MAKALAH
“KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA ”
Dos.Pengampuh : Nurlinawati Simanjuntak SE.MM Mata kuliah : Komunikasi Bisnis
Disusun oleh kelompok :
1. Agnes Monica (210301034)
2. Cici R. Nababan (210301045)
3. Melati V. Hutabarat (210301011)
4. Henri Sihombing (210301040)
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDY MANEJEMEN
UNIVERSITAS SISINGAMANGARAJA XII TAPANULI
2022/2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang komunikasi lintas budaya yang efektif.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang.
Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan- masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Silangit,19 April 2023
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Rumusan masalah ... 1
1.3 Tujuan penelitian ... 1
BAB 2 PEMBAHASAN ... 2
2.1 Pendahuluan ... 2
2.2 Perbednna komunikai lintas budaya & antar budaya ... 5
2.3 Simbol dan bahasa komunikasi lintas budaya ... 9
2.4 Etnosentrisme ... 14
2.5 Budaya tinggi dan budaya rendah ... 18
BAB 3 PENUTUPAN ... 20
3.1 Kesimpulan ... 20
3.2 Saran ... 20
1
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang heterogen dalam berbagai aspek seperti keberagaman suku, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Sementara itu, perkembangan dunia yang semakin pesat menuntut manusia harus berinteraksi dengan pihak lain yang menuju kearah global, sehingga tidak memiliki lagi batas-batas, sebagai akibat dari perkembangan teknologi. Oleh karena itu, masyarakat harus siap untuk menghadapi situasi-situasi baru dengan keberagaman kebudayaan atau lainnya. Antara komunikasi dan interaksi harus berjalan antara satu dengan yang lainnya. Dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan sering kali menemui masalah atau hambatan-hambatan bahkan dapat memicu terjadnya konflik, misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang, nilai atau norma-norma masyarakat dan lain sebagainya.
Pada hal syarat untuk terjalinya hubungan itu tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi atau makna antara satu dengan lainnya. Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.
Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
2.2 Rumusan Masalah
Adapun yang Menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah : a. Pendahuluan
b. Perbedaan komunikasi lintas budaya dan antar budaya c. Symbol dan bahasa dalam komunikasi lintas budaya d. Etnosentrisno
e. Budaya tinggi dan budaya rendah
2.3 Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahuui perbedaan kounikasi lintas budaya dan antar budaya.
b. Memahami symbol dan bahasa dalam komunikasi lints budaya c. Untuk mengetahui apa itu etnosentrisno
d. Untuk memahami bagaimana budaya tinggi dan budaya rendah dalam komunikasi bisnis
2
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pendahuluan
Perkembangan dunia saat ini sangatlah pesat dengan mobilitas dan dinamika yang sangat tinggi membuat kemajuan disegala bidang, sehinggamemungkinkan kita untuk dapat berinteraksi dengan berbagai budaya lain. Interaksi budaya tersebut dapat berlangsung secara tatap muka, media massa, melancong ke mancanegara, mengenyam pendidikan di Negara lain, dan lain sebagainya.
Semua itu merupakan fenomena komunikasi bernuansa perbedaan budaya.Fenomena komunikasi berbeda budaya tidak melulu harus berbedaNegara, dalam satu Negara pun dapat ditemukan fenomena komunikasi lintasbudaya seperti halnya di Indonesia yang memiliki berbagai suku, yangkemudian melahirkan budaya-budaya yang berbeda. Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapatdipisahkan.
Komunikasi lintas budaya sudah ada sejak pertama kali orang- orang dari budaya yang berbeda saling bertemu.
Definisi komunikasi lintas budaya yang paling sederhana, menurut Alo Liliweri yakni komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Dengan pemahaman yang sama, maka komunikasi lintas budaya dapat diartikan melalui beberapa pernyataan sebagai berikut:
a. Komunikasi lintas budaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya.
b. Komunikasi lintas budaya merupakan pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya.
c. Komunikasi lintas budaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
d. Komunikasi lintas budaya adalah pengalihan informasi dari seorang yang berkebudayaan tertentu kepada seorang yang berkebudayaan lain.
e. Komunikasi lintas budaya adalah pertukaran makna yang berbentuk symbol yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
f. Komunikasi lintas budaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu.
g. Komunikasi lintas budaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan di antara mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi, atau bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.
3
Tujuan Komunikasi Lintas Budaya
a. menyatakanidentitas social dan menjembatani perbedaan lintas budaya melalui perolehan informasi baru.
b. mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada dalam kebudayaan c. Mengurangi tingkat ketidakpastian
Alo (2009) menjelaskan bahwa salah satu perspektif komunikasi antarbudaya menekanakan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya adalah mengurangi tingkat ketidakpastian tentang orang lain. Ada tiga tahap interaksi guna mengurangi tingkat ketidakpastian,yakni:
• Pra-kontak atau tahap pembentukan kesan melalui simbol verbal maupun non verbal.
• Initial contact and impression, yakni tanggapan lanjut atas kesan yang muncul dari kontak awal tersebut.
• Closure, mulai membuka diri anda yang semula tertutup melalui atribusi dan pengembangan kepribadian implisit. Atribusi sendiri menganjurkan agar kita harus lebih mengerti perilaku orang lain dengan menyelidiki motivasi atas suatu perilaku atau tindakan yang dilakukannya. Sementara itu kita pun dapat mengembangkan sebuah kesan terhadap orang itu melalui evaluasi atas kehadiran sebuah kepribadian implisit, yang mana kepribadian ini membuat sugesti kepada kita diawal kesan pertama saat bertemu. Misalnya,jika kita menilai orang lain baik diawal pertemuan, maka sifat- sifat baik lainnya akan ada pada dirinya.
Pada dasarnya hal-hal yang terdapat dalam proses adaptasi merupakan proses komunikasi.
Proses komunikasi adalah bagian dari pola komunikasi yang dilakukan seseorang dalam kesehariannya untuk berinteraksi dengan orang lain. Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Inti dari sebuah proses komunikasi adalah adanya kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan tersebut antara komunikator dan komunikan. Adaptasi terjadi dalam dan melalui komunikasi, dan lebih jauh lagi hasil penting dari adaptasi adalah identifikasi dan internalisasi dari symbol yang signifikan tentang masyarakat tuan rumah.
4
Karena secara umum pengenalan terhadap pola-pola budaya dilakukan melalui interaksi, maka orang asing mengenali pola budaya masyarakat tuan rumahnya dan kemudian membangun hubungan realitas budaya baru melalui komunikasi. Pada saat yang sama kemampuan komunikasi orang asing berpengaruh pada adaptasinya secara baik, serta proses adaptasi itu merupakan hal penting yang digunakan untuk mendapatkan kapasitas komunikasi.
Situasi yang dihasilkan dari perpindahan ke budaya baru salah satunya, yakni pertukaran pelajar. Motivasi untuk beradaptasi sangat tergantung pada tingkat kepermanenan (lama atau sebentar/tetap atau tidak tetap) mereka dalam mendiami lingkungan tersebut. Dalam hal ini, perpindahan orang asing dari negara asal ke negara baru adalah permanen. Karena mereka harus tinggal dan menjadi anggota dari masyarakat tuan rumah, maka mereka harus berfokus pada hubungan mereka dengan lingkungan baru seperti cara penduduk asli beradaptasi.
Menurut Berger dan Leukman, menyatakan bahwa sosialisasi dan enkulturasi adalah bentuk dasar dari pengungkapan perilaku dasar manusia yang diinternalisasi dari cepat atau lambatnya kita mempelajari “ciri-ciri orang lain” dan kemudian menjadi “satu-satunya dunia yang ada”. Proses lain yang menentukan proses adaptasi adalah yang disebut resosialisasi atau akulturasi, yakni ketika orang asing yang telah tersosialisasi didalam budayanya dan kemudian berpindah ke tempat baru dan berinteraksi dengan lingkungan untuk jangka waktu tertentu.
Pada proses adaptasi ini, orang asing secara gradual mulai mendeteksi pola-pola baru tentang pikiran dan perilaku serta menstruktur secara personil tentang adaptasi-adaptasi yang relevan dengan masyarakat tuan rumah.Yang menentukan dalam proses ini adalah kemampuan kita untuk mengenal perbedaan dan persamaan yang ada pada lingkungan baru.
Seiring dengan berjalannya proses akulturasi dalam konteks adaptasi terhadap budaya baru, maka beberapa pola-pola budaya lama yang tidak dipelajari (unlearning) juga terjadi, paling tidak pada tingkat bahwa respons baru diadopsi dalam situasi yang sebelumnya telah menjadi perbedaan. Proses adaptasi ini disebut dekulturasi. Pada saat terjadi proses dekulturasi dan akulturasi, maka pendatang baru secara gradual telah melakukan proses adaptasi. Orang asing dapat ditekan untuk menyesuaikan diri dengan peran yang dibutuhkan tetapi tidak dapat dipaksa untuk menerima nilai-nilai tertentu.
Komunikasi bukan hanya dilihat sebagai kegiatan yang menghubungkan antar manusia dalam keadaan pasif, tetapi komunikasi juga harus dilihat sebagai proses yang menghubungkan manusia melalui tindakan yang terus diperbaharui. Proses komunikasi terinci dalam rangkaian- rangkaian aktivitas (misalnya dari seorang komunikator, mengirimkan pesan, melalui media, kepada komunikan dengan dampak tertentu) yang berbeda- beda, namun saling berkaitan, bahkan mungkin rangkaian-rangkaian itu diaktifkan secara bertahap dan berubah sepanjang waktu.
Salah satu karakteristik komunikasi adalah komunikasi sebagai proses, karena komunikasi sangat dinamik, selalu berlangsung dan berubah- ubah. Pada hakikatnya proses komunikasi
5
antarbudaya tidak berbeda jauh dengan proses komunikasi lain, yakni suatu proses yang interaktif dan transaksional serta dinamis. Menurut Wahlstrom, komunikasi antarbudaya yang interaktif adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah timbal balik namun masih berada pada tahap rendah. Komunikasi transaksional meliputi tiga unsur penting yakni;
(1) keterlibatan emosional yang tinggi, yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan atas pertukaran pesan;
(2) peristiwa komunikasi meliputi seri waktu, artinya berkaitan dengan masa lalu, kini yang akan datang; dan
(3) partisipan dalam komunikasi antarbudaya menjalankan peran tertentu. Bentuk komunikasi di atas mengalami proses yang bersifat dinamis, karena proses tersebut berlangsung dalam konteks sosial yang hidup, berkembang dan bahkan berubah ubah berdasarkan waktu, situasi dan kondisi tertentu. Kebudayan merupakan dinamisator “penghidupan” bagi proses komunikasi antarbudaya.
2.2 Perbedaan komunikasi lintas budaya dan antar budaya
komunikasi lintas budaya adalah proses komunikasi di antara anggota dari budaya berbeda. Komunikasi ini terjalin antarindividu dengan sistem simbol serta persepsi budaya yang cukup berbeda. komunikasi antarbudaya merupakan proses komunikasi di antara dua orang berbeda latar belakang budaya, lewat pertukaran pesan verbal maupun nonverbal, yang dapat menghasilkan efek tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas, komunikasi lintas budaya punya definisi yang mirip dengan komunikasi antarbudaya. Karena proses komunikasinya terjalin di antara dua orang yang berbeda latar belakang budayanya. Berikut beberapa perbedaan komunikasi lintas budaya dan komunikasi antarbudaya
1.Perbedaan istilah
Wina Puspita Sari dan Menati Fajar Rizki dalam buku Komunikasi Lintas Budaya menuliskan bahwa sebenarnya istilah lintas budaya lebih merujuk pada proses komunikasi yang bersifat komparatif. Contohnya, perbandingan gaya konflik dalam budaya X, Y, dan Z.
Sedangkan, istilah antarbudaya merujuk pada proses komunikasi antaranggota komunitas yang berbeda. Misalnya, negosiasi bisnis antara importir Belanda dengan eksportir Indonesia.
2. Perbedaan proses komunikasi
Komunikasi antarbudaya terjadi saat faktor keanggotaan kelompok budaya memengaruhi proses komunikasi, baik sadar maupun tidak. Artinya individu yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut bisa jadi tidak sadar terhadap perbedaan budaya.
Sementara, komunikasi lintas budaya merupakan proses pertukaran simbolik di mana individu dari dua atau lebih komunitas budaya berbeda menegosiasikan makna bersama dalam situasi interaktif.
Perbedaan fokus komunikasi Dilihat dari fokus komunikasinya, komunikasi antarbudaya lebih menekankan pada proses komunikasi di antara individu dengan latar
6
belakang atau pola hidup berbeda. Menurut Siti Nur Aidah dan Tim Penerbit KBM Indonesia dalam buku Langkah Membangkitkan Generasi Muda yang Berbudaya , dari segi fokus komunikasi, komunikasi lintas budaya berfokus pada perbedaan fenomena komunikasi dalam budaya antarindividu. Misalnya gaya komunikasi pria berbeda dengan wanita, yang mengakibatkan terjadinya persilangan penggunaan bahasa pada komunikasi tersebut.
Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmupengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain sertakebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (E. B Taylor). Budaya dankomunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa bicaradengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang tersebut menyandi pessan, makna yang iamiliki untuk pesan, serta kondisi kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Komunikasi Antar Budaya adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda budaya. Ketika komunikasi terjadi antaraorang-orang berbeda bangsa, kelompok ras atau komunitas bahasa, komunikasi tersebutdisebut komunikasi antar budaya (selanjutnya disingkat KAB). Jadi pada dasarnya komunikasiantar budaya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi, apamakna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layakdikomunikasikan, kapan mengkomunikasikannya, dan bagaimana cara mengkomunikasikannyamelalu verbal ataupun nonverbal.
Sementara itu Komunikasi lintas budaya secara tradisional membandingkan fenomena komunikasi dalam budaya-budaya berbeda. Contohbagaimana gaya komunikasi pria dalam budaya Amerika dan budaya Indonesia. Tetapi lambatlaun KAB dan KLB sering dipertukarkan. Secara konvensional KAB lebih luas dan lebih komprehensif daripada KLB.
Perbedaan lainnya adalah sebagai berikut:
No Komunikasi Lintas Budaya Komunikasi antar budaya 1 Awalnya diartikansebagai proses
mempelajari komuikasi diantara individu maupun kelompok suku bangsa dan ras yang berbeda negara. Karena beda negara pasti beda kebudayaan
Komunikasi antar pribadi yg dilakukan oleh pribadipribadi dalam suku bangsa yang sama
2 Menekankan perbandingan kebudayaan Menekankan interaksi yang terjadi antar pribadi yang berbeda latar belakang kebudayaan
komunikasi lintas budaya itu praktik mentransmisikan pemikiran atau konsep dari satu budaya ke budaya lain dengan tujuan untuk saling mempengaruhi. Komunikasi lintas budaya juga komunikasi yang dilakukan sebagai konsekuensi dari proses komunikasi antar berbagai aspek budaya. ruang lingkup komunikasi lintas budaya mencakup banyak faktor kunci. Komunikasi interpersonal antara orang-orang dari budaya yang berbeda dan upaya untuk mendobrak hambatan komunikasi lintas budaya hanyalah permulaan.
7
Tujuan Komunikasi Lintas Budaya Komunikasi lintas budaya mencoba untuk mengurangi jumlah kesalahpahaman dan ketidakpastian yang mungkin mengarah pada konflik lintas budaya.efisiensi kontak lintas budaya dipengaruhi oleh komunikasi lintas budaya. Dengan memperbarui dan mengubah interaksi antara komunikator dan komunikan, proses komunikasi lintas budaya dapat berhasil dan efektif. Kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif lintas perbedaan budaya akan mendorong keharmonisan dan mengurangi kemungkinan perselisihan antar-komunal.
Agar tujuan komunikasi lintas budaya dapat terwujud, setiap peserta dalam kelompok masyarakat harus berupaya membangun kompetensi atau kemampuan. Kualitas-kualitas ini termasuk kekuatan kepribadian, keterampilan komunikasi, penyesuaian psikologis, dan kesadaran budaya. Contoh Komunikasi Lintas Budaya Ada berbagai contoh komunikasi verbal dalam komunikasi lintas budaya yang mungkin kita kenal untuk memudahkan kita memahami penggunaan komunikasi lisan dalam komunikasi lintas budaya. Komunikasi verbal sudah menjadi sesuatu yang biasa muncul dan bukan sesuatu yang asing lagi.
Komunikasi verbal memungkinkan terjadinya proses komunikasi langsung dengan individu lain. Masalah akan muncul ketika ada dua orang dengan budaya komunikasi yang berbeda berkomunikasi satu sama lain
Dalam komunikasi lintas budaya, dimungkinkan untuk menggunakan mode komunikasi verbal berikut. Mungkin kita pernah melakukannya, terutama dalam situasi sosial. Simak contohnya berikut ini:
1. Intonasi Berbicara Salah satu contoh komunikasi lisan dalam komunikasi lintas budaya adalah intonasi bicara. Ketika individu berbicara, intonasi mereka dapat didengar dengan jelas. Individu dari suku Jawa biasanya cenderung berbicara dengan nada yang lebih lembut dibandingkan dengan suku Batak.
2. Konten Pembicaraan Topik pembicaraan juga merupakan contoh dari komunikasi verbal ini. Misalnya, sekelompok individu dari budaya tertentu mungkin lebih tertarik untuk membicarakan budaya mereka daripada mendengarkan orang lain atau hal-hal menarik lainnya di sekitar mereka. Mungkin saja ini akan menjadi penghalang komunikasi lintas budaya.
3. Waktu Pembicaraan Waktu pembicaraan ini berhubungan dengan kapan percakapan akan berlangsung. Misalnya, ada beberapa budaya yang menuntut kaum muda memberi perhatian lebih besar kepada kaum lanjut usia. Namun, ada juga orang lain yang membebaskan individu kapan pun mereka ingin berkomunikasi sehingga mereka dapat mengekspresikannya.
4. Kecepatan Bicara Kecepatan dalam berbicara juga merupakan contoh komunikasi verbal dalam komunikasi lintas budaya. Secara alami, kecepatan orang berbicara bervariasi. Ini dapat dilihat sebagai perbedaan yang benar-benar penting dan sangat berdampak. Oleh karena itu, kita mungkin mulai memahami faktor-faktor penentu di balik kecepatan bicara ini.
8
5. Gaya Bicara Gaya bicara adalah hal lain yang mungkin kita perhatikan ketika kontak lintas budaya ini terjadi. Temperamen seseorang mengungkapkan latar belakang budayanya.
Berbicara tentang pola komunikasi sehari-hari, ini adalah hal yang wajar untuk diperhatikan.
Komunikasi anntar budaya (intercultural communication) adalah kajian komunikasi yang tertuju pada praktik komunikasi interpersonal yang terjadi di antara individu-individu yang memiliki perbedaan latar belakang kultural. Unit analisis yang tersedia di dalam kajian ini merupakan relasi dan praktik komunikasi interpersonal di antara mereka. Bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya antara lain komunikasi antar suku bangsa yang berbeda, kelompok agama yang berbeda, negara-negara yang berbeda, subkultur yang berbeda, serta jenis kelamin yang berbeda. Secara umum, komunikasi antarbudaya dapat dipahami sebagai tindakan yang dilakukan oleh orang-orang atau kelompok yang memiliki budaya yang berbeda satu sama lain. Komunikasi antarbudaya adalah ketika orang-orang dari budaya dan cara hidup yang berbeda berbicara satu sama lain dan belajar dari satu sama lain.
Salah satu tujuan utama dari komunikasi antarbudaya adalah untuk memfasilitasi komunikasi dan interaksi antara orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda.
Srnover dan Porter mengatakan bahwa komunikasi antara orang-orang dari budaya yang berbeda adalah komunikasi antarbudaya.
Fungsi Komunikasi Antar Budaya Di bawah ini kami telah merangkum mengenai fungsi komunikasi antar budaya yang terbagi menjadi 2 yaitu fungsi pribadi dan fungsi sosial, berikut penjelasannya:
1. Fungsi Pribadi
Sebenarnya apa itu fungsi pribadi? Fungsi pribadi ialah fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seseorang individu, berikut pejelasannya:
a. Menyatakan Identitas Sosial Dalam proses komunikasi antar budaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang bisa di gunakan untuk menyatakan identitas sosial.
Perilaku itu di nyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan non verbal.
Dari perilaku berbahasa itu dapat diketahui identitas diri ataupun sosial, misalnya dapat mengetahui mengenai asal usul suku bangsa, agama, ataupun tingkat pendidikan seseorang
b. Menyatakan Integrasi Sosial Kesimpulan dari konsep integrasi sosial ialah menerima kesatuan dan persatuan antar pribadi, antar kelompok namun tetap mengakkui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Dan perlu kamu pahami juga, bahwa salah satu tujuan komunikasi ialah memberikan makna yang sama atas pesan yang di bagi antar komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antar budaya yang berkaitan dengan perbedaan budaya antara komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial akan menjadi tujuan utama komunikasi. Dan pada prinsip utama dalam proses pertukaran pesar komunikasi antar budaya ialah saya memperlakukan kamu sebagaimana kebudayaan kamu memperlakukan kamu dan bukan sebagaimana saya kehendaki. Dengan begitu komunikaor dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka..
9
c. Menambah Pengetahuan Seringkali terjadi dalam komunikasi antar pribadi maupun antar budaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing- masing.
d. Melepaskan Diri Saat kamu berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencari jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu di namakan komunikasi yang berfungsi untuk menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris. Hubungan komplementer yang selalu dilakukan oleh dua belah pihak memiliki perilaku yang berbeda. Perilaku pada seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku yang komplementer dari yang lain. Sebaliknya, hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin pada perilaku.
2. Fungsi Sosial
Berikut beberapa fungsi sosial, antara lain yaitu:
a. Fungsi Sosial Pengawasan Fungsi sosial yang pertama ialah pengawasan. Praktik komunikasi antar budaya di antara komunikator dan komunikan yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antar budaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan Perkembangan tentang lingkungan. Fungsi sosial pengawasan ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarkan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi di sekitar kita meskipun peristirwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
b. Menjembatani Dalam proses komunikasi antar budaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda buaya itu ialah jembatan atas perbedaan di anara mereka.Fungsi menjebatani itu bisa teratur melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya akan saling menjelaskan perbedaan tafsir atas seebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi menjembatani ini dijalankan oleh berbagai kontek komunikasi termasuk komunikasi massa.
c. Sosialisasi Nilai Fungsi sosialisasi nilai adalah fungsi untuk mengajarkan atau memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya.
d. Menghibur Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antar budaya.
2.3 Simbol dan Bahasa dalam komunikasi antar budaya
1. Simbol dalam komunikasi antar budaya
Manusia adalah pencipta atau pembuat simbol. Secara umum, simbol dimaknai sebagai representasi arbriter pikiran, ide, emosi, obyek, atau tindakan yang digunakan untuk menyandi dan mengawa-sandi makna.Dalam komunikasi manusia, simbol adalah sebuah ekspresi yang ditujukan untuk merepresentasikan sesuatu yang lain. Simbol tidak memiliki hubungan dengan apa yang diwakilinya Dalam artian simbol dipilih secara arbriter dan dipelajari.
Kemampuan manusia untuk membuat atau menciptakan simbol-simbol memungkinkan dirinya untuk berinteraksi satu sama lain dan memudahkan proses pewarisan budaya dari generasi ke generasi. Manusia menggunakan simbol-simbol tidak
10
hanya untuk berinteraksi satu sama lain melainkan juga untuk mengekspresikan ideologi dan sistem sosial tertentu serta untuk merepresentasikan berbagai aspek dari budaya. Evolusi budaya yang berjalan beriringan dengan sejarah penggunaan simbol dalam ilmu komunikasi, sejarah perkembangan teknologi komunikasi, dan sejarah perkembangan teknologi informasi, telah memberikan banyak sekali kemudahan bagi manusia untuk membuat, menerima, menyimpan, dan memanipulasi simbol-simbol.
Simbol memiliki beberapa karateristik yaitu arbriter, ambigu, dan abstrak.
• Simbol bersifat arbriter
Sifat arbriter simbol akan berbeda bagi setiap budaya karena simbol tidak memiliki hubungan dengan apa yang ia wakili.Dengan kata lain, meskipun semua budaya menggunakan simbol-simbol, mereka biasanya memiliki makna tersendiri terhadap simbol- simbol.
• Simbol bersifat ambigu
Dalam artian simbol memiliki beberapa makna yang mungkin. Makna simbol akan berubah seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan dalam norma sosial, nilai-nilai, dan kehadiran teknologi. Beragamnya kemungkinan makna simbol tidak menjadi hambatan kita untuk berkomunikas dengan orang lain karena makna simbol disepakati bersama orang lain melalui bahasa sebagaii alat komunikasi.Hal ini ditegaskan oleh penggagas model komunikasi Gudykunst yakni Gudykunst dan Kim yang menyatakan bahwa hal terpenting yang harus diingat adalah simbol dikatakan sebagai simbol hanya karena sekelompok orang sepakat untuk mempertimbangkannya. Tanpa adanya kesepakatan berdasarkan sistem simbol, kita dapat membagi makna yang relatif kecil dengan orang lain.
• Simbol bersifat abstrak
Dalam artian, kata-kata bukanlah materi ataupun fisik melainkan tingkatan abstraksi tertentu yang inheren dalam kenyataan bahwa simbol hanya dapat merepresentasikan obyek atau ide. Abstraksi memungkinkan kita untuk menggunakan frasa dan akan sangat membantu saat kitaingin mengkomunikasikan konsep-konsep yang kompleks dengan cara yang sederhana. Dalam komunikasi antarbudaya, simbol-simbol dapat berupa simbol verbal maupun symbol nonverbal.
2. Bahasa dalam komunikasi antar budaya
Bahasa verbal yaitu :
Bahasa Bahasa verbal sejatinya hanya merupakan representasi simbolis, namun simbol-simbol verbal tetap dapat memiliki kekuatan dan sangat fleksibel. Saat kita menggunakan bahasa, sejatinya kita tengah mengekspresikan pemikiran kita dan menciptakan pikiran kita dan memutusakan apa yang pantas untuk dipikrkan. Bahasa Bahasa verbal menunjukkan makna atau emosi melalui kata-kata tertulis atau kata-kata yang diucapkan.
Terdapat dua macam Bahasa verbal, yaitu kata-kata tertulis dan kata-kata yang diucapkan.
a. Kata-kata tertulis mengacu pada bahasa yang diekspresikan dalam bentuk tulisan khususnya ketika dibandingkan dengan ujaran atau dengan bentuk ekspresi lainnya seperti lukisan atau film.
11
b. Kata-kata yang diucapkan mengacu pada kata-kata yang tertulis pada sebuah halaman namun ditampilkan untuk orang lain.
Bahasa nonverbal yaitu
Sebagaimana Bahasa Bahasa verbal, Bahasa nonverbal juga digunakan untuk menerjemahkan pikiran seseorang dalam cakupan yang sangat terbatas. Terdapat delapan macam simbol-simbol nonverbal, yaitu :
a. tubuh atau kinesik Mengacu pada digunakannya gerakan tubuh yang mengandung makna. Masing-masing budaya memiliki cara tersendiri menggunakan bahasa tubuh saat berkomunikasi. Negara-negara yang menganut budaya konteks tinggi seperti Arab Saudi umumnya lebih banyak menggunakan bahasa tubuh dibandingkan dengan negara-negara yang menganut budaya konteks rendah seperti Amerika Serikat karena bahasa tubuh dalam komunikasi dapat membawa banyak sekali makna dibandingkan dengan simbol-simbol verbal.
b. Ekspresi wajah dan kontak mata Mengacu digunakannya air muka dan tatapan mata untuk menyampaikan makna tertentu terkait dengan emosi. Pada budaya konteks tinggi, emosi tidak secara langsung ditampilkan melalui ekspresi waja
pada budaya konteks rendah, emosi tidak selalu disampaikan melalui ekspresiwajah melainkan melalui gerakan tubuh. Terkait dengan kontak mata, pada budaya konteks tinggi, orang cenderung untuk menundukkan pandangannya ketika berkomunikasi dengan orang lain terutama dengan lawan jenis. Hal ini berbeda dengan budaya konteks rendah yang lebih menekankan pada adanya kontakmata saat berkomunikasi karena mata merupakan jendela hati.
a. Proksemik
Mengacu pada pengaturan jarak dan ruang. Pada budaya konteks tinggi, orang cenderungakan duduk berdekatan dengan orang lain dan kedekatan selama percakapan sangatlahpenting.Sebaliknya pada budaya konteks rendah, orang akan memposisikan dirinya dalam ruang yangcukup luas antara dirinya dengan orang yang ada di dekatnya.
b. Sentuhan
Mengacu pada perilaku menyentuh seseorang sebagaimana yang dimainkan dalam komunikasi nonverbal.Menurut psikologi komunikasi, sentuhan dapat menyampaikan danmenerima pesan. Terdapat beberapa perasaan yang dapat disampaikan sentuhan yaitu tanpaperhatian, kasih saying, takut, marah, dan bercanda.
c. Paralinguistik
Mengacu pada elemen-elemen ujaran yang berkaitan dengan cara mengucapkan pesan verbal.Paralinguistik terdiri atas nada, kualitas suara, volume, kecepatan, dan ritme.
d. Penciuman
Merupakan indera yang paling peka. Ketika indera lain tidak bekerja, maka indera penciumanakan tetap bekerja setiap saat.Cara orang menggunakan indera penciuman sebagai bagian dari komunikasi akan sangat berbeda bagi beberapa budaya. Budaya konteks tinggi umumnya lebih sensitif terhadapterhadap penciuman ketika berinteraksi dibandingkan dengan budaya konteks rendah.
e. Kronemik
Mengacu pada aspek komunikasi nonverbal yang berkaitan dengan konsep waktu dalam komunikasi lintas budaya. Konsep waktu dapat dibedakan
12
menjadi monokromik danpolikromik. Budaya yang berperilaku berdasarkan waktu monokromik menekankan padapengerjaan satu tugas pada satu waktu.
Sementara itu, budaya polikromik lebih menikmatiterlibat dengan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu.
f. Artifaktual
Mengacu pada penampilan seseorang seperti pakaian, mobil, rumah, dan lain-lain.
Artifaktual berkaitan erat dengan pembentukan citra tubuh dengan pakaian yang digunakan atau apa yang dimiliki
Komunikasi yang terjadi antar budaya seringkali terdengar. Hal ini karena kebudayaan atau pola hidup mereka yang berbeda akan membuat kesalahpahaman di antara kedua individu. Sehingga, perlu adanya sesuatu yang dapat menurunkan tingkat kesalahpahaman di antara kedua individu agar tidak terjadi pertikaian. Hal itu dapat ditemukan pada bahasa baik verbal maupun nonverbal. Peranan bahasa saat ini merupakan alat yang tentunya sangat berperan penting dalam komunikasi antar budaya. Dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa kebangsaan, maka akan meminimalisir kesalahpahaman. Karena, bahasa sendiri yang dapat memilah mana marah, mana senang, dan mana yang sedih. Dan juga, bahasa merupakan simbolik dari rasa.
Hakikat Komunikasi Antar Budaya Terdapat beberapa macam pada hakikat komunikasi antar budaya, yaitu:
Enkulturasi, Enkulturasi mengacu pada proses yang mana kultur atau budaya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita bisa mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Dan bagi orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru uta ma dalam bidang kultur. Akulturasi, Akulturasi mengacu pada proses yang mana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lainnya.
Prinsip Komunikasi Antar Budaya
1. Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan juga perilaku yang paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan di sepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kata. Karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
2. Bahasa Sebagai Cermin Budaya
Bahasa tentu mencerminkan suatu budaya. Semakin besar perbedaan budayanya, maka semakin nampak perbedaan komunikasinya, baik dalam bahasa maupun dalam isyarat non verbal. Semakin besar perbedaan antara budaya maka semakin sulit pula komunikasi untuk dilakukan.
13 3. Mengurangi Ambigu Antar Budaya
semakin besar perbedaan antar budaya, maka semakin besarlah ketidakpastian dan ambiguitas dalam sebuah komunikasi. Banyak dari komunikasi kita yang berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain.Karena ketidakpastian dan ambiguitas yang lebih besar, maka diperlukan lebih banyak pula waktu dan juga upaya untuk mengurangi ketidakpastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
4. Perbedaan Antar Budaya
Semakin besar perbedaan antar budaya, maka semakin besar pula kesadaran diri para partisipan selama komunikasi berlangsung. Hal ini memiliki konsekuensi positif dan negatif.
Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Dan negatifnya, tentu ini akan membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
5. Interaksi Awal dan Perbedaan Antar Budaya
Perbedaan antar budaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
6. Memaksimalkan Hasil Interaksi
Dalam komunikasi antar budaya seperti dalam semua komunikasi, kita tentu berusaha memaksimalkan hasil interaksi.Sebagai contoh, orang akan berinteraksi dengan orang lain yang mereka pikirkan akan memberikan hasil positif. Hal ini karena komunikasi antar budaya itu sulit, dan mungkin Grameds akan menghindarinya. Dengan demikian, misalnya Grameds akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda.
Bentuk-bentuk dari komunikasi antar budaya, yaitu:
Komunikasi Internasional adalah bentuk komunikasi antar budaya yang terjadi antara dua negara atau lebih. Bentuk ini dapat dilihat dari berbagai macam kegiatan diplomasi maupun propaganda yang seringkali berkaitan dengan kondisi intercultural atau antar budaya dan interracial atau antar ras. Pada bentuk komunikasi ini cenderung berkaitan dengan kepentingan suatu negara dengan negara lainnya yang meliputi permasalahan ekonomi, politik, pertahanan dan lainnya.
Komunikasi Antar adalah sebuah bentuk komunikasi yang terjadi apabila adanya interaksi atau proses komunikasi pada individu atau kelompok yang berbeda ras. Bentuk komunikasi ini memiliki ciri utama, yaitu komunikan dan komunikator berasal dari ras yang berbeda. Ras sendiri merupakan klasifikasi sekelompok individu berdasarkan karakteristik biologis.
Komunikasi Antar Etnis adalah bentuk komunikasi yang mana proses komunikasinya berasal dari etnis yang berbeda. Kelompok etnik adalah kelompok orang yang ditandai
14
dengan bahasa dan asal-usul yang sama. Oleh karena itu, komunikasi antar etnis merupakan komunikasi antarbudaya.
2.4 Etnosentrisno
Etnosentrisme adalah penilaian terhadap kebudayaan lain atas dasar nilai sosial dan standar budaya sendiri. Orang-orang etnosentris menilai kelompok lain relatif terhadap kelompok atau kebudayaannya sendiri, khususnya bila berkaitan dengan bahasa, perilaku, kebiasaan, dan agama. Perbedaan dan pembagian etnis ini mendefinisikan kekhasan identitas budaya setiap suku bangsa. Etnosentrisme mungkin tampak atau tidak tampak, dan meski dianggap sebagai kecenderungan alamiah dari psikologi manusia, etnosentrisme memiliki konotasi negatif di dalam masyarakat.
Etnosentrisme merupakan salah satu praktik memandang atau menilai budaya orang lain berdasarkan nilai atau kepercayaan diri sendiri. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani
“ethnos“, yang memiliki arti bangsa, dan “kentron“, yang berarti pusat. Oleh dari itu, etnosentrisme melibatkan bangsa untuk menjadi sebuah pusat. Etnosentrisme menitikberatkan perilaku menerapkan budaya atau etnis sendiri sebagai acuan untuk menilai budaya, praktik, perilaku, kepercayaanyya kepada orang. Dalam ilmu sosial, etnosentrisme menilai budaya lain berdasarkan standar budaya sendiri, bukan standar budaya tertentu lainnya.
Kecenderungan etnosentrisme adalah melihat budaya yang kita miliki sebagai pusat alam semesta, yakni sebagai realitas sejati yang mempengaruhi semua komunikasi interkultural, termasuk hubungan antaretnik. Ini dapat dilihat dengan jelas dalam definisi etnosentrisme.
orter dan Samovar menyatakan sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme, yaitu kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai kriteria untuk segala penilaian. Makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka kepada kita;
makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Kita cenderung melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling baik, sebagai yang paling bermoral.
Pandangan ini menuntut kesetiaan kita yang pertama dan melahirkan kerangka rujukan yang menolak eksistensi kerangka rujukan yang lain. Pandangan ini adalah posisi mutlak yang menaikan posisi yang lain dari tempatnya yang layak bagi budaya yang lain.
Aspek aspek dalam etnosentrisno
• setiap masyarakat selalu memiliki sejumlah ciri kehidupan sosial yang dapat dihipotesiskan sebagai sindrom.
• Sindrom-sindrom etnosentrisme secara fungsional berhubungan dengan susunan dan keberadaan kelompok serta persaingan antarkelompok.
15
• Adanya generalisasi bahwa semua kelompok menunjukkan sindrom tersebut seperti kelompok intra yang aman dan pengremehan terhadap kelompok luar.
• Perbedaan fisik (biologis). perbedaan lingkungan (geografis), perbedaan kekayaan (status sosial), perbedaan kepercayaan. dan perbedaan norma sosial.
Faktor-Faktor Etnosentrisme
a. Sejarah, Secara sejarah etnosentrisme dapat dipicu Ketika individu memiliki kaitan erat dengan sejarah keluarga pada masa lalu mengenai suatu peristiwa perkembangan identitas, maka dirinya akan merasa memiliki kebudayaan tersebut. Berbagai identitas tersebut yakni berupa bahasa, kebiasaan, hingga peristiwa masa lalu yang berasal dari nenek moyang
b.Multikulturalisme Etnosentrisme ini akan terjadi ketika kondisi lingkungan sosial yang beragam dan berisik tentunya, terkadang timbul perasaan untuk membandngkan hingga terjadi konflik. Hal ini disebabkan oleh terjadi beberapa kebudayaan saling bertemu.
c. Situasi Politik Etnosentrisme akan muncul dari buah pikiran seseorang atau bersama kelompok unuk mencapai suatu kekuasaan yang dilegitimasi. Biasanya akan timbul sendiri perasaan fanatisme terhadap identitas yang melekat pada dirinya. Hal ini terjadi lantaran politik seringkali dianggap salah satu wadah yang tepat untuk melancarkan kepentingan pribadi dan kelompok.
d.Loyalitas Etnosentrisme akan timbul ketika budaya yang kuat membuat individu yang berada dalam kelompok memiliki rasa loyalitas dan lebih dalam dan lebih cenderung mengikuti norma dan mengembangkan hubungan dengan anggota terkait.
e. Jarak Sosial Jarak sosial merupakan aspek lain dari prasangka sosial yang menunjukan tingkat penerimaan seseorang terhadap orang lain dalam hubungan yang terjadi di antara mereka. Jarak sosial merupakan perasaan untuk memisahkan seseorang atau kelompok tertentu berdasarkan tingkat penerimaan tertentu.
f.Prasangka Sosial
Prasangka merupakan sikap yang negatif yang diarahkan kepada seseorang atas dasar perbandingan dengan kelompok sendiri. Sikap demikian bisa dikatakan sebagai sikap yang menghambat efektivitas komunikasi diantara komunikator dengan komunikan yang misalnya berbeda etniknya.
g.Stereotip
Stereotip adalah suatu keyakinan seseorang terhadap orang lain (karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman). Keyakinan itu membuat kita memperkirakan perbedaan antar kelompok yang mungkin terlalu tinggi ataupun terlalu rendah sebagai ciri khas seseorang maupun kelompoknya.
16 Jenis-Jenis Etnosentrisme
• Etnosentrisme fleksibel diartikan sebagai cara seseorang yang bisa belajar cara mengendalikan ego dan persepsi dengan tepat. Dalam menghadapi kenyataan dunia, di mana terdapat banyak suku dan golongan, upaya objektif masih dilakukan ketika memandang seseorang dari kelompok lain.
• Berlainan dengan fleksibel, etnosentrisme infleksibel dijelaskan sebagai wujud seseorang yang tidak bisa memahami orang dari kelompok lain yang latar belakang budayanya berbeda. Mereka dengan sikap tidak toleransi hanya menilai secara subjektif dan berdasarkan kebiasaan di kelompoknya.
Contoh Etnosentrisme:
Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam pergaulan, etnosentrisme masih sering terjadi, baik secara sadar ataupun tidak sadar. Misalnya seperti, melakukan bullying, mengejek atau menjauhi temannya yang berasal dari Indonesia bagian timur, semisal Papua, yang hanya karena kulit mereka yang hitam serta rambutnya yang ikal atau keriting.
Fenomena etnosentrisme juga terjadi di kota-kota besar, seperti Yogyakarta. Sebagai kota multikultur, banyak sekali pendatang dari penjuru nusantara dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, masing-masing membawa kepentingan dan nilai dari daerah masing-masing. Kekhawatiran yang kadang muncul adalah adanya sentimen primordial (perasaan kesukuan yang berlebihan) dan etnosentris.
Sebagai contoh, mahasiswa yang berasal dari Medan (suku Batak) akan selalu berkeras pada pendirian dan sikap yang menyebut dirinya orang yang tegas, berpendirian, dan kasar (kasar dalam arti tegas). Masyarakat Melayu dikatakan pemalu, religius, dan merasa lebih bisa diterima di manapun berada. Masyarakat Jawa, akibat pengaruh orde baru, menganggap dirinya paling maju dari daerah lain, sehingga ketika berhubungan dengan orang luar Jawa, maka stigma yang terbentuk adalah stigma negatif seperti malas, kasar, dan pemberontak.
Selain dalam kehidupan sehari-hari, sikap etnosentrisme juga berlaku dalam skala yang lebih besar pada kelompok tertentu. Pada suku Papua pedalaman yang mempunyai kebiasaan menggunakan “Koteka”. Jika hal tersebut dilihat dari sudut pandang masyarakat non-Papua pedalaman, menggunakan koteka mungkin dianggap sebagai hal yang memalukan. Namun bagi warga pedalaman Papua, menggunakan koteka dianggap sebuah kewajaran dan menjadi kebanggaan tersendiri.
Budaya Carok merupakan budaya yang berasal dari Madura, adalah perilaku membela harga diri dengan menyakiti orang yang terlibat. Carok dalam masyarakat Madura merupakan konsep yang sakral dan harus dijunjung tinggi oleh masyarakat Madura. Konflik yang terus terjadi antar suku Dayak dengan suku Madura yang sampai sekarang belum muncul titik terang.
Dampak Etnosentrisme :
17
Dalam masyarakat multikultural, etnosentrisme dapat menyebabkan kesalahpahaman terhadap kebudayaan masyarakat lain. Salah paham dapat terjadi khususnya terhadap hal-hal yang dianggap suci bagi suatu masyarakat. Perilaku menyimpang yang dapat timbul adalah kemarahan dan sterotipe terhadap kebudayaan masyarakat lain. Sebaliknya, etnosentrisme dapat memperkuat unsur kebudayaan suatu masyarakat. Adanya pandangan tentang perbedaan kebudayaan dapat mempererat persatuan masyarakat di kebudayaan lainnya.
Kesetiakawanan yang kuat akan tercipta tanpa kritik pada etnis atau kelompok bangsanya sendiri yang disertai prasangka terhadap kelompok bangsa yang lain.
Konflik yang timbul akibat etnosentrisme lebih diakibatkan adanya perbedaan paham dengan kebudayaan lain. Kecenderungan yang terjadi adalah menilai budaya dari bangsa lain dipandang lebih rendah dari budaya sendiri. Oleh dari itu, etnosentrisme berpeluang untuk menghambat keserasian interaksi dan komunikasi antar etnik.
1. Dampak Negatif Etnosentrisme
• Menyebabkan Konflik Horizontal, Membanggakan budaya sendiri dan melihat rendah budaya lain dapat memicu konflik sesama warga negara. Terlebih jika paham etnosentrisme tersebut tidak hanya melekat pada seorang individu saja.
• Menghambat Proses Asimilasi dan Integrasi Kebudayaan, Asimilasi kebudayaan merupakan proses sosial berbentuk interaksi secara langsung dan intensif dalam waktu lama dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, dari proses tersebut terbentuklah unsur kebudayaan campuran dari antarkelompok tersebut. Integrasi kebudayaan merupakan proses penyesuaian beberapa jenis kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu kesesuaian dan keharmonisan. Jika sikap etnosentrisme tumbuh, maka hal tersebut tentu saja tidak akan mungkin tercapai.
• Menurunkan Objektivitas Ilmu, Etnosentrisme dapat menurunkan perkembangan ilmu pengetahuan. Sebab, seorang individu tersebut akan lebih mengedepankan sisi subjektivitas dibandingkan dengan objektivitas dalam menilai sesuatu.
2. Dampak Positif Etnosentrisme
• Menumbuhkan Jiwa Patriotisme, Saat seorang individu berpaham etnosentrisme, secara otomatis dirinya akan memiliki jiwa yang kuat untuk membela identitasnya.
Hal ini secara umum disebut dengan istilah patriotisme.
• Meningkatkan Kecintaan terhadap Budaya Sendiri, Etnosentrisme dibutuhkan agar tercipta suatu rasa yang utuh saat mengenal hingga memiliki suatu kebudayaan.
Dengan sikap etnosentrisme, kebudayaan dapat dipertahankan, sebab kini rentan tergilas oleh proses globalisme serta modernisasi.
• Menjaga Keutuhan Multikulturalisme di Tanah Air, Dampak positif berikutnya adalah dapat menjaga multikulturalisme sebagai identitas suatu bangsa. Sebab, Indonesia tak lain berdiri dengan adanya falsafah berbeda, tetapi tetap satu jua.
18 Solusi Pencegahan Etnosentrisme
• Menghidupkan kembali kearifan lokal masyarakat.
• Menanamkan multikulturalisme.
• Menyaring kebudayaan yang masuk ke Indonesia sesuai dengan Pancasila.
• Menanamkan jiwa nasionalisme.
• Mengurangi fanatisme yang berlebihan.
• Bersikap toleransi.
• Menumbuhkan empat
Pengertian Etnosentrisme adalah suatu paham yang menganggap kelompoknya lebih baik daripada kelompok yang lain. Ada beberapa tingkatan dalam Etnosentrisme, diantaranya positif, negatif, dan sangat negatif. Dari ketiga tingkatan tersebut, tingkatan yang terburuk adalah tingkatan sangat negatif karena mengabaikan hal-hal positif dari kelompok lain dan mendewakan kelompoknya sebagai kelompok terbaik, seringkali menimbulkan konflik yang meluas dan bermasala
Pengertian dari Etnosentrisme ini merupakan salah satu hambatan dalam komunikasi lintas budaya, bahwa dengan bersikap etnosentrisme tidak dapat memandang perbedaan budaya itu sebagai keunikan dari masing-masing budaya yang patut dihargai. Dengan memandang budaya sendiri lebih unggul dan budaya lainnya yang asing sebagai budaya
“yang salah”, komunikasi lintas budaya yang efektif hanyalah angan-angan. Hal ini dikarenakan seseorang cenderung lebih membatasi komunikasi yang diakukan dan sebisa mungkin tidak terlibat dengan budaya asing yang berbeda atau bertentangan dengan budaya sendiri. Budaya dapat berwujud bahasa sebagai simbol dari sebuah suku atau etnis.
2.5 Budaya Tinggi dan Budaya Rendah
Hal mengelompokkan budaya sebagai konteks tinggi dan konteks rendah, tergantung dari dari arti apa yang datang dari ruang lingkupnya dibandingkan dengan arti dari perkataan yang diucapkan. Komunikasi konteks tinggi merupakan komunikasi di mana sebagian besar informasi diketahui orang tersebut, dan hanya sedikit yang dibagikan sebagai bagian dari pesan. Dengan kata lain, arti dari informasi yang dipertukarkan selama interaksi tidak harus dikomunikasikan dengan kata-kata. Dalam budaya konteks tinggi, komunikasi difokuskan lebih kepada bagaimana pesan tersebut disampaikan daripada apa yang dikatakan serta waspada terhadap isyarat nonverbal.
Dalam budaya konteks tinggi, komunikasi yang dilakukan cenderung kurang terbuka, mereka menganggap konflik berbahaya pada semua jenis komunikasi . Bagi masyarakat yang menganut budaya ini, konflik dipandang harus dihadapi dengan hati-hati. Beberapa negara yang tergolong menganut budaya ini adalah Amerika Indian, Amerika Latin, Jepang, China, Afrika-Amerika, Korea, termasuk Indonesia. Sedangkan komunikasi konteks rendah merupakan komunikasi yang mana jumlah informasi lebih besar dari yang disampaikan.
19
Atau, dalam komunikasi konteks rendah, pesan verbal mengandung banyak informasi dan hanya sedikit yang tertanam dalam konteks atau peserta.
Budaya konteks rendah ditandai dengan komunikasi konteks rendah: pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas dan berterus terang. Pada budaya konteks-rendah mereka mengatakan maksud (they say what they mean) dan memaksudkan apa yangmereka katakan (they mean what they way). Bila mereka mengatakan “ya”, itu berarti mereka benar- benar menerima atau setuju.
Contoh kalimat konteks-rendah adalah komunikasi (program) komputer. Setiap pesan harus dispesifikasikan dengan kode-kodetertentu kalau tidak, programnya tidak akan jalan.
Sifat dari komunikasi konteks-rendah adalah cepat dan mudah berubah karena itu tidak menyatukan kelompok.Sedangkan budaya konteks-tinggi ditandai dengan komunikasi konteks-tinggi kebanyakan pesan bersifat implisit tidak langsung dan tidak terus terang.
Pesan yangsebenarnya mungkin tersembunyi dalam perilaku nonverbal pembicara: intonasi suara,gerakan tangan, postur badan, ekspresi wajah, tatapan mata, atau bahkan konteks fisik(dandanan, penataan ruangan, benda-benda dan sebagainya). Pernyataan verbalnya bisa berbeda atau bertentangan dengan pesan nonverbal.
Contoh komunikasi konteks-tinggiadalah komunikasi orang kembar dengan menggunakan kalimat pendek-pendek ataukalimat singkat. Sifat komunikasi konteks-tinggi adalah tahan lama. Lamban berubahdan mengikat kelompok yang menggunakan.
Berdasarkan sifatnya ini orang-orangberbudaya konteks tinggi lebih menyadari proses penyarin gan budaya daripada orang-orang berbudaya konteks rendah.
20
BAB 3 PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Komunikasi merupakan aktifitas yang selalu dilakukan oleh manusia selama masih hidup dan berhubungan dengan manusia lainnya. Dalam proses komunikasi tersebut manusia sangat mendambakan komunikasi yang lancar dan efektif, agar tidak terjadi kesalahpahaman yang menjurus pada konflik. Dan pada hakekatnya seluruh keberhasilan proses komunikasi pada akhirnya tergantung pada efektifitas komunikasi. Yakni sejauh mana para partisipan nya memberi makna yang sama atas pesan yang dipertukarkan.
Pada gilirannya latar belakang budaya partisipan senantiasa berbeda walau sekecil apapun perbedaan itu akan sangat menentukan efektivitas itu. Oleh karenanya memahami makna budaya dan segala yang terakit dengan itu merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan demi tercapainya komunikasi yang efektif.
3.2 Saran
Cobalah untuk lebih terbuka dengan perbedaan yang ada seperti budaya, bahasa, kebiasaan, atau kondisi sosial dari suatu tempat. Perbanyak informasi dan jangan ragu untuk bertanya. Hal tersebut bertujuan agar dapat beradaptasi dengan baik dan proses komunikasi lintas budaya bisa berjalan dengan baik. Apabila informasi yang telah didapat cukup banyak maka bisa mengecilkan kemungkinan untuk terjadinya konflik lintas budaya yang cukup besar. Akan lebih baik jika mencari dan mempersiapkan diri dengan banyak informasi daripada tidak mempersiapkan diri sama sekali.