• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGATURAN PAJAK LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MESUJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGATURAN PAJAK LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MESUJI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENGATURAN PAJAK LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MESUJI

(Skripsi)

Oleh

Ahmad Nur Hidayat 1212011022

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENGATURAN PAJAK LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MESUJI

Ahmad Nur Hidayat, Muhammad Akib, Marlia Eka Putri Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum, Universitas Lampung

Jalan, Prof, Dr, Ir, Soemantri Brojonegoro No 1 Bandar Lampung E-mail. Hidayatfossifh@gmail.com

Abstrak: Pajak Lingkungan atau yang dunia internasional dikenal dengan green tax adalah salah satu instrumen fiskal dalam upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup. Dalam kenyataannya pengaturan hukum dan implementasinya masih lemah. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah; 1). Bagaimanakah Pengaturan Pajak Lingkungan sebagai upaya perlindungan lingkungan hidup di Kabupaten Mesuji?. 2). Bagaimanakah implementasi pajak lingkungan sebagai upaya perlindungan lingkungan hidup di Kabupaten Mesuji?

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah normatif-empiris, dengan menggunakan data primer dan data sekunder, kemudian dianalisis secara deskriptif-kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan, pengaturan hukum pajak lingkungan di Kabupaten Mesuji belum diatur secara eksplisit, namun berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah, terdapat dua jenis pajak yang berhubungan dengan lingkungan hidup yaitu Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan serta Pajak Air Bawah Tanah. Implementasi pajak lingkungan di Kabupaten Mesuji belum berorientasi kepada perlindungan lingkungan hidup, masih lebih banyak berorientasi kepada peningkatan Pendapatan Asli Daerah, selain itu kurangnya peran pemerintah dalam pengawasan terhadap kegiatan perlindungan lingkungan serta bentuk pengembalian pajak yang kurang terhadap upaya perlindungan lingkungan hidup.

Kata kunci: Pengaturan Pajak Lingkungan, Implementasi Pajak Lingkungan,

(3)

THE REGULATION OF ENVIRONMENTAL TAX AS SAFEGUARD OF LIVING ENVIRONMENTAL IN THE MESUJI REGENCY

Hidayat Nur Ahmad, Muhammad Akib, Marlia Eka Putri Administrative Law, Faculty of Law, University of Lampung Road, Prof Dr Ir, Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

E-mail. Hidayatfossifh@gmail.com

Abstract: Environmental Tax or internationally known as the green tax is a fiscal instrument for the protection of the environment. In reality the rule of law and its implementation is still weak. Based on this background, the problem of this research is; 1). How is the environmental tax settings as safeguard of living environmental in the Mesuji Regency ?, 2). How is the implementation of an environmental tax as safeguard of living environmental in the Mesuji Regency?

This research used normative-empirical method, primary and secondary data, and will be analyzed by descriptive qualitative.

The results showed that set of the tax environmental law in the Mesuji Regency has not been set explicitly, but by District Regulation Mesuji No. 2 of 2012 on Local Taxes, there are two types of taxes related to the living environment that the Tax Non Metallic Minerals, Rocks and Water Tax Underground. Implementation of living environmental tax in the Mesuji Regency has not yet oriented to living environmental protection, more oriented to increase regional revenue, in addition to the lack of the government's role in the oversight of the activities of environmental protection as well as the form of tax refunds less to safeguard the environment.

Keywords : Tax arrangements Environment, Implementation of Environmental

(4)

Judul Skripsi :PENGATURAN PAJAK LINGKUNGAN SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN MESUJI

Nama Mahasiswa : Ahmad Nur Hidayat

Nomor Pokok Mahasiswa : 1212011022

Bagian : Hukum administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1.Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Muhammad Akib S.H,. M.H. Marlia Eka Putri S.H.,M.H NIP. 1963091618031005 NIP. 198403212006042001

2.Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

(5)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia, artinya sumber daya alam yang ada di Indonesia digunakan

hanya untuk kemakmuran rakyat Indonesia hal ini dipertegas dalam Pasal 33 UUD 1945 yang menyatakan “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Termasuk mengenai lingkungan yang harus digunakan atau dilestarikan berdasarkan pembanguan berkelanjutan.

Lingkungan hidup merupakan tempat dimana kesatuan ruang dan waktu menjadi satu kesatuan yang utuh, yang memberikan manfaat kepada manusia dan mahluk hidup pada umumnya.

Menurut Pasal 1 angka 1 UU No 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan

Perlindungan Lingkungan Hidup (UUPPLH), menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang

dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Pemanfaatan lingkungan hidup harus memberikan dampak positif baik untuk keberlangsungannya maupun untuk wilayah disekitarnya, misalnya dengan melakukan penggundulan hutan daerah disekitarnya akan merasakan akibatnya,

yaitu terjadinya longsor, maupun kekeringan yang berkepanjangan karena

tidak adanya daerah resapan air, termasuk terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang dihasilkan adanya pemanfaatan lingukungan tersebut. Artinya pemanfaatan tersebut akan berimbas kepada wilayah yang lainnya apabila tidak memperhatikan pelestarian lingkungan, sehingga upaya perlindungan lingkungan hidup harus mampu dijalankan dengan baik.

(6)

perkembangan zaman, dimana banyaknya pembangunan yang dilakukan memberikan dampak kepada lingkungan, yaitu semakin sempitnya ruang terbuka yang menjadi hak konstitusional warga untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan bersih. Banyak yang berpendapat bahwa pemerintah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara banyaknya pembangunan yang dilakukan untuk menarik investor ke Indonesia, tetapi dalam aspek

lingkungan pemerintah gagal yaitu aspek sosial dan lingkungan.

Emil salim mengemukakan bahwa pembangunan di Indonesia masih jauh dari yang digaungkan dengan nama pembangunan berkelanjutan (sustainable development), dimana diperlukan keterkaitan antara dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan, agar pembangunan tetap berlanjut dalam situasi yang ajeg untuk jangka waktu yang panjang. Diperlukan pengelolaan yang baik untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang berawasan lingkungan.

Keterkaitan antara kegiatan ekonomi dengan sumber daya alam dan lingkungan menjadi penting. Hal ini dikarenakan proses produksi dan konsumsi tidak hanya membutuhkan sumber daya alam sebagai salah satu faktor input, tetapi juga akan menghasilkan output sisa (limbah) yang akan mempengaruhi kondisi maupun kelangsungan lingkungan. Persoalan yang berdampak kepada lingkungan mengharuskan pengelolaan atas dampak negatif yang muncul akibat dampak

negatif atas manfaat yang diperoleh dari sumber daya alam yang dikelola tidak

sebanding dengan biaya yang dikeluarkan sehingga biaya yang membengkak harus ditanggung. Permasalahan yang timbul karena karakteristik dari beberapa sumber daya alam dan lingkungan dikategorikan sebagai barang publik yang berimbas kepada tindakan konsumsi maupun eksploitasi yang berlebihan.

(7)

penanggulangan, dan pemulihan lingkungan hidup dengan menerapkan kebijakan instrumen hukum. Instrumen kebijakan hukum diantaranya Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Tata Ruang, Baku Mutu Lingkungan, kriteria baku mutu kerusakan lingkungan hidup, AMDAL, UKL-UPL, perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan yang berbasis lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis resiko

lingkungan hidup, audit lingkungan hidup, dan instrumen lingkungan hidup

lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.

Pajak lingkungan hidup harus melindungi lingkungan, yaitu melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Mesuji, yaitu Peraturan Daerah No 2 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah, namun pengawasan yang dilakukan belum maksimal, untuk menekan tingkat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, oleh karena itu, perlu peningkatan pajak lingkungan hidup yang mengedepankan upaya insentif

dan/atau disensitif.

Pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan terjadi akibat eksploitasi yang berlebihan sehingga akibat yang dihasilkan harus adanya pemulihan terkait pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan, oleh karena itu diperlukan kebijakan yang efektif untuk menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan sebagai wujud pembangunan berkelanjutan, hal ini yang terjadi di salah satu Kabupaten di

Lampung, yaitu Kabupaten Mesuji. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dan menuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : “Pengaturan Pajak Lingkungan

sebagai Upaya Perlindungan Lingkungan Hidup di Kabupaten Mesuji”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka beberapa pokok permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

(8)

Kabupaten Mesuji?

2. Bagaimanakah implementasi pajak lingkungan upaya perlindungan lingkungan hidup di Kabupaten Mesuji ?

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi dan hanya pada Pajak Lingkungan Hidup berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji No 2 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. Yaitu tentang implementasi Pajak Air

Bawah Tanah dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.

1..4 Tujuan dan Manfaat penelitian a. Tujuan dari penelitian adalah

sebagai berikut:

1.Mengetahui pengaturan pajak lingkungan sebagai upaya perlindungan lingkungan di Kabuptaten Mesuji.

2.Mengetahui implementasi pajak lingkungan, sebagai upaya perlindungan lingkungan hidup di Kabupaten Mesuji.

b. Manfaat dari penulisan skripsi antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis karya tulis atau skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dan acuan untuk mengembangkan wawasan terutama tentang Hukum Lingkungan Hidup dan Pajak. khususnya tentang kekuatan hukum kekuatan hukum lingkungan dalam mencegah terhadap pencemaran dan/atau krusakan lingkungan. 2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam karya

tulis atau skripsi ini adalah untuk :

I. Memperluas wawasan penulis dalam lingkup Hukum Lingkungan dan Pajak khususnya tentang kekuatan hukum kekuatan hukum lingkungan dalam mencegah terhadap pencemaran dan/atau krusakan lingkungan. II. Sebagai bahan informasi

(9)

III. Referensi bahan bacaan dan sebagai sumber data atau acuan bagi peneliti yang berhubungan dengan Hukum Lingkungan dan Hukum Pajak khususnya tentang keberadaan hukum sebagai upaya pencegahan dan/atau kerusakan lingkungan.

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan-ketentuan

perundang-undangan (in abstracto) serta penerapannya pada peristiwa hukum (in concreto). Fokus penelitian hukum

normatif-empiris adalah pada penerapan atau implementasi ketentuan hukum normatif (in abstracto) pada peristiwa hukum tertentu (inconcreto) dan

hasilnya. Eksistensi dari pemberlakuan atau implementasi hukum normatif itu

dapat berupa:

a) Perbuatan hukum nyata; dan b) Dokumen hukum.

2.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan normatif, adalah pendekantan yang dilakukan dengan mengkaji peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bahan-bahan literatur yang erat kaitannya dengan Kebijakan Pemerintah Daerah, yang dalam hal ini

lebih khusus terhadap Kabupaten Mesuji dalam hal

Pengaturan Pajak Lingkungan sebagai Upaya Perlindungan Lingkungan Hidup Di Kabupaten Mesuji.

(10)

2.3. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan bahan penelitian yang bersumber dari data-data sebagai berikut :

1) Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Pengumupalan data primer dilakukan dengan menggunakan tehnik wawancara kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah, dan Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kabupten Mesuji. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara proses

penegakan dan penerapan Pajak Lingkungan sebagai Upaya pelindungan Lingkungan Hidup sebagai data pelengkap.

2)Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku-buku hukum, dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukm yang mengikat, adapun bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 b) Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

c) Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retrbusi Daerah

d) Undand-Undang Nomor Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

e) Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

f) Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Mesuji Di Provinsi Lampung g) Peraturan Pemerintah No 27

(11)

Pajak Daerah

i) Peraturan Daerah Kaupeten Mesuji No 3 Tahun 2012 Tentang Retribusi Jasa Umum

b. Bahan Hukum Sekunder Bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, anatar lain buku-buku literatur ilmu hukum, baik hukum administrasi negara, karya ilmiah dari kalangan hukum, jurnal hukum, dan artikel, serta bahan-bahan lain

yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

3). Metode Pengumpulan dan Pengelolaan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai berikut: 1) Pemeriksaan Data (editing) Yaitu pembenaran apakah data yang terkumpul melalui studi pustaka, dokumen dan wawancara

yang berhubungan dengan Pengaturan Pajak Lingkungan

sebagai Perlindungan Lingkungan Hidup sudah dianggap lengkap, relevan, jelas, tidak berlebihan dan

tanpa kesalahan.

2) Penandaan Data (coding) Yaitu pembenaran tanda pada data yang diperoleh, baik berupa penomoran ataupun penggunaan tanda atau simbol atau kata tertentu

yang menunjukkan

golongan/kelompok/klasifikasi data menurut jenis dan sumbernya, dengan tujuan untuk menyajikan data secara sempurna, memudahkan rekonstruksi serta analisis data.

3) Penyusunan/Sisteatisasi Data (constructing/sistematizing)

Yaitu kegiatan menabulasi secara sistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda menurut klasifikasi dan urutan masalah. Penyusunan/klasifikasi data akan memudahkan analisis data.

4). Analisis Data

(12)

hasil analisis guna menjawab permasalahan yang ada.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Kabupaten Mesuji

Kabupaten Mesuji adalah salah satu

kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia. Kabupaten ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung serta Kabupaten OKI Provinsi Sumatera Selatan.

Kabupaten ini memisahkan diri dari Kabupaten Tulang Bawang dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada tanggal 29 Oktober 2008. Sesuai dengan amanah UU No. 49 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Mesuji, ditetapkan bahwa ibu kota Kabupaten Mesuji adalah kecamatan Mesuji,

berdasarkan hasil musyawarah tokoh-tokoh masyarakat ditetapkan

bahwa ibukota terletak tepatnya di Kampung Wiralaga Mulya Kecamatan Mesuji. Nama Wiralaga Mulya diambil

dari penggabungan dua Kampung Di Kecamatan Mesuji yaitu Kampung Wiralaga dan Kampung Sidomulya yang juga berdasarkan hasil musyawarah tokoh masyarakat dan para tetua adat yang ada di Kabupaten Mesuji. Pemilihan ibukota kabupaten di Kecamatan Mesuji merupakan solusi terbaik dalam hal pemerataan kesempatan pembangunan, dalam hal ini Kabupaten Mesuji menggunakan prinsip “Segitiga Emas” yakni Kecamatan Mesuji sebagai pusat

pemerintahan, Kecamatan Mesuji Timur sebagai sentra pertanian dan perikanan

(13)

pertanian serta perdagangan di Kabupaten Mesuji. Kabupaten Mesuji masih sangat jauh terbelakang di banding kabupaten-kabupaten di Lampung lainnya. Jalan sebagian besar masih dari tanah sehingga waktu hujan aktivitas ekonomi agak tersendat karena jalan rusak.

Wilayah Kabupaten Mesuji meliputii 7 Kecamatan yaitu:

1. Way Serdang

2. Simpang Pematang

3. Panca Jaya

4. Tanjung Raya

5. Mesuji

6. Mesuji Timur

7. Rawajitu Utara

Letak georafis tersebut menempatkan

Kabupaten Mesuji pada posisi yang potensial dan strategis dalam pengembangan produk sumber daya alam baik pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan. Dalam bidang hutan, Kabupaten Mesuji menetapkan dalam rencana tata ruang dalam kawasan, yaitu kawasan peruntukan hutan produksi

yang berada di Kecamatan Way Serdang dan Kecamatan Mesuji Timur, yang pengelolaanya telah menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan luas kurang lebih 42.762 Ha. Kawasan Hutan Rakyat yang luasanya kurang lebih 2.600 Ha. Sesuai dengan luas hutan yang ada di Kabupaten Mesuji menjadikan beberapa orang atau perusahaan untuk memanfaatkan hutan tersebut sesuai dengan peruntukannya untuk menunjang kearifan lokal Kabupaten Mesuji, hal ini terbukti

beberapa perusahaan menanamkan sahamnya untuk memanfaatkan hutan

tersebut diantaranya, PT BSMI, PT SILVA INHUTANI, PT SINAR MAS, BTLA, LAMBANG JAYA, PPA, dan lain-lainnya. Perusahaan tersebut juga menambahkan sahamnya dibidang perkebenunan, yaitu Perkebunan sawit, karet, dan singkong yang mayoritas menjadi komoditas di Kabupaten Mesuji.

3.2. Pengaturan Pajak Lingkungan sebagai Upaya Perlindungan Lingkungan Hidup di Kabupaten Mesuji

(14)

logam yang sama. Disatu sisi, pajak lingkungan diperlukan sebagai salah satu instrumen lingkungan hidup, dalam hal pengendalian, demi terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, di sisi lain, ada dampak yang dipertentangkan dimasyarakat dan dunia usaha, untuk itu perlu format yang baik dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Undang-undang No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang No.6 Tahun 1983

tentang Kententuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) bahwa: “Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pajak adalah iuran yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan undang-undang yang bersifat memaksa untuk penyelenggaraan pemerintahan, dalam hal ini peneliti mengunakan bahwa pajak

yang dibayarkan oleh wajib pajak tidak hanya menyelenggarakan pemerintahan, namun untuk melestarikan dan mengembalikan fungsi lingkungan hidup.

Pajak sebagai melestarikan dan mengembalikan fungsi lingkungan hidup adalah upaya yang dilakukan sesuai dengan fungsi pajak, yaitu fungsi regulerend, pajak digunakan untuk mengarahkan masyarakat agar bertindak sesuai keinginan pemerintah. Artinya pajak bukan hal untuk mendapatkan

sumber dana yang sebanyak-banyaknya, namun untuk dijadikan kebijakan yang

(15)

Pengaturan pajak lingkungan sendiri juga ditemukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji No 2 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah, bahwa terdapat ketentuan yang sebenarnya berhubungan dengan lingkungan hidup. Jenis-jenis pajan tersebut berhubungan dengan lingkungan hidup, terdiri dari :

a. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Berdasarkan Pasal 1 angka (20) Perda No 2 Tahun 2012 pajak mineral bukan

logam dan batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan

logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan dibidang mineral dan batubara.

Objek pajak mineral bukan logam dan bantuan adalah kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Objek pajak yang termasuk mineral bukan logam meliputi, asbes, bentonik, marmer, tawas, zeolit dan lain-lainya, melihat obyek yang dikenakan dalam pajak ini berkaitan langsung dengan lingkungan hidup. Sesuai dengan tujuan dari peraturan ini adalah bukan hanya

membayar karena sudah menjadi kewajiabnnya, namun bagaimana kemudian pemanfaatan ini tidak menimbulkan sebuah kerugiakan, terlebih masyarakat yang disekelilingnya yang merasakan kerugian tersebut, sehingga pemanfaatan ini harusnya mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kabupten Mesuji, agar tidak mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup akibat kegiatan/usaha tersebut.

Melihat fungsi pajak regulerend,

(16)

lingkungan yang diakibatkan, yaitu upaya pemulihan yang harus dilakukan dan apabila tidak dilakukan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka BPPLH akan memuat di media bahwa perusahan dan/atau penanggung jawab kegiatan tersebut akan di blacklist dari daftar perusahaan yang yang mendapatkan izin di Kabupaten Mesuji.

b. Pajak Air Tanah

Berdasarkan Pasal 1 angka (24), Perda

No 2 Tahun 2012, Pajak air tanah adalah pajak atas pengembalian

dan/atau pemenfaatan air tanah. Sedangkan air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Pasal 67A Perda No 2 Tahun 2012 menyatakan bahwa, setiap wajib pajak atas pemanfaatan air tanah maka diwajibkan untuk mendaftar diri dan melaporkan usahanya Pada dinas Pendapatan Kabupaten Mesuji. Pemanfaatan air tanah ini berkaitan dengan lingkungan, karena apabila tidak ada sebuah instrument hukum maka pemanfaatan akan merusak lingkungan atas kegiatan tersebut. Sehingga,

kegiatan pemanfaatan air tanah ini mempunyai potensi untuk merusak dan/atau pencemaran lingkungan hidup. Pemanfaatan air tanah juga bisa mengakibatkan pencemaran baku mutu air, hal ini sesuai dengan dengan Pasal 20 UU No 32 Tahun 2009 PPLH yang menyatakan bahwa, Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup. Selanjutnya, baku mutu lingkungan meliputi, baku mutu air, baku mutu air limbah, baku mutu air

laut, baku mutu udara, ambient, baku mutu emisi, baku mutu ganggungan,

serta baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(17)

Pemerintah Kabupaten Mesuji dapat melakukan pengaturan dan pemberian izin bagi orang atau badan hukum yang akan mengambil dan/atau memanfaatkan air tanah untuk keperluan air minum, rumah tangga, industri, perternakan, pertanian, irigasi, pertambangan, dan kepententingan lainnya. Luasnya pemanfaatan air tanah ini apabila tidak dibarengi dengan peran aktif Pemerintah Daerah, misalnya dalam bentuk pengawasan atau lainnya, makan akan rentan terhadap kerusakan

dan/atau pencemaran air tanah tersebut.

Melihat fungsi pajak regulerend, dimana pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu diluar bidang keuangan, kemudian dikaitkan dengan Pajak Air Bawah Tanah sebagai upaya perlindungan terhadapat kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan ini bisa diselarasakan dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Mesuji. Hal ini yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Mesuji, dimana Pemerintah menerapkan upaya disintensif bagi perusahaan dan/atau penanggung jawab kegiata atas

kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan yang diakibatkan, yaitu upaya pemulihan yang harus dilakukan dan apabila tidak dilakukan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka BPPLH akan memuat di media bahwa perusahan dan/atau penanggung jawab kegiatan tersebut akan di blacklist dari daftar perusahaan yang yang mendapatkan izin di Kabupaten Mesuji.

Dari penjabaran dua jenis pajak tersebut

menunjukkan pajak lingkungan hidup walaupun tidak secara eksplisit, sudah

(18)

langsung upaya untuk perlindungan lingkungan hidup, masih didalam tahapan pemanfaatan pengelolaan lingkungan yang dikenakan pajak, sehingga orientasi yang diamanahkan berdasarkan pasal 43 UUPPLH masih belum terpenuhi secara penuh. Sejauh ini pengenaan jenis-jenis pajak berdasarkan Perda Kabupaten Mesuji No 2 Tahun 2012 masih sebatas peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3.3. Impelentasi Pajak Lingkungan Sebagai Upaya Perlindungan Lingkungan Hidup di Kabupten Mesuji

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Drs.

Hamdani, bahwa kebijakan pemerintah Kabupaten Mesuji dalam melakukan

tindakan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang dilakukan

oleh perusahaan atau kegiatan ialah melalui paket Perda No 2 tahun 2012 yaitu tentang Pajak Daerah, serta perizinan-perizinan yang dilakukan oleh penanggung jawab kegaiatan.

Dari Perda tersebut pemerintah Kabupaten Mesuji melakukan penarikan

paksa sesuai dengan pengertian pajak terhadap subyek pajak, atas pemanfaatan dan penggunakan sumber daya alam di kabupaten Mesuji. Seperti diketahu terdapat 11 (sebelas) komponen yang dijadikan pungutan atas obyek pajak. Pungutan tersebut diakumulasikan menjadi PAD Kabeputen Mesuji. Mengingat pajak menjadi sumber utama bagi Kabupaten Mesuji dalam menyelenggarakan roda pemerintahan. Dari pajak tersebut pemerintah menjalankan kebijakan pemerntahan,

termasuk terhadap lingkungan hidup yang kemudian dinaungin oleh Badan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Mesuji, walaupun, tidak rinci diatur terkait pengelolaan lingkungan berdasarkan APBD Kabupaten Mesuji.

(19)

dari AMDAL untuk perusahaan dan kosultan. Sedangkan untuk usaha menengah yang diawasi melalui UKL-UPL. Serta SPPL menjadi persyaratan yang harus dipenuhi oleh usaha-usaha kecil. Apabila dalam izin tersebut ada yang dilanggar oleh perusahaan dan/atau penangung jawab kegiatan kemudian dilakukan observasi dan apabila terbukti melakukan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan melebihi batas baku mutu lingkungan yang dilakukan maka Badan

Pengelolaan Lingkungan Hidup memanggil perusahaan dan/atau

penangung jawab kegiatan untuk dilakukanya dan dimintai keterangan serta diumumkan kemedia-media yang ada, bahwa perusahaan atau kegiatan yang dilakukan telah melakukan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan.

Izin lingkungan menjadi pokok setiap perusahaan dan/atau penanggung jawab kegiatan untuk melakukan kegiatan di Kabupaten Mesuji, sehingga proses pencegahan serta pemulihan akan lebih mudah dikendalikan apabila pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

terjadi. Izin yang diperoleh harus melalui prosedur yang sudah di tetapkan. Selain pemerintah Kabupaten Mesuji melaukan upaya-upaya bagi masyarakat Mesuji agar tetap taat terhadap hukum, maka dilakukannya proses-prosesnya sebagai berikut :

a. Pembinaan

Pembinaan ini diperuntukan untuk perusahaan dan masyaratkat. Pada tingkat perusahaan pembinaan dilakukan melalui monitoring dan pengawasan

pengelolaan limbah dari kegiatan yang dihasilkan, monitoring ini sendiri

dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali. Pengawasan itu sendiri diharapkan setiap perusahaan yang ada di Kabupaten Mesuji mentaati peraturan perundang-undangan yang belaku serta menjaga kelestarian lingkungan hidup.

b. Pemulihan

(20)

Mekarsari serta Taman Kota di Brabasan.

Kebijakan lingkungan hidup dalam perpajakan, di Kabupaten Mesuji belum diatur secara regulasi, karena pajak yang selama ini ada dan sudah diatur dalam regulasi belum ada yang mengacu pada lingkungan hidup. Hal ini terlihat pada jenis-jenis pajak yang menjadi sumber pendapatan daerah diantarnya : 1). Pajak Hotel, 2) Pajak Restoran, dan 3) Pajak sarang burung walet. Namun, dalam

retribusi daerah yang mengarah kelingkungan hidup, kebijakan tersebut

diataur dalam Perda Kabupaten Mesuji No. 3 Tahun 2012 Tentang Jasa. Khususnya pada Pasal 2 huruf b yang menyatakan retribusi pelayanan sampah/kebersihan. Kebijakan ini walau tidak secara rinci namun kebijakan pemerintah sebagai uapaya perlindungan lingkungan hidup sudah megatur upaya pelestarian lingkungan hidup.

Pungutan Pajak Daerah masih menjadi permasalahan bagi Kabupaten Mesuji apalagi di bidang lingkungan hidup, mengingat Kabupaten Mesuji masih dalam tahap pembangunan infrastruktur,

hal ini menyebabkan priotas utamanya adalah pembangunan, baik yang bersifat jangka menengah maupun jangka panjang. Artinya dari ini alokasi pengembalian pajak untuk lingkungan hidup melalui Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Mesuji masih minim dari segi anggaran, karena ada prioritas lainnya. Selain itu melihat pengembalian pajak yang secara tidak langsung dirasakan oleh subyek pajak, karena memamng tidak pengertian secara eksplisit pengembalian pajak

dalam bentuk materi, namun pengembalian dirsakan secara tidak

langsung yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Mesuji. faktor inilah menjadi hambatan pengelolaan lingkungan Hidup melalui Badan Pengelolaan Lingkungan belum maksimal, karena keterbatasan anggaran yang selama ini terjadi. Namun pemerintah tetap melalukan upaya-upaya dalam rangka menjaga Kabupaten Mesuji tetap asri, hijau dan jauh dari kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan hidup.

BAB IV

(21)

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat dari peneliti ini adalah sebagai berikut:

1. Pajak lingkungan hidup secara pengaturan belum diatur secara eksplisit namun dibeberapa undang-undang secara tidak langsung sebenarnya mengatur pajak lingkungan yang

berorientasi pembangunan berkelanjutan, pengaturan pajak

lingkungan hidup di Kabupaten Mesuji, secara tidak langsung diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji No 2 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah, dimana jenis-jenis pajak yang berorintasi terhadap lingkungan hidup ialah Pajak Air Tanah dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. Pemerintah Kabupaten Mesuji masih menekankan kebijakannya melalui Peraturan Daerah tersebut masih dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

2. Implentasi pajak lingkungan di Kabupaten Mesuji kurang berjalan dengan baik, hal ini berdasarkan pengaturan yang kurang eksplisit, serta perlindungan berdasarkan aturan tersebut masih sebatas peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Mesuji. Faktor penghambat implementasi pajak lingkungan yaitu Pajak Air Tanah dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ini adalah

kurangnya peran pemerintah dalam rangka pengawasan serta

bentuk pengembalian pajak yang tidak langsung, yaitu untuk menyelengaakan pemerintahan sehingga proses perlindungan lingkungan hidup melalui pemerintah berjalan dengan maksimal.

4.2 Saran

(22)

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup agar dapat membuat aturan yang jelas dan tegas dalam rangka pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan hidup Mesuji, hal ini didasarkan padapentinganya pengaruh ingkungan terhdapat keberlangsungan Kabupaten Mesuji, yang tidak hanya mengedepankan ekonomi dalam pembanguna Kabupaten Mesuji.

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku

Asikin, Amirudin dan Zainal. Pengantar penelitin Hukum. Jakarta. PT Raja Garfindo Persada. 2012

A.T. Marlia Eka Putri . Green Tax Sebagai Instrumen Ekonomi Lingkungan HIdup Menuju Pembangunan Berkelajutan yang berwawasan Lingkungan. 2015

Fauzi, Ahmad, Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta:

GramediaPustaka Utama 2006

Muhammad, Abdulkadir. Hukum Dan Penelitian Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2004) Salim,Emil. Paradigma Pembengunan

Berkelanjutan, Jakarta: Keputuan Populer Gramedia 2010.

Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif.

Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang. Yayasan A3. 1990

Soekanto, Soerjono. Pengantar

penelitisn Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press. 1986

Website

http://www.penataanruang.net/lampung/ 02_kab_mesuji.asp?id=42

Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang Pengelolaan dan Perlindungan

Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014

tentang Adminitrasi Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah No 27 Tahun

1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup.

Peraturan Daerah Kabupaten Mesuji

Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pajak

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kapasitas sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan, (2)

4) Kinerja UMKM yang dilihat dari biaya menunjukkan perbedaan yang signifikan setelah menggunakan KUR dari BRI. KUR yang diberikan oleh BRI memberikan dampak yang signifikan

Final Rendering, merupakan tahap akhir dari pembuatan Video Animasi 3D pada aplikasi Adobe Premiere Pro CS5 dengan output Animasi 3 Dimensi Mekanisme Pengujian

Penelitian ini di dukung oleh teori Keynes (1990) yang menyatakan bahwa dalam pengalokasian belanja pemerintah membutuhkan adanya campur tangan dari pemerintah

Hasil dari kolaborasi perlu merujuk pada bentuk Entrepreneurial City (Lombardi, Giordano, Farouh, & Yousef, 2012), yang memiliki beberapa implikasi, diantaranya

1) Bapak RD. Selaku Direktur Politeknik Negeri Sriwijaya. selaku Ketua Jurusan Teknik mesin Politeknik Negeri Sriwijaya. selaku Dosen Pembimbing I dalam

Faktor yang paling dominan adalah faktor Bukti Langsung dengan nilai eigen sebesar 10.165 atau faktor ini mampu menjelas- kan 37.648% dari seluruh total faktor-faktor

Lepas dari khilaf dan segala kekurangan, penulis merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Proferensi Masyarakat Kabupaten Balangan Menjadi Peserta