• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum TBM dan TM Karet Apr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum TBM dan TM Karet Apr"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN TAHUNAN

ACARA IV

PEMELIHARAAN TANAMAN KARET BELUM MENGHASILKAN DAN TANAMAN MENGHASILKAN

Oleh :

Apriliane Briantika Louise NIM A1L013055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi

perekonomian nasional. Selain sebagai sumber devisa dan sumber bahan baku industri, karet dapat menjadi sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta sebagai

pengembangan pusat-pusat perekonomian di daerah sekaligus berperan dalam pelestarian lingkungan hidup. Karenanya, keberhasilan pengembangan karet sangat perlu dilakukan dengan cara-cara strategis.

Tata cara budidaya tanaman karet menjadi penting karena dapat secara langsung berdampak pada produktivitas dan hasil karet. Konsep budidaya dari pratanam hingga

pascapanen merupakan konsep-konsep esensial yang harus diterapkan secara baik dan benar. Salah satu cara yang menjadi prioritas untuk diperhatikan adalah dalam kaitannya dengan pemeliharaan karet.

Pemeliharaan karet tidak hanya terbatas pada pemupukan dan pengairan, pengendalian hama dan patogen penyebab penyakit serta gulma, melainkan juga

(3)

B. Tujuan

1. Mengetahui secara langsung kondisi, organisasi dan kegiatan utama pada

perkebunan karet PTPN IX Krumput.

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Mull, Arg.) merupakan salah satu tanaman yang

dibudidayakan di Indonesia dan memberikan andil yang cukup besar terhadap devisa negara diantara hasil perkebunan lainnya, dan menempati urutan ketiga setelah migas dan kayu. Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang

keperluan manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain, yaitu dapat memberikan keuntungan bagi pemilik perkebunan dan memberikan hasil sampingan

dari kayu atau batang pohon karet. Gulma merupakan salah satu faktor penyebab tertekannya pertumbuhan bibit karet dan menurunnya produksi (Meinin, Araz., 2006 ).

Karet telah dikembangkan di Indonesia sejak lebih dari seabad lalu, yangsebagian

besar (85%) merupakan perkebunan karet rakyat dengan produktivitasyang masih rendah yaitu kurang dari 800 kg/ha/tahun (Direktorat JenderalPerkebunan, 2005).

Rendahnya produktivitas disebabkan karena sistempengelolaan masih bersifat ekstensif, terutama penggunaan bahan tanam lokal(unselected seedling) dan rendahnya tingkat pemeliharaan, seperti penyiangandan pemupukan yang minimum dilakukan (Wibawa,

2005).

Pengendalian gulma di perkebunan karet merupakan keharusan, sebab gulma

merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha perkebunan karet. Jika gulma dibiarkan tumbuh bersamaan dengan tanaman karet, akan menimbulkan kerugian. Kehadiran gulma menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan, terutama tanaman karet

(5)

tempat tumbuh. Selain itu beberapa jenis gulma mengeluarkan zat allelopat melalui akar

dan daun yang berpengaruh buruk menghambat pertumbuhan tanaman. Gulma juga mempersulit pekerjaan pemeliharaan tanaman, bahkan adakalanya menjadi tempat

perlindungan hama dan penyakit tanaman (Girsang, 2005).

Nasution (1986) melaporkan pengaruh negatif gulma pada karet TBM, antara lain menyebabkan usia matang sadap menjadi terhambat dan jumlah pohon yang dapat

disadap berkurang, mutu sadap menurun. Hal ini disebabkan ukuran lingkar batang yang tidak berkembang normal. Selain itu diketahui pertumbuhan dan produksi lateks

selama enam tahun pertama semenjak penyadapan sangat nyata tertekan akibat persaingan pada areal yang ditumbuhi gulma.

Masalah gulma akan berbeda pada setiap umur tanaman, hal ini tergantung pada

lokasi, iklim setempat dan cahaya yang diterima (Lubis 1992). Selain itu, perbedaan umur tanaman juga menyebabkan terjadinya pergeseran dominansi gulma, pada

tanaman dengan persentase penutupan tajuk kecil akan ditemukan jenis gulma beragam dan sebaliknya pada tanaman dengan persentase penutupan tajuk lebih besar lebih didominasi gulma yang tahan naungan (Budiarto, 2001).

Jenis-jenis gulma penting pada perkebunan karet diantaranya yaitu jenis gulma golongan rumput (Imperata cylindrica, Paspalum conjugatum, Ottochloa nodosa, dan

Polygala paniculata; jenis daun lebar (Mikania cordata, M. micrantha, Melastoma

malabatrichum,Clibadium surinamensis) dan jenis rumput teki (Cyperus kyllingia, C.

rotundus dan Scleria sumatrensis) (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984). Tetapi informasi jenis

(6)

pemeliharaan selama tanaman belum menghasilkan (TBM) dan selanjutnya sebesar

20-30% setelah tanaman menghasilkan (Mangoensoekardjo, 1983).

Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan salah satu alternatif dari cara-cara

pengendalian yang ada, salah satunya adalah penggunaan herbisida. Tingkat dosis aplikasi menentukan efektivitas penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma, sekaligus mempengaruhi efisiensi pengendalian secara ekonomi. Penggunaan dosis

aplikasi yang terlalu rendah, menyebabkan tujuan pengendalian tidak berhasil. Sebaliknya dosis yang terlalu tinggi, di samping terjadi pemborosan, juga akan

menimbulkan masalah pencemaran lingkungan (Girsang, 2005).

Waktu aplikasi herbisida juga mempengaruhi efektivitas pengendalian gulma. Penyemprotan yang segera diikuti oleh hujan akan mengakibatkan herbisida tercuci,

sehingga efikasi berkurang sebab partikel herbisida belum sempat berpenetrasi ke dalam kutikula daun (Djojosumarto, 2000).

Dalam membangun kebun karet, penting sekali untuk mengetahui penyakit utama tanaman karet dan bagaimana cara mengendalikannya. Penyakit tersebut dapat diketahui dengan melihat gejala yang muncul pada setiap bagian tanaman karet. Beberapa

(7)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu alat tulis, lembar pengamatan, sabit, pisau, selang,

gunting, sprayer, dan cangkul.Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tanaman karet, pupuk, air, herbisida dan bibit tanaman karet.

B. Prosedur kerja

1. Penyiangan

Gulma disekitar tanaman karet dibersihkan dengan penanganan secara mekanis menggunakan cangkul/sabit dan secara kimiawi menggunakan herbisida.

2. Penyulaman

a) Bibit yang baru ditanam selama tiga bulan pertama setelah tanam diamati terus

menerus.

b) Tanaman yang mati segera diganti.

c) Klon tanaman untuk penyulaman harus sama.

d) Penyulaman dilakukan sampai umur 2 tahun.

e) Penyulaman setelah itu dapat berkurang atau terlambat pertumbuhannya.

3. Pemotongan Tunas Palsu

(8)

4. Merangsang Percabangan

Apabila tanaman berusia 2–3 tahun dengan tinggi 3.5 meter dan belum mempunyai, maka cabang perlu diadakan perangsangan dengan cara:

a) Pengeringan batang (ring out)

b) Pembungkusan pucuk daun (leaf felding) c) Penanggalan (tapping)

5. Pemupukan

Pemupukan dilakukan 2 kali setahun menjelang musim hujan dan akhir musim

kemarau, sebelumnya tanaman dibersihkan dulu dari rerumputan dibuat larikan melingkar selama 10 cm. Pemupukan pertama kurang lebih 10 cm dari pohon dan semakin besar disesuaikan dengan lingkaran tajuk.

(9)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dalam tahap pemeliharaan karet

didapatkan hasil :

1. Teras minimal 2 meter

2. Kemiringan teras kurang lebih 10 derajat 3. Teras berbentuk kontur

4. Pemupukan setiap 6 (enam) bulan sekali dengan dosis Urea 150 gr, KCL 160 gr, dan

Pupuk majemuk 170 gr

5. LCC atau tanaman penutup berupa mucuna

6. Penyakit yang ditemukan biasanya berupa jamur akar putih dan dilakukan pencegahan rutin

B. Pembahasan

Pemeliharaan menurut Yardha (2007) bertujuan untuk; 1) menjaga dan

meningkatkan kesuburan tanah, 2) mengurangi persaingan dengan tumbuhan lain, baik dalam pengambilan air, unsur hara, cahaya matahari dan udara, 3) mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit yang biasa merusak atau musuh dari tanaman karet.

Langkah-langkah kerja tersebut adalah:

1. Penyiangan dilakukan tergantung kondisi gulma dilapangan minimal penyiangan

(10)

2. Pemupukan

Bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan daya tahan tanaman terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti kekeringan, meningkatkan produksi dan mutu

hasil, mempertahankan stabilitas produksi. Dosis pemupukan ditentukan oleh umur tanaman, kondisi tanah dan iklim, serta kondisi tanaman. Pupuk diberikan setahun dua kali, yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Cara pemberian pupuk mengikuti

jarak dan tata tanamnya, kedalaman penempatan 2-5 cm. Dosis pemupukan sebagaimana tertera pada tabel berikut:

3. Pengendalian hama

Pada umumnya hama yang menyerang tanaman karet masih muda adalah hama

babi, Tenuk/tapir, kera/moyet dan rayap. Pengendalian hama babi dan Tapir yang efektif adalah:

a. Membuat pagar yang rapat dan kebun dijaga b. Berburu secara gotong royong

c. Memusnahkan sarangnya dengan cara menghilngkan semaksemak disekitar areal

kebun.

d. Memasang jerat pada tempat keluar masuknya babi ke kebun.

(11)

Hama rayap pada umumnya berkumpul dan bersarang pada tanaman yang sudah

mati, serangan pada tanaman karet biasanya setelah tanaman karet mati akibat serangan jamur akar putih. Secara umum serangan rayap biasa terjadi pada musim

kemarau atau saat kekeringan. Pengendalian hama ini adalah dengan cara: a. Membersihkan tunggul-tunggul sisa pembukaan lahan

b. Menanam dengan tanaman polibeg

c. Menaburkan carbofuran (furadan, dharmafur atau curater) disekitar tanaman yang terserang sebanyak 1 sendok makan.

4. Pengendalian Penyakit

Penyakit yang biasa menyerang tanaman karet diantaranya : a. Jamur Akar Putih (JAP)

Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporusatau Rigidoporus lignosus yang menyerang bagian pangkal batang

hingga kebagian akar di dalam tanah.Gejala serangan JAP pada tanaman karet adalah:

1) Daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke

dalam.Peningkatan serangan ditandai oleh daun gugur dan ujung ranting mati.Terbentuk daun muda atau bunga dan berbuah lebih awal.

2) Pada perakaran tanaman yang terserang JAP akan terlihat benang-benangjamur berwarna putih dan agak tebal (Rizomorf).

3) Pada serangan berat, akar tanaman busuk, batang mengering mudah

(12)

secaraperlahan akan menyebar melalui persentuhan akar tanaman sakit ke

tanamandi sekitarnya (Situmorang dan Budiman, 2003).

Asal lahan penanaman karet mempengaruhi perkembangan Jamur Akar Putih

(Situmorang, 2004). Hasil percobaan di kebun karet dengan sistem RASmenunjukkan bahwa tingkat kematian karet paling tinggi (10%) pada empattahun pertama terjadi pada kebun karet yang dibangun dari lahan hutan karettua, sedangkan pada kebun karet yang

dibangun pada lahan bawas muda, alangalangatau resam hanya 1% (Ilahang, et al., 2006).

Teknik pengendalian penyakit JAP meliputi 2 tahap yaitu tahap pencegahan danpengobatan tanaman sakit. Tahapan pencegahan lebih bersifat kepada tindakan yang dilakukan sebelum tanaman terserang dan menjaga agar tanaman karettidak terkena

penyakit JAP.Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pencegahan penyakit JAP diantaranya:

1) Pada saat persiapan lahan, dilakukan pembongkaran dan pemusnahantunggul serta sisa akar tanaman, karena sisa-sisa kayu mati yang tertinggaldi lahan yang akan ditanami dapat merupakan media dan tempat tumbuhjamur.

2) Pada sistem RAS, pembersihan dan pembongkaran sisa-sisa akar dapatdilakukan di barisan dan lorong tanaman karet

3) Penanaman kacang-kacangan penutup tanah (Legume Cover Crops/LCC)selain berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah melalui pengikatan nitrogen bebas dari udara, juga dapat meningkatkan aktivitas jasad renik didalam tanah yang

(13)

4) Pembangunan kebun menggunakan bibit yang sehat mulai dari persiapanbatang

bawah di pembibitan dan penggunaan entres yang tidak terkena JAP.

5) Bahan tanam OPAS juga sebaiknya diseleksi terlebih dahulu sebelumditanam di

lapangan. Perlindungan tanaman dapat dilakukan setelah OPAS ditanam di lapangan,di antaranya dengan menaburkan belerang di sekitar leher akar tanamansebanyak 100-200 gram/pohon dengan jarak 10 cm dari batang tanaman

6) Pemberian produk berbahan aktif Trichoderma (biologis) dengan dosis 100gram/pohon yang dilakukan setiap enam bulan

7) Pemeliharaan tanaman dilakukan secara teratur dan rutin dengan tujuan untukmendapatkan pertumbuhan karet yang sehat dan optimum. Pemeliharantanaman dilakukan dengan pemupukan dan penyiangan rumput, gulma

danvegetasi lainnya di barisan tanaman karet b. Jamur Upas

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Corticium salmonicolor yang menyerangtanaman muda dan telah menghasilkan. Jamur upas menyerang secara perlahandi bagian batang atau cabang dengan gejala:

1) Membentuk lapisan jamur berwarna putih hingga merah muda dan masukke bagian kayu.

2) Pada bagian tanaman yang terserang, keluar getah berwarna hitam, melelehdi permukaan batang tanaman hingga batang menjadi busuk

(14)

Upaya yang dilakukan untuk mencegah serangan jamur upas adalah:

1) Menanam klon karet yang tahan terhadap penyakit jamur upas seperti PB260, RRIC 100 dan BPM 1 pada sistem RAS (Situmorang dan Budiman,2003).

2) Menjaga kelembaban kebundengan mengatur jarak tanamagar tidak terlalu rapat,penyiangan dan pemangkasanvegetasi di barisan dan diantara barisan tanaman karetdilakukan secara teratur.

3) Pada kondisi tanaman karet yang sudah terserang, sebaiknyasegera diobati dengan pengolesanfungisida sesuai dengan dosisanjuran, seperti Antico F-96.

4) Pengerokan kulit pada batangatau cabang tanaman terserangharus dihindari karena akanmengeluarkan spora yang terbangdan terbawa oleh angin hinggamenempel di tanaman sehat.

c. Nekrosis kulit (Fusarium)

Penyakit nekrosis kulit banyak ditemui dan menyerang tanaman klon karet jenis

PB 260. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium sp. dan Botryodiplodiatheobromae. Gejala yang ditimbulkan berupa kulit batang timbul

bercak coklat kehitam-hitaman dengan ukuran2-5 cm. Bercak-bercak tersebut makin

membesar lalu bergabung, terlihatbasah dan mengalami pembusukan. Kulit yang membusuk biasanya akanmengundang kumbang penggerek untuk datang, bersarang

hingga masuk ke bagian kayu tanaman. Gejala ini timbul mulai dari bagian kaki gajah hingga ke percabangan tanamankaret. Gejalanya akan semakin parah pada saat kondisi cuaca lembab danhujan terus-menerus.

(15)

dalam satu luasan akan terkena penyakit tersebut. Tahapanpengendalian penyakit ini

adalah:

1) Mengoleskan fungisida Benlate50 WP atau Antico F-96 padakulit yang

terinfeksi Fusarium

2) Bagian kulit yang terinfeksidikupas dengan menggunakanalat pengerok kulit yang terbuatdari bahan logam, kemudian dioles dengan Antico F-96

3) Tanaman sehat di sekitartanaman yang terserangdisemprot dengan fungisidaseminggu sekali untuk mencegahpenyebaran sporanya

4) Batang, cabang atau tanamanyang mati dikumpulkan dandibakar

5) Tanaman yang mengalamiserangan berat diistirahatkantidak disadap sampai tanamankembali pulih.

d. Kering Alur Sadap (KAS)

Penyakit Kering Alur Sadap (KAS) banyak ditemukan pada klon PB 260

yangdisadap dengan frekuensi yang cukup tinggi, terlebih bila disertai denganpenggunaan stimulan/obat perangsang keluarnya lateks seperti ethepon (ethrel)yang tidak terkendali. Gejala yang terlihat yaitu:

1) tanaman karet mengalami kekeringan pada bagian panel sadap dan tidakmengeluarkan lateks (getah).

2) bagian yang kering akan menjadi coklat dan terbentuk lekukan pada batangtidak teratur, dengan disertai pecah-pecah di permukaan kulit batang dan menimbulkan benjolan.

(16)

penularan terhadap tanaman lain yang sehat belum diketahui, namun penyebaran

dan penularan terjadi pada kulit yang seumur pada pohon yang sama. Beberapa tahapan pengendalian penyakit KAS yaitu :

1) Menghindari frekuensi penyadapan yang tinggi di atas 150 hari/tahun, dengan menyesuaikan anjuran terhadap klon-klon yang ditanam

2) Pengerokan pada bagian kulit yang kering dengan pisau sadap atau alat

pengerok sampai batas 3-4 mm dari kambium. Kulit yang dikerok dioles dengan obat NoBB atau Antico F-96 (Situmorang dan Budiman, 2003)

3) Hindari penggunaan stimulan

4) Pohon yang mengalami kering alur sadap diberikan pupuk ekstra untuk membantu mempercepat pemulihan kulit.

e. Pengendalian gulma

Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang‐alang,

Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan umur

(17)

f. Legume Cover Crop (LCC)

Di perkebunan karet, pada umumnya selama masa tanaman belum menghasilkan atau sebelum tajuk saling menutup, gawangan ditanami dengan tanaman penutup tanah leguminosa yang merambat atau legume cover crop (LCC). Dalam budidaya

tanaman karet, pengelolaan LCC selama periode belum menghasilkan sudah merupakan standar baku teknis.

Meskipun secara umum karet memiliki kemampuan tumbuh yang lebih baik pada tanah-tanah bermasalah dari pada tanaman pangan, ternyata perlu juga diperhatikan lingkungan tumbuhnya. Ekosistem tanaman karet tanpa adanya

penutup tanah sangat membahayakan kestabilan lingkungan dibanding dengan hutan belukar Jenis LCC yang umum ditanami sampai dengan sekarang adalah campuran

dari Pueraria javanica (Pj), Calopogonium mucunoides (Cm), Centrosema pubercens (Cp) atau kacangan Calopogonium caeruleum(Cc). Tiga jenis LCC yang

(18)

lebih baru. Campuran kacangan lebih dianjurkan penggunaannya untuk mengurangi

akibat kondisi yang kurang menguntungkan dari perubahan lingkungan seperti kekeringan, hama dan penyakit.

LCC yang ideal seharusnya mempunyai keseluruhan dari sifat sifat berikut: Laju pertumbuhan cepat, pertumbuhan biomassa cukup tinggi, tahan terhadap kekeringan/naungan, kapasitas memfiksasi nitrogen cukup tinggi, tidak menjadi

saingan terhadap tanaman utama karet, tidak disukai ternak, toleran terhadap serangan hama dan penyakit, mampu berkompetisi dengan gulma melalui adanya

zat allelopati yang dihasilkan dan pengendali erosi tanah secara baik.

LCC secara garis besar bermanfaat untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, menambah unsur hara tanah, memperbaiki bahan organik ke dalam tanah dan

memperbaiki struktur tanah, memperbaiki tata lengas tanah, menekan pertumbuhan gulma, mengurangi serangan jamur akar putih, memperbaiki sifat-sifat tanah akibat

(19)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Beberapa penyakit utama yang ditemui dalam sistem RAS diantaranya Jamur Akar

Putih (JAP), Jamur Upas, Nekrosis Kulit (Fusarium) dan Kering Alur Sadap

2. LCC secara garis besar bermanfaat untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi,

menambah unsur hara tanah, memperbaiki bahan organik ke dalam tanah dan memperbaiki struktur tanah, memperbaiki tata lengas tanah, menekan pertumbuhan gulma, mengurangi serangan jamur akar putih, memperbaiki sifat-sifat tanah akibat

(20)

LAMPIRAN BIODATA

Nama Lengkap : Apriliane Briantika Louise

NIM : A1L013055

TTL : Cilacap, 25 April 1995 Alamat Rumah : Medan, Sumatera Utara

Alamat Kost : Asrama Putri Soedirman, Karangwangkal, Purwokerto. No. HP/ PIN : 087802974562 / 598F8A5D

Hoby : Makan dan Tidur

Alamat E_mail : apriliane.louise@gmail.com

Twitter : @apriliane_M

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini memperlihatkan bahwa muncak M1 yang berumur 4 tahun, berat badan 19.5 kg dan postur tubuh lebih besar, memiliki ukuran RV dan durasi pertumbuhan RV lebih

Kita secepatnya harus menyadari, bahwa manusia dalam praktek transfer ajaran Islam, hanya dicitrakan sebagai agen yang hanya menerima kewajiban agama, dan sangat kurang

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Serang, sebagai salah satu rumah sakit rujukan yang ada di wilayah Provinsi Banten, dan telah memiliki sarana IPAL yang cukup memadai,

Indeks nilai penting biasa digunakan untuk menentukan dominansi jenis tumbuhan terhadap jenis tumbuhan lainnya, karena dalam suatu komunitas yang bersifat heterogen,

Portofolio akreditasi institusi perguruan tinggi disusun merujuk kepada AD/ART atau Statuta, RIP atau Renstra, program kerja, hasil evaluasi diri institusi perguruan tinggi,

Penelitian dilakukan dengan cara melakukan Pemetaan lapangan pada lokasi penelitian, adapun hal yang wajib diketahui sebelum terjun kelapangan adalah menguasai pemahaman

Sesuai dialog tersebut SK2 mengetahui pertanyaan yang dimaksud dalam soal. Ini terlihat dari jawabannya dengan jelas mengatakan “Banyak nilai x yang habis dibagi 3 dan 5”.