• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH DI KABUPATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH DI KABUPATE"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah penelitian kecil ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Wilayah 2. Ibu Vely Kukinul Siswanto, ST, MT, M.Sc. selaku dosen pembimbing dalam tugas ini 3. Teman-teman yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.

Makalah dengan judul ”Pengembangan Ekonomi Wilayah Kabupaten Bangli dengan Konsep Minapolitan” ini disusun sebagai tugas mata kuliah Ekonomi Wilayah dalam Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Dalam proses penyelesaian makalah ini tentunya banyak kekurangan, baik dari pengambilan referensi data maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini.

Demikianlah makalah ini disusun, semoga bermanfaat bagi berbagai pihak dan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran mata kuliah Pengembangan Wilayah.

Surabaya, Mei 2016

(3)

DAFTAR ISI

2.1.3 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah...7

2.1.4 Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)...8

2.1.5 Teori Basis Ekonomi...8

2.2 TINJAUAN KEBIJAKAN...13

2.2.1 RPJMD Kabupaten Bangli 2010-2015...13

2.2.2 Perda Kabupaten Bangli No. 9 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli tahun 2013-2033...13

2.2.3 Keputusan Bupati Bangli Nomor 523/171/2010...14

2.2.4 Masterplan Kawasan Minapolitan Danau Batur Kabupaten Bangli Tahun 2010... 14

3.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi...19

(4)

3.3 Kondisi dan Potensi Pemanfaatan Ruang...21

3.4.6 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor...26

3.4.6 Transportasi dan Pergudangan...26

3.4.7 Penyedia akomodasi dan makan minum...26

3.4.8 Informasi dan Komunikasi...27

4.3 Analisis Laju Pertumbuhan sub sektor unggulan dari tahun 2010-2013...35

4.4 Analisis Gabunagn SLQ dan DLQ...38

4.5 Analisis Shift Share...39

4.6 Analisis Gabungan KPP dan KPPW...40

4.7 Analisis Gabungan SLQ dengan PB...41

4.8 Analisis Komoditas Uanggulan...42

5.5 Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia...51

BAB VI... 52

KESIMPULAN... 52

(5)

DAFTAR GAMB

Gambar 2. 1 Peta Orientasi Pelaksanaan Minapolitan Kabupaten Bangli...14

Gambar 3. 1 Peta Kabupaten Bangli...18

Gambar 3. 2 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bangli...20

Gambar 3. 3 Pertumbuhan PDRB KAb. Bangli...22

Gambar 3. 4 Grafik pertumbuhan dan kontribusi kategori pertambangan dan penggalian terhadap PDRB... 22

Gambar 3. 5 Laju pertumbuhan industry...23

Gambar 3. 6 Pertumbuhan dan kontribusi kategori akoodasi dan makan minum...24

Gambar 3. 7 Pertumbuhan dan kontribusi jasa keuangan...25

Gambar 4. 1 Skema Proses analisis...26

Gambar 4. 2 Grafik PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2013...27

Gambar 4. 3 Grafik PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013...28

Gambar 4. 4 Grafik PDRB Sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013 ... 30

Gambar 4. 5 Grafik sub sektor di sektor pertanian menurut PDRB Tahun 2009-2013...31

Gambar 4. 6 Grafik laju pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013... 33

Gambar 4. 7 Laju pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian di Provinsi Bali Tahun 2009-2013... 34

Gambar 4. 8 Skema Pemilihan sub sektor pengembangan...39

Gambar 4. 9 Peta Kecamatan Kintamani yang mempunyai komoditas ikan nila terbesar....40

Gambar 5. 1 ilustrasi konsep fish farm...45

DAFTAR TAB

Tabel 2. 1 Matriks analisis gabungan SLQ dan DLQ...10

Tabel 2. 2 Matriks Analisis Gabungan PB dan LQ...11

Tabel 3. 1 PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2013...21

Tabel 4. 1 PDRB Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013...27

Tabel 4. 2 PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013...28

Tabel 4. 3 hasil analisis SLQ Sektor pada PDRB Kabupaten Bangli...29

Tabel 4. 4 PDRB sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013...30

Tabel 4. 5 PDRB sub sektor di sektor pertanian Provinsi Bali Tahun 2009-2013...30

(6)

Tabel 4. 7 Laju pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli tahun

2009-2013... 32

Tabel 4. 8 Laju pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Bangli tahun 2009-2013...33

Tabel 4. 9 analisis DLQ sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013 ... 34

Tabel 4. 10 Ketentuan analisis Gabungan SLQ dan DLQ...35

Tabel 4. 11 Hasil analisis gabungan SLQ dan DLQ...35

Tabel 4. 12 Hasil Analisis Shift Share sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli...36

Tabel 4. 13 Hasil analsiis KPP sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli...36

Tabel 4. 14 Hasil analsisi KPPW sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli...37

Tabel 4. 15 Analsisi Gabungan KPP dan KPPW...37

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam pembangunan negara Indonesia, perekonomian negara perlu dikembangkan secara terencana dan terpadu. Pembangunan yang dilakukan sudah pasti menuju pada suatu perubahan yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 2010:374).

Salah satu indikator kinerja pembangunan ekonomi adalah dengan menggunakan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator dari kesejahteraan masyarakat pada suatu daerah. Indikator yang paling umum digunakan untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat (perekonomian) suatu daerah adalah dengan melihat pendapatan regionalnya.

(8)

Tabel 1. 1 PDRB Bali atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Menurut Kab/Kota (Triliyun Rupiah) Kabupaten/Kot

a I-2012 PDRB ADHBIV-2012 I-2013** I-2012 PDRB ADHKIV-2012 I-2013**

1. Jembrana 1,02 1,17 1,21 0,50 0,50 0,50

2. Tabanan 1,42 1,67 1,70 0,72 0,72 0,72

3. Badung 4,36 5,06 5,07 1,75 1,75 1,73

4. Gianyar 2,09 2,44 2,45 0,99 0,99 0,99

5. Kelungkung 0,78 0,91 0,93 0,38 0,38 0,38

6. Bangli 0,66 0,77 0,79 0,32 0,32 0,31

7. Karangasem 1,18 1,32 1,35 0,53 0,53 0,53

8. Buleleng 2,12 2,35 2,39 1,01 1,01 1,01

9. Denpasar 3,60 4,17 4.24 1,69 1,69 1,69

Sumber: BPS Prov Bali, 2013

Jika dilihat dari pertumbuhen ekonomi dan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kabupaten Bangli terletak pada kuadran III seperti dilihat pada bagan berikut.

Gambar 1. 1 Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Peningkatan IPM Tahun 2008-2012 Sumber: BPS, 2012 (diolah)

(9)

33.

4%

Tidak tamat SD

Lulusan SLTP

Lulusan SD

Lulusan SLTA

Lulusan

Sarjana

Gambar 1. 2 Diagram Tingkat Pendidikan Penduduk Kab. Bangli Sumber: Masterplan Minapolitan Kab.Bangli, 2010

Tantangan yang harus diatasi oleh pemerintah daerah adalah menjaga efektivititas dan efisiensi kebijakan dan program mendorong percepatan pembangunan ekonomi dengan prioritas sektor atau kegiatan ekonomi yang punya potensi berkembang seperti pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan, serta perdagangan dan jasa. Selain itu, pemerintah daerah juga harus bekerja keras mendorong seluruh SKPD untuk memacu pembangunan ekonomi dengan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah sektor dan kegiatan utama daerah. Di samping nilai PDRB dan pertumbuhan ekonomi, kondisi perekonomian suatu daerah juga dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan hasil survey Kabupaten Bangli dalam angka, jumlah penduduk miskin pada tahun 2012 mencapai 9900 orang dan meningkat menjadi 12000 orang pada tahun 2013. Dapat dikaji bahwa penduduk memiliki dominasi pekerjaan pada sektor pertanian yaitu sebanyak 85,5%. Jenis pekerjaan lain meliputi jasa/pemerintah 7,6% berdagang 2,8%, industri 2,2% dan pengangkutan 1,9% (Sumber: Masterplan Minapolitan

(10)

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan laju pertumbuhannya atas dasar harga konstan (Lili Masli, 2008). Selain itu, pembangunan ekonomi perlu diperhatikan sektor yang potensial dikembangkan supaya memberikan efek multiplier bagi sektor-sektor ekonomi yang lain. Sehingga masing-masing pemerintah daerah dapat melihat sektor yang memiliki keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang memiliki keunggulan akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang.

1.2 TUJUAN

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1. Menentukan sektor basis di Kabupaten Bangli.

2. Menentukan sub sektor prioritas di Kabupaten Bangli

3. Memberikan konsep pengembangan yang sesuai terhadap permasalahan ekonomi di Kabupaten Bangli

1.3 SIETEMATIKA LAPORAN

Pada lapora ini terdiri atas 6 bab, dengan penjelasan masing-masing bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, pada bab ini menjelsakan mengenai latarbelakang permasalahan yang akan dibahas pada laporan ini, tujuan penulisan laporan, serta sistematika laporan

Bab II Tinjauan Pustaka dan Kebijakan, pada bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan ekonomi wilayah, seperti LQ dan Shift Share. Selain itu pada bab ini juga menjabarkan menegnaikebijakan-kebijakan yang berhubungan masalah perkembangan ekonomi Kabupaten Bangli, seperti RTRW, RPJM, dll.

Bab III Gambaran Umum Wilayah, pada bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum wilayah Kabupaten Bangli, serta menjelaskan mengenai gamabran umum perekonomian Kabupaten Bangli yang dijabarkan berdasarkan sektor pada PDRB

(11)

Bab IV Konsep Pengembangan, pada bab ini menjelskan mengenai konsep pengembangan yang digunakan untuk mengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Bangli, yang diawali berdasarkan analisis SWOT

(12)

BAB II

TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1 Tinjauan teori

2.1.1 Konsep Pembangunan Ekonomi

Menurut Adam Smith dalam Suryana (2000:55), pembangunan ekonomi adalah proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Bertambahnya penduduk suatu negara harus diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan dalam negeri.

Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis dan gradual, tetapi merupakan proses yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Berdasarkan pengertian tersebut pembangunan ekonomi terjadi secara berkelanjutan dari waktu ke waktu dan selalu mengarah positif untuk perbaikan segala sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk (Sukirno, 1996:13).

Dalam Sukirno (2006:10), pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Arti dari pernyataan tersebut adalah pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak hanya diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat.

2.1.2 Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Konsep Pertumbuhan Ekonomi Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2004:4), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk.

(13)

penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya.

Pertumbuhan ekonomi dalam Sukirno (2006:9) sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1).

Menurut Arsyad (2010:270) Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor sebagai berikut:

a. Akumulasi modal, termasuk investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human resources), akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang akan ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi modal akan menambah sumberdaya-sumberdaya yang baru dan meningkatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada.

b. Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan merangsang tergantung kepada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan memperkerjakan tenaga kerja secara produktif.

c. Kemajuan teknologi, merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan tradisional.

2.1.3 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah

Setiap pembangunan daerah memiliki tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah dengan partisipasi masyarakatnya dengan memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

(14)

kondisi dan potensi daerah. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahan. (Syafrijal, 2008:8)

Tujuan pembangunan daerah hanya dapat dicapai apabila pemerintahan daerah dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu pembangunan daerah merupakan suatu usaha mengembangkan dan memperkuat pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab (Sjafrizal, 2008:10).

Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu daerah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di daerah tersebut. Perhitungan pendapatan daerah pada awalnya dibuat pada harga berlaku, namun agar dapat melihat dari kurun waktu ke waktu berikutnya harus dinyatakan dengan nilai riil, artinya dinyatakan dalam nilai konstan. (Tarigan, 2005:49).

Pendapatan daerah secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu daerah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di daerah tersebut oleh seberapa besar terjadinya transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir keluar daerah atau mendapat aliran dari luar daerah. (Dini, 2007:20).

2.1.4 Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau yang lebih dikenal dengan istilah pendapatan regional (Regional Income) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari kegiatan ekonomi disuatu wilayah.

PDRB disajikan dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar), dalam penelitian ini, penghitungan yang digunakan adalah tahun 2000 sebagai tahun dasar.

2.1.5 Teori Basis Ekonomi

(15)

Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis, Richardson (1978:14). Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis.

Teori basis ekonomi dalam Arsyad (2010:367) merupakan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk kemudian diekspor, sehingga akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Asumsi tersebut memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.

Untuk menganalisis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim adalah (Location Quotient) disingkat LQ. Pada LQ dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan. Dalam tekhnik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah, sebagai berikut:

a. Analisis Location Quotient (LQ)

Dalam Tarigan (2007:60) Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah Location Quotient (LQ). LQ digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sektors). Dalam analisis ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: (1) Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan. (2) Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri. Dasar pemikiran analisis ini adalah teori economic base yang intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkanterjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, danpada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. (Tarigan, 2005:60)

(16)

basis merupakan investasi yang didorong sebagai akibat dari kenaikan sektor basis. Teknik analisis LQ dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ).

1. Static Location Quotient (SLQ) merupakan metode LQ yang sering digunakan. Kelemahan SLQ adalah bahwa kriteria ini bersifat statis, artinya hanya memberikan gambaran pada satu titik waktu tertentu saja. Rumus untuk menghitung SLQ adalah sebagai berikut:

Keterangan:

 SLQ :Koefisien Static Location Quotient

 qi : Nilai produksi subsektor i pada kabupaten/kota

 Qi : PDRB total semua sektor di kabupaten/kota

 qr : Nilai produksi sub sektor i pada provinsi

 Qn : PDRB total semua sektor di provinsi

NB:

- Data PDRB yang digunakan tidak hanya terpaut pada data PDRB kabupaten/kota yang dibandingkan dengan PDRB provinsi, tetepi bias menggunakan data PDRB kecamatan yang diabndingkan dengan data PDRB setingkat di atasnya yaitu PDRB kabupaten/kota.

(17)

Interpretasi Hasil

Hasil perhitungan LQ menghasilkantiga (3) kriteria, yaitu:

 LQ > 1 : artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan.

Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor keluar wilayah.

 LQ = 1 : komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.

 LQ < 1 : komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor daril uar.

2. Dynamic Location Quotient (DLQ) sebenarnya memiliki prinsip yang sama dengan LQ statis, hanya untuk mengintroduksikan laju pertumbuhan digunakan asumsi bahwa nilai tambah sektoral maupun PDRB mempunyai rata-rata laju pertumbuhan sendiri-sendiri selama kurun waktu antara tahun (0) sampai tahun (t).

Keterangan:

 DLQ : Indeks Dynamic Location Quotient

 gi : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektor (i) di Kabupaten x

 gj : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB seluruh sektor Kabupaten x

 Gi : Rata-rata laju pertumbuhan sektor (i) Propinsi s

 Gj : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB seluruh sektor Propinsi s  t : Jumlah tahun teknis

(18)

 DLQ lebih besar atau sama dengan 1, sektor i masih dapat diharapkan untuk unggul

dimasa yang akan dating

 DLQ lebih kecil 1, sektor i tidak dapat diharapkan untuk unggul di masa yang akan datang.

Tabel 2. 1 Matriks analisis gabungan SLQ dan DLQ

Kreteria SLQ>1 SLQ<1

DLQ>1 Sektor unggulan Sektor Andalan DLQ<1 Sektor prospektif Sektor tertinggal Sumber: Kuncoro (2-12:136)

Keterangan:

- Sektor unggulan (DLQ > 1 & SLQ > 1) sektor yang pada saat ini merupakan sektor unggulan dan tetap berpotensi unggul pada beberapa tahun ke depan.

- Sektor andalan (DLQ > 1 & SLQ < 1) sektor yang pada saat ini belum unggul tapi dalam beberapa waktu ke depan berpotensi unggul.

- Sektor prospektif (SLQ > & DLQ < 1) sektor yang pada saat ini merupakan sektor unggulan tetapi tidak berpotensi unggul pada beberapa waktu ke depan.

- Sektor tertinggal (SLQ < 1 & DLQ < 1) sektor yang dinyatakan tidak unggul untuk saat ini dan pada beberapa waktu ke depanpun belum berpotensi untuk menjadi sektor unggulan

b. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini sendiri adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkanya dengan daerah yang lebih besar (region/nasional). Berikut adalah rumus perhitungan Shift Share:

PE = KPN + KPP + KPPW PB = KPP + KPPW

• KPN Nsi,t+m = Er,i,t(EN,t+m / EN,t ) – Er,i,t • KPP Pr,i,t = {(EN,i,t / EN,i,t-n) – (EN,t / EN,t-n) } x Er,i,t,n

(19)

Keterangan:

PE = Pertumbuhan Ekonomi PB = Pendapatan Bersih Wilayah

∆ = Pertambahan angka akhir (tahun t) dikurangi dengan angka awal (tahun t-n) N = National atau wilayah nasional/wilayah yang lebih tinggi jenjangnya

r = Region atau wilayah analisis

E = Employment atau banyaknya lapangan kerja i = Sektor industri

Tabel 2. 2 Matriks Analisis Gabungan PB dan LQ

KRITERIA PB > 0 PB < 0

LQ < 0 - Merupakan sektor non basis

- Pertumbuhan cepat -- Merupakan sektor non basisPertumbuhan lambat

LQ > 0 - Merupakan sektor basis

- Pertumbuhan cepat -- Merupakan sektor basisPertumbuhan lambat 2.2 TINJAUAN KEBIJAKAN

2.2.1 RPJMD Kabupaten Bangli 2010-2015

 Isu strategis Provinsi Bali

Mengembangkan pertanian yang tangguh dalam arti luas menuju kemandirian dan ketahanan pangan, meningkatkan akses petani terhadap permodalan, pemasaran, dan penunjang lainnya

 Isu strategis Kabupaten Bangli

Pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan yang inovatif, kreatif, produktif, dan unggul berbasis pada pertanian, pariwisata, industri kecil, dan koperasi

2.2.2 Perda Kabupaten Bangli No. 9 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangli tahun 2013-2033

Telah ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan (Danau Batur) oleh Kementerian terkait yang memiliki luas 6,05 km2 dengan kedalaman 60-70 m untuk pengembangan ikan nila dengan sasaran produksi 750 ton/tahun. Kawasan peruntukan perikanan meliputi:

(20)

meliputi perairan Danau Batur seluas kurang lebih 1.640 Ha atau 3.15% dari luas wilayah, perikanan tangkap sungai dan pemantapan prasarana pendukung kegiatan perikanan tangkap berupa pangkalan perahu tersebar beberapa tempat di pesisir Danau Batur b. Kawasan peruntukan perikanan budidaya

Meliputi KJA di Danau Batur dengan potensipengembangan seluas kurang lebih 82 Ha atau 5% dari luas Danau Batur, perikanan budidaya di kolam dan saluran irigasi dengan prioritas pengembangan di Kecamatan Susut, Kecamatan Bangli, dan Kecamatan Tembuku, pemantapan prasarana pendukung penyediaan benih kegiatan budidaya perikanan, berupa UPT Balai Benih di Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli

c. Kawasan peruntukan pengolahan dan pemasaran ikan

Meliputi sentra pengolahan dan pemasaran hasil perikanan budidaya diarahkan di kawasan minapolitan dan kawasan industri tertentu Kayuamba, sentra pengolahan dan pemasaran hasil perikanan budidaya skala rumah tangga tersebar

2.2.3 Keputusan Bupati Bangli Nomor 523/171/2010

Kabupaten Bangli menjadi lokasi pengembangan kawasan minapolitan di Provinsi Bali. Lokasi kawasan minapolitan di Kabupaten Bangli yaitu Kecamatan Kintamani sebagai kawasan inti (minapolis) serta Kecamatan Susut, Kecamatan Bangli, dan Kecamatan Tembuku sebagai kawasan penyangga (hinterland) dengan komoditas unggulan ikan nila.

2.2.4 Masterplan Kawasan Minapolitan Danau Batur Kabupaten Bangli Tahun 2010

Orientasi lokasi pelayanan minapolitan Kawasan Minapolitan Danau Batur terletak di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Lokasi pengembangan dan perencanaan terletak di posisi yang strategis sehingga memudahkan kegiatan pengembangan dan perencanaan Kawasan Minapolitan di Danau Batur, dengan tersedianya akses prasarana yang lengkap dan dilalui oleh jalan kolektor primer yang menghubungkan antar kecamatan.

Arahan strategi pengembangan kawasan yang meliputi sarana utama, penunjang dan pelengkap diantaranya:

1. Jumlah KJA yang ada di Danau Batur terdapat 15 blok (seluas 4 Ha) atau 0,25% dari luas Danau Batur ( 1631 Ha). Sedangkan potensi KJA di Danau Batur seluas 21 Ha Sehingga masih memungkinkan untuk di kembangkan lagi seluas 1,04 % (17 Ha)

2. Lokasi Habitat konservasi terdapat di sekitar Desa Songan A dan B, Buahan dan Abang Batu Dinding yang memiliki vegetasi tumbuhan air (Tigeh-tigeh dan Talang-talang)

(21)

4. Penataan tempat KJA minimum 50 meter dari pinggir/tepi Danau dengan tujuan untuk menghindari kegagalan usaha budidaya akibat kurangnya arus air,penumpukan sisa pakan yang dapat mengakibatkan pertumbuhan lambat dan kematian ikan

5. Lokasi sarana penunjang dan pelengkap yang terdiri dari dua lokasi sentra yaitu di Desa Toyabungkah dan Desa Kedisan. Lokasi sentra yang terdapat di Toya bungkah meliputi: dermaga dan parkir,pasar/pelelangan ikan,tempat pemancingan, kios kuliner, pengembangan jalan setapak (tracking bersepeda), Rest area, dan gardu pandang. Sedangkan sentra lokasi yang terdapat di Kedisan meliputi: Dermaga dan parkir, tempat pemancingan, Tourism information centre, lembaga perbankan, LSM keamanan, pengembangan jalan setapak, Gardu pandang, MCK dan fasilitas penunjang

(22)

Gambar 2. 1 Peta Orientasi Pelaksanaan Minapolitan Kabupaten Bangli Sumber: Masterplan Minapolitan Kabupaten Bangli, 2010 2.3 KONSEP PENGEMBANGAN

2.3.1 Pengertian Minapolitan

(23)

Kota perikanan dapat merupakan kota menengah, atau kota kecil atau kota kecamatan atau kota perdesaan atau kota nagari yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa hinterland atau wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas sebagai pusat pelayanan sektor perikanan, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usaha perikanan (on farm dan off farm), industry kecil, pariwisata, jasa pelayanan dll.

Kota perikanan (minapolitan) berada dalam kawasan pemasok hasil perikanan (sentra produksi perikanan) yang mana kawasan tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya.Selanjutnya kawasan perikanan tersebut (termasuk kotanya) disebut dengan kawasan minapolitan.

2.3.2 Persyaratan Kawasan Minapolitan

Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan minapolitan dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Memiliki sumberdaya lahan/perairan yang sesuai untuk pengembangan komoditas perikanan yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (komuditas unggulan), serta berpotensi atau telah berkembang diversifikasi usaha dari komoditas unggulannya. Pengembangan kawasan tersebut tidak saja menyangkut kegiatan budidaya perikanan (on farm) tetapi juga kegiatan off farmnya; yaitu mulai pengadaan sarana dan prasarana perikanan (benih, pakan, obat-obatan dsb) kegiatan pengelolahan hasil perikanan sapai dengan pemasaran hasil perikanan serta kegiatan penunjang (pasar hasil, industri pengelolahan, minawisata dsb);

2. Memiliki berbagai sarana dan prasarana minabisnis yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha minabisnis yaitu:

 Pasar, baik pasar untuk hasil-hasil perikanan, pasar sarana perikanan (pakan,

obat-obatan dsb), maupun pasar jasa pelayanan termasuk pasar lelang, cold storage dan prosessing hasil perikanan sebelum dipasarkan;

 Lembaga keuangan (perbankan dan non perbankan) sebagai sumber modal untuk

kegiatanminabisnis;

 Memiliki kelembagaan pembudidaya ikan (kelompok, UPP) yang dinamis dan terbuka

(24)

pusat pembelajaran (pelatihan), juga diharapkan kelembagaan pembudidaya ikan dengan pembudidaya ikan disekitarnya merupakan inti-plasma dalam usaha bisnis;

 Balai Benih Ikan (BBI), Unit Perbenihan Rakyat (UPR), dsb yang berfungsi sebagai

penyuplai induk dan penyedia benih untuk kelangsungan kegiatan budidaya ikan;

 Penyuluhan dan bimbingan teknologi minabisnis, untuk mengembangkan teknologi

tepat guna yang cocok untuk daerah kawasan minapolitan;

 Jaringan yang memadai dan aksesbilitas dengan daerah lainnya serta saran irigasi,

yang kesemuanya untuk mendukung usaha perikanan yang effisien.

3. Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih,dll;

4. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial/masyarakat yang memadai seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi, perpustakaan, swalayan dll;

5. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin

2.3.3 Batasan Kawasan Minapolitan

(25)

BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi

Kabupaten Bangli terletak di Provinsi Bali yang terkenal dengan potensi pariwsata terbaik di dunia. Adapun Kabupaten Bangli memiliki luas sebesar 520,82 km2 dan penduduk yang berjumlah 197.210 jiwa pada tahun 2013. Dilihat dari potensi topografisnya, Kabupaten ini memiliki daya tari danau yang luar biasa, dimana merupakan daya tarik pariwsata. Selain itu tanah yang subur juga merupakan potensi perekonomian yang besar di bidang pertanian. Kabupaten Bangli sendiri memiliki 4 kecamatan, 4 kelurahan dan 56 Desa. Kabupaten Bangli memiliki batas administratif sebagai berikut:

Sebelah utara :Kabupaten Buleleng

Sebelah selatan :Kabupaten Gianyar

Sebelah timur :Kaupaten Karangasem

(26)

Gambar 3. 1 Peta Kabupaten Bangli

Sumber: Masterplan Minapolitan Bangli

3.2 Kondisi Topografi

(27)

3.3 Kondisi dan Potensi Pemanfaatan Ruang

Penggunaan lahan di wilayah perencanaan didominasi oleh jenis penggunaan kebun/tegalan yang meliputi 8513,85 Ha (47,52%) jenis tanaman perkebunan/tegalan yang ditanam meliputi jeruk, kopi dan lain sebagainya. Dominasi berikutnya meliputi hutan 7994,08 ha (44,62%), tanaman pangan lahan kering 815,10 Ha (4,55%), perumahan 367,10 (2,05%), dan penggunaan lahan lainnya. Fungsi hutan dengan daerah lereng terjal cukup luas di daerah perencanaan karena fungsi penggunaan lahan tersebut dapat dijadikan sebagai daerah resapan air untuk mengatur sirkulasi air dalam tanah sehingga kuantitas dan potensi air tetap terjaga.

(28)

Gambar 3. 2 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bangli

(29)

3.4 Ekonomi wilayah Kabupaten Bangli

Pada Kabupaten Bangli PDRB dikelompokkan dalam tiga sektor utama (primer, sekunder, dan tersier). Sektor primer mencakup sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian, sektor sekunder meliputi kegiatan industri, listrik, gas dan air, serta konstruksi. Sedangkan sektor tersier meliputi kegiatan perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan , serta kegiatan jasa-jasa. Motor penggerak perekonomian Bangli adalah sektor tersier (sektor PHR, Pengangkutan, Keuangan dan Jasa-jasa).

3.4.1 Sektor Pertanian

Berdasarkan tabel PDRB, sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki nilai PDRB tertinggi, Peran sektor pertanian menjadi vital karena kegiatan pertanian adalah penghasil pangan utama sekaligus pemasok bahan baku bagi industri turunannya. Dalam PDRB Kabupaten Bangli, sektor ini menyumbang hingga 36,39% dan satu satunya sektor yang mengalami peningkatan pesat dan stabil dari 5 tahun terakhir yaitu hingga 5 persen lebih (31,94% pada tahun 2009) Penggunaan lahan di bangli yaitu 69,83 persen yaitu untuk pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibagi menjadi dua yaitu lahan sawah sebanyak 8,02 persen lahan bukan sawah sebesar 91,98 persen. Lahan bukan sawah digunakan sebagai tegal/kebun sebesar 55,55 persen, perkebunan 25,63 persen, ditanami pohon /hutan rakyat 10,77 persen dan penggunaan lainnya (tambak,kolam,empang, hutan negara, dan lainnya) sebesar 0,03 persen. Adapun subsektor yang diunggulkan dalam sektor pertanian ini adalah Tanaman bahan makanan dan tanaman kehutanan.

Tabel 3. 1 PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2013

Sektor Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 378543,44 383617,18 393387,71 405103,68 413266,72

Pertambangan dan

penggalian 1571,04 1600,62 1661,67 2037,13 2267,36

Industry pengelolaan 85531,37 88928,52 90366,53 92333,98 95206,26

Listrik, gas, air 5156,10 5847,50 6598,56 7157,15 7857,67

Bangunan 45604,08 51793,57 53928,96 58741,33 59963,03

Perdagangan, hotel,

restoran 26382,56 277318,38 297677,71 318321,43 344030,56

Pengangkutan dan

komunikasi 20891,49 22018,27 22999,54 24393,72 25925,59

Lembaga keuangan, real estet, persewaan, dan jasa

perusahaan 36756,49 38787,17 40103,66 42439,66 44856,09

Jasa-jasa 204926,80 222205,20 249174,46 274575,62 300512,14

(30)

Gambar 3. 3 Pertumbuhan PDRB KAb. Bangli

3.4.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Kategori pertambangan dan penggalian menyumbang sebesar 2,59 persen dari total PDRB Kabupaten Bangli. Kategori pertambangan dan penggalian yangada berupa pertambambangan dan penggalian berupa galian C. Laju pertumbuhan di sektor pertambangan dan penggalian cenerung menurun setiap tahunnya, hal ini merupkaan akibat dari adanya konservasi kawasan Gunung Batur yang ditetapkan sebagai salah satu situs Global Geopark oleh UNESCO sejak November 2012.

Gambar 3. 4 Grafik pertumbuhan dan kontribusi kategori pertambangan dan penggalian terhadap PDRB

(31)

3.4.3 Industri Pengelolaan

Industri merupakan suatu kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yaitu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Sehingga pembangunan industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi mempunyai tujuan pokok untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Selain itu industri dapat dikatakan sebagai sektor pemimpin (leading sector), yaitu dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor perdagangan, pertanian ataupun sektof jasa.

Kategori industry pngelolaan menyumbangkan 9,55 persen terhadap PDRB Kabupaten Bangli pada tahun 2014. Lapangan usaha yang memberikan share terbesar terhadap kategori industry pengelolaan adalah industry kayu, barang dari kayu dan gabus, dan barang anyaman dari bamboo, rotan, dan sejeninya. Industri lain yang juga memberikan kontribusi yang cukup besar adalah industry makanan dan minuman. Berikut merupakan laju pertumbuhan Kategori Industri:

Gambar 3. 5 Laju pertumbuhan industry

Sumber :PDRB Kab Bangli Tahun 2010-2014

3.4.4 Pengadaan Listrik,gas, dan air

(32)

geografis yang menyebabkan pergerakan industry pengadaan air belum berlangsung secara optimal.

3.4.5 Konstruksi

Pada tahun 2014 kategori konstruksi menyumbang sebesar 7,59 persen terhadap total perekonomian Kabupaten Bangli, hal ini meningkat dibandingkan than 2010 yaitu 6,96. Pertumbuhan konstruksi terbesar terjadi di tahun 2012 yakni mencapai 19,34 persen.

3.4.6 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Selama lima tahun terakhir, kategori ini menyumbang 8 persen terhadap ekonomi Kabupaten Bangli. Pada tahun 2014 perdagangan besar dan eceran menyumbang 9,95 persen. Dari kontribusi tersebut, sebagian besar disumbangkan oleh perdagangan besar dan eceran, bukan mobil dan sepeda motor.

3.4.6 Transportasi dan Pergudangan

Kategori ini di Kabupaten Bangli tersedia angkutan darat dan sungai, danau, dan penyebrangan serta jasa penunjang angkutan. Aktifitas penyebrangan melalui Danau Batur merupakan salah stu pilar penting aktivitas ekonomi di kategori transportasi dan pergudangan. Kategori ini mempunyai sumbangan yang relative sstabil sari tahun 2010-2014 terhadap PDRB Kabupaten Bangli dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 8,55 persen.

3.4.7 Penyedia akomodasi dan makan minum

(33)

Gambar 3. 6 Pertumbuhan dan kontribusi kategori akoodasi dan makan minum

Sumber :PDRB Kab Bangli Tahun 2010-2014

3.4.8 Informasi dan Komunikasi

Kategori ini mempunyai peranan sebagai penunjang aktivitas di setiap bidang ekonomi. Peranan kategori ini di Kabupaten Bangli berkisaran antara 4-5 persen. Jika dilihat dari laju pertumbuhannya, informasi dan komunikasi menunjukan sedikit perlambatan juka dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu dari 6,627 persen menjadi 6,27 persen pada tahun 2014

3.4.9 Jasa Keuangan

(34)

Gambar 3. 7 Pertumbuhan dan kontribusi jasa keuangan

Sumber :PDRB Kab Bangli Tahun 2010-2014

3.4.12 Jasa Lainnya

(35)

BAB IV

ANALISIS

Analisis yang dilakuakan dalam penelitian ini adalah diawali dengan melakukan analisis LQ untuk mengetahui sektor uanggulan di Kabupaten Bangli. Setelah melakukan analisis sektor unggulan. Kemudian menentukan sektor yang akan dianalisis lebih lanjut, berdasarkan arahan dari RTRW Kabupaten Bangli, RPJM, dan juga berdasarkan hasil analisis. Setelah itu analisis dilanjutkan dengan analisis sub sektor unggulan dari sektor yang telah dipilih. Kemudian dilanjutkan dengan analisis laju perkembangan sub sektor tersebut. Proses analisis dilanjutkan dengan analisis gabungan SLQ dengan DLQ. Dengan analisis gabungan tersebut maka diketahui sub sektor yang termasuk sub sektor unggulan, prospektif, andalan, dan tertinggal. Setelah itu analisis dilanjutkan dengan analisis Shift-Share pada sub sektor. Dari analisis Shift-share tersebut kemudian dilanjutkan dengan analisis gabungan antara KPP dengan KPPW dan juga analisis gabungan LQ dengan PB. Skema analisis dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut:

Gambar 4. 1 Skema Proses analisis 4.1 Analisis sektor unggulan (LQ)

(36)

dan Tabel 4.2. Sedangkan untuk grafik PDRB Kabupaten Bangli dan PDRB Provinsi Bali dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 berikut:

Tabel 4. 1 PDRB Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013

SEKTOR DI BANGLI 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 378543,44 383617,18 393387,71 405103,68 413266,72

Pertambangan dan penggalian 1571,04 1600,62 1661,67 2037,13 2267,36 Industri pengolahan 85531,37 88928,52 90366,53 92333,98 95206,26 Listrik, gas, dan air bersih 5156,10 5847,50 6598,56 7157,15 7857,67

Bangunan 45604,08 51793,57 53923,96 58741,33 59963,03

Perdagangan, hotel, dan

restoran 261382,56 277318,38 297677,71 318321,43 344030,56

Pengangkutan dan komunikasi 20891,49 22018,27 22999,54 24393,72 25925,59 Lembaga keuangan, real estat,

persewaan, dan jasa

perusahaan 36756,53 38787,17 40103,66 42439,66 44856,09

Jasa-jasa 204926,8 222205,2 249174,46 274575,62 300512,14

Total 1040363,41 1092116,41 1155893,80 1225103,70 1293885,42 Sumber : PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2011

2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 4. 2 Grafik PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2013

Sumber : PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2011 (BPS Kab. Bangli)

(37)

dan sektor pertanian mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sedangan sektor yang mempunyai nilai yang paling kecil adalah sektor pertambangan dan penggaliaan.

Tabel 4. 2 PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013

SEKTOR DI BALI 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 5645784,85 5745585,79 5870098,80 6070534,58 6155523,43 Pertambangan dan

penggalian

157971,73 188644,53 208488,02 240277,85 262411,02

Industri pengolahan 2768110,35 2936448,09 3027992,41 3210844,00 3427548,31 Listrik, gas, dan air

bersih 410371,98 438590,34 470830,61 513572,99 557468,00

Bangunan 1067443,02 1146121,48 1236386,67 1467171,65 1558180,90 Perdagangan, hotel,

dan restoran 8656017,41 9209066,19 10012394,65 10575061,80 11181366,89 Pengangkutan dan

komunikasi 3016617,21 3190613,09 3381200,32 3636776,49 3854634,85 Lembaga keuangan,

real estat, persewaan, dan jasa perusahaan

1899187,64 2041019,60 2167882,16 2366826,86 2544369,53

Jasa-jasa 3669441,42 3986384,79 4382502,64 4723315,13 5246459,85

Total 27290945,61 28882473,90 30757776,28 32804381,35 34787962,78 Sumber : PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013

0

Industri Pengolahan Listrik, gas, air bersih

Bangunan Perdagangan, hotel,

dan restoran pengangkutan dan

komunikasi lembaga keuangan

jasa

Gambar 4. 3 Grafik PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013

Sumber : PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2011 (BPS Provinsi Bali)

(38)

lainnya dan sektor tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sedangan sektor pertanian ada dibawah sektor perdaganagn, hotel, dan restoran.

Analisis sektor unggulan dilakukan dengan menggunakan rumus SLQ dengan menggunakan data PDRB Kabupaten Bangli dan data PDRB Provinsi Bali. Berikut merupakan Proses analisis sektor uanggulan di Kabupaten Bangli.

Setelah semua data PDRB diproses menggunakan rumus diatas maka didapatkan hasil seperti pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4. 3 hasil analisis SLQ Sektor pada PDRB Kabupaten Bangli

SLQ 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 1,76 1,77 1,78 1,79 1,81

Pertambangan dan penggalian 0,26 0,22 0,21 0,23 0,23

Industri pengolahan 0,81 0,80 0,79 0,77 0,75

Listrik, gas, dan air bersih 0,33 0,35 0,37 0,37 0,38

Bangunan 1,12 1,20 1,16 1,07 1,03

Perdagangan, hotel, dan restoran 0,79 0,80 0,79 0,81 0,83 Pengangkutan dan komunikasi 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 Lembaga keuangan, real estat,

persewaan, dan jasa perusahaan 0,51 0,50 0,49 0,48 0,47

Jasa-jasa 1,46 1,47 1,51 1,56 1,54

Sumber : Hasil analisis, 2016

Berdasarkan table hasil analisis SLQ diatas, dapat dilihat bahwa sektor pertanian dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mempunyai nilai SLQ >1, yang artinya sektor pertanian menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Dimana sektor pertanian di Kabupaten Bangli, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di Kabupaten Bangli saja akan tetapi juga dapat diekspor keluar Kabupaten Bangli. Begitu pula dengan sektor Bangunan dan sektor jasa-jasa yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Bangli selain Pertanian dari tahun 2009 hingga 2013.

Berdasarkan dari hasil analisis diatas dapat diketahu bahwa sektor pertanian mempunyai nilai SLQ yang paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Maka dalam penelitian ini akan

Keterangan:

SLQ :Koefisien Static Location Quotient

qi: Nilai produksi subsektor i pada kabupaten/kota

Qi : PDRB total semua sektor di kabupaten/kota

qr : Nilai produksi sub sektor i pada provinsi

(39)

lebih difokuskan dalam pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Bangli. Selain berdasarkan dari hasil analisis, pengembangan sektor pertanian juga merupakan salah satu arahan dari RTRW Kabupaten Bangli dan juga arahan dari RPJM dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Bangli. Oleh karena itu penelitian ini lebih difokuskan pada sektor pertanian dengan menganalisis sub sektor unggulan pada sektor pertanian di Kabupaten Bangli.

4.2 Analisis sub sektor unggulan

Pada sektor pertanian terdapat lima sub sektor yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sub sektor kehutanan, dan sub sektor perikanan. Analisis sub sektor unggulan di Kabupaten Bangli menggunakan rumus SLQ, dan berikut merupakan input data dalam analisis sub sektor unggulan berupa data PDRB sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali Tahun 2009-2013. Tabel PDRB sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli dan Provinsi dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5. Sedangkan grafik PDRB Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4

Tabel 4. 4 PDRB sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013 SUB SEKTOR DI

SEKTOR PERTANIAN

BANGLI 2009 2010 2011 2012 2013

Tanaman bahan makanan 299480,21 297230,91 305876,32 315248,27 320472,54 Tanaman perkebunan 16260,37 16611,35 16724,93 16724,93 17096,73 Peternakan dan

hasil-hasilnya 56647,96 63157,88 64377,92 66403,92 68293,77

Kehutanan 704,37 720,01 754,62 822,51 870,88

Perikanan 5450,52 5897,03 5848,33 5904,06 6532,80

Total 378543,43 383617,18 393582,12 405103,69 413266,72

Sumber : PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2011

2009 2010 2011 2012 2013

(40)

Sumber : PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2011

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa sub sekto tanaman bahan makanan mempunyai nilai PDRB paling besar dibandingkan dengan sub sektor laiinya. Sedangakn sub sektor selanjutnya adalahpeternakan dan hasil-hasilnya, sub sektor tanaman perkebunan, perikanan, dan kehutanan.

Tabel 4. 5 PDRB sub sektor di sektor pertanian Provinsi Bali Tahun 2009-2013 SUB SEKTOR DI SEKTOR

PERTANIAN BALI 2009 2010 2011 2012 2013

Tanaman bahan makanan 2780963,40 2752133,57 2878676,19 2895759,25 2918172,40 Tanaman perkebunan 265453,44 274260,96 272058,48 283145,12 289195,58 Peternakan dan hasil-hasilnya 1356621,08 1479150,72 1480053,50 1642971,42 1681051,28

Kehutanan 2144,38 2354,48 2526,63 2531,23 2661,74

Perikanan 1240602,55 1237686,07 1236783,99 1246127,57 1264442,43 Total 5645784,85 5745585,80 5870098,79 6070534,59 6155523,43

Sumber : PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013

2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 4. 5 Grafik sub sektor di sektor pertanian menurut PDRB Tahun 2009-2013 Sumber: PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013

(41)

Analisis sub sektor unggulan pada sektor pertanian di Kabupaten Bangli, input data yang digunakan adalah PDRB sub sektor petanian Kabupaten Bangli dan provinsi Bali. Berikut merupakan hasil analisis sub sektor uanggulan dari sektor pertanian di Kabupaten Bangli;

Tabel 4. 6 Analisis SLQ sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013

SLQ 2009 2010 2011 2012 2013

Tanaman bahan makanan 1,61 1,62 1,58 1,63 1,64

Tanaman perkebunan 0,91 0,91 0,92 0,89 0,88

Peternakan dan hasil-hasilnya 0,62 0,64 0,65 0,61 0,61

Kehutanan 4,90 4,58 4,45 4,87 4,87

Perikanan 0,07 0,07 0,07 0,07 0,08

Sumber : Hasil analisis, 2016

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa terdapat dua sub sektor yang mempunyai nilai SLQ >1, yaitu sub sektor kehutanan dan sub sektor tanaman bahan makanan. Sub sektor kehutanan merupakan sub sektor yang mempunyai nilai SLQ paling besar dibandingkan dengan sub sektor lainnya. Sub sektor kehutanan dan tanaman bahan makanan mempunayai nilai SLQ>1, yang artinya sub sektor kehutanan dan tanaman bahan makanan menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Sub sektor kehutanan dan tanaman bahan makanan, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah Kabupaten Bangli saja akan tetapi juga dapat diekspor keluar wilayah.

4.3 Analisis Laju Pertumbuhan sub sektor unggulan dari tahun 2010-2013

Analisis perkembangan sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli bertujuan untuk dapat melihat perubahan laju pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli setiap tahunnya yaitu dari tahun 2009-2013. Dalam analisis perkembangan sub sektor unggulan di Kabupaten Bangli, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Analsiis yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli adalah dengan menginput data laju pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian pada PDRB Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali. Table 4.7 dan Tabel 4.8 berikut merupakan data laju pertumbuhan sub sektor pertanain pada PDRB Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali. Grafik laju

(42)

pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 berikut :

Tabel 4. 7 Laju pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli tahun 2009-2013 LAJU SUB PERTANIAN

BANGLI 2009 2010 2011 2012 2013

Tanaman bahan makanan 10,24 1,34 2,55 2,02 3,82

Tanaman perkebunan 11,97 -0,75 2,91 1,66 3,77

Peternakan dan hasil-hasilnya 8,98 2,16 -0,49 2,22 2,81

Kehutanan 2,58 11,49 1,93 2,85 4,4

Perikanan 5,67 2,22 4,81 5,88 5,51

Rata-rata laju 7,89 3,29 2,34 2,93 4,06 Sumber : PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2011

2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 4. 6 Grafik laju pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013 Sumber : PDRB Kab. Bangli Tahun 2009-2011 (BPS Kabupaten Bangli)

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa laju pertmbuhan sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, serta kehutanan mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2010 dan 2011. Namun pada sub sektor perikanan cenderung meningkat setiap tahunnya, walaupun mengalami penurunan pada tahun 2010 namun penurunanya tersebut tidak terlalu signifikan. Salah satu factor yang menyebabkan turunnya nilai PDRB perikanan adalah karena tercemarnya Danau Batur akibat limbah dari pertanian dan limbah domestic. Danau Batur merupakan danau terbesar di Bali dan merupakan penyumbang terbesar sub sektor perikanan di Kabupaten Bangli.

Tabel 4. 8 Laju pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Bangli tahun 2009-2013 LAJU SUB PERTANIAN

PROVINSI 2009 2010 2011 2012 2013

Tanaman bahan makanan 1,55 -1,04 4,60 0,77 1,38

Tanaman perkebunan 12,68 3,32 -0,80 2,14 2,20

(43)

Kehutanan 2,09 9,80 7,31 5,16 5,76

Perikanan 5,92 -0,24 -0,07 1,47 0,15

Rata-rata laju 7,15 4,17 2,22 2,37 3,24 Sumber : PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013

2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 4. 7 Laju pertumbuhan sub sektor di sektor pertanian di Provinsi Bali Tahun 2009-2013 Sumber : PDRB Prov. Bali Tahun 2009-2011 (BPS Provinsi Bali)

Berdasarkan grafik laju pertubuhan sub sektor di sektor pertanian diatas dapat bahwa hamper semua sub sektor di sektor pertanian mengalami penurunan pada tahun 2010 dan 2011. Salah satu sub sektor yang tidak mengalami penurunan yang signifikan adalah sub sektor kehutanan.

Berikut merupakan hasil analisis DLQ yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan sub sektor di sektor pertanian dari tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Table 4.9 :

Tabel 4. 9 analisis DLQ sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli Tahun 2009-2013

DLQ 2009 2010 2011 2012 2013

Tanaman bahan makanan 4,04 -70,52 0,61 1,47 1,70

Tanaman perkebunan 0,87 0,07 18,84 0,73 1,25

Peternakan dan hasil-hasilnya 0,63 0,38 0,46 0,83 0,41

Kehutanan 1,06 1,39 0,34 0,54 0,67

Perikanan 0,88 5,11 6,02 2,39 4,74

(44)

Berdasarkan Tabel 4.9 diatas dpt dilihat bahwa terdapat 3 sub sektor yang memiliki nilai DLQ>1, yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, dan perikanan. Sub sektor yang memiliki nilai DLQ>1, berarti bahwa sub sektor tersebut mempunyai potensi perkembangan lebih cepat dibandingkan kabupaten lain di Provinsi Bali. Dari tiga sub sektor yang mempunyai nilai DLQ>1, sub sektor perikanan merupakan sub sektor yang mempiliki DLQ yang cukup stabil dibandingkan dua sub sektor lainnya.

4.4 Analisis Gabunagn SLQ dan DLQ

Setelah melaukukan analisis SLQ dan DLQ diatas maka analisis selanjutnya adalah analsiis gabungan antara hasil analisis SLQ dengan analisis DLQ dari masing-masing sub sektor. Dimana analysis ini berfungsi untuk mengetahui sub sektor uanggulan, sub sektor prospektif, sub sektor andalan, dan sub sektor tertinggal di Kabupaten Bangli. Tabel 4.10 berikut merupakan ketentuan adari analisis gabungan SLQ dan DQL dan Tabel 4.11 merupakan table hasil analisis gabungan SLQ dan DLQ sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli.

Tabel 4. 10 Ketentuan analisis Gabungan SLQ dan DLQ

Analisis DLQ>1 DLQ<1 SLQ>1 Sub sektor uanggulan Sub sektor prospektif SLQ<1 Sub sektor Andalan Sub sektor tertinggal

Tabel 4. 11 Hasil analisis gabungan SLQ dan DLQ

(45)

namun tidak dapat diharapkan menjadi sektor uanggulan di masa mendatang karena mempunyai perkemangan yang lambat. Sub sektor tertinggal di Kabupaten Bangli adalah peternakan dan hasil-hasilnya, yang artinya sub sektor tersebut bukan merupakan sub sektor unggulan dan mempunyai perkembangan yang lambat sehingga tidak dapat diharapkan menjadi sektor unggulan di masa mendatang.

4.5 Analisis Shift Share

Analisis Shift Share merupakan analisis yang bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkanya dengan daerah yang lebih besar (region/nasional). Berikut adalah rumus perhitungan Shift Share:

PE = KPN + KPP + KPPW PB = KPP + KPPW

Dengan :

PE = Pertumbuhan Ekonomi

KPN = Komponen Pertumbuhan Nasional KPP = Komponen Pertumbuhan Proporsional KPPW = Komponen Pertumbuhan Pangsa Pasar

Input data yang digunakan dalam analisis Shift-Share di Kabupaten Bangli adalah data sub sektor di sektor pertanian PDRB Kabupaten Bangli dan Provinsi Bali Tahun 2009-2013. Table 4.12 berikut merupakan hasil dari analsiis shift-share sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli:

Tabel 4. 12 Hasil Analisis Shift Share sub sektor di sektor pertanian di Kabupaten Bangli SUB SEKTOR DI

SEKTOR PERTANIAN KPN KPP KPPW PB PE Tanaman bahan

hasilnya 5114,55032 10166,156 70195,08 80361,24 85475,79

Kehutanan 63,59515

(46)

Tabel 4. 13 Hasil analsiis KPP sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli

Sub sektor KPP (+/-) Keterangan

Tanaman bahan

makanan -13122,68

Spesialisasi dalam sub sektor secara nasional tumbuh lambat

Tanaman perkebunan -14,47468 Spesialisasi dalam sub sektor secara nasional tumbuh lambat

Peternakan dan

hasil-hasilnya 10166,156

Spesialisasi dalam sub sektor secara nasional tumbuh cepat

Kehutanan -61,89362 Spesialisasi dalam sub sektor secara nasional tumbuh

lambat

Perikanan -464,2874 Spesialisasi dalam sub sektor secara nasional tumbuh

lambat Sumber : Hasil analisis 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya merupakan satu-satunya sub sektor di Kabupaten Bangli yang mempunyai nilai KPP (+), yang artinya sub sektor tersebut secara nasional tumbuh cepat. Sedangkan untuk empat su sektor lainnya yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, dan perikan secara nasional tumbuh lambat.

Tabel 4. 14 Hasil analsisi KPPW sub sektor di sektor pertanian Kabupaten Bangli

Sub sektor KPP W(+/-) Keterangan

Tanaman bahan makanan 314256,2 Mempunyai daya saing

Tanaman perkebunan 17714,7 Mempunyai daya saing

Peternakan dan hasil-hasilnya 70195,08 Mempunyai daya saing

Kehutanan 874,3086 Mempunyai daya saing

Perikanan 5555,259 Mempunyai daya saing

Sumber : Hasil analisis, 2016

Berdasarkan pada tabel 4.14 diatas dapat dilihat bahwa semua sub sektor diatas mempunyai nilai KPPW positif (+), yang artinya semua sub sektor tersebut mempunyai daya saing.

4.6 Analisis Gabungan KPP dan KPPW

Analsiis gabungan KPP dengan KPPW adalah analisis yang berfungsi untuk mengetahu apakah sub sektor di sektor pertanian tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat di nasional dan apakah sub sektor tersebut mempunyi dayasaing komparatif. Tabel 4.15 berikut merupakan hasil dari analisis gabungan KPP dengan KPPW:

Tabel 4. 15 Analsisi Gabungan KPP dan KPPW

KPPW (+) KPPW (-)

KPP (+) Sektor tersebut secara Nasional tumbuh cepat dan memiliki daya saing keunggulan komparatif

- Peternakan dan Hasil-hasilnya

Sektor tersebut secara Nasional tumbuh cepat namun tidak memiliki daya saing keunggulan komparatif

(47)

tumbuh lambat namun memiliki daya hasilnya merupakan sub sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Bali dan mempunyai daya saing komparatif di Provinsi Bali. Sedangkan untuk sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, dan perikanan merupakan sub sektor yang tumbuh lambat di Provinsi Bali namun mempunyai dayasaing di Provinsi Bali.

4.7 Analisis Gabungan SLQ dengan PB

Analisis gabungan anatara SLQ dengan PB adalah analisis yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sub sektor uanggulan, potensial, berkembang, dan tertinggal di Kabupaten Bangli. Tabel 4.16 berikut merupakan hasil dari analisis gabungan SLQ dan PB:

Tabel 4. 16 Hasil analisis gabungan SLQ dan PB

PB (+) PB (-)

(48)

sub sektor tersebut bukan merupakan sub sektor uanggulan namun mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dan berpeluang untuk menjadi sub sektor uanggulan di masa mendatang.

4.8 Analisis Komoditas Uanggulan

Berdasarkan hasil analsiis diatas dalam mengembangkan perekonomian wilayah Kabupaten Bangli, maka sub sektor yang akan focus dikembangkan adalah sub sektor perikanan. Berdasarkan analisis gabungan SLQ dan DLQ sub sektor perikanan termasuk sub sektor andalan diamana artinya sub sektor perikanan bukan merupakan sub sektor unggulan namun mempunyai pertumbuhan yang cepat. Berdasarkan dari hasil analysis gabuangan KPP dan KPPW, sub sekor perikanan mempunyai pertumbuhan yang lambat di Provinsi Bali namun mempunyai dayasaing komperatif, dan berdasarkan analisis gabungan SLQ dengan PB sub sektor perikanan termasuk sub sektor berkembang di Kabupaten Bangli.

Berdasarkan hasil analisis dan juga berdasarkan arahan dari RTRW dan juga arahan dari Masterplan Minapolitasn Kabupaten Bangli, maka sub sektor perikanan dipilih sebagai salah satu upaya pengembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Bangli.

Lokasi kawasan minapolitan di Kabupaten Bangli yaitu Kec. Kintamani sebagai kawasan inti (minapolis) serta Kec. Susut, Kec. Bangli, dan Kec. Tembuku sebagai kawasan penyangga (hinterland) dengan komoditas unggulan ikan nila. (Sumber: Dinas Pertanian dan perikanan Kab. Bangli). Komodits/jenis-jenis ikan yang ada di Danau Batur terdiri atas 6 (enam) jenis, yaitu ikan mas, ikan nila, ikan mujair, ikan Nyalyan, ikan gabus, dan ikan lele.

No Komuditas Tahun

Kenaikan (%/tahun)

2011 2012 2013 2014

1 Nila 1844 2439 3174 3590 25,17%

(49)

Gambar 4. 8 Skema Pemilihan sub sektor pengembangan

(50)

a

Gambar 4. 9 Peta Kecamatan Kintamani yang mempunyai komoditas ikan nila terbesar

Sumber : Masterplan Minapolitan Kabupaten Bangli

4.9 Potensi dan masalah

Potensi

(51)

- Sub sektor perikanan memiliki daya saing komperatif di provinsi bali

- Komoditas unggulan adalah ikan nila

Masalah

- Sub sektor perikanan bukan merupakan sub sektor unggulan di Kabupaten Bangli

(52)

BAB V

ANALISIS SWOT

Analisis SWOT merupakan salah satu analisis yang dapat digunakan sebagai dasar untuk merumuskan strategi-strategi pengembangan sebuah wilayah melalui identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman secara spesifik dalam wilayah tersebut. Analisis SWOT diawali dengan melakukan identifikasi potensi dan masalah yang ada di wilayah Kabupaten Bangli, baik potensi dan masalah yang berasal dari dalam maupun dari luar. Kemudian dilakukan analisis terkait potensi dan masalah yang didapat dari pengamatan terhadap wilayah tersebut melalui pengelompokan potensi dan masalahnya kedalam matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Komponen-komponen tersebut merupakan komponen penting dalam penentuan strategi pengembangan kawasan. Berikut adalah potensi masalah yang telah dikelompokkan dalam SWOT di Kabupaten Bangli:

Strength

1. Sektor pertanian sebagai sektor basis dan memiliki nilai Kontribusi terbesar dalam PDRB Kab. Bangli sebesar 31% pada tahun 2013 dan pertumbuhan sub-sektor perikanan sebesar 10,65% 2. Kawasan danau batur sebagai pusat kegiatan perikanan, pertanian, dan pariwisata.

3. Sub-sektor perikanan merupakan sub sektor andalan, yang berarti bahwa sub-sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan wilayah lainnya dan berpeluang menjadi sub-sektor basis berdasarkan analisis LQ.

4. Berdasarkan hasil analisis shift-share, sub-sektor perikanan merupakan sub-sektor yang memiliki daya saing keunggulan komparatif

5. Sub-sektor perikanan memiliki komoditas unggulan yaitu komoditas ikan nila yang mengalami pertumbuhan 25,17% per tahun.

Weakness

1. Terjadi penurunan pertumbuhan di beberapa sektor pada periode 2009-2013, antara lain sektor pertambangan, lembaga keuangan, dan industri pengolahan

2. Nilai PDRB bangli merupakan yang terendah diantara 9 kabupaten/kota lainnya di provinsi bali.

3. Peningkatan IPM dibawah rata-rata (low growth, less human-pro development.)

4. Jumlah penduduk miskin yang mengalami peningkatan dari 9.900 menjadi 12.000 pada tahun 2013

(53)

6. Kualitas air danau Batur mengandung racun akibat pencemaran limbah domestik dan limbah pertanian sehingga menyebabkan air tidak layak dikonsumsi dan menurunkan produksi perikanan.

7. Sub-sektor perikanan bukan merupakan sub-sektor basis

8. Kondisi dermaga sebagian besar berada dalam kondisi kurang baik

Opportunity

1. Menurut arahan pada RTRW Provinsi Bali, terdapat program pelatihan keterampilan untuk para pekerja di sektor yang mengalami penurunan (contoh: pertambangan) sebagai langkah alternatif transformasi ekonomi dari satu sektor ke sektor lainnya

2. Arahan RPJMD bangli “Pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan yang inovatif, kreatif, produktif, dan unggul berbasis pada pertanian, pariwisata, industri kecil, dan koperasi.

3. Keputusan Bupati Bangli No. 523/171/2010 yang menyatakan bahwa bangli sebagai lokasi pengembangan kawasan minapolitan provinsi Bali. Lokasi kawasan minapolitan terdiri dari Kecamatan Kintamani sebagai kawasan inti (minapolis) serta Kecamatan Susut, Bangli, dan Tembuku sebagai kawasan penyangga (hinterland) dengan komoditas unggulan ikan nila 4. Terdapat rencana pembangunan sarana penunjang dan pelengkap meliputi sentra ikan,

dermaga, tempat pelelangan ikan, rest area, tourism information centre, serta berbagai fasilitas penunjang lainnya

5. Penetapan daerah Kintamani sebagai kawasan daya Tarik wisatawan khusus menurut RTRWP Bali 2009-2029

6. Adanya kebijakan tentang pelarangan kegiatan pertambangan di area geopark batur yang meliputi danau batur sebagai pusat kegiatan perikanan

7. Dominasi mata pencaharian penduduk terdapat pada sektor pertanian yaitu sebanyak 85,5%

Threat

1. Kebijakan terkait kenaikan harga minyak dan tarif listrik serta perlambatan perekonomian secara nasional dan provinsi memberikan multiplier effect terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi bangli

2. Tingginya peningkatan jumlah hotel dan restaurant menyebabkan jumlah limbah semakin banyak akibat tidak adanya sistem pengolahan limbah

3. Pertumbuhan sub-sektor perikanan secara nasional (provinsi Bali) yang cenderung tumbuh lambat

Gambar

Tabel 1. 1 PDRB Bali atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Menurut Kab/Kota (Triliyun Rupiah)
Gambar 2. 1 Peta Orientasi Pelaksanaan Minapolitan Kabupaten Bangli
Gambar 3. 1 Peta Kabupaten Bangli
Gambar 3. 2 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten BangliSumber: Masterplan Minapolitan Kabupaten Bangli
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mendapatkan perawatan yang baik untuk diri Anda dan diabetes Anda dapat membantu Anda merasa lebih baik dan menghindari masalah-masalah kesehatan yang disebabkan oleh

Dan dalam Ayat (3) menyatakan bahwa penangkapan, penahanan, atau tindak pidana anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat

Sehingga ketika dilakukan penerjunan di sekolah latihan, para mahasiswa praktikan dapat lebih mudah untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan tujuan yang

analisis yaitu suatu metode yang digunakan untuk menguraikan dan menjelaskan permasalahan yang ada dengan menggunakan pendekatan kualitatif, Dengan menggunakan metode ini

[r]

Hasil observasi menunjukkan bahwa tindakan pada remaja awal di Dusun Perigi Parit Desa Sebagu dilakukan oleh orang tua dan masyarakat informan yaitu dengan memberikan nasihat

Lebih jauh lagi, untuk mencapai hasil yang lebih komperhensif melalui analisis model aktansial yang kompleks (berisi lebih dari satu model aktansial untuk sebuah teks), kita

Tinggi penilaian responden terhadap peran public relations sebagai Relationship juga disebabkan karena public relation memberikan kemudahan untuk dihubungi, dan