• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing Di Universitas Muhammadiyah Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kepemimpinan Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing Di Universitas Muhammadiyah Surakarta"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KEP PENUT Disusun PEMIMPIN TUR ASING sebagai sal PROG UNIVE NAN PEMB G DI UNIV

lah satu sya Jurusa MIS GRAM STU SEKO ERSITAS i BELAJAR VERSITAS arat menye n Administ Ole S ASAMA NIM: Q10 UDI ADMIN OLAH PAS MUHAMM 201 RAN BAHA S MUHAM elesaikan P trasi Pendi eh: WAEBUE 00150072 NISTRASI SCA SARJA MADIYAH 17 ASA INDON MMADIYAH Program St idikan ESA I PENDIDI ANA H SURAKA NESIA BA H SURAKA udi Strata IKAN ARTA AGI ARTA II pada

(2)
(3)
(4)
(5)

1

KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adatiga.(1) Mendeskripsikan struktur kepemimpinan pembelajaran BIPA di Universitas Muhammadiyah Surakarta. (2) Mendeskripsikan figur kepemimpinan pembelajaran BIPA di Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan (3) Menjelaskankultur kepemimpinan pembelajaran BIPA di Universitas Muhammadiyah Surakarta.Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan desain etnografi. Tempat penelitian di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Waktu penelitian selama 9 bulan dari bulan Desember tahun 2016 sampai bulan Agustus tahun 2017.Subjek penelitian kepala BIPA, dosendan mahasiswa kelas BIPA. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Validasi data dengan triangulasi sumber dan triangulasi metodelogi. Analisis data dengan teknik interaktif dengan proses reduksi data, analisis data dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian ada tiga. (1) Struktur kepemimpinan BIPA UMS selama ini dibawah Bidang Bahasa dari Lembaga Pengembangan Ilmu Dasar (LPIDB) Universitas Muhammadiyah Surakarta. (2)Figur kepemimpinan BIPA saat ini khususnya pada masa dipimpin olehkepala LPIDBtergolong dalam tipe kepemimpinan demokratis.Sosok kepemimpinan BIPAmerupakan sosok pemimpin yang dimata bawahannya adalah pemimpin yang memiliki sikap kesetiakawanan terhadap pegawai, kreatif, penuh inisiatif dan bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan.(3) Kultur kepemimpinan yang diciptakan oleh kepemimpinan BIPA ditunjukkan dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan supervisi dan sistem hubungan unsur-unsur BIPA. Kultur kepemimpinan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rapat menunjukkan bahwa adanya sikap kompromi pimpinan BIPA terhadap pendapat, saran dan masukan dari bawahan.Kultur kepemimpinan di BIPA berupa hubungan unsur-unsur dalam BIPA digambarkan lebih mengedepankan adanya kedekatan semua unsur dalam BIPA, antara lain pimpinan, dosen, pihak tata usaha dan mahasiswa.

Kata Kunci : kepemimpinanpembelajaran, struktur, figur, kultur ABSTRACT

The purpose of this study are three, firstly, to describe the learning leadership of structure BIPA at Universitas Muhammadiyah Surakarta, secondly, to describe the learning leadership of figure BIPA at Universitas Muhammadiyah Surakarta. And thirdly, to explain the leadership of learning’s culture BIPA at Universitas Muhammadiyah Surakarta. The method of this research is qualitative method by ethnography design. The place of this research is at Universitas Muhammadiyah

(6)

2

Surakarta. The duration of this research for 9 months, it was started on December 2016 to August 2017. The technique of collecting data is in-depth interviewing, observation and documentation. The validity of data by source triangulation and methodological triangulation. The data analysis used in this study is interacfiue technique by reduction data processes, data analysis and conclusion. The result of this research shows firstly, the leadership structure of BIPA UMS during this time under the Field of Language of the Institute of Development of Basic Science (LPIDB) Universitas Muhammadiyah Surakarta. Secondly, the leadership figures of BIPA at this time especially in the lead-up period of BIPA leaders belong to the type of democratic leadership. BIPA leadership figure is a leader figure in the eyes of his subordinates is a leader who has solidarity to employees, creative, full of initiative and responsible in making decisions. Thirdly, the leadership culture is created by BIPA leadership shows in process making decisions, implementation of supervise and BIPA element s relation system. The culture of leadership in making decisions made in the meeting indicates that BIPA leaders' compromise on opinions, suggestions and input from subordinates.Leadership culture in BIPA in the form of relation elements in BIPA is described as putting forward the proximity of all elements in BIPA, such as leaders, lecturers, administrators and students.

Keyword: learning leadership, structure, figure, culture

1. PENDAHULUAN

Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain untuk bersedia bekerjasama supaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang, karena itu kepemimpinan pembelajaran bahasa Indonesia bisa saja dimiliki oleh orang yang bukan lulusan pendidikan bahasa Indonesia. Kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang memfokuskan pada pembelajaran. Komponen-komponen kepemimpinan pembelajaran meliputi kurikulum, proses belajar mengajar, asesmen, penilaian, pengembangan guru, layanan prima dalam pembelajaran (Andang,2014: 174). Setiap pemimpin mempunyai kecenderungannyamasing-masing dalam gaya kepemimpinannya. Ada yang cenderung pada penyelesaian pekerjaan, ada pula yang lebih kepada membangun relasi sosial. Gaya kepemimpinan akan ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu dari segi latar belakang, pengetahuan,

(7)

3

nilai, dan pengalaman dari pemimpin tersebut. Belakangan ini setiap individutelah menyadari bahwa pentingnya ilmu sebagai panduan atau petunjuk untuk memimpin umat manusia. Atas dasar kesadaran itulah relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap manusia untuk mencari ilmu pengtahuan. Keadaan ini tidak terlepas dari pendidikan dan pembelajaran dengan efektif.Berdasarkan kepentingan pendidikan untuk mempelajari suatu bangsa yaitu melalui bahasa. Bahasa Indonesia mengalami perkembangan dengan sangat cepat. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing atau dikenal dengan BIPA adalah suatu jalur yang diadakan untuk orang-orang asing dapat mempelajari bahasa Indonesia.Bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) adalah penyelenggaraan pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur yang bukan berwarganegara Indonesia. Orang asing yang ingin belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Bahasa Indonesia berposisi sebagai bahasa kedua, ketiga, dan keselanjutnya setelah bahasa pertama bagi pembelajar asing. Pelajar BIPA yaitu pelajar asing yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya berbeda dengan budaya bahasa yang dipelajarinya. Perbedaan bahasa dan budaya tersebut memiliki konsekuensi pada pemilihan materi bahasa Indonesia yang akan diajarkan kepada mereka karena pemerolehan bahasa kedua, termasuk bahasa Indonesia untuk penutur asing, dipengaruhi secara kuat oleh bahasa pertama (Ellis, 1986: 19). Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi dan bagian dari kebudayaan. Terbentuk suatu bahasa dikarenakan faktor yang menentukan terbentuknya kebudayaan. Demikian dapat dikatakan bahwa bahasa dan budaya merupakan sesuatu yang berkaitan erat dan saling berhubungan. Jadi bisa dikatakan bahasa merupakan bagian inti dari kebudayaan.Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sebagai salah satu perguruan tinggi terkenal di Indonesia tentunya selalu berusaha untuk menjadi Universitas berkelas dunia (world class university). Salah satu indikatornya adalah banyaknya mahasiswa asing yang belajar di UMS akan menunjukkan bahwa UMS telah menjadi daya tarik bagi mahasiswa asing. Tujuan penelitian ini ada tiga. (1) Mendeskripsikan struktur kepemimpinan pembelajaran BIPA di Universitas

(8)

4

Muhammadiyah Surakarta. (2) Mendeskripsikan figur kepemimpinan pembelajaran BIPA di Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan (3) Menjelaskan kultur kepemimpinan pembelajaran BIPA di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini jenis penelitiannya kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian menggunakan strategi dan prosedur penelitian yang sangat fleksibel. Penelitian kualitatif menggunakan rancangan penelitian terbuka (emergent desain) yang disempurnakan selama pengumpulan data (Sutama, 2012). Penelitian dilakukan di kelas BIPA di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan fakta dan karakteristik objek/subjek yang di teliti yaitu pada kepemimpinan pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing di UMS. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala BIPA di Universitas Muhammadiyah Surakarta.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknikwawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara merupakan percakapan dengan tujuan tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang memberikan pertanyaan dan terwawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2011). Observasi digunakan apabila berhubungan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu. (Sugiyono, 2010).Validasi data dengan triangulasi sumber dan triangulasi metodelogi. Triangulasi sumber menggunakan berbagai sumber yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sama. Triangulasi metodelogi yaitu penggunaan metodelogi yang berbeda pada suatu masalah dalam studi.Analisis data dalam penelitian kualitatif dilaksanakan secara induktif, artinya dalam menyimpulkan hasil penelitian. Peneliti menggunakan teknik penarikan simpulan secara induktif,

(9)

5

yaitu penarikan simpulan dari data-data yang bersifat khusus untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Struktur Kepemimpinan Pembelajaran BIPA di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Struktur kepemimpinan pembelajaran bahasa Indonesia di UMS saat ini merupakan bagian dari program yang diurus oleh Lembaga Pengembangan Ilmu Dasar dan Bahasa (LIPDB) Universitas Muhammadiyah Surakarta. BIPA UMS masih belum mandirinyasebagai lembaga tersendiri karena masih menginduk kepada LPIDB disebabkan karena program BIPA merupakan program yang tergolong muda dalam struktur umum di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Selain itu pembentukan program BIPA sendiri masih merupakan respon permintaan pemerintah terhadap pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing. Berdasarkan hasil studi dokumentasi dan hasil wawancara kepala BIPA yang dilakukan peneliti memperoleh temuan bahwa BIPA sekarang dibawah Kasubag Bahasa dari LPIDB, namun pimpinan BIPA saat ini yaitu kepala LPIDBmemiliki harapan kedepan agar nantinya BIPA dapat berdiri sendiri dan mampu meningkatkan kualitasnya. Dalamupaya-upaya yang ingin dilakukan oleh BIPA untuk meningkatkan diri adalah dengan mengembangkan pembelajaran serta meningkatkan sosialisasi program BIPA sehingga pengetahuan penutur asing yang berminat mempelajari bahasa Indonesia khususnya di BIPA UMS semakin meningkat.Struktur organisasi BIPA berbentuk struktur hirarki, dimana berjalannya struktur tersebut memerlukan adanya kepemimpinan, delegasi kekuasaan, penentuan serta pembagian tugas (Robins, 2012). Struktur organisasi BIPA berkaitan dengan pendelegasian dan pembagian kerja seluruh unsur BIPA.Dalampembagiankerja yang dikemukakan kepala LPIDB bahwa pembagian kerja di BIPA bersifat fleksibel, artinya bahwa pembagian beban

(10)

6

dan tugas dikompromikan kepada seluruh pegawai BIPA dan disesuaikan dengan kemampuan dan kompentensi pegawai. Fleksibelitas pembagian kerja tersebut bertujuan untuk tercapainya efektivitas atau pencapaian dari tugas atau beban kerja tersebut. Pembagian kerja yang dilakukan oleh pimpinan BIPA sesuai dengan pendapat Nitisemito (2010) tentang indikator keberhasilan kerja dimana suatu pembagian kerja akan dapat berhasil jika memiliki unsur penempatan karyawan disesuaikan keahlian, kemampuan dan tingkat pendidikan, analisis beban kerja agar keadilan dan kepuasan kerja dapat merata pada karyawan, dan spesialisasi pekerjaan yaitu pembagian kerja berdasarkan keahlian khusus yang dimiliki oleh karyawan.Pembagian kerja dalam BIPA disesuaikan dengan karakteristik dan kompentensi masing-masing karyawan atau dosen di BIPA. Pembagian kerja secara kompromi merupakan langkah yang ditempuh pimpinan BIPA agar dalam pembagian kerja semua pihak tidak merasa diberatkan sehingga menimbulkan kepuasan kerja. Pentingnya struktur organisasi dan pembagian kerja dalam manajemen pendidikan sebagaimana ditunjukkan Flessa dan Joseph (2014) bahwa pengaruh faktor kepemimpinan terhadap kinerja karyawan, dimana salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah pembagian kerja yang dilakukan manajemen atau pimpinan kepada karyawan. Hasil penelitianinimendukung Arikan dan Canan (2015) menunjukkan bahwa struktur organisasi perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja jika mereka lebih memilih struktur yang lebih formal dan manajemen organisasi yang lebih terdesentralisasi.

3.2 Figur KepemimpinanPembelajaran BIPA di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Figur kepemimpinan pada BIPA di UMS khususnya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh kepala LPIDB menunjukkan bahwa secara umum kepala LPIDB memiliki figur kepemimpinan yang baik yaitu dapat dipercaya serta memiliki wawasan yang luas. Sosok kepala LPIDB merupakan sosok

(11)

7

pemimpin yang dimata bawahannya adalah pemimpin yang memiliki sikap kesetiakawanan terhadap pegawai, kreatif, penuh inisiatif danbertanggung jawab dalam pengambilan keputusan. Berdasarkanhasil observasidanhasilwawancarapeneliti menemukan bahwaadanya kepuasan dan kepercayaan dosen BIPA terhadap kepemimpinan kepala LPIDB saat ini. Sifat terbuka, jujur, berwawasan luas yang dimiliki oleh kepala LPIDB menjadi salah satu faktor yang dianggap mampu menjadikan beliau sebagai tokoh atau simbol dari BIPA saat ini.Pemimpin organisasi tidak lagi hanya sebagai manajer yang memberikan perintah dan melakukan evaluasi, namun pemimpin dituntut untuk mampu membawa dirinya sebagai pembawa makna dari organisasi tersebut. Pemimpin harus memiliki kecenderungan sikap dan perilaku yang mengarah kepada suatu makna yang ingin dituju atau diinginkan oleh pemimpin organisasi.Sebagai mana penelitian (Harris, 2017) menemukan bahwa kepemimpinandalam pendidikan memiliki peran sangat penting dalam mendukung, memberi energi, memfasilitasi, dan berpartisipasi dalam pembelajaran profesional kolaboratif.Figur atau tipe kepemimpinan yang ditunjukkan oleh kepala LPIDBtergolong dalam tipe kepemimpinan demokratis, hal ini didasarkan adanya sifat-sifat pemimpin demokratis yaitu dalam proses menggerakkan bawahannya selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia memiliki hak yang harus dihormati, selalu berusaha menyeleraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi, senang menerima saran pendapat bahkan kritik bawahannya, mentoleris kesalahan yang dibuat oleh bawahan, lebih menitikberatkan kerjasama team dalam mencapai tujuan bersama, dan berusaha mengembangkan kapasitas dirinya dan karyawannya.Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian (Iqbal& Anwar, 2015) menunjukkan bahwa penggunaan tipe kepemimpinan sangat penting dalam pencapaian kinerja pegawai. Tipe kepemimpinan otoriter atau autokratik sangat baik dilakukan untuk mencapai tujuan jangka pendek perusahaan, sedangkan tipe kepemimpinan demokratis sangat baik

(12)

8

digunakan untuk pencapaian tujuan jangka panjang perusahaan. Penggunaan tipe kepemimpinan demokratis dapat meningkatkan persepsi positif karyawan terhadap pimpinan sehingga kepuasan kerja dan kualitas kerja karyawan dapat terjaga dalam waktu yang cukup lama. Sebaagai mana temuan pada penelitian Amindan Tatlah(2013) menunjukan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif dan perilaku yang terkait dengan gaya transformasional dan dimensi kepemimpinan transaksional dirasakan kondusif bagi kepuasan kerja di fakultas. Padahal, kurangnya praktik gaya kepemimpinan otoritatif dan pelaksanaan perilaku kepemimpinan yang berkaitan dengan kepemimpinan transformasional dan transaksional maka dianggap sebagai hambatan terhadap kepuasan kerja di fakultas.

3.3 Kultur Kepemimpinan BIPA di Universitas Muhammadiayah Surakarta

Kultur kepemimpinan BIPA UMS ditunjukkan dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan supervisi dan sistem hubungan unsur-unsur BIPA. Kultur kepemimpinan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan dalam rapat menunjukkan bahwa adanya sikap kompromi pimpinan BIPA terhadap pendapat, saran dan masukan dari bawahan. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa budaya kepemimpinan dalam pengambilan keputusan juga ditunjukkan dalam bagaimana BIPA menentukan metode pembelajaran dan penggunaan alat-alat bantu dalam pembelajaran. Pengambilan pengambilan keputusan di BIPA mengedepankan adanya musyawarah atau kompromi antara pimpinan BIPA dengan staf pengajar di BIPA yang bertujuan agar pelaksanaan pengajaran di BIPA dapat berjalan dengan maksimal.Kultur kepemimpinan berupa supervisi yang dilaksanakan di BIPA selama ini belum bersifat formal atau regular, namun lebih bersifat mengalir dan fleksibel. Supervisi yang dilakukan lebih banyak dilaksanakan ketika ada hal-hal baru dan permasalahan-permasalahan yang harus ditangani oleh BIPA. Kultur kepemimpinan di BIPA berupa hubungan unsur-unsur dalam BIPA digambarkan lebih mengedepankan adanya kedekatan semua

(13)

9

unsur dalam BIPA, antara lain pimpinan, dosen, pihak tata usaha dan mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan bagaimana BIPA memperlakukan mahasiswanya khususnya mahasiswa dari Negara asing, baik dalam penyambutan, dalam proses pembelajaran. Penciptaan kultur kepemimpinan oleh pimpinan berhubungan dengan upaya mempertinggi pengembangan dan pertumbuhan organisasi. Temuan (Hartnell & Chad, 2016) menunjukkan bahwa budaya dapat berfungsi sebagai pengganti kepemimpinan ketika perilaku kepemimpinan berlebihan dengan nilai budaya (yaitu, keduanya berbagi fokus tugas atau orientasi hubungan).Penelitian Palanski dan Avey (2014) menyimpulkan bahwa teori dan hasil yang ditunjukkan meningkat pemahaman kepemimpinan etis dan kasar pengawasan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mereka tidak hanya berlawanan, melainkan berbagi hubungan terbalik yang bernuansa. Lebih lanjut, pengetahuan tentang bagaimana mereka hidup berdampingan di tempat kerja dengan carapersepsi. Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa kultur kepemimpinan mampu mendorong sumber daya manusia di dalam organisasi danselalu mencapai prestasi kerja atau produktivitas yang lebih baik serta memiliki secara pasti kariernya sehingga mendorong mereka konsisten dengan tugas dan tanggungjawabnya.Untuk itu pimpinan harus mengembangkan kultur kepemimpinan yang berkualitas dalam mencapai tujuan organisasisecara efektif. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Meyer (2012) yang menunjukkan bahwa budaya organisasi yang dikembangkan oleh organisasi melalui aturan dan praktik pimpinan, membantu karyawan untuk memahami tujuan dari perusahaan dan langkah-langkah yang diinginkan perusahaan dalam pencapaian tujuan. Budaya organisasi yang dikembangkan dengan baik dapat meningkatkan performa atau kinerja karyawan.

(14)

10 4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Struktur kepemimpinan BIPA UMS selama ini dibawah Bidang Bahasa dari Lembaga Pengembangan Ilmu Dasar (LPIDB) Universitas Muhammadiyah Surakarta. BIPA masih belum berdirinya secara mandiri karena masih merupakan lembaga yang dikhususkan untuk menjalankan tugas dari pemerintah. Struktur kepemimpinan BIPA UMS merupakan struktur hirarki, dimana berjalannya struktur tersebut memerlukan adanya kepemimpinan, delegasi kekuasaan, penentuan serta pembagian tugas. Struktur organisasi BIPA berkaitan dengan pendelegasian dan pembagian kerja seluruh unsur BIPA.

2. Figur kepemimpinan BIPA UMS saat ini khususnya pada masa dipimpin olehkepala LPIDB tergolong dalam tipe kepemimpinan demokratis. Figur demokratis tersebut ditunjukkan oleh sifat-sifat yang ditunjukkan oleh kepala LPIDBantara lain dapat dipercaya serta memiliki wawasan yang luas. Sosok kepala LPIDB merupakan sosok pemimpin yang dimata bawahannya adalah pemimpin yang memiliki sikap kesetiakawanan terhadap pegawai, kreatif, penuh inisiatif dan bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan. Kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala LPIDB menunjukkan bahwa beliau memberikan makna tersendiri dalam pembelajaran BIPAberusaha meningkatkan kerjasama dan kesetiakawanan sesama karyawan BIPA, serta adanya pembagian tugas sesuai dengan kemampuan, keahlian, tingkat pendidikan dan kompentensi masing-masing karyawan.

3. Kultur kepemimpinan yang diciptakan oleh kepala LPIDB ditunjukkan dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan supervisi dan sistem hubungan unsur-unsurBIPA.Pengambilan pengambilan keputusan di BIPA mengedepankan adanya musyawarah atau kompromi antara pimpinan BIPA dengan staf pengajar di BIPA yang bertujuan agar pelaksanaan pengajaran di

(15)

11

BIPA dapat berjalan dengan maksimal. Kultur kepemimpinan berupa supervisi yang dilaksanakan di BIPA selama ini belum bersifat formal atau regular, namun lebih bersifat mengalir dan fleksibel. Kultur kepemimpinan di BIPA berupa hubungan unsur-unsur dalam BIPA digambarkan lebih mengedepankan adanya kedekatan semua unsur dalam BIPA, antara lain pimpinan, dosen, pihak tata usaha dan mahasiswa. Kultur kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin BIPA saat ini menunjukkan bahwa pemimpin telah memerankan dirinya sebagai administrator sekaligus sebagai professional.

DAFTAR PUSTAKA

Andang, 2014. Manajemen & Kepala Sekolah Konsep, Strategi, dan Inovasi Menuju

Sekolah Efektif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media

Amin, M. &Tatlah, I.A. (2013). Which Leadership Style to use? An Investigation of Conducive and Non-Conducive Leadership Style(s) to Faculty Job Satisfaction.International Research Journal of Arts and Humanities; Jamshoro, AsiaNet Pakistan.Vol 41, No.41.P. 250.

Arikan&Canan. 2015. Effects of Organizational Structure at Outsourcing Companies to Operational Performance: a practice in logistics sector. International

Journal of Arts & Sciences; Cumberland,Vol.8, No 4. P. 266

Ellis, R. 1986. Understanding Second Language Acquisition. Oxford: Oxford University Press.

Hartnell& Chad, A. 2016. Do similarities or differences between CEO leadership and organizational culture have a more positive effect on firm performance? A test of competing predictions.Journal of Applied Psychology,Vol 101, No,6, Jun 2016, 846-861

Harris, A. & Jones, M. 2017.Leading professional learning: putting teachers at the centre. School leadership & Management, Vol. 37, no. 4, p.331–333

Iqbal N, Anwar S,. 2015. Effect of Leadership Style on Employee Performance

Arabian Journal of Business and Management Review, Ghazi University DG

(16)

12

Joseph, F. 2014 Learning from School Leadership in Chile/Apprendre du Leadership éducationnel au Chili. Canadian and International Education, Canada, Vol.1, Num. 43, Jun 2014, p.9.

Meyer, J. 2012.Organizational Commitment and Job Performance: Its the Nature of the Commitment that Counts. Journal of Applied Psychology, vol 74, p.152-156.

Moleong, Lexy. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Cetakan II Bandung: Remaja Rusdakarya.

Nitisemito&Alex. 2010. Manajemen Personalia. Jakarta: PT Ghalia

Palanski, M. danAvey, J. B. (2014).The Effects of Ethical Leadership and Abusive Supervision on Job Search Behaviors in the Turnover Process.Journal of

Business Ethics: JBE; Dordrecht, Springer Science & Business Media

:Netherlands, vol. 121, no.1, p. 135-146.

Robbins Stephen P. 2012. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks. Sutama, 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Kartasura : Fairuz Media.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan kadar ALP secara statistik menunjukkan adanya pengaruh penggunaan deksametason terhadap tikus jika dibandingkan dengan kelompok tikus kontrol.. Hal ini

Dalam penelitian ini tujuan yang akan penulis capai adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan dalam kepuasan terhadap pelayanan Batavia Air berdasarkan pada

Salah satu unsur dari keputusan yang dimaksud bahwa keputusan tersebut dibuat oleh Badan atau pejabat Tata usaha Negara.Menurut Pasal 1 angka 2 UUPTUN yang dimaksud

Penggunaan kombinasi ekstrak bulbus bawang putih dan rimpang kunyit pada penelitian ini dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa, hal ini menunjukkan perbaikan kemampuan sel

Inspeksi pertama setelah proses produksi berjalan lancar, diambil dalam waktu 15 menit dan berjumlah 5 sampel, apabila staf Line Quality Control (LQC) tidak melihat adanya

Meskipun secara parsial hanya kualitas pengajaran yang berpengaruh signifikan ter- hadap prestasi akademik mahasiswa pada mata kuliah Pengantar Akuntansi, namun,

Diharapkan dapat memperkaya pemahaman kita tentang pengungkapan diri terhadap pasangan melalui media facebook ditinjau dari jenis kelamin dan dapat bermanfaat bagi

Berdasarkan uraian diatas, baik teori-teori yang menjelaskan kepemimpinan terhadap dirinya sendiri maupun dalam kelompoknya serta data masalah yang diperoleh