• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BUDI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BUDI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAGAIMANA MENGEMBANGKAN DAN MENERAPKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI DIADIK SERTA MENGATASI SISWABERKEBUTUHAN

KHUSUS DAN PERILAKU MENYIMPANG DALAM PEMBELAJARAN

OLEH:

Indriana Lumban Tobing

2132151002

Li Dwita Br Karo

2133151016

Siti Sarah Sitakar

2131151030

Yon Riko S Pandiangan

2131151033

Kelas : B/2013

PROGRAM PENDIDIKAN SENIRUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI

MEDAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi. Yang menjadi masalah adalah bagaimana agar proses komunikasi itu berjalan dengan efektif agar pesan yang ingin disampaikan dapat Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang dikelompokkan ke dalam 4 hal yaitu (1) proses informasi, (2) perkembangan pribadi, (3) interaksi social, (4) modifikasi tingkah laku (Usman, 2008).

(3)

(teladan) yang akan ditiru oleh siswa. Dengan demikian segalanya akan berbicara; apa yang dikatakan oleh guru dan bagaimana cara guru mengatakannya.

Komunikasi merupakan bagian esensial dalam kehidupan manusia.Kemampuan menjalin persahabatan, bergaul dengan teman sejawat, keefektifan berteman, kesuksesan studi dan berbagai interaksi social lainnya sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi. Sebaliknya, ketidakmampuan berkomunikasi mengakibatkan dampak negative seperti kegagalan membangun dan memelihara hubungan social, mengembangkan kepemimpinan organisasi, menyesuaikan diri dengan situasi baru, dan interaksi dengan orang lain yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda.

Interaksi guru dengan siswa akan terbangun dengan sempurna jika ditunjang oleh komunikasi yang harmonis diantara keduanya. Salah satu keterampilan komunikasi yang berperan dalam proses belajar mengajar adalah keterampilan komunikasi diadik.. Kemampuan berkomunikasi, digabungkan dengan rancangan pengajaran yang efektif, akan memberikan pengalaman belajar yang dinamis bagi siswa.

Komunikasi merupakan bagian esensial dalam kehidupan manusia.Kemampuan menjalin persahabatan, bergaul dengan teman sejawat, keefektifan berteman, kesuksesan studi dan berbagai interaksi social lainnya sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi. Sebaliknya, ketidakmampuan berkomunikasi mengakibatkan dampak negative seperti kegagalan membangun dan memelihara hubungan social, mengembangkan kepemimpinan organisasi, menyesuaikan diri dengan situasi baru, dan interaksi dengan orang lain yang berasal dari latar belakang budaya

yangberbeda.

(4)

Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya.Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik pada setiap siswa, guru terlebih dahulu melakukan skrining atau assessment agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri peserta didik yang bersangkutan. Tujuannya agar saat memprogramkan pembelajaran, sudah dipikirkan mengenai: Intervensi pembelajaran yang diangap cocok.assement disini adalah kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap peserta didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan social, pengamatan yang sensitive.

Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhailan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah pendewasaan.Kemampuan guru semacm itu merupakan kemahran seorang guru dalam menyelaraskan keberadaannya dengan kurikulum yang ada kemudian diramu menjadi sebuah program pembelajaran individual.

Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang disiapkan oleh para guru disekolah, ditunjukan agar peserta didik mampu untuk berinteraksi terhadap lingkungan social.Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan diri peserta didik yang paling dominan dan disarkan kepada kurikulum berbagai kompetisi.

(5)

1.2. RUMUSAN MASLAH

1. Apakah pengertian komunikasi diadik?

2. Apakah peranan komunikasi diadik dalam pembelajaran?

3. Bagaimana cara mengembangkan dan menerapkan keterampilan dan komunikasi diadik dalam pembelajaran?

4. Bagaimana cara mengatasi siswa berkebutuhan khusus dan perilaku menyimpang dalam pembelajaran?

1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi diadik dan manfaatnya bagi pembelajaran

2. Untuk mengetahui peranan komunikasi diadik dalam pembelajaran

Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan dan menerapkan keterampilan komunikasi diadik dalam pembelajaran.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Komunikasi Diadik

Komunikasi diadik disebut juga (two way communication) adalah proses komunikasi yang terjadi secara dua arah antara satu orang dengan satu atau dua orang lainnya yang saling berhadapan langsung (face to face). Dengan kata lain hal ini merupakan bentuk khusus komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang hanya melibatkan dua individu,misalnya suami- istri, dua sejawat, guru-murid. Perlu diingat komunikasi diadik hanya dilakukan oleh dua orang yang saling bergantian menjadi komunikator ataupun komunikan.

Ada tiga bentuk dalam komunikasi diadik ini, yaitu “percakapan, dialog dan wawancara”.Baik percakapan, dialog maupun wawancara memiliki karakteristik masing-masing.“Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih personal. Sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni ada pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab”.

Komunikasi diadik ini memiliki ciri-ciri.Steward L. Tubbs dan Silvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005) menjelaskan dua ciri komunikasi diadik.“Pertama, peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat.Kedua, peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal”.Karena jarak yang dekat ini, maka komunikator mengirimkan pesan secara spontan dan komunikan menerima atau merespons pesan tersebut dengan secara spontan pula.

Ciri-ciri komunikasi diadik adalah pihak- pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerimapesan secara langsung dan simultan. Ciri-ciri komunikasi diadik termasuk adalah sebagai berikut ini:

a) Komunikasi dilakukan antara dua orang atau tiga orang.

(7)

pesan atau yang pertama-tama menyampaikan pesan (message) sebab dialah yang memulai komunikasi dan mempunyai tujuan.

d) Efek komunikasi dapat terlihat langsung, baik secara verbal (dengan ucapan mengiyakan/ menjawab) maupun secara non-verbal (dengan bahasa tubuh/kinesik dan isyarat).

Bahasa tubuh atau kinesik meliputi :

1. Gestures (gerak-gerik), missal gerak sering membetulkan posisi duduk tanda dari gelisah.

2. Postures(sikap tubuh), missal di Indonesia dikenal:

 Membusungkan dada tandanya sombong.

 Menundukan kepala tandanya merendah.

 Berdiri tegak tandanya berani.

 Bertopang dagu tandanya bersedih.

 Menadahkan tangan tandanya bermohon, dan sebagainya.

3. Facial expressions (ekspresi muka), misalnya :

 Muka kaku disertai mata terbelalak tanda dari takut.

 Muka ditekan disertai mata dikerutkan ke depan tanda dari muak.

 Muka rileks disertai senyum tanda dari bahagia.

 Muka kencang disertai mata melotot tanda dari marah.

4.Symbolic clothing (pakaian simbolik), misalnya warna pakaian serba hitam tandanya berkabung

duka.Keberhasilan komunikasi diadik adalah dalam prosesnya si komunikator harus berupaya menyamakan field of reference dan frame of reference dari komunikan, disamping itu kedua pihak harus mempunyai emphaty.

2.2. Komunikasi Diadik dalam Proses Belajar Mengajar

Sebagaimana diketahui bahwa keterampilan komunikasi merupakan suatu hasil belajar dan memerlukan penyesuaian diri.Oleh karena itu, proses belajar mengajar yang efektif menuntut keterampilan komunikasi diadik yang efektif pula.Adapun tehnik yang mendukung efektivitas komunikasi dapat dicermati dari unsure-unsur komunikasi (pengirim, penerima, saluran komunikasi, kemampuan personal, faktor social dan situasional).

(8)

parapharasing, keterampilan mengidentifikasi perasaan, keterampilan merefleksikan perasaan, dan keterampilan konfrontasi (Thalib,2008).

Seorang guru adalah salah satu faktor paling berarti dan berpengaruh dalam kesuksesan siswa sebagai pelajar.Tindakan yang paling ampuh yang dapat dilakukan oleh guru untuk siswa adalah memberikan teladan tentang makna menjadi seorang pelajar. Keteladanan, kongruensi, kesiapsiagaan guru akan memberdayakan dan mengilhami siswa untuk membebaskan potensi mereka sebagai pelajar.

Guru adalah model yang akan ditiru oleh siswa. Untuk itu perlu komunikasi yang sama dan sebangun dengan siswa. Apapun yang dikatakan oleh guru, bagaimana cara mengatakannya akan sangat berpengaruh terhadap cara siswa menerima pelajaran.

Otak memiliki tiga jalan tol utama, atau modalitas untuk memproses rangsangan yang datang dari luar dan dari dalam setiap individu.Ketiga modalitas ini-visual, auditorial dan kinestik- merupakan saluran komunikasi yang membantu guru dan siswa memahami dunia. Ketika hubungan antara apa yang dikatakan dan caranya menghadirkan dunia secara internal, maka harus diperhatikan bagaimana pola bicara. Menggunakan kata dan frase yang cocok untuk setiap modalitas akan memperkuat daya penerimaan siswa (DePorter, 2007)

Secara harfiah, berbicara kepada modalitas belajar yang paling mendukung jenis pemikiran yang ingin diciptakan. Sebagai contoh, penggunaan kata (1) Bayangkanlah: seekor gajah merah muda yang memakai bikini berfose tersenyum di dekat bangku taman. Kata “bayangkan” memberi tanda kepada otak untuk menggunakan modal visual, (2) Dengarkan bagaimana frase ini berbunyi benar. Kata-kata dengarkan dan berbunyi benar memberikan isyarat kepada modalitas auditorial, (3) Rasakan hal berikutnya sambil menangkap penerapannya:”Rasakan” dan “menangkap” menarik modal kinestik.

Menurut (DePorter, 2007), ada Empat Prinsip Ampuh Dalam Berkomunikasi di Kelas yakni:

1) Munculkan kesan

Dalam mengungkapkan ide dengan tepat, maka pemilihan kata sangatlah menentukan hasil yang diinginkan.Memanfaatkan kemampuan otak untuk menyediakan asosiasi yang kaya dengan menyusun perkataan agar timbul citra yang dapat memacu belajar siswa.

(9)

Kesan apa yang ditimbulkannya? Kesulitan, kebosanan, bahaya, kegagalan. “Bagian ini paling menantang. Simaklah baik-baik, supaya kalian memahaminya”

Dalam benak siswa, akan tercipta kesan atau citra yang berada dalam benak gurunya. Jadi guru harus secara sadar memilih perkataan yang menimbulkan asosiasi positif, memacu pembelajaran, dan meningkatkan komunikasi.

2) Arahkan Fokus

Sama dengan prinsip pertama, prinsip arahkan focus memanfaatkan kemampuan otak yang mampu memilih dari banyaknya input indrawi, dan memusatkan perhatian otak. Ilmuawan memperkirakan bahwa otak menerima lebih dari 10.000 pecahan informasi setiap detik saat terjaga.Setelah masuk otak, informasi indrawi diproses pada tingkat sadar atau tidak sadar. “Ingatlah dari pelajaran kemarin, dua unsure dalam garam dan hafalkan symbol-simbolnya. Bersiaplah untuk menyebutkan symbol-simbol itu jika Ibu menunjuk kalian”

3) Inklusif

Inklusif merupakan penggunaan bahasa yang bersifat mengajak. Penggunaan kata-kata seperti: Bapak ingin, Kalian harus, Ibu minta dan lain sebagainya sebaiknya dihindari karena akan menimbulkan asosiasi negative pada siswa. Sebaiknya menggunakan kata-kata seperti: “Mari kita …., Sudah waktunya mengumpulkan tugas”. Perubahan sederhana dalam kata-kata dapat meningkatkan hubungan kerjasama yang menyeluruh, sehingga setiap siswa merasa diajak. 4) Spesifik

Seringnya terjadi salah komunikasi akibat generalisasi. Generalisasi memungkinkan orang lain mengisi kekosongan dengan pemahamannya sendiri. Semakin spesifik permintaannya, semakin besar orang akan melakukan sesuai yang diinginkan. Guru sebaiknya tidak sering berbicara terlalu banyak., menjelaskan konsep secara berlebihan, mengulang petunjuk, memperpanjang jawaban sehingga memperlemah dampak perkataan mereka. Salah satu cara menghindari jebakan itu adalah dengan menggunakan

pernyataan yang memberi petunjuk dengan kata kerja. Seperti ambillah, gambarlah, tulislah, dan lain-lain..

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Diadik

(10)

indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.

Secara umum faktor-faktor penentu komunikasi diadik, sebagaimana terungkap dalam urainan tentang proses komunikasi, dapat dibedakan atas: 1) faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari individu baik pengirim maupun penerima pesan, 2) faktor eksternal atau faktor yang bersumber dari luar yang mempengaruhi komunikasi diadik (Thalib,2008).

Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antar pribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.

Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: Percaya, sikap suportifdan sikap terbuka.

2.4. Hambatan Dalam Komunikasi Diadik

Dalam hal ini yang menjadi permasalahan adalah yang menjadi komunikan dari aspek komunikasi ini adalah seseorang siswa. Hal inilah yang menjadi hambatan dalam proses berkomunikasi yang dilakukan oleh guru ke siswa. Dalam proses komunikasi interpersonal, komunikator akan bisa mendapatkan respon dari pesan yang ia sampaikan ke komunikan. Namun belum tentu respon ini akan dirasakan dan dibalikan kembali oleh komunikan ke komunikator.

Gangguan inilah yang menjadi penghambat dalam proses komunikasi antara guru dan siswa. Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu proses komunikasi tersebut. Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.

Jenis-jenis hambatan dalam proses komunikasi menurut Thalib (2008) adalah: 1. Hambatan Fisik

(11)

2. Hambatan Semantik

Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima

3. Hambatan Psikologis

Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.

2.5 Siswa berkebutuhan Khusus

Sebelum di bahas tentanghakekat anak autistik sebagai bagian integral dari anak yang berkebutuhan khusus yang juga secara umum dikenal oleh masyarakat sebagai anak luar biasa ,maka terlebih dahulu dibahas tentang hakekat anak luar biasa . Dalam percakapan sehari hari , orang yang dijuluki sebagai “orang luar biasa “ ialah mereka yang memiliki kelebihan yan luar biasa , misalnya orang yang terkenal memiliki kemampuan intelektuaL yang luar biasa , memiliki kreatifitas yang tinggi dalam melahirkan suatu temuan temuan yang luar biasa dibidaang IPTEKS , religius,dan bidang bidang kehidupan lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat , dan orang yang mencapai prestasi yang menghebohkan dan spektakuler , misalnya orang yang berhasil menaklukan gunung tertinggi di dunia dan sebagainya .

Dalam dunia pendidikan , kata luar biasa juga merupakan julukan atau sebutan bagi mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan penyimpagan yang tidak di alami oleh orang normal pada umumnya . Kelainan , atau kekurangan yang dimiliki kekurangan oleh mereka yang disebut luar biasa dapat berupa kelainan dalam segi fisik , psikis , sosisal , dan moral .

(12)

masyarakatnya .Contoh golongan orang yang menderita kelainan moral ialah mereka yang menyandang sebagai anak yang tunalaras .

Pengertian “ luar biasa “ dalam dunia pendidikan mempunyai ruang lingkup pengertian yang lebih luas daripada pengertian “ berkelainan atau cacat “ dalam percakapan sehari hari . dalam dunia pendidikan istilah luar biasa mengandung arti ganda , yaitu mereka yang menyimpang ke atas karena mereka memiliki kemampuan yang luar biasa dibanding dengan orang normal pada mereka yang mnyimpangumumnya dan mereka yang mnyimpang ke bawah , yaitu mereka yang menderita kelainan atau ketunaan dan kekurangan yang tidak di derita oleh orang normal pada umumnya .

Contoh orang yang menyimpang ke atas dari segi kemampuan intelektual ( otak ) , misalnya professor B.J Habibie karna dia memiliki inteligensi di atas orang normal dan kemampuan intelektual dibidang “ aerodinamika “ yang berkelas dunia sehingga beliau di juluki sebgai orang yang jenius di bidangnya , sedangkan contoh orang yang menyimpang ke bawah ialah mkisalnya orang yang memiliki inteligensi di bawah rata rata degan gejala prilaku , yaitu lamban dalam belajar dan sulit dalam belajar .

Anak berkebutuhan khusus (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna (Hallahan dan Kauffman, 1986). Anak luar biasa, juga dapat di definisikan sebagai anak yang berkebutuhan khusus.Anak luar biasa di sebut sebagai anak berkebutuhan khusus, karena dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.

Jenis-jenis layanan tersebut di berikan secara khusus kepada anak yang berkebutuhan khusus oleh pihak yang berkompeten pada setiap jenis layanan itu. Adapun yang termasuk pihak-pihak yang berkompeten dalam memberikan layanan pendidikan, sosial, yang berijazah pendidikan luar biasa, pekerja sosial, konselor/petugas bimbingan konseling, dan ahli lain yang relevan dengan jenis layanan yang di berikan kepada anak luar biasa.

(13)

Kata program berasal dari Bahasa Inggris, yaitu Programe yang mengandung arti rencana atau rencana kegiatan. Dengan mengacu pada arti kata program yang berarti rencana, maka program pendidikan untuk berkebutuhan khusus dalam tulisan ini diartikan sebagai rencana kegiatan pendidikan yang akan diberikan kepada anak berkabutuhan khusus di sekolah-sekolah khusus dan di sekolah-sekolah regular yang menerapkan system pendidikan. Program pendidikan yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan mereka ialah program pedidikan individual yang biasa disingkat “PPI”.

Program pengembangan pendidikan individual (PPI) untuk anak yang berkebutuhan khusus dikembangkan dengan melalui berbagai proses atau tahap-tahap pengembangan dan pelaksanaan program pengembangan pendidikan individual, yaitu mencakup tahap: penjaringan dan identifikasi peserta didik yang berkelainan dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, melakukan rujukan ke tim pendidikan khusus, melakukan pertemuan tim, malakukan asesmen, melakukan pertemuan tim asesmen, menyusun program pendidikan individual (PPI), melaksanakan program pendidikan individual, dan evaluasi pelaksanaan program pendidikan individual (Depdiknas,tahun 2003 ). ( halaman 30 )

Pada tahap penjaringan dan identifikasi yang perlu dilakukan oleh semua satuan pendidikan khusus ialah menemukan atau menjaring semua peserta didik yang berkebutuhan khusus yang berhak memperoleh pendidika khusus. Program penjaringan umumya menccakup program tes hasil belajar atau tes kelompok yang lain, penyebaran angket kepada guru-guru untuk mengidentifikasi peserta didik yang menunjukkan gejala-gejala yang bermasalah. Program kampanye kepedulian bertujuan untuk memeberikan informasi kepada masyarakat tentang tersedianya berbagai layanan kepada penyandang kalainan.

(14)

lainnya agar anak berkebutuhan khusus yang belum terjangkau pendidikan dapat diidentifikasi. Tahap rujukan ke Tim Pendidikan Khusus sebagai tahap pengembangan dan pelakasanaan program pendidikan program pendidkan individual (PPI), dimaksudkan yaitu setiap peserta didik yang diketahui menunjukkan tanda-tanda bermasalah akan dirurjuk kepada Tim Pendidikan Khusus. Masalah-masalah yang dialami oleh peserta didik sehingga perlu dirujuk ialah karena peserta didik tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas sekolah, kesulitan bergaul dengan teman, kemampuan membaca yang rendah, tidak mampu memusatkan perhatian, prestasi belajar yang dicapai jauh dibawah teman-teman sekelasnya, dank arena anak mengalami gangguan mobilitas karena kondisi fisik , dan sebagainya.

Tahap pertemuan Tim Rujukan dalam pengembangan pelaksanaan program pendidikan individual (PPI) bertujuan memeprtemukan semua tenaga profesi yang pernah atau sedang menangani peserta didik yang dirurjuk sehingga informasi tentang peserta didik yang bersnagkutan dapat diperoleh dengan lengkap.

Program pendidikan individual (PPI) yang telah disusun secara resmi lalu dilaksanakan kepada peserta didik yang berkebutuhan dalam proses pembelajaran dikelas. Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program pendidikan individual ini, maka perlu dilakuakn kegiatan evaluasi pelaksanaan program ini secara teratur dan kontinyu.

2.5.2 Kurikulum Pendidikan Untuk Anak yang Berkebutuhan Khusus

(15)

Setiap satuan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didiknya harus berpengangan pada kurikulum terbari yang berlaku, seperti sekarang ini di tahun 2016 kurikulum yang berlaku adalah kurikulum berbasis kompetensi (KBK).Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan khusus untuk anak yang berkebutuhan khusus dewasa ini adalah juga harus mengacu kepada kurikulum yang berbasis kompetensi yang disebut sebagai “Kurikulum2004”. (Halaman 32)

Dalam penyelenggaraan pendidikan khusu yang berdasar kepada kurikulum berbasis kompetensi tersebut hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik dari masing-masing jenis peserta didik yang berkebutuhan khusus. Selain itu, faktor pemilihan dan penentuan metode pembelajaran, dan hal lain yang terkait dengan pembelajaran di sekolah oleh pihak guru, haruslah bermuara kepada pencapaian targer kurikulum yang berbasis kompetensi tersebut.

Satuan pendidikan tertentu yang menyelenggarakan pendidikan inklusif sebagai sistem pendidikan khusus yang akan diberlakukan secara nasional juga akan menggunakan kurikulum yang berbasis kompetensi. Namun perlu diingat bahwa pelaksanaan atas penerapan kurikulum yang berbasis kompetensi tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan dan berkebutuhan khusus bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus di berbagai jenjang pendidikan, yaitu mulai dari jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah-sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).

(16)

perubahan kemajuan peserta didik yang disusun oleh sebuah tim dari berbagai profesi dan kelainan yang terkait dengan kebutuhan pendidikan anak yang berkebutuhan khusus.

Ada bebrapa hal ynag perlu diperhatikan oleh pihak guru dan pihak terkait lainnya sebelum marancang dan menyusun program pendidikan atau pengajaran individual (PPI), yaitu perlu dipahami tentang: (1) pengertian peserta didik yang berkelainan dan atau peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, karakteristik, dan (3) tingkat kecerdasan peserta didik yang berkebutuhan khusus (Direktorat PLB Ditjendikdasmen Depdiknas, 2003).

Peserta didik yang berkelainan (sekarang disebut sebagai peserta didik yang berkebutuhan khusus) adalah peserta didik yang secara signifikan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena mengalami kelainan fisik, mental, intelektual, emosional, atau sosial, sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang bersifat khusus. Peserta didik dapat diajar dan dididik di sekolah-sekolah luar biasa dan di sekolah-sekolah biasa yang menerapkan sistem pendidikan inklusi.

Untuk keperluan pendidikan inklusi (sistem pendidika untuk anak luat biasa yang diselenggrakan di sekolah biasa bersama dengan anak normal yang diajar oleh guru sekolah biasa dengan kerjasama dengan guru pembimbing khusus), maka peserta didik yang termasuk berkelainan dan berkebutuhan khusus ialah peserta didik yang mengalami tunanetra atau gangguan penglihatan, tunarungu atau gangguan pendengaran, tunawicara atau gangguan komunikasi, tunagrahita atau gangguan kecerdasan, tunadaksa atau gangguan fisik dan kesehatan, tunalaras atau gangguan emosi dan perilaku, anak yang berkesulitan belajar, anak yang lamban belajar, anak autistik, anak dengan gangguan motorik, anak yang korban penyalahgunaan narkoba, dan gabungan dari dua atau lebih jenis-jenis ank berkelainan di atas (Direktorat PLB Ditjendikdasamen Depdiknas, 2003).

(17)

dengan kreativitas yang luar biasa, (3) peserta didik dengan bakat seni atau olahraga yang luar biasa, dan (4) gabungan dari dua atau lebih jenis-jenis di atas. Setiap peserta didik yang berkebutuhan khusus yang memiliki kelaiana ataupun yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat yang istimewa memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.Perbedaan karakteristik ini juga menggambarkan adanya perbedaan kabutuhan layanan pendidikan bagi setiap peserta didik yang berkebutuhan khusus.

Tim pengembang program pendidikan atau pengajaran individual (PPI) terlebuh dahulu erlu mengetahui tentan g kebutuhan khusus setiap peserta didik yang berkebutuhan khusus tersebut, baik yang berkaitan dengan kemampuan maupun ketidakmampuan peserta didik yang berkebutuhan khusus tersebut individual.Untuk keperluan pengembangan program pendidikan untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus, kebutuhan khusus peserta didik perlu diidentifikasi terlebih dahulu malalui pengenalan karakteristik yang menonjol.

Identifikasi karakteristik dan cara mengidentifikasi kebutuhan khusus setiap peserta didik yang berkelainan (sekarang disebut peserta didik yang berkebutuhan khusus) dan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa perlu diketahui oleh para calon guru dan guru pendidikan khusus dan pihak yang terkait dengan progaram pengajaran individual untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus.

Tingkat kecerdasan dari peserta didik yang berkebutuhan khusu sebagai salah satu faktor yang perlu diperhatikan sebelum merancang dan menyusun program pendidikan individual, harus benar-benar diketahui dan dipahami oleh para pengembangan program pendidikan individual. Dari segi tingkat kecerdasan peserta didik yang membutuhkan layanan pendidikan khusus melalui layanan program pendidikan individual, maka peserta didik yang berkebutuhan khusus tersebut dikelompokan menjadi tiga kelompok tingkatan kecerdasan, yaitu peserta didik yang berkecerdasan di bawah normal atau rata-rata, peserta didik yang berkecerdasan normal atau rata-rata, dan peserta didik yang berkecerdasan di atas normal atau di atas rata-rata.

(18)

pendidikan untuk mereka. Dengan mengacuk kepada tujuan kurikulum, maka seorang guru akan dapat mengembangkan program pendidikan individual (PPI) yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, dan batas kemampuan yang dimiliki.

2.6.Perilaku Menyimpang

Sikap disiplin yang dilakukan oleh peserta didik pada awalnya adalah suatu tindakan untuk memenuhi atau mematuhi nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu yang perlu ditanamkan oleh para guru adalah menanamkan prinsip-prinsip disiplin kelas yang mengacu pada nilai-nilai yang berlaku. Nilai-nilai tersebut biasanya tersurat dalam peraturan tata tertib sekolah maupun kelas yang harus dipedomani oleh warga sekolah atau kelas. Disiplin dapat juga dikatakan sebagai alat pendidikan bagi anak, sebab dengan disiplin anak dapat membentuk sikap teratur dan mentaati norma aturan yang ada. Untuk itu disiplin sudah bisa dibiasakan dalam kehidupan anak sejak usia dini.

Dalam hal ini guru dan orang tua dapat menjadi model, pembimbing dan pengarah anak dalam berperilaku yang baik yang diterimalingkungannya. Pada awalnya disiplin memang dirasakan sebagai suatu aturan yang mengekang kebebasan anak. Akan tetapi bila aturan tersebut dirasakan sebagai suatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebahagiaan diri anak dankebaikan bersama, maka lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju kearah disiplin diri sendiri (self discipline}. Artinya disiplin tidak lagimerupakan suatu yang datang dari luar dirinya yang memberikan keterbatasan tertentu. Dalam hal ini disiplin telah merupakan suatu aturan yang datang dari dalam diri sebagai suatu aturan tentang suatu hal yang wajar dilakukan anak dalamkehidupan sehari-hari.

Kelas yang sehat bila kelas tersebut mempunyai aturan dan tata tertib, yang harus selalu dicontohkan oleh gurunya setiap saat agar murid dapat melaksanakannya secara terus menerus. Peraturan dan tatatertib merupakan alat untuk mengatur perilaku yang diharapkan dari murid

Peraturan merujuk pada standar yang sifatnya umum yang harus dipatuhi oleh murid, misalnya : murid harus mendengarkan dengan baik apa yang dioerintahkan oleh gurunya, menulis jawaban pertanyaan guru jika guru telah memerintahkannya, memberi jawaban jika guru menunjuknya. Tata tertib menunjuk pada standar untuk aktivitas khusus misal, murid harus berpakaian seragam ke sekolah, mengikuti upacara bendera, peminjaman buku perpustakaan.

(19)

Suatu asumsi menyatakan bahwa semua tingkah laku individu adalah merupakan upaya untuk mencapai tujuan yaitu pemenuhan kebutuhan, pengenalan kebutuhan murid dengan baik merupakan andil yang besar untuk mengendalikan disiplin sebagaimana Maslow menggambarkan teori “hirarchi kebutuhan manusia” yang digambarkan dalam bentuk pramida kebutuhan manusia sebagai berikut : secara berurutan manusia menghendaki tercapainya semua kebutuhan tersebut yang diperoleh dengan cara wajar, umum sesuai dipenuhi melalui cara-cara yang sudah biasa dalam masyarakat maka akan terjadi ketidak seimbangan pada diri individu, dan yang bersangkutan akan berusaha untuk mencapainya dengan cara-cara lain yang sering kurang diterima oleh masyarakat. Dengan logika seperti itu mungkin pelanggaran disiplin sekolah bersumber pada lingkungan sekolah yang tidak memberi pemenuhan terhadap semua kebutuhan peserta didik khususnya, hal tersebut diakibatkan karena:

a. Tipe kepemimpinan guru yang otoriter yang memaksakan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan peserta didik, perlakuan seperti itu mngakibatkan murid pura-pura patuh, apatis atau sebaliknya, hal tersebut menjadikan murid agresif, murid memberontak terhadap perlakuan yang tidak manusiawi

b. Pengebirian akan hak-hak kelompok atau individu peserta didik, perlakuan tersebut akan menjadikan frustrasi bagi peserta didik, pada hal disisi lain murid berhakuntuk turut menentukan rencana masa depannya dibawah bimbingan guru.

c. Guru kurang memperhatikan kelompok minoritas baik yang ada dibawah maupun yang ada di atas rerata dalam berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan sekolah.

d. Guru kurang melibatkan dan mengikut sertakan peserta didik bertanggung jawab terhadap kemajuan sekolah/kelas sesuai dengan kemampuannya.

e. Guru kurang memperhatikan latar belakang kehidupan peserta didik dalam keluarga ke dalam subsistem kehidupan sekolah.

f. Guru kurang mengadakan kerjasama dengan orang tua peserta didik dan saling melepas tanggung jawab.

(20)

dan yang perlu dijamin adalah (1),hak menyelesaikan pendidikan sebaik-baiknya, (2) hak persamaan kedudukan atau kebebasan dari diskriminasi dalam kelompok, (3) hak berekspresi secara pribadi, (4) hak keleluasaan pribadi, dan (5) hak menyelesaikan (studi) secara cepat (Me Neil dan Wiler, 1990).

Hak tersebut adalah merupakan hak yang bersifat umum yang dimiliki oleh murid, sehubungan dengan hal terseut guru harus mampu menerapkan praktek disiplin yang bersumber dari aturan sekolah atau yang bersumber dari aturan-aturan yang bersumber darihukum yang telah dijadikan landasan disiplin pada sekolah tersebut, sehubungan dengan hal tersebut perlu ada garis sinkronisasi antara disiplin yang seharusnya ditegakkan dengan mempertimbangkan peraturan yang dibuat.

Kebutuhan murid adalah merupakan factor yang relevan dalam menentukan berbagai macam disiplin kelas misalnya, anak yang membuthkan perhatian khusus dari guru karena lamban berfikir dalam belajar, anak yang kurang dalam pembelajaran tertentu dan sebagainya, masalah hak dan kebutuhan tersebut akan terlihat bagaimana guru memenuhinya agar tidak terjadi pelanggaran disiplin misalnya anak yang sukar belajar matematika jika tidak diperhatikan oleh gurunya maka ia akan membuat gaduh kelas mengganggu teman sebangkunya

Mengingat banyaknya kebutuhan murid yang bervariasi antara murid yang satu dengan yang lainnya guru perlu mempertimbangkan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan perkembangan murid yang diajar dan latar belakang social ekonomi. Guru harus lebih cerdas mempertimbangkan antara hubungan disiplin dengan motivasi individu setiap murid dengan program disiplin yang dibuat. Untuk menegakkan seperangkat ketentuan disiplin sekolah guru harus mengkomunikasikan bagaimana agar murid dapat bertingkah laku baik berdasar norma yang telah ditetapkan di sekolah.jika ada murid yang melanggar disiplin misalnya murid yang selalu melawan, murid yang sering berkelahi, murid yang sering mengganggu temannya, dan lain sebagainya, jika terjadi hal seperti itu maka guru akan segera mengambil tindakan preventif

2.6.2 Upaya Menegakan Disiplin Kelas

(21)

1) Pihak Guru

Disiplin banyak bergantung pada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai kewibawaan sehingga disegani oleh siswanya. Ia tidak akan mengalami kesulitan dalam menciptaka suasana disiplin dalam kelasnya walaupun tanpa menggunakan tindakan atau hukuman yang ketat. Adapula guru yang tampaknya tidak mempunyai kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga tidak disegani siswanya sekalipun ia menggunakan hukuman dan tindakan yang keras. Akhirnya hukuman dan tindakan tidak efektif. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:

 Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa untuk patuh terhadap segala sesuatu yang diperintahkan, karena sikap guru yang otoroter membuat suasan kelas menjadi tegang dan sering diliputi rasa takut.

 Guru harus percaya diri bahwa ia mampu menegakan disiplin bagi dirinya dan siswanya. Jangan tunjukan kelemahan dan kekurangannya pada siswa sebab pada dasarnya siswa perlu perlindungan dan rasa aman dari gurunya.

 Guru jangan memberikan janji-janji yang tidak mungkin dapat ditepati. Juga tidak memaksa siswa bebrjanji untuk memperbaiki perilakunya seketika sebab mengubah perilaku tidak mudah, memerlukan waktu dan bimbingan.

 Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan terlampau bersahabat erat sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya. Akibatnya siswa menanggap guru sebagai teman dekat, sehingga cenderung akan hilang kewibawaanya.

2) Pihak siswa

Peranan siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah pentingnya, karena factor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek dalam pembelajaran. Oleh karena itu siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk turut serta mewujudkan disiplin di kelasnya.

Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disipilin dalam kealas, anatara lain:

 Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta menciptakan suasana disiplin didalam kelas.

(22)

 Siswa hendaknya bertindak sebagai pengontrol atau pengawas dirinya sendiri tanpa harus diawasi oleh orang lain.

 Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harus berjanji pada dirinya sndiri untuk tidak mengulanginya.

3) Pihak Orang tua

Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin putra-putrinya dirumah, akan sangat membantu penegakan disiplin kelas. Karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam rangka turut menegakan disiplin, antara lain:

 Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus dilaksanakan putra putrinya ketika disekolah.

 Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra putrinya dengan cara turut serta mengawasinya.

 Orang tua hendaknya turut berbicara dan turut membina putra putrinya apabila ia melanggar tata tertib atau aturan sekolah.

2.7 FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYIMPANG

Menurut Kartini Kartono (1998), perilaku menyimpang adalah perilaku jahat (dursila), atau kejahatan atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangakan tingkah laku yang menyimpang.

Kartini Kartono (1998) membagi faktor penyebab perilaku kenakalan menjadi dua bagian sebagai berikut:

a. FAKTOR INTERNAL

Perilaku menyimpang pada dasarnya merupakan kegagalan sistem pengontrol diri anak terhadap dorongan-dorongan instingtifnya, mereka tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan instingtifnya dan menyalurkan kedalam perbuatan yang bermanfaat.

b. FAKTOR EKSTERNAL

(23)

 Faktor keluarga, keluarga merupakan wadah pembentukan peribadi anggota keluarga terutama bagi remaja yang sedang dalam masa peralihan, tetapi apabila pendidikan dalam keluarga itu gagal akan terbentuk seorang anak yang cenderung berperilaku delinkuen, semisal kondisi disharmoni keluarga (broken home), overproteksi dari orang tua, rejected child, dll.

 Faktor lingkungan sekolah, lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan, semisal: kurikulum yang tidak jelas, guru yang kurang memahawi kejiwaan remaja dan sarana sekolah yang kurang memadai sering menyebabkan munculnya perilaku kenakalan pada remaja.

 Faktor lingkungan, lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan anak. Lingkungan adakalanya dihuni oleh orang dewasa serta anak-anak muda kriminal dan anti-sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi emosional buruk pada anak-anak puber dan adolesen yang masih labil jiwanya. Dengan begitu anak-anak-anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola kriminal, asusila dan anti-sosial.

 Kemiskinan di kota-kota besar, gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam dan lain-lain (Graham, 1983).

Brown dan Brown mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang tidak disiplin, sebagai berikut :

a. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru

b. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.

c. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.

d. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.

Selanjutnya, Brown dan Brown mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :

(24)

b. Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.

c. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.

d. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.

e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.

Referensi

Dokumen terkait

Seksi Pengembangan Benih Padi mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pengembangan benih padi, meliputi pengumpulan dan pengolahan data, melaksanakan budidaya dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk- bentuk komunikasi yang dilakukan pedagang pakaian bekas dalam proses komunikasi dengan pembeli, untuk mengetahui

The proof for horizontal slices is easy: at the bottom of the cube (finest detail, largest scale) the input was already a valid planar partition, every generalization operation

Dalam hal ini penulis menetapkan Fotoraya sebagai objek penelitian untuk peramalan penghasilan, dimana metode Forecasting (peramalan ) penghasilan yang akan digunakan adalah

Biodata Semiloka dan Lokakarya Nasional Tahun 2013 Forum Komunikasi Jurusan/Prodi Pendidikan Luar Sekolah Hotel Pelangi Malang,

Sehubungan dengan penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga), dan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga untuk penawaran paket

Puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan kasih-Nya maka penelitian tugas akhir yang berjudul

Strengthening Study Program A Strengthening Study Program B Strengthening Study Program C Outreach Program Capacity Building Program Annual IMF Total Proposed Budget First Year