• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan tingkat kecerdasan spiritual de

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "hubungan tingkat kecerdasan spiritual de"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 1

JURNAL KESEHATAN

Jurnal EduHealth

Diterbitkan oleh :

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum

Jurnal

EduHealth

Vol.1

No.1

Hal.

1-94

Jombang

September 2010

(2)
(3)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 3

SAMBUTAN

DEKAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pertama-tama saya ucapkan selamat dan apresiasi yang tinggi atas penerbitan perdana

“Jurnal EduHealth” sebagai media komunikasi dan informasi insan ilmiah kesehatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan keilmuan. Hal ini tentunya sesuai denga visi dari Fakultas Ilmu Kesehatan UNIPDU Jombang yang mempunyai daya saing tinggi terutama dalam menghasilkan pemikiran, ide-ide, hasil penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.

Perkembangan Ilmu Kesehatan selalu dinamis seiring dengan perubahan aspek sosial budaya, ekonomi, lingkungan, transisi demografi serta pola dan kecenderungan penyakit. Hal ini menjadi dasar bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi akan mengikuti trend tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan yang cepat tentunya harus seiring dengan percepatan dalam penyampaian informasi melalui teknologi informatika. Media penyampiaan informasi hasil karya ilmiah yang dituangkan dalam bentuk tulisan dapat berbentuk jurnal.

Penerbitan perdana “jurnal Eduhealth” oleh fakultas ilmu kesehatan UNIPDU

merupakan langkah awal dalam upaya mengaktualisasikan pengabdian kepada masyrakat dibidang kesehatan, sebagai sumber informasi kesehatan yang dapat diandalkan sejawat, profesi lain, masyarakat dalam menyelesaikan masalah-masalah

kesehatan. Somoga “ jurnal Eduhealth” akan menjadi wadah perkembangan ilmu

kesehatan dan selalu menerbitkan informasi-informasi baru di bidang kesehatan serta meningkatkan kreatifitas insan profesi kesehatan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu. Tentunya dalam

penerbitan perdana “jurnal Eduhealth” masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan

saran sangat diharapkan untuk perbaikan jurnal ini pada masa yang akan datang. maupun

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jombang, September 2010

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UNIPDU

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pembaca yang terhormat

Syukur Alhamdulillah Selalu kita haturkan kepada Allah SWT yang telah berkenan memberikan pengetahuan di bidang kesehatan sehingga kali ini penyunting dapat

menghadirkan jurnal kesehatan “ Jurnal EduHealth “ edisi perdana di hadapan pembaca

saat ini.

Jurnal EduHealth yang diterbitkan oleh fakultas ilmu Kesehatan UNIPDU merupakan jurnal dengan periode 2 nomor dalam 1 tahun. Jurnal ini mempublikasikan artikel atau Naskah yang berupa hasil penelitian, konsep-konsep pemikiran inovatif hasil tinjauan pustaka yang bermanfaat untuk menunjang kemajuan ilmu, pendidikan dan praktek keperawatan profesional. Naskah bisa ditulis dalam bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dalam bentuk narasi dengan gaya bahasa yang efektif dan akademis. Jurnal artikel hasil karya ilmiah dalam bidang keperawatan dan kebidanan ini meliputi sub bidang keperawatan dan kebidanan dasar, keperawatan dewasa, keperawatan dan kebidanan anak, keperawatan maternitas, keperawatan gerontik, keperawatan jiwa, keperawatan komunitas, manajemen keperawatan dan kebidanan dan pendidikan kesehatan. Jenis artikel yang diterima redaksi adalah hasil penelitian dan ulasan tentang iptek keperawatan dan kebidanan (untuk tinjauan kepustakaan dan lembar metodologi).

Kesalahan tulis dan kesalahan format mungkin saja masih terjadi pada jurnal EduHealth edisi pertama ini, sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan untuk perbaikan di edisi berikutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jombang, September 2010 Ketua Penyunting

(5)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 5

SUSUNAN PENGURUS JURNAL EDU HEALTH

Pelindung H.Achmad Zahro

Penasehat

H.M Zulfikar As’Ad

Ketua Penyunting Andi Yudianto

Sekretaris Hudzaifah

Penelaah Ahli

H. Zaimudin Wijaya As’ad, Ida K.Azhar, Hj Afifah SS, H.Achmad Zakaria

Penyuting Pelaksana

Hj. Sabrina Dwi Prihartini, Maulana Muhammad Rajin, Abdul Gofar, Hj Masruroh Hasyim, Pujiani, Herin Mawarti, Khotimah, Nasrudin, Litriana Fatimah

Asisten Penyunting

Zulfa Khusniyah, Kurniawati, Mukhoirotin, Siti Muniroh, Wiwiek Widiatie, Ana farida Ulfa, Indah Mukarromah, Ninik Azizah, Suyati, Murfi Hidamansyah, Muzayyaroh,

Dian Puspitasari, Helmi Annuchasari

Dana dan Usaha

Alifah Nuriyati, Mas’adah Endang Susilowati, Feri, Qomaruzzaman

Tata Usaha

, Ita Fitria S, Masrikah, Anggria maduratih, Anisatul Barita, Khamim Mansyur

Alamat Redaksi (Editorial Address) : Fakultas Ilmu Kesehatan UNIPDU Tromol Pos 10 Peterongan Jombang Telp (0321) 860156

(6)
(7)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 7

DAFTAR ISI

Halaman

1. Pengaruh penerapan system manajemen mutu iso 9001-2000 terhadap mutu pelayanan instalasi rawat darurat badan layanan kesehatan rumah sakit daerah kabupaten jombang tahun 2008

Achmad zakaria, Moh. Ilyas ………. 9-16

2. Pengaruh sholat dhuha terhadap penurunan kadar glukosa darah

Mukhamad rajin, Herin Mawarti ... 17-26

3. Pengaruh terapi bermain : biblioterapi terhadap penurunan respon maladaptif pada anak usia prasekolah setelah dipasang infus.

Andi Yudianto, Lailatul Fitriyah ……… 27-32

4. Hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi Di paviliun mawar

Kurniawati, Utomo heri S ……… 33-39

5. Pengaruh dinas malam terhadap kesegaran jasmani perawat di ruang cempaka rsd bapelkes jombang

Ana farida ulfa ……… 40-46

6. Hubungan antara penyakit sistemik pada lansia pria Dengan disfungsi ereksi studi di wilayah kerja Puskesmas kabuh kabupaten jombang Abdul Ghofar, Ashari ...

47-55

7. Keefektifan konseling keluarga terhadap Pemberantasan demam berdarah dengue

Nasrudin, indah mukarromah ……… 56-64

8. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan pelanggan dalam memilih kembali jasa pelayanan rawat inap di rumah sakit islam jombang

Muhammad Zulfikar, Abdul Ghofar ……… 65-78

9 Analisis Hubungan Harapan Karier Perawat Pelaksana dengan prestasi kerja di RSUD Swadana Jombang

(8)
(9)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 9

PENGARUH PENERAPAN SYSTEM MANAJEMEN MUTU

ISO 9001-2000 TERHADAP MUTU PELAYANAN

INSTALASI RAWAT DARURAT

Achmad Zakaria 1, Moh. Ilyas 2

1. Prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, UNIPDU Jombang 2. Rumah Sakit Umum Daerah Jombang

Abstrak

Penelitian ini didasarkan pada tuntutan pelanggan terhadap mutu produk pelayanan dan peningkatan perbaikan pelayanan yang berkesinambungan dalam rangka menghadapi globalisasi dan untuk memenangkan persaingan. Mutu pelayanan di rumah sakit merupakan salah satu tolok ukur untuk keunggulan daya saing guna memuaskan pelanggan. Salah satu metode yang digunakan adalah sistem manajemen mutu berstandar internasional ISO 9001:2000 Guna mengetahui seberapa besar pengaruh ISO terhadap mutu pelayanan, maka dilakukan penelitian pengukuran sesudah kejadian (ex post facto design). dengan variabel yang akan diteliti adalah mutu pelayanan. Penelitian ini melibatkan Pasien yang dirawat Unit Gawat Darurat yang telah menerapkan ISO 9001:2000, sebanyak 61 orang. Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil bahwa ada hubungan anata manajemen mutu ISO 9001:2000 terhadap mutu pelayanan di IRD RSD Kabupaten Jombang.

Kata kunci : Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 dan Mutu pelayanan

PENDAHULUAN

Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dari masa ke masa semakin menjadi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari ketatnya persaingan dalam kualitas pelayanan, biaya dan pemasaran. Dalam kondisi ketatnya persaingan, hal terutama yang harus diprioritaskan bagi rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing dan menguasai pangsa pasar. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh kualitas jasa pelayanan yang diinginkan pelanggan,

sehingga jaminan kualitas menjadi prioritas utama bagi rumah sakit yang pada akhirnya akan menjadikan tolok ukur keunggulan daya saing rumah sakit.

(10)

Karakteristik pelayanan yang bermutu dan sesuai kebutuhan, yang dapat menghasilkan kepuasan para pelanggan (pasien) di antaranya adalah dengan perbaikan sistem manajemen mutu yang berkesinambungan yang salah satunya dengan penerapan system manajemen mutu ISO 9001:2000.

Pada tahun 2007 Instalasi Rawat Darurat Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Daerah Kabupaten Jombang telah menerapkan manajemen mutu berdasarkan ISO 9001:2000 dan dari data hasil kunjungan pasien di instalasi rawat darurat Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Daerah Kabupaten Jombang pada tahun 2006 sebesar 22.221 pasien dan pada tahun 2007 menunjukkan peningkatan sebesar 23.572 pasien atau terjadi peningkatan 5,88%. Disamping itu dari hasil survey bulan agustus 2006 sebelum dilaksanakannya sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dengan menggunakan kuesioner indeks kepuasan masyarakat ternyata masih ditemukan ketidakpuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan antara lain prosedur pelayanan, kemampuan petugas, kecepatan, kepastian biaya pelayanan, kepastian jadwal dan kemudahan memperoleh informasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini rancangan penelitian sesudah kejadian (ex post facto design), yaitu penelitian yang hanya melihat adanya hasil atau efek yang diperkirakan

akibat dari adanya sesuatu perlakuan. Sampel yang digunakan adalah pasien yang memperoleh pelayanan di Instalasi Rawat Darurat Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Daerah Kabupaten Jombang sebanyak 61 orang. Pengumpulan data menggunakan metode angket / kuesioner. Data dikumpulkan dengan cara menyebar daftar pertanyaan untuk mendapatkan data-data penilaian pasien/persepsi pasien tentang mutu pelayanan di Instalasi Rawat Darurat. Metode analisis data yang digunakan adalah nilai rata-rata pelayanan dan tahap selanjutnya, data kuesioner dianalisis untuk menguji hipotesa dan untuk mengetahui perbedaan mutu pelayanan sebelum dan sesudah pelaksanaan ISO 9001:2000 dilakukan uji Mann-Whitney dengan menggunakan program SPSS release11 for windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(11)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 11

Tabel 1 Hasil Tanggapan responden terhadap mutu pelayanan IRD sebelum dan sesudah ISO 9001 : 2000 di ruang IRD Bapelkes RSD Jombang bulan Juli 2008

Pada tabel 1. menunjukkan bahwa responden hampir seluruhnya menyatakan kemudahan dalam prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan serta kepastian petugas dalam memberikan pelayanan mendapatkan apresiasi baik. Kedisiplinan petugas sebelum penerapan ISO 9001:2000 sebesar 79,9% adalah baik dan jika dibandingkan dengan setelah penerapan ISO 9001:2000 berubah

menjadi 97,1% atau ada kenaikan sebesar 17,2%. Ini menunjukkan bahwa responden menyatakan seluruh petugas telah disiplin dalam melaksanakan tugas pelayanan di IRD.

Mengenai tanggungjawab petugas sebelum penerapan ISO 9001:2000 sebesar 77,9% dan jika dibandingkan dengan setelah penerapan ISO 9001:2000

Unsur mutu pelayanan

Sebelum Penerapan ISO 9001:2000

Total %

Setelah Penerapan ISO 9001:2000

Total %

1 2 3 4 1 2 3 4

f % f % F % f % f % f % F % f %

Prosedur 1 1,6 7 11,5 43 70,5 10 16,4 75,4 0 0 2 3,3 42 68,9 17 27,9 81,1

Persyaratan 0 0 5 8,2 46 75,4 10 16,4 77,1 0 0 2 3,3 42 68,9 17 27,9 81,1

Kejelasan dan Kepastian

0 0 4 6,6 43 70,5 14 23,0 79,1 1 1,6 9 14,8 41 67,2 10 16,4 74,6

Kedisplinan 0 0 0 0 49 80,3 12 19,7 79,9 0 0 0 0 7 11,5 54 88,5 97,1

Tanggungjawab 0 0 2 3,3 50 82,0 9 14,8 77,9 0 0 2 3,3 42 68,9 17 27,9 81,1

Kemampuan 2 3,3 2 3,3 52 85,2 5 8,2 74,6 1 1,6 2 3,3 40 65,6 18 29,5 80,7

Kecepatan 0 0 5 8,2 44 72,1 12 19,7 77,9 1 1,6 9 14,8 41 67,2 10 16,4 74,6

Keadilan Mendapat pelayanan

0 0 3 4,9 49 80,3 9 14,8 77,5 0 0 0 0 7 11,5 54 88,5 97,1

Kesopanan dan keramahan

0 0 4 6,6 41 67,2 16 26,2 79,9 0 0 2 3,3 42 68,9 17 27,9 81,1

Kewajaran biaya

0 0 3 4,9 43 70,5 15 24,6 79,9 1 1,6 2 3,3 40 65,6 18 29,5 80,7

Kesesuaian biaya

0 0 9 14,8 34 55,7 18 29,5 77,5 0 0 2 3,3 42 68,9 17 27,9 81,1

Ketepatan jadwal waktu

0 0 8 13,1 31 50,8 22 36,1 80,7 0 0 2 3,3 42 68,9 17 27,9 81,1

Kenyamanan lingkungan

0 0 3 4,9 48 78,7 10 16,4 77,9 1 1,6 2 3,3 40 65,6 18 29,5 80,7

Keamanan pelayanan

0 0 2 3,3 43 70,5 16 26,2 80,7 0 0 2 3,3 42 68,9 17 27,9 81,1

(12)

mengalami perubahan menjadi 81,1% atau ada kenaikan sebesar 3,2%. Keadaan ini menunjukkan bahwa responden hampir seluruhnya menyatakan petugas bertanggungjawab dalam pelaksanaan pelayanan di IRD.

Kemampuan petugas sebelum penerapan ISO 9001:2000 sebesar 74,6% dan jika dibandingkan dengan setelah penerapan ISO 9001:2000 berubah menjadi 80,7% atau ada kenaikan sebesar 6,1%. Keadaan ini menunjukkan bahwa responden hampir seluruhnya menyatakan petugas memiliki kemampuan sesuai yang dipersyaratkan di IRD.

Kecepatan pelayanan sebelum penerapan ISO 9001:2000 sebesar 77,9% dan jika dibandingkan dengan setelah penerapan ISO 9001:2000 berubah menjadi 74,6% atau ada penurunan sebesar 3,3%. Meskipun ada penurunan tetapi hampir seluruhnya responden menyatakan target waktu pelayanan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan di IRD.

Sikap petugas dalam hal memberikan keadilan sebelum penerapan ISO 9001:2000 sebesar 77,5% dan jika dibandingkan dengan setelah penerapan ISO 9001:2000 berubah menjadi 97,1% atau ada kenaikan sebesar 20,4%. Keadaan ini menunjukkan bahwa responden hampir seluruhnya menyatakan telah memperoleh pelayanan secara adil di IRD tanpa membedakan status.

Kesopanan dan keramahan petugas sebelum penerapan ISO 9001:2000

sebesar 79,9% dan jika dibandingkan dengan setelah penerapan ISO 9001:2000 berubah menjadi 81,1% atau ada kenaikan sebesar 1,2%. Keadaan ini menunjukkan bahwa responden hampir seluruhnya menyatakan petugas IRD memberikan pelayanan dengan sopan dan ramah.

Keterjangkauan biaya pelayanan sebelum penerapan ISO 9001:2000 sebesar 79,9% dan jika dibandingkan dengan setelah penerapan ISO 9001:2000 berubah menjadi 80,7% atau ada kenaikan sebesar 0,8%. Keadaan ini menunjukkan bahwa responden hampir seluruhnya menyatakan biaya pelayanan di IRD masih dapat dijangkau.

Kesesuaian biaya pelayanan sebelum penerapan ISO 9001:2000 sebesar 77,5% dan jika dibandingkan dengan setelah penerapan ISO 9001:2000 berubah menjadi 81,1% atau ada kenaikan sebesar 3,6%. Keadaan ini menunjukkan bahwa responden hampir seluruhnya menyatakan biaya pelayanan di IRD telah sesuai dengan peraturan.

(13)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 13

Kenyamanan lingkungan sebelum penerapan ISO 9001:2000 sebesar 77,9% dan jika dibandingkan dengan setelah penerapan ISO 9001:2000 berubah menjadi 80,7% atau ada kenaikan sebesar 2,8%. Keadaan ini menunjukkan bahwa responden hampir seluruhnya menyatakan rasa nyaman di lingkungan pelayanan IRD.

Keamanan pelayanan sebelum penerapan ISO 9001:2000 sebesar 80,7% dan jika dibandingkan dengan setelah penerapan ISO 9001:2000 mengalami perubahan menjadi 81,1% atau ada kenaikan sebesar 0,4%. Keadaan ini menunjukkan bahwa responden hampir seluruhnya menyatakan rasa aman dalam memperoleh pelayanan di IRD.

Berdasarkan uraian diatas persepsi responden tentang mutu pelayanan secara keseluruhan baik sebelum dan setelah penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 menunjukkan adanya perubahan meskipun ada beberapa unsur mutu pelayanan yang masih belum berubah terutama yang terkait dengan perilaku petugas/karyawan, namun demikian hal ini bukan berarti masyarakat/pasien yang dilayani tidak merasa puas atas pelayanan terhadap kinerja Instalasi Rawat Darurat akan tetapi dari distribusi persepsi responden tersebut tampak total prosentasenya terjadi kenaikan dari 78,3% menjadi 82,4% dan bila dikonversikan berdasarkan indeks kepuasan masyarakat bahwa mutu pelayanan dan tingkat kinerja Instalasi

Rawat Darurat menunjukkan peningkatan dari kategori baik menjadi sangat baik.

Dari hasil pengujian statistik sebagaimana yang tercantum pada tabel hasil uji statistic Mann-Whitney, terlihat bahwa ada pengaruh penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 terhadap mutu pelayanan di Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit Daerah Kabupaten Jombang, dengan nilai Z = -4,440 dan berada di daerah negatif penolakan Ho karena nilai ρ

adalah 0,015 jika dibandingkan dengan α = 0,15 maka ρ hitung lebih kecil dari α :

artinya Ho ditolak dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh penerapan ISO 9001:2000 terhadap persepsi masyarakat mengenai mutu pelayanan di Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit Daerah Kabupaten Jombang.

T NILAI Mann-Whitney U 1386,000

WilcoxonW 3277,000

Z -4,440

Asymp.sig. (2-tailed) 0,015

(14)

prosedur yang terdokumentasi sebagai bagian dari proses manajemen.

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel distribusi responden berdasarkan mutu pelayanan terlihat kejelasan petugas pelayanan mengalami penurunan dari 79,1% sebelum penerapan ISO 9001:2000 menjadi 74,6%

dan ini menggambarkan bahwa

masyarakat yang berkunjung/berobat di Instalasi Rawat Darurat belum sepenuhnya memperoleh kejelasan dari petugas yang memberikan pelayanan, padahal semua ketentuan/peraturan yang dimiliki IRD seharusnya dapat disampaikan kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak ragu-ragu terhadap pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di IRD. Unsur Kedisiplinan petugas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesungguhan petugas yang memberikan pelayanan kesehatan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diterapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 terlihat petugas tetap konsisten terhadap jam kerjanya bila dibandingkan sebelum penerapan ISO 9001:2000. Disamping itu petugas telah mematuhi jam kerja yang telah disepakati dan telah memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur operasional yang telah ditetapkan, yang pada akhirnya masyarakat/pasien merasa puas atas pelayanan yang telah diberikannya.

Unsur kemampuan petugas yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki

petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kemampuan petugas meningkat dibanding sebelum penerapan ISO 9001:2000 dari 74,6% menjadi 80,7%. Dengan hasil ini menggambarkan bahwa kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan terjadi peningkatan, hal ini dikarenakan adanya dukungan dari pimpinan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan bagi petugas di instalasi rawat darurat yang telah direncanakan setiap tahun sesuai kebutuhan pelayanan dan pengelolaan pendidikan dan pelatihan ini telah diatur dalam klausul ISO 9001:2000 yang menetapkan adannya perbaikan secara terus menerus baik sumber daya maupun sumber daya manusianya.

(15)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 15

Unsur kesesuaian biaya pelayanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesesuaian biaya pelayanan kesehatan yang dibayarkan dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah. Terjadinya peningkatan hal ini disebabkan setelah penerapan ISO 9001:2000 dan seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak yang berdampak pada kenaikan bahan pokok termasuk bahan habis pakai dan obat-obatan, maka rumah sakit harus menyesuaikan biaya terhadap harga bahan habis pakai dan obat-obatan, sehingga masyarakat yang berobat ke instalasi rawat darurat merasakan adanya kenaikan terhadap biaya pengobatan.

Secara keseluruhan pengaruh penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 terhadap mutu pelayanan di instalasi rawat darurat berdasarkan dari hasil olah statistik independent sampel Mann-Whitney didapatkan nilai ρ= 0,015 lebih kecil dari ρ = 0,05 berarti terdapat pengaruh yang bermakna antara penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 sebelum dengan sesudah sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Physicians’ Clinic of Iowa yang menekankan keberhasilan organisasi tersebut setelah menerapkan ISO 9001 yang berprinsip fokus pada pelanggan dan melakukan perbaikkan secara berkesinambungan. (Levvet, 2005)

Namun demikian sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 bukan jaminan untuk menghasilkan produk berkualitas baik dan

belum tentu seluruh standar persyaratan ISO dapat dipraktekkan secara penuh pada organisasi. (Gaspersz,2005) Dan perlu dipahami bahwa belum semua instansi yang menerapkan ISO dapat memberikan mutu layanan yang lebih tinggi dari yang tidak menerapkan ISO. Tantangan untuk melakukan perubahan-perubahan dan perbaikan terus menerus dapat mendukung organisasi untuk bertahan hidup, tidak merasa cepat puas, dan menganggap masa depan bukan untuk beristirahat di atas kejayaan dan prestasi merek layanan ternama, tapi harus selalu memperbaiki konsep servis. (Foster,2002)

PENUTUP

Mutu pelayanan yang meliputi unsur kejelasan petugas dan unsur kecepatan pelayanan tidak menunjukkan adanya peningkatan setelah penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 di Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit Daerah Kabupaten Jombang, hal ini dikarenakan belum sepenuhnya pasien menerima informasi dari petugas dan adanya perbedaan persepsi tentang kecepatan pelayanan antara petugas dengan masyarakat/pasien yang dilayani.

Mutu pelayanan yang menunjukkan peningkatan setelah penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 antara lain meliputi unsur prosedur pelayanan, persyaratan pelayanan, kedisiplinan petugas, tanggungjawab petugas,

kemampuan petugas, keadilan

(16)

keramahan, kewajaran biaya, kesesuaian biaya dan ketepatan jadwal waktu pelayanan, kenyamanan lingkungan dan keamanan lingkungan.

Terdapat pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dengan mutu pelayanan di instalasi rawat darurat Rumah Sakit Daerah Kabupaten Jombang. Kepala Instalasi Rawat Darurat hendaknya melaksanakan pengendalian dan pengawasan ketat terhadap petugas yang nantinya diharapkan akan merubah sikap dan perilaku petugas yang merupakan kunci keberhasilan dalam memberikan pelayanan. Perlu pelatihan tentang komunikasi dan etika keperawatan sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan perilaku perawat dalam melayani pasien. Diharapkan penelitian yang akan datang lebih menyempurnakan penelitian ini, antara lain: memperluas responden dan data penelitian yang digunakan, memperbaiki atau menggunakan metode lain, mengembangkan model penelititan pengaruh timbal balik atau dengan menambahkan variabel lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2005. Manajemen Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta

Delapan Prinsip Manajemen Mutu ISO

9001:2000, (online),

http://batikyogya.wordpress.com/

Djoko Wijono, 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan (Teori, Strategi dan Aplikasi) Vol.1,

Airlangga University Press, Surabaya

Foster, T.R.V. (2002) 101 Cara meningkatkan kepuasan pelanggan. Elex Media Komputindo: Jakarta

Gaspersz, Vincent, 2003. Total Quality Management. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Gaspersz, V. (2005). ISO 900:2000 And continual quality improvement. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Imbalo S. Pohan, 2003. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan (Dasar-dasar Pengertian). Kesaint Blanc, Jakarta.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara RI., (2004a) Keputusan

MENPAN Nomor:

KEP/25/M.PAN/2/2004. Tentang pedoman penyusunan indeks kepuasan masyarakat unit pelayanan instansi pemerintah. Jakarta.

Levvett, J. M. (2005). Implementing an ISO 9001 quality management system in a multispecialty clinic. The Phisician Executive. America

Santoso, Singgih, 1999. SPSS : Mengola Data Statistik Secara Profesional, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Tjandra Yoga Aditama, 2002. Manajemen Administrasi Rumah Saki Edisi Kedua, UI Press, Jakarta

(17)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 17

PENGARUH SHOLAT DHUHA TERHADAP PENURUNAN KADAR

GLUKOSA DARAH

Mukhamad Rajin

Abstract

Prayer Dhuha when implemented in a County and tuma’ninah, will be two movements of

muscle contraction isometric and isotonic muscular contractions. Movement with isometric and isotonic muscle contraction both can decrease blood glucose levels. This research aims to prove that Dhuha Prayer can decrease blood glucose levels. This research design uses “a randomized control group pre test - post test design”, with independent variables is Dhuha Prayer and for the dependent variables is the blood glucose levels. The sample size in this study were 15 respondents respectively for the control and treatment groups. Samples are taken using simple random sampling. Statistical test use of SPSS with T-test, with significance level  ≤ 0,05. Test results of Independent T-testn, before

praying Dhuha got value ρ = 0.650, whereas after prayers Dhuha got value ρ = 0.000. From

these test results, the research concluded that there was an effect of prayer Dhuha with Decreased of blood glucose levels. Based on these results, then Dhuha prayer may be used as an alternative for substitute for exercise therapy in patients with diabetes mellitus. Dhuha Prayer has several advantages compared with exercise. However Dhuha prayer should never be used solely because they want to lower the blood glucose level. Prayer intentions simply because GOD and we hand it all to GOD, and the researcher was very confident that with the prayers Dhuha we do with the County ', tuma'ninah and istiqomah because GOD can cure patients with diabetes mellitus.

Keywords: Dhuha Prayer, Blood Glucose Levels

PENDAHULUAN

Sholat Dhuha merupakan salah satu sholat sunat yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah yang dilaksanakan pada pagi hari sebelum memulai aktifitas kita sehari-hari. Banyak pendapat bahwa sholat dapat meningkatkan kesehatan. Namun sejauh ini belum terdapat penilitian yang membuktikan tentang pendapat tersebut. Ditinjau dari konsep biomekanika, gerakan – gerakan sholat Dhuha bila dilaksanakan secara khusu' dan

tumakninah terdapat 2 macam gerakan kontraksi otot yaitu kontraksi otot isometric dan isotonic, dimana kontraksi otot isometric lebih dominan (predominan). Gerakan dengan kontraksi otot isometric dan isotonic keduanya dapat menurunkan kadar glukosa darah, tetapi gerakan dengan kontraksi otot isometricc lebih efektif dan lebih banyak dapat menurunkan glukosa darah.

(18)

menurunkan kadar glukosa darah , maka penelitian ini dirancang untuk membuktikan apakah sholat Dhuha dapat menurunkan kadar glukosa darah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain

Randomized Control Group Pre test

Post test Design dengan variabel bebasnya

adalah Sholat Dhuha dan variabel tergantung adalah kadar glukosa darah. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa FIK Unipdu Jombang dengan usia 19-25 tahun, masing-masing 15 responden untuk kelompok kontrol dan perlakukan. Sampel diambil dengan menggunakan simple random sampling. Sholat dhuha dilakukan selama 30 menit (8 rokaat) dengan khusu’ dan tuma’ninah yang dilakukan berjamaah. Pengukuran Kadar Glukosa darah menggunakan

sampel darah kapiler dengan

menggunakan Glukosa Test. Sebelum pengambilan sampel baik pada kelompok perlakuan dan kontrol dipuasakan selama 8 jam, kemudian diberikan minum larutan glukosa 100g/300ml, setelah 30 menit minum larutan gula dilakukan pengukuran glukosa darah (30 menit Postprandial) sebagai data pre test, dan 90 menit posprandial sebagai data post test. Analisis data dilakukan dengan uji statistik t-test dengan tingkat kemaknaan p = 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil crosstab pada tabel 1. didapatkan bahwa semua responden (15 orang) setelah sholat Dhuha mengalami penurunan kadar glukosa darah. Sedangkan pada kelompok kontrol tampa melakukan sholat Dhuha 10 orang mengalami penurunan , 3 orang tetap, dan 2 orang mengalami kenaikan.

Pada hasil uji T-test dependen pada

kelompok perlakuan didapatkan nilai ρ =

0,000, sedangkan pada kelompok kontrol

didapatkan nilai ρ = 0,658. Dengan nilai kemaknaan α = 0,05 maka menunjukkan

terjadi penurunan kadar glukosa darah yang signifikan pada kelompok kontrol, sedangkan pada kelompok kontrol penurunan kadar glukosa darah tidak signifikan.

Pada hasil uji T-test independen pada data sebelum perlakuan (30 menit pp)

kelompok perlakuan didapatkan nilai ρ =

0,650 sedangkan pada data setelah perlakuan (90 menit pp) didapatkan nilai

ρ = 0,000. Dengan nilai kemaknaan α =

(19)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 19

Tabel 1 Tabulasi silang dan hasil uji T-test antara sholat dhuha dengan kadar glukosa darah postpandrial pada kelompok kontrol dan perlakuan Mahasiswa di FIK UNIPDU Jombang,

No T-test Dependen T-test Independen

Kelompokperlakuan Kelompok kontrol Perlakuan kontrol Perlakuan -kontrol

Pre Post Pre Post pre pre post post

1 135 106 135 130 135 135 106 130

2 125 97 145 145 125 145 97 145

3 135 106 120 119 135 120 106 119

4 125 110 120 120 125 120 110 120

5 120 90 135 133 120 135 90 133

6 120 101 125 122 120 125 101 122

7 135 110 145 146 135 145 110 146

8 135 110 125 120 135 125 110 120

9 125 100 135 130 125 135 100 130

10 131 108 131 130 131 131 108 130

11 135 110 135 130 135 135 110 130

12 125 109 125 120 125 125 109 120

13 145 120 135 137 145 135 120 137

14 145 106 135 134 145 135 106 134

15 135 104 145 145 135 145 104 145

x = 130,40

x = 105,80

x = 132,73

x = 130,73

x = 130,40

x = 132,73 x = 105,80

x = 130,73

Sd= 7,89 Sd= 6,94 Sd = 8,41

Sd = 9,48

ρ = 0,650 ρ = 0,000

ρ = 0,000 ρ = 0,658

(20)

Hasil uji test sama subyek (dependent T-test) pada kelompok dengan sholat Dhuha didapatkan nilai signifikansi ρ = 0,000 (ρ < 0,05). Hasil uji T-test berpasangan (Independent T-test) didapatkan nilai signifikansi ρ = 0,650 (ρ > 0,05). Hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan sholat Dhuha terhadap penurunan menurunkan kadar glukosa darah.

Penurunan kadar glukosa darah setelah latihan fisik dengan sholat Dhuha disebabkan karena peningkatan glukosa uptake ke dalam sel otot. Glukosa uptake semakin besar karena pada sholat Dhuha dibuat gerakan latihan isometrik lebih dominan dari pada gerakan latihan isotonik. Gerakan sholat Dhuha dengan gerakan latihan isometrik berupa: gerakan pada saat berdiri, sujud, iktidal, rukuk dan duduk diantara dua sujud. Glukosa uptake pada gerakan isometrik lebih banyak karena gerakan yang terjadi adalah gerakan kontraksi otot antagonistik yang melibatkan kontraksi otot yang lebih banyak. (Rajin, 2008).

Kontraksi otot antagonistik pada saat gerakan isometrik tersebut menyebapkan kontraksi otot terjadi pada dua sisi baik pada otot gerakan fleksi maupun ekstensi kaki. Sedangkan pada gerakan isotonik terjadi gerakan agonis dimana gerakan fleksi dan ekstensi terjadi bergantian, sehingga dimungkinkan ada fase relaksasi (istirahat) pada sisi yang berlawanan. Gerakan antagonistik ini tentunya akan memerlukan sejumlah energi yang lebih besar, sehingga pemakaian glukosa darah

(glukosa uptake) juga akan lebih besar dan penurunan kadar glukosa darah juga akan lebih besar.

Latihan isometrik adalah latihan yang ototnya mengalami kontraksi yang isometrik, artinya tidak terlihat adanya gerakan, oleh karena itu bisa disebut dengan kontraksi statik (fox, 1993). Sedangkan menurut Powers (2007) Pada latihan isometrik terjadi peningkatan tegangan otot, tetapi tidak terjadi gerakan pada sendi.

Pada kontraksi isometrik, jembatan

persilangan (Cross Bridges)

membangkitkan kekuatan tetapi tidak menggerakkan filamen, sehingga tidak merubah pola ikatan kepala miosin kepada aktin dari kedaan istirahat (Marieb, 2007). Dengan kata lain, pada kontraksi isometrik terjadi penguatan ikatan antara kepala miosin terhadap aktif side aktin tetapi tidak terjadi gerakan kepala miosin untuk menarik aktin (tidak terjadi Slidding aktin miosin).

(21)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 21

intrinsik dari glukosa transporter menuju membran plasma sel otot (Warren, 2000). Sedangkan Guyton (2006) menyatakan bahwa pada saat latihan tidak memerlukan sejumlah besar insulin, sebab serabut otot saat latihan lebih permiabel terhadap glukosa.

Selanjutnya latihan meningkatkan transport glukosa melalui membran sel dengan menstimulasi translokasi GLUT 4 ke permukaan sel otot. Translokasi GLUT-4 pada sarkolemma adalah merupakan mekanisme utama yang menyebabkan peningkatan masuknya glukosa ke dalam sel otot skelet (Garrett, 2000).

Mobilisasi glukosa transporter GLUT 4 pada sarkolemma distimulasi oleh kontraksi otot tidak tergantung insulin (Goodman, 2003). Translokasi glukosa transporter saat aktivitas terjadi karena pada saat kontraksi otot terjadi peningkatan ion Ca2+. Ion Ca2+ ini mengaktifkan Protein kinase C (PKC) yang sensitif terhadap ion Ca2+ dan PKC ini terlibat dalam translokasi GLUT-4 (Richer, 2001; Youngren:2003). Dengan meningkatnya pemakaian energi selama aktivitas menyebabkan rasio AMP dibanding ATP (AMP/ATP) dan rasio kreatin Posfat dibanding kreatin (C/PC) menurun. Penurunan rasio tersebut mengaktifkan 5-AMP -Activated-Protein kinase (AMPK 5) yang memicu translokasi GLUT-4 (Musi, 2001; Younger:2003).

Produksi nitride oxside (NO) juga meningkat secara drastis saat kontraksi otot. NO yang diproduksi mempunyai dampak meningkatkan aliran darah pada otot yang berkontraksi dan NO ini merupakan molekul isyarat respon

adapatif latihan dalam waktu lama dan menengah. NO menstimulasi glukosa transpor otot melalui mekanisme yang diperantarai oleh cGMP (Younger:2003). Mekanisme penurunan kadar glukosa darah 90 menit setelah sholat Dhuha dapat diringkas pada Gambar 1.

Penurunan kadar glukosa darah pada sholat dhuha juga dapat disebabkan karena penurunan sekresi hormon stress katekolamin dan glukokortikoid. namun

mekanisme ini tidak dapat

dipertimbangkan karena penurunan sekresi hormon stress tersebut hanya terjadi bila sholat dilakukan dengan perasaan senang dan tenang ketika menjalankan sholat dhuha dan indikator ini sulit dan tidak dinilai oleh peneliti.

PENUTUP

Dari pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai bahwa Kadar glukosa darah sebelum sholat Dhuha pada kelompok kontrol dan perlakuan sama dan dalam batas normal. Kadar glukosa darah setelah sholat Dhuha pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan, sedangkan pada

kelompok perlakuan terjadi

penurunan.Sholat Dhuha yang dilakukan

dengan tuma’ninah dapat menurunkan

kadar glukosa darah dengan signifikan.

Sholat dhuha dengan tuma’ninah dan khusu’ dapat digunakan sebagai alternatif

(22)

terapi rehabilitasi dan terapi kesehatan yang lain. Perlu dikembangkan penilitian untuk menganalisa pengaruh sholat dhuha khusunya dan sholat yang lain dengan indikator kesehatan yang lain, seperti (1)

Terhadap peningkatan hormon

pertumbuhan (GH), (2) Terhadap penurun-an sekresi hormon strees. (3) Terhadap tingkat depresi pada pasien gannguan jiwa.

(4) Terhadap kemampuan mengotrol diri pada penderita gaduh gelisah. (5) Membandingkan dengan jenis latihan atau olahraga yang lain. (6) Guna memperluas penjelasan teoritik dan penerapan latihan isometrik, maka penelitian ini perlu dilakukan dengan responden penderita diabetus mellitus.

Gambar 1. Mekanisme Penurunan Glukosa Darah Pada Latihan Isotonik

 Peningkatan distribusi insulin ke otot

 Peningkatan jumlah reseptor insulin pada otot

 Peningkatan distribusi glukosa ke otot

 Peningkatan permiabilitas membran sel otot

Peningkatan Ca++ Aktivasi PKC

Penurunan Rasio AMP/ATP

Penurunan Rasio C/PC Aktivasi AMPK5

Peninkatan NO Aktivasi cGMP

Peningkatan translokasi GLUT4

Peningkatan masukan glukosa ke otot

Penurunan Glukosa Darah 60 menit pp Latihan Isometrik dan

(23)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 23

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad bin Salim Baduwailan (2008). Terapi Mengobati Penyakit Dengan Shalat. Jakarta : Pustaka At-Tazkia.

Astrand P.O. & Rodahl. K. 1986. Text Book of Work Physiology, Second edition. Mc. Graw Hill Company. Asril B, 2002. Respon Gula Darah Non

Atlet dan Atlet pada Latihan dengan pemberian Gula sebelum Latihan. Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya. Tesis.

Atnanto, Purnomo & Abdul Kadir. 1994. Memelihara Kesehatan dan Kesegaran Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi.

Bell DS, 2001. Importance of Posprandial Glucosa Control, Southerm Medical Journal, August, Vol. 94.8, diaksses 20 Pebruari 2008.

Boron WF, Boulpaep EL, 2005. Medical Physiology : A Celluler and Moleculer Approach, Update Edition. Philadelpia : Elsevier Sounders.

Budiarto E, 2002. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Kedokteran.

Cheri L, Andrew SL, Carlos AM, Millar, PL, 2005, Acute Vascular Responses to Isometric handgrip Exercise and ffecs of Training in

Persons Medicated For

Hypertension, Am J Physiol Heart Cire Physuol 291: H1797-H1802, 2006,

http://jap.physiology.org/cgi/content

//87/6/2305, diaksses pada tanggal 10 Juni 2008.

Copeer DM, Barstow TJ, Lee WN, Bergner R, 1989. Blood Glucose Turnover During Hight and Low Intensity Exercise. Am J Physiol Endocrinol Metab 257: E405-E412, American Physiological Society. http://ajpendo.

physiology.org/cgi/content/abstract, diakses pada 6 Maret 2008.

Dugi K, 2006. The Incidence of Diabetes is on the Rise, in both the Development and Development Worlds. Germany: Profesor of Medicine at The University of Heidelberg.

www.scienceinsschool.org/2006/iss ue1/diabetes.html, diakses 20 pebruari 2008..

Fox EL, Bowers RW, and Foss ML, 1993. The Physiological Basic of Exercise and Sport (5th ed.). USA: Wim. C. Brown Publisher.

Fox E.L., Bowers R.W. and Foss M.L. 1998. The Physiological Basis of Physical Education and Athletics (4th ed.). Philapelhia: Saunders College Pub.

Frontera WR, Herring SA, Micheli LJ, Silver JK, 2007. Clinical Sports Medicine : Medical Management and Rehabilitation, First Publised. Sounders Elsevier.

Ganong WF, 2005. Review of Medical Physiology, 20th Edition. New York: Lange Medical Books / McGraw-Hill.

(24)

Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

Godam (2006). Pengertian dan Penjelasan Shalat Sunat Tahajud, Dhuha, Istikhoroh, Tasbih, Taubat, Hajat, Safar. http://organisasi.org. Tanggal 23 April 2009.

Goodman HM, 2003. Basic Medical Endokrinology, Third Edition. California : Akademic Press.

Guelfi KJ, Jones TW, Fournear PA, 2005. The Decline in Blood Glucose Levels Is Less With Intermittent High-Intensity Compared With Moderate Exercise in Individuals With Type 1 Diabetes. Diabetes care 28:1289-1294, 2005. The American

Diabetes Association.Inc

(htpp://care/diabetesjournal. org/cgi/content/full/28/6/1289, diakses 20 pebruari 2008.

Guelfi KJ, Ratnam N, Smythe GA, Jones TW, Fournier PA, 2007. Effect of intermittent high-intensity compared with continuous moderate exercise on glucose production and utilization in individuals with type 1 diabetes. Am J Physiol Endocrinol Metab 292: E865-E870, 2007, diaksses tanggal 8 pebruari 2008. Guyton AC, Hall JE, 2006. Texbook of

Medical Physiology. Philadelphia: WB Sounders Company.

Henriksen EJ, (2002). Exercise Effects of Muscle Insulin Signaling and Action Invited Review: Effects of Acut Exercise and Exercise Training on Insulin Resintance. J Appl Physiology 93: 788-796, 2002. Arizona: Department of Physiology,

University of Arizona College of Medicine, diakses 20 pebriari 2008. Herawati L, 2004. Penurunan Kadar

Glukosa Darah Posprandial Pada Latihan Fisik Intensitas Sedang Interval dan Kontinyu. Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya. Tesis, hlm 22.

Hilmi Al-Khuli (2008). Menyingkap Rahasia Gerakan gerakan Shalat. Yogyakarta : Diva Press.

Jalal M. Syafii (2008). Sehat Dan Bugar Dengan Kekuatan Gerakan Shalat. Cikarang : Duha Khasanah.

King MW, (2003). Posprandial Glucose Regulation. The Medical Biochemisteri,

www.denstistry.leeds.ac.uk/.../deabe tes.html, diakses 20 pebruari 2008. Marieb EN, Hoehn K, 2007. Human

Anatomy and Physiology, Seventh edition. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.

Marko SL, Kari K, Heikki K, Jukka K, Juhani K, Pirjo, N, 2003, Skeletal Muscle Blood Flow and Heteregeneity Durung Dynamic and Isometric Exercise in Humans, Am J Physiol Heart Cire Physuol 284: H979-H989,

http://jap.physiology.org/cgi/content //87/6/2305, diaksses pada tanggal 10 Juni 2008.

(25)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 25

Mayes PA, Murray RK, Granner DK, 2000. Harper’s Biochemistry, 25th edition, New York : McGraw-Hill, pp 7, 8, 10.

Nazir M, 2005. Metode Penelitian, Cetakan keenam. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nursalam Dan Siti Pariani (2001). Pendekatan Riset Keperawatan. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Patellongi I, 2000. Fisiologi Olah Raga, Edisi Pertama. Makasar: Bagian Ilmu Faal, Universitas Hasanuddin, hlm 36, 93.

Paulsen WJ, Boughner DR, Friesen A, Persaud JA, (1979), Ventrikuler Response to Isotometric and Isotonik Exercise. British Heart

Journal 1979:521-527,

http://jap.physiology.org/cgi/content //87/6/2305, diaksses pada tanggal 10 Juni 2008. Mc. Graw Hill Company.

Rajin, MM., 2009, Penurunan kadar glukosa darah pada latihan isometrik, FIK UNIPDU Jombang. Richer EA, Derave W, Wojtaszewski

JFP, 2001. Glucose, Exercise, and Insulin: Emergency Conceps, Journal Of Physiology, diakses 20 threshold on glucose effectiveness. J Appl Physiol 87: 2305-2310, Vol. 87, Issue 6, 2305-2310,. http://jap.physiology.org/cgi/content /full/87/6/2305, diaksses pada tanggal 8 maret 2008.

Sabil (2008). Sholat.

http://sholat.files.wordpress.com. Tanggal 20 Maret 2009.

Sagiran M. (2007) Mukzizat Gerakan Sholat. Tangerang : Qultum Media.

Sastroasmoro S, Ismael S. 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi kedua. Jakarta: CV Sagung Seta.

Sherwood L, Alih bahasa Pendit BU, 2001. Human Physiology: From Cells To systems, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC kedokteran.

(26)

Sugiyono, 2006. Statistik Untuk Penelitian, Cetakan kesembilan. Bandung: IKAPI, alpabeta.

Vanloon LJ, Greenhaff PL, Saris HM, 2001. The Effecs of Increasing Exercise Intensity on Muscle Fuel Utilization in Humans. Journal of Physiology (2001), 536.1, pp. 295-304. Netherland: School of biomechanical Science, diakses 20 pebruari 2008.

Wilmore JH, Costill DL, 1994. Physiology of Sport and Exercise. New Zealand: Library of Congress catalonging-in-Publicastion data.

Yasin (2009). Shalat Dhuha. http://125.160.17.21/speedyorari/vie w.php. Tanggal 23 April 2009.

Younger J, 2003. Exercise and The Regulation of Blood Glucose, Chapter 25. Endotext.com: www.endotext.org/diabetes14/diabe tes14.html, diakses 20 pebruari 2008.

Yusuf, al- Hajj, Ahmad (2008). Terapi Sehat Dengan Ibadah. Yogyakarta : Sajadah Press.

Zainudin, M., 2007. Metodologi

(27)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 27

PENGARUH TERAPI BERMAIN : BIBLIOTERAPI TERHADAP

PENURUNAN RESPON MALADAPTIF PADA ANAK USIA

PRASEKOLAH SETELAH DIPASANG INFUS

Andi Yudianto 1, Lailatul Fitriyah 2

3. Prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, UNIPDU Jombang 4. Rumah Sakit Umum Daerah Jombang

Abstract

Invasive procedure : Infuse mointing is one of medical procedure that make trouble to preschool patient. It needs specific communication so they can give adaptive coping to nursing care. The obyective of study was to analyze the effect of bibliotherapy to maladactive response decrease for preschool after infuse lighted. The research uses Quasy Experiment Pretest-Post test Control Group Design , the population is preschool patient that have been infuse mointed in child department RSD Jombang, the sample is 20 respondent by using purposive sampling. We gathered the data by observation method and then we tabulated using distribution frequency and we use T-test with mean level α 0,05. After giving bibliotherapie by using T-test we get ρ = 0,04 with mean level α 0,05 that mean playing therapy (bibliotherapy) is influence to make maladaptive response decrease for preschool kids after infuse mointing. This Result showed Bibliotherapy is communication technique and also playing theraphy that can help kids to adapt with the environment so maladaptive response kids will less and their anxiety is decrease.

Keyword : bibliotherapy, maladaptive response, preschool kids, infuse

PENDAHULUAN

Asuhan keperawatan pada pasien anak, umumnya memerlukan tindakan invasif seperti injeksi atau pemasangan infus. Jika ditinjau lebih dekat, pengobatan yang digunakan (antibiotik ataupun cairan) relatif sama, namun fakta tersebut menunjukkan adanya perbedaan waktu yang dibutuhkan dalam asuhan keperawatan, dalam hal ini tampaknya ada faktor lain yang mempengaruhinya. Menurut para peneliti, faktor tersebut sangat berkaitan dengan distres hospitalisasi. Berdasarkan hasil

(28)

Selama ini, Perawat telah melakukan komunikasi agar anak bisa memberikan koping yang adaptif dalam pemberian asuhan keperawatan. Tetapi komunikasi tersebut kurang efektif. Diperlukan komunikasi yang spesifik agar anak menjadi adaptif. Salah satu bentuk komunikasi yang bias diterapkan adalah komunikasi biblioterapi. Biblioterapi adalah salah satu contoh bermain yang juga merupakan teknik komunikasi pada anak. Dengan biblioterapi kita bisa mengkomunikasikan informasi dengan bermain. Karena dengan bermain anak dapat mengurangi kecemasan dari perpisahan dan perasaan ingin pulang serta sarana untuk memenuhi tujuan terapeutik. Biblioterapi akan memudahkan perawat berinteraksi dan berkomunikasi dalam menjelaskan tentang manfaat infus, apa yang seharusnya atau tidak boleh dilakukan oleh anak pada saat dipasang infus. Sehingga anak akan lebih kooperatif pada tindakan keperawatan.

Merujuk fenomena tersebut dan mengingat pentingnya komunikasi pada anak selama intervensi keperawatan maka peneliti ingin mengetahui pengaruh terapi biblioterapi terhadap penurunan respon maladaptif pada anak usia prasekolah setelah dipasang infus.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy Experiment Pretest-Postest Control Group Design. Sampel penelitian ini meliputi 20 anak, usia 3 sampai 6 tahun yang dirawat di ruang

(29)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 29

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Tabel respon maladaptif anak usia prasekolah pre dan post kelompok perlakuan dan kontrol di Rumah Sakit Daerah Jombang, September 2008

Dari hasil crosstab tersebut didapatkan bahwa 9 orang dari 10 orang setelah pemberian terapi bermain (biblioterapi) mengalami penurunan respon maladaptif, dan 1 orang tidak berubah. Sedangkan pada 10 orang yang tidak diberikan terapi bermain (biblioterapi), 4 orang

mengalami penurunan respon maladaptif, dan sisanya tidak mengalami perubahan.

Tabel 2. Tabel respon maladaptif anak usia prasekolah post antar perlakuan di Rumah Sakit Daerah Jombang, September 2008

Setelah dilakukan uji t-test didapatkan

nilai ρ = 0,04 dengan nilai kemaknaan α =

(30)

berarti ada beda antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan setelah dilakukan terapi bermain terhadap penurunan respon kecemasan pada anak usia prasekolah di ruang anak Bapelkes RSD Jombang.

Reespon maladaptif pada anak usia prasekolah setelah dipasang infus pada penelitian ini merupakan salah satu cara anak mengekspresikan perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri. Kecemasan yang utama pada tahap perkembangan anak prasekolah adalah karena perpisahan dengan keluarga dan teman, kehilangan kontrol dan rasa kemandirian karena pembatasan aktifitas selama dirumah sakit, serta cedera dan nyeri tubuh.

Bila anak sedang dalam kecemasan, maka persepsi terhadap sesuatu yang membangkitkan kecemasan ini sering tidak sesuai. Dalam keadaan cemas, perasaan yang diderita oleh anak sering tidak jelas. Kecemasan datang dapat berupa perasaan khawatir atau takut tanpa sebab yang jelas. Kadang-kadang timbul perasaan sedih, gelisah, gugup. Pada saat cemas ada dorongan untuk berbuat sesuatu seperti yang biasa dilakukan sebelumnya pada saat mengalami kecemasan seperti, perbuatan untuk

menangkis, mengelak, atau

menghindarkan dari kejadian yang mungkin membuat cemas. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) penyakit dan hospitalisasi dapat dipandang sebagai hukuman sehingga perawat harus menjelaskan mengapa setiap prosedur

dilakukan juga menyatakan secara langsung bahwa prosedur yang dilakukan bukan merupakan sebuah hukuman.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk

meminimalkan pengaruh dari

hospitalisasi pada anak usia prasekolah pada penelitian ini adalah tehnik bermain melalui biblioterapi. Terapi dilakukan dengan cara mengajak pasien anak berbincang untuk mengetahui bacaan apa yang disukainya, mencari penyebab penyakit atau stres, lalu menawarkan buku yang tepat untuknya. Biblioterapi merupakan penggunaan buku-buku dalam proses terapeutik dan supportif yang memberi kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi kejadian yang serupa dengan keadaan mereka sendiri. Pemahaman ini berdampak positip pada perilaku anak.

Dalam biblioterapi anak akan membaca atau dibacakan cerita tentang sikap dan perilaku yang berhasil mengatasi masalah yang serupa dengan apa yang sedang mereka alami. Tujuan dari penggunaan biblioterapi adalah untuk menolong anak mengatasi kekacauan emosional berhubungan dengan masalah kehidupan (dalam hal ini kecemasan hospitalisasi) dengan membaca literatur yang berkaitan. Cerita dalam biblioterapi dapat dijadikan batu loncatan untuk diskusi dan kemungkinan pemecahan krisis diri dengan membaca langsung dan kegiatan yang mendukung.

(31)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 31

orang (90%), mengalami penurunan dan 1 orang (10%) tidak berubah. Penurunan Respon maladaktif ini dilakukan tehnik Identification, Pada tahap ini, biblioterapi membantu anak melahirkan semacam pertalian dengan karakter utama dalam cerita tersebut, kemudian mendalami kemampuan yang digunakan oleh karakter tersebut dalam menghadapi masalahnya. Tahap berikutnya terjadi Chatarsis. Pada tahap ini responden mulai memahami perasaan karakter dan mencari kesamaan akan menimbulkan katarsis. Karena ketegangan emosi seseorang dapat diredakan apabila karakter tersebut berhasil mengatasi suatu masalah. Pada tahap ini anak melibatkan perasaan dalam cerita, hal ini bisa membebaskan emosi yang terpendam dibawah kondisi aman (sering berdiskusi atau melakukan kegiatan). Tahap terakhir adalah Insight yaitu anak menyadari bahwa permasalahannya kemungkinan bisa dihindari atau dipecahkan. Mereka sudah mampu meredakan ketegangan emosinya, juga bersedia untuk mengaplikasikan apa yang mereka pelajari kepada apa yang sedang mereka hadapi.

Biblioterapi akan menurunkan stress psikologi selama tindakan pemasangan infuse di ruangan. Kondisi Stress psikologis yang menurun akan berpengaruh pada hipotalamus, yang selanjutnya akan mempengaruhi hipofisis sehingga menurunkan ekskresi ACTH (Adrenal Cortico Tropic Hormone) yang akan mempengaruhi kelenjar adrenal untuk menekan kortisol. Penekanan ini

akan meningkatkan respon imun pada anak. Anak dapat mengatasi stres dan kecemasan dengan menggerakkan sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik, kemampuan menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya

dapat membantu seseorang

mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

PENUTUP

Tehnik bermain Biblioterapi berpengaruh terhadap penurunan respon maladaptif pada anak usia prasekolah yang mendapat terapi infus. Tehnik Bermain Biblioterapi akan menurunkan stress psikologi selama tindakan pemasangan infuse di ruangan sehingga berpengaruh pada adopsi perilaku koping individu yang berhasil dalam menurunkan respon maladak.Perlu penelitian lebih lanjut tentang efek biblioterapi terhadap pemendekan hari perawatan pada anak dengan tindakan invasive lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E (1999) dan Robert M. Kliegman. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. EGC : Jakarta

(32)

Hayden, Torey. Phenomenology of Bibliotherapy in Modifying Teacher Punitiviness. http://www.torey-hayden.com

Hurlock, Elizabeth B (2000). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga: Jakarta.

Kozier, et al. (1995). Fundamental Of Nursing: Concepts, process and practice 5th edition. California : Addison- Wesley.

Nurachmah, dkk. (2000). Buku Saku: Prosedur Keperawata Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Nursalam, (2003). Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

Nursalam, (2005) dan Ekawati. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat Dan Bidan). Edisi I. Salemba Medika : Jakarta.

Pearce, John (2000). Mengatasi Kecemasan dan Ketakutan Anak: Kiat Membantu Anak Melawan Ketakutan dan Mengembangkan Percaya Diri. Arcan : Jakarta.

Perpustakan al-Hurriyyah, (2006). Biblioterapi : Penyembuhan dengan Membaca.

http://www.ahperpus.multiply.com, Tanggal 17 Maret 2008.

Rocca, et.al. (1998). Seri Pedoman Praktis: Terapi Intravena. Edisi 2. EGC: Jakarta.

Sacharin, rosa M (1996). Editor : IG. N. Gde Yasmin Asih, SKp. Psinsip perawatan pediatric, Edisi 2. EGC: Jakarta.

Snyder, Mariah (1992). Independent Nursing Interventions. Delmar Publisher Inc: Canada.

Soetijiningsih (1995). Editor : IG. N. Gde Ranuh. Tumbuh kembang anak. EGC : Jakarta

Supartini, Y. (2004). Editor : Monica Ester. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. EGC : Jakarta.

Wong D.L, (1995) & whaley, L.F. Nursing care of infant and children. Charida company, united states of America.

Wong D.L, (2003). Editor : Sari Kurniaingsih. Alih bahasa : Monica Ester. Pedoman klinis keperawatan pediatric. Edisi 4. EGC : Jakarta

Yusuf, Syamsu (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Rosda: Bandung.

Zein, Asmar Yetty (2005), dan Eko Suryani. Psikologi Ibu dan Anak.

(33)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 33

HUBUNGAN TINGKAT KECERDASAN SPIRITUAL

DENGAN

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI

Kurniawati, Utomo Heri S,

Abstrak

Operasi merupakan tindakan medik yang dilakukan pada pasien dengan kondisi darurat atau penyakit kronis yang dibutuhkan ketepatan dan kecepatan dalam bertindak. Namun disisi lain, jadwal operasi yang direncanakan seringkali menyebabkan pasien merasa cemas. Tujuan penelitin ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Paviliun Mawar RSUD Jombang. Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan populasi pasien pre operasi di Paviliun Mawar RSUD Jombang. Analisis menggunakan uji statistik rank spearman (rho) dengan tingkat

kemaknaan α = 0,05. Hasil nilai signifikasi (ρ) sebesar 0,001 dan nilai koefisien korelasi

sebesar 0,616. terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Paviliun Mawar RSUD Jombang. Kecerdasan spiritual tinggi yang dimiliki oleh seorang pasien pre operasi mampu menurunkan kecemasan yang dialami oleh pasien pre operasi itu sendiri. Hal ini dikarenakan seseorang yang mempunyai kecerdasan spiritual selalu berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan pada akhirnya akan menciptakan ketenangan tersendiri dalam menghadapi proses operasi yang akan dijalani.

Kata kunci : Kecerdasan spiritual, kecemasan, pasien pre operasi.

PENDAHULUAN

Operasi merupakan tindakan medik yang dilakukan pada pasien dengan kondisi darurat atau penyakit kronis. Kondisi ini memerlukan tindakan operasi secepatnya, karena gangguan dapat mengancam jiwa. Sedangkan operasi untuk penyakit kronis seperti jantung, ginjal, paru-paru atau patah tulang akibat kecelakaan dapat direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan kondisi pasien agar lebih stabil. Namun disisi lain, jadwal operasi

yang direncanakan seringkali menyebab-kan pasien merasa cemas.

(34)

urogenitalia, sistem endokrin, dan lain-lain (Dadang Hawari, 2008).

Penurunan atau pengurangan tingkat kecemasan sebenarnya tergantung pada pasien yang akan menjalani operasi. Bila pasien mampu mengontrol dan mengendalikan persepsinya terhadap operasi yang akan dijalani, maka dapat memberikan ketenangan tersendiri. Ketenangan juga bisa didapatkan dari tingkat kecerdasan spiritual atau sering disebut sebagai kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan kapasitas dari otak manusia yang memberi kemampuan dasar untuk membentuk makna, nilai, dan keyakinan. Keyakinan tersebut yang akan membentuk pikiran bawah sadar yang selanjutnya akan menimbulkan energi yang dapat meningkatkan ketenangan dalam menghadapi sesuatu (Ary Ginanjar Agustin, 2006).

Saat ini, salah satu usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi tingkat kecemasan pada pasien pre operasi adalah dengan memberikan informed consent. Informed consent merupakan suatu usaha memberikan penjelasan pada pasien untuk menurunkan atau mengurangi gejala kecemasan serta dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan pada pasien melalui penyampaian pesan kesehatan (sumber : Penatalaksanaan dan Konsep-Konsep Periopeatif). Namun usaha ini masih belum optimal untuk mengurangi kecemasan pasien, dikarenakan keterbatasan dari informed consent yang hanya memberikan infomasi

mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan agar mampu membuat pasien optimis pada keberhasilan operasi. Pasien yang menerima informed consent masih banyak yang belum percaya dan optimis, sehingga masih terjadi kecemasan. Selain itu, usaha yang dilakukan untuk menurunkan tingkat kecemasan adalah memberikan terapi dan psikoreligius (berdoa, berdzikir dan membaca kitab suci).

Dari latar belakang permasalahan tersebut, peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara tingkat kecerdasn spiritual dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Paviliun Mawar RSUD Jombang. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat diketahui hubungan korelasi antara kedua variabel tersebut sehingga didapatkan cara yang tepat untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien pre operasi.

METODE PENELITIAN

(35)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 35

kuisioner secara penuh dengan tehnik consecutive sampling. Variabel independen penelitian ini adalah tingkat kecerdasan spiritual dan variabel dependennya adalah tingkat kecemasan. Untuk mengukur kecerdasan spiritual pasien pre operasi, digunakan kuisioner berdasarkan literature ESQ. Sedangkan untuk mengukur kecemasan pasien pre operasi digunakan kuisioner dengan HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) sebagai alat ukur dengan 14 kelompok gejala. Analisa data dilakukan dengan uji statistik rank spearman (rho)

dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari tabel 1 , didapatkan hasil bahwa responden yang mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 14 responden (51,9%), yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 8 responden (29,6%) dan yang mengalami kecemasan berat sebanyak 5 responden (18,5%). Dari 14 responden yang mengalami kecemasan ringan, sebanyak 13 responden (48,2%) mempunyai tingkat kecerdasan spiritual tinggi dan sebanyak 1 responden (51,9%) mempunyai kecerdasan spiritual rendah.

Tabel 1. Tabulasi silang hubungan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Paviliun Mawar RSUD Jombang. Tingkat

kecerdasan spiritual

Tingkat kecemasan pre operasi

Jumlah Kecemasan

ringan

Kecemasan sedang

Kecemasan berat Tinggi

Rendah

13 (48,2%) 1 (3,7%)

1 (3,7%) 7 (25,9%)

2 (7,4%) 3 (11,1%)

16 (59,3%) 11 (40,7%)

Jumlah 14 (51,9%) 8 (29,6%) 5 (18,5%) 27 (100%)

(36)

Tabel 2 Hasil uji korelasi Spearman rho hubungan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Paviliun Mawar RSUD Jombang

Correlations

Tingkat kecerdasan

spiritual

Tingkat kecemasan pre operasi

Spearman's rho

Tingkat kecerdasan spiritual

Correlation Coefficient

1.000 .616**

Sig. (2-tailed) . .001

N 27 27

Tingkat

kecemasan pre operasi

Correlation Coefficient

.616** 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 27 27

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari 8 responden yang mengalami kecemasan sedang, sebanyak 1 responden (3,7%) mempunyai kecerdasan spiritual tinggi, dan sebanyak 7 responden (25,9%) mempunyai kecerdasana spiritual rendah. Dari 5 responden yang mengalami kecemasan berat, sebanyak 2 responden (7,4%) mempunyai kecerdasan spiritual tinggi, dan sebanyak 3 responden (11,1%) mempunyai kecerdasan spiritual rendah.

Dari hasil uji korelasi rank spearman (rho) dengan tingkat kemaknaan α = 0,05

didapatkan nilai signifikasi (ρ) sebesar

0,001 dan nilai koefisien korelasi sebesar

0,616. Karena nilai signifikasi (ρ) yang didapatkan < α, maka hipotesis penelitian

H1 diterima yang berarti terdapat

hubungan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Paviliun Mawar RSUD Jombang.

PEMBAHASAN

Dari hasil uji statistik rank spearman (rho) dengan tingkat kemaknaan α = 0,05

didapatkan nilai signifikasi (ρ) sebesar

0,001 dan nilai koefisien korelasi sebesar

(37)

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 1, N0. 1, SEPTEMBER 2010 37

didapatkan < α, maka hipotesis penelitian

H1 diterima yang berarti terdapat

hubungan antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di Paviliun Mawar RSUD Jombang.

Menurut Lynda Jual Carpenito (2000), cemas adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktifitas syarat autonom dalam berespon dalam ancaman yang tidak jelas atau non spesifik. Cemas merupakan istilah yang akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah yang tidak menentu, takut, tidak tentram dan kadang disertai keluhan fisik. Kecemasan dapat dialami oleh setiap orang tertutama jika seseorang tersebut akan menghadapi proses operasi.

Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan. Melaluilangkah-langkah pemikiran yang bersifat perintah, menuju manusia yang seutuhnya (Ari Ginanjar, 2001 : 57). Suara hati manusia adalah kunci spiritual, karena ia adalah pancaran sifat-sifat Ilahi. Suara hati adalah suara Tuhan yang terekam di dalam jiwa manusia yang membentuk kekuatan-kekuatan pikiran bawah sadar. Suara hati bisa berupa larangan, peringatan atau sebaliknya sebuah keinginan bahkan bimbingan yang mana suara hati yang sebenarnya berasal dari God Spot yang merupakan kejernihan hati dan bersumber dari suara Ilahi yang selalu memberikan bimbingan dan

informasi-informasi penting untuk keberhasilan dan kemajuan seseorang (Ari Ginanjar Agustin, 2005).

(38)

maka mampu menjadikan dan membentuk kepribadian seseorang menuju manusia yang seutuhnya.

Ari Ginanjar (2001) mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah pemikiran yang bersifat perintah, menuju manusia yang seutuhnya. Dengan adanya persepsi seperti ini menjadikan seorang manusia mampu untuk mendengar bisikan dari suara hatinya. Suara hati manusia adalah kunci spiritual, karena ia adalah pancaran sifat-sifat Ilahi. Suara hati adalah suara Tuhan yang terekam di dalam jiwa manusia yang membentuk kekuatan-kekuatan pikiran bawah sadar. Suara hati bisa berupa larangan, peringatan atau sebaliknya sebuah keinginan bahkan bimbingan yang mana suara hati yang sebenarnya berasal dari God Spot. God Spot adalah kejernihan hati yang merupakan sumber-sumber suara Ilahi yang selalu memberikan bimbingan dan informasi-informasi maha penting untuk keberhasilan dan kemajuan seseorang. Dengan mempunyai God Spot menjadikan seorang manusia mampu untuk menemukan ketidakpastian dalam hidup, menemukan arti tujuan hidup dan mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Tuhan Yang Maha Tinggi yang pada akhirnya akan menjadikan seseorang siap menghadapi segala sesuatu hal. Seseorang yang merasakan kecemasan menjelang operasi (pre operasi) merupakan suatu hal yang lazim dan terjadi pada setiap orang yang

akan menjalani proses operasi. Kecemasan yang terjadi pada diri seseorang merupakan respon yang muncul karena adanya ancaman integritas dan kemampuan diri. Azhar, et. al. (1994) yang mengemukakan bahwa kecemasan yang timbul pada seseorang dikarenakan seseorang tersebut merasakan adanya ancaman terhadap integritas yang meliputi ketidakmampuan fisiologi yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, serta adanya ancaman terhadap sistem diri yang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi social dalam berintegrasi. Kecemasan yang muncul pada pasien pre operasi dipengaruhi oleh kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh masing-masing personal. Penurunan atau pengurangan tingkat kecemasan sebenarnya tergantung pada pasien yang akan menjalani operasi.

Gambar

Tabel  1 Hasil Tanggapan responden terhadap mutu pelayanan IRD sebelum dan sesudah ISO 9001 : 2000 di ruang IRD Bapelkes RSD Jombang bulan Juli
Tabel  1 Tabulasi silang dan hasil uji T-test antara sholat dhuha dengan kadar glukosa darah postpandrial pada kelompok kontrol dan perlakuan
Gambar 1. Mekanisme Penurunan Glukosa Darah Pada Latihan Isotonik
Tabel 2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari arti kata tersebut para partisipan setuju karana dari arti kata memilki kesesuaian dengan konsep cerita dan desain yang akan diangkat sebagai komik yaitu

Tabel 2.9 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda 1 detik

Dalam rancangan BTS Hotel di Kampus ITS, sesuai dengan rancangan penempatan lokasi BTS Hotel Room dan Pole, maka akan dilakukan perancangan terkait jaringan fiber optik

ntuk mendukung ketersediaan data sebaran dan populasi orangutan, U terutama di kawasan-kawasan yang masih minim data, maka perlu dilakukan serangkaian penelitian awal melalui:

Data berasal dari sediaan arsip di Departemen Patologi Anatomik yang didiagnosis secara histopatologik sebagai karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan

penapisan fitokimia yang diperoleh berbeda dengan penelitian yang dilakukan [1] yang melaporkan dalam ekstrak etanol daun mindi mengandung senyawa metabolit sekunder

Dari hasil pengamatan dan wawancara respon dari para pengunjung, pedagang dan petugas yang sedang malakukan aktifitas/ kegiatan di pasar terhadap gejala suhu yang panas, adalah

Segment pasar dari bangunan gallery ini adalah para seniman- seniman muda dan juga masyarakat umum yang cinta akan seni khusunya yang berdomisili di Jakarta. II.6