• Tidak ada hasil yang ditemukan

Synthesis of 2,5-bis-(4’-hydroxybenzylidene) cyclopentanone and 2,5-bis-(4’-chlorobenzylidene) cyclopentanone compounds and antiproliferative tests to HeLa cells

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Synthesis of 2,5-bis-(4’-hydroxybenzylidene) cyclopentanone and 2,5-bis-(4’-chlorobenzylidene) cyclopentanone compounds and antiproliferative tests to HeLa cells"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Sintesis 2,5-bis-(4’-hidroksi benzilidin)

siklo-pentanon dan 2,5-bis-(4’-klorobenzilidin)

siklopentanon serta uji antiproliferatifnya

terhadap sel HeLa

Synthesis of 2,5-bis-(4’-hydroxybenzylidene)

cyclopenta-none

and

2,5-bis-(4’-chlorobenzylidene)

cyclopentanone

compounds and antiproliferative tests to HeLa cells

Pudjono, Sismindari dan Hari Widada

Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Abstrak

Senyawa 2,5- bis- ( 4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidin) siklopentanon merupakan senyawa yang memiliki aktivitas antiproliferatif terhadap sel Mieloma, sel Raji dan sel HeLa dan memiliki potensi yang lebih baik dibandingkan kurkumin. Dalam rangka mencari senyawa antikanker baru telah disintesis modifikan senyawa tersebut dengan menghilangkan gugus metoksinya, yakni senyawa 2,5-bis-(4’-hidroksibenzilidin) siklopentanon dan 2,5-bis-(4’-klorobenzilidin) siklopentanon.

Sintesis dilakukan sesuai dengan reaksi kondensasi Claisen-Schmidt, yakni dengan mengkondensasikan 4- hidroksibenzaldehida maupun 4-kloro-benzaldehida dengan siklopentanon dan asam sulfat sebagai katalis dalam pelarut metanol dan 2-butanol. Struktur senyawa hasil sintesis ditetapkan berdasarkan spektra IR dan Spektroskopi Massa. Aktivitas anti proliferatif terhadap sel HeLa ditetapkan berdasarkan nilai IC50. Hasil uji aktivitas antiproliferatif terhadap sel HeLa menunjukkan bahwa senyawa 2,5- bis-(4’- hidroksi benzilidin )siklopentanon (IC50 0,656 mM) lebih toksis dari pada senyawa 2,5- bis-(4’- klorobenzilidin )siklopentanon ( IC50 5,376 mM).

Kata kunci : Kondensasi Claisen-Schmidt; 2,5-bis-(4’-hidroksibenzilidin)

siklo-pentanon; 2,5-bis-(4’-klorobenzilidin) siklosiklo-pentanon; anti proliferatif; sel HeLa.

Abstract

2,5- bis - ( 4’-hydroxy-3’- methoxybenzylidene ) cyclopentanone com- pound was know have cytotoxic activity to Mieloma , Raji and HeLa cells better than curcumin. In effort to discovered new compound which have cytotoxic activity, it necessery to modify this compound by changing some group on it with lossing methoxy group, so was yielded two compounds, there were 2,5- bis - ( 4’-hydroxy benzylidene) cyclopentanone and 2,5-bis – ( 4-chlorobenzylidene ) cyclopentanone. The synthesis was done by reaction between 4-hydroxy and 4-chlorobenzaldehydes and cyclopentanone through Claisen-Schmidt condensation reaction catalyzed by sulfuric acid with methanol and 2-butanol as solven. The structure of product was charac-terized by spectra of Infrared and Mass spectroscopy, then anti proliferation activity to HeLa cells counted base on IC50 values

The results showed that 2,5- bis -(4’-hydroxy benzylidene) cyclo-pentanone (IC50 value : 0.656 mM) have higher toxicity than 2,5- bis

(2)

Key words : Claisen-Schmidt condensation; 2,5- bis -(4’-hydroxy benzylidene)

cyclopentanone; 2,5- bis -(4’-chloro-benzylidene) cyclopentanone; anti proliferative; HeLa cell.

Pendahuluan

Turunan 2,5-bis-(benzilidin) siklopenta-non telah banyak disintesis dengan beberapa cara antara lain dengan cara mengkondensasi benzaldehida dengan siklopentanon dengan katalis basa kalium hidroksida (Pudjono dan Supardjan, 2004) maupun dengan cara mengkondensasikan turunan benzaldehida dan siklopentanon dengan katalis asam hidroklorida dalam pelarut etanol (Sardjiman, 2000; Anonim, 2001).

Pengubahan pelarut pada saat berlang-sungnya reaksi seringkali berpengaruh terhadap laju reaksi karena kemampuannya untuk mengubah distribusi muatan selama reaksi berlangsung (Carey and Sundberg, 1990). Penggunaan pelarut isopropanol ternyata memberikan reaksi yang lebih cepat dibanding-kan pelarut etanol dalam reaksi kondensasi antara benzaldehid dan siklopentanon dengan katalis basa, meskipun didapatkan rendemen yang lebih kecil (Pudjono, dkk., 2006).

Dalam suasana asam, maka siklopen-tanon akan membentuk enol dan berkelakuan sebagai nukleofil, sedangkan turunan benzal-dehida berperan sebagai elektrofil sehingga akan mengalami reaksi kondensasi Claisen-Schmidt (Gambar 1).

Salah satu turunan tersebut diatas, yakni PGV-0 atau 2,5-bis -(4’-hidroksi-3’-metoksi-benzilidin) siklopentanon telah diteliti aktivitas sitotoksiknya terhadap sel Mieloma (Nurrochmad, et. al., 1999 ), sel Raji, HeLa dan Mieloma (Da’i, 2003) serta aktivitasnya terhadap sel kanker payudara T47D (Nurulita, 2004 ). Dwi Utami (2007) telah memodifikasi senyawa turunan benzilidin asetofenon dan menguji anti proliferasinya terhadap sel HeLa

dengan metode MTT, mendapatkan bahwa

adanya gugus penarik elektron dan pemberi elektron pada gugus benzil dari benzilidina asetofenon dapat mempengaruhi aktivitas anti proliferasinya.

Metodologi

Alat

Labu Alas Bulat (LAB) Leher tiga, Pendingin

mantel, Melting Point Apparatus SMP-3, Spektrofotometer UV-Vis, Spektrofotometer IR,

Spektrofotometer 1H-NMR dan MS, Tangki

nitrogen cair, mikroskop fluoresensi, penangas air,

sentrifuge, incubator CO2, ELISA reader,

hemocytometer, tabung konikal steril, scapper, ampul, plate, tissue culture flask.

Bahan

4-hidroksibenzaldehida (prosintesis), 4-kloro-benzaldehida (pro sintesis), siklopentanon (pro sintesis), etanol p.a, asam sulfatpekat (p.a), metanol p.a, 2- butanol , kloroform p.a, etil asetat p.a, asam asetat, CDCl3, MTT, lempeng silica gel GF254, SDS,

DMSO, CCl4, Cell line (Mieloma), Medium RPMI

1640, medium penumbuh mengandung 10 % dan 20 % PBS, reagen stopper.

Prosedur Penelitian

Sintesis 2,5- bis-(4’- hidroksi benzilidin) siklopentanon dan 2,5- bis-(4’-kloroben-zilidin) siklopentanon

Dalam Labu Alas Bulat leher tiga dimasukkan 15 mL pelarut (metanol, 2-butanol),

0,1 mol turunan benzaldehida (4-hidroksi

benzal-dehida dan 4-klorobenzalbenzal-dehida), dan melalui corong pisah tambahkan 10 tetes asam sulfat pekat. Tambahkan kedalamnya 0,05 mol siklopentanon sambil diaduk sampai homogen pada suhu kamar, diamkan selama 30 menit. Campuran direfluks selama 2 jam, kemudian produk yang diperoleh diisolasi dengan cara maserasi menggunakan campuran asam asetat glasial - air (1:1), disaring dan dicuci dengan air panas. Hasil yang diperoleh ditentukan titik lebur dan KLT dengan fase gerak kloroform/etil asetat (4:1) yang dideteksi dengan UV 254 nm . Strukturnya ditentukan berdasarkan spektroskopi IR dan MS.

Uji anti proliferasi sel HeLa dengan metode MTT

Suspensi sel ( 5 x 104 sel/ 100 µL) didistri-busikan ke dalam sumuran dan diinkubasi bersama senyawa uji dalam suatu seri kadar dalam DMSO selama 24, 48 dan 72 jam. Pada akhir inkubasi,

kepada masing-masing sumuran ditambahkan 10 µL

MTT kadar 5 mg/mL dalam medium tertentu.

Kemudian diinkubasi lagi semalam pada suhu

37 o C. Sel yang hidup akan bereaksi dengan MTT

membentuk warna ungu. Reaksi MTT dihentikan

dengan reagen stopper SDS 10 % dalam 0,01.%

(3)

pada suhu kamar. Serapan dibaca dengan ELISA

reader pada panjang gelombang 550 nm. Hasil pengukuran serapan yang merupakan implementasi

kematian sel dengan metode MTT diplotkan ke

dalam grafik persentase kematian sel uji versus konsentrasi sampel, selanjutnya dilakukan perhitungan IC50.

jml sel hidup kontrol-jml sel hidup sampel % kematian = ---

jml sel hidup kontrol

Hasil Dan Pembahasan

Penggunaan pelarut ternyata mempengaruhi rendemen yang terbentuk, yakni pelarut metanol memberikan rendemen yang lebih kecil dibandingkan 2-butanol. Ini disebabkan karena pada penggunaan pelarut 2-butanol dilakukan pemanasan agar kelarutan campuran reaksinya bertambah, sehingga partikel-partikel yang bertabrakan semakin banyak dibandingkan dengan pelarut metanol dengan demikian akan memperbanyak produk. X H O X H OH O H+ H H O H X H OH O H C H OH H OH X C H OH H OH X -H+ C H OH OH X C H OH X OH - H2O C H O X H C H OH X H H X H OH C H O X H C X OH O X H C X - H2O Keterangan : X = -OH atau -Cl H C

Gambar 1. Mekanisme reaksi turunan benzaldehida dan siklopentanon dengan katalis asam sulfat (Sardjiman, 2000 dimodifikasi)

(4)

Tabel I. Hasil sintesis dalam pelarut metanol dan 2-butanol

Pelarut 2,5-bis(4’-hidroksi benzilidin)

siklopentanon 2,5-bis (4’-kloro benzilidin) siklopentanon

metanol 0,34 gram ( rendemen : 23,36%)

-2-butanol 1,20 gram ( rendemen : 82,87%) 0,47 gram ( rendemen : 36,45 %)

Data spektroskopi senyawa hasil sintesis Formula molekular : C19H16O3

Pemerian : Kristal kuning kecoklatan

Jarak lebur: 314,5-317,2oC ( Pudjono dan Supardjan, 2004 : 3150C)

Spektra inframerah (ν maks.,cm-1,KBr): 3325 (C-OH, ulur,fenol), 2916,2 (C-H ulur, alifatik), 1670

(C=O, ulur, keton), 1600,8 (C=C, ulur, terkonjugasi), 1168,8 (C-O, ulur, C-OH)

Gambar 2. Spektra Infra Merah 2,5- bis-(4’- hidroksi benzilidin) siklopentanon

(5)

Dari spektra yang ada dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil sintesis seperti yang diduga yakni : 2,5- bis – (4’-hidroksi benzilidin) siklopentanon dengan struktur

Formula molekular : C19H14Cl2O Pemerian : Kuning muda Jarak lebur : 227,8-229,9oC

Spektra inframerah (ν maks.,cm-1,KBr) : 3100 (C-H, ulur, aromatik), 2908,5 (C-H, Ulur,

alifatik), 1674,1 (C=O, α,β-tidak jenuh), 1620,1 (C=C, ulur, aromatik/terkonjugasi), 1095,5

(Cl-klorobenzena), 825,5 (aromatik disubstitusi) O

HO

O

OH

Gambar 4. Spektra Infra merah 2,5- bis-(4’- klorobenzilidin) siklopentanon

Spektra MS (Gambar 5) memperlihatkan bobot molekul m/e = 329 sesuai dengan C19H14Cl2O

(6)

Aktivitas antiproliferasi 2,5- bis-(4’- hidroksi benzilidin) siklopentanon dan 2,5-bis-(4’-kloro benzilidin) siklopentanon

Potensi ketoksikkan senyawa-senyawa ini terhadap sel HeLa terpapar pada Tabel II dan Tabel III yang pada konsentrasi 250 µg/mL senyawa 2,5- bis-(4’- hidroksi benzilidin) siklopentanon terlihat lebih toksik dan me-nyebabkan kematian sel HeLa sebesar 20,17 % sedangkan senyawa 2,5-bis-(4’-kloro benzilidin) siklopentanon belum memberikan respon, baru pada konsentrasi 1000 µg/mL membe-rikan kematian sel HeLa sebesar 0,86 %.

Perhitungan IC50 menggunakan analisis

probit berdasarkan pada grafik fungsi linier log konsentrasi vs nilai probit dari % viabilitas sel akibat pemberian zat uji. Harga IC50 diperoleh

dengan memasukkan probit ke-5 ke dalam

persamaan garis lurus tersebut (Gambar 6 dan 7). Seperti tertera pada Tabel II dan III, senyawa 2,5-bis (4’-hidroksi benzilidin) siklopentanon menunjukkan harga IC50 lebih

rendah (IC50 0,656) dibandingkan senyawa

2,5-bis (4’-kloro benzilidin) siklopentanon, jadi lebih bersifat toksis terhadap sel HeLa.

Perbedaan ini kemungkinan karena pada senyawa 2,5-bis (4’-hidroksi benzilidin) siklo-pentanon masih mempunyai gugus fenolik seperti halnya senyawa PGV-0 sehingga toksisitas terhadap sel HeLa masih ada hubungannya dengan gugus tersebut, karena senyawa fenolik bersifat sebagai racun protoplasma dan toksis pada semua sel (Wilson dan Gisvold, 1982), selain itu polaritasnya lebih kuat sehingga interaksi hidrofobik dengan

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil sintesis seperti yang diduga, yakni 2,5-bis-( 4’-kloro benzilidin) siklopentanon, dengan struktur:

O

Cl Cl

Tabel II. Hubungan antara konsentrasi dan % kematian sel HeLa senyawa 2,5- bis-(4’-hidroksi benzilidin) siklopentanon.

Kadar Log C

% Kematian sel Probit (mM) IC50 µg/mL mM 500 1,712 0,234 127,6 % 11,768 250 0,856 -0,067 20,17 % 4,165 125 0,428 -0,368 20,83 % 4,185 62,5 0,214 -0,669 -6,98 % -3,518 0,656 31,25 0,107 -0,971 -8,88 % -3,651 15,625 0,054 -1,267 -11,14 % -3,777

Tabel III. Hubungan antara konsentrasi dan % kematian sel HeLa senyawa 2,5 bis- (4’-kloro benzilidin) siklopentanon

Kadar Log C

% Kematian sel Probit (mM) IC50 µg/mL mM 4000 12,158 1,085 107,84 % 10,978 2000 6,079 0,784 25,33 % 4,339 1000 3,039 0,483 0,86 % 2,296 500 1,519 0,182 -9,11 % -3,667 5,376 250 0,759 -0,119 -13,83 % -3,912 125 0,380 -0,420 -24,58 % -4,313

(7)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal berikut:

Telah dapat disintesis senyawa 2,5-bis (4-hidroksi-benzilidin) siklopentanon dan 2,5-bis -(4’- klorobenzilidin) siklopentanon dengan cara mengkondensasikan turunan benzaldehida yang terkait dengan siklopentanon menggunakan asam sulfat sebagai katalis dengan pelarut metanol maupun 2-butanol

Hasil uji antiproliferatif terhadap sel HeLa, senyawa 2,5-bis (4’-hidroksi benzilidin) siklopentanon memberikan aktivitas yang lebih toksis dibandingkan dengan senyawa 2,5-bis-(4’- klorobenzilidin) siklopentanon.

Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini dilaksanakan atas biaya Program Hibah Berkualitas Prima Fakultas Farmasi UGM tahun 2007-2008.

Gambar 7. Kurva Probit vs log Konsentrasi dari senyawa 2,5- bis-(4’-kloro benzilidin) siklopentanon

Keterangan: MT-Cl : 2,5- bis-(4’-kloro benzilidin) siklopentanon

Gambar 6. Kurva Probit vs log Konsentrasi dari senyawa 2,5- bis-(4’-hidroksi benzilidin) siklopentanon

(8)

Daftar Pustaka

Anonim , 2001, Laporan Penelitian Pengembangan Metode Sintesis PGV-0, PGV-1 HGV-1, Fakultas Farmasi UGM, Jogjakarta

Carey, F. A and Sundberg R. J., 1990, Advanced Organic Chemistry, 3rd ed., Part A: Structure ans Mechanism, Plenum Press, New York

Da’i , M., 2003, Uji Aktivitas Antiproliferaif PGV-0 terhadap Sel Raji, Sel HeLa dan Sel Mieloma,

Tesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.

Da’i, M, 2007, Mekanisme Molekuler Aktivitas Analog Kurkumin Pentagamavunon Terhadap Sel Kanker Payudara (T47D), Desertasi, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Dwi Utami, 2007, Sintesis Senyawa Kalkon dan turunannya serta uji antiproliferasi terhadap sel HeLa, Tesis, Sekolah Pasca sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Nurrochmad, A., Supardjan, A. M., and Sardjiman, 1999, COX Inhibitory Effect of Cyclophalone and Its Three Analoque Compounds, Indon. J. Pharm. 9(4), 180-185

Nurulita, N. A., 2004, Efek Antikanker PGV-0 terhadap Sel Kanker Payudara T47D yang Diinduksi 17-β-estradiol melalui Mekanisme Induksi Apoptosis dan Penghambatan Angiogenesis, Tesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta Pudjono dan Supardjan , 2004, Sintesis hasil kondensasi turunan Benzaldehida dan Siklopentanon

dengan katalis basa , QUE Project of the Pharmacy Education Program Fakultas Farmasi UGM

Pudjono, Supardjan dan Tri Irawati, 2006 : Sintesis 2,5-dibenzilidin siklopentanon dari benzaldehid dan siklopentanon dengan variasi pelarut, Majalah Farmasi Indonesia, 17 (1); 45-49 Sardjiman, 2000, Synthesis of Some New series of Curcumin Analogues, Antioxidative,

Anti-inflammatory, Antibacterial Activities and Qualitative-Structure Activity Relationships, Desertasi, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Wilson C. O and Gisvolds O., Doorge R. F. ed., 1982, Textbook of Organic Medicinal and Phar-maceutical Chemistry, Lippincott Co., Toronto

Korespondensi : Dr. Pudjono, SU, Apt. Bagian Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi

Sekip Utara Yogyakarta, Telepon : (0274) 6645911 E-mail : p_jhon@ ugm.ac.id

Gambar

Gambar 1. Mekanisme reaksi turunan benzaldehida dan siklopentanon dengan    katalis asam sulfat (Sardjiman, 2000 dimodifikasi)
Gambar 2.  Spektra Infra Merah 2,5- bis-(4’- hidroksi benzilidin) siklopentanon  Spektra MS (Gambar 3) memperlihatkan bobot molekul m/e = 292, sesuai dengan C 19 H 16 O 3
Gambar 4.  Spektra Infra merah 2,5- bis-(4’- klorobenzilidin) siklopentanon
Tabel III. Hubungan antara konsentrasi  dan  % kematian sel HeLa senyawa 2,5 bis- (4’-kloro benzilidin)  siklopentanon
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dzikri

Modul File memungkinkan pengajar untuk memasukkan materi ajar dalam bentuk file dokumen seperti word, power point, atau pdf.. File tersebut diunduh oleh siswa dan dibaca

(2) Penilaian BMA selain tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) dalam rangka penjualan, tukar-menukar atau penyertaan modal daerah

Subyek penelitian adalah orang – orang yang dapat memberikan sebuah informasi tentang sesuatu yang sedang di teliti. Peneliti akan memfokuskan penelitiannya

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, yang artinya secara simultan perubahan laba bersih, perubahan arus kas operasi, perubahan arus kas investasi, perubahan

Penelitian menggunakan 60 ekor ayam pedaging, dua puluh ekor ayam di awal penelitian diambil darahnya untuk pengamatan titer antibodi asal induk terhadap infeksi virus

Risiko Kategori Risiko.. • Identifikasi pengukuran untuk mengontrol risiko, dari tingkatan risiko yang diperoleh dari matrik risiko, untuk menurunkan nilai indeks risiko harus

kluwih pada karsinogenesis kanker payudara tikus betina yang diinduksi