Artikel Kajian Filsafat
ϮϬϭϯ
| Arjuna Putra Aldino
Bisakah Pendidikan Bersih dari Tindakan Politik?
Dalam beberapa perbincangan terkait Pendidikan, seringkali kita mengira bahwa Pendidikan hanya sebercik kegiatan pembelajaran di kelas yang tidak punya makna apa-apa. Hanya sebatas guru mengajar di kelas dan ada murid yang diajar, serta berharap nantinya si murid bisa sukses menjadi insinyur. Jika seperti ini, Pendidikan hanya diartikan sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan yang sudah tersedia dari guru kepada siswa. Adapula yang berpandangan bahwa Pendidikan yang baik ketika siswa itu bebas, aktif, dan berkembang dengan sendirinya.Yang penting siswa itu aktif, bebas dan berkembang dengan dunianya sendiri, semua urusan selesai. Seolah-olah kita sedang memperlakukan seekor “kelinci” yang ada di laboratorium yang harus dipisahkan dari gangguan-gangguan dunia luar yang dapat menghambat proses percobaan sang Profesor. Semuanya lepas dari konteks sosio-historis. Ketika kita berbincang mengenai hubungan
Pendidikan dengan Tindakan Politik, jangan kita berspekulasi ketika mendengar kata “politik”
langsung mengarah ke proses Pemilu, Partai Politik, dan Politikus atau Anggota DPR yang korup. Tapi kita mengartikan kata “politik” secara mendalam, secara jernih dan menyeluruh.
Artikel Kajian Filsafat
ϮϬϭϯ
| Arjuna Putra Aldino
negara. Manakala ideologi terserabut dari negara, serta merta negara itupun mati tak berdaya. Nah pertanyaan saya sudahkan Kebijakan Pendidikan kita sesuai dengan Pancasila?
Kita bahas hubungan Pendidikan dan Politik lebih dalam lagi. Dalam pandangan Freire, Pendidikan merupakan Tindakan Politik. Mengapa? Karena Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari konteks sosial yang lebih luas di mana ia berada. Bahkan, disadari atau tidak, sebenarnya pendidikan merupakan ajang pertarungan antar berbagai ideologi yang membentuk realitas sosial. Karena Pendidikan dapat memproduksi dan menciptakan kehidupan publik, bisa pula sekedar beradaptasi dengan realitas sosial. Semua aktivitas pendidikan itu pada dasarnya bersifat politis dan punya konsekuensi dan kualitas politis.
Cara guru mengajar, pilihan pengetahuan yang hendak diajarkan, dan model relasi yang akan dibangun, semuanya bersifat politis, karena mereka mempunyai kontribusi membentuk realitas sosial. Pendidikan mempunyai sifat direktif yakni ketika Guru mencampuri kemampuan peserta didik untuk menciptakan, merumuskan, mengonsep dan menyelidiki. Ini merupakan Tindakan Politis. Ketika Guru mengajarkan kepada murid bahwa yang benar adalah ini, belajar hanya valid, hanya sahih dari sudut pandang ini. Serta mencoba meyakinkan dan mengarahkan kesadaran si murid bahwa hal inilah yang benar. Itu sebuah praktek Politis. Ketika Guru mencoba melunakan setiap kemungkinan sikap memberontak di pihak orang-orang yang diperlakukan tidak
adil, inipun sangat Politis. Jadi sifat “Politis” dalam praktek pendidikan adalah “Alamiah”. Praktek