Teori Belajar Behaviorisme & Penerapanya dalam
pembelajaran
Tujuan
“Dibuat untuk Memenuhi Tugas”
Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran
Penyusun
Kelompok 3 ( Tiga
)
- Diana Tri Wulandari
- Khadijah
- Rabitah
- Mardiah Lubis
Semester : IV-A PAI - Tarbiyah
Dosen Pengampu: Ahmad Fuadi, M.Pd.
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH (STAI.JM)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkat atas kehadirat Allah yang maha Esa atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Fuadi ,M.Pd mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Teori Behaviorisme & Penerapanya dalam Pembelajaran” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.
Tanjung Pura, Maret,2017
Tim Penyusun
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...ii
BAB I...1
PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Rumusan Masalah...1
C. Tujuan...1
BAB II...2
PEMBAHASAN...2
A. Pengertian dan Konsep Dasar Teori Belajar Behaviorisme...2
B. Aliran – Aliran Teori Behaviorisme...2
C. Ciri dari teori belajar behaviorisme...5
D. Prinsip dalam Teori Belajar Behaviorisme...6
E. Aplikasi Teori Behaviorisme dalam Proses Pembelajaran...8
F. Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Behaviorisme...9
BAB III...11
PENUTUP...11
A. Kesimpulan...11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku atau behavior dari peserta didik dan pendidik merupakan masalah penting dalam psikologi pendidikan. Perilaku peserta didik agar dapat menguasai dan atau memahami sesuatu, merupakan upaya diri pesert didik sesuai dengan pengertian bahwa peserta didik adalah proses pendewasaan (dari ketidak-dewasaan menjadi dewasa). Adapun pendidik berupaya agar dapat memahami atau dikuasai oeh peserta didik yang belum dewasa.
Perilaku sebelum menguasai atau memahami dibandingkan dengan perilaku sesudah menguasai atau memahami merupakann objek pengamatan dari kelompok behavioris. Perilaku dapat berupa sikap, ucapan, dan tindakan seseorang sehingga perilaku ini merupakan bagian dari psikologi dinamis.
Psikologi behaviorisme merupakan salah satu dari tiga aliran psikologi pendidikan yang tumbuh dan berkembang secara beruntun dari periode ke periode. Alam perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori belajar, dalam makalah ini akan dipaparkan lebih jelas tentang teori belajar behaviorisme.
B.Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian dan Konsep dasar teori belajar behaviorisme?
b. Siapa saja Tokoh- tokoh dan bentuk pemikirannya yang berpengaruh dalam teori belajar behaviorisme?
c. Bagaiman analisa tentang teori Behaviorisme?
d. Bagaimana aplikasi teori behaviorisme dalam proses pembelajaran? e. Apa Keunggulan dan Kelemahan Teori belajar Behaviorisme ?
C.Tujuan
b. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dan bentuk pemikirannya yang berpengaruh dalam teori belajar behaviorisme
c. Untuk mengetahui analisis tentang teori behaviorisme
d. Untuk mengetahui aplikasi teori behaviorisme dalam proses pembelajaran e. Untuk mengetahui Keunggulan dan Kelemahan Teori belajar Behaviorisme
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian dan Konsep Dasar Teori Belajar Behaviorisme
Secara etimologi, Behaviorisme berasal dati kata behavior yang artinya tingkah laku dan isme yang berarti paham atau aliran. Sedangkan secara terminologi, dimaksud Behaviorisme adalah salah satu aliran dalam psikologi yang memandang individu dari sisi fenomena jasmaniah atau perilaku nyata (overt behavior) yang ditampilkannya. Menurut teori Bahaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan membérikan pengalaman-pengalaman belajat.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya stimulasi dan respon yang dapat diamati.Karena itu, teori ini juga dinamakan teori Stjmulus-Respons (Sanjaya,2006:112). Stimulus atau ransangan adalah segala sesuatu yang dimunculkan atau diberikan guru kepada peserta didik, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan peserta didik terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.1
Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar
1Al Rasyidin dan Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan :
terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavior dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
B.Aliran – Aliran Teori Behaviorisme
Tokoh-tokoh aliran behaviorisme di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.2
1. Teori Belajar Konesioneisme
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme .
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
2. Teori Belajar Clasisical Conditioning
2 Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.3
3. Teori Belajar Systematic Behavior
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
4. Teori Belajar Contigous Conditioning
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
3 Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta,
terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).4
5. Teori Belajar Operan Conditioning
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku .
4 Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta,
Oleh karena itu, dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
C.Ciri dari teori belajar behaviorisme
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek 5
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat.
D. Prinsip dalam Teori Belajar Behaviorisme
Prinsip-prinsip teori belajar Behaviorisme yang banyak diterapkan di dunia pendidikan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Proses belajar dapat terjadi dengan baik, bila peserta didik ikut terlibat aktif di dalam nya:
2. Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya peserta didik mudah mempelajarinya dan dapat memberikan respon tertentu;
3. Tiap-tiap respons harus diberi umpan balik secara langsung supaya peserta didik dapat mengetahui apakah respons yang diberikannya telah benar; 4. Setiap kali peserta didik memberikan respons yang benar perlu diberi
penguatan (Hartley dan Davies, 1978 dalam Toeti Soekamto, 1992:23).6
Prinsip-prlnsip teori belajar behaviorieme ini telah banyak digunakan dan diterapkan dalam berbagai program pembelajaran. Misalnya mesin pengajaran, matematik atau program-program pembelajaran lain yang rnenggunakan konsep
6Al Rasyidin dan Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan :
stimulasi, respon, dan fakror penguatan. Hal seperti ini biasa diterapkan dalam pembelajaran terprogram dan pnnsip belajar tuntas. Dalam pembeiajaran terprogram, materi pelajaran disajikan bentuk unit - unit terkecil yang mudah dipelajari peserta didik, bila setiap unit selesai peserta didik akan mendapatkan umpan balik secara langsung.Sedangkan dalam belajar tuntas, materi dipecah per unit, peserta didik tidak dapat pindah ke unit berikutnya bila belum mengusai unit yang sebelumnya. Prinsip-prinsip bahaviorisme ini hingga sekarang masih dipakai dalam mengembangkan program pembelajaran berbantuan komputer atau
computer assisted instruction, program multimedia interaktif dan sebagainya.
Dalam aplikasinya teori behaviorisme tergantung kepada beberapa seperti sifat materi pelajaran, karakterlstik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Namun secara umum aplikasi teori belajar Behaviorisme dalam pembelajaran meliputi beberapa langkah:
1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional;
2. menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk meng identifikasi entry behavior siswa (pengetahuan awal siswa);
3. Menentukan materi pelajaran (pokok bahasan, topik, dansebagainya); 4. memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil (sub pokok bahasan,
sub topik dan sebagainya); 5. Menyajikan materi pelajaran;
6. Memberikan stimulus yang mungkin berupa: a. Pertanyaan (lisan atau tertulis)
b. Tes c. Latihan d. Tugas-tugas l
7. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan;
8. Memberikan penguatan (mungkin penguatan positif atau penguatan negatif
10. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan (mengevaluasi hasil be1ajar);
11. Memberikan penguatan; 12. Evluasi hasil belajar7
E.Aplikasi Teori Behaviorisme dalam Proses Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.8
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis, sehingga makna
7Ibid .hlm.23
8 Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka
yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.9
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respons sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Untuk proses tindakan atas implikasi teori behaviorisme terhadap penyelenggaraan Pendidikan disajikan pada diagram sebagai berikut :
F. Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Behaviorisme
Kelebihan Teori Behaviorisme10
a. Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
b. Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar
Sedangkan kelemahan teori behaviorisme adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning),
bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
10 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Pranada Media
b. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dalam konsep Behavior, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar.
Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain : Pavlov, Thorndike, (1911); Watson, (1963); Hull, (1943); Guthrie dan Skinner, (1968). Pandangan teori behaviorisme telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behaviorisme. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005
Rasyidin, Al dan Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran.
Medan : Perdana Publishing,2011
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Pranada Media Group, 2009