• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Bahasa dan Sastra Arab. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Skripsi Bahasa dan Sastra Arab. docx"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

AMR DALAM KITAB MAHFŪ ĀT LIẒ ṬHALABAH SANAH AL-RĀBI‘AH KARYA TIM MANHAJ AL-DIRĀSĪ PONDOK MODERN

DARUSALAM GONTOR PONOROGO (Kajian Ilmu Balāgoh Ma’ānī)

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora di Fakultas Adab dan Humaniora

Oleh :

Ratnasari NIM. 1135020116

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanyalah milik Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW panutan semua umat yang telah membawa umat manusia dari gulita kebodohan dan kekufuran kepada pelita cahaya bertabur ilmu dan iman.

Atas rahmat-Nya pula Skripsi ini dapat disusun dan siselesaikan, meski penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu sayarat mendapatkan gelar Sarjana Humaniora di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Sepenuhnya penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis meminta maaf atas kesalahan dan kekurangan yang terjadi pada skripsi ini, baik secara teknis penulisan atau pun kata. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(3)

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Penelitian...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penelitian...6

D. Manfaat Penelitian...6

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan...7

F. Kerangka Pemikiran...10

G. Langkah-Langkah Penelitian...17

(4)

A. Sastra dalam Kehidupan Manusia...20

B. Ontologi dan Epistimologi Syair...23

C. Amr dalam Ilmu Balāgah Ma’āni...31

D. Prespektif Sastra tentang Syair...41

BAB III BENTUK DAN MAKNA AMR DALAM KITAB MAHFŪZĀT...47

A. Profile Pondok Modern Darusalam Gontor...47

B. Tentang kitab Mahfū āt Liẓ ṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo...48

C. Bentuk Amr dalam kitab Mahfū āt Liẓ ṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo...50

D. Makna Amr dalam kitab Mahfū āt Liẓ ṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo...62

E. Pesan dalam kitab Mahfū āt Liẓ ṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo...77

BAB IV PENUTUP...84

A. Kesimpulan...84

B. Rekomendasi...85

(5)

ABSTRAK

Ratnasari. Amr dalam Kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo (Kajian Ilmu

Balāgoh Ma’ānī).

Syair merupakan karya sastra, sungguh banyak tokoh besar dalam islam yang terkenal dengan syair-syairnya. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang khusus memiliki diwan atau kumpulan syair-syair mereka. Berbeda dengan kitab

Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo berbagai tokoh-tokoh besar dalam islam seperti Imam Syafi’i dan lain sebagainya. Penelitian dini dilatarbelakangi karena amr dalam sebuah syair dalam buku yang secara khusus disusun untuk mengajarkan filosofi hidup seharusnya mayoritas memiliki makna irsyad atau

ta’bir namun yang ditemukan adalah mayoritas makna iltimas. Maka dari itu penelitian ini penting untuk dilakukan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk amr, makna amr dan juga pesan yang terkandung dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo ikatan ilmu ma’ānī’. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah liblary research.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa: 1) bentuk amr dalam kitabMahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī

Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo ini terdapat 30 amr yang mana bentuk amer tersebut terdiri dari 28 berbentuk fi’il amr dan 2 lainnya berbentuk

isim fi’il amr. Bentuk mudhari’ majzum dan mashdar tidak ditemukan; 2) Makna amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah ini mengandung 20 makna iltimās, 1 makna ikrām, 7 makna irsyad dan 2 makna dawwām. Mayoritas makna iltimās digunakan karena penyair memposisikan diri sebagai orang yang setara dengan calon pembacanya; dan 3) mayoritas pesan yang terkendung dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul :

Amr dalam Kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘Ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo

(Kajian Ilmu Balāgoh Ma’ānī).

Oleh :

Ratnasari NIM. 1135020116

Menyetujui,

Pembimbing I

Dr. H. Edi Komarudin, M. Ag. NIP. 19661214 199301 1 001

Pembimbing II

Rohanda WA. , M. Ag. NIP. 19710405 200701 1 042

Mengetahui,

Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Arab

(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Setiap syair yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo ini terkandung nilai-nilai dan filosofi kehidupan yang sangat baik untuk dipahami dan ditanamkan dalam diri. Dan hampir dalam setiap syair terdapat Amr

yang secara jelas menunjukan bahwa pembaca syair harus berbuat apa dalam hidup, dengan demikian menunjukan bahwa Amr dalam kitab Mahfūẓāt

Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo ini adalah kunci pengambilan makna dan nilai-nilai filosofi untuk ditanamkan dalam hidup. Maka kajian Amr dan maknanya dalam kitab ini sangat perlu untuk dilakukan.

Setiap sastra tentu memiliki makna, dan makna tersebut akan didapat dari sebuah rangkaian kata. Begitu pun dengan bahasa arab yang setiap katanya memiliki fungsi dan makna yang berbeda. Salah satunya adalah kajian Amr dalam

insya alabī.ṭ Kajian ini memiliki empat derivasi bentuk dan 18 makna yang berbeda sesuai dengan konteksnya. Apabila ditijau secara teoritik, sastra dapat dikategorikan menjadi dua genre yaitu imajinatif dan non imajinatif. Sastra imajinatif atau biasa kita kenal dengan karya sastra fiksi terbagi menjadi tiga yaitu prosa diantaranya adalah cerpen, novel dan roman kemudian yang ke dua adalah puisi dan yang ke tiga yaitu drama. Sedangkan sastra non imajinatif atau non fiksi merupakan karya sastra yang ditulis tanpa menggunakan daya khayal pengarang, sehingga cerita dalam karya sastra non imajinatif merupakan cerita yang ditulis berdasarkan cerita yang nyata.

(8)

bentuk amr terdapat makna. Amr terdapat empat bentuk yaitu: fiil amr, isim fi’il amr, mudhari’ majzum, dan ,mashdar. Seperti contoh berikut:

ىنعملا

Tabel 01. contoh bentuk dan makna Amr dalam kitab mahfudzat

Makna iltimas merupakan makana yang terkandung dalam Amr yang mana makna ini memberikan konteks pemberi perintah kepada yang diberi perintah menjadi sejajar kedudukannya. Tanpa ada rasa segan atau pun takut tanpa ada kesan dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Makna iltimas sebagai mana berikut:

سامتللا

دــن نــم وأ قيفرل قيفر نم تردص اذإ ،

.كيوَاسي نمل مازللاو بَاجيلا َاهب دري مل هدنل

(9)

Ambilkan pulpen itu untukku!” kata ambilkan memberikan kesan setara dengan yang disuruh, “Sabarlah dalam menghadapi musibah!” kata ‘sabarlah’ pula memberikan kesan penyamarataan meski pun konteks pembicaraanya mengarah kepada irsyad atau memberikan bimbingan. Berbeda dengan makna

isryad, makna ini mengharuskan yang diberi perintah untuk terikat dengan sesuatu atau terdapat sebab akibat dari pemberian perintah itu. “apabila kamu ingin menyelesaikan skripsi dengan baik datanglah kepada dosen pembimbingmu dengan serius”. Kata ‘datanglah’ disini memiliki makna irsyad (bimbingan). Contoh lain adalah “apabila kamu hendak berhutang kepada siapapun maka

tulislah seseorang diantara kamu teman yang adil” kata perintah ‘tulislah’ dalam konteks ini memiliki makna irsyad yaitu membimbing yang diberikan perintah untuk melakukan sesuatu jika hendak melakukan sesuatu. Hal ini sejalan sebagai mana definisi dari makna irsyad berikut:

داشإرلا

ءيــشب هــمازلإ ىلإ دصقي مكتملا نَاك اذإ ،

ىمــسم لــجأ ىلإ نيدب متنيادت اذإ" :ىلَاعت هلوقك –

:ةرقبلا) "لدعلَاب بتَاك مكنيب بتكيلو هوبتكَاف

۲۸۲

.(

“Jika yang dimaksudkan pembicara untuk terikat oleh sesuatu”

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap sastra tentu memiliki makna, dan makna tersebut akan didapat dari sebuah rangkaian kata. Setiap kata dalam bahasa arab memiliki fungsi dan makna yang berbeda. Begitupun dengan bentuk Amr dalam insya alabīṭ . Inti dari makna yang terdapat dalam syair dapat diambil dan diamalkan secara to the point tertulis dalam bentuk amr. Dengan bantuk Amr seakan-akan penulis syair menyuruh langsung untuk berbuat sesuatu dalam hakikat kehidupan yang ditulis dalam bentuk Amr (sama rata), salah satunya seperti contoh berikut:

وس

ب

ر ص

س نرا

ذسيرذفلس ن

م إففس

ب

ف ص

س نسلا ي

ف ف ش

ف

يرعسلا

#

ررففَاس

س

َاض

ض وسعف درجفتس

(10)

Dan bekerja/ berusahalah! Sesungguhnya nikmatnya hidup itu terdapat pada bekerja (hasil usaha sendiri) baiklah air itu, dan apabila air itu tidak mengalir maka air itu adalah air yang tidak baik

#

ف

س ورقهوه ت

ه يرأ

س رس يرنرإف

ههدهس

ف فريه ءفَامسلا

Aku melihat genangan air yang diam merusak dirinya sendiri

Pergilah! Niscaya engkau akan mendapatkan ganti dari apa yang engkau tinggalkan” kata ‘pergilah’ merupakan kata perintah yang memiliki makna kesetaraan, tidak ada konteks yang menjelaskan bahwa kalimat ini dikeluarkan dari seorang atasan kepada bawahan atau pun sebaliknya. Maka dapat disimpulkan bahwa penyair tidak meninggikan derajatnya sebagai orang yang berilmu melainkan menyamaratakan derajatnya dengan pembaca sebagai orang yang menerima kata perintah tersebut. “Dan bekerjalah/ berusahalah!

Sesungguhnya nikmatnya hidup itu terdapat pada bekerja (hasil usaha sendiri)” sebagai mana contoh pertama, kalimat yang mengandung bentuk amr ini memiliki makna iltimas atau penyerataan. Kemudian makna amr yang terkandung dalam contoh berikut:

وس

ب

ر ط

ف

م

س ك

س حس اذسإف َاس

ض فرنس

ءهَاض

س قسلا

Dan perbaikilah dirimu meskipun takdir telah menentukan

(11)

Tinggalkanlah hari dan berlakulah sebagaimana yang kau kehendaki” sebagai mana contoh pertama dan kedua, kata ‘tinggalkanlah’ memiliki makna penyamarataan antara pemberi perintah dan yang diberi perintah. Tinggal kan disini berarti jangan menghiraukan hari dan berbuatlah sesuai dengan apa yang diinginkan. “Dan perbaikilah dirimu meskipun takdir telah menentukanAmr

dalam kalimat ini pun jelas tidak ada keterangan siapa berbicara kepada siapa, maka dengan ini telah terbukti jelas bahwa penyair merendahkan kedudukannya sebagai orang yang berilmu agar sejajar dan setara dengan pembaca agar maksud dari apa yang dipesankan dalam syair dapat diterima dengan mudah.

Pada bait pertama jelas terdapat kata رفاس yaitu Amr dengan bentuk رملا لعف

kemudian kata بصنا dalam bentuk yang sama. Pembaca akan dapat dengan mudah mengambil kesimpulan atau inti makna yang terkandung dalam syair tersebut dengan memahami makna Amr tersebut. Berbeda dengan bait kedua, pada bait ini tidak terdapat Amr yang mana apabila tidak terdapat bait pertama dengan bentuk

Amr pembaca akan kesulitan mengambil makna apa yang terkandung dalam bait tersebut. Maka dalam syair Imam Syafi’i ini mengandung makna “hijrah” atau bergerak dari tempat tinggal. Maka kalimat dalam bait kedua “Aku melihat genangan air yang diam merusak dirinya sendiri” air itu adalah manusia yang tidak mau beranjak dari tempat tinggalnya sendiri. Dan “Apabila air itu mengalir maka baiklah air itu, dan apabila air itu tidak mengalir maka air itu adalah air yang tidak baik” apabila manusia berani peranjak dari tempat tinggalnya untuk menggapai maksud dan tujuan tertentu maka dia telah melakukan kebaikan untuk dirinya sendiri.

Kajian Amr ini memiliki empat derivasi bentuk dan 18 makna yang berbeda sesuai dengan konteksnya. Sebagai mana yang telah diketahui dari semua derivasi bentuk Amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah

Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo tersebut yang berjumlah 30 Amr dalam bentuk yang berbeda-beda, makna Amr

yang terkandung dalam kitab kumpulan syair ini adalah 20 makna iltimas

(12)

dan 7 makna irsyad (bimbingan). Kitab Mahfū ātẓ yang seharusnya memiliki makna irsyad, ikrom dan i’tibar lebih banyak, kenapa dalam kumpulan syair ini dapat dikatakan 80% Amr-nya memiliki makna iltimas?, maka untuk dapat mengetahui makna Amr dalam kitab Mahfūẓāt Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah

Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo tersebut, penelitian ini sangat perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Secara umum dapat diketahui bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan makna-makna Amr yang terdapat dalam kitab Mahfūẓāt

Liṭhalabah Al-Sanah Al-Rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-Dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo, maka dari masalah pokok tersebut secara spesifik dapat disajikan dengan pertanyaan sebagai berikut :

1. Bentuk Amr apa saja yang terdapat dalam kitab Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo?

2. Apa makna Amr yang terkandung dalam kitab Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo?

3. Pesan apa yang terdapat dalam Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah

Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo?

C. Tujuan Penelitian

(13)

1. Mengetahui bentuk Amr dalam kitab Mahfū āt ẓ Liṭhalabah sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.

2. Mendeskripsikan makna Amr yang terdapat dalam kitab Mahfū ātẓ

Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.

3. Mengambil pesan universal yang terdapat dalam kitab Mahfū ātẓ

Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan kesusastraan Arab khususnya pada kajian Amr dalam ilmu

Balagoh ma’ānī. Sedangkan secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut:

1. UIN Sunan Gunung Djati Bandung, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran tentang perkembangan ilmu kesusastraan arab khususnya tenteng informasi amr dalam kitab Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo melalui kajian Amr dalam ilmu Balāgoh ma’āī.

2. Bagi akademisi kesusastraan Arab, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan informasi tentang contoh bentuk dan makna Amr dalam ilmu Balāgoh ma’ānī’ dengan objek penelitian yang diambil yaitu kitab Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim

(14)

3. Untuk Pendidik atau pengajar kitab ini, diharapkan dapat menambah wawasan, rujukan, bahkan menjadi pedoman bagi para pengajar kitab

Mahfū ātẓ tengang urgensi mengambilan makna dalam kitab Mahfū ātẓ

Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo, khususnya bertolak dari bentuk bentuk Amr yang ada dalam kajian penelitian ini.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian yang menggunakan kitab Mahfū āt ẓ Liṭhalabah sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo sebagai objek penelitiannya belum ditemukan. Sesuai dengan rumusan masalah bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna Amr yang terkandung dalam bentuk Amr dalam kitab Mahfū āt ẓ Liṭhalabah sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo. Kebanyakan penelitian terdahulu yang menggunakan pendekatan Amr

menggunakan al-Qur’an sebagai objek penelitian. Berdasarkan penelitian pendahulu yang telah dilakukan, ditemukan beberapa yang membahas tentang

Amr, diantaranya:

1. Terakhir adalah Skripsi UIN Sunan Gunung Djati Bandung karya Shodiq Amin pada tahun 2014 dengan judul :

قومَاــب نَاــهرول رــمحأ ةــصق يــف ىبــلطلا ءَاــشنلا

(ىنَاعملا ملع نع ةسارد)

(15)

dengan pendekatan yang akan dilakukan yaitu Amr, namun objek kajian dalam penelitian ini sangat berbeda.

2. Masih karya tesis UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Saat ini ditulis oleh Nuri Nur Latifah pada tahun 2013 dengan judul :

نبل ةنمدو ةليلك ةروطسأ ىف ىبلطلا ءَاشنلا

عفقملا

Pada tahun 2013 ini ditemukan hanya satu penelitian tentang amr. fokus kajian dalam penelitian yang dilakukan oleh Nuri ini adalah Insya Thalabi. Dalam insya thalbi terdapat 5 fokus kajian yaitu Amr, Nahyi, Istifham, Tamanni dan Nida. Dan objek yang dipilihnya pun bukan kitab kitab Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo melainkan ةروطسأ عفقملا نبل ةنمدو ةليلك Meskipun salah satu kajiannya dalam penelitian ini sama dengan pendekatan yang akan dilakukan yaitu Amr, namun objek kajian dalam penelitian ini sangangat berbeda.

3. Selanjutnya pada tahun 2012 ada karya ilmiah thesis UIN Sunan Gunung Djati Bandung karya Cecep Ahmad Roja dengan judul:

يــل مــلعتملا مــيلعت بَاــتك يــف يــهنلاو رــملا لعف

.ةيوحن ةسارد يجونرزلا نيدلا نَاهرب خيشلا

Sekali lagi penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yaitu menggunakan amr sebagai fokus kajiannya, tidak hanya amr namun juga dengan kajian nahyi. Objek penelitian yang dipilih adalah kitab Ta’lim Al-mutala’allim karya Syaikh Burhanuddin Al-Jurjani bukan kitab

Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī

(16)

4. Selanjtnya Skripsi UIN Sunan Gunung Djati Bandung karya Lukman Hakim pada tahun 2011 dengan judul :

نــع ةــسارد) فارــعلا ةروــس يــف ىبلطلا ءَاشنلا

(ىنَاعملا ملع

Judul penelitian ini telah jelas menjelaskan bahwa fokus kajian dalam penelitian yang dilakukan oleh Lukman ini adalah Insya Thalabi. Dalam insya thalbi terdapat 5 fokus kajian yaitu amr, nahyi, istifham, tamanni

dan nida. Dan objek yang dipilihnya pun bukan namun kitab Mahfū ātẓ

Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo melainkan Al-Quran sebagai objek kajiannya yaitu surah Al-A’raf. Meskipun salah satu kajiannya dalam penelitian ini sama dengan pendekatan yang akan dilakukan yaitu Amr, namun objek kajian dalam penelitian ini sangat berbeda.

5. Skripsi Hamdan Faturohman, mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada tahun 2008. dengan judul Al-amr wa Nahyu Fill Quranil Kariim Dirasah Maaniyah A’surat Al-imran. Sekali lagi penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yaitu menggunakan amr sebagai fokus kajiannya, tidak hanya amr namun juga dengan kajian nahyi. Objek penelitian yang dipipilih adalah al-Quran yaitu surah Ali Imran.

6. Skripsi UIN Sunan Gunung Djati Bandung karya Nur Hasanah pada tahun 2007 yang berjudul :

مــلع ةــسارد) مــيركلا نآرــقلا يــف ىبلطلا ءَاشنلا

م ع ءزج نع ىنَاعملا

(17)

Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī

Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo sebagai objek kajiannya. 7. Asep Abdurrohman pada tahun 2007, skripsi UIN Sunan Gunung Djati

Bandung dengan judul :

نــع ةــسارد) ءَاــسنلا ةروــس يــف ىبــلطلا ءَاشنلا"

"(ىنَاعملا ملع

Judul penelitian tersebut menjelaskan bahwa fokus kajian dalam penelitian yang dilakukan oleh Asep ini adalah Insya Thalabi. Dalam

insya thalbi terdapat 5 fokus kajian yaitu amr, nahyi, istifham, tamanni

dan nida. Dan objek yang dipilihnya pun bukan kitab Mahfū ātẓ

Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo melainkan Al-Quran sebagai objek kajiannya yaitu surah An-Nisa. Meskipun salah satu kajiannya dalam penelitian ini sama dengan pendekatan yang akan dilakukan yaitu Amr, namun objek kajian dalam penelitian ini sangat berbeda.

8. Ummu Shofiah pada tahun 2001, seorang mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab, UIN sunan Kalijaga, Yogyakarta, skripsi dengan judul bentuk Amr dalam surah al-A’rof”. Telah jelas tertera dalam judul penelitian tersebut bahwa fokus kajiannya terdapat pada bentuk Amrnya. Dan Ummu memilih Al-Quran sebagai objek kajiannya yaitu surah Al-A’rof. Meskipun pendekatan penelitian ini sama dengan pendekatan yang akan dilakukan, namun objek kajian dalam penelitian ini sangat berbeda.

Adapun persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama meneliti

(18)

dilakukan, namun Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim

Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo belum pernah dijkaji melalui pendekatan ilmu ma’ani khususnya dalam kajian

Amr pada insya alabī.ṭ

F. Kerangka Pemikiran

Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus. Puisi mencakup satuan yang kecil seperti sajak, pantun dan balada (Sutarno, 2008: 64). Sebagai makhluk yang penuh imaji, manusia mampu mengapresiasikan berbagai imaji dengan cara yang paling mesra, karenanya karya puisi lahir dengan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya, realitas kehidupan yang bisa memberikan kepuasan estetis dan intelektual melalui medium bahasa (Anshoriyah, 2004: 203).

Nadzom dapat disebut juga dengan Syair. Menurut Ahmad Asy-Syayib, syi’ir atau puisi Arab atau yang dapat disebut juga dengan diwān adalah ucapan atau tulisan yang memiliki wazan atau bahr (mengikuti prosodi atau ritme gaya lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris/satr) serta unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan dibanding prosa. Definisi ini lebih baik ketimbang para ahli sastra arab lainnya, termasuk di dalamnya para penulis kamus dan buku-buku sastra Arab modern. Adapun menurut Muhammad al-Kuttani dengan mengutip pendapat al-‘Aqqad yaitu ekspresi bahasa yang indah yang lahir dari gejolak jiwa yang benar (Sukron Kamil, 2009: 10-11).

(19)

Arab dianggap sempurna dan berkembang membentuk qasidah yang terikat dengan wazan dan qafiyah (Nawawi dan Wardhani, 2010: 18).

Balaghoh mendatangkan makna yang agung dan jelas, menggunakan ungkapan yang fasih dan berkesan di lubuk hati sesuai dengan situasi dan kondisi yang diajak bicara. Secara ilmiah balaghoh merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan pada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-macam uslub(ungkapan). Kebiasaan mengkaji balaghoh merupakan modal pokok dalam membentuk tabiat kesastraan dan menggiatkan kembali beberapa bakat yang terpendam. Dan untuk mencapai tingkatan itu diharapkan seseorang mampu memperbanyak bahan-bahan bacaan untuk menghasilkan sebuah analisis yang akurat dan akuntabel. Adapun unsur-unsur balāghoh adalah kalimat, makna, dan susunan kalimat yang memberikan kekuatan, pengaruh dalam jiwa, dan keindahan (Ali al-jarim dan Amin, 1994: 6).

Teori balāghoh merupakan teori tradisional dalam pengkajian sastra Arab di Indonesia. Meskipun tidak sama persis balāgah hampir sebanding dengan stilistika,yaitu ilmu yang mengkaji cara sastrawan memanipulasi atau memanfaatkan unsur dan kaidah yang terdapat dalam bahasa dan efek apa yang ditimbulkan oleh penggunanya (Kamil, 2009: 140).

Ilmu balāgah adalah salah satu ilmu kesusastraan Arab yang memiliki peran penting dalam salah satu upaya kemahiran berbahasa Arab. Balāghoh memiliki fungsi mempercanti suatu frasa atau kalimat sehingga dapat terdengar indah saat di ucapkan. Istilah ilmu balāghoh terdiri atas dua kata, yaitu: ilmu dan balāghoh.

Secara etimologi ilmu berasal dari kata ملعلا yang merupakan bentuk mashdar

dari ملعي – ملع dengan bentuk jamak مولعلا , sedangkan secara terminologi ilmu adalah :

فورعملا و نيقيلا ةقيقحب ءيشلا كاردإ

(20)

Secara etimologi balāgahberasal dari kata غلبي غلب - yang berarti sampai atau ujung. Sedangkan secara terminologi balāgah didefinisikan oleh para ahli di bidangbalāgahdengan definisi yang beragam, diantaranya adalah:

Menurut Abdullah Syahhatah: Definisi yang tepat dalam term balāgah adalah keberhasilan pembicara dalam menyampaikan pembicaraannya pada pendengar dengan tepat mengena pada sasaran yang ditandai dengan kepuasan akal dan perasaannya (Syahhatah, 2001: 81).

Menurut Fadhil Hasan ‘Abbas: Balāgah adalah yang memungkinkan pembicara untuk memikat lawan bicara ketika menembus pernyataan dan gaya bahasa pikirannya dan hatimereka (Abbas, 1997 : 13).

Salah satu pembahasan dalam ilmu ma’āni adalah insya’, yang dimana insya’ terbagi menjadi dua bagian yaitu insya’ thalabi dan insya’ ghiairu thalabi.

Insya’ thalabi merupakan kalimat-kalimat yang digunakan untuk menghendaki keberhasilan sesuatu yang belum berhasil pada saat kehendak itu dikemukakan. sedangkan insya’ ghairu thalabi adalah yang tidak digunakan unuk menghendaki terjadinya sesuatu. Dalam insya’ thalabi ada yang berupa amr (kata perintah), nahyi (kata larangan), istifham (kata tanya), tamanni (kata untuk mengharapkan sesuatu yang sulit terwujud) dan nida’ (kata yang didahului dengan seruan). Penelitian ini membahas tentang salah satu dari insya’thalabi yaitu Amr.

ءلعتسلا هجو ىلع لعفلا بلط وهو: رملا

“Amr adalah tuntutan untuk melakukan sesuatu atau pekerjaan oleh pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah” (Nashif, dkk, , 2006: 107).

Abu Hasbullah mendefinisikan amr sebagai berikut:

هــنم ىــندأ وــه نمم ىلعلا هب بلطي ظفل وه رملا

لعف

“Amr ialah suatu tuntutan perbuatan dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya”.

هـجو ىــلع لــعفلا بـلط وهةغلبلا ءَاملع دنع رملا

مازللاو ءلعتسلا

(21)

Menurut Ahmad Hasyimi (1960:78) Terdapat empat bentuk amr sebagai berikut:

۱

.

رممأملا لممعف

ذــخ ىــيحي َاــي" : ىلَاــعت هلوــقك -

"ةوقب بَاتكلا

۲

.

رمممأملا ملب موزمممجملا عإرامممضملا

هلوـــقك

"هتعس نم ةعس وذ قفنيل"ىلَاعتو هنَاحبس

۳

.

رممأملا لعف مسا

ل مكــسفنأ مــكيلع" :وــحن -

"متيدتها اذإ لض نم مكرضي

٤

.

رممأملا لممعف نممع بئاممنلا إردممصملا

هلوــقك

-نيدلاولَابو" :ىلَاعت

Hafidz (2009:22-26) menambahkan tentang makna amr yang terbagi menjadi 18 makna sebagai mana mengutip dari Hamid (1996: 66-72) dalam Kemudian Hasyimi (1960:77-79) sebagaimana berikut:

َاــهَانعم نــع رــملا غيــص جرــخت دــقو رــملا ىنَاــعم

.َىرــخأ نَاــعم ىــلإ "مازللاو بَاجيلا" وهو ىلصلا

بــسح رــماولا ىــنعمب ســيل رــملا ةغيــص نوــكتو

: لاوحلا نئارقو ملكلا قَايس

ءاعدلا

ىــف نوكيو عرضتلا ليبس ىلع بلطلا وه ،

,ةـلزنم ىــلعأ ىـلإ ىندأ نم تردص اذإ رملا ةغيص

َايندلا ىف َانتآ َانبر لوقي نم مهنمو :ىلَاعت هلوق لثم

:ةرــقبلا) رَانلا باذع َانقو ةنسح ةرخلا ىفو ةنسح

۲۰۱

.(

(22)

سامتللا

دــن نــم وأ قيفرل قيفر نم تردص اذإ ،

كيوَاــسي نــمل مازــللاو بَاــجيلا َاــهب درــي مــل هدــنل

.أخلا َاهيأ ملقلا ىنطعأ - كلوقك

“jika dikeluarkan dari teman ke temannya, dia tidak menanggapi secara positif dan mewajibkan Anda kepada seseorang yang setara dengan Anda.”

داشإرلا

ءيــشب هــمازلإ ىلإ دصقي مكتملا نَاك اذإ ،

ىمــسم لــجأ ىلإ نيدب متنيادت اذإ" :ىلَاعت هلوقك –

:ةرقبلا) "لدعلَاب بتَاك مكنيب بتكيلو هوبتكَاف

۲۸۲

.(

“Jika yang dimaksudkan pembicara untuk terikat oleh sesuatu”

ديدهتلا

هب رومأملَاب ىضرلا مدع مَاقم ىف نوكي ،

نوــلمعت َاــمب هــنإ ,متئــشَام اوــملعا" :ىلَاعت هلوقك

:تلصف) "ريصب

٤۲

.(

“menjadikan dalam posisi ketidakpuasan dengan orang yang disuruh”

زيجعتلا

وعدــي نــم زــجع رَاــهظإ مَاقم ىف رملا ،

كــلذ هعــسو ىــف ســيلو .َاــمرمأ لــعف ىــلع هتردق

:ةرقبلا) "هلثم نم ةروسب اوتأف" هلوقك

۲۳

.(

Dalam konteks menunjukkan ketidakmampuan orang-orang yang membutuhkan kemampuan mereka untuk melakukan sesuatu namun dia tidak bisa melakukan itu

ةحابلا

مدــع بطَاــخملا مهوــت مَاــقم ىــف نوــكت ،

حرــجلو حَابم هنأب مهوتلا عفديف .ءىشلا لعف زاوج

مــكل نيبتي ىتح اوبرشاو اولكو" :ىلَاعت هلوقك - هيف

"رــجفلا نــم دوــسلا طــيخلا نــم ضــيبلا طــيخلا

:ةرقبلا)

۱۸٦

(23)

Menjadikan orang yang tidak diperbolehkan melakukan sesuatu, kemudian dalam situasi lain larangan tersebut mengarah pada fakta bahwa dia diperbolehkan melakukan hal yang awalnya dilarang.

ةيوستلا

هــيف بطَاــخملا مهوــت مَاــقم ىف نوكت ،

– ىلَاــعت هلوــقك رــخلا ىــلع نــيرملا دــحأ نَاــحجر

."اوربصتل وأ وربصا" ىلَاعت هلوقك

Menjadikan orang yang disuruh atau kondisi lawan bicara lebih berat salah satu dari kedua perintan yang diberikan

ماراكلا

َاــهولخدا" مارــكلا ىــلع لــمحي بلط وه ،

:رجحلا) "نينمآ ملسب

٤٦

.(

Memberikan perintah untuk meminta sebuah kemuliaan.

نانتأملا

dimaksudkan untuk memberikan sesuatu kepada yang disuruh

ةناإهلا

Berada dalam posisi tidak diterimanya orang yang tertib dan kurang peduli disuruhnya sebelum ia meminta sesuatu

ىممنمتلا

َىذــلا هــيف بوــغرملا رــملا بــلط وــه ،

(24)

حبــصب يــلجنا لأ لــيوطلا لــيللا َاهيأ لأ" سيقلا

."لثمأب كنم حَابصلا َامو

Perintah dimaksudkan kepada yang diperintah untuk berbuat sesuatu yang mustahil untuk dilakukan

إرابتعلا

نــم َاــميلعتو ةربــع رومأــملا ذخأي هب داري ،

"رـمثأ اذإ ةرـمث ىـلا اورـظنا" :ىلَاـعت هلوقك رملا

:مَاعنلا)

۹۹

.(

Hal ini dimaksudkan untuk orang yang disuruh dapat mengambil pengalaman dan pelajaran dari apa yang diperintahkan kepadanya

1

.

نإذلا

.عاد ةوعد بجوي نأ هب داري رمأ ،

."لخدا" :بَابلا قرط نمل كلوقك

Yang dimaksudkan untuk mewajikan menjawab panggilan. Seperti kata-kata seseorang kepada orang yang mengetuk pintu

نيوكتلا

هــللا قلخ فيك سَانلا لديل هب داري رمأ ،

:ةرقبلا) "نوكيف نك" ىلَاعت هلوقك .ءَاش َامك قلخلا

۱۱۷

.(

Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada orang-orang bagaimana Tuhan menciptakan ciptaan seperti yang Dia inginkan

رييختلا

نــيب رَاــتخي نأ بطَاــخملا نم بلطي نأ ،

جوزــت :وــحن .َاــمهنيب عــمجلا نــع عَانتملا عم نيرمأ

.َاهتخأ وأ ادنه

Dimaksudkan kepada orang yang disuruh untuk memilih antara dua hal dan menahan diri untuk tidak menggabungkannya

بيدأتلا

َابيدأت رومأملا رملا بدؤي نأ هب داري رمأ ،

(25)

Teori Amr dalam Insya thalbi

(kajian balaghoh ma’ani)

dimaksudkan untuk mendisiplinkan orang yang diberi perintah untuk bersikap baik

بجعتلا

رومأــملا ىــلإ ةــشهدلا َىريل هب دري رمأ ،

كــــل اوبرــــض فــــيك رــــظنا" ىلَاــــعت هلوــــقك

:ءارسلا)"لَاثملا

٤۸

.(

Orang yang diberikan perintah dimaksudkan untuk melihat kedasyatan sesuatu yang diperintahkan kepadanya.

Berikut ini skema penelitian yang akan dilakukan:

Gambar 1. Skema penelitian

G. Langkah-Langkah Penelitian

(26)

1. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode studi pustaka/ liblary research. Metode ini dilakukan dengan menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap objek penelitian yang diambil yaitu kitab Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

bilāgiyah, atau dengan menggunakan pendekatan ilmu balāgah Ma’ānī. Pendekatan ini bertujuan untuk mengupas sebuah teks melalui pendekatan makna didalam teks. Salasatu kajian dalam balāghoh Ma’ānī ini terdapat kajian tentang

insya thalabī, dan dalam kajian tersebut terdapat pembahasan tentang Amr.

3. Jenis Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu primer dan sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bentuk Amr yang terdapat dalam kitab Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo. Sedangkan sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu informasi-informasi yang memuat tentang Profile syaikh Syarafuddīn Yahya bin Badruddīn Mūsā bin Rama ān bin Umairah. ḍ

(27)

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi yaitu proses pengumpulan data yang diperoleh dari daokumen-dokumen berupa buku, catatan, arsip, surat, majalah, surat kabar, jurnal, laporan penelitian yang didapatkan secara langsung atau pun dari media elektronik seperti jaringan internet, televisi dan lain sebagainya untuk mendukung validitas data yang dianalisis dalam penelitian ini. Dalam konteks penelitian ini, data yang akan dicari dengan menggunakan teknik ini adalah Bentuk amr yang terdapat dalam kitab Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah

Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.

5. Analisis Data

Untuk menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur, tersusun dan terarah sesuai dengan rumusan masalah maka perlu adanya analisis data. Proses analisis merupakan usaha menentukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan-rumusan yang telah ditetapkan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :

a. Memilih objek penelitian yang jelas, yaitu kitab Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.

b. Menentukan bentuk Amr yang terdapat dalam teks kitab Mahfū ātẓ

Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.

(28)

d. Membuat analisis data dengan mendeskripsikan data yang diperoleh dengan tafsir logika yang disesuaikan dengan teori kesusastraan Arab dalam konteks kajian iqtibās dalam ilmu balāghoh ma’ānī.

e. Membuat kesimpulan dari hasil pembahasan yang disesuaikan dengan rumusan penelitian yaitu tentang bentuk Amr dalam kitab Mahfū ātẓ

Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo kemudian interpretasi makna yang terkandung dari bentuk Amr yang ditemukan.

6. Sistematika Penulisan

Sistematiak penulisan yang digunakan dalam penelitian mengguanakan sistematika penulisan pada umumnya yang berlaku di lingkungan civitas akademika UIN Sunan Gunung Djati Bandung khususnya pada Fakultas Adab dan Humaniora dengan menggunakan lima bab pembahasan yang berisi pembahasan yang berbeda, berikut ini pembahasan dari setiap bab yang akan dibahas :

a. Bab kesatu: merupakan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah; Identifikasi dan perumusan masalah; tujuan dan kegunaan/manfaat Penulisan; tinjauan pustaka; kerangka berfikir; metode dan langkah penelitian; dan sistematika pembahasan.

b. Bab kedua: Landasan Teori yaitu pembahasan tentang landasan teoritis yang meliputi diwān, ilmu Balāgah, Ilmu Ma’ānī, sejarah ilmu Ma’ānī,

Kalam Insya’ Tholaby, Jenis-jenis kalam Insya’Tholaby, dan Amr. c. Bab ketiga: berisi profil tim penulis dan Pondok Modern Darusalam

Gontor Ponorogo dan analisis data yang mencakup amr dan maknanya dalam kitab Mahfū āt ẓ Liṭhalabah Al-sanah Al-rābi‘ah Karya Tim

Manhaj Al-dirāsī Pondok Modern Darusalam Gontor Ponorogo.

(29)
(30)

BAB II

SYAIR DAN AMR DALAM BALAGAH MA’ANI

A. Sastra dalam Kehidupan Manusia

Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya. Hingga saat ini sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, tetapi telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual di samping konsumsi emosi (M. Atar Semi, 1990: 1).

Sastra bukan sesuatu yang jatuh dari langit, ia memang ada bersama pengalaman hidup manusia. Bagaimana mungkin sastra tidak mengacu kepada realitasnya? Memang, tidak tiap ungkapan penyair merupakan realitas hidupnya yang dihadirkan kembali di dalam karyanya. Tetapi, membaca karya sastra tiada lain membaca sebuah dunia, membaca realitas alam maupun budaya. Justru sebab membaca realitas, kita juga membaca “dunia yang hidup”. Karenanya, kita digoda mengetahui lebih lanjut apa di balik yang tampak dicitrakan di dalam karya sastra itu. Ibarat di dalam sebuah rumah, kita ingin tahu sesuatu di luar, maka kita perlu jendela dan pintu. Dalam sastra “jendela dan pintu” itu kita dapatkan dari ungkapan-ungkapan sastrawan di luar karya sastranya, seperti melalui wawancara, dan esai-esainya sekalipun hal itu tidak seluruhnya dapat dijadikan “alat bantu” untuk memaknai karya sastra yang ia tulis (Abdul Wachid, 2005: 21).

(31)

untuk mengugkapkan dirinya, menaruh minat terhadap masalah manusia dan kemanusiaan, dan menaruh minat terhadap dunia realitas yang berlangsung sepanjang hari dan sepanjang zaman. Sastra yang telah dilahirkan oleh para sastrawan diharapkan dapat memberi kepuasan estetik dan kepuasan intelek bagi khalayak pembaca. Tetapi seringkali karya sastra itu tidak mampu dinikmati dan dipahami sepenuhnya oleh sebagian besar anggota masyarakat (M. Atar Semi, 1990: 1).

Kemanusiaan kita kenal sebagai sesuatu yang universal. Cita-cita tentang kesejahteraan manusia dikenal oleh seluruh umat manusia di seantero dunia dengan cara masing-masing. Betapa pun beragam corak pelafalannya karena konteks setiap kelompok masyarakat banyak memberikan warna, tidak pelak lagi, semangat itu meruap dari naluri cinta kepada sesama.

Rasa kemanusiaan itu menyeberangi perbedaan budaya, warna kulit, agama, anutan, dan keyakinan, menembus batas suku dan negara, menyebrangi waktu dan jarak, serta menembus perbedaan strata sosial. Bahkan, tidak terhalangi oleh kekuasaan yang merupakan bagian yang sangat berpengaruh dalam berbagai sengketa dewasa ini. Sastra sejak awal sudah melihat kemanusiaan sebagai lahan yang sangat kaya dan luas jangkauannya. Sebagai upaya untuk menerobos segala barikade konteks manusia masing-masing pada desa-kala-patranya (tempat-waktu-suasananya), sastra telah memilih tema-tema terbaik, seperti kematian, kelahiran, kesakitan, kesedihan, kesenangan, kesangsian, penantian, persengketaan, persaudaraan, cinta, dan nafsu-nafsu bawah sadar yang sangat mendasar dan berserak pada setiap manusia di seluruh jagat raya.

(32)

manusia lain dengan bahasa ibunya. Akhirnya, tidak berkelebihan kalau dikatakan bahwa sastra adalah jembatan ajaib yang menghubungkan manusia dengan manusia tanpa perlu melalui petugas pabean apalagi harus menunjukkan paspor.

Sastra menjadi warga negara dunia yang bebas masuk ke mana saja karena dia kelihatan, tetapi tidak tampak seluruhnya. Ia adalah imajinasi yang hanya akan tertangkap oleh mata hati yang peka. Ia berwujud, tetapi tidak seluruhnya bertubuh karena ia adalah sebuah pengalaman spiritual. Sastra sudah menjadi sebuah jaringan internasional yang tidak terkendali lagi kemampuan jangkauannya, tidak terhalang-halangi lagi oleh batas-batas negara dan politik. Ia begitu ampuh, tetapi juga begitu halus, tidak ubahnya seperti yang dilakukan oleh jaringan internet dewasa ini. Sastra sudah membebaskan manusia dari berbagai batasan. Sastra dengan demikian bukan hanya tulisan dan bukan hanya buku-buku. Sastra adalah bentuk pengalaman spiritual yang diungkapkan dengan kata-kata yang plastis sehingga memiliki daya magis yang dikemas melalui bentuk-bentuk cerita rekaan atau semi rekaan sehingga merupakan lukisan-lukisan kehidupan yang merupakan cerminan dari kehidupan nyata manusia sehari-hari sehingga penikmatnya menjadi percaya. Sastra adalah cerita tentang manusia atau cerita tentang apa saja yang memberikan kepada manusia sebuah pengalaman spiritual untuk merenungi kehidupan masa lalu, masa kini, dan masa datang untuk mengantarkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik, lebih sempurna, dan lebih membahagiakan manusia bersama-sama.

Manusia melakoni realitas budaya, dan sastra menyentuh realitas budaya itu, maka sastra yang agung dihidupi oleh suara kemanusiaan yang hakiki. Maka sastra secara niscaya terlibat di dalam kehidupan manusia. Dengan sentuhan estetiknya, sastra memberi katarsis sehingga menjadi inspirasi pencerahan manusia untuk membebaskan keterjajahan dirinya dari kekuasaan yang mengingkari hakikat manusia (Abdul Wachid B.S., 2005: 79-80)

(33)

seperti halnya Javid Namah (Kitab Keabadian) karya Muhammad Iqbal. Inilah sebabnya Y.B. Mangunwijaya berkesimpulan bahwa sastra yang baik selalu

religius sebab selalu mengandung “dimensi kedalaman” manusia. Karena, tatkala membacanya kita tergetar hati sebab hidup yang dihidupi dalam sastra yang demikian pada hakikatnya ada di dalam setiap diri manusia (Abdul Wachid B.S., 2005: 78).

B. Ontologi dan Epistimologi Syair

Sya’ir merupakan karya sastra, dan didalam sya’ir tersebut ada salah satu bagian yang namanya nadhom. Menurut Sumarni (2000:62) dalam menciptakan sebuah sya’ir atau nadhom yang baik, sastra merupakan unsur disiplin dasar yang harus dikuasai oleh para penyair. Dapat dikatakan bahwa seorang penyair itu harus mahir dalam bahasa. Karena nadhom juga bisa dikatakan sebagai puisi.

Seorang penyair harus mampu memilih kata kata yang tepat, mempunyai pembendaharaan kosakata yang luas sehingga dapat mengungkapkan maksud dengan gaya bahasa yang cocok dan tepat. Syair merupakan puisi atau karangan dalam sastra melayu lama, dengan bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Kata ini berasal dari bahasa Arab, yaitu syu’ur, yang berarti perasaan. Dari kata syu’ur, kemudian muncul kata syi’ru, yang berarti puisi dalam pengertian umum. Dalam kesusastraan melayu, kata ini merujuk pada pengertian puisi secara umum. Namun dalam perkembangannya, ia mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas melayu, dan tidak lagi mengacu pada tradisi sastra di negri Arab. Syair bukalah kumpulan kata yang asal saja dan tidak memilik makna. Justru, ia hadir membawa makna isi yang berhubungan dengan khas ibarat, sindiran, nasihat, pengajaran agama, dan juga berisikan sejarah atau dongeng. Adapun ciri ciri syair adalah sebagai berikut:

(34)

2. Umumnya terdiri dari empat baris, agak mirip dengan pantun. Perbedaannya adalah empat baris pantun merupakan dua baris sampiran dan dua baris isi yang berdiri sendiri. Sedangkan bait syair merupakan bagian dari sebuah cerita yang panjang.

3. Jumlah kata dalam satu baris tetap, yaitu 4-5 kata satu baris.

4. Jumlah suku kata dalam satu baris juga tetep, yaitu antara 8-12 suku kata dalam satu baris.

5. Rima akhir juga tetap yaitu a/a/a/a. ada juga yang memiliki rima a/b/a/b, tiga baris dengan rima akhir a/a/b, dan dua baris dangan rima a/b, namun ketiga bentuk syair terakhir tidaklah popular.

Dari penjelasan diatas, yang menyatakan bahwa pada dasarnya nadhom adalah puisi yang penulisannya sama sama menggunakan sajak, maka penulisannya mengacu pada unsur puisi sebagai unsur pembentuk sya’ir berupa nadhom.

Nadhoman berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk masdar dari kata “nazhmun” bentuk masdarnya “nazhoma” yang berarti sya’ir, puisi atau pantun (kamus Bahasa Arab Al Munawwir, 1997: 1435). Sedangkan pengertian sya’ir itu sendiri menurut Mas’an Hamid (1995: 13), adalah suatu kalimat yang sengaja disusun dengan menggunakan irama dan sajak yang mengungkapkan tentang khayalan atau imajinasi yang indah.

Mc. Caulay Hudson megartikan nadhom dengan salah satu cabangnya sya’ir atau karya sastra yang menggunakan kata kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusian imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya(Aminuddin, 1991: 142).

(35)

yang sengaja disusun dengan menggunakan irama (bahar dan wazan) yang isinya ungkapan hayalan atau imaginasi yang indah.

Lain dari itu, ada ungkapan kalimat yang sengaja disusun dengan suatu irama/ bahar atau wazan dan sajak/qafiyah akan tetapi tidak berisi imaginasi dan khayalan melainkan kaidah dan penjelasan-penjelasan, maka itu di sebut nadoman menurut Mas’an Hamid (1995: 44). Unsur-unsur pembangun syair sebagai sesatuan struktur syair. Struktur ini merupakan bentuk atau wujud fisik syair. Strukturnya meliputi unsur-unsur berikut. Struktur sintaksis pada nadhoman tidak seperti atruktur sintaksis pada bahasa tulis, karena puisi nadhoman merupakan bahasa lisan maka bnyak inversi yang terjadi dalam teks, inversi adalah menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya. Banyaknya inversi pada puisi nadhoman menjadikan puisi nadhoman memiliki kekhasan tersendiri dalam struktur sintaksis.

a. Larik/Baris; Larik merupakan kalimat yang ada dalam syair. Larik-larik syair dibentuk oleh kata-kata yang indah. Kata-kata ini bias bermakna denotasi atau konotasi. Bahkan, bisa juga bermakna kias. Larik atau baris merupakan kelompok kata atau kumpulan kelompok kata.

b. Bait; Bait berupa kumpulan larik atau kumpulan baris. Jumlah larik dalam bait bisa berbeda-beda. Bait disebut juga kuplet.

c. Pertautan; Larik-larik dalam syair saling berhubungan dalam membentuk bait. Bait-bait dalam syair saling berhubungan. Isi dalam bait syair pun juga harus berhubungan. Pertautan merupakan pertalian antarlarik atau antarbait yang membentuk kesatuan makna sebuah syair.

(36)

e. Pengimajian; Pengimajian disebut juga citraan. Citraan berhubungan dengan pancaindra. Apa yang digambarkan penulis dapat dilihat dari citraan. Ada beberapa citraan yang dapat kamu temukan dalam syair.

f. Rima; Rima atau sajak biasa disebut persamaan bunyi yang terdapat dalam syair. Persamaan bunyi ini bisa dilihat di akhir larik. Persamaan bunyi bisa juga dilihat di dalam satu larik. Selain memiliki unsur intrinsik, syair lama juga memiliki unsure ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan unsur pembangun di luar syair tetapi berhubungan langsung dengan syair. Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang melatarbelakangi terjadinya syair lama.

Ditinjau dari bentuk maupun isinya, Aminuddin (1991: 13 4- 136) sya’ir dibedakan atas 10 jenis:

1. Sya’ir epic, yaitu suatu sya’ir yang didalamnya mengandung cerita kepahlawanan.

2. Sya’ir naratif, yaitu syair yang didalammnya mengandung suatu cerita, dengan pelaku, perawatan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin sebuah cerita.

3. Sya’ir lirik, yaitu sya’ir yang berisi luapan batin individual dengan segala macam endapan pegalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya.

(37)

5. Sya’ir didaktik, yaitu sya’ir yang mengandung nilai pendidikan yang umumnya bersifat eksplisit.

6. Sya’ir satiric, yaitu syair yang mengandung sindiran atau kritik tentag kepincangan atau ketidak beresan kehidupan suatu kelompok maupun masyarakat.

7. Sya’ir romance, yaitu syair yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap kekasih.

8. Sya’ir elegi, yaitu syai’ir ratapan yang mengandung rasa pedih seseorang.

9. Sya’ir ode, yaitu sya’ir yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa atau sikap kepahlawanan.

10. Sya’ir himne, yaitu sya’ir yang berupa pujian kepada Allah maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.

(38)

Puisi adalah jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tangapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus. Puisi mencakup satuan yang kecil seperti sajak, pantun dan balada (Sutarno, 2008: 64). Sebagai makhluk yang penuh imaji, manusia mampu mengapresiasikan berbagai imaji dengan cara yang paling mesra, karenanya karya puisi lahir dengan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya, realitas kehidupan yang bisa memberikan kepuasan estetis dan intelektual melalui medium bahasa (Anshoriyah, 2004: 203).

Ahmad Asy-Syayib berpendapat bahwa syi’ir atau puisi Arab atau yang dapat disebut juga dengan diwān adalah ucapan atau tulisan yang memiliki wazan

atau bahr (mengikuti prosodi atau ritme gaya lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris/satr) serta unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan dibanding prosa. Definisi ini lebih baik ketimbang para ahli sastra arab lainnya, termasuk di dalamnya para penulis kamus dan buku-buku sastra Arab modern. Adapun menurut Muhammad al-Kuttani dengan mengutip pendapat al-‘Aqqad yaitu ekspresi bahasa yang indah yang lahir dari gejolak jiwa yang benar (Sukron Kamil, 2009: 10-11).

Sejalan dengan definisi tersebut A. Teeuw berpendapat dalam Mawardi (2013: 8) tentang definisi sastra sebagai berikut:

sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sansekerta. Akar kata sas, dalam kata kerja turunan berarti “mengarahkan, mengajar, memeberi petunjuk atau instruksi”. Akhiran–tra biasanya menunjukan alat, sarana. Maka dari itu sastra dapat berarti “alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran.

(39)

Sedangkan sastra non imajinatif atau non fiksi merupakan karya sastra yang ditulis tanpa menggunakan daya khayal pengarang, sehingga cerita dalam karya sastra non imajinatif merupakan cerita yang ditulis berdasarkan cerita yang nyata.

Balaghoh mendatangkan makna yang agung dan jelas, menggunakan ungkapan yang fasih dan berkesan di lubuk hati sesuai dengan situasi dan kondisi yang diajak bicara. Secara ilmiah balaghoh merupakan suatu disiplin ilmu yang berlandaskan pada kejernihan jiwa dan ketelitian menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar diantara macam-macam uslub(ungkapan). Kebiasaan mengkaji balaghoh merupakan modal pokok dalam membentuk tabiat kesastraan dan menggiatkan kembali beberapa bakat yang terpendam. Dan untuk mencapai tingkatan itu diharapkan seseorang mampu memperbanyak bahan-bahan bacaan untuk menghasilkan sebuah analisis yang akurat dan akuntabel. Adapun unsur-unsur balaghah adalah kalimat, makna, dan susunan kalimat yang memberikan kekuatan, pengaruh dalam jiwa, dan keindahan (Ali al-jarim dan Amin, 1994: 6).

Syair atau diwan merupakan jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tangapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus. Puisi mencakup satuan yang kecil seperti sajak, pantun dan balada (Sutarno, 2008: 64). Sebagai makhluk yang penuh imaji, manusia mampu mengapresiasikan berbagai imaji dengan cara yang paling mesra, karenanya karya puisi lahir dengan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya, realitas kehidupan yang bisa memberikan kepuasan estetis dan intelektual melalui medium bahasa (Anshoriyah, 2004: 203).

(40)

adalah seni puisi yang dikembangkan bangsa Arab sepanjanh sejarah mereka, sejak zaman pra-islam hingga dewasa ini. Syair Arab tidak timbul sekaligus dalam bentuk yang sempurna, tetapi sedikit demi sedikit berkembang menuju kesempurnaa, yaitu mulai dari bentuk ungkapan kata yang bebas (mursal) menuju sajak, dan dari sajak menuju syair yang berbahar rajaz. Mulai dari sinilah Syair Arab dianggap sempurna dan berkembang membentuk qasidah yang terikat dengan wazan dan qafiyah (Nawawi dan Wardhani, 2010: 18).

Unsur pembentuk nadhom menurut Aminuddin (1999: 136 – 146):

1. Unsur Bunyi; Unsur bunyi mempunyai peranan dalam menciptakan nilai keindahan lewat unsur kemerduan, menuansakan makna tertentu sebagai perwujudan rasa, suasana batin dan sikap penyair.

2. Unsur Kata; Pemilihan kata dalam pembuatan nadhom tergantung dari seberapa pintar penulis memilih kata yang tepat. Kata berdasarkan bentuk dan isi terbagi atas lambing yaitu kata yang maknanya sesuai dengan makna kamus (leksikal), udterance atau indice yaitu kata yang maknanya sesuai dengan konteks pemakaiannya, simbol atau kata yang mengandung makna ganda (konotatif).

3. Unsur Baris; Baris dalam nadhom pada dasarnya merupakan tempat, penyatu, dan pengemban ide penyair yang diawali lewat kata. Namun penataan baris juga memperhatikan masalah rima serta penataan pola persajakan. Dalam hal ini dikenal dengan enjambemen, yaitu pemenggalan larik suatu nadhom yang dilanjutkan pada larik berikutnya.

(41)

5. Unsur Tipografi; Tipografi adalah aspek artistik visual nadhom, untuk menentukan makna dan suasana tertentu. Tipografi ini bisa berbentuk persegi panjang, segitiga, atau tidak beraturan.

Pada hakikatnya, syair adalah hal-hal yang diungkapkan penyair dalamsyair. Hakikat syair terdiri atas tema, rasa, nada, dan amanat ataupesan. Hakikat syair disebut juga isi syair. Hakikat syair lama sangatlah jelas karena tersurat.

a. Tema/Sense

Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui syairnya. Tema mengacu pada penyairnya. Tema syair sangat mudah ditemukan karena tersurat langsung dalam syair. Jadi, untuk menemukan tema syair kamu harus tahu isi syair.Tema yang sering digunakan dalam syair seperti tema ketuhanan (religius), kemanusiaan, cinta, patriotisme, perjuangan,kegagalan hidup, alam, kebaikan, kepahlawanan, kesedihan, kerinduan, pendidikan, budi pekerti, dan perpisahan.

b. Perasaan/Feeling

Syair mengungkapkan perasaan penyair. Perasaan penyair dapat berupa sikap, pandangan, perbuatan, ataupun watakkhusus. Perasaan penyair akan muncul saat menghadapi sesuatu.Perasaan yang menjiwai syair bisa perasaan gembira, sedih,terharu, terasing, tersinggung, patah hati, tercekam, tertekan,cemburu, ketakutan, kesepian, takut, menyesal, dan putus asa. Membaca syair dengan suara keras akan lebih membantumu menemukan perasaan penyair. Perasaan yang muncul dalam syairdidasari oleh cara pandang dan pengalaman penyair terhadap sesuatu.

(42)

Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap itulah tercipta nada syair. Sebuah syair dapat bernada sinis,protes, menggurui, main-main, bercanda, patriotik, belas kasih,dendam, membentak, memelas, takut, mencekam, mencemooh,merendahkan, khusyuk, filosofis, mengejek (menghina), meremehkan, menghasut, mengimbau (menyuruh), dan memuji.

d. Amanat/Tujuan/Intention

Amanat, pesan, atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca syair. Amanat ditentukan sendiri oleh pembaca berdasarkan cara pandang pembaca terhadap sesuatu. Jadi, setiap pembaca dapat berbeda-beda dalam menentukan amanat syair. Meskipun demikian, amanat tidak dapat lepas dari tema yang dikemukakan penyair. Jadi, nadhoman adalah sya’ir atau pantun yang disusun atau diatur secara sngaja yang memiliki irama dan sajak tertentu yang isinya mengungkapkan tentang khayalan ataupun imajinasi yang indah. Namun di sini pengertian nadhoman diartikan sebagai nyanyian nyanyian yang isinya tentang ajaran ajaran agama islam yang bisa dipergunakan sebagai salah satu cara untuk menyampaikan materi bimbingan agama seperti tentang tauhid, akhlak, tasawuf, dan fiqih yang bukan lagi tentang khayalan khayalan semata.

C. Amr dalam Ilmu Balāghoh Ma’āni

Teori balaghoh merupakan teori tradisional dalam pengkajian sastra Arab di Indonesia. Meskipun tidak sama persis balaghah hampir sebanding dengan stilistika,yaitu ilmu yang mengkaji cara sastrawan memanipulasi atau memanfaatkan unsur dan kaidah yang terdapat dalam bahasa dan efek apa yang ditimbulkan oleh penggunanya (Kamil, 2009: 140).

(43)

balaghah. Secara etimologi ilmu berasal dari kata ملعلا yang merupakan bentuk

mashdar dari ملعي – ملع dengan bentuk jamak مولعلا , sedangkan secara terminologi ilmu adalah :

فورعملا و نيقيلا ةقيقحب ءيشلا كاردإ

Mengetahui sesuatu dengan keyakinan dan pengetahuan yang sebenar-benarnya”. (Ma’luf, 2000: 527)

Secara etimologi balaghoh berasal dari kata غلبي غلب - yang berarti sampai atau ujung. Sedangkan secara terminologi balaghoh didefinisikan oleh para ahli di bidang balaghoh dengan definisi yang beragam, diantaranya adalah:

1. Menurut Abdullah Syahhatah: Definisi yang tepat dalam term balaghoh

adalah keberhasilan pembicara dalam menyampaikan pembicaraannya pada pendengar dengan tepat mengenai pada sasaran yang ditandai dengan kepuasan akal dan perasaannya. (Syahhatah, 2001: 81)

2. Menurut Fadhil Hasan ‘Abbas: Balaghoh adalah yang memungkinkan pembicara untuk memikat lawan bicara ketika menembus pernyataan dan gaya bahasa pikirannya dan hatimereka. (Abbas, 1997 : 13)

Maka ilmu Balaghoh adalah pengetahuan yang sengaja disusun tentang bagaimana menyampaikan perkataan dengan benar, sesuai dengan keadaan dan berpengaruh pada lawan bicara.

(44)

merupakan refleksi pemikiran, perasaan dan keinginan pengarang lewat bahasa. Bahasa akan membentuk sistem ketandaan yang dinamakan semiotik dan ilmu yang mempelajari masalah ini adalah semiologi yang juga dikatakan ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam karya sastra. Adapun penelitian semiotik adalah studi tentang tanda, karya sastra akan dibahas sebagai tanda-tanda (Endraswara, 2003: 64). Sastra dipandang sebagai sebuah sistem tanda sekunder, mempelajari bahasa alami dalam sastra (Luxemburgh dkk., 1984: 45).

Salah satu pembahasan dalam ilmu ma’ani adalah insya’, yang dimana

insya’ terbagi menjadi dua bagian yaitu insya’ thalabi dan insya’ ghairu thalabi.

Insya’ thalabi merupakan kalimat-kalimat yang digunakan untuk menghendaki keberhasilan sesuatu yang belum berhasil pada saat kehendak itu dikemukakan. sedangkan insya’ ghairu thalabi adalah yang tidak digunakan untuk menghendaki terjadinya sesuatu. Dalam insya’ thalabi ada yang berupa Amr (kata perintah),

Nahyi (kata larangan), Istifham (kata tanya), Tamanni (kata untuk mengharapkan sesuatu yang sulit terwujud) dan Nida’ (kata yang didahului dengan seruan). Penelitian ini membahas tentang salah satu dari insya’ thalabi yaitu Amr.

ءلعتسلا هجو ىلع لعفلا بلط وهو: رملا

“Amr adalah tuntutan untuk melakukan sesuatu atau pekerjaan oleh pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah” (Nashif, dkk, , 2006: 107).

(45)

هنم ىندأ وه نمم ىلعلا هب بلطي ظفل وه رملا

لعف

“Amr ialah suatu tuntutan perbuatan dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya”.

هجو ىلع لعفلا بلط وهةغلبلا ءَاملع دنع رملا

مازللاو ءلعتسلا

“Amr menurut ‘ulama balaghah adalah tuntutan untuk melakukan sesuatu kepada yang lebih rendah disertai paksaan” (Akkawi, 2006: 216).

Menurut Ahmad Hasyimi (1960:78) Terdapat empat bentuk amr sebagai berikut:

۱

.

رأملا لعف

ذــخ ىــيحي َاي" : ىلَاعت هلوقك -

"ةوقب بَاتكلا

۲

.

رممأملا ملب موزجملا عإراضملا

هلوــقك

(46)

۳

.

رأملا لعف مسا

مكــسفنأ مكيلع" :وحن -

"متيدتها اذإ لض نم مكرضي ل

٤

.

رأملا لعف نع بئانلا إردصملا

هلوــقك

-نيدلاولَابو" :ىلَاعت

Hafidz (2009:22-26) menambahkan tentang makna amr yang terbagi menjadi 18 makna sebagai mana mengutip dari Hamid (1996: 66-72) dalam Kemudian Hasyimi (1960:77-79) sebagaimana berikut:

َاــهَانعم نــع رملا غيص جرخت دقو رملا ىنَاعم

نَاــعم ىــلإ "مازــللاو بَاــجيلا" وــهو ىلــصلا

رماولا ىنعمب سيل رملا ةغيص نوكتو .َىرخأ

: لاوحلا نئارقو ملكلا قَايس بسح

2

.

عرــضتلا ليبــس ىــلع بــلطلا وــه ،ءَاعدلا

(47)

رَاــنلا باذــع َاــنقو ةنــسح ةرــخلا ىــفو

:ةرقبلا)

۲۰۱

.(

“permintaan untuk permohonan dan dalam bentuk perintah jika dikeluarkan dari yang terendah ke status yang lebih tinggi”

3

.

وأ قــيفرل قيفر نم تردص اذإ ،سَامتللا

مازــللاو بَاــجيلا َاــهب درــي مل هدنل دن نم

َاــهيأ مــلقلا ىنطعأ - كلوقك كيوَاسي نمل

.أخلا

“jika dikeluarkan dari teman ke nya, dia tidak menanggapi secara positif dan mewajibkan Anda kepada seseorang yang setara dengan Anda.”

4

.

همازلإ ىلإ دصقي مكتملا نَاك اذإ ،دَاشرلا

نيدــب متنيادــت اذإ" :ىلَاــعت هلوقك – ءيشب

مــكنيب بــتكيلو هوبتكَاــف ىمــسم لجأ ىلإ

:ةرقبلا) "لدعلَاب بتَاك

۲۸۲

.(

“Jika yang dimaksudkan pembicara untuk terikat oleh sesuatu”

5

.

ىــضرلا مدــع مَاــقم ىــف نوــكي ،دــيدهتلا

Gambar

Tabel 01. contoh bentuk dan makna Amr dalam kitab mahfudzat
Tabel 02. Bentuk amr dalam kitab mahfū ātẓ  li alabah as-sanah ar-rābi‘ahṭ

Referensi

Dokumen terkait

Al- Qur’an diturunkan oleh Allah SWT ketika bangsa Arab berada di puncak yang sangat tinggi dalam bidang bahasa dan sastranya, bahasa yang indah dengan berbagai norma

masukan, proses, keluaran serta nilai derajat kebaikan, keutamaan, dan kesempurnaan (degree of excellence). Pencapaian tujuan ini diutamakan pada tercapainya Mutu lulusan yang

Siswa Kelas II Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Nurussalam Krapyak Yogyakarta, Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas tarbiyah UIN Sunan

Penyebab kesalahan bukan hanya terletak pada perbedaan karakteristik antara bahasa ibu pembelajar dan bahasa target yang dipelajari atau dengan kata lain kesalahan

11 Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Cet.. Telah diketahui bersama, bahwa pada dasarnya mahārah al-qirā`ah bersumber pada pembelajaran qirā`ah itu

Pengaruh Teamwork terhadap Kinerja Organisasi Pondok Pesantren Modern di Kabupaten Ponorogo Moultrie, et al., menyatakan bahwa kesatuan nilai dalam sebuah tim akan membantunya

Pramila panaliten punika kanthi irah – irahan “ Filosofi Mrapen Abadhi ing kitha Grobogan tumrap Bebrayan Jawi ” dipunandharaken bilih manungsa kedah menggalih kanthi lebet

Analisis Fiqh Persaingan Usaha dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Terhadap Praktik Persaingan Usaha Strategi Penetapan Harga Di Desa Pondok Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo