• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zakaria Siregar Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UISU \

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Zakaria Siregar Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UISU \"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Wacana Kritis Berita Kampanye Pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti pada Pemilu Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Sumut Pos Zakaria Siregar

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UISU zakariasiregar.2020@gmail.com

\

ABSTRAK

Teks berita bukan realitas sebenarnya melainkan hasil kompromi dari seluruh bagian dari organisasi media. Analisis isi media (content analysis) yang menggunakan metode analisis wacana kritis (critical discourse analysis) memungkinkan kita untuk melakukan analisis secara menyeluruh.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Norman Fairclough untuk menelusuri wacana yang dikembangkan Harian Analisa dan Harian Sumut Pos dalam mengkonstruksi realitas kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti.

Dari 12 teks berita yang menjadi unit analisis penelitian, Harian Analisa cenderung menonjolkan pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti. Sebaliknya, Harian Sumut Pos cenderung menonjolkan pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dalam mengkonstruksi realitas kampanye.

(2)

PENDAHULUAN

Diakomodirnya calon perseorangan (independen) dalam Pilkada pasca putusan Mahkamah Konstitusi No. 5/PUU-V/2007 dan ditindaklanjuti dengan terbitnya UU No 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi sejarah baru. Tahun 2010 merupakan Pilkadasung kali kedua yang digelar di kota Medan yang berpenduduk 2.121.053 jiwa yang tersebar di 21 kecamatan dan diikuti 10 pasangan calon. Salah satunya Sofyan Tan yang berpasangan Nelly Armayanti yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Damai Sejahtera (PDS). Sofyan Tan dianggap orang pertama dari etnis Tionghoa yang melibatkan diri dalam suksesi kepemimpinan di kota Medan. Fakta itu setidaknya dapat menepis anggapan bahwa masyarakat etnis Tionghoa selama ini enggan untuk terjun dalam dunia politik praktis. Etnis Tionghoa dianggap sebagai kelompok masyarakat yang lebih konsern dalam dunia usaha.

Pilkada langsung kota Medan memang telah usai, pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin berhasil unggul dan menjadi calon terpilih sebagai Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015 dengan perolehan 485.446 suara. Sedangkan pasangan, Sofyan Tan-Nelly Armayanti memperoleh 251.435 suara. Banyak faktor yang tak terpisahkan dari proses demokrasi dan politik, salah satunya keberadaan media massa, khususnya media massa cetak di kota Medan. Politik dan media dalam aktivitasnya sama-sama berhubungan dengan orang banyak. Aktivitas peliputan berita-berita kampanye merupakan bagian dari proses rekonstruksi realitas politik ke dalam bentuk teks berita. Persoalan yang diangkat menjadi masalah penelitian ini

(3)

adalah berita-berita kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti. Penelitian ini merupakan kajian analisis isi berita (content analysis) kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti pada putaran kedua Pilkada Medan 2010 di harian Analisa dan harian Sumut Pos dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis (critical discourse analysis/CDA) multilevel metode untuk mengungkap sesuatu di balik berita (something behind text). Metode CDA diharapkan mampu mengungkap seperti apa teks disampaikan, bagaimana teks diproduksi dan apa pengaruh eksternal terhadap media dalam memberitakan suatu peristiwa adalah dengan melakukan kajian terhadap isi media. Untuk mengetahui bagaimana wacana pemberitaan kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti pada putaran kedua Pilkada langsung Walikota dan Wakil Walikota Medan periode 2010-2015 di Harian Analisa dan Harian Sumut Pos Medan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan kajian terhadap analisis isi media (content analysis) dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui analisis wacana kritis (critical discourse analysis/CDA). Sesuai tuntutannya, analisis wacana kritis yang menggunakan pandangan kritis menekankan pada multilevel analisis yang menghubungkan analisis pada jenjang mikro (teks) dengan jenjang meso dan makro dengan mengacu kerangka analisis wacana kritis dari Fairclough.

Tabel 1. Level Analisis Wacana Kritis

No Level Masalah Level Analisis Metode Penelitian 1 Sosiocultural practise Makro Literatur

2 Discourse practise Meso Wawancara mendalam dengan pengelola media dan literatur

(4)

3 Text Mikro Teks

Tabel 2. Unsur Teks Menurut Fairclough

Unsur Yang Ingin Dilihat

Representasi Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan, atau apapun ditampilkan dan digambarkan dalam teks

Relasi Bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak, dan partisipan berita ditampilkan dan digambarkan dalam teks

Identitas Bagaimana identitas wartawan, khalayak, dan partisipan berita ditampilkan dan digambarkan dalam teks

Sedangkan untuk level makro (sociocultural practice), peneliti juga akan mengeksplorasi lebih jauh mengenai kecendrungan media dalam mengkonstruksi berita Pilkada langsung Medan tahun 2010 melalui studi pustaka. Analisis sociocultural didasarkan atas asumsi bahwa konteks sosial yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana dimunculkan oleh media. Meski tidak berhubungan langsung dengan produksi teks, socioculutral practice dipandang mempengaruhi bagaimana sebuah teks diproduksi dan difahami. Fairclough menjelaskan bahwa praktik itu tidak terjadi secara langsung melainkan dimediasi oleh

discourse practice. Mediasi itu meliputi, pertama bagaimana teks diporduksi dan

kedua bagaimana khalayak mengkonsumsi teks tersebut. Pada analisis level

sociocultural practice, Fairclough membuat tiga level analisis yakni situasional, institusional dan sosial. Situasional maksudnya setiap teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau suasana yang khas dan unik sehingga suatu teks bisa jadi berbeda dengan

(5)

teks yang lain. Sedangkan level institusional artinya melihat bagaimana pengaruh institusi organisasi dalam praktik produksi wacana. Institusi itu bisa jadi berasal dari internal media sendiri ataupun eksternal media. Salah satunya adalah ekonomi media yang berpengaruh terhadap produksi berita di media yang pada gilirannya akan mempengaruhi wacana dalam pemberitaan. Pengaruh itu bisa jadi datang dari mitra iklan yang selama ini turut memberikan andil dalam kelangsungan media. Kemudian, khalayak pembaca yang dapat dilihat dari oplah yang juga memberikan kontribusi terhadap pemasukan media. Selain itu juga persaingan media dalam rangka merebut pangsa pasar khalayak dan mitra iklan. Terakhir adalah intervensi dari kepemilikan atau modal yang terkadang membuat media menjadi tidak sensitif terhadap berita yang ada hubungannya dengan pemilik atau pemodal. Selain ekonomi, institusi lain yang berpengaruh adalah politik. Pertama, adalah institusi politik yang mempengaruhi kehidupan dan kebijakan yang dilakukan media. Institusi politik yang dimaksud memang tidak berpengaruh langsung terhadap produksi berita namun menentukan seperti apa suasana ruang redaksi saat memutuskan apakah sebuah peristiwa akan diberitakan atau tidak, apakah berita tersebut akan dipotong atau tidak. Tentu pada akhirnya berita yang ditampilkan adalah hasil negosiasi dan pertarungan yang berlangsung di ruang redaksi. Pengaruh institusi redaksi ini juga dapat dilihat dengan adanya regulasi terhadap produksi berita yakni peraturan yang membatasi apa yang boleh diliput dan apa yang tidak boleh diliput. Kedua, institusi politik dalam arti media menjadi alat oleh kekuatan politik tertentu di masyarakat. Sebab media dapat menjadi alat bagi kelompok-kelompok tertentu yang dominan di masyarakat untuk memarjinalkan kelompok yang lain. Media yang menjadi alat oleh kelompok tertentu ini dapat dikatakan sebagai media partisan yang memang sengaja dibentuk untuk

(6)

mendukung kelompok atau kekuatan tertentu dimasyakarat serta kepentingan-kepentingan lainnya. Level ketiga dari analisis sociocultural practice adalah sosial. Menurut Fairclough, dalam level sosial, budaya masyarakat ikut menentukan perkembangan wacana media. Aspek sosial yang dimaksud lebih mengarah pada aspek makro seperti sistem politik, sistem ekonomi atau sisitem budaya masyarakat secara keseluruhan. Sistem itu menentukan siapa yang berkuasa, nilai-nilai apa yang dominan dalam masyarakat dan bagaimana kelompok yang berkuasa itu mempengaruhi masyarakat melalui media.

Penelitian ini akan mengambil unit analisis yakni berita di Harian Analisa Medan dan Harian Sumut Pos. Kedua media lokal tersebut merupakan koran atau media cetak yang cukup representatif sebagai unit analisis penelitian ini. Untuk lebih memfokuskan penelitian, unit analisis yang akan digunakan yaitu berita kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti pada putaran kedua Pilkada langsung Medan tahun 2010 dari tanggal tanggal 13 hingga 15 Juni 2010.

Idealnya penelitian ini, merujuk kepada paradigma defenisi sosial yang menjadi acuan dalam penelitian ini, maka metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi untuk memahami realitas yang hendak diteliti. Namun hal itu tidak mungkin dilakukan karena penelitian dilakukan terhadap sesuatu yang telah terjadi. Selain itu, metode observasi juga memiliki kelemahan karena dapat mengganggu spontanitas tindakan serta kewajaran dari sikap si aktor yang diselidiki. Sebagai gantinya, untuk pengumpulan data primer dengan cara;

(7)

1. Pengumpulan berita kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti pada putaran kedua Pilkada langsung Medan tahun 2010 dari tanggal tanggal 13 hingga 15 Juni 2010.

2. Melakukan wawancara (interview) dengan pengelola media tentang kebijakan pemberitaan terkait pelaksanaan Pilkada langsung Medan 2010.

3. Sedangkan untuk pengumpulan data sekunder, peneliti akan melakukan studi literatur melalui buku, jurnal, majalah, artikel atau refrensi lain yang berkenaan dengan masalah penelitian

Penelitian dilakukan di harian Analisa dan Harian Sumut Pos Medan. Harian Analisa merupakan salah satu media massa cetak yang eksis di kota Medan yang terbit sejak 23 Maret 1972 dengan format broadsheet, harian Analisa merupakan salah satu surat kabar terbesar di Medan yang awalnya diterbitkan seminggu sekali sebelum menjadi surat kabar harian. Sedangkan Harian Sumut Pos merupakan koran berjaringan yang menjadi anak perusahaan Grup Jawa Pos dan berkantor di Graha Pena Amplas. Dengan kekuatan jaringan yang ada, koran yang sebelumnya bernama Harian Radar Medan dan Harian Radar Nauli itu, kini melebur menjadi Harian Sumut Pos.

Berdasarkan kerangka analisis wacana kritis Fairclough diperlukan teknik analisa data untuk menemukan hubungan antata analisis teks pada level mikro, discourse practice

pada level meso dan konteks yang lebih besar (sociocultural practise). Pada tahapan analisis tentunya ketiga (mikro, meso dan makro) dilakukan secara bersama, yakni menggunakan metode analisis teks untuk level mikro, hingga melakukan wawancara mendalam dengan awak media untuk analisis pada level meso dan wawancara

(8)

mendalam dengan pakar komunikasi dan politik serta studi literatur untuk level makro. Untuk itu keperluan teknik analisis dilakukan dalam tiga tahapan1. Pertama

deskripsi, yakni menguraikan isi dan analisis secara deskriptif atas teks tanpa dihubungkan dengan aspek lain. Kedua interpretasi, yakni menafsirkan teks dan dihubungkan dengan praktik wacana yang dilakukan. Artinya teks tidak lagi dianalisis secara deskriptif melainkan ditafsirkan dengan menghubungkannya dengan bagaimana proses produksi teks dihasilkan. Ketiga explanasi, bertujuan untuk mencari penjelasan atas hasil penafsiran pada tahap interpretasi. Artinya peneliti akan mencoba mencari penjelasan dengan cara menghubungkan produksi teks dengan praktik sosioculutral dimana media berada.

Untuk dapat memahami bagaimana realitas suatu peristiwa disajikan dalam bentuk berita dan bagaimana memahami berita tanpa melupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah berita, diperlukan kerangka kerja penelitian sebagai acuan. Kerangka kerja dalam penelitian ini diharapkan dapat memudahkan peneliti dalam melakukan kajuan terhadap berita kampanye kedua kedua pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti pada Pilkadasung Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Sumut Pos.

Secara umum dapat dijelaskan bahwa munculnya sebuah teks berita apapun dari media massa, termasuk dari peristiwa kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti selalu dipengaruhi faktor yang bersifat internal dan eksternal dari institusi media. Berita bukan cermin atau copy

(9)

paste dari realitas yang terjadi. Berita adalah upaya rekonstruksi sebuah peristiwa untuk disajikan kepada khalayak. Proses rekonstruksi itu tidak terjadi dalam ruang hampa. Berita yang hadir ditengah-tengah khalayak adalah hasil dari pertarungan dan negosiasi dari berbagai kekuatan dan kepentingan. CDA dapat menjadi salah satu cara untuk menemui titik terang menelusuri ruang hampa itu, yakni bagaimana teks berita dikonstruksi oleh institusi media. Kajian itu tidak hanya sebatas analisis teks, tetapi juga menyangkut proses produksi dan kondisi sosial politik yang terjadi ketika peristiwa itu terjadi dan dikonstruksi oleh institusi media. Untuk itu, metode yang dilakukan juga tidak sebatas studi literatur dari teks berita referensi buku tetap juga dengan melakukan wawancara mendalam dengan pengelola media. Hasil dari proses itu diharapkan dapat mengungkap sesuatu yang tersembunyi dibalik teks berita serta menjawab apa yang menjadi tujuan penelitian ini.

(10)

Faktor Internal

HASIL PEMBAHASAN

Sesuai dengan metode yang digunakan, penelitian ini merupakan kajian analisis isi media (content analysis) dengan menggunakan metode analisis wacana kritis (critical discourse analysis) melalui pendekatan perubahan sosial (sosiocultural change approach) yang disampaikan oleh Norman Fairclough. Menurut Fairclough dalam proses analisis teks (tingkat mikro) yang perlu menjadi perhatian adalah unsur representasi, unsur relasi dan unsur identitas. Penelitian ini dilakukan terhadap berita kampanye pasangan Rahudman-Eldin dan Sofyan Tan-Nelly di harian Analisa dan harian Sumut Pos. Adapun jumlah berita kampanye yang terdapat di Harian Analisa selama kampanye putaran kedua Pilkada Medan tahun 2010 sebanyak 23 berita, dengan rincian 9 (sembilan) berita kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan 14 berita kampanye pasangan Sofyan Tan-Nelly Amryanti Lubis. Sedangkan di Harian Sumut Pos sebanyak 7 (tujuh) berita, dengan rincian 4 (empat)

Berita Kampanye Pasangan Rahudaman

Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti di Harian Analisa danSumut Pos

Faktor Eksternal

CDA Model Norman Fairclough Sosial Analisis (Sosioculural discourse) Proses Analisis (Discourse Practise) Teks (Analisis teks)

Methode Literatur dan interview Interview Analisis Teks Hasil: Somethin g Behind Text

(11)

berita kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan 3 (tiga) berita kampanye pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti Lubis. Untuk keperluan proses pembahasan, peneliti hanya menganalisa 12 teks berita kampanye putaran kedua, yakni 6 (enam) berita dari Harian Analisa dan 6 (enam) berita dari Harian Sumut Pos. Untuk lebih memudahkan, peneliti akan menulis kembali ringkasan berita dengan prinsip 5W 1H,

Dalam konteks yang lebih luas, munculnya teks dan wacana terkait Pilkada Langsung kota Medan dan bagaimana teks itu difahami oleh masyarakat tidak bisa dilepas dari kondisi sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Bahkan menurut Fairclough, wacana yang muncul dalam media ditentukan oleh perubahan masyarakat. Aspek makro yang terdapat dalam level sosial itu seperti sistem politik, ekonomi atau budaya yang tengah berlangsung di masyarakat. Bagi masyarakat kota Medan, tahun 2010 adalah pemilihan kepala daerah secara langsung untuk yang keduakalinya. Pertama kali tahun 2005 pasca keluarnya UU no 32 tahun 2004 yang menjadi landasan hukum pemilihan langsung dan keduakalinya tahun 2010 lalu. Bedanya, dalam pemilihan langsung kali ini calon independen mendapat tempat dan dapat bersaing dengan calon dari partai politik. Walau dalam kenyataannya semua pasangan dari calon independen belum mampu mengungguli calon dari partai politik dalam Pilkada Medan. Sebab itu, harus difahami bahwa ajang Pilkada Medan 2010 bukanlah pengalaman yang baru bagi masyarakat kota Medan yang sebelumnya pernah mengikuti Pilkada Langsung Walikota dan Wakil Walikota Medan tahun 2005, Pilkada Langsung Gubernur tahun 2008 dan Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009.

(12)

Dari aspek sistem politik, Pilkada Langsung yang dimulai Juni 2005 dapat dikatakan sebagai ‘lompatan demokrasi’ dalam perjalanan sistem politik di Indonesia. Pilkada Langsung menjadi sarana demokrasi untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih pemimpinnya secara langsung melalui mekanisme pemungutan suara. Meskipun harus difahami bahwa rakyat tetap saja tidak dapat terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan pemerintahan sehari-harinya. Tetapi, setidaknya masyarakat dapat melakukan kontrol terhadap pemimpin yang telah mendapat mandat langsung dari rakyat saat pemilihan langsung. Disisi lain, pilkada langsung juga menciptakan penafsiran sepihak karena kerap dianggap sebagai ‘pesta demokrasi rakyat’ yang memiliki kecendrungan makna negative. Sehingga tidak jarang rakyat berhak berbuat apa saja dengan insiatif sendiri atau dimobiliasasi kelompok tertentu untuk melakukan tindakan yang dapat mereduksi makna demokrasi itu sendiri. Tindakan anarkhis, orientasi materi yang memanfaatkan moment Pilkada merupakan fakta yang tidak bisa dibantah. Fenomena politik uang, intimidasi kekerasan dan anarki yang menyertai pelaksanaan pilkada merupakan bentu-bentuk distorsi dalam proses pilkada dan demokrasi. Seperti kata Mahatma Gandhi tentang perdamaian, there is no road to peace, peace is the road. Seperti itu jugalah halnya demokrasi, there is no road to democracy, democracy is the road (Tidak ada jalan menuju demokrasi, demokrasi itulah jalannya). Penggunaan cara-cara kekerasan dan bentuk apapun untuk memaksakan kehendak adalah melanggar prinsip demokrasi, sekalipun itu dilakukan demo demokrasi. Membangun demokrasi tidak boleh dilakukan dengan cara yang anti demokrasi. Media adalah bagian dari proses demokratisasi yang sangat penting. Sebaliknya, media juga dapat berperan sebaliknya, media dapat membuat praktik demokrasi yang terjadi menjadi semu, hal itu dapat saja

(13)

terjadi ketika media tidak mampu melepaskan diri dari tekanan-tekanan kepentingan secara internal maupun eksternal.

Dalam konteks politik, munculnya pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti yang merupaka calon dari partai tentu tidak bisa dilepaskan dari konteks hasil pemilu legislatif tahun 2009. Hasil perolehan suara pemilu legislatif tahun 2009 itulah yang menjadi dasar bagi partai politik untuk mengusung calonnya masing-masing. Berdasarkan data hasil rekapitulasi suara di KPU Medan, untuk perolehan suara di DPRD Medan, Partai Demokrat merupakan fraksi mayoritas dengan perolehan sebanyak 16 kursi atau 247.520 suara sah, disusul dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebanyak 7 kursi atau 110.633 suara sah dan partai-partai lainnya. (lihat table 4.1). Berdasarkan perolehan suara pada pemilu legislatif 2009 itulah, masing-masing partai mengajukan calonnya menjadi Walikota dan Wakil Walikota Medan 2010-2015. Dari 10 pasangan calon yang ikut dalam Pilkadasung Medan 2010, 5 merupakan calon independen dan 5 lagi merupakan calon yang diusung partai politik. Sedangkan pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin diusung oleh partai Demokrat yang memiliki 16 kursi di DPRD Medan dan Partai Golkar memiliki 5 kursi di DPRD Medan. Sementara itu, pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti diusung oleh Partai Damai Sejahtera (PDS) dengan jumlah 4 kursi di DPRD Medan dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan perolehan 5 kursi di DPRD Medan. Dari sisi kalkulasi perolehan suara dan kursi berdasarkan pemilu legislatif 2009, tentunya pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin lebih unggul dibanding dengan pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti. Partai Demokrat dengan jumlah perolehan suara yang sebenarnya mampu mengajukan sendiri

(14)

pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin, namun merangkul Golkar yang merupakan partai dengan kursi terbanyak ke-4 di DPRD Medan. Tingginya tingkat popularitas Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin yang sebelumnya merupakan Pejabat Walikota Medan dan Sekda kota Medan serta ditopang oleh Partai Demokrat dan Golkar akhirnya berhasil memenangkan putaran kedua bersaing dengan Sofyan Tan-Nelly Armayanti.

Tabel 3

Data Perolehan Kursi Partai Politik

Hasil Pemilihan Umum Anggota DPRD Kota Medan Tahun 2009

NO

Partai Partai Politik Peserta Pemilu JumlahSuara Sah JumlahKursi

31 Partai Demokrat 247.520 16

2 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 110.633 7

28 Partai Demokraasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 53.509 5

23 Partai Golonga Karya (Golkar) 47.826 5

9 Partai Amanat Nasional (PAN) 46.976 4

25 Partai Damai Sejahtera (PDS) 37.932 4

24 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 27.434 3

10 Partai Perjuangan Indonesia Baru (PPIB) 20.451 2

4 Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) 20.628 1

32 Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI) 15.775 1

30 Partai Patriot 15.281 1

44 Partai Buruh 11.240 1

50

Sosok masing-masing kandidat dan partai pengusungnya secara tidak langsung memberikan pengaruh bagaimana media mengkonstruksi realitas kampanye dalam Pilkadasung Medan putaran kedua. Harian Analisa dan Harian Sumut Pos dalam konteks pemberitaan kampanye Pilkadasung Medan putaran kedua setidaknya berhasil menjalankan perannya sbagai salah satu institusi politik dan sosial. Meskipun, harus diakui bahwa objektifitas murni akan sangat sulit dicapai karena media juga merupakan institusi ekonomi dan organisas yang sarat dengan kepentingan dan pengaruh internal dan eksternal. Namun, hal paling menonjol dan menjadi trend

(15)

kekinian adalah bagaimana nilai-nilai yang dominan dalam masyarakat juga mempengaruhi bagaimana realitas dikontruksi dalam bentuk teks. Nilai itu tampil ketika teks yang dihadirkan lebih memberikan porsi kepada kelompok birokrat atau elit ketimbang terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang harusnya mendapat ruang yang sama di media. Berita elitis seperti itu memang merupakan warisan budaya orde baru yang sentralistik dan elitis, tapi harus dapat dirubah dan dikikis agar masyarakat menjadi terdidik dan pintar. Jika hal itu tidak dilakukan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, masyarakat menjadi pihak yang pasif dan media cenderung membodoh-bodohi khalayak pembaca. Keterbatasan khalayak terhadap akses politik dan ekonomi hendaknya tidak semakin diperparah pembatasan akses terhadap ruang dalam media massa. Pemberian ruang kepada khalayak jika terus diabaikan media pada akhirnya bakal membuat media menjadi tidak objektif dan parsial. Atau bisa jadi, media menjelma menjadi kekuatan tersendiri yang jauh dari fungsi sebenarnya sebagai kontrol sosial.

Hasil Pembahasan

Hasil analisis terhadap 12 berita kampanye pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti di Harian Analisa dan Sumut Pos memperlihatkan bagaimana kompleksnya proses analisis isi (content analysis) terhadap teks berita. Sebab, pekerjaan redaksi di media tidak berada dalam ruang hampa dan bebas terhadap intervensi. Analisis terhadap teks berita kampanye di Harian Analisa dan Harian Sumut Pos setidaknya memperlihatkan bagaimana seharusnya memahami sebuah teks berita. Hampir keseluruhan ruang-ruang dalam teks berita masih didominasi oleh sumber berita yang berasal dari kalangan birokrat

(16)

dan politisi. Sedangkan publik masih jarang tampil dalam ruang-ruang teks berita di media, sehingga counter wacana jarang tampil dalam teks media. Disisi lain, harus diakui bahwa Harian Analisa dan Harian Sumut Pos, setidaknya berhasil menyampaikan beragam wacana yang terkait dengan isu-isu penting pembangunan kota Medan di masa yang akan datang. Meskipun, harus difahami bahwa persoalan yang diwacanakan media ketika mengkonstruksi realitas kampanye masih sebatas konsep dan jauh dari pemahaman secara konkrit bagi masyarakat. Seperti halnya, wacana kesejahteraan dan penegakan hukum yang disajikan dalam teks berita kampanye pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti. Atau wacana konsep penataan dan pembangunan yang kerap menjadi jargon pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin karena memang pernah menjadi Pejabat Walikota dan Sekdakota Medan. Namun, tidak jarang wacana yang dihadirkan melalui teks berita cenderung menghegemoni khalayak bukan malah mengedukasi pembaca. Seperti halnya komitmen pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti yang siap digantung jika melakukan korupsi atau menerima upeti jika terpilih. Begitu juga dengan wacana seruan kepada masyarakat untuk menuntut Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin jika mereka terpilih dan pengurusan KTP/KK masih dirasakan lama oleh warga. Hal itu merupakan bentuk-bentuk hegemoni yang jika difahami secara harfiah tentunya dapat menciptakan persepsi yang salah kepada khalayak.

Pada akhirnya, harus disadari jika pertarungan dalam redaksi dan organisasi media untuk menghasilkan sebuah teks tentunya dipengaruhi berbagai faktor. Mulai dari individu wartawan itu sendiri, organisasi media, hingga kondis sosial yang berada di luar organisasi media itu sendiri. Salah satu pengaruh yang cukup besar adalah persoalan capital atau modal, karena media sebagai institus politik juga merupakan

(17)

institusi ekonomi yang berusaha survive dengan mencari keuntungan. Mitra iklan, pelanggan atau kepemilikan akan memberikan warna terhadap produk media yakni teks berita. Begitu juga dengan sistem politik, walau tidak mengekang kebebasan media tetap saja akan memberikan dampak bagaimana media mempersepsikan sebuah realitas untuk disajikan ke dalam teks kepada pembaca.

Kesimpulan

Sebagai penutup dari proses kajian yang dilakukan peneliti terhadap analisis isi teks berita kampanye di Harian Analisa dan Harian Sumut Pos, ada beberapa poin penting yang menjadi kesimpulan bagi peneliti, yakni;

1. Dalam mengembangkan wacana melalui teks berita terkait pelaksanaan kampanye Pilkadasung Medan tahun 2010, media cenderung menjadi ajang klaim dukungan. Baik yang disampaikan atas nama kelompok, suku bahkan agama tanpa ada upaya kritis untuk menghadirkan wacana yang lebih sempurna dengan melibatkan semua pihak yang terlibat dalam teks. Kondisi itu secara eksplisit membuat media menjadi alat stempel dan pembenaran bagi salah satu kelompok dan akhirnya menciptakan media-media yang partisan. Pergantian rezim dari orde baru kepada orde reformasi ternyata tidak serta merta membawa media mampu melepaskan diri dari pengaruh orde baru yang berkuasa hingga 32 tahun lamanya. Kebebasan media yang dilahirkan reformasi ternyata hanya menciptakan kebebasan formal yakni sebatas kebebasan untuk menerbitkan media. Harusnya media mampu membawa pencerahan dan mengedukasi khalayak pembaca, tetapi malah cenderung menghegemoni tanpa berupaya menciptakan ruang-ruang counter hegemoni

(18)

yang harusnya ada dalam ruang media. Dalam konteks kampanye Pilkadasung Medan, media tak lebih hanya penyambung lidah dan penyampai pesan para aktor politik untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya. Diskursus kekinian yang ‘menggugat’ keberadaan negara ketika masyarakat membutuhkan harusnya berlaku juga terhadap media. Dimana media ketika masyarakat membutuhkannya?, ruang-ruang dalam teks berita hanya dimonopoli oleh kelompok-kelompok elit atau birokrat, khalayak tidak lebih sebagai objek dalm teks-teks yang disajikan media.

2. Harian Analisa dalam mengkontruksi realitas kampanye putaran kedua Pilkadasung Medan menghadirkan berbagai macam wacana yang beragam sebagai hasil kompromi dan tentunya wacana yang berusaha menarik simpati khalayak pembaca. Meski tidak secara tegas melakukan pemihakan terhadap salah satu pasangan, Harian Analisa cenderung memberikan porsi dan menyuguhkan realitas kampanye yang konkrit dan gampang difahami untuk pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti.

3. Harian Sumut Pos dalam mengkonstruksi realitas kampanye putaran kedua Pilakdasung Medan menghadirkan wacana yang beragam untuk emnarik simpati khalayak terhadap pasangan calon. Terkait pemihakan, meski tidak secara eksplisit ditampilkan dalam teks, Harian Sumut Pos cenderung menonjolkan pasangan Rahudman-Eldin dalam teks berita.

Daftar Pustaka

Amiruddin., Bisri.,Z.A., 2006, Pilkada Langsung Problem dan Prospek; Sketsa Singkat Perjalanan Pilkada 2005, Cetakan Pertama, Pustaka Pelajar, Yosyakarta

(19)

Althoff, Phillip dan Rush, Michael, 2007, Pengantar Sosiologi Politik, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Bungin, Burhan, 2007, Metodologi Penelitian Kualtatif, Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer, RajaGrafindo Persada, Jakarta

Bungin, Burhan, 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif, RajaGrafindo Persada, Jakarta

Bungin, Burhan, 2008, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Informasi di Masyarakat, Cetakan Ketiga, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta

Eriyanto, 2001, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media, LKiS, Yogyakarta Hamad, Ibnu, 2004, Konstruksi Realitas Politik dalam media massa, sebuah studi

Critical Discourse Analysis Terhadap Berita-berita Politik, Granit, Jakarta Kincaid.,D.L., dan Schramm, Wilbur, 1987, Asas-asas Komunikasi Antar Manusia,

Cetakan Ketujuh, Lembaga penelitian, pendidikan dan penerangan ekonomi dan social (LP3ES) Jakarta bekerjasama dengan east-west communication institute (EWCI) Hawai

Latif, Yudi., dan Ibrahim, S.I., 1996, Bahasa dan Kekuasaan; Politik Wacana di Panggung Orde Baru, Cetakan Pertama, Mizan, Bandung

Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, 2010, Handout Penulisan Proposal Tesis, Medan

Mulyana, 2005, Kajian Wacana; Teori, Metode & Apikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana, Tiara Wacana, Yogyakarta

Mulyana, Deddy., 2005, Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar, Cetakan Ketujuh, {T Remaja Rosdakarya, Bandung

Nimmo, Dan, 2005, Komunikasi Politik, Komunikator, pesan, dan media Cetakan Keenam, PT Remaja Rosdakarya Bandung

Parera, J.D., 2004, Teori Semantik, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta

Peterson, Theodore and Jensen., J.W., Rivers., W.L., 2008, Media Massa dan Masyaakat Modern, Edisi Kedua, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta Prihatmoko., J.J., 2005, Pemilihan Kepala Daerah Langsung; Filosofi, Sistem dan

(20)

Ritzer, George, 2002, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Cetakan Ketiga, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008, Kumpulan Undang-undang Tentang Pemilihan Umum

Sobur, Alex, 2004, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisisi Wacana, Analisi Semiotik, dan Analisis Framing, Cetakan Ketiga, PT Remaja Rosdakarya Bandung

Sudibyo. Agus, 2001, Politik Media dan Pertarungan Wacana, Penerbit LkiS Yogyakarta

Suwardi., Harsono, 1993, Peranan Pers dalam Politik di Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Syafeii, Kencana, I., 2000, Ilmu Politik, Rineka Cipta, Jakarta

Vivian. Jhon, 2008, Teori Komunikasi Massa, Edisi kedelapan, Kencana, Jakarta Wardhany., A.C., dan Morisson M.A., 2009, Teori Komunikasi, Cetakan Pertama,

Gambar

Tabel 2. Unsur Teks  Menurut Fairclough

Referensi

Dokumen terkait

Rasio pasar mempunyai hubungan positif terhadap nilai perusahaan dan juga terhadap return saham karena dapat memberikan informasi kepada masyarakat (investor) atau

[r]

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.. Sari

Minyak otak sapi dan otak kambing yang digunakan diperoleh dari proses. sokletasi dengan menggunakan

Ekstraksi adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan mengocok menggunakan pelarut organik

Ester Asam Lemak Bebas Minyak Kelapa dengan Senyawa Etanolamida dan Dietanolamina Menggunakan Katalis Natrium Metoksida.. Jakarta: PT.Gramedia

[r]