• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Komunikasi Antar Budaya Dikanto negara-negara budaya negara-negara budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dinamika Komunikasi Antar Budaya Dikanto negara-negara budaya negara-negara budaya"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di era gloobalisasi dewasa ini , komunikasi antar budaya merupakan hal yang penting bagi semua penduduk dunia. Kemunculan komunikasi antar budaya di desak oleh adanya interdependensi antar bangsa yang semakin nyata, baik itu di bidang ekonomi, iptek, politik, dan lain-lain. Mobilitas penduduk dunia yang semakin tinggi dan kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang pesat juga semakin memungkinkan terjadinya komunikasi anatr budaya. Perbedaan kultur dari orang- orang yang berkomunikasi yang menyangkut kepercayaan, nilai, serta cara berperilaku serta latar belakang budaya yang berbeda inilah yang menjadi ciri terpenting yang menandai komunikasi antar budaya. Tak dapat dipungkiri semakin pentingnya arti komunikasi antar budaya yang menempati posisi sentral dalam dinamika sosial dewasa ini, oleh karena itu makalah ini akan dibahas mengenai Dinamika Komunikasi Antar Budaya Terdapat Dikantor Pemerintah, Peranan Indentitas Etnis Dan Adobsi Budaya Agar Seseorang Nyaman Sebagai Warga Negara, Tahapan - Tahapan Seseorang Mengalami Gegar Budaya. Bahasan ini bagian tugas mata kuliah Komunikasi Antar Budaya Jurusan Magister Ilmu Komunikasi USU yang di asuh oleh Dosen Dra. Hj. Lusiana Andriani Lubis, MA., Ph.D.

Berbicara masalah dinamika budaya jelas harus memahami kebutuhan perubahan budaya dalam kaitanya dengan stabilitas Misalnya, dalam judul buku "Kebudayaan adalah dinamis", Melville Herskovits (1948:635. Dalam artikel :\DINAMIKA\ translate2_files \ translate_p. edisi Khusus Budaya Dynamics, MAK Halliday, Issue Editor. Htm ) menyatakan:

(2)

Identitas etnis adalah ciri khas suatu etnis yang membedakan etnis tersebut dengan etnis-etnis yang lain. Identitas etnis dibentuk oleh unsur-unsur kepribadian sosial dan budaya seperti: pandangan hidup, sistem nilai, sistem lambang, sistem bahasa, kesenian, organisasi sosial, ekonomi, sistem ritual. Kajian Koenjaraningrat (1985) atas kebudayaan nusantara mengungkapkan, bahwa unsur bahasa dan kesenian merupakan dua unsur kebudayaan yang berfungsi sangat mendasar bagi identitas etnik nusantara. Identitas etnis berfungsi secara internal dan eksternal. Secara internal, ditujukan kepada “orang dalam”, yaitu warga etnis tersebut sebagai identifikasi diri. Secara eksternal ditujukan kepada “orang luar” untuk membangun citra etnis tersebut dalam berkomunikasi antar etnis. Sesuai dengan hakikat masyarakat dan kebudayaan yang bersifat dinamik, identitas suatu etnis juga bersifat dinamis dan berubah.

Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan yang disebabkan oleh kehilangan tanda-tanda dan lambang-lambang dalam pergaulan sosial. Tanda-tanda-tanda tersebut meliputi seribu satu cara yang kita lakukan dalam dalam mengendalikan diri sendiri dalam menghadapi situasi sehari-hari: kapan berjabat tangan dan apa yang harus kita katakan bila bertemu dengan orang, kapan bagaimana memberikan tip, bagaimana berbelanja, kapan menerima dan menolak undangan, kapan membuat pernyataan-pernyataan dengan sengguh-sungguh dan kapan sebaliknya. Petunjuk-petunjuk ini yang mungkin dalam bentuk kata-kata, isyarat-isyarat, ekspresi wajah, kebiasan-kebiasaan, atau norma-norma, kita peroleh sepanjang perjalanan hidup kita sejak kecil. Begitu pula aspek-aspek budaya kita lainnya, seperti bahasa dan kepercayaan yang kita anut. Demi ketentraman hidup kita semua bergantung pada beratus-ratus petunjuk ini, petunjuk-petunjuk yang kebanyakannya tidak kita bawa dengan sadar.

B. Rumusan Masalah

 Bagaimana proses dinamika komunikasi antarbudaya yang terjadi ditempat kerja

dilahat secara teoritis

 Bagaimana peran indentitas etnis dan adopsi budaya agar seseorang nyaman sebagai warga Negara.

 Bagaimana proses tahapan – tahapan seseorang mengalami gegar budaya dalam

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Dinamika Komunikasi Antarbudaya di Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Aceh Tamiang

Menurut Purwasito (2003) komunikasi bersifat dinamik, artinya komunikasi adalah aktivitas orang- orang yang berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi dan mengalami perubahan - perubahan pada pola, isi dan salurannya. Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi - kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.

Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.

Komunikasi antar budaya terjadi bila pengirim pesan adalah anggota dari suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya lain. (Richard E.Porter dan Larry A.Samover : 1982). Dengan kata lain, komunikasi antar budaya merupakan komunikasi antar dua atau lebih budaya baik dalam satu Negara maupun antar negara lain. Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan karena bagaimanapun juga budaya merupakan landasan dasar dari komunikasi. Budaya yang ada di dunia ini beragam, oleh sebab itu akan menghasilkan komunikasi yang beragam pula. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, kita harus dapat mempelajari budaya daerah atau negara lain.

Badan Pelaksaan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Aceh Tamiang suatu lembaga dimana pegawainya terdiri dari berbagai macam latarbelakang budaya yang berbeda yang mana setiap hari terja komunikasi antar budaya, secara umum dikantor ini didominasi suku melayu, selebihnya suka Aceh, Suku Jawa, Suku batak dan Suku Gayo.

(4)

a) Komunikasi Bersifat Dinamis

Suatu Dialog yang terjadi di Bapelluh, komunikasi yang terjadi begitu saja, keterlibatan dua pegawai sebagai contoh kabid bersuku Melayu dan Staf Kabid bersuku Jawa ini terjadi karena mereka berada dalam satu keadaan yaitu dalam satu kantor, dengan kepentingan yang sama. Dialog ini juga sangat sering terjadi, dan terus menerus. Ini sesuai dengan pendapat Lusiana Andriani dalam bukunya Pemahaman Praktis Komunikasi Antar Budaya. Ia menyebutkan bahwa komunikasi Antar budaya bersifat Dinamis, dengan maksud komunikasi merupakan aktivitas orang-orang yang berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi.

b) Komunikasi Bersifat Interaktif

Sebuah dialog terjadi ketika antara dua orang yang menjadi CPNS dan penempatannya sama di Badan Pelaksanaan Penyuuluhan Pertanian dengan salah CPNS yang berasal dari Tanjung Pura yang satu lagi berasal dari Aceh karena belum kenal maka menggambarkan keraguan diawal dialog, namun kemudian mencair setelah keduanya mengetahui berasal dari perguruan tinggi dengan jurusan yang sama, walaupun dari daerah yang berbeda. Percakapan mulai tambah seru ketika masing masing merasa mewakili daerahnya, Penulis merasa mewakili Budaya Aceh, Kawan CPNS merasa mewakili Daerah Tanjung Pura dengan budaya melayu yang kental, ketika ada pembicaraan mengenai keluh kesah selama mahasiswa dikampus. Ini sesuai dengan pendapat Lusiana masih dalam buku yang sama, Komunikasi bersifat Interaktif, dengan maksud sumber maupun penerima komunikasi sering mempunyai pengalaman dan latar belakang yang berbeda serta kepribadian yang unik.

c) Komunikasi Bersiafat Irreversible

(5)

pendidikan saya hal ini sesuai dengan (Deddy Mulyana:2007) Artinya, dalam komunikasi sekali kita mengirimkan pesan, kita tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak, apalagi menghilangkan efek pesan tersebut sama sekali. Jika kita analogikan seperti peluru yang ditembakkan dari sepucuk pistol atau seperti anak panah yang dilepaskan dari busurnya. Kita tidak bisa menarik kembali peluru atau anak panah yang telah ditembakkan atau dilepaskan tersebu.

d) Komunikasi Selalu Berlangsung Dalam Konteks Fisik Dan Sosial

Dialog atara dua peserta komunikasi atau lebih kita lihat, diruangan di kantin dan lapangan ketika peninjaun kerjaan dilapangan, hal ini sudah terjadi suatu komunikasi kontek fisik yaitu tempat dan suasana tidak terjadi satu tempat saja, terkadang seorang kepala bagian memanggil staf nya keruangan dan membicarakan masalah kerjaan disini juga terjadi kumunikasi kontek social yang mana peserta berasal dari level kepangkatan yang berbedan. contoh hal ini juga sering terjadi dikantin sedang waktu istirahat dimana disini konteks komunikasi konteks social karena peserta dalam kantin yang terlibat komunikasi mempunyai pangkat dan golongan jabatan di kantor berbeda.

Penjelasan diatas sesuai pendapat Petronio (2002) membahas dua elemen yang menyusun sebuah konteks. lingkungan sosial dan latar belakang fisik. ia mencontohkan seorang pegawai Lisa sedang berada disalam ruang istirahat kantornya, ia mungkin tidak merasa bahwa latar belakang fisik ini kondusif untuk terjadi pembukaan karena tempat ini mengingatkannya betapa sibuknya ia hari itu dank arena selalu ada kemungkinan bahwa orang lain dapat tiba-tiba masuk pada saat percakapan berlangsung. Di lain pihak berada disalam apartemennya sambil duduk diatas sofa dengan segelas anggur mungkin dapat menjadi latar belakang yang mengundang terjadi pembukaan.

B. Peran Indentitas Etnis Dan Adopsi Budaya Agar Seseorang Nyaman Sebagai Warga Negara

(6)

Sebagai warga Negara maka kita akan banyak berinteraksi dengan orang-orang yang belainan latar belakang etnis, social dan ekonomi apalagi sebagai pengawai bekerja dikantor. Memciptakan komunikasi yang baik dan bias diterima dua belah pihak terdapat unsur atau nilai secara entis kita mentiadakan karena budaya dari etnis kita belum tentu baik dipandang daribudaya entis lain.

Di dalam berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya, kita harus melakukan penundaan nilai atau keputusan sementara. Apa yang kita anggap baik, sopan, indah, atau etis dalam budaya kita, belum tentu berarti demikian dalam budaya lain. Jadi bukan tanpa alasan bila Gudykunst dan Kim menggunakan istilah Orang A (Person A) dan Orang B (Person B) dalam model komunikasi antarbudaya, mencerminkan dua posisi yang setara dan sama-sama aktif (komunikasi sebagai transaksi), ketimbang dua posisi yang berbeda: satu aktif dan lainnya pasif.

Deddy Mulyana (2005) atas interaksi antara para pemukim (permanent resident) Indonesia dan warga pribumi di Melbourne, Australia, menunkukkan bahwa sementara hubungan orang-orang Indonesia (yang kolektivis) dengan sesamanya dalam segala situasi bersifat primer dan intim dalam arti semua status teridentifikasi dan ditanggapi, hubungan mereka dengan para warga pribumi (yang individualis), baik dilingkungan tetangga ataupun di tempat kerja, bersifat dangkal. Pribadi-pribadi yang terlibat dalam pergaulan tidak sepenuhnya diketahui, melainkan hanya sebagian aspek kepribadian yang relevan dengan situasi yang bersangkutan. Kebanyakan menganggap warga pribumi sebagai kenalan, bukan sebagai kawan. Interaksi mereka dengan orang-orang Australia terbatas dan sering didasarkan atas informasi terbatas dan atas stereotip-stereotip tentang warga pribumi tersebut.

C. Proses Tahapan – Tahapan Seseorang Mengalami Gegar Budaya Dalam Lingkungan

(7)

hidup kita sejak kecil. Begitu pula aspek-aspek budaya kita lainnya, seperti bahasa dan kepercayaan yang kita anut. Demi ketentraman hidup kita semua bergantung pada beratus-ratus petunjuk ini, petunjuk-petunjuk yang kebanyakannya tidak kita bawa dengan sadar. ( samovar, porter dan Mc. Daniel, 2007)

Ada empat Fase cara sesorang melewati gegar budaya

1. Fase Optimistis ( Optimistic Phase), fase ini berisi kegembiraan, rasa penuh harapan, dan euphoria sebagai antisipasi individu sebelum memasuki budaya baru.

2. Fase Masalah Kultural ( cultural Problem) fase kedua ini ditandai dengan masalah lingkungan baru mulai berkembang juga rasa kecewa atas ketidakpuasan.

3. Fase Kesembuhan ( Recovery Phase) orang mulai mengerti mengenai budaya baru nya. 4. Fase Penyesuaian ( Adjustment Phase) dimana orang mengerti elemen kunci dari budaya

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo, Eko. 1989. Jati Diri Arsitektur Indonesia, Alumni, Bandung.

Depdikbud. 1981-1982. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Denpasar

Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Bali, 1986,Rumusan Arsitektur Tradisional Bali. Hasil Selekta Arsitektur, Denpasar

Geriya, Wayan. 2008. Pola Hubungan Antar Etnis Bali dan Tionghoa dalam Dinamika Kebudayaan dan Peradaban, Integritas Budaya Tionghoa ke Dalam Budaya Bali. Universitas Udayana, Denpasar.

Koentjaraningrat. 1993. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Penerbit Jambatan, Jakarta.

Laurence G. Liu. 1997. Chinese Architecture, Academy Editions, London.

Lusiana A Lubis, 2014, Pemahaman Praktik Komunikasi antar Budaya, USU PRESS

Mantra, Ida Bagus, 1996, Landasan Kebudayaan Bali, Yayasan Dharma Sastra, Denpasar.

Pemda Tingkat I Bali. 1986. Sejarah Bali, Proyek Penyusunan Sejarah Bali, Denpasar.

Pitana, I Gede, dkk. 1994. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Bali. Sebuah Ontologo. PT. Bali Post, Denpasar.

Putra, I Gusti Made, 2005, Pengetahuan Arsitektur Tradisional, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Dwijendra, Denpasar.

Sedyawati, Edi., 2006, Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mengkaji pesan mengenai komunikasi antar budaya Amerika dengan Suku Hmong melalui tanda- tanda, maka yang akan dijadikan

Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi.. Dan prinsip utama

Peran komunikasi antar budaya masyarakat dalam menyelesaikan konflik adalah interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda

Komunikasi adalah suatu proses dimana sebuah interaksi antar manusia yang memiliki tujuan dan pertukaran pesan didalamnya. Selain sebagai mahluk sosial yang hidup

Studi Komunikasi Antar Budaya melihat bagaimana identitas mempengaruhi dan memandu harapan mengenai peran sosial individu dan orang lain dan memberikan pedoman untuk

Seperti menurut (Chaniago, 2013) proses komunikasi merupakan penyampaian pesan/informasi dari seseorang (pengirim) ke orang yang lain (penerima). Ini berarti komunikasi

Ada asumsi yang menyatakan mempelajari Komunikasi Antar Budaya sama halnya dengan Komunikasi Lintas Budaya, dalam hal ini KLB dan KAB berbeda nyata namun dalam teori

Individu-individu yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda saling berhubungan dan berinteraksi dari melakukan komunikasi antar pribadi sampai dengan melakukan