Farhandika, Hubungan Antara Penanganan Tanggap Darurat
Page 11
HUBUNGAN ANTARA PENANGANAN TANGGAP DARURAT DENGAN
PEMULIHAN KESADARAN PADA PASIEN CEDERA KEPALA SEDANG DI
RUANG IGD RSUD dr. H. ANDI ABDURRAHMANNOOR
KABUPATEN TANAH BUMBU
Farhandika Putra
Program Studi Ilmu Keperawatan (S1),
STIKES Darul Azhar Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu. 72171, Indonesia
wib_hery@yahoo.com
ABSTRAK
Cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan gangguan fisik dan mental yang kompleks. Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian utama dikalangan usia produktif antara 15-44 tahun. 2,3 Secara global insiden cedera kepala meningkat dengan tajam terutama karena peningkatan penggunaan kendaraan bermotor. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab penyakit dan trauma ketiga terbanyak di dunia.
Tujuan penelitian ini Mengetahui secara mendalam Hubungan antara penanganan Tanggap Darurat dengan Pemulihan Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala sedang Di IGD Rumah Sakit Dr. H. Andi Abdurrahmannoor Kabupaten Tanah Bumbu.
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian kwantitatif, non eksperimental menggunakan metode deskriptif observasional. Dengan menggunakan bentuk rancangan penelitian secara cross sectional. Dengan jumlah populasi adalah 25 uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square dan Regresi Logistik.
Dari 4 variabel independen yang diteliti diketahui semua ada variabel berhubungan secara signifikan dengan variabel dependen dengan nilai p < 0,05. Berdadsarkan uji regresi logistik diketahui bahwa ke empat variabel tersebut sama sama saling mendukung terhadap pemulihan kesadaran dengan demikian bahwa setiap variabel memang ada saling keterkaitan
Kata Kunci: Penanganan tanggap darurat, pemulihan kesadaran.
ABSTRACT
Background: Head injury is one of the health problems that can cause physical and mental disorders are complex. Head injury is one of the main causes of death among the productive age between 15-44 years. 2.3 Globally, the incidence of head injuries increased sharply mainly due to increased use of motor vehicles. WHO estimates that in 2020 traffic accidents will be the third cause of illness and trauma in the world.
Objective: To examine in depth the relationship between treatment with Recovery Awareness Emergency Response On Head Injuries Patients were at IGD Hospital Dr. H. Andi Abdurrahmannoor Tanah Bumbu regency.
Methods: The study conducted by researchers is the quantitative study, non-experimental observational descriptive method. By using this form of cross-sectional study design. The number of population is 25 statistical test used is Chi-Square test and Logistic Regression.
Results: from 4 independent variables under study is known to all existing variables significantly related to the dependent variable with a value of p <0.05. Logistic regression Berdadsarkan note that all four of these variables closely together to support each other to the recovery of consciousness. Can be dealt with emergency response to recovery of consciousness in patients with head injury was in the Emergency room dr . H. Andi Abdurrahmannoor Tanah Bumbu regency.
Keywords: Handling of emergency response, recovery of consciousness.
LATAR BELAKANG
Cedera kepala merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan gangguan fisik dan mental yang kompleks. Cedera kepala adalah salah satu penyebab kematian utama dikalangan usia produktif antara 15-44 tahun. 2,3 Secara global insiden
Farhandika, Hubungan Antara Penanganan Tanggap Darurat
Page 12
Waktu tanggap pelayanan merupakangabungan dari waktu tanggap saat pasien tiba di depan pintu rumah sakit sampai mendapat tanggapan atau respon dari petugas instalasi gawat darurat dengan waktu pelayanan yaitu waktu yang di perlukan pasien sampai selesai. Waktu tanggap pelayanan dapat di hitung dengan hitungan menit dan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen-komponen lain yang mendukung seperti pelayanan laboratorium, radiologi, farmasi dan administrasi. Waktu tanggap dikatakan tepat waktu atau tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata standar yang ada. Menurut standar waktu ada dua kriteria terkait waktu tanggap darurat yaitu dikatakan cepat apabila < 5 menit dan dikatakan lambat apabila > 5 menit, sedangkan indikator waktu tanggap di IGD adalah ≤ 5 menit dari perawat pada penanganan pasien. (Depkes RI, 2002).
Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik pasien gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada pasien gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana. Keberhasilan waktu tanggap sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit, Moewardi (2003)
Waktu tanggap darurat pada pasien cedera kepala dapat diklasifikasikan atau dikategorikan berdasarkan kegawatan menjadi 5 yaitu: 1) Kagetori 1, resusitasi yaitu pasien memerlukan resusitasi segera, seperti pasien dengan epidural atau sub dural hematoma, CKB, 2) Kategori II pasien emergensi, seperti pasien cedera kepala di sertai tanda-tanda syok, apabila tidak dilakukan pertolongan segera akan menjadi lebih buruk, 3) Kategori III, pasien urgen, seperti cedera kepala disertai luka robek, rasa pusing, 4) Kategori IV pasien semi urgen, keadaan pasien cedera kepala dengan rasa pusing ringan, luka lecet atau luka superficial, 5) Kagetori V “false
emergency”, pasien datang bukan indikasi kegawatan menurut medis, cedera kepala tanpa keluhan fisik (Departement of Emergency Medicine, 2010).
Teori atau penelitian diatas mengatakan bahwa Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Ada beberapa tanda gejala yang terkait dengan pemenuhan oksigenasi dan hal itu juga dapat dijadikan tolak ukur apakah oksigenasi dalam tubuh adekuat apa tidak diantaranya adalah : Gelisah, Tidak mampu berkonsentrasi, Penurunan tingkat kesadaran, Pusing, Peningkatan frekuensi nadi, Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan, Peningkatan tekanan darah, Disritmia jantung, Pucat dan yang terakhir Sianosis adalah suatu perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi kebiruan akibat adanya hemoglobin yang tersaturasi di kapiler, merupakan tanda hipoksia tahap lanjut. Ada tidaknya sianosis bukan merupakan alat pengukur status oksigenasi yang dapat dipercaya. Sianosis pusat yang terlihat di lidah, palatum mole, dan konjungtiva mata, tempat aliran darah tinggi, mengindikasikan hipoksemia. Sianosis perifer, yang terlihat pada ekstremitas, bantalan kuku, dan daun telinga seringkali merupakan akibat vasokonstriksi dan aliran darah yang mengalami stagnasi.
Farhandika, Hubungan Antara Penanganan Tanggap Darurat
Page 13
gawat darurat semakin responsive sipenolong dalam hal ini adalah perawat maka akan berpengaruh pada pemulihan kesadaran dan oksigenasi, hal ini dapat dibuktikan bahwa ketika tingkat pemulihan kesadaran pada pasien cedera kepala meningkat maka kebutuhan oksigen akan semakin tecukupi di otak, ketika otak telah tercukupi oksigen maka sel-sel yang ada didalam otak tidak rusak. Waktu tanggap darurat jugaakan berpengaruh pada tingkat pemulihan oksigenasi dan pemulihan kesadaran pada pasien cedera kepala, hal ini mengacu pada semakin cepat tindakan yang dilakukan misalnya survey primer pada penanganan pasien cedera kepala yang kondisinya terjadi penurunan kesadaran maka maka resusitasi perlu segera dilakukan ketika resusitasi secara cepat dan tepat dilakukan maka suplai oksigen ke otak semakin membaik. Kecepatan penanganan terkait waktu tanggap darurat juga sangat penting jika dikaitkan dengan pertolongan pertama pada pasien gawat darurat khususnya cedera kepala Karena dalam hal ini terkait dengan organ yang paling berperan yaitu otak dalam hitungan menit saja otak kekurangan suplai oksigen maka resiko kematian akan semakin besar
Insiden cedera kepala di Eropa pada tahun 2010 adalah 500 per 100.000 populasi. Insiden cedera kepala di Inggris pada tahun 2005 adalah 400 per 100.000 pasien per tahun. Langlois et al mendapatkan bahwa lebih dari 1,1 juta orang di Amerika Serikat menderita cedera kepala setiap tahunnya. Gururaj et al pada tahun 2004 mendapatkan bahwa insiden cedera kepala di India setiap tahunnya adalah 160 per 100.000 populasi.
Glasgow coma scale (GCS) merupakan salah satu komponen yang digunakan sebagai acuan pengobatan, dan dasar pembuatan keputusan klinis umum untuk pasien cedera kepala. Cedera kepala dikelompokkan menjadi ringan, sedang dan berat berdasarkan tingkat kesadaran menurut skor GCS, cedera kepala ringan (CKR) jika GCS 14–15, cedera kepala sedang (CKS) jika GCS 9–13, dan cedera kepala berat (CKB) jika GCS 3– 8.9,10
Data tentang cedera kepala di Indonesia belum lengkap. Data dari salah satu rumah sakit di Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo
tahun 2005 terdapat 434 pasien CKR, 315 pasien CKS dan 28 pasien CKB. Data di Kalimantan Barat khususnya kota Pontianak belum tersedia, sementara itu angka kejadian cedera kepala di RSUD dr. H. Andi Abdurahman Noor tahun 2012 didapatkan 830 kasus dengan mortalitas 1,5%.
Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Salah satu indikator mutu pelayanan adalah waktu tanggap (respon time).
Dari studi pendahuluan dari 10 tenaga perawat pada bulan Desember 2014 dengan menghitung waktu pelayanan pasien gawat darurat, cedera kepala sedang dari pasien masuk pintu IGD sampai siap keluar dari IGD didapatkan rata-rata waktu tanggap darurat adalah > dari 5 menit dari 8 orang perawat yang melakukan tindakan pertolongan gawat darurat dan 2 orang perawat memerlukan waktu tanggap darurat < 5 menit waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pertolongan gawat darurat pada cedera kepala sedang. Hal ini menunjukkan masih ada masalah yang perlu dikaji secara mendalam tentang waktu tanggap darurat pada pasien cedera kepala sedang, sementara dari analisis bahwa jumlah tenaga dan kompetensi perawat itu sendiri menjadi faktor utama yang mendukung apakah waktu tanggap darurat yang diperlukan oleh seorang perawat pada pasien cedera kepala sedang harus < 5 menit. Hal ini tentunya jauh lebih lama di bandingkan dengan hasil penelitian yang hampir sama yang dilakukan di RS Dr. Soetomo Surabaya, dengan mendapatkan waktu rata-rata yaitu 4,66 menit, mulai pasien masuk sampai keluar dari ruang IGD. (Murtedjo & Mucthi, 2007).
Farhandika, Hubungan Antara Penanganan Tanggap Darurat
Page 14
dan keluarga bahwa pelayanan di IGDlambat.
Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik mengangkat masalah Hubungan Antara Penangan Tanggap Darurat dengan Pemulihan Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala di IGD Rumah Sakit Dr. H. Andi Abdurrahmannoor Kabupaten Tanah Bumbu.
METODEJenis penelitian yang dilakukan
peneliti adalah penelitian kwantitatif, non
eksperimental menggunakan metode deskriptif
observasional. Dengan menggunakan bentuk
rancangan penelitian secara cross sectional. Dengan jumlah populasi adalah 25 uji statistik
yang digunakan adalah uji Chi-Square dan Regresi Logistik. Instrumen penelitian adalah dengan lembar observasi baik itu untuk
penanganan tanggap darurat dan pemulihan
kesadaran.
HASIL
Tabel 1.
Distribusi responden berdasarkan ketepatan dalam tindakan resusitasi di IGD Rumah sakit dr. H. Andi Abdurrahmannoor Tanah Bumbu
N o
TindakanResusitasi Tepat Tidakte pat tegak lurus kebawah Katakan hitungan (1-5, 1-10, 1-15)
Tabel 1 diketahui Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 responden yang mengalami cedera kepala sedang dan kesadarannya menurun yang dilakukan tindakan resusitasi dari empat langkah sebagian besar adalah tepat.
Tabel 2
Distribusi responden berdasarkan ketepatan pertolongan Airwaydi IGD RSUD dr. H. Andi
Abdurrahamannoor Tanah Bumbu
No Tindakan
Listen&Feel
Tindakan
Tabel 2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 25 responden yang mengalami cedera
kepala sedang dan kesadarannya menurun
yang dilakukan tindakan pertolongan
Airway
sebagian besar adalah tepat adalah tindakan
buka jalan nafas yang paling besar yaitu
sejumlah 72 % .
Tabel 3
Distribusi responden berdasarkan ketepatan pertolongan Breathing di IGD RSUD dr. H.
Andi Abdurrahamannoor Tanah Bumbu
Farhandika, Hubungan Antara Penanganan Tanggap Darurat
Page 15
Tabel 3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 25 responden yang mengalami cedera
kepala sedang dan kesadarannya menurun
yang
dilakukan
tindakan
pertolongan
Breathing
sebagian besar adalah tepat dengan
tindakan pengecekan kekuatan pernafasan
yang paling banyak yaitu ada 72% responden.
Tabel 4
Distribusi responden berdasarkan ketepatan pertolongan Breathing di IGD RSUD dr. H.
Andi Abdurrahamannoor Tanah Bumbu
No Tindakan apabila terjadi perdarahan untuk diatasi dlu
perdarahannya
Jika tidak ada nadi lanjutkan resusitasi.
Distribusi responden berdasarkan ketepatan pertolongan Breathing di IGD RSUD dr. H.
Andi Abdurrahamannoor Tanah Bumbu
No Penanganan 25 responden yang mengalami cedera kepala sedang 72% yang mendapatkan penanganan tepat dan 28% mendapatkan penanganan tidak tepat.
Tabel 7
Analisis Hubungan ketepatan resusitasi dengan pemulihan kesadaran di RSUD dr. H.
Andi Abdurrahmannoor Tahun (n=25) Resusitasi Pemulihan kesadaran Jumlah P
Composmentis Samnolent
Tepat 88,2% (15) 11,8% (2) 100% (17) 0,017
Tidak tepat
Farhandika, Hubungan Antara Penanganan Tanggap Darurat
Page 16
Tabel 7 diketahui secara statistik dengan ujichi-square untuk pengetahuan dengan tingkat kepatuhan menggunakan alat pelindung diri tidak ada hubungan yang signifikan (p value 0.280 > 0.05).
Tabel 8
Analisis Hubungan ketepatan airway dengan pemulihan kesadaran di RSUD dr. H. Andi
Abdurrahmannoor (n=25)
Airway Pemulihankesadaran Jumlah P
Composmentis Samnolent
Tepat 84,2% (16) 15,8% (3) 100% (19) 0,032
Tidaktepat 33,3% (2) 66,7% (4) 100% (6)
Tabel 8
Hasil analisis hubungan antara
pertolongan Airway yang diberikan oleh
perawat pada 25 responden dengan pemulihan
kesadaran
84,2
%
pasien
mengalami
kesadaran composmentis dengan tindakan
Airway
tepat
dan
15,8
%
non
composmenstis.
Sedangkan
33,3
%
mengalami kesadaran composmentis untuk
tindakan airway yang tidak tepat dan 66,7%
samnolent. Hasil uji menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pertolongan
resusitasi dengan pemulihan kesadaran (
p
<
0,05).
Tabel 9
Analisis Hubungan antara ketepatan pertolongan breathing dengan pemulihan kesadaran di RSUD dr. H. Abdurrahmannoor
(n=25)
Breathing Pemulihan kesadaran Jumlah P
Composmentis Samnolent
Tepat 84,2% (16) 15,8% (3) 100% (19) 0,032
Tidaktepat 33,3% (2) 66,7% (4) 100% (6)
Tabel 6 Hasil analisis hubungan antara pertolongan Breathing yang diberikan oleh perawat pada 25 responden dengan pemulihan kesadaran 84,2 % pasien mengalami kesadaran composmentis dengan tindakan Breathing tepat dan 15,8 % non composmenstis. Sedangkan 33,3 % mengalami kesadaran composmentis untuk tindakan airway yang tidak tepat dan 66,7% samnolent. Hasil uji menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pertolongan
Breathing dengan pemulihan kesadaran (ƥ< 0,05).
Tabel 10
Analisis Hubungan ketepatan pertolongan circulation dengan pemulihan kesadaran di RSUDdr. H. Andi Abdurrahmannoor (n=25) Circulation Pemulihan kesadaran Jumlah P
Composmentis Samnolent
Tepat 84,2% (16) 15,8% (3) 100% (19) 0,032
Tidak tepat 33,3% (2) 66,7% (4) 100% (6)
Tabel 10 Hasil analisis hubungan antara pertolongan Circulation yang diberikan oleh perawat pada 25 responden dengan pemulihan kesadaran 84,2 % pasien mengalami kesadaran composmentis dengan tindakan Circulation tepat dan 15,8 % non composmenstis. Sedangkan 33,3 % mengalami kesadaran composmentis untuk tindakan airway yang tidak tepat dan 66,7% samnolent. Hasil uji menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pertolongan
resusitasi dengan pemulihan kesadaran (ƥ< 0,05).
Tabel 11
Analisis hubungan penanganan tanggap darurat dengan pemulihan kesadaran pada pasien cedera kepala sedang di RUSUD dr. H.
Andi Abdurrahmannoor (n=25) Penanganan
tanggap darurat
Pemulihan kesadaran Jumlah P
Composmentis Samnolent
Tepat 84,4% (15) 15,6% (4) 100% (19) 0,014
Tidak tepat 32,3% (1) 67,7% (5) 100% (6)
Tabel 11 Analisis hubungan antara penanganan
tanggap darurat denag pemulihan
kesadaran pada pasien cedera kepala
sedang bahwa penangan tanggap
darurat tepat pemulihan kesadarannya
composmentis atau sadar penuh 84,4 %
dengan penanganan tanggap darurat
tepat dan 15,6 % samnolent sedangan
32,3 kesaadaran composmentis dengan
penanganan tanggap darurat tidak tepat
dan 67,7% samnolent . P < 0,05
Farhandika, Hubungan Antara Penanganan Tanggap Darurat
Page 17
yang signifikan antara penanganantanggap darurat dengan pemulihan
kesadaran.
Tabel 12
Analisis faktor yang paling berhubungan dengan pemulihan kesadaran pada pasien cedera kepala sedang di IGD RSUDdr. H. Andi
Abdurrahmannoor (n=25)
Variabel B S.E Sig
.
Tindakanresu sitasi
-36,5 11
10976,3 25
,99 7
Tindakan Airway
-54,3 50
13281,1 96
,99 7
Tindakan Breathing
-18,5 32
7477,32 9
,99 8
Tindakan circulation
-36,3 42
10496,4 30
,99 7
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada
yang signifikan antara semua variabel dengan demikian berarti bahwa semua variabel tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena dalam penanganan tanggap darurat pertolongan resusitasi, ariway, breathing dan circulation adalah merupakan satu keasatuan utuh dalam memberikan pertolongan pada pasien dengan kondisi gawat darurat.Gambar 1.
Denah Lokasi Penelitian yang
berjarak 25 km dr lokasi peneliti.
DISKUSI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadarannya composmentis atau sadar penuh 84,4 % dengan penanganan tanggap darurat tepat dan 15,6 % samnolent sedangan 32,3 kesaadaran composmentis dengan penanganan tanggap darurat tidak tepat dan 67,7% samnolent dengan nilai p value < 0,05 dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara penanganan tanggap darurat dengan pemulihan kesadaran pada pasien cedera kepala sedang. Ketanggapan perawat merupakan faktor utama dalam memberika pertolongan pada tingkat kegawat daruratan pasien dan kemampuan memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi perawat dan kebutuhan dasar pasien harus juga terpenuhi. Apabila perawat tidak memiliki kompetensi yang cukup dalam pertolongan kondisi gawat darurat maka nyawa menjadi taruhannya oleh karenanya pada pasien dengan cedera kepala sedan ada empat komponen yang harus dilengkapi yaitu adalah kompetensi airway, breathing dan circulation. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain sehingga setiap langkah yang dilakukan dalam menolong pasien cedera kepala maka ketiga hal tersebutlah nanti yang akan diterapkan.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Nunuk Haryanto dan Agus Sudaryanto tentang perbedaan waktu tanggap darurat tindakan keperawatan pada pasien cedera kepala kategori I – V di instalasi gawat darurat RSUD DR. Muwardi dengan metode penelitian kwantitatif non eksperimental menggunakan metode deskriptif observasional dengan menggunakan bentuk rancangan penelitian secara cross sectional, dengan hasil penelitian bahwa didapatkan hasil bahwa rata-rata waktu tanggap darurat pasien cedera kepala RSUD dr. H. Andi
Abdurrahmannoor
Jl. Sepunggur Km, 25
Farhandika, Hubungan Antara Penanganan Tanggap Darurat
Page 18kategori V adalah paling cepat dengan rata-rata cepat dibandingkan dengan kategori IV, III, II dan I.