• Tidak ada hasil yang ditemukan

komunikasi lintas budaya dunia kuliah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "komunikasi lintas budaya dunia kuliah"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Komunikasi dan Hubungan Masyarakat

“ Komunikasi Lintas Budaya”

Oleh:

Winda Dwi Gusti/ 1201590

Sesi:

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Padang

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang heterogen dalam berbagai aspek seperti keberagaman suku, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Sementara itu, perkembangan dunia yang semakin pesat menuntut manusia harus berinteraksi dengan pihak lain yang menuju kearah global, sehingga tidak memiliki lagi batas-batas, sebagai akibat dari perkembangan teknologi.

Oleh karena itu, masyarakat harus siap untuk menghadapi situasi-situasi baru dengan keberagaman kebudayaan atau lainnya. Antara komunikasi dan interaksi harus berjalan antara satu dengan yang lainnya.

Dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan sering kali menemui masalah atau hambatan-hambatan bahkan dapat memicu terjadnya konflik, misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang, nilai atau norma-norma masyarakat dan lain sebagainya. Pada hal syarat untuk terjalinya hubungan itu tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi atau makna antara satu dengan lainnya.

(3)

dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya merupakan norma-norma atau nilai-nilai yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah, sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi? 2. Apakah yang dmaksud dengan budaya?

3. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi lintas budaya? 4. Aspek apa saja yang mempengaruhi komunikasi lintas budaya? 5. Bagaimana bentuk komunikasi lintas budaya di indonesia? C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang komunikasi lintas budaya diindonesia dan pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari serta untuk pemenuhan tugas mata kuliah Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.

BAB II

(4)

A. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communication dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna menganai satu hal

Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang menguntungkan pengirim maupun penerima, menguntungkan dalam artian sama-sama berbagi makna dan memahami makna secara bersama sehingga melakukan proses selanjutnya juga bersama dalam kesamaan makna atau dengan kata lain komunikasi efektif

Menurut Leeuwis (dalam Satriani dan Muljono, 2005:90) komunikasi merupakan sebuah proses penting yang digunakan oleh manusia dalam pertukaran pengalaman dan ide, dan hal itu menjadi pemicu penting bagi penyampaian pengetahuan dan persepsi dari berbagai jenis (misalkan pembelajaran). Oleh karena itu, komunikasi merupakan unsur inti dalam perubahan strategi untuk mendorong perubahan.

(5)

Lain halnya dengan Ahmad Sihabudin (2011:28) menyatakan bahwa bentuk paling nyata dalam komunikasi adalah bahasa. Secara sederhana bahasa dapat diartikan sebagai suatu system lambang yang teroganisasi, disepakati secara umum, dan merupakan hasil belajar, yang digunakan untuk menyajikan penglaman-pengalaman dalam suatu komunitas geografis atau budaya. Bahasa merupakan alat utama yang digunakan budaya untuk menyalurkan kepercayaan, nilai dan norma. Bahasa merupakan alat bagi orang-orang untuk berinteraksi dengan orang lain dan juga sebagai alat untuk berpikir.

Dalam berkomunikasi diharapkan seseorang dapat menerima pesan yang disampaikan oleh sipemberi informasi. Edy Sudaryanto (1997:9) mengungkapkan ada beberapa tugas pokok komunikasi dalam suatu perubahan sosial dalam rangka pembangunan yaitu:

a. Menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya perubahan.

b. Memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif

c. Mendidik tenaga kerja yang diperlukan dalam pembangun.

(6)

tingkat akal pengetahuan sipenerima kebijakan (komunikan) agar lebih mudah dipahami makna yang terkandung di dalamnya. Di samping itu juga penerima kebijakan menyandi kembali terhadap materi-materi yang disampaikan oleh penentu kebijakan. Dengan demikian akan terjadi efek atau umpan balik yang diinginkan oleh pemerintah.

Selain itu, Everest M. Rogers (dalam Mulyana, 2001:62) mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian suatu informasi kepada penerima pesan sehingga penerima pesan dapat mengerti maksud dari pengirim pesan.

2. Tujuan Komunikasi

Adapun beberapa tujuan sari komunikasi menurut Levis ( dalam Satriani dan Muljono, 2005:90) antara lain:

a. Informasi untuk memberikan informasi yang menggunakan pendekatan dan pemikiran

b. Persuasif untuk menggugah perasaan penerima

c. Mengubah perilaku (sikap, pengetahuan dan keterampilan) perubahan sikap terhadap pelaku pembangunan

d. Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan usaha secara efisien dibidang usaha yang dapat meberi manfaat dalam batas waktu yang tidak tertentu

(7)

Dengan informasi yang dihasilkan oleh adanya komunikasi berguna untuk memberikan dan memperoleh pengetahuan serta wawasan global dalam perubahan lingkungan sosial, budaya serta perkembangan kehidupan manusia kearah yang lebih baik atau menuju kemajuan dan kemudahan serta dapat memberikan manfaat yang menyeluruh bagi masyarakat baik dari kalangan rendah maupun kalangan tinggi.

3. Unsur-unsur Komunikasi

adapun unsur-unsur dari komunikasi antara lain: a. Sumber

Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan orng lain. Kebutuhan ini bisa berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain.

b. Meng-encode

Karena keadaan internal tidak bisa dibagi bersama secara langsung, maka diperlukan simbol-simbol yang mewakili. Encoding adalah suatu aktifvitas internal pada sumber dalam menciptakan pesan melalui pemilihan pada simbol-simbol verbal dan non verbal, yang disusun berdasarkan aturanaturan tata bahasa dan sintaksis yang berlaku pada bahasa yang digunakan.

(8)

Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol verbal atau non verbal yang mewakili keadaan khusus sumber pada satu dan tempat tertentu

d. Saluran

Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum.

e. Penerima

Adalah orang -orang yang menerima pesan dan dengan demikian terhubungkan dengan sumber pesan. Penerima bisa orang yang dimaksud oleh sumber atau orang lain yang kebetulan mendapatkan kontak juga dengan pesan yang dilepaskan oleh sumber dan memasuki saluran

f. Men-decode

Decoding merupakan kegiatan internal dari penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”, yang harus diubah kedalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna. g. Respon penerima

Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dilakukan terhadap pesan.Respons dapat bervariasi sepanjang dimensi minimum sampai maksimum.

h. Balikan (Feedback)

(9)

Gangguan beraneka ragam, untuk itu harus didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat masuk kedalam sistem komunikasi manapun yang merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian pesan, termasuk yang bersifat fisik atau phisikis

j. Bidang pengalaman

Komunikasi dapat terjadi sejauh para pelaku memiliki pengalamanpengalaman yangsama. Perbedaan dapat mengakibatkan komunikasi menjadi sulit, tetapi walaupun perbedaan tidak dapat dihilangkan bukan berarti komunikasi tidak ada harapan untuk terjadi k. Konteks komunikasi

Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu paling tidak ada tiga dimensi:

 Dimensi fisik

Merupakan lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan.

 Dimensi sosial

Misalnya adat istiadat, situasi rumah dll

 Dimensi norma

Misalnya mencakup kesemua kehidupaan masyarakat.

4. Tipe Kominikasi

(10)

a. Komunikasi verbal

Menurut Fajar (2009:109-110) komunikasi verbal merupakan komunikasi yang menggunakan kata-kata secara lisan dengan secara sadar dilakukan oleh manusia untuk berhubungandengan manusia lain. Dasar komunikasi verbal adalah interkasi antara manusia. Dan menjadi salah satu cara bagi manusia berkomunikasi secara lisan atau bertatapan dengan manusia lain, sebagai sarana utama menyatukan pikiran, perasaan dan maksud.

b. Komunikasi Nonverbal

Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (2010), komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Adapun bentuk-bentuk komunikasi nonverbal antara lain:

1) Kinesics

Suatu nama teknis bagi studi mengenai gerakan tubuh digunakan dalam komunikasi. Gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, gerak-isyarat, postur atau perawakan, dan sentuhan.

2) Paralanguage

Paralanguage atau vocalics adalah “suara” nonverbal apa yang kita dengar bagaimana sesuatu dikatakan. Ada empat karakteristik vokal yang meliputi paralanguage dan kemudian membicarakan bagaimana kesimpulan-kesimpulan vokal dapat mengganggu arus pesan.

(11)

Dalam budaya Indonesia gangguan dalam pidato atau berbicara seperti “ehm”, “aaa”, “eee”, “baik”

4) Penggunaan ruang

Menggunakan ruang yang dimiliki dengan caramenggunakan objek dan mendekorasi ruang tersebut

(12)

Tanpa informasi sangatlah sulit untuk dapat mengakses secara cepat dan tepat segala sesuatu yang bermanfaat dari adanya perubahan sosial.

b. Teknik komunikasi persuasif

Teknik komunikasi persuasif adalah cara menyampaikan pesan pada orang lain dengan memperhatikan aspek psikologis, cara ini menadasrakan pada kesadaran pribadi dan menjauhi adanya paksaan. Menyampaikan pesan seperti ini merupakan hal yang mendasarkan pada kesesuaian kondisi atau latar belakang yang dihadapi. Yang penting untuk dipahami bahwa komunikasi persuasif yang dilakukan memperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan pengalaman yang ada. Komunikasi persuasif akan terjadi umpan balik tanya jawab mengenai persoalan perubahan sosial. Dengan demikian masyarakat akan memperoleh gambaran yang utuh atau menyeluruh mengenai arti pentingnya perubahan sosial dalam kehidupan manusia.

c. Teknik komunikasi pervasif

Teknik komunikasi pervasive adalah cara menyampaikan pesan pada orang lain dengan berulang-ulang, sehingga sedikit demi sedikit akan merember pada bawh sadar yang pada akhirnya akan membentuk sikap dan kepribadiannya. Melalui teknik ini seseorang akan memperoleh pemahaman tentang perubahan sosial dimaknakan sebagai pemahaman yang akurat, karena diinformasikannya secara berulng-ulang.

d. Teknik komunikasi koersif

(13)

pada orang lain dengan cara memaksa orang untuk berbuat sehingga menimbulkan rasa ketakutan dan rasa tunduk serta patuh. Dengan cara ini manusia dipaksa untuk siapsiap menerima adanya perubahan yang membawa efek positif dan negatif. Seiring itu masyarakat dipaksa untuk memeaham dan mempersiapkan diri dengan beka ilmu pengetahuan sehingga perubahan social tetap membawa perubahan yang baik bagi kehidupan umat manusia.

e. Teknik komunikasi instruktif

Teknik komunikasi instruktif adalah penyampaian pesan komunikasi dikemas sedemikian rupa sehingga pesan itu dipahami sebagai perintah yang harus dilaksanakan. Teknik ini agar dilaksanakan oleh audien terlebih dahulu dikondisikan agar segala sesuatu itu diperlukan. Komunikasi jenis ini diterapkan karena sifatnya sseegera mungkin harus dilaksanakan dan manakala tidak segera dilakukan akan membawa efek buruk bagi kehidupan. Manakala manusia ingin mengalami kejauan maka dengan segera mengikuti dan mentaati adanya perubahan social pembangunan f. Teknik hubungan manusiawi

(14)

dapat mensosialisasikan pada orang lain atau para pengikutny dengan caranya sendiri.

B. Budaya

1. Pengertian Budaya

Kata “budaya” berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti “budi” atau “kaal”. Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai “ hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal”.

Istilah culture, yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata “colere” yang artinya adalah “mengolah atau mengerjakan”, yaitu dimaksudkan kepada keahlian mengolah dan mengerjakan tanah atau bertani. Kata colere yang kemudian berubah menjadi ulture diartikan sebagai “segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.

Seorang Antropolog yang bernama E.B. Taylor (1871), memberikan defenisi mengenai kebudayaan yaitu “kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiada, lain kemampuankemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat”.

Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi (dalam Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, 2005) yaitu:

a. Kebudayaan material

(15)

temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

b. Kebudayaan nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

c. Lembaga sosial

Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat.

d. Sistem kepercayaan

Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.

e. Estetika

(16)

Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. disetiap daerah berbeda. f. Bahasa

Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sifat unik dan kompleks, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut. Jadi keunikan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

2. Tujuan Mempelajari Budaya

Adapun tujuan mempelajari budaya antara lain: a. Menyadari bias budaya sendiri

(17)

c. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut.

d. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri

e. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang

f. Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri.

g. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya

h. Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke dalam budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya.

i. Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi bidang komunikasi antar budaya.

j. Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami.

3. Cakupan kebudayaan

(18)

a. Istilah budaya merujuk pada keragaman pool of knowledge, realitas-realitas yanng dipertukarkan, dan norma-norma yang dikelompokkan yang membentuk sistem sistem makna yang dipelajari dalam masyarakat Partikular

b. sistem-sistem makna yang dipelajari tersebut dipertukarkan dan ditransmisikan melalui interaksi sehari-hari di antara para anggota kelompok budaya dan dari satu generasi ke generasi berikutnya

c. budaya memfasilitasi kapasitas para anggota untuk bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan eksternal lainnya

4. Dimensi Ragam Budaya

Telah dikenal ribuan anekdot mengenai kesalahpahaman akibat komunikasi antarbudaya antara orang-orang dari budaya yang berbeda-beda. Karena besarnya jumlah pasangan budaya, dan karena kemungkinan kesalahpahaman berdasarkan bentuk verbal maupun perilaku nonverbal antara tiap pasangan budaya sama besarnya, maka terdapat banyak anekdot mengenai hal-hal tentang antarbudaya yang mungkin dibuat. Yang diperlukan adalah cara untuk mengatur dan memahami banyaknya masalah yang mungkin timbul dalam komunikasi antarbudaya. Sebagian besar perbedaan dalam komunikasi antarbudaya merupakan hasil dari keragaman dalam dimensi-dimensi berikut ini:

a. Keakraban dan Kebebasan Mengungkapkan Perasaan

(19)

Tindakan-tindakan itu lebih menandai pendekatan daripada penghindaran dan kedekatan daripada jarak. Contoh tindakan keakraban misalnya senyuman, sentuhan, kontak mata, jarak yang dekat, dan animasi suara. Budaya yang menunjukkan kedekatan atau spontanitas antarpersonal yang besar dinamakan “budaya kontak” karena orang-orang dalam negara-negara ini biasa berdiri berdekatan dan sering bersentuhan. Orang-orang dalam budaya kontak yang rendah cenderung berdiri berjauhan dan jarang bersentuhan.

Sangat menarik bahwa budaya kontak tinggi biasanya terdapat di negara-negara hangat dan budaya kontak rendah terdapat di negara-negara-negara-negara beriklim sejuk. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa yang termasuk mempunyai budaya kontak adalah negara-negara Arab, Perancis, Yunani, Itali, Eropa Timur, Rusia, dan Indonesia. Negara-negara dengan budaya kontak rendah misalnya Jerman, Inggris, Jepang, dan Korea (Samovar, Larry A., Richard E. Porter and Lisa A. Stefani, 1998). Jelas bahwa budaya di iklim dingin cenderung berorientasi hubungan antarpersonalnya ‘dingin’, sedangkan budaya di iklim hangat cenderung berorientasi antarpersonal dan ‘hangat’. Bahkan, orang-orang di daerah hangat cenderung menunjukkan kontak fisik lebih banyak daripada orang-orang yang tinggal di daerah dingin.

b. Individualisme dan Kolektivisme

(20)

berkomunikasi. Kajiannya tentang individualisme dalam lima puluh tiga negara, negara yang paling individualistik secara berurutan adalah Amerika, Australia, Inggris, Kanada, dan Belanda yang semuanya negara Barat atau Eropa. Negara yang paling rendah tingkat individualismenya adalah Venezuela, Kolombia, Pakistan, Peru, dan Taiwan yang semuanya budaya Ti-mur atau Amerika Selatan. Korea berurutan 43 dan Indonesia berurutan ke-47. Tingkat yang menentukan suatu budaya itu individualistik atau kolektivistik mempunyai dampak pada perilaku nonverbal budaya tersebut dalam berbagai cara. Orang-orang dari budaya individualistik relatif kurang bersahabat dan membentuk jarak yang jauh dengan orang lain. Budaya-budaya kolektivistik saling tergantung, dan akibatnya mereka bekerja, bermain, tidur, dan tinggal berdekatan dalam keluarga besar atau suku. Masyarakat industri perkotaan kembali ke norma individualisme, keluarga inti, dan kurang dekat dengan tetangga, teman, dan rekan kerja mereka (Hofstede, Geert, 1980).

(21)

Orang-orang dalam budaya individualistik didorong untuk mengungkapkan emosi karena kebebasan pribadi dihargai paling tinggi. Penelitian mengenai hal tersebut mengungkapkan bahwa orang-orang dalam budaya individualistik lebih akrab secara nonverbal daripada orang-orang dalam budaya kolektif.

c. Feminin dan Maskulin

Maskulinitas adalah dimensi budaya yang sering terlupakan. Ciri-ciri khas maskulin biasanya disangkutpautkan dengan kekuatan, ketegasan, persaingan, dan ambisi, sedangkan ciri-ciri khas feminin dihubungkan dengan kasih sayang, pengasuhan, dan emosi. Penelitian antarbudaya menunjukkan bahwa anak perempuan diharapkan lebih dapat mengasuh daripada anak laki-laki walaupun ada variasi yang cukup banyak dari negara yang satu dengan yang lain (Hall, Edward T., 1976).

(22)

d. Kesenjangan Kekuasaan

Dimensi fundamental keempat dalam komunikasi antarbudaya adalah kesenjangan kekuasaan. Kesenjangan kekuasaan telah diukur dalam banyak budaya menggunakan Indeks Kesenjangan Kekuasaan (IKK). Budaya dengan nilai IKK tinggi mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang lebih terpusat dalam tangan sedikit orang daripada terbagi dengan cukup merata di seluruh penduduk. IKK sangat berkaitan dengan otoritarianisme. Negara dengan IKK tertinggi adalah Filipina, Meksiko, Venezuela, India, dan Singapura. Negara-negara tersebut semuanya Negara-negara-Negara-negara Asia Selatan atau Karibia, kecuali Perancis. Negara dengan IKK terendah (mulai dari yang paling rendah) adalah Austria, Israel, Denmark, Selandia Baru, dan Irlandia. Dalam hal ini, Indonesia terletak di tingkat 8 yang sangat tinggi dan Korea berurutan ke-27. Sistem sosial dengan perbedaan kekuasaan juga menghasilkan perilaku kinesik yang berbeda. Dalam keadaan beda kekuasaan, bawahan sering tersenyum dalam usaha untuk tampak sopan dan menenangkan atasan. Hofstede (1980) menyatakan bahwa garis lintang dan iklim merupakan kekuatan utama dalam membentuk budaya. Dia menekankan bahwa kunci yang mempengaruhi variabel yaitu bahwa teknologi diperlukan bagi pertahanan hidup di iklim yang lebih dingin. Kebutuhan ini menimbulkan rangkaian kejadian di mana anak-anak tidak terlalu tergantung pada penguasa dan lebih banyak belajar dari orang lain daripada tokoh-tokoh penguasa.

(23)

Timur mungkin merupakan usaha untuk menenangkan atasan atau meng-hasilkan hubungan sosial yang lebih mulus mungkin berhasil dinaikkan jabatannya dalam budaya ber-IKK tinggi.

e. Konteks Tinggi dan Rendah

(24)

Budaya konteks yang ditemukan di Timur, Cina, Jepang, dan Korea merupakan budaya-budaya berkonteks sangat tinggi. Bahasa merupakan sebagian dari sistem komunikasi yang paling eksplisit, namun bahasa Cina merupakan sistem konteks tinggi yang implisit. Orang-orang dari Amerika sering mengeluh bahwa orang Jepang tidak pernah bicara langsung ke pokok permasalahan, mereka gagal dalam memahami bahwa budaya KT harus memberikan konteks dan latar dan membiarkan pokok masalah itu berkembang (Hall, Edward T., 1984).

(25)

lainnya dapat dirasakan dan mempunyai lebih banyak makna bagi orang-orang dari budaya konteks tinggi. Terakhir, orang-orang dari budaya KT mengharap-kan lebih banyak komunikasi nonverbal dibandingmengharap-kan pelaku interaksi dari budaya KR. Orang-orang dari budaya KT mengharapkan para komunikator untuk memahami perasaan yang tidak diungkapkan, isyarat-isyarat yang halus, dan isyarat-isyarat lingkungan yang tidak dihiraukan oleh orang-orang dari budaya KR.

C. Komunikasi Lintas Budaya

1. Pengertian komunikasi Lintas Budaya

Berbicara mengenai komunikasi antar budaya, maka kita harus melihat dulu

beberapa defenisi yang dikutip oleh Ilya Sunarwinadi (1993:7-8) berdasarkan

pendapat para ahli antara lain :

a. Sitaram (1970)

Seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan.

b. Samovar dan Poter (1972)

Komunikasi antar budaya terjadi manakalah bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai.

c. Rich (1974)

Komunikasi lintas budaya terjadi ketika orang-orang berbeda kebudayaan.

(26)

Komunikasi antara budaya yang mana terjadi dibawah suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiada dan kebiasaan

e. Carley H. Dood (1982)

Komunikasi antar budaya adalah pengiriman dan penerimaan pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan efek-efek yang berbeda.

f. Young Yun Kim (1984)

Komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa yang merujuk dimana orang – orang yang terlibat di dalamnya baik secara langsung maupun tak tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

Seluruh defenisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya tetap terhadap proses komunikasi individu individu atau kelompokkelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan interaksi.

(27)

antarbudaya merupakan komunikasi yang terjadi di antara orang- orang dari kultur yang berbeda, yakni antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai dan cara berperilaku kultural yang berbeda.

Komunikasi Antarbudaya melibatkan berbagai tingkat perbe-daan keanggotaan kelompok budaya. Komunikasi Antarbudaya melibatkan penyandian simultan dan menerjemahkan pesan verbal dan nonverbal dalam proses pertukaran makna. Banyak komunikasi antarbudaya melibatkan pertemuan makna yang berbeda atau bertolak belakang. Komunikasi Antarbudaya selalu terjadi dalam konteks. Komunikasi Antarbudaya selalu terjadi dalam sistem yang tertanam secara dalam.

2. Fungsi faktor budaya dalam berkomunikasi a. Fungsi pribadi

Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui komunikasi yang bersumber dari seorang individu, antara lain untuk :

1) Menyatakan identitas social. Dalam komunikasi,budaya dapat menunjukkan beberapa perilaku komunikan yang digunakan untuk menyatakan identitas diri maupun identitas sosial.

2) Menyatakan integrasi social Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antar pribadi dan, antar kelompok namun tetap menghargai perbedaanperbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur . perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. 3) Menambah pengetahuan Sering kali komunikasia antar bribadi maupun

(28)

mempelajari kubudayaan masing masing antara komunikator dan komunikan.

4) Melepaskan diri / jalan keluar Hal yang sering kita lakukan dalam berkomunikasi dengan orang lain adalah untuk melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi.

b. Fungsi sosial

Fungsi sosial adalah fungsi-fungsi komunikasi yang bersumber dari faktor budaya yang ditunjukkan melalui prilaku komunikasi yang bersumber dari interaksi sosial,diantaranya berfunsi sebagai berikut :

1) Pengawasan

Praktek komunikasi antar budaya di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antar budaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan “ perkembangan “ tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarluaskan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi di sekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda. Akibatnya adalah kita turut mengawasi perkembangan sebuah peristiwa dan berusaha mawas diri seandainya peristiwa itu terjadi pula dalam lingkungan kita.

2) Menjembatani

Dalam proses komunikasi antar pribadi, termasuk komunikasi antar budaya ,maka fungsi komunikasi yang dilakukan antar dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan diantara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan.,keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama.

(29)

Fungsi sosialisasi merupkan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai nilai kebudayaan suatu masyarakat ke masyarakat lain . Dalam komunikasi antar budaya seringkali tampil perilaku non verbal yang kurang dipahami namun yang lebih penting daripadanya adalah bagaimana kita menangkap nilai yang terkandung dalam gerakan tubuh ,gerakan imaginer dari tarian tarian tersebut.

4) Menghibur

Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antar budaya . American fun yang sering ditampilkan TVRI memberikan gambaran tentang bagaimana orang orang sibuk memanfaatkan waktu luang untuk mengunjungi teater dan menikmati suatu pertunjukan humor. Menonton Qosidah yang ditampilkan oleh anak anak sebuah pesantren mungkin kurang disukai oleh mereka yang suka music klasik , namun kalau anda menonton dengan mental menikmati maka tampilan qosidah tidak mengganggu anda.

3. Dimensi Komunikasi Antar Budaya

Ada tiga dimensi yang perlu diperhatikan dalam komunikasi lintas budaya antara lain:

a. Tingkat keorganisasian kelompok budaya

Istilah kebudayaan telah digunakan untuk menunjuk pada macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup :

(30)

2) Sub kawasan-kawasan di dunia, seperti : budaya Amerika Utara/Asia Tenggara.

3) Nasional/Negara, seperti, : Budaya Indonesia/Perancis/Jepang

4) Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti : budaya orang Amerika Hutam, budaya Amerika Asia, budya Cina Indonesia

5) Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin kelas sosial. Countercultures (budaya Happie, budaya orang dipenjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).

b. Konteks Sosil

Macam komunikasi antar budaya dapat lagi diklasifikasi berdasarkan konteks sosial dari terjadinya. Yang biasanya termasuk dalam studi komunikasi antar budaya:

1) Bisnis 2) Organisasi 3) Pendidikan

4) Akulturasi imigran 5) Politik

6) Penyesuain perlancong/pendatang sementara

7) Perkembangan aalih teknologi/ pembangunan/ difusi inovasi 8) Konsultasi terapis

(31)

Penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta hubungan-hubungan antaranya. Maka variasi kontekstual, merupakan dimensi tambahan yang mempengaruhi prose-proses komunikasi antar budaya.

c. Saluran komunikasi

Saluran komunikasi dapat dbagi menjadi: 1) Antar pribadi/interpersonal/person-person 2) Media masa

4. Istilah yang berkaitan dengan komunikasi lintas budaya

Kadang – kadang beberapa istilah yang menunjukkan adanya perbedaan kebudayaan dalam komunikasi di perguruan tinggi secara interchangeable (dapat ditukar-tukar secara berganti-gantian), tetapi sebenarnya masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Beberapa ahli telah mencoba membuat klasifikasi dan penekanan perbedaan pengertian sebagai berikut :

(32)

cultures”). Sedangkan Minority Communication adalah komunikasi antara anggota-anggota suatu subbudaya minoritas dengan anggotaanggota budaya mayoritas yang dominan (“Communications between the people of a minority sub-culture and those of the majority dominant culture”).

Arthur Smith (1971) mengemukakan tentang Transcracial Communication, sebagai pengertian yang dicapai oleh orang-orang dari latar belakang etnik atau ras yang berbeda dalam suatu situasi interaksi verbal (“the understanding that persons from different ethnic or racial backgrounds can achieve in a situation of verbal interaction”); dalam pengertian ini tercakup dalamnya baik dimensi rasial maupun etnik (“it includes both rasial and ethnic dimensions”); hal mana untuk membedakan komunikasi transrasial dari komunikasi internrasial, yang biasanya menunjukkan perbedaan hanya dalam artiras (“….to differentiate transracial communication from the much-used term interracial. Which usually denotes differences in race only”).

(33)

yang sama, tetapi dengan asak kebudayaan yang berlainan, seringkali dengan bahasa-bahasa yang berlainan seperti kelompok-kelompok minoritas. Karenanya, orang cenderung untuk memakai kata ‘internasional’ jika berbicara tentang komunikasi pada tingkat murni politik yang dilakukan wakil- wakil negara, sedangkan konsep antar budaya (intercultural) lebih ditujukan untuk penggambaran realita sosiologis dan anthropologis. Kadang –kadang dipakai juga istilah Supranational atau bahkan Comparative Communication. Walaupun dalam hal penggunaan istilah ini tidak ada konsensus yang mutlak, tetap malapetaka telah membuat satu garispemisah yang lebih jelas. Penelitian dalam bidang-bidang komunikasi internasional maupun antar budaya tidak dapat disamakan dengan penelitian dalam bidang komunikasi komparatif (perbandingan). Yang menjadi titik pokok dari semua penelitian tentang proses-proses komunikasi antar budaya ialah: hubungan atau kontak-kontak antara orang-orang dari negara yang berlainan. Sedangkan Penelitian dalam bidang komunikasi perbandingan, mempelajari dan membandingkan sistem-sistem komunikasi dari bermacam-macam kebudayaan dan negara untuk kemudian menarik perbandingan dari perbedaan-perbedaannya atau persamaan-persamaanya.

Dodd (1982) membagi situasi perbedaan antar budaya, khususnya yang biasa dimasukkan ke dalam pengertian komunikasi subbudaya (Subcultural Communications) ke dalam:

a. Interethnic communication

(34)

different ethnic backgrounds”). Kelompok etnik adalah kumpulan orang yang dapat dikenal secara unik dari warisan tradisi kebudayaan yang sama, yang seringkali asalnya bersifat nasional.

Contohnya di AS : Italian American, Polish American. Mexican American, Puerto Rican American. Di Indonesia, tentunya yang dimaksud dengan kelompok etnik ialah berbagai suku bangsa yang ada dalam wilayah negara Indonesia, seperti : Suku Jawa, Sunda, Batak, Minang, dll, yang bisa melampaui batas subwilayah secara geografik.

b. Interracian communication

Yakni komunikasi antara dua atau lebih orang dari latar belakang ras yang berbeda (“communication between two or more persons of differing racial background”). Sedangkan ras yang diartikannya sebagai ciri-ciri penampilan fisik yang diturunkan dan diwariskan secara genetik. Pokok perhatian yang penting disini adalah bahwa perbedaan-perbedaanras menyebabkan perbedaan-perbedaan perseptual yang menghambat berlangsungnya komunikasi, bahkan sebelum ada sama sekali usaha untuk berkomunikasi.

c. Countercultural communication

(35)

situasi khusus antar budaya di sini yang menolak nilai-nilai yang sudah diakui masyarakat luas (‘establisment values’)saat ini.

d. Social class communication

Beberapa perbedaan antara orang-orang adalah berdasarkan atas status yang ditentukan oleh pendapatan, pekerjaan dan pendidikan. Perbedaan ini menciptakan kelas-kelas sosial dalam masyarakat. Menyertai perbedaan ini adalah perbedaan dalam hal pandangan, adat kebiasaan dan lain sebagainya. Walaupun dalam beberapa hal tertentu kelas-kelas sosial ini memiliki bersama aspek-aspek kebudayaan pokoknya.

e. Group membership

Merupakan unit-unit subbudaya yang cukup menonjol. Berdasarkan homogenitas dalam karakteristik – karakteristik ideologik, ditambah dengan loyalits kelompok, banyak perbedaan-perbedaan antar kelompok yang meletus menjadi konflik serius. Misalnya perang antara kaum protestan dan katolik di Irlandia Utara atau perang antara penganut agama Islam dan Kriten di Libanon. Juga faktor – faktor jenis kelamin, tempat tinggal (seperti daerah rural atau urban) dan umur dapat menentukan perbedaan – perbedaan kelompok (group) ini.

(36)

kebutuhan untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya (communication hunger) . Hampir setiap orang butuh untuk mengadakan kontak sosial dengan orang lain. Kebutuhan ini dipenuhi melalui saling pertukaran pesan yang dapat menjembatani individu-individu agar tidak terisolir. Pesan-pesan diwujudkan melalui prilaku manusia. Dalam hal demikian maka ada dua persyaratan yang harus dipenuhi:

a. Perilaku apapun harus diamati oleh orang lain

b. Perilaku tersebut harus menimbulkan makna bagi orang lain. Implikasi dari pernyataan ini adalah:

 Kata “apapun” mengandung arti bahwa baik perilaku komunikasi verbal maupun nonverbal dapat berfungsi sebagai pesan. Pesan-pesan verbal terdiri dari kata-kata terucapkan maupun tertulis, sedangkan pesan-pesan non verbal merupakan keseluruhan perilaku-perilaku sisanya,yang tidak termasuk verbal, tetapi juga dapat dilekatkan makna padanya.

 Perilaku dapat terjadi baik secara sadar maupun tidak sadar. Prilaku tidak sadar terutama pada non verbal

(37)

harus dibatasi apakah prilaku itu dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja, dengan maksud atau tanpa maksud. Jika hal ini kita renungkan lebih dalam lagi, maka nampaknya tidak mungkin bagi kita untuk bertingkah laku. Dan jika tingkah laku memiliki kemampuan komunikasi, tentunya tidak mungkin pula bagi kita untuk berkomunikasi (“We cannot not communicate”).

6. Dimensi Komunikasi Lintas Budaya

Dalam suatu kebudayaan yang ada, pasti memiliki ciri-ciri kebudayaan yang satu berbeda dengan ciri-ciri budaya di daerah lain. Ciri-ciri budaya antara lain:

a. budaya bukan bawaan tetapi dapat dipelajari

b. budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, kelompok ke kelompok dan dari generasi ke generasi.

c. budaya berdasarkan symbol

d. budaya bersifat dinamis, suatu system yang terus berubah sepanjang waktu

e. budaya bersifat selektif, mereprentasikan pola-pola perilaku pengalaman manusia yang jumlahnya terbatas

f. berbagai unsur budaya saling berkaitan g. etnosentrisme

(38)

a. During intercultural communication,the message sent is usually not

the message received. Selama komunikasi antarbudaya pesan terkirim biasanya bukan pesan yang diterima. Setiap kali orang-orang dari budaya yang berbeda datang bersama-sama dan terjadi pertukaran pesan, mereka membawa budaya berupa berbagai macam pemikiran, nilai-nilai, emosi, dan perilaku yang mengakar dan dibudidayakan. b. Intercultural communication is primarily anonverbal act between

people. Komunikasi Antarbudaya pada dasarnya merupakan suatu tindakan nonverbal antara orang-orang. Dibalik komunikasi verbal, komunikasi non verbal menjadi penguat komunikasi

c. Intercultural communication necessarily involves a clash of

communicator style. Komunikasi Antarbudaya harus melibatkan pertemuan berbagai gaya komunikator. Di Amerika Serikat, kepandaian berbicara adalah komoditas yang sangat dihargai. Orang-orang rutin dievaluasi dari pidato mereka. Namun diam-yaitu, mengetahui kapan tidak berbicara-adalah prasyarat mendasar untuk linguistik dan kompetensi suatu budaya.

d. Intercultural communication is a group phenomenon experienced by

(39)

e.

Intercultural communication is a cycle of stress and adaptation.

Komunikasi Antarbudaya adalah siklus stres dan adaptasi. Ketika seseorang datang bersama-sama dengan orang dari budaya yang berbeda, akan muncul perasaan tidak pasti, khawatir, dan cemas. Perasaan seperti itu mengakibatkan stres. Oleh karena itu komunikasi antarbudaya, kadang-kadang mendatangkan stres.

Komunikasi antarbudaya dalam prakteknya, tidak hanya mendatangkan stres, ketidakpastian, juga menimbulkan kesalah-pahaman dan konflik. Fred Jandt & Dolores Tanno dalan Iben Jensen membenarkan hal tersebut menurutnya komunikasi Antarbudaya biasanya berhubungan dengan kesalahpahaman dan konflik - meskipun sebagian besar dari semua komunikasi antarbudaya adalah tanpa masalah.

8. kaitan antara Komunikasi dan Kebudayaan

Dari berbagai definisi tentang KAB seperti yang telah dibahas sebelumnya, dampak bahwa unsur pokok yang mrndasari proses KAB ialah konsep-konsep tentang “Kebudayaan” dan “Komunikasi”. Hal ini pun digarisbawahi oleh Sarbaugh (1979:2) dengan pendapatnya bahwa pengertian tentang komunikasi antar budaya memerlukan suatu pemahaman tentang konsep-konsep komunikaasi dan kebudayaan serta saling ketergantungan antara keduanya. Saling ketergantungan ini terbukti, menurut Serbaugh, apabila disadari bahwa:

(40)

b. Kesamaan tingkah laku antara satu generasi dengan generasi berikutnya hanya dimungkinkan berkat digunakannya sarana-sarana komunikasi.

Sementara Smith (1966) menerangkan hubungan yang tidak terpisahkan antara komunikasi dan kebudayaan yang kurang lebih sebagai berikut: Kebudayaan merupakan suatu kode atau kumpulan peraturan yang dipelajari dan dimiliki bersama; untuk mempelajari dan memiliki bersama diperlukan komunikasi, sedangkan komunikasi memerlukan kode-kode dan lambang-lambang yang harus dipelajari dan dimiliki bersama.

Hubungan antara individu dan kebudayaan saling mempengaruhi dan saling menentukan. Kebudayaan diciptakan dan dipertahankan melalui aktifitas komunikasi para individu anggotanya. Secara kolektif prilaku mereka secara bersama-sama menciptakan realita (kebudayaan) yang mengikat dan harus dipatuhi oleh individu agar dapat menjadi bagian dari unit. Maka jelas bahwa antara komunikasi dan kebudayaan terjadi hubungan yang sangat erat:

(41)

sarana yang dapat menjadikan individu sadar dan menyesuaikan diri dengan subbudaya-subbudaya dan kebudayaan-kebudayaan asing yang dihadapinya. Tepat kiranya jika dikatakan bahwa kebudayaan dirumuskan, dibentuk, ditransmisikan daan dipelajari melalui komunikasi.

b. Sebaliknya, pola-pola berpikir, berprilaku, kerangka acuan dari individu-individu sebahagian terbesar merupakan hasil penyesuaina diri dengan cara-cara khusus yang diatur dan dituntut oleh sistem sosial dimana mereka berada. Kebudayaan tidak saja menentukan siapa dapat berbicara dengan siapa, mengenai apa dan bagaimana komunikasi sebagainya berlangsung, tetapi juga menentukan cara mengkode atau menyandi pesan atau makna yang dilekatkan pada pesan dan dalam kondisi bagaimana macam-macam pesan dapat dikirimkan dan ditafsirkan.

Singkatnya, keseluruhan prilaku komunikasi individu terutama tergantung pada kebudayaanya. Dengan kata lain, kebudayaan merupakan pondasi atau landasan bagi komunikasi. Kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan praktek-praktek komunikasi yang berbeda pula.

1. Hambatan dalam komunikasi lintas budaya

Dalam bukunya Intercultural Business Communication, Chaney dan Martin (2004) mengungkapkan bahwa:

(42)

efektif. Perbedaan budaya sendiri merupakan salah satu faktor penghambat dalam komunikasi antar budaya, karenanya hambatan tersebut juga sering disebut sebagai hambatan komunikasi antar budaya, sebagai hambatan dalam proses komunikasi yang terjadi karena adanya perbedaan budaya antara komunikator dan komunikan. Adapun faktor hambatan komunikasi antar budaya yang sering terjadi antara lain: fisik, budaya, persepsi, motivasi, pengalaman, emosi, bahasa (verbal), nonverbal, kompetisi.”

Dalam komunikasi antarbudaya, reaksi negatif dan evaluatif individu terhadap sebuah budaya dapat menciptakan hambatan komunikasi. Evaluasi yang bersifat negatif menyebabkan adanya ketidaksukaan dan penghindaran. Hal ini terjadi karena budaya „asing dipandang‟

„menyimpang atau „berbeda dari norma yang kita anut. Hambatan‟ ‟

komunikasi tersebut terjadi di antara dua budaya dan bersifat satu arah, yang mana hal ini mencerminkan adanya ketidakmampuan untuk memahami norma dari budaya yang berbeda (budaya asing). Hambatan ini juga tidak selalu bersifat timbal balik. Sebuah perbedaan budaya (bersifat tunggal) dapat pula menjadi hambatan bila melanggar salah satu nilai inti komunikator.

(43)

orang lain. Hal ini menyangkut bagaimana seseorang ingin orang lain melihat terhadap dirinya, yang dipengaruhi dari interaksi sosial, dan lain sebagainya, sehingga hal ini bisa diperoleh atau bisa hilang.

Adanya perbedaan nilai juga salah satu yang memengaruhi munculnya hambatan persepsi dalam komunikasi antarbudaya. Nilai agama ermanisfestasi tidak hanya pada dogma, tetapi juga pada pola kehidupan dan pandangan hidup. Ferraro juga mengungkapkan bahwa pengaruh agama dapat dilihat dari jalinan semua budaya, karena hal ini bersifat dasar. Nilai agama ini juga berpengaruh pada cara pandang (worldview) seseorang .Cara pandang (worldview) meliputi bagaimana orientasi budaya terhadap Tuhan, alam, kehidupan, kematian dan alam semesta, arti kehidupan dan keberadaan.

(44)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang diatas, maka dapat kita simpulkan kenapa kita harus belajar Komunikasi Lintas Budaya.

(45)

2. Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda.

3. Nilai-nilai setiap masyarakat se”baik” nilai-nilai masyarakat lainnya. 4. Setiap individu dan/atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya

sendiri.

5. Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya mendasar yang berlaku.

6. Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain.

7. Dengan mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan dengan orang lain kita memperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan, aspirasi, perasaan dan masalah manusia.

8. Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antar pribadi adalah suatu usaha yang memerlukan keberanian dan kepekaan. Semakin mengancam pandangan dunia orang itu bagi pandangan dunia kita, semakin banyak yang harus kita pelajari dari dia, tetapi semakin berbahaya untuk memahaminya.

9. Keterampilan-keterampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan perpindahan seseorang dari pandangan yang monokultural terhadap interaksimanusia ke pandangan multikultural.

(46)

11. Situasi-situasi komunikasi antar budaya tidaklah statik dan bukan pula stereotip. Karena itu seorang komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi. Dalam konteks ini kepekaan, pengetahuan dan keterampilannya bisa membuatnya siap untuk berperan serta dalam menciptakan lingkungan komunikasi yang efektif dan saling memuaskan.

Daftar Pustaka

Ahmad Sihabudin. 2011. Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: Bumi Aksara

(47)

Christy, Malista Paulne. 2013. Hambatan Komunikasi Antar Budaya Antara Dosen Native China Dengan Mahasiswa Indonesia Program Studi Sastra Tionghoa Universitas Kristen Petra, Jurnal E Komunikasi, VOL 1, No. 2 Edy Sudaryanto. 1997. Relevansi Fungsi Dan Peranan Komunikasi Dalam

Pembangunan. Bandung: Pps UNPAD

Fajar, Mahaerni. 2009. Ilmu Komunikasi dan Praktek. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Lihapsari, prihartini, dkk. 1997. Teknik Komunikasi Tepat Guna Dalam Mengatasi Segala Bentuk Perubahan. Bandung: Pps UNPAD

Liliweri, Alo. 2004. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mulyana, Dedi. 2001. Ilmu Komunkasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Dedi dan Rachmat Jalaluddin. 2002. Panduan berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda-beda. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Natalia, Imanuel V.O. 2007. Model Komunikasi Antar BudayaEkspatriat Guangdong Machiney exp. Imp.Ltd China (GMC) dengan Orang Indonesia Dalam Rangka Menjalin Kerja Sama dengn Orang Indonesia di Surabaya, jurnal Ilmiah Scriptura, ISSN 1978-385X VOL 1, No. 1

(48)

Samovar, Larry A, Dkk. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba Humaniora

Satriani Dan Muljono. 2005. Komunikasi Partispatif Pada Program Pos Pemberdayaan Keluarga. Jurnal Masyarakat Dan Kebudayaan Politik, No. 2 Hal 89_95

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Referensi

Dokumen terkait

Wayne Pace komunikasi antar pribadi atau interpersonal communication merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka

▫ Gaya komunikasi orang Arab, seperti gaya komunikasi orang-orang Timur Tengah umumnya, berbeda dengan pembicara orang-orang Barat (Amerika atau Jerman) yang berbicara langsung

Komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan latar belakang budaya ini mendorong mereka untuk saling

Peneliti melihat komunikasi antar pribadi itu memiliki efek yang berbeda- beda untuk setiap komunikator dan komunikan. Krismaya melakukan komunikasi antar

Definisi Fungsi Komunikasi Antar Budaya pada prosesi Pernikahan Adat Minang dengan beberapa suku (Banjar, Jawa) di Kota Banjarbaru adalah fungsi-fungsi komunikasi antar budaya

Peran komunikasi antar budaya masyarakat dalam menyelesaikan konflik adalah interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda

Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian orientasi dan dimensi kebudayaan, orientasi budaya terhadap waktu dan peta orientasi budaya dalam komunikasi antar budaya Minggu ke 10

Karena beda negara pasti beda kebudayaan Komunikasi antar pribadi yg dilakukan oleh pribadipribadi dalam suku bangsa yang sama 2 Menekankan perbandingan kebudayaan Menekankan