• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISUSUN OLEH: SITI RAFIDAH KAMALIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DISUSUN OLEH: SITI RAFIDAH KAMALIAH"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

1

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM KEBUTUHAN DASAR

PADA AN. A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN:

DIARE DI PAVILIUN BADAR RUMAH SAKIT ISLAM

CEMPAKA PUTIH JAKARTA PUSAT

DISUSUN OLEH:

SITI RAFIDAH KAMALIAH

2014750040

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)

iii

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “ Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An.A dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Diare” di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh semester akhir di Program Studi DIII Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta Universitas Muhammadiyah Jakarta.Walaupun karya tulis ilmiah ini telah selesai tetapi selama pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis tetap menemukan hambatan. Namun berkat adanya bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak serta ilmu pengetahuan yang penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan di Program Studi DIII Keperawatan Rumah sakit Islam Jakarta Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Dengan selesainya karya tulis ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini terutama kepada :

1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM. M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2. Ibu Ns. Titin Sutini, M. Kep., Sp.Kep. An selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta sekaligus selaku pembimbing institusi dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

3. Ibu Ns. Endah.W, S.Kep selaku pembimbing klinik penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

4. Bapak Drs. Dedi Muhdiana M.Kes selaku wali akademik angkatan 32 Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

(5)

iv

5. Kepala ruangan dan staff perawat terutama Ibu Rahma, Amd.Kep di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Jakarta, beserta An.A dan keluarga selaku sumber data.

6. Seluruh staff pendidikan dan tata usaha DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

7. Orang tua tersayang Bapak H. Sholeh dan Ibu Hj. Siti Nurlailah yang tidak pernah lelah memberikan semangat yang luar biasa kepada penulis, terimakasih yang sedalam-dalamnya atas semua doa yang telah diberikan selama ini.

8. Teman seperjuangan karya tulis ilmiah Tim Anak (Indah Warini, Hurfatul Gina, dan Amalia Putri Azizah) yang selalu mensupport satu sama lain dan bertukar pikiran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

9. Untuk Anak Cantik (Amalia, Awe, Dwi, Fitriani, Hanny, Hurfa, Indah, Sonia, Widya), terima kasih atas canda tawa kalian serta saran yang kalian berikan selama ini.

10.Rekan-rekan angkatan 32, yang selalu saling menyemangati satu sama lain sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis khususnya, sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di bidang keperawatan.

Wassalammu’alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh

Jakarta , 05 Juni 2017

(6)

v DAFTAR ISI

Hal

Lembar Persetujuan... i

Lembar Pengesahan... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi... vi BAB I Pendahuluan ……….. A. Latar Belakang... B. Tujuan Penulisan... C. Ruang Lingkup... D. Metode Penulisan ……….. E. Sistematika Penulisan... 1 1 3 4 4 5 BAB II Tinjauan Teoritis ………..

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia... B. Konsep Dasar... 1. Definisi ... 2. Etiologi... 3. Patofisiologi... 4. Manifestasi Klinis... 5. Komplikasi ……….. 6. Penatalaksanaan... 7. Pemeriksaan penunjang ………..

C. Konsep Tumbuh kembang Anak... D. Konsep Hospitalisasi... E. Konsep Asuhan Keperawatan...

1. Pengkajian Keperawatan... 2. Diagnosa keperawatan... 3. Perencanaan keperawatan... 4. Penatalaksanaan keperawatan... 5. Evaluasi keperawatan ... 7 7 10 10 10 11 15 15 16 18 18 21 25 25 28 29 33 33 BAB III Tinjauan dan kasus ………...

A. Pengkajian keperawatan... B. Diagnosa keperawatan... C. Perencanaan keperawatan... D. Penatalaksanaan keperawatan... E. Evaluasi keperawatan... 36 36 42 43 47 66 BAB IV Pembahasan ………... A.Pengkajian keperawatan... B.Diagnosa keperawatan... C.Perencanaan keperawatan ... D.Penatalaksanaan keperawatan ... E. Evaluasi keperawatan... 72 72 74 78 79 80 BAB V Penutup ……….. A. Kesimpulan... B. Saran... 83 83 84 Daftar Pustaka...

(7)

vi

Lampiran... Daftar Riwayat Hidup

Format pengkajian

Satuan Acara Penyuluhan Leaflet

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Sodikin (2011), dibanding penyakit lain yang menyerang saluran cerna, diare merupakan masalah kesehatan yang paling sering ditemukan pada anak. Penyakit ini dapat terjadi karena berbagai keterbatasan yang ada. Kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah, rendahnya tingkat pengetahuan tentang kesehatan ataupun pendapatan yang rendah. Diare dapat terjadi karena adanya virus rotavirus atau bakteri E.Coli yang menyerang system saluran pencernaan sehingga kerja system saluran pencernaaan akan terganggu.

Diare masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang penting di Negara berkembang termasuk Indonesia. Secara umum, anak dibawah umur 2 tahun mengalami 23 episode diare setiap tahunnya dengan angka kematian mencapai 8 per mil.(IDAI, 2011)

Menurut data WHO pada tahun 2013, diare merupakan penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak balita (bawah lima tahun). Anak-anak yang mengalami kekurangan gizi atau sistem imun yang kurang baik sangat rentan terserang penyakit diare. Diare sudah membunuh 760.000 anak setiap tahunnya. Sebagian besar anak diare yang meninggal dikarenakan terjadinya dehidrasi atau kehilangan cairan dalam jumlah yang besar. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 % dan 7,0 %. Lima provinsi dengan insiden dan period prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%),

(9)

2

DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12- 23 bulan. Menurut catatan Medical Record Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat khususnya di Paviliun Badar selama dua bulan terakhir, terhitung dari bulan Maret sampai dengan April 2017 didapatkan data bahwa anak yang menderita diare sebanyak 43 kasus, dengan uraian sebagai berikut: anak usia 0-1 tahun sebanyak 7 anak, usia 1-3 tahun sebanyak 23 anak, usia 4-6 tahun sebanyak 8 anak dan usia 7-12 tahun sebanyak 5 anak. Data tersebut sesuai dengan data yang didapat dari Riskesdas (2013), dimana kejadian tertinggi terdapat pada rentang usia 1-3 tahun.

Umumnya anak dengan diare mengalami gangguan dalam pemenuhan kubutuhan dasar seperti deficit volume cairan dan elektrolit, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan kemungkinan terjadinya kerusakan integritas kulit. Keterlambatan dalam penanganan pada kasus diare dapat menyebabkan beberapa komplikasi. Menurut Suriadi (2010) komplikasi yang dapat terjadi seperti dehidrasi, hypokalemia, hipokalsemia, hiponatremia, syok hipovolemik bahkan dapat menyebabkan kematian. Komplikasi tersebut dapat dicegah atau diminimalkan dengan cara memberikan penanganan yang cepat dan tepat serta komprehensif.

Sehubungan dengan itu, untuk mengaplikasikan teori dan konsep dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan diare dapat dilakukan dengan memberikan perawatan yang komprehensif mulai dari preventif, promotif, kuratif dan rehabilitative. Upaya promotif dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diare. Sedangkan upaya preventif dapat dilakukan dengan cara menganjurkan untuk menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih untuk mencegah diare itu terjadi. Upaya kuratif dapat dilakukan dengan cara pemberian antibiotic disertai terapi cairan dengan tujuan untuk menggantikan cairan yang hilang sehingga komplikasi seperti dehidrasi tidak terjadi. Upaya rehabilitative dapat dilakukan dengan cara meningkatkan status nutrisi dan gizi pada anak.

(10)

3

Maka dari itu penulis mengambil karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Anak dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Diare.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai berikut : 1. Tujuan Umum

Setelah melakukan asuhan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan penulis mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan system pencernaan: diare.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan system pencernaan: diare.

b. Mampu merumuskan masalah keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan system pencernaan: diare.

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan system pencernaan: diare.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan system pencernaan: diare.

e. Mampu melakukan evaluasi dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan system pencernaan: diare.

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat pada teori dan kasus.

g. Mampu mengidentifikasi factor-faktor pendukung, penghambat, serta mampu mencari solusi pemecahan masalah dalam memberi asuhan keperawatan.

(11)

4

h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan system pencernaan: diare.

C. Lingkup Masalah

Berdasarakan banyaknya kasus pada anak dan keterbatasan waktu yang ada serta kemampuan penulis, penulis hanya membatasi ruang lingkup masalah hanya pada satu kasus yaitu asuhan keperawatandalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sistem pencernaan: diare di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Jakarta Pusat, dengan melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam mulai tanggal 12-14 Mei 2017

D. Metode Penulisan

Metode yang penulis gunakan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang mempelajari, menganalisa dan menarik kesimpulan dari hasil pengalaman sacara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan dan membandingkan dengan hasil studi kepustakaan. Adapun data diperoleh dengan menggunakan teknik:

1. Studi Kepustakaan

Suatu kegiatan untuk memperoleh data dengan cara mempelajari buku-buku dan literature yang berhubungan dengan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan system pencernaan: diare.

2. Studi Kasus

a. Wawancara: wawancara dan diskusi dengan klien, keluarga klien, perawat, dokter dan petugas kesehatan lain yang terkait.

b. Observasi: observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien yang bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan dan keperawatan serta hasil dari tindakan yang dilakukan.

(12)

5 E. Sistematika Penulisan

Karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematika yang terdiri dari lima bab yaitu:

Bab I : Pendahuluan

Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, lingkup masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Teoritis

a. Konsep dasar kebutuhan dasar manusia.

b.Konsep dasar terdiri dari: pengertian, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinik, komplikasi, pemeriksaan penunjang (tes diagnostic), penatalaksanaan, dan terapi.

c. Konsep tumbuh kembang anak. d.Konsep hospitalisasi.

e. Konsep asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan sisitem pencernaan: diare.

Bab III : Tinjauan kasus

Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan system pencernaan: diare yang meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Bab IV : Pembahasan

Membahas kesenjangan yang terjadi antara Bab II dan Bab III yang meliputi pengkajian, diagnose, keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

(13)

6

Bab V : Penutup

Meliputi kesimpulan dan saran a. Kesimpulan

Berisi uraian singkat mengenai asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan system pencernaan: diare mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

b. Saran

Berisi tentang usulan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan system pencernaan: diare untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

(14)

7 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Pada BAB ini penulis akan menguraikan mengenai konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada anak dengan gangguan system pencernaan: diare. Adapun uraian tersebut sebagai berikut:

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Mubarak (2007), manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang penting, bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostasis dan kehidupan itu sendiri. Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar yakni:

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisologisnya dibandingkan kebutuhan yang lain. Kebutuhan fisologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu :

a. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas b. Kebutuhan cairan dan elektrolit

c. Kebutuhan makanan

d. Kebutuhan eliminasi urine dan alvi e. Kebutuhan istirahat dan tidur f. Kebutuhan aktivitas

g. Kebutuhan kesehatan temperature tubuh h. Kebutuhan seksual

(15)

8

2. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs) Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi:

a. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaaan, dan infeksi.

b. Bebas dari rasa takut dan kecemasan.

c. Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman baru atau asing. 3. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging

Needs)

Kebutuhan ini meliputi:

a. Memberi dan menerima kasih sayang

b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain c. Kehangatan

d. Persahabatan

e. Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan social

4. Kebutuhan Harga Diri (Self-Esteem Needs) Kebutuhan ini meliputi:

a. Perasaan tidak bergantung pada orang lain b. Kompeten

c. Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)

Kebutuhan ini meliputi:

a. Dapat mengenal diri sendiri dengan baik dan memahami potensi diri b. Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri

c. Tidak emosional

d. Mempunyai dedikasi yang tinggi e. Kreatif

(16)

9

Adapun kebutuhan dasar yang terganggu pada anak dengan gangguan system pencernaan : diare mencakup:

1) Kebutuhan fisiologis

Adapun kebutuhan fisiologis yang terganggu pada anak dengan gangguan system pencernaan: diare adalah sebagai berikut:

a) Kebutuhan cairan dan elektrolit

Diare dapat disebabkan dari malabsorpsi, factor makanan, ataupun factor psikologis. Ketika tekanan osmotic meningkat atau toksin tidak dapat diabsopsi dapat menstimulus terjadinya hipersekresi, sehingga terjadi pergeseran cairan dan elektrolit dari dinding usus ke rongga usus sehingga menyebbakan peristaltic usus meningkat dan tidak ada kesempatan usus untuk mengabsorpsi cairan yang dimanifestasikan dengan peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi cair, hal tersebut dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit.

b) Kebutuhan nutrisi

Anak dengan diare biasanya terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hal ini dikarenakan adanya peningkatan peristaltic usus akibat dari tekanan osmotik yang meningkat dalam rongga usus. Peningkatan peristaltic usus dapat mempengaruhi absorpsi nutrisi di usus. Kondisi lain yang dapat mempengaruhi gangguan pemenuhan nutrisi pada anak dengan diare adalah kondisi vili usus yang lisis sehingga menurunkan fungsinya dalam menyerap nutrisi, hal ini sering disebut malabsorpsi sekunder. 2) Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Peningkatan frekuensi BAB dapat menyebabkan iritasi pada daerah perianal, hal ini dapat menyebabkan resiko infeksi dan gangguan rasa nyaman: nyeri akibat adanya iritasi yang dimanifestasikan dengan anak menjadi rewel dan sering menangis.

(17)

10 B. Konsep Dasar

1. Pengertian

Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (Sudarti M.Kes, 2010)

Diare didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14 hari (Wong, 2008)

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi,2010)

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan frekuensi pengeluaran feses dengan konsistensi cair.

2. Etiologi

Menurut Sudarti (2010), factor-faktor yang menyebabkan diare sebagai berikut:

a. Factor infeksi

1) Infeksi Enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama terjadinya diare.

a) Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, salmonella, Shigella Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

b) Infeksi Virus Enterovirus (Virus ECHO) seperti coxsaekre, Polomyelitis, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan sebagainya.

c) Infeksi parasite cacing (Ascaris Irichiuris, Oxyuris, Strongylodies), Protozoa (Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia, Trochomonas hominis), Jamur (Candida albicans).

(18)

11

2) Infeksi Parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan misalnya OMA (Otitis Media Akut), Tonsilofaringitis, Brochopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya.

b. Factor malabsorpsi

1) Malabsorbsi Karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa). Monoakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak 3) Malabsorbsi protein c. Factor makanan

Makanan basi, makanan beracun, alergi d. Factor psikologis

Rasa takut dan cemas

3. Patofisiologi

Menurut Rekawati.S, Nursalam, & Utari (2013), mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah:

a. Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Selanjutnya, timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus, selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic usus menurun akan mengakibatkan pertumbuhan bakteri

(19)

12

yang berlebihan didalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga.

Pathway Diare pada Anak

(sumber: Hidayat 2010)

Infeksi Malabsorpsi Factor

makanan Psikologis Kuman masuk dan berkembang Tekanan osmotic meningkat Toksin tidak dapat diabsorpsi Hiperperistaltik Toksin masuk kedalam dinding usus halus Pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus Hiperperistaltik Diare Kemampuan absorpsi menurun Isi rongga usus meningkat Hipersekresi air dan elektrolit meningkat Kemampuan absorpsi menurun

(20)

13 4. Klasifikasi

Menurut Rekawati.S, Nursalam, & Utari (2013), diare dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu:

a. Diare akut

Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari. Diare akut terdiri dari:

1) Diare dehidrasi berat

Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut: a) Letargis atau tidak sadar

b) Mata cekung

c) Tidak bisa minum atau malas minum d) Cubitan kembali sangat lambat 2) Diare dehidrasi ringan atau sedang

Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut: a) Gelisah, rewel, atau mudah marah b) Mata cekung

c) Haus, minum dengan lahap d) Cubitan perut kembali lambat 3) Diare tanpa dehidrasi

Tidak terdapat tanda-tanda seperti diare dehidrasi berat, ringan atau sedang

b. Diare kronik

Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari

Jika diare 14 hari atau lebih dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Diare persisten berat (ada dehidrasi)

2) Diare persisten (tanpa dehidrasi) 3) Disentri (terdapat darah dalam feses)

5. Manifestasi klinis

Menurut Suriadi (2010), manifestasi klinis dari diare adalah a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer b. Keram abdominal

(21)

14

c. Demam

d. Mual dan muntah e. Anorexia

f. Lemah g. Pucat

h. Perubahan tanda tanda vital; nadi dan pernapasan cepat i. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

6. Komplikasi

Menurut Rekawati.S, Nursalam, & Utari (2013), komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan diare sebagai berikut:

a. Dehidrasi

1) Dehidrasi ringan apabila < 5% BB 2) Dehidrasi sedang < 5%-10% BB 3) Dehidrasi berat < 10%-15% BB b. Hipokalemia

Gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, bradikardi c. Hipogikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare dan sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita kekurangan kalori protein. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun smapai 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak yang dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringa, pucat, syok, kejnag, sampai koma.

d. Syok hipovolemik

Sebagai akibat diate dengan atau tanpa disertai muntah dapat terjadi gangguan darah berupa syok hipovolemik.

7. Penatalaksanaan

Pendekatan awal diare adalah menentukan derajat dehidrasi. Sedangkan tujuan utama terapi adalah mencegah dehidrasi (terapi rumatan), mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi

(22)

15

rehidrasi), dan mencegah gangguan nutrisi. Menurut Hassan dan Alatas (2007) mengatakan bahwa dasar pengobatan diare adalah

a. Pemberian cairan

Dikutip dari IDAI (2011) penatalaksanaan pada diare dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Tanpa Dehidrasi

Terapi dilaksanakan dirumah, sehingga orang tua harus diajarkan beberapa hal terlebih dahulu agar dapat mencegah dehidrasi pada anak, yaitu:

a) Berikan cairan lebih banyak disbanding biasanya untuk mencegah dehidrasi. Larutan oralit dapat diberikan sebanyak 5-10 ml/kg BB setiap buang air besar cair samapai diare berhenti. b) Berikan makanan sesuai umurnya yang cukup untuk mencegah

kurang gizi.

2) Dehidrasi Ringan Sedang

Pada dehidrasi ringan sedang, deficit cairan yan terjadi diprakirakan sama dengan penurunan berat badan sebesar 5-10%. Pada keadaan ini anak harus mendapat larutan oralit dan dipantau di pojok Upaya Rehidrasi Oral (pojok URO) atau ruang rawat sehari (one day care). Larutan oralit diberikan sebanyak 75ml/kgBB diberikan selama 3 jam dengan memantau kemajuan hidrasi.

3) Dehidrasi Berat

Pada dehidrasi berat, deficit cairan yang terjadi diprakirakan sama dengan penurunan berat badan sebesar >10%. Pada keadaan ini anak harus dirawat di rumah sakit dan mendapat cairan rehidrasi parenteral yang diberikan sebanyak 100cc/kgBB selama 6 jam pada bayi berumur dibawah 12 bulan dan 3 jam pada anak berumur diatas 12 bulan. Ringer Laktat adalah cairan rehidrasi parenteral yang telah dipakai secara luas

(23)

16 b. Dietetic

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg. jenis makanan:

1) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, mislanya LLM, Almiron).

2) Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu karena dirumah sudah biasa diberi makanan padat.

3) Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam lemak berantai sedang/ tidak jenuh, sesuai dengan kelainan yang ditemukan.

c. Obat-obatan

Prinsip pengobatan diare ialah menggatikan cairan yang hilang melalui feses dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras dan sebagainya).

1) Obat anti sekresi

Asetosal dengan dosis 25mg/tahun dengan dosis minimum 30mg. klorpromazin dengan dosis 0,5-1mg/kg BB/hari.

2) Obat anti spasmolitik

Pada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverine, ekstrak beladona, opium, loperamid, dan sebagainya tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut.

3) Antibiotika

Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut kecuali bila peyebabnya jelas seperti kolera diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/ hari dan Campylobacter diberikan eritromisin 40-50 mg/kg BB/ hari. Antibiotic lain dapat diberikan bila ada penyakit penyerta seperti : OMA, faringitis, bronchitis, bronchopneumonia.

(24)

17 8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Hassan dan Alatas (2007), pemeriksaan penunjang yang dapat diakukan pada anak dengan diare, seperti :

a. Pemeriksaan feses

1) Makroskopis dan mikroskopis

2) pH dan kadar gula dalam feses dengan kertas lakmus dan tablet clinitest bila diduga terdapat intoleransi gula

b. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal. c. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan

fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

d. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite secara kulitatif dan kuantitatif.

C. Konsep Tumbuh Kembang

Menurut A. Aziz Alimul (2014) mengatakan bahwa: 1. Pertumbuhan

Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein baru dan menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau sebagian. Pada proses pertumbuhan terjadi perubahan dalam besar, jumlah, dan ukuran di tingkat sel maupun organ.

2. Perkembangan

Perkembangan adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran. Pada proses perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah bertambah sempurnanya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga organ tubuh. Perkembangan intelektual dapat ditunjukkan dari kememapuan secara

(25)

18

simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-lain. Sedangkan emosional dapat dilihat dari perilaku social di lingkungan anak.

Dikutip dari Dwi Sulistyo (2011), pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia toddler terdiri dari:

a. Pertumbuhan fisik

Tinggi badan rata-rata bertambah7,5 cm / tahun. Berat badan rata-rata bertambah 1,8 kg-2,7 kg / tahun. Lingkar kepala mengalami peningkatan pada tahun kedua sekitar 2,5cm.

b. Perkembangan motoric kasar

Dapat berjalan tanpa bantuan pada usia 15 bulan. Berjalan menaiki tangga, berpegangan pada satu tangan pada usia 18 bulan. Berjalan menaiki dan menuruni tangga dengan dengan satu langkah pada usia 24 bulan. Anak toddler dapat melompat dengan 2 kaki pada usia 30 bulan.

c. Perkembangan motoric halus

Anak toddler dapat membangun 2 blok dan mencoret-coret secara spontan pada usia 15 bulan. Dapat membangun menara 3-4 blok pada usia 18 bulan. Dapat meniru coretan vertical pada usia 24 bulan. Dapat membangun 8 balok dan meniru tanda silang pada usia 30 bulan. d. Perkembangan psikososial

Erickson memberi istilah krisis social yang dihadapi toddler sebagai “otonomi vs rasa malu dan ragu”. Toddler telah mengembangkan rasa percaya dan siap menyerahkan ketergantungannya untuk membangun perkembangan kemampuan pertamanya dalam mengendalikan dan otonomi. Orangtua yang mendorong hal tersebut akan mengembangkan kemandirian toddler. Namun, toddler dapat mengembangkan rasa malu dan ragu jika orangtua membiarkan toddler bergantung pada orangtua.

(26)

19

Tahap sensorimotorik, pada tahap ini berlangsung antara usia 12-14 bulan. Pada usia 12-18 bulan, reaksi sirkular tersier melibatkan eksperimen trial dan error dan eksplorasi aktif yang terus menerus. Pada usia 18-24 bulan, munculnya kombinasi mental memungkinkan toddler untuk melengkapi pemahaman makna yang baru dalam menyelesaikan tugas.

f. Perkembangan moral

Toddler biasanya berada dalam subtahap pertama tahap prakonvensional yang berorientasi pada hukuman dan kepatuhan. Penilaian toddler didasarkan pada perilaku untuk menghindari hukuman atau mendapat penghargaan. Tindakan disiplin yang tepat termasuk memberikan penjelasan mengapa perilaku tetentu tidak dapat diterima, memuji tindakan yang benar, dan menggunakan distraksi untuk mencegah perilaku yang tidak dapat diterima.

g. Perkembangan bahasa

Perkembangan bahasa terjadi secara cepat selama masa toddler. Pencapaian bahasa adalah proses yang dinamis dan kompleks. Usia dan intraksi sosial anak serta jenis bahasa yang dipajankan padanya mempengaruhi perkembangan bahasa. Todler memahami bahasa dan mampu mengikuti perintah jauh lebih cepat daripada kemampuan menggunakan kata-kata sendiri secara aktual. Bahasa merupakan bagian yang sangat penting dalam kemampuan toddler untuk mengatur dunianya dan merasionalkannya secara aktual. Penggunaan bahasa yang telah direncanakan secara cermat dapat memberikan bimbingan perilaku dan berkontribusi untuk menghindari pertikaian.

h. Perkembangan sensorik

Toddler menggunakan semua indranya untuk mengeksplorasi dunia di sekitar mereka. Toddler mengkaji benda-benda baru dengan merasakan benda-benda tersebut, melihatnya, mengocoknya untuk mendengarkan bunyi apa yang dapat dihasilkannya, menciumnya, dan menempatkan benda tersebut kedalam mulutnya. Indra penciuman terus mengalami kematangan, dan toddler dapat berkomentar jika mereka tidak peduli

(27)

20

dengan bau sesuatu. Meskipun diskriminasi pengecapan belum terbentuk dengan sempurna, toddler dapat memperlihatkan terhadap aroma makanan tertentu. Toddler lebih cenderung mencoba makanan baru jika tampilan atau baunya familiar. Kurangnya diskriminasi pengecapan secara komplit menempatkan toddler pada resiko menelan sesuatu tanpa disengaja.

D. Konsep Hospitalisasi

Konsep hospitalisasi menurut Rekawati.S, Nursalam, & Utari (2013),

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis yang utama tampak pada anak. Anak yang dirawat di rumah sakit mudah mengalami krisis sebab: 1. Anak mengalami perubahan, baik terhadap status maupun lingkungannya

dari kebiasaan sehari-hari.

2. Anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah kejadian-kejadian yang bersifat menekan.

Reaksi anak dalam mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat, system pendukung yang tersedia, serta keterampilan koping dalam menangani stress.

Ada beberapa stressor pada anak yang dirawat di rumah sakit yaitu: 1. Cemas disebabkan perpisahan

Sebagian besar stress yang terjadi pada bayi usia pertengahan sampai anak periode prasekolah khususnya yang berumur 6-30 bulan adalah cemas karena perpisahan. Anak toddler belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang memadai dan pengertian terhadap realita terbatas. Hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan terhadap orang terdekat bagi diri anak. Selain itu, lingkungan yang belum dikenal akan mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.

(28)

21

Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam tiga tahap berikut:

a. Tahap protes (phase of protest)

Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit, dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif, misalnya menendang, menggigit, memukul, mencubit, mencoba untuk membuat orangtuanya tetap tinggal, dan menolak perhatian orang lain. Secara verbal anak menyerah dengan rasa marah, misalnya mengatakan “pergi”. Perilaku tersebut dapat berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari. Perilaku protes tersebut seperti menangis akan terus berlanjut dan berhenti hanya bila anak merasa kelelahan. Pendekatan dengan orang asing yang tergesa-gesa akan meningkatkan protes.

b. Tahap putus asa (phase of despair)

Pada tahap ini anak tampak tegang, menangis berkurang, tidak aktif, kurang minat untuk bermain, tidak nafsu makan, menarik diri, tidak mau berkomunikasi, sedih, apatis, dan regresi. Pada tahap ini kondisi anak mengkhawatirkan karena anak menolak untuk makan, minum, atau bergerak.

c. Tahap menolak

Pada tahap ini secara samar-samar menerima perpisahan, mulai tertarik dengan yang ada sekitarnya, dan membina hubungan dangkal dengan orang lain. Anak mulai kelihatan gembira. Tahapan ini biasanya terjadi setelah perpisahan yang lama dengan orangtua.

2. Kehilangan kontrol

Anak – anak berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan otonominya. Hal ini terlihat jelas dalam perilaku mereka dalam hal kemampuan motoric, bermain, melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas hidup sehari-hari (activity daily living), dan komunikasi. Anak-anak telah mampu menunjukkan kestabilan dalam

(29)

22

mengontrol dirinya dengan mempertahankan kegiatan-kegiatan rutin seperti tersebut.

3. Cidera tubuh dan nyeri

Dikutip dari Wong (2008) mengatakan bahwa, pengalaman intrusive, seperti pemeriksaan telinga atau mulut atau pemeriksaan suhu rektal, merupakan prosedur yang sangat mencemaskan. Toddler dapat bereaksi terhadap prosedur yang tidak menimbulkan nyeri tersebut sama kerasnya dengan terhadap prosedur yang menyakitkan. Secara umum, anak toddler terus bereaksi dengan kemarahan emosional yang kuat dan resistensi fisik terhadap pengalaman nyeri baik yang aktual maupun yang dirasakan. Perilaku yang mengindikasikan nyeri antara lain, meringis kesakitan, mengatupkan gigi dan/atau bibir, membuka mata lebar-lebar, mengguncang-guncang, menggososk-gosok, dan bertindak agresif, seperti menggigit, menendang, memukul, atau melarikan diri. Diakhir periode usia ini, toddler biasanya mampu mengkomunikasikan nyeri yang mereka alami. Meskipun kemampuan anak untuk menggambarkan jenis atau intensitas nyeri tersebut belum berkembang, namun mereka biasanya mampu menunjukkan tempatnya dengan menunjukkan pada area spesifik.

4. Reaksi orangtua

Krisis penyakit dan hospitalisasi pada masa anak-anak mempengaruhi setiap amggota keluarga inti. Factor-faktor yang mempengaruhi reaksi orangtua terhadap penyakit antara lain:

a. Keseriusan ancaman terhadap anak

b. Pengalaman sebelumnya dengan sakit atau hospitalisasi c. Prosedur medis yang terlibat dala diagnosis dan pengobatan d. System pendukung yang ada

e. Kekuatan ego pribadi

f. Kemampuan koping sebelumnya g. Stress tambahan pada system keluarga

(30)

23 h. Keyakinan budaya dan agama

i. Pola komunikasi di antara anggota keluarga

5. Reaksi sibling

Reaksi sibling terhadap penyakit atau hospitalisasi saudaranya. Sibling mengalami kesepian, ketakutan, dan khawatir, juga marah, benci, iri, dan merasa bersalah. Factor-faktor terkait sibling berikut ini berhubungan secara spesifik dengan pengalaman rumah sakit dan ternyata meningkatkan dampak sibling:

a. Berusia lebih muda dan mengalami banyak perubahan b. Dirawat diluar rumah oleh pengasuh yang bukan kerabat c. Menerima sedikit informasi tentang penyakit saudaranya

d. Menganggap orangtua memperlakukan mereka secara berbeda dibandingkan sebelum hospitalisasi sibling mereka.

E. Konsep Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Anak dengan Gangguan System Pencernaan: Diare

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun spiritual. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap selanjutnya dalam proses keperawatan. Kegiatan yang utama dalam tahap pengkajian adalah pengumpulan data, pengelompokkan data, dan analisa data untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008).

a. Identifikasi anak dan keluarga

1) Anak: nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, diagnose keperawatan

(31)

24

2) Orangtua: nama, umur, pekerjaan, suku, pendidikan, alamat

3) Sibling Rivalry: urutan anak dalam keluarga, umur, keadaan (hidup/meninggal)

b. Riwayat keperawatan

1) Riwayat kesehatan sekarang a) Serangan awal

Mula-mula anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, kemungkinan timbul diare.

b) Keluhan utama

Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3x sehari dengan konsistensi cair mungkin disertai lendir atau darah. Warna feses kuning kehijauan, mual muntah, tidak nafsu makan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu a) Riwayat penyakit yang diderita

Riwayat penyakit yang sering pada anak dibawah 2 tahun biasanya batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare. Hal ini untuk melihat tanda atau gejala infeksi lain yang menyebbakan diare, seperti OMA, tonsillitis, faringitis, bronchopneumonia, dan ensefalitis.

b) Riwayat imunisasi

Kelengkapan anak terhadap imunisasi yang diberikan pada usia 0-14 bulan dengan berbagai macam imunisasi yaitu BCG, DPT I, II, III, dan campak pada usia 9 bulan, hepatitis serta polio. Diare lebih sering terjadi dan berakibat pada anak dengan campak atau yang menderita campak dalam 4 minggu terakhir yaitu akibat penurunan kekebalan pada pasien.

3) Keadaan psikososial keluarga

a) Emosi anak ditandai dengan anak akan menangis, perasaan gelisah, tidak mau diatur, interaksi anak dengan anggota keluarga lain berkurang.

b) Tingkat perkembangan, mekanisme koping, kebiasaan anak (pola makan, pola tidur, mainan yang disukai)

(32)

25 4) Kebutuhan dasar

a) Pola eliminasi

Pada pola eliminasi biasanya akan mengalami perubahan yaitu buang air besar lebih dari 3x sehari, buang air kecil sedikit atau jarang bahkan anuria pada anak dengan dehidrasi berat.

b) Pola nutrisi

Pada anak dengan diare biasanya disertai mual muntah dan tidak nafsu makan yang menyebabkan terjadinya penurunan berat badan.

c) Pola tidur atau istirahat

Pola tidur atau istirahat pada anak dengan diare akan terganggu karena seringnya buang air besar dan adanya distensi abdomen yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga anak rewel dan dapat mengganggu istirahat tidurnya.

d) Pola aktifitas

Pada anak dengan diare pola aktifitasnya akan terganggu atau berkurang dikarenakan kondisi tubuh yang lemah akibat buang air besar yang terus menerus.

5) Pemeriksaan fisik a) Fisiologis

Keadaan umum tampak lemah, kesadaran komposmentis bahkan bisa berlanjut menjadi koma, suhu tinggi, nadi cepat dan lemah, pernafasan agak cepat.

b) Pemeriksaan Sistematika

1) Inspeksi : bentuk kelopak mata normal (diare tanpa dehidrasi), kelopak mata cekung (dehidrasi ringan/sedang), kelopak mata sangat cekung (dehidrasi berat), mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi), mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang), mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat), ubun-ubun cekung, anus dan sekitarnya kemerahan dan lecet karena seringnya buang air besar. 2) Palpasi : turgor kulit kembali segera/sangat lambat.

(33)

26

3) Perkusi : kemungkinan adanya distensi abdomen 4) Auskultasi : bising usus meningkat (>20x/menit)

Pemeriksaan singkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak penderita diare biasanya mengalami gangguan pada pertumbuhan fisiknya karena anak mengalami dehidrasi sehingga berat badan menurun, namun jika kondisi tersebut tidak ditangani dengan cepat maka anak akan mengalami gangguan perkembangan.

6) Pemeriksaan penunjang

Dikutip dari Hassan dan Alatas (2007), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada anak dengan diare, seperti:

a) Pemeriksaan feses

1) Makroskopis dan mikroskopis

2) pH dan kadar gula dalam feses dengan kertas lakmus dan tablet clinitest bila diduga terdapat intoleransi gula

b) Pemeriksaan kadar ureum dna kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

c) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)

d) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite secara kualitatif dan kuantitatif

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien, baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan diagnosis keperawatan harus jelas, singkat dan lugas terkait masalah kesehatan klien berikut penyebabnya yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan berfungsi untuk mengidentifikasi, memfokuskan, dan memecahkan masalah klien secara spesifik. Komponen-komponen dalam

(34)

27

pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem), penyebab (etiology), dan data (sign and symptom) (Asmadi, 2008).

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare menurut Sodikin (2011) adalah sebagai berikut:

a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui feses atau emesis.

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan pengeluaran feses yang berlebih atau sering BAB

d. Takut pada anak berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua lingkungan tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stess.

e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan dan sistematis dan mencakup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Dalam perencanaan perawat merujuk pada data pengkajian klien dan pernyataan diagnosis sebagai petunjuk dalam merumuskan tujuan klien dan merencanakan intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan masalah kesehatan klien. Intervensi keperawatan adalah setiap tindakan berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada klien (Kozier, Erb, Bermain, & Snyder, 2010)

a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui feses atau emesis.

Tujuan:

Anak tidak dehidrasi, bebas dari deficit cairan dan elektrolit. Kriteria Hasil:

1) yang ditandai dengan pengeluaran urine sesuai

(35)

28

3) tugor kulit elastis, membran mukosa lembab 4) berat badan tidak menunjukan penurunan 5) cubitan perut kembali cepat

6) mukosa bibir lembab Rencana Tindakan:

1) Kaji tanda-tanda vital

2) Kaji status dehidrasi: ubun-ubun, mata, turgor kulit, dan membran mukosa

3) Kaji adanya tanda-tanda syok dan status mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi untuk mengkaji hidrasi

4) Timbang berat badan anak untuk mengkaji dehidrasi 5) Kaji intake dan output (Urine, feses, dan emesis)

6) Kaji pengeluaran urine: grafitasi urine atau berat jenis urine (1.005-1.020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg bb 7) Berikan larutan dehidrasi oral untuk dehidrasi dan penggantian

kehilangan cairan. Berikan LRO sedikit tapi sering

8) Berikan cairan rendah natrium, seperti air, ASI, formula bebas laktosa

9) Kolaborasi dalam pemberian cairan dan elektrolit

10)Kolaborasi dalam pemberian obat anti diare dan antibiotic

11)Pemeriksaan lab sesuai program: elektrolit, Ht, pH, dan serum albumin

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan yang tidak adekuat.

Tujuan:

konsumsi anak menjadi adekuat Kriteria Hasil:

1) BB anak sesuai dengan tingkat usia

2) Pemasukan makanan dan minuman kembali normal 3) Anak tidak muntah

(36)

29 Rencana Tindakan:

1) Mengkaji status nutrisi

2) Timbang berat badan anak setiap hari

3) Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)

4) Setelah dehidrasi berikan anak minum oral dengan sering dan makan yang sesuai dengan diit dan usia dan atau berat badan 5) Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik

6) Bagi bayi ASI tetap di teruskan

7) Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formulas yang rendah laktosa

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran feses yang berlebih atau sering BAB

Tujuan:

Kulit anak tetap utuh Kriteria Hasil:

Tidak ada kemerahan pada daerah anus dan sekitarnya Rencana Tindakan:

1) Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar

2) Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (atau pH normal) untuk memberikan anus setiap buang air besar

3) Hindari dari pemakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab 4) Ganti popok /kain apabila lembab atau basah

5) Gunakan cream pada daerah yang lecet 6) Hindari penggunaan bedak

7) Jaga popok agar selalu kering

(37)

30

d. Takut pada anak berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua lingkungan tidak dikenal, prosedur yang menimbulkan stress.

Tujuan:

Anak menunjukan tanda-tanda distress fisik atau emosional yang minimal, orangtua berpartisipasi dalam perawatan anak sepenuhnya. Kriteria Hasil:

1) Anak merasa nyaman

2) Anak dapat berkomunikasi dengan baik 3) Anak dapat bermain sesuai usia

Rencana Tindakan:

1) Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan rasa takut dan cemas: dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati dan sentuhan terapeutik

2) Gunakan komunikasi terapeutik: kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan

3) Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua

4) Libatkan orang tua dalam perawatan anak

5) Alihkan perhatian pada saat akan melakukan tindakan dengan memberikan terapi bermain.

e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.

Tujuan:

Orang tua dapat mengungkapkan secara verbal tentang pembatasan diit kemungkinan komplikasi dan cara-cara penanganan diare.

Kriteria Hasil:

Orang tua dapat mengungkapkan secara verbal tentang pembatasan diit kemungkinan komplikasi dan cara-cara penanganan diare.

Rencana Tindakan:

(38)

31

2) Ajarkan orang tua cara membuat, menyimpan, dan memberikan makanan formula dengan tepat

3) Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk menghindari kontaminasi

4) Berikan penyuluhan tentang diare

5) Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan 6) Jelaskan pentingnya kesehatan

4. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut Asmadi (2008) implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk implementasi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan untuk melakukan teknik psikomotorik, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.

Adapun prinsip-prinsip implementasi pada anak dengan diare adalah: a. Mempertahankan cairan dan elektrolit seimbang

b. Mempertahankan status nutrisi c. Meminimalkan dampak hospitalisasi

d. Memberikan informasi pada orangtua tentang pengenalan penyakitnya e. Mempertahankan integritas kulit

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Asmadi (2008), evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan

(39)

32

dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan dari evaluasi dilakukan adalah untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan, menentukkan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji penyebab bila tujuan asuhan keperawata belum tercapai. Evaluasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Evaluasi formatif (proses)

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan untuk menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yaitu subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisa data (perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.

b. Evaluasi sumatif (akhir)

Evalasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan dilakukan, sesuai dengan waktu yang telah diteteapkan dalam tujuan untuk dapat menilai bahwa tujuan itu tercapai.

Masalah sebagian tercapai atau belum tercapai dapat dibuktikan dari hasil perilaku klien. Ada tiga hasil evaluasi yang terkait dengan pencapain tujuan yaitu:

a. Tujuan tercapai

Masalah tercapai apabila klien menunjukkan perubahan sesuai dengan waktu atau tanggal yang telah ditentukkan sesuai dengan pernyataan tujuan.

b. Tujuan tercapai sebagian

Masalah tercapai sebagian apabila klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan.

(40)

33 c. Tujuan tidak tercapai

Masalah tidak tercapai apabila klien hanya menujukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali yang diharapkan atau tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun evaluasi yang diharapkan pada anak dengan diare adalah: a. Status cairan dan elektrolit seimbang

b. Nutrisi anak terpenuhi c. Rasa takut anak berkurang

d. Orangtua menyatakan pemahamannya tentang diare bertambah e. Gangguan integritas kulit pada daerah anus dapat diatasi

(41)

34 BAB III TINJAUAN KASUS

Dalam BAB ini penulis melaporkan hasil Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada An. A dengan diare di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat. Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar ini dilakukan selama 3 hari yaitu mulai tanggal 12 - 14 Mei 2017. Untuk melengkapi data-data yang diperoleh penulis melakukan berbagai cara guna memperoleh data yang akurat yaitu dengan melakukan wawancara pada keluarga atau orang tua, perawat yang bertugas, melakukan observasi, melihat catatan medis dan catatan keperawatan. Laporan ini sesuai dengan tahap proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap yaitu: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan tindakan dan melakukan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian

1. Data Dasar (terlampir) 2. Resume

An. A dengan jenis kelamin perempuan, umur 1 tahun 5 bulan datang ke UGD bersama keluarganya pada tanggal 12 Mei 2017 jam 08.00 WIB dengan keluhan utama buang air besar kurang lebih 7 kali konsistensi cair, berwarna kuning kehijauan, ada lendir dan tidak ada darah sejak 5 hari lalu, demam sudah lebih dari 3 hari disertai demam naik turun terutama pada sore hari, tidak ada batuk dan pilek, tidak nafsu makan dan muntah jika diberi minum obat.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data: kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, hasil observasi TTV: suhu: 36.8°C, RR: 20x/menit, nadi: 94x/menit, ubun-ubun tidak cekung, mukosa bibir dan mulut kering, konjungtiva ananemis, cubitan dinding perut kembali < 3 detik, bising usus 3 x/menit, akral teraba hangat, kapilari refill kembali < 2 detik dan hasil pemeriksaan labolatorium: hemoglobin: 12.3 g/dL, leukosit: 13.16 103µl, hematokrit: (L) 32%, trombosit: 543 ribu/µl , natrium 141 mEg/L, kalium: 3.1 mEg/L (L) dan klorida: 102 mEg/L. Masalah keperawatan

(42)

35

yang muncul pada An. A adalah defisit volume cairan dan elektrolit. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu kolaborasi dalam pemberian terapi cairan Assering loading 100 cc (30 Tpm makrodrip), ranitidine 10 mg via IV, ondancentrone 1 mg via IV, dokter UGD menganjurkan bahwa anak harus dirawat dengan diagnosa GED ringan-sedang.

Anak dipindahkan ke Paviliun Badar kamar 13 pada pukul 11.00 WIB dilakukan pengkajian oleh perawat di Paviliun Badar tanggal 12 Mei 2017 jam 11.00 WIB pada saat dikaji ulang didapatkan data: kesadaran komposmentis, keadaan umum sakit sedang, S: 36.9 °C, N: 90 x/menit, RR: 20 x/menit, konjungtiva ananemis, kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan mulut kering, akral teraba hangat, bising usus 3 x/menit, terdapat distensi abdomen, kulit elastis, anak tampak rewel

Diagnosa keperawatan yang muncul adalah defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebih, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi BAB meningkat, takut pada anak berhubungan dengan takut orang asing dan prosedur tindakan, kecemasan pada orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pada anak dengan diare, gangguan rasa aman: nyeri berhubungan dnegan distensi abdomen. Tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengobservasi TTV, mengukur intake dan output, mengkaji tanda-tanda dehidrasi, membantu memenuhi kebutuhan anak, menganjurkan ibu untuk meningatkatkan intake peroral.

Anak mendapatkan terapi cairan Ka En 3B 12 tpm makrodrip/14 jam, terapi oral yaitu Zink tab (oral) 1x1 tablet, puyer PCT (oral) 3x1 bks, Lacto B (oral) 1x1 sachet, ondancentron 1x (dosis tunggal) pemberian

(43)

36

pada tanggal 12 Mei 2017 jam 14.00 dan mendapatkan obat tambahan pada tanggal 13 Mei 2017 puyer KCL 250 mg 3x1 sachet (oral).

3. Data fokus a. Data Subjektif

Orang tua anak mengatakan: “anak saya sekarang masih buang-buang air besar sudah 9 x dari pagi sampai malam ini, warnanya kuning kehijauan, cair, ada lendir dan tidak ada darah, anak saya buang air kecil sudah 8x, warnanya kuning jernih, badan anak saya sudah tidak panas lagi, saat sakit makan 3x sehari hanya 1-2 sendok yang dapat dihabiskan, sebelum sakit pola makan 3x sehari, habis 1 porsi. Sudah tidak muntah, minum susu soya dan air putih sebanyak 600 ml/hari, BB anak saya sebelum sakit 10 kg, anak saya takut bila perawat masuk ruangan, sering rewel dan menangis saat perawat ingin melakukan tindakan, di daerah anus dan lipatan paha tidak ada kemerahan, anak saya sudah pernah dirawat sebelumnya dengan diare, saya kurang tahu tentang penyakit anak saya saya merasa cemas dengan kondisi anak saya saat ini karena perut anak saya kembung”.

b. Data Objektif

Dari hasil pemeriksaan didapatkan data:

Keadaan umum sakit sedang (lemah), kesadaran composmetis, TTV: nadi: 92 x/menit, RR: 20 x/menit, suhu: 36.9oC, BB saat sakit 9 kg, lingkar kepala 47 cm, lingkar dada 45 cm, lingkar lengan atas 16 cm, tinggi badan 76 cm, konjungtiva ananemis, kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan mulut kering, ubun-ubun tidak cekung, cubitan dinding perut kembali < 3 detik, bising usus 3 x/menit, capillary refill < 2 detik, rambut berwarna hitam dan tidak mudah rontok, tidak ada stomatitis, lidah bersih, kelengkapan gigi belum lengkap, makan hanya habis 1-2 sendok, anak terlihat rewel, anak terlihat takut saat didekati perawat, anak menangis jika perawat melakukan tindakan, akral hangat, tidak ada kemerahan pada daerah sekitar anus, feses

(44)

37

berwarna kuning kehijauan, cair, berlendir, dan tidak ada darah, terdapat distensi abdomen, ekspresi wajah orang tua terlihat khawatir, orang tua terlihat kebingungan saat ditanya tentang penyakit anaknya, tampak cemas sedang.

Intake dan Output dalam 24 jam 1) Intake: Infuse : 12x3x24 = 864 cc Minum : 4x150 cc = 600 cc Air Metabolisme : 9x8 cc = 72 cc + Total intake = 1536 cc 2) Output: BAB : 9 x 100 cc = 900 cc BAK : 8 x 50 cc = 400 cc IWL : (30-1,5)x 9 = 256,5 cc + Total Output = 1556,5cc

3) Balance cairan = I-O= 1536-1556,5 = - 20,5 cc 4) BBI = 2n + 8 = 2 x 1,5 + 8 = 11 kg 5) Mengetahui status nutrisi :

(11 kg – 9 kg) / 11 kg x 100% = 18 % (Penurunan dari BB Normal) 6) Mengetahui status dehidrasi :

(10 kg – 9 kg) / 10 kg x 100% = 10 % (dehidrasi sedang) 7) Kebutuhan cairan 9 kg x 100/hari = 900cc/hari 8) Kebutuhan kalori 9 kg x 100/hari = 900kkal/hari

a) Pemeriksaan penunjang

(45)

38

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai

rujukan 1. HEMATOLOGI Hemoglobin Leukosit Hematokrit 2. ELEKTROLIT Natrium (Na) Kalium (Ka) Klorida (Cl) 12,3 13,16 32 (L) 141 3,1 (L) 102 g/dL 103 µl % mEq/L mEq/L mEq/L 10,8 – 12,8 6.00 - 17.00 35 – 43 135 – 147 3.5 - 5.0 94 – 111 b) Penatalaksanaan Terapi oral

Zink tab 1 x 1 tab jam (06)

Lacto B 1 x 1 sach jam (06)

Puyer PCT 3 x 1 bks jam (06.12.18)

Puyer KCL 250 mg 3 x 1 bks jam (06,12,18) (resep baru diberikan pada tanggal 13 Mei 2017)

Terapi injeksi

Ondancentron dosis tunggal (1 x 1 mg) jam (14) 4. Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi

1 DS:

Orang tua anak mengatakan:

“anak saya masih BAB 9 x/hari dengan bentuk cair, buang air kecil 8x, feses berwarna kuning kehijauan, ada lendir, minum susu dan air putih habis 4 botol, sudah tidak muntah, tubuh anak saya sudah tidak panas lagi.

DO:

- Keadaan umum lemah, kesadaran composmetis

- TTV: suhu: 36,90C, Nadi: 90 x/menit, RR:20x/menit

- Mata tidak cekung, mukosa bibir kering, cubitan dinding abdomen < 3 detik - Capillary refiil < 2 detik

- Balance cairan: -20,5 cc - Bising usus 3 x/ menit

- Status dehidrasi: Dehidrasi Sedang - Pemeriksaan penunjang Lab tanggal 12

Mei 2017:

Natrium: 139 mEq/L, Kalium: 3,1

Defisit volume cairan dan elektrolit

Output yang

(46)

39 2

3

4

mEq/L (L), Klorida:102 mEq/L DS:

Orang tua anak mengatakan:

“nafsu makan anak saya menurun jika makan hanya menghabiskan 1-2 sendok, berat badan sebelum sakit 10 kg”. DO:

- A: BB saat ini: 9 kg BBI: 11 kg

Status nutrisi: penurunan BB Normal 18%

TB: 76 cm, LLA:16 cm.

- B: Hasil Lab Tanggal 12 Mei 2017: Pemeriksaan Lab: Hemoglobin: 12.3 g/dl

- C: Keadaan umum anak sakit sedang, kesadaran composmetis, rambut

berwarna hitam dan tidak mudah rontok, konjungtiva ananemis, mukosa mulut kering, lidah bersih, kelengkapan gigi belum lengkap, kulit elastis, tidak ada stomatitis.

- D: sebelum sakit: pola makan 3 x sehari, jenis makanan nasi, habis 1 porsi. Selama sakit: makan 3 x hanya habis 1-2 sendok.

DS:

Orang tua anak mengatakan:

“anak saya masih BAB 9 x/hari, tidak terdapat kemerahan di sekitar anus” DO:

- Anak tampak rewel

- Tidak terdapat kemerahan disekitar anus

DS:

Orang tua anak mengatakan: “anak saya takut bila perawat masuk ruangan, sering rewel dan menangis saat perawat akan melakukan tindakan”.

DO:

- Anak tampak rewel

- Anak terlihat takut saat didekati perawat - Anak menangis jika perawat melakukan

prosedur tindakan

Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Resiko gangguan integritas kulit

Takut (Pada anak)

Intake yang tidak adekuat Frekuensi BAB yang meningkat Dampak hospitalisasi (prosedur tindakan dan orang asing)

(47)

40 5

6

DS:

Orang tua anak mengatakan:

“saya khawatir dengan kondisi anak saya, kenapa ya ini perutnya kembung ya sus ? saya kurang tahu tentang penyakit anak saya, anak saya yang sebelumnya meninggal karena diare juga jadi saya cemas dengan kondisi anak saya “

DO:

- Ekspresi wajah orang tua terlihat khawatir

- Orang tua anak terlihat kebingungan saat ditanya tentang penyakit anaknya - Orang tua tampak cemas sedang

DS :

Ibu klien mengatakan “perut anak saya kembung”

DO:

- Tampak distensi abdomen - Palpasi: abdomen tampak tegang - Kalium: 3,1 mEq/L (L) Cemas pada orangtua Gangguan rasa nyaman: nyeri Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pada anak dengan diare

Distensi abdomen

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil analisa data, maka dapat ditentukan urutan prioritas diagnosa keperawatan pada kasus diatas adalah sebagai berikut:

1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebih

2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

3. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan distensi abdomen 4. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (orang asing

dan prosedur tindakan)

5. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi BAB meningkat

6. Kecemasan pada orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pada anak dengan diare

(48)

41 C. Perencanaan Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan maka disusun rencana keperawatan sebagai berikut:

1. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebih

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An.A selama 1x24 jam diharapkan masalah defisit volume cairan dan elektrolit dapat teratasi.

Kriteria Hasil : a. Anak tidak lemas

b. TTV anak normal (usia anak 1-3 tahun: RR: 20-30x/menit, Nadi: <120x/menit, Suhu: 36,5-37,5oC)

c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan mulut lembab, kulit elastis, cubitan dinding abdomen kembali < 2 detik)

d. Intake dan output seimbang

e. BAB 1x/hari dengan konsistensi semi padat/lembek

f. Hasil elektrolit dalam batas normal: Kalium 3,5-5,0 mEq/L, Natrium:135-147 mEq/L, dan Klorida: 94-111mEq/L.

Rencana Tindakan:

a. Monitor tanda-tanda vital / shift

b. Kaji status hidrasi (turgor kulit, kelopak mata, mukosa bibir, cubitan perut).

c. Catat intake dan output cairan (urine, feses, dan emesis)/ shift d. Pantau cairan infuse Ka En 3B 12Tpm/14 jam

e. Anjurkan pada orang tua untuk memberi minum 2 botol / shift f. Pantau hasil lab elektrolit: Na, Ka, Cl

g. Kolaborasikan dengan dokter: Berikan terapi oral:

1) Zink tab 1x1 (Jam 06)

2) Lacto B 1x1 (Jam 06)

(49)

42

2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An. A selama 3x24 jam diharapkan resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi. Kriteria Hasil :

a. Nafsu makan meningkat

b. Dapat menghabiskan makanan yang disediakan c. Tidak ada mual dan muntah

d. Konjungtiva ananemis

e. Hematologi dalam batas normal: Hemoglobin: 10,8-12,8 g/dL, Hematokrit: 35-43 %.

Rencana Tindakan :

a. Timbang berat badan anak jika memungkinkan b. Kaji status nutrisi

c. Monitor Intake nutrisi/ shift

d. Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan untuk mengkaji toleransi pemberian makanan

e. Motivasi orang tua dan dampingi anak saat makan

f. Kolaborasi dalam pemberian diit sesuai dengan toleransi (Susu Soya)

3. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan distensi abdomen Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada

An.A selama 2x24 jam diharapkan nyeri terkontrol atau berkurang

Kriteria hasil :

a. TTV dalam batas normal (usia anak 1-3 tahun: RR: 20-30x/menit, Nadi: <120x/menit, Suhu: 36,5-37,5oC)

b. Anak tampak relaks dan tenang c. Distensi abdomen berkurang/hilang

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini telah terjadi peningkatan pengetahuan para lansia mengenai hipertensi terutama cara

Erpalasken Kata Dibata enda, sipuji IA alu radu ras kita rende: .... Pujin man Dibata Si Mereken KemulianNa Ibas Manusia Perp. IatankenNa pe kita ngaloken kemulianNa erkiteken

Faktor dari luar diri siswa meliputi: 1) Keluarga.. Keluarga memiliki peran yang besar dalam menciptakan minat belajar bagi anak. Seperti yang kita tahu, keluarga merupakan

Kata atau ungkapan yang sama itu sesekali dapat diulang kembali dalam kalimat

Unit Pelaksana Teknis Balai Sertifikasi dan Mutu Benih Perkebunan pada Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan

Mardiasmo (2003:109) mengungkapkan bahwa pendapatan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal

Sehingga diharapkan trajektori status dari sistem dapat dengan cepat menuju permukaan luncur agar sistem menjadi tidak peka akan perubahan parameter maupun gangguan

pembahasan tentang Penerapan Metode CPM, didapatkan lintasan kritis pada kegiatanA-B-D-E-F-H-J-K-L-N-O-W-Z2- Z6-Z8-Z9. Faktor- faktor yang memperngaruhi keterlabatan