing football in deaf students. The method used is an experimental method with pre-test research design is the design and post test. The population in this study were students SLB Cicendo and the sample is class X (Ten) amounted to 20 people. Sampling technique using total sampling technique. Instrument in this research is the use of research instruments creativity of Juliantine (2010, p. 153). Instruments of cooperation using the research of Baron and Byane (2000, p. 34), and instrument playing football skills using the GPAI (Game Performance Assessment Instrument Components) Metzler (2000, p. 363).
Research results that influence learning model Team Games Tournament (TGT) to creativity is t (2.182) is greater than t table (2.101) then Hi is accepted, this means learning model Team Games Tournament (TGT) can increase creativity. Then the influence of the learning model Team Games Tournament (TGT) to the cooperation with the t value (2,319) is greater than t table (2.101) then Hi is accepted, it means learning model Team Games Tournament (TGT) can improve collaboration. Furthermore, the influence of the learning model of Team Games Tournament (TGT) to play football skills t value (2.188) is greater than t table with the value (2.101) then Hi is accepted, it means learning model Team Games Tournament (TGT) can improve the skills of playing soccer. To find the difference between the known value of the variable P value (sig.) = 0.000. Since the p value (Sig.) <0.05 then H0 is rejected so it can be concluded that there is a difference between Learning Model Team Games Tournament (TGT) and Conventional Learning Model to Score average Creativity, Cooperation, and the skill to play football in deaf students.
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
and skill to play football in deaf students. Researchers suggest that teachers are expected to master the learning model Team Games Tournament (TGT).
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aktivitas yang dilakukan siswa bukan hanya terbatas dengan fasilitas
pembelajaran tetapi harus mampu menjadikan siswa berperan aktif sehingga untuk
memenuhi harapan dibutuhkan model pembelajaran aktif (active learning) untuk menunjang keberhasilan belajar. Maksud dari pembelajaran aktif yaitu untuk
mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik,
sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai
dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran
aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran berlangsung. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa perhatian siswa berkurang bersamaan dengan
berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa: siswa dalam
ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran
yang tersedia. Sementara penelitian Keachie (1986) menyebutkan bahwa: Dalam
sepuluh menit pertama perhatian siswadapat mencapai 70%, dan berkurang
sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir. Kondisi tersebut merupakan
kondisi umum yang terjadi di lingkungan sekolah dimana siswa diruang kelas
lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga
apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Ungkapan
tersebut didukung dengan penelitian Pollio (1984, hlm. 232) yang menyatakan
bahwa:
2
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan
waktu pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang
masuk kedalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima,
sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini
menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan dapat
dilaksanakan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari karena proses tersebut dapat
dilakukan apabila dilaksanakan secara berulang-ulang.
Efektifitas pembelajaran bukan hanya sebatas kemampuan guru
mengendalikan siswa untuk memenuhi apa yang menjadi tujuan dalam
pembelajaran tetapi lebih mengendepankan keberhasilan dalam penyampaian
tujuan pembelajaran sesuai dengan waktu yang disediakan. Sesuai dengan
ungkapan Suheman (2009, hlm. 114), “Untuk mengetahui bagaimana siswa
menghabiskan waktu dalam pembelajaran penjasadalah dengan cara menganalisis
waktu.” Kemudian Pangrazi dan Dauer, (1992, hlm. 180) mengungkapkan bahwa,
“Instructors need to gather data showing the amount of time that students are involved in productive, on task activity to assure learning can occur.” Maksud
dari pernyataan tersebut bahwa guru membutuhkan beberapa data untuk
mengetahui waktu yang dibutuhkan siswa melakukan aktivitas pembelajaran
sehingga tugas belajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan waktu yang
disediakan.
Penjas bukan semata-mata hanya pendidikan terhadap kemampuan fisik
semata, hal ini dikemukakan Sukintaka, (2004, hlm. 37) bahwa, “Pendidikan
jasmani bukanlah pendidikan terhadap badan, atau bukan merupakan pendidikan
tentang problem tubuh, akan tetapi merupakan pendidikan tentang problem
manusia dan kehidupan.” Maksud dari ungkapan tersebut bahwa pendidikan jasmani bukan pendidikan siswa agar terampil dari segi fisik semata, melainkan
bagaimana pendidikan jasmani dapat menjadi sebuah solusi bagi permasalahan
3
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Tujuan pendidikan jasmani terdiri dari empat ranah, yakni: (1) jasmani, (2) psikomotorik, (3) afektif dan (4) kognitif.” Kondisi di lapangan masih banyak
terjadi salah aplikasi dari tujuan pendidikan jasmani.Guru penjas cenderung lebih
banyak memberikan pembelajaran keterampilan motorik saja dan ranah kognitif
serta afektif masih kurang diperhatikan. Guru lebih banyak menanamkan agar
siswa mampu melakukan aktivitas fisik yang diajarkan, atau menguasai
keterampilan fisik dan motorik, bukan menanamkan pemahaman mengenai
pentingnya siswa melakukan aktivitas tersebut. Guru masih banyak yang
bertindak sebagai pelatih cabang olahraga dibandingkan dengan menanamkan
pengetahuan serta sikap dan perilaku hidup aktif keseharian pada siswanya.
Mengetahui gejala-gejala di atas maka penekanan dalam dunia pendidikan
terutama pendidikan jasmani yaitu mengenai model pembelajaran dimana model
pembelajaran yang baik dan terlaksana sesuai dengan ketentuan dalam model
pembelajaran tersebut otomatis pencapaian dari tujuan pembelajaran akan
tercapai. Untuk mencapai tujuan dan mejawab permasalahan yang ada maka
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) sangat cocok untuk menjawab permasalahan tersebut. Karena unsur-unsur yang terkandung dalam
model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) lebih mengedepankan pembelajaran kelompok. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Johnson and Holubec (Metzler, 2000, hlm. 223) adalah sebagai berikut:
a. Positive interdepedence among student
b. Face-to-face promotive interaction
c. Individual accountability/personal responsibility
d. Interpersonal and small-group skills
e. Group processing
Pembelajaran Kooperatif menurut Roger (1992, hlm. 8) merupakan,
4
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Definisi pembelajaran kooperatif menurut Parker (1994, hlm. 2) adalah,
“Pembelajaran kooperatif merupakan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pmbelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok
kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.”
Salah satu pendidik paling berpengaruh pada awal abad kedua puluh
adalah seorang filsuf Dewey (1990) menyatakan, “Pendidikan merupakan sebuah
proses dinamis dan berkelanjutan yang bertugas memenuhi kebutuhan siswa dan
guru dengan minat mereka masing-masing.” Maksud dari ungkapan tersebut
bahwa pendidikan memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan minat siswa,
memperluas dan mengembangkan horizon keilmuan mereka, dan membantu
mereka agar mampu menjawab tantangan dan gagasan baru di masa mendatang.
Dengan demikian, pendidikan khususnya sekolah harus memiliki sistem
pembelajaran yang menekankan pada proses dinamis yang berdasarkan pada
upaya meningkatkan keingintahuan siswa tentang dunia. Pendidikan harus
mendesain pendidikannya yang respontif dan berpusat pada siswa agar minat dan
aktifitas sosial mereka terus meningkat. Dalam konteks ini Dewey (Miftahul,
2012, hlm. 3) pun percaya bahwa:
Sekolah bertanggung jawab penuh untuk membangun sikap sosial siswa dengan cara menerapkan komunikasi interpersonal dan keterlibatan kelompok di antara mereka. Dengan berinteraksi satu sama lain, siswa akan menerima feedback atas semua aktifitas yang mereka lakukan, mereka akan belajar bagaimana berperilaku dengan baik, dan mereka akan memahami apa yang harus dilakukan dalam kerja kelompok yang kooperatif.
Maksud dari ungkapan tersebut pada umumnya pendidikan di Indonesia
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang secara teknis
operasional dilakukan melalui suatu proses pembelajaran. Pembelajaran
merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan dalam sistematik itu terdapat
suatu interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa. Dalam proses
pembelajaran guru mempertimbangkan model pembelajaran, metode dan
5
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sistematik, bersifat konseptual tetapi praktis, realistik dan fleksibel, baik yang
menyangkut masalah interaksi pembelajaran, pengelolaan kelas, pendayagunaan
sumber belajar (pengajaran) maupun penilaian pembelajaran. Dari proses
pembelajaran harus dapat menjadi perhatian bagi para guru agar tercapai tujuan
pembelajaran dan hasil belajar siswa yang memuaskan, terutama menyangkut
model pembelajaran yang diterapkan bagi anak berkebutuhan khusus.
Permasalahan pada penelitian ini adalah anak tunarungu yang memiliki
permasalahan yang sangat kompleks. Anak tunarungu mengalami gangguan pada
fungsi pendengarannya. Akibat dari kelainan tersebut, perkembangan bahasanya
menjadi terhambat, sehingga mereka kurang mampu bersosialisasi dengan
masyarakat normal pada umumnya karena hambatan anak tunarungu dalam
berkomunikasi.
Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan pendidikan global,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Stewart, David, Ellis, dan Kathleen (1999,
hlm. 1) menyatakan bahwa:
Physical education classes are the only physical activity that many children receive throughout the day, and without them, an even greater number of children, including those who are deaf, would be prone to aspects associated with sedentary lifestyles.
Maksud dari ungkapan tersebut yaitu pada dasarnya pendidikan jasmani
adalah salah satunya aktivitas fisik yang mampu dilakukan oleh banyak anak-anak
setiap hari tanpa memandang seseorang memiliki kekurangan fisik atau tidak
termasuk orang tuna rungu memiliki hak untuk melakukan aktivitas pendidikan
jasmani guna mencapai gaya hidup yang baik.
Pelaksanaan pendidikan jasmani untuk siswa yang memiliki kebutuhan
khusus terutama siswa tuna rungu harus dibedakan dengan siswa normal karena
siswa tuna rungu memiliki tingkat kebugaran jasmani yang rendah sebagaimana
6
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya gangguan pendengaran yang dialami anak tunarungu akan membawa
dampak pada perkembangan berbahasanya yang mempengaruhi kemampuan
berkomunikasi anak tunarungu. Seperti yang dikemukakan oleh Uden (Bambang,
2003, hlm. 21) bahwa, “Ketunarunguan mengakibatkan kemiskinan dalam
berbahasa, hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan dalam berinteraksi dan
komunikasi yang berdampak pada kesulitan dalam mengikuti dan memahami
pelajaran.”
Ketidakmampuan anak tunarungu dalam berbicara, muncul pendapat
umum yang berkembang, bahwa anak tunarungu ialah anak yang hanya tidak
mampu mendengar sehingga tidak dapat berkomunikasi secara lisan dengan orang
dengar. Heward dan Orlansky (Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2007,
hlm.1) memberikan batasan ketunarunguan sebagai berikut :
Tunarungu diartikan sebagai kerusakan yang menghambat seseorang untuk menerima rangsangan semua jenis bunyi dan sebagai suatu kondisi dimana suara-suara yang dapat dipahami, termasuk suara pembicaraan tidak mempunyai arti dan maksud-maksud kehidupan sehari-hari. Orang tuli tidak dapat menggunakan pendengarannya untuk dapat mengartikan pembicaraan, walaupun sebagian pembicaraan dapat diterima, baik tanpa maupun dengan alat bantu mendengar.
Kemudian Moores (1991, hlm. 4), mendefinisikan,
Ketunarunguan ada dua kelompok. Pertama, seorang dikatakan tuli (deaf) apabila kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB Iso atau lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain melalui pendengarannya baik dengan ataupun tanpa alat bantu mendengar.Kedua, seseorang dikatakan kurang dengar (hard of hearing) bila kehilangan pendengaran pada 35 dB Iso sehingga ia mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang lain melalui pendengarannya baik tanpa maupun dengan alat bantu mendengar.
Karena pendapat itulah ketunarunguan dianggap ketunaan yang paling
ringan dan kurang mengundang simpati, dibanding dengan ketunaan yang berat
dan dapat mengakibatkan keterasingan dalam kehidupan sehari-hari.Batasan
7
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melainkan mencakup seluruh tingkat kehilangan pendengaran dari tingkat ringan,
sedang, berat sampai sangat berat. Tujuan pendidikan jasmani adaptif adalah
untuk merangsang perkembangan anak secara menyeluruh, dan di antara aspek
penting yang dikembangkan adalah konsep diri yang positif. Tarigan (2003, hlm.
9) berpendapat “Setiap siswa mempunyai kebutuhan yang berbeda yang lainnya,
oleh karena itu program pembelajaran akan lebih efektif bila, diklasifikasikan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kecacatannya.” Aktivitas jasmani yang
diberikan kepada siswa tunarungu, membutuhkan program yang memberikan
tekanan kepada kebugaran. Mereka membutuhkan pendidikan jasmani untuk anak
yang berkebutuhan khusus yang disebut pendidikan jasmani adaptif. Masih
menurut Tarigan (2000, hlm. 40-41) mengungkapkan mengenai kurikulum
pembelajaran bagi siswa yang memiliki kebutuhan khusus adalah sebagai berikut:
Secara umum materi pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa cacat yang terdapat dalam kurikulum sama dengan materi pembelajaran siswa normal. Namun yang membedakannya adalah strategi dan model pembelajarannya karena disesuaikan dengan jenis dan tingkat kecacatannya. Program pendidikan jasmani untuk anak cacat dibagi menjadi tiga kategori yaitu pengembangan gerak dasar, olahraga dan permainan, serta kebugaran dan kemampuan gerak.
Pada dasarnya, pembelajaran kooperatiftipe Team Games Tournament
(TGT) mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih yang keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama
dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Suherman (2009, hlm. 30) bahwa, “Sistem sosial yang
tercermin dalam pembelajaran Team Games Tournament (TGT) adalah kooperatif, respektif, kolaboritif. Hal ini terjadi karena sifat-sifat yang seperti itu
8
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Apabila dihubungkan dengan beberapa variabel yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai model pembelajaran kooperatif
tipe Team Games Tournament (TGT) guna meningkatkan kerjasama, kreatifitas, dan keterampilan bermain sepak bola pada permainan sepak bola untuk siswa
tunarungu diharapkan keterkaitan antara beberapa variabel tersebut dapat
diketahui karena belum ada data yang menyebutkan bahwa melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan kerjasama, kreatifitas, dan keterampilan bermain sepakbola siswa
tunarungu pada permainan sepakbola. Oleh karena itu, penulis berkeinginan
meneliti “Pengaruh Model Kooperatif Team Games Tournament (TGT) Terhadap
Peningkatan Kerjasama, Kreatifitas dan Keterampilan bermain sepakbola siswa
tunarungu di SLB Negeri Cicendo.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasikan
bahwa diperlukan model pembelajaran yang sesuai untuk anak tunarungu. Anak
tunarungu secara fisik tidak mempunyai perbedaan dengan anak yang normal.
Secara umum anak tunarungu dapat mengikuti model pembelajaran seperti anak
normal dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang cukup baik dalam berbagai
situasi, akan tetapi siswa tunarungu dapat diberikan model pembelajaran melalui
layanan bina bicara. Maka identifikasi masalah berdasarkan variabel-variabel pada
penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT)
terhadap kerjasama siswa tunarungu
Bowo dan Andy (2007, hlm. 50-51) menyatakan, “Pelaksanaan kerjasama
hanya dapat tercapai apabila diperoleh manfaat bersama bagi semua pihak yang
9
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kerjasama, maka kerjasama tidak terpenuhi. Dalam upaya mencapai keuntungan
atau manfaat bersama dari kerjasama, perlu komunikasi yang baik antara semua
pihak dan pemahaman samaterhadap tujuan bersama. Untuk menimbulkan sebuah
komunikasi yang baik maka model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) diharapkan mampu menumbuhkan komunikasi antar siswa tunarungu yang nantinya mampu menumbuhkan kerjasama.
2. Model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT)
terhadap kreatifitas siswa tunarungu
Poerwodarminto (2002, hlm.1063) “Sikap adalah perilaku; gerak-gerik.
Kreatif adalah memiliki daya cipta, kemampuan untuk menciptakan, bersifat
(mengandung) daya cipta. Sikap kreatif yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah perilaku yang memiliki daya cipta, kemampuan untuk menciptakan atau
mengungkapkan gagasan-gagasan baru dalam memahami suatu konsep atau
kemampuan mengungkapkan gagasan-gagasan baru dalam menyelesaikan suatu
masalah. Untuk menjawab permasalahan pada kreatifitas siswa tunarungu maka
diharapkan melalui model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament
(TGT) dengan dasar dari model pembelajaran ini yaitu kerjasama antar kelompok
nantinya siswa tunarungu mampu memiliki kreatifitas yang lebih baik.
3. Model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT)
terhadap keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu.
Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament
lebih mengendepankan kerjasama antar kelompok yang nantinya mampu
memenuhi tujuan dari pendidikan jasmani. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Malina dan Bouchard (1991, hlm. 34) mengungkapkan bahwa:
10
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Maksud dari ungkapan tersebut adalah salah satu tujuan dari pendidikan
jasmani adalah untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan
motorik dasar seperti berjalan, berlari, lompat tali, melompat, melempar,
menangkap, memukul, dan menendang. Mendapatkan tingkat kematangan
keterampilan motorik sangat penting untuk partisipasi sukses dalam aktivitas fisik.
Tetapi permasalahan dalam penelitian ini yaitu penerapan model pembelajaran
permainan terhadap siswa yang memiliki kebutuhan khusus yaitu siswa
tunarungu, dimana keterbatasan mengenai pendengaran yang dialami siswa
tunarungu maka dibutuhkan sosialisasi antar siswa. Seperti yang diungkpakan
Jacobs (1980) bahwa, “This communication barrier is one of the reasons Deaf people tend to congregate with one another.” Maksudnya bahwa hambatan komunikasi adalah salah satu alasan orang tunarungu cenderung berkumpul
dengan satu sama lain. Karena dasar dari keberhasilan siwa tunarungu yaitu
kebersamaan antar siswa tunarungu maka dibutuhkan komunikasi untuk
menunjang keberhasilan dalam pembelajaran jasmani. Selain itu yang
melatarbelakangi pentingnya model pembelajaran yang mampu memberikan
ruang bagi siswa tunarungu yaitu tugas yang dilakukan secara berkelompok maka
pembelajaran Team Games Tournament cocok untuk siswa tunarungu dan melalui pembelajaran keterampilan sepak bola diharapkan siswa semakin tertarik untuk
melakukan aktivitas pembelajaran jasmani. Karena siswa tunarungu harus terus
berinteraksi dengan yang lain agar selalu memiliki motivasi dalam hidupnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Stewart dan Kluwin, (2001) bahwa, “It seems incongruous that school programs for deaf children and the literature in deaf education mostly neglect the benefits of participation in physical activity by deaf children.” Maksudnya yaitu program sekolah untuk anak-anak tunarungu dan literatur dalam pendidikan tunarungu sebagian besar mengabaikan manfaat dari
partisipasi dalam aktivitas fisik oleh anak-anak tunarungu.
Berdasarkan ungkapan tersebut maka peneliti bertujuan ingin
11
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat meningkatkan kerjasama, kreatifitas dan keterampilan bermain sepakbola
siswa tunarungu.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, diajukan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap pre test dan post test kreatifitas siswa tunarungu?
2. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap pre test dan post test kerjasama siswa tunarungu?
3. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap pre test dan post test keterampilan bermain sepak bola siswa tunarungu?
4. Apakah terdapat perbedaan rerata kreatifitas, kerjasama, dan keterampilan
bermain sepakbola siswa tunarungu antara model pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournament dan model pembelajaran konvensional?
D. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang kita lakukan harus mempunyai tujuan dan
mengandung maksud-maksud tertentu. Menurut Arikunto (2002, hlm. 29),
“Meneliti adalah pekerjaan yang tidak mudah, yang membutuhkan tenaga, waktu,
dan biaya. Untuk apa kegiatan tersebut dilakukan jika tidak menghasilkan sesuatu
yang tidak bermanfaat.” Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
12
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournament terhadap pre test dan post test kerjasama siswa tunarungu.
3. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
Team Games Tournament terhadap pre test dan post test keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu.
4. Untuk mengetahui dan menguji perbedaan rerata kreatifitas, kerjasama, dan
keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu antara model pembelajaran
kooperatif tipe Team Games Tournament dan model pembelajaran konvensional.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat yang cukup besar dari segi pengembangan
keilmuan dan aspek teori-teori yang mendukung mengenai pembelajaran bagi
siswa tunarungu, adapun manfaat yang didapat pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Secara Teoritis
Penelitian ini mendukung teori John Dewey (Huda Miftahul, 2012, hlm. 8)
yang menyatakan bahwa:
Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih yang keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Penelitian ini memberikan informasi dan bahan referensi kepada pihak
yang berkepentingan dalam mengembangkan keilmuan pendidikan khususnya
pendidikan jasmani dan olahraga untuk anak yang berkebutuhan khusus di
sekolah luar biasa atau lembaga lainnya sebagai rujukan untuk dilakukan
13
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Manfaat Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dalam permainan sepakbola untuk meningkatkan kerjasama, kreatifitas, dan keterampilan bermain
sepakbola siswa tunarungu. Adapun sebagai pembanding pada penelitian ini,
peneliti menggunakan model pembelajaran konvensional yang diharapkan mampu
menunjukkan perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran konvesional.
F. Struktur Organisasi Tesis
Adapun struktur organisasi tesis adalah sebagai berikut:
1. BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penelitian
d. Manfaat Penelitian
e. Struktur Organisasi Tesis
2. BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian
a. Cooperative Learning Tipe Teams Games Tournaments(TGT) b. Kerjasama, Kreatifitas, Hasil Belajar Pada Pendidikan Jasmani
c. Permainan Sepakbola
d. Kerangka Pemikiran
e. Hipotesis
3. BAB III Metode Penelitian
a. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
b. Populasi dan Sampel
c. Instrumen Pengumpul Data, Validasi Data, dan Reliabilitas Data
d. Pengolahan dan Analisis Data
14
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f. Waktu dan Tempat Penelitian
g. Jadwal Penelitian
4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Pemaparan Data
b. Pembahasan Data
5. BAB V Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu semester ganjil dari mulai bulan Juli
2014 di SLB Negeri Cicendo.
2. Populasi Penelitian
Untuk memecahkan suatu masalah penelitian perlu ada data atau informasi
dari objek penelitian yang akan diteliti dalam mendukung tercapainya suatu tujuan
penelitian. Peran populasi dalam suatu penelitian sangat diperlukan untuk
mendapatkan data dan informasi yang akan diteliti berdasarkan permasalahan dalam
penelitian. Sugiyono (2008, hlm. 80) menjelaskan pengertian populasi sebagai
berikut:
Wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek/subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dari benda-benda alam yang lain.
Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
sekumpulan objek yang memiliki karakteristik tertentu, adapun yang dijadikan
populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SLB Negeri Cicendo Kota
Bandungsetingkat SMU yang berjumlah 20 orang.
3. Sampel
Sampel adalah jumlah kecil dari populasi, hal ini kemudian diperjelas oleh
pernyataan dari Arikunto (2002, hlm. 120) tentang sampel penelitian.
44
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Dikarenakan jumlah populasi kurang dari 100, maka penulis mengambil
seluruh siswa SLB Negeri Cicendo untuk dijadikan sampel sebanyak 20 orang.
Adapun teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik Total Sampling,
maksudnya seluruh siswa dalam populasi dijadikan sampel penelitian.
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen. Metode ini digunakan atas pertimbangan bahwa sifat
penelitian eksperimental yaitu mencobakan suatu program latihan untuk mengetahui
pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Mengenai metode eksperimen ini Sugiyono (2008, hlm. 72) menjelaskan “Metode penelitian
eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.”
Desain penelitian yang digunakan Pretest-posttest Desain. Desain ini sudah memenuhi criteria eksperimen sebenarnya, yaitu dengan adanya manipulasi variabel
pemilihan kelompok yang diteliti secara random dan seleksi perlakuan, desainnya
seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Pretest-posttest Design (Sumber: Lutan, 2001, hlm. 9-19)
KELOMPOK PRE-TEST TREATMENT POST-TEST
Eksperimen R O1 X1 O2
Kontrol R O1 X2 O2
Keterangan :
45
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
X1= Treatment (pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) pada kelompok eksperimen)
X2= Treatment (pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol)
R= Siswa di random menjadi dua kelompok yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
C. Definisi Operasional dan Konseptual Variabel
1. Definisi Konseptual Variabel
Definisi konseptual pada penelitian ini yaitu:
a. Tunarungu menurut Heward dan Orlansky (Website Direktorat Pembinaan
Sekolah Luar Biasa, 2007, hlm. 1)memberikan batasan ketunarunguan sebagai
berikut: Tunarungu diartikan sebagai kerusakan yang menghambat seseorang
untuk menerima rangsangan semua jenis bunyi dan sebagai suatu kondisi
dimana suara-suara yang dapat dipahami, termasuk suara pembicaraan tidak
mempunyai arti dan maksud-maksud kehidupan sehari-hari. Orang tuli tidak
dapat menggunakan pendengarannya untuk dapat mengartikan pembicaraan,
walaupun sebagian pembicaraan dapat diterima, baik tanpa maupun dengan
alat bantu mendengar.
b. Team Games Tournament (TGT) menurut Suseno (2008, hlm. 63) menyatakan, Pembelajaran model TGT (Team Games Tournament) merupakan suatu pendekatan kerja antar kelompok dengan pengembangan
kerjasama antar personal. Dalam pembelajaran ini terdapat penggunaan teknik
permainan. Dalam permainan ini mengandung persaingan menurut
aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam permainan diharapkan tiap-tiap
kelompok dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk
bersaing agar memperoleh suatu kemenangan.
c. Kreatifitas menurut Munandar, (2004, hlm. 25) adalah kreatifitas pada intinya
merupakan kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai
46
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
d. Indikator yang digunakan untuk tes kreatifitas adalah pendapat dari tes
kreatifitas dalam bentuk angket yang dikembangkan oleh Juliantine (2010,
hlm. 153) dari pernyataan Munandar (2004), Winardi (1991), Guilford (t,t),
Desmita (2007) tentang pengertian kreatifitas yang menjelaskan mengenai
Aptitude dan Non Aptitude. Adapun pembagian dari komponen Aptitude
adalah:
1) Keterampilan berpikir lancar (kelancaran)
2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel)
3) Keterampilan berpikir orisinal (orisinalitas)
4) Keterampilan memperinci (elaborasi)
5) Keterampilan menilai (evaluasi)
Sedangkan non aptitude atau ciri afektif adalah sebagai berikut: 1) Rasa ingin tahu
2) Bersifat imajinatif
3) Merasa tertantang oleh kemajemukan
4) Sifat berani mengambil risiko
5) Sifat menghargai
a. Kerjasama menurut Baron dan Byane (2000, hlm. 34) yaitu, kerjasama
(Cooperation) merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
b. Adapun unsur-unsur kerjasama tim menurut Purnomo (1998, hlm. 27) yaitu
sebagai berikut:
1) Adanya sikap kekeluargaan. 2) Memiliki visi
3) Kepercayaan terhadap rekan
47
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5) Memiliki fokus yang umum
c. Kemudian bentuk-bentuk dari kerjasama menurut Soekanto (1990, hlm. 68)
menyatakan bahwa: Dalam teori sosiologi akan dijumpai beberapa bentuk
kerjasama (Cooperation). Lebih lanjutnya kerjasama dapat dibedakan dalam kerjasama spontan (spontaneous cooperation), Kerjasama langsung (directed cooperation), Kerjasama kontrak (contractual cooperation), Serta kerjasama tradisional (traditional cooperation).
d. Sepakbola menurut Soeharsono (1982, hlm. 79) yaitu sepakbola adalah
permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu, masing masing regu terdiri
dari sebelas orang pemain termasuk penjaga gawang. Sepakbola terdiri dari 11
orang pemain.
2. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel dapat diketahui pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel
VARIABEL DEFINISI PARAMETER ALAT
48
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.
- Kemandirian dalam memberi pertimbangan.
Kerjasama Kerjasama menurut Baron dan Byane (2000, hlm. 34) yaitu,
“Kerjasama (Cooperation) merupakan suatu usaha bersama
- Memiliki fokus yang umum
Observasi tertutup
Keterampilan sepak bola
Sepak bola menurut Suharsono, (1982, hlm. 79) yaitu sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri sebelas orang pemain termasuk penjaga gawang.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kreatifitas adalah tes kreatifitas
dalam bentuk angket yang dikembangkan oleh Juliantine (2010, hlm. 153) dari
pernyataan Munandar (2004), Winardi (1991), Guilford (t,t), Desmita (2007).
Adapun untuk kisi-kisi angket kreatifitas dilampirkan.
2. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kerjasama adalah tes kerjasama
dalam bentuk angket yang dikembangkan oleh Baron dan Byane (2000, hlm. 34).
Kisi-kisi angket kerjasama dilampirkan.
3. Instrumen keterampilan sepakbola menggunakan tes Pelaksanaan Keterampilan
melalui metode GPAI (Game Performance Assessment Instrument Components) Metzler (2000, hlm. 363). Adapun bentuk tes keterampilan sepakbola
49
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Skala yang digunakan penulis adalah skala pada angket kerjasama dan angket
kreatifitas peneliti menggunakan skala Guttman. Kemudian penilaian
keterampilan sepak bola menggunakan metode GPAI (Game Performance Assessment Instrument Components) dengan penskoran peneliti memberikan skor 2 untuk siswa yang tepat melakukan aktifitas keterampilan sepak bola dan
skor 1 untuk siswa yang tidak tepat melakukan aktifitas keterampilan sepak bola.
5. Instrumen pengukuran kerjasama dan kreatifitas siswa pada pembelajaran
kooperatif Team Games Tournament menggunakan observasi terstruktur dengan ketentuan sebelum melakukan observasi terstruktur harus dibuat kisi-kisi sebagai
indikator dari kerjasama, kreatifitasdanketerampilanbermainsepak bola siswa
yang terlebih dahulu diuji reliabelitas dan validitasnya. (Sugiyono, 2008, hlm,
205). Sedangkan pada instrumen obeservasi terstruktur di uji realibilitas dan
validitasnya.
Untuk mendapatkan keyakinan bahwa skor pembelajaran model kooperatif
Team Games Tournament (TGT) merupakan hasil perlakuan yang dapat digenerelasikan kepopulasi yang ada, maka dilakukan pengontrolan terhadap berbagai
kemungkinan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu: validitas internal dan
validitas eksternal penelitian.
a. Validitas Internal
Pengontrolan validitas internal adalah pengendalian terhadap variabel–
variabel luar yang dapat menimbulkan interpretasi lain. Variabel yang dikontrol
meliputi :
1) Pengaruh instrumen. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, harus tetap
artinya tidak ada perubahan sedikit pun di dalam pelaksanaannya, artinya setiap
50
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Pengaruh kehilangan peserta eksperimen. Dikontrol dengan terus-menerus
memotivasi dan memonitor kehadiran sampel melalui daftar hadir yang ketat
sejak dari awal sampai akhir eksperimen.
3) Pengaruh perlakuan. Dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama kepada
kelompok eksperimen.
b. Validitas Eksternal
Pengkontrolan validitas eksternal adalah pengendalian terhadap beberapa
faktor agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Pengontrolan tersebut meliputi:
1) Validitas populasi bertujuan agar karakteristik sampel dapat mewakili populasi,
sampel semua siswa yang ada di SLB Negeri Cicendo dijadikan sebagai sampel,
karena jumlahnya 20 orang. Dikontrol dengan mengambil sampel dari siswa yang
belajar dengan model konvensional, dengan tingkat belajarnya yang sama; juga
mesti memberikan hak yang sama kepada setiap sampel dalam penerimaan
perlakuan penelitian.
2) Validitas ekologi dikontrol dengan: (a) seluruh program belajar disusun dan
dijadwalkan dengan jelas, misalnya tidak mengubah jadwal yang telah ditetapkan;
(b) digunakan satu buah lapangan olahraga yang cukup memadai; (c) tidak
memberitahukan kepada siswa bahwa mereka sedang dijadikan subyek penelitian
untuk menghindari pengaruh reaktif akibat proses penelitian tersebut.
E. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas angket digunakan apabila belum ada data secara
tertulis mengenai angket yang dijadikan sumber data untuk penelitian, adapun hasil
uji coba angket dapat dilihat pada ringkasan dibawah ini.
1. Hasil uji validitas angket kreatifitas adalah hasil analisis didapat nilai korelasi
antara skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan
51
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(n) = 52, maka didapat r tabel sebesar 0,279 (lihat pada lampiran tabel r).
kesimpulan berdasarkan r hitung > r tabel maka angket tersebut valid, tetapi
terdapat beberapa soal angket yang kurang dari skor r tabelyaitu diantaranya
adalah no soal 1,3,4,6,8,11,12,13,16,19,22,23,25,27. Ke14 no tersebut
merupakan soal angket yang tidak valid sehingga tidak cocok untuk dijadikan
sumber data. Hasil uji reliabilitas kreatifitas adalah berdasarkan r tabel dengan
jumlah data 38 maka didapat nilai r tabel adalah 0,320. Maka apabila
dibandingkan dengan r hitung pada tabel di atas dengan skor r hitung (0,640) > r
tabel (0,320) maka angket tersebut reliabel.
2. Hasil uji validitas angket kerjasama adalah hasil analisis didapat nilai korelasi
antara skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan
nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data
(n) = 10, maka didapat r tabel sebesar 0,632 (lihat pada lampiran tabel r).
kesimpulan berdasarkan r hitung > r tabel maka angket tersebut valid, karena
semua soal angket r hitung > r tabel maka soal angket valid. Kemudian untuk uji
reliabilitas angket kerjasama adalah berdasarkan r tabel dengan jumlah data 10
maka didapat nilai r tabel adalah 0,632. Maka apabila dibandingkan dengan r
hitung pada tabeldi atas dengan sekor r hitung (0,717) > r tabel (0,320) maka
angket tersebut reliabel.
3. Hasil uji validitas angket keterampilan bermain sepakbola adalah hasil analisis
didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita
bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2
sisi dan jumlah data (n) = 10, maka didapat r tabel sebesar 0,632 (lihat pada
lampiran tabel r). kesimpulan berdasarkan r hitung > r tabel maka angket tersebut
valid, karena semua soal angket r hitung > r tabel maka soal angket valid.
Kemudian hasil uji reliabilitas keterampilan bermain sepakbola adalah
52
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,632. Maka apabila dibandingkan dengan r hitung pada tabel di atas dengan
sekor r hitung (0,693) > r tabel (0,320) maka angket tersebut reliabel.
F. Pengolahan Data danAnalisis Data
Jenis data pada kerjasama, kreatifitas dan keterampilan bermain sepakbola
adalah data interval dengan skala rating scale. Sugiyono (2008, hlm. 147) menegaskan bahwa “Bila peneliti ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk
sampel, maka teknik yang digunakan adalah statistic inferensial.” Analisis menggunakan pengolahan data secara manual dengan urutan analisis data sebagai
berikut:
1) Uji Normalitas Data dengan Liliefors
2) Uji Homogenitas Data Product Moment
3) Menghitung gain Pretest dan Posttest
4) Pengujian Hipotesis dengan menggunakan Uji-t dua sampel yaitu untuk
mengetahu perbedaan antar variabel peneliti menggunakan uji persamaan dua
rata-rata (dua pihak) dan untuk menetukan mana yang lebih baik antar variabel
menggunakan uji manova.
G. Teknik Pengumpulan Data
Langkah penelitian yang digambarkan oleh penulis sebagai berikut :
1. Survei pendahuluan untuk menentukan masalah penelitian.
2. Menyusun rancangan penelitian dan memilih lokasi penelitian.
3. Menentukan populasi yaitu diambil dari siswa SLB Negeri Cicendo.
4. Menetukan sampel, adapun sampel yang digunakan sebanyak 20 orang, 10 orang
siswa belajar sepakbola dengan model pembelajaran Team Games Tournament
(TGT) dan 10 orang siswa belajar sepakbola dengan model pembelajaran
53
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Mempersiapkan instrumen penelitian, berupa observasi tersetruktur dengan
menggunakan hakekat tes, pengukuran dan evaluasi pendidikan jasmani adaptif
menurut Tarigan (2000, hlm. 68-72) untuk pengujian kerjasama dan kreatifitas.
Instrumen untuk keterampilan sepakbola menggunakan GPAI (Game Performance Assessment Instrument Components).
6. Melakukan eksperimen dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pre test yang diberikan kepada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Mengadakan post test di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
c. Uji homogenitas kepada dua kelas berdasarkan hasil pre test, homogen dan tidak homogen varian data menentukan bisa dan tidaknya kedua kelas tersebut
dijadikan sampel penelitian.
d. Apabila kedua kelompok homogen, maka dua kelompok tersebut dibagi
menjadi satu kelompok sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model
kooperatif Team Games Tournament (TGT) dan satu kelompok lagi sebagai kelas control dengan menggunakan model konvensional.
e. Mengadakan treatment atau perlakuan dengan mengggunakan model kooperatif Team Games Tournament (TGT) di kelompok eksperimen dan model konvensional di kelompok kontrol dengan materi yang telah
disesuaikan.
7. Analisis data untuk menguji hipotesis.
8. Hasil penelitian dan Pembahasan.
9. Menyimpulkan hasil penelitian.
H. Langkah-Langkah Penelitian
Secara skematis, langkah penelitian tersebut tersusun dalam gambar
berikut: Populasi
Sampel
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
54
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1
Langkah-langkah Penelitian
Gambar di atas merupakan serangkaian langkah-langkah pada penelitian ini
secara garis besar. Hal tersebut dilakukan agar penelitian ini dapat berjalan secara
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang dijelaskan pada bab
sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut.
1. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap kreatifitas siswa tunarungu
2. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap kerjasama siswa tunarungu
3. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament terhadap keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu
4. Terdapat perbedaan antara model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament dan model pembelajaran konvensional terhadap kreatifitas, kerjasama, dan keterampilan bermain sepakbola siswa tunarungu.
B. Rekomendasi
Mengacu pada hasil analisis dan kesimpulan penelitian, maka penulis
memberikan beberapa rekomendasi sbagai berikut:
1. Peneliti menyarankan kepada dinas pendidikan terutama dinas pendidikan
yang terkait dengan siswa berkebutuhan khusus harus lebih mengutamakan
pentingnya siswa memiliki model pembelajaran yang tepat, karena melalui model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan diharapkan kemampuan
dalam hasil belajar semakin meningkat sehingga kualitas pembelajaran siswa
semakin meningkat
2. Peneliti menyarankan kepada sekolah terutama harus lebih meningkatkan
kembali pemahaman mengenai penerapan model pembelajaran yang dilakukan
oleh guru atau tenaga pengajar karena tidak semua guru mampu menerapkan
71
Ibastanta Sembiring 2014
Pengaruh model kooperatif team games tournament (TGT) terhadap peningkatan kerjasama,kreatifitas,dan keterampilan bermain sepakbola siswa tuna rungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Peneliti menyarankan kepada institusi perguruan tinggi terutama sekolah
pascasarja selalu terus meningkatkan kualitas pembelajaran dan selalu
memberikan keilmuan baru mengenai model-model pembelajaran yang baru.
4. Peneliti menyarankan bagi peneliti lain bagi yang berminat untuk menjawab
penemuan-penemuan baru yaitu mengenai tidak adanya pengaruh pada
variabel kreativitas, kerjasama, keterampilan sepakbola melalui model
pembelajaran Team Games Tournament. Hal tesebut mungkin adanya kelemahan pada peneliti mengenai metode penelitian, tehnik pengambilan