• Tidak ada hasil yang ditemukan

karya dan ilmiah dan ready.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "karya dan ilmiah dan ready.docx"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SAB’ATU AHRUF DALAM AL-QUR’AN

Oleh: Azzah Awaliyah

Abstrak

Sab’atu ahruf dalam al-Qur’an bukanlah merupakan hal yang sulit untuk dipelajari bagi ummat islam pada umumnya. Mungkin orang akan mengira sab’atu ahruf sama dengan qira’ah sab’ah tapi tidak. Keduanya berbeda, tapi keduanya sama-sama bagian dari ulumul qur’an.

Sab’atu ahruf telah menuai berbagai macam kontroversi tersendiri yang membahas tentang definisinya. Dalam beberapa pendapat tersebut, masing-masing dikuatkan oleh dalil-dalil yang bersangkutan, baik itu naqli maupun aqli.

Kata kunci: sab’atu ahruf, qira’ah, lahjah, mushaf Utsmaniyyah.

Pendahuluan

(2)

Apabila orang arab berbeda lahjah dalam pengungkapan sesuatu makna dengan beberapa perbedaan tertentu, maka al-Qur’an yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW, menyempurnakan makna kemu’jizatannya karena ia mencakup semua huruf dan wajah qira’ah pilihan diantara lahjah-lahjah itu. Dan ini merupakan salah satu sebab yang memudahkan mereka untuk membaca, menghafal dan memahaminya.

Nash-nash sunnah juga sudah cukup banyak mengemukakan hadits mengenai turunnya al-Qur’an dengan tujuh huruf.1

Pembahasan

A. Pengertian Sab’atu Ahruf

Kata ahruf adalah bentuk jamak dari harfun, yang oleh pengarang kamus diartikan sebagai ujung atau pinggir sesuatu, atau puncak (gunung). Akan tetapi adapula yang mengartikannya sebagai “ragu” atau “tepi”. Adapun yang dimaksudkan dari sab’atu ahruf yaitu, tujuh bahasa-bahasa bangsa Arab. Bukan berarti ‘tujuh huruf’ seperti yang kita tahu dimana Al-Qur’an itu datang dengan dua puluh tujuh huruf atau lebih, melainkan berarti tujuh bahasa yang berbeda-beda dalam Al-Qur’an.

Dari uraian di atas, kita tahu bahwa kata “huruf” mempunyai banyak arti, namun yang dikehendaki adalah satu yang sesuai dengan qarinah dan maqam.

Dengan demikian yang dimaksudkan huruf adalah wajhun/segi, ini berdasarkan dalil sabda beliau yang berarti “Al-Qur’an diturunkan atas tujuh huruf (wajah bacaan)”, untuk memperluas dan mempermudah, sehingga ucapan itu akan berarti “Al-Qur’an diturunkan dengan luas yang didalamnya pembaca dapat membacanya dengan tujuh wajah (bacaan). Dengan wajah manapun dia hendak membacanya”. Atau seolah-olah Rasulullah itu bersabda: “sedemikian luasnya Al-Qur’an itu diturunkan”.2

B. Dalil-Dalil Turunnya Al-Qur’an Dengan Tujuh Huruf

1Ali Mufron, Pengantar Ilmu Tafsir dan Qur’an, Cet. Ke III, Yogyakarta: Aura

Pustaka, 2016, hlm. 122.

(3)

Pertama, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam kitab Shohih mereka dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata bahwa Rasulullah Saw.telah bersabda: “Jibril telah membacakan kepadaku satu huruf, kemudian aku mengulanginya. Aku tidak henti meminta tambah kepadanya dan dia menambahiku sehingga sampai tujuh huruf.’’ (Shahih Bukhari, jus 111, hal. 227 dan Shahih Muslim, juz 1, hal. 561).

Imam Muslim menambahkan bahwa Ibnu Syihab berkata: “Telah sampai kepadaku bahwa tujuh huruf itu adalah sama. Tidak berbeda dalam halal dan haram”.

Kedua, Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan, yang lafalnya dari Bukhari, sesungguhnya Umar bin Khathab r.a.berkata: “Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqon pada masa hidup Rasulullah Saw., kudengar bacaanya. Ternyata dia membaca dengan huruf-huruf yang banyak yang belum pernah dibacakan Rasulullah Saw. Kepadaku, sehingga aku hampir dibikin beranjak dari salat. Maka kunantikan saja dia sampai salam, lalu kutarik surbannya seraya kutanya, ‘Siapa yang membacakan surat ini padamu?’ Dia jawab, ‘Rasulullah Saw.yang membacakannya padaku’ Aku berkata, ‘Kau bohong. Demi Allah, sesungguhnya Rasulullah telah membacakan kepadaku surat yang telah aku dengar dari bacaanmu. Lalu kuseret dia menuju RasulullahSaw., kemudia aku berkata, ‘ya Rasulullah, aku dengar orang ini membaca surat Al-Furqon dengan beberapa huruf yang belum pernah kau bacakan padaku. Sedang engkau sendiri telah membacakan padaku surat Al-Furqan ini’. Rasulullah Saw. Bersabda, ‘Lepaskan dia, hai Umar! Dan bacalah surat itu hai Hisyam!’ Lalu Hisyam membacakannya sebagaimana telah aku dengar dia membacanya. Lalu Rrasulullah Saw.bersabda lagi, ‘Memang demikianlah surat ini diturunkan’. Kemudian Rasulullah Saw.bersabda, ‘Sesungguhnya Al-Quran ini turun dengan tujuh huruf. Maka bacalah yang muda bagimu!”.

(4)

Ketiga, Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubai bin Ka’ab, dia berkata:Aku di masjid lalu ada seorang laki-laki masuk salat. Lalu laki-laki itu membaca qira’ah yang aku ingkari. Lantas ada lelaki lain masuk pula. Dia membaca qira’ah yang lain dari temanya tadi. Setelah kami selesai salat, kami semua datang kepada Rasulullah Saw. Kemudian aku berkata, “Sesungguhnya lelaki ini membaca qira’ah yang kuingkari dan ada pula lelaki lain yang membaca berbeda dengan qira’ah temannya”. Lalu Rasulullah Saw.memerintahkan keduanya membaca dan merekapun membaca. Nabi Saw .membaguskan bacaan mereka, maka timbullah rasa tidak percaya dalam hatiku dan tidak seperti halnya krtika aku masih dalam masa Jahiliyyah.

Ketika Rasulullah Saw . melihat apa yang menggelisahkanku, beliau menepuk dadaku, sehingga berkeringat. Sungguh aku terkejut seolah-olah melihat kepada Allah ' Azza wa jalla. Lalu Rasulullah Saw. berkata kepadaku, “Hai Ubai, aku diutus agar membacakan Al-Qur’an dengan satu huruf, maka aku ragu kalau-kalu umatku kesulitan. Lalu dikembalikan padaku yang kedua, aku membacanya dengan dua huruf. Aku ragu lagi kalau umatku keberatan. Lalu dikembalikan lagi padaku yang ketiga: Bacalah ia dengan tujuh huruf dan bagimu permohonan yang engkau pintakan pada-Ku pada tiap-tiap pengembalian yang engkau ajukan”. Kemudian aku berkata: “Allahumma Ya Allah, ampunilah umatku. Ya Allah, ampunillah umatku”. Dan akan aku tangguhkan yang ketiga kalinya pada hari di mana seluruh makhluk mencintaiku hingga Ibrahim a.s”.

Imam Al-Qurthubi berkata: Sesungguhnya perasaan yang terlintas dalam hati Ubai adalah termasuk apa yang dikatakan oleh Rasulullah Saw. Ketika mereka bertanya kepada beliau: “Sesungguhnya kami menemukan sesuatu di mana salah seorang dari kami keberatan untuk mengucapkannya”. Nabi Saw . berkata: “Apakah kalian telah menemukannya?”. “Benar’’, jawab mereka. Nabi Saw . bersabda: “Demikianlah terangnya iman”.(HR.Imam Muslim).

(5)

Di kala Utsman r.a. berdiri, maka para hadirin juga berdiri. Mereka menyaksikan bahwa Rasulullah bersabda: “Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf yang semuanya tegas dan paripurna”.

Lalu Utsman r.a. berkata: “ Saya juga ikut menyaksikan bersama mereka”. Kelima, Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubai bin Ka’ab, bahwa sesungguhnya Rasulullah berada di danau Bani Ghaffar, dia bersabda:Jibril telah datang kepadanya seraya berkata; “Sesungguhnya Allah telah memerintahkanmu agar membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan satu huruf”. Lalu Rasulullah bersabda: “Aku mohon keselamatan dan ampunan-Nya, sebab umatku tidak sanggup demikian”. “Sesungguhnya Allah memerintahkan agar engkau membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan dua huruf”. Nabi Saw. bersabda: “Kumohon keselamatan dan ampunan kepada Allah. Sesumgguhmya umatku tidak akan kuat demikian”. Lalu Jibril datang kepada beliau untuk ketiga kali, dia berkata: “Sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tiga huruf”. Rasulullah bersabda: “Aku mohon kepada Allah keselamatan dan ampuna-Nya. Sesungguhnya umatku tidak mampu demikian”. Kemudian Jibril datang kepada beliau keempat kalinya dan berkata kepada beliau: “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadamu agar membacakan Al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf. Huruf manapun mereka baca, sungguh mereka benar.

Keenam, Imam Turmudzi meriwayatkan dari Ubai bin Ka’ab pula, dia berkata:Jibril menemui Rasulullah di bebatuan Marwa. Ubai berkata:Rasulullah telah berkata kepada Jibril:Sesungguhnya aku diutus kepada ummat yang ummi. Di antara mereka ada si tua renta, orang-orang lemah dan anak-anak”.Jibril berkata: “Perintahkan mereka agar membaca Al-Qur’an dengan tujuh huruf”. Imam Turmidzi berkata bahwa ini hadist hasan.

(6)

Ketujuh, Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Qais maula Amr bin Ash dari Amr bahwa seorang laki-laki membaca suatu ayat dari Al-Qur’an. Lalu Amr berkata kepadanya: “Mestinya itu hanya demikian dan demikian”. Kemudian hal itu dikemukakan kepada Nabi, laul beliau bersabda: “sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf. Yang manapun engkau baca, engkau benar. Maka janganlah engkau saling mengecam’.

Kedelapan, Ath-Thabari dan Ath-Thabrani meriwayatkan dari Zaid bin Arqam, dia berkata: “seorang laki-laki datang kepada Rasulullah, dia berkata: “Ibnu Mas’ud membacakan kepadaku suatu surat. Demikian pula Zaid bin Tsabit dan Ubai bin Ka’ab membacakan suatu surat kepadaku. Namun Qira’ah mereka berbeda-beda. Lantas Qira’ah mana di antara mereka yang mesti kuambil?”. Rasulullah diam saja dan Ali duudk di sebelahnya, maka Ali berkata: “Hendaklah tiap-tiap orang dari kamu membaca Qira’ah yang diketahuinya. Itu lebih baik dan lebih indah”.

Kesembilan, Ibnu Jarir Ath-Thabari mengeluarkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Rasulullah telah bersabda: “sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf. Maka bacalah dan tidak berdosa. Akan tetapi janganlah engkau mengakhiri menyebut rahmat dengan azab dan jangan pula (mengakhiri) menyebut azab dengan rahmat”.3

C. Perbedaan Pendapat Tentang Pengertian Tujuh Huruf

Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan tujuh huruf ini dengan perbedaan yang bermacam-macam. Diantaranya adalah:

1) Sebagian besar ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenal satu makna; dengan pengertian jika bahasa mereka berbeda-beda dalam mengungkapkan satu makna, maka al-Qur’an pun diturunkan dengan sejumlah lafal sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Dan jika tidak terdapat perbedaan, maka al-Qur’an hanya mendatangkan satu lafal atau lebih saja.

(7)

Kemudian mereka berbeda pendapat juga dalam menentukan ketujuh bahasa tersebut. Dikatakan bahwa ketujuh bahasa itu adalah bahasa Quraisy, Hudlail, Tsaqif, Hauazin, Kinanah, Tamin dan Yaman. Menurut Abu Hatim as-Sijistani, al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Quraisy, Hudlail, Tamim, Azad, Rabi’ ah, Hauazin dan Sa’d bin Bakar. Dan diriwayatkan juga pendapat-pendapat yang lain.

Suatu kaum berbeda pendapat juga dalam menentukan ketujuh bahasa itu. Dikatakan bahwa ketujuh bahasa itu adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab dengan mana al-Qur’an diturunkan, dengan pengertian bahwa kata-kata dalam al-Qur’an secara keseluruhan tidak keluar dari ketujuh macam bahasa tadi, yaitu bahasa paling fasih dikalangan bangsa Arab, meskipun sebagian besarnya dalam bahasa Quraisy. Sedangkan sebagian yang lain dalam bahasa Hudlail, Tsaqif, Hauazin, Kinanah, Tamin atau Yaman, karena itu maka secara keseluruhan al-Qur’an mencakup ketujuh bahasa tersebut.

Pendapat ini berbeda dengan pendapat sebelumnya karena yang dimaksud dengan tujuh huruf dalam pendapat ini adalah tujuh huruf yang bertebaran di berbagai surah al-Qur’an, bukan tujuh bahasa yang berbeda dalam kata tetapi sama dalam arti dan makna.

2) Sebagian ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh wajah, yaitu: amr (perintah), nahyu (larangan), wa’d (janji), wa’id (ancaman), jadal (perdebatan), qasas (cerita) dan matsal (perumpamaan). Atau amr, nahyu, halal, haram, muhkam,mutasyabih dan amtsal.

3) Segolongan ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam hal yang didalamnya terjadi ikhtilaf (perbedaan) yaitu; a) Ikhtilaf al-asma’ (perbedaan kata benda): dalam bentuk mufrad,

mudzakar, dan cabang-cabangnya, seperti tatsniyah, jama’ dan ta’nits. b) Perbedaan dalam segi i’rab (harakat akhir kata).

(8)

d) Perbedaan dalam segi ibdal (pengganti), baik penggantian huruf dengan huruf.

e) Perbedaan karena ada penambahan dan pengurangan.

f) Perbedaan lahjah seperti bacaan tafkhim (menebalkan) dan tarqiq (menipiskan), fathah dan imalah, idzhar dan idgham, hamzah dan tashil, isymam dan lain-lain.

4) Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa bilangan tujuh itu tidak diartikan secara harfiah (bukan bilangan antara enam dan delapan) tetapi bilangan tersebut hanya sebagai lambang kesempurnaan menurut kebiasaan orang Arab. Dengan demikian, maka kata tujuh adalah isyarat bahwa bahasa dan susunan al-Qur’an merupakan batas dan sumber utama dari perkataan semua orang Arab yang telah mencapai puncak kesempurnaan tertinggi. Sebab lafal sab’ah (tujuh) dipergunakan pula untuk menunjukkan jumlah banyak dan sempurna dalam bilangan satuan, seperti tujuh puluh dalam bilangan puluhan, dan tujuh ratus dalam bilangan ratusan. Tetapi kata-kata itu tidak dimaksudkan untuk menunjukkan bilangan tertentu.

5) Segolongan ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf tersebut adalah qira’at sab’ah.

6) Pendapat terkuat dari semua pendapat yang telah disebutkan tentang pengertian tujuh huruf adalah pendapat pertama, yaitu bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab dalam mengungkapkan makna yang sama. Misalnya aqbil, ta’ala, halumma, ‘ajal dan asra’. Lafal-lafal yang berbeda ini digunakan untuk menunjukkan satu makna yaitu perintah untuk menghadap. Pendapat ini dipilih oleh Sufyan bin ‘Uyainah, Ibn Jarir, Ibn Wahb dan lainnya. Ibn ‘Abd al-Barr menisbahkan pendapat ini kepada sebagian besar ulama.4

D.Sab’atu Ahruf Dalam Al-Qur’an

1. Sekelompok fuqaha’, qurra’ dan ulama mutakallimin, mereka menyatakan bahwa semua huruf itu pada mushaf Utsmaniyyah. Alasan mereka adalah :

4Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir, Cet. XVIII, Bogor:

(9)

a. Tidak diperbolehkan bagi umat ini untuk menyia-nyiakan atau membuang begitu saja sebagian dari beberapa huruf itu.

b. Sesungguhnya para sahabat telah sepakat bahwa mushaf yang dinuqil Utsman itu adalah dari huruf yang dituliskan oleh Abu Bakar r.a. c. Sabda Nabi Saw : “Sesungguhnya umatku tidak mampu akan

demikian’, tidaklah dimaksudkan hanya pada masa sahabat saja, sedangkan kemudahan Al-Qur’an itu bersamaan dengan tetapnya kemukjizatannya.

2. Jumhurul ulama khalaf maupun salaf serta imam-imam kaum muslimin telah memilih bahwa mushaf-mushaf Utsmaniyyah memuat ahruf as-sab’ah (tujuh huruf) yang terkadang dalam tulisannya saja serta mengumpulkan pemberian akhir yang permohonannya diajukan oleh Nabi Saw. kepada Jibril.

3. Ibnu Jarir Ath-Thabari dan pengikutnya berpendapat bahwa mushaf-mushaf Ustmaniyyah hanya memuat satu huruf saja dari akhruf as-sab’ah (tujuh huruf). Mereka mengatakan : “Sesungguhnya akhruf as-sab’ah (tujuh huruf) itu ada pada masa Rasulallah Saw., Abu Bakar dan Umar. Akan tetapi ketika masa Utsman para iman berpendapat agar mencukupkan pada satu huruf saja untuk menyatukan Kalimatul Muslimin. Dan dengan huruf yang satu itulah Utsman menulis semua mushafnya.

(10)

Syekh Az-Zarqani telah menerangkan bahwa menurut mazhab yang terpilih “wajah-wajah tujuh” itu sampai kini masih ada dalam mushaf-mushaf Utsmaniyyah.

Berikut ini akan kami ketengahkan sebagian contoh-contohnya. Hanya sebagian wajah-wajah tujuh itu dikatakan telah dinaskh “pemberian” yang terakhir. Seperti firman Allah ‘Azza wa Jalla yang termaktub dalan surat Al-Mukminun, ayat 8 :



Di situ lafal al-amaanata dibaca dalam bentuk jamak atau

dibaca mufrad, akan tetapi dalam mushaf Utsmaniyyaht lafal itu

ditulis li-amaanatihtim, yang hurufnya ditulis mufrad, namun

diatasnya terdapat alif kecil untuk mengisyaratkan bacaan

jamak, dengan tanpa diberi harakat. (Manahilul Irfan, hal. 162).5

E. Hikmah Turunnya Al-Qur’an dengan Tujuh Huruf (Sab’atu Ahruf)

Adapun hikmah dari diturunkannya al-Qur’an dengan sab’atu ahruf yaitu: 1) Untuk memudahkan bacaan dan hafalanbagi bangsa yang ummi (tidak bisa

baca tulis) yang setiap kabilahnya mempunyai dialek masing-masing, namun belum terbiasa menghafal syari’at, apalagi mentradisikannya.

2) Bukti kemu’jizatan al-Qur’an bagi naluri atau watak dasar kebahasaan orang Arab. Al-Qur’an mempunyai banyak pola susunan bunyi yang sebanding dengan segala macam cabang dialek bahasa yang telah menjadi naluri bahasa orang-orang Arab, sehingga setiap orang Arab telah mengalunkan huruf-huruf dan kata-katanya sesuai dengan irama yang telah menjadi watak dasar mereka dan lahjah kaumnya, dengan tetap keberadaan al-Qur’an dengan mu’jizat yang ditantangkan Rasulullah kepada mereka, dan mereka tidak mampu menghadapi tantangan itu. Sekalipun demikian, kemu’jizatan itu bukan terhadap bahasa melainkan terhadap naluri kebahasaan mereka itu sendiri.

(11)

3) Kemu’jizatan al-Qur’an dalam aspek makna dan hukum-hukumnya. Sebab perubahan-perubahan bentuk lafal pada sebagian huruf dan kata-kata memberikan peluang luas untuk dapat disimpulkan daripadanya berbagai hukum. Hal inilah yang menyebabkan al-Qur’an relevan untuk setiap zaman. Oleh karena itu, para Fuqaha’ dalam istinbat (menyimpulkan hukum) dan ijtihad berhujjah dengan qira’at bagi ketujuh huruf ini.6

Kesimpulan

Sab’atu ahruf bukanlah merupakan Qira’at sab’ah. Menurut pendapat yang paling kuat, meskipun kesamaan bilangan diantara keduanya mengesankan demikian. Sebab, qira’at sab’ah hanya merupakan madzhab para imam, yang secara ijma’ masih tetap eksis dan digunakan hingga kini, dan sumbernya adalah perbedaan laggam, cara mengucapkan dan sifatnya, seperti tafkhim, tarqiq, imalah, idgham, idzhar, isyba’, madd, qasr, tasydid, takhfif, dan lain sebagainya. Namun semuanya itu hanya berkisar dalam satu huruf, yaitu huruf Quraisy.

Daftar Pustaka

al-Qattan, Manna Khalil. 2014. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj.

Mudzakir, Cet. XVIII. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa.

Ash-Shabuni, Syekh Muhammad Ali. 2011. At-tibyan fi Ulumil

Qur’an: Ikhttisar Ulumul Qur’an Praktis (terj. Muhammad

Qadirun Nur) Cet. Ke I. Jakarta: Pustaka Amani.

Mufron, Ali. 2016. Pengantar Ilmu Tafsir dan Qur’an Cet. Ke III.

Yogyakarta: Aura Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

The most common method used by researcher on fungal proteomic is two dimensional gel electrophoresis (2DE) which is gel-based separation of proteins by the orthogo- nal properties

Ternyata panjang bayangan terpendek sama dengan panjang bagian dayung yang berada diatas tanah dan keadaan bayangan terpendek itu terjadi pada pukul

Pilihlah dua gambar yang tersedia kemudian lakukan proses scanning gambar tersebut dan simpan hasil scanning pada file nama anda sendiri dengan extention JPEG. Buka kembali file

yang digunakan dalam tahap kedua. Kedua tahapan fermentasi glukosa menjadi alkohol akan dijelaskan.

Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, terealisasi sebesar Rp. Terdapat pendapatan dari Obyek Retribusi Laboraturium dikelompokkan pada Jenis Retribusi Jasa Umum

Adat ini adalah sebuah aturan yang telah disepakati dan diundangkan dalam tatanan Adat Minang Kabau dari zaman dulu melalui sebuah pengkajian dan penelitian yang amat dalam dan

Hal lain yang menyebabkan pasien memilih rawat inap di Rumah Sakit Islam adalah beberapa jenis pekerjaan yang mempunyai asuransi kesehatan yang akan menanggung semua

Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi yang cukup besar dalam PAD-nya, khususnya dari sektor