BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Sekolah
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2
Boja Kendal yang beralamat di Jalan Raya
Tampingan Kec. Boja, Kab. Kendal. Telp. (0294)
571255, Kode Pos 51381. SMP Negeri 2 Boja
berstatus sebagai Sekolah Negeri, status
akreditasi A pada Tahun 2007. N.S.S.
201032407052, Luas lahan/tanah 11450 m2.
Status tanah/sertifikat tanah milik sendiri.
SMP Negeri 2 Boja Kendal memiliki Visi: “LUHUR BUDI PEKERTI UNGGUL DALAM PRESTASI”, dengan indikator sebagai berikut : 1)
Terwujudnya prestasi akademik dan non
akademik, 2) Terwujudnya sarana prasarana yang
memadai yang mendukung pencapaian prestasi. 3)
Terwujudnya tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan yang kompeten dan profesional. 4)
Terwujudnya sistem penilaian yang akurat, 5)
Terwujudnya standar pengelolaan manajemen
yang handal, 6) Terwujudnya standar pembiayaan
yang memadai, 7) Terwujudnya lingkungan
sekolah yang kondusif, bersih, nyaman, indah,
rindang dan asri, 8) Terwujudnya budaya belajar
Adapun misi SMP Negeri 2 Boja Kendal
adalah 1) Mewujudkan pengembangan prestasi
akademik dan nonakademik, 2) Mewujudkan
pengembangan inovasi model pembelajaran, 3)
Melaksanakan pengembangan proses
pembelajaran, 4) Mewujudkan pengembangan
sarana prasarana pendidikan yang berbasis IT, 5)
Melaksanakan pengembangan tenaga pendidik dan
kependidikan yang kompeten dan profesional, 6)
Mewujudkan kelembagaan dan manajemen
sekolah yang handal, 7) Mewujudkan program
penggalian pembiayaan sekolah yang memadai, 8)
Mewujudkan sistem penilaian yang akurat dan
adil, 9) Mewujudkan lingkungan sekolah yang
kondusif, bersih, indah, nyaman, rindang dan asri,
10) Melaksanakan budaya sekolah untuk
membentuk kepribadian dan Karakter Building.
Tujuan yang hendak dicapai pada 4 tahun
mendatang oleh SMP Negeri 2 Boja Kendal adalah
1) Mampu meningkatkan skor (GSA) rata-rata
mata pelajaran dari 6.8 menjadi 7.6, 2) Menjuarai
berbagai lomba baik akademis maupun
nonakademis di tingkat kabupaten sampai dengan
propinsi, 3) Mampu mengembangkan sarana
prasarana yang memadai sehingga dapat
menunjang proses pembelajaran, 4) Mampu
professional, 5) Mampu memiliki tenaga
kependidikan yang mampu melayani secara
optimal, 6) Mampu mewujudkan system penilaian
yang cepat, tepat dan akurat, 7) Siswa memiliki
sikap perilaku yang baik dan menjalankan ibadah
sesuai dengan kaidah yang dianut, 8)
Mengembangkan proses pembelajaran yang
inovatif, kreatif dan akuntabel, 9) Mampu
menguasai keterampilan komputer, 10) Mampu
menciptakan lingkungan sekolah tertata nyaman
dan kondusif.
Jumlah tenaga pendidik beserta kualifikasi
pendidikan terdiri dari 4 guru berpendidikan S2,
41 guru berpendidikan S1, 2 orang berpendidikan
SLTA. Sehingga total tenaga kependidikan
sejumlah 47 orang. Adapun jumlah pegawai terdiri
dari 1 orang berpendidikan D2, 6 orang
berpendidikan SLTA, 3 orang berpendidikan SD.
Jumlah siswa masing-masing kelas VII terdiri dari
256 siswa, kelas VIII terdiri dari 246 siswa, kelas
IX terdiri dari 244 siswa.
Jenis kegiatan Pengembangan diri meliputi:
BK, Bola Voli (pa), MTQ/BTA (pa/pi), Pramuka,
Paduan Suara / Band, Paskibra, Seni Tari, PMR,
Adapun prestasi akademik yang telah
dicapai dalam 3 tahun terakhir sebagaimana tabel
berikut.
Tabel 4.1
Rata-Rata Nilai Ujian Nasional
No. Mata Pelajaran Rata-rata Nilai Ujian Nasional 2011/2012 2012/2013 2013/2014 1 Bahasa
Rata-Rata Nilai Ujian Sekolah
No. Mata Pelajaran Rata-rata Nilai Ujian Sekolah 2011/2012 2012/2013 2013/2014
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Kualitas Perencanaan Pembelajaran
Berdasarkan pengambilan data yang telah
dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 2 Boja
Kabupaten Kendal pada bulan November 2014,
terhadap 20 guru mata pelajaran yang mengajar
di kelas IX, setelah penulis olah dapat
disampaikan dalam tabel data sebagai berikut :
Tabel 4.3
Rekap Nilai Perencanaan Pembelajaran (IPKG 1)
No Nama Mapel Nilai Predikat
Data rekapitulasi penilaian perencanaan
tertinggi adalah 88,25 (A), terendah 73,58 (B),
dengan rata-rata adalah 79,86 (B)
Walaupun nilai perencanaan pembelajaran
yang dibuat oleh guru menunjukkan rata-rata
yang baik yaitu 79,86, namun perlu dilihat pula
hasil rekap nilai perencanaan pembelajaran per
komponennya, seperti tertulis dalam tabel berikut
ini
Tabel 4.4
Rekapitulasi Nilai Komponen Perencanaan
Pembelajaran Guru
No
Nama guru/ Kode
Mata pelajaran Komponen Perencanaan
Jum
Nilai Komponen (skala ratusan) = Nilai diperoleh : Nilai maksimal x100
89,53 80,98 71,5 76,3 1
76,6
1 394,9 78,98
Sumber : Data penelitian, diolah.
Keterangan: Lima Komponen perencanaan
Pembelajaran, 2) Pemilihan dan pengorganisasian
Materi Pembelajaran, 3) Pemilihan Sumber
Belajar/Media Pembelajaran, 4) Metode
Pembelajaran, dan 5) Penilaian hasil Belajar.
Menurut tabel di atas, nilai tertinggi
berdasarkan perhitungan dalam instrumen IPKG 1
adalah komponen 1 (satu) yaitu perumusan tujuan
pembelajaran dengan nilai 89,53, nilai terendah
adalah komponen 3 (tiga) yaitu pemilihan sumber
belajar/media pembelajaran dengan nilai 71,5
sedangkan komponen 2 (dua) yaitu pemilihan dan
pengorganisasian materi pembelajaran dengan
nilai 80,93, komponen 4 (empat) yaitu metode
pembelajaran dengan nilai 76,31 sedangkan
komponen 5 (lima) yaitu penilaian hasil belajar
nilainya adalah 76,61, dengan rata-rata nilai
komponen adalah 78,98.
Berdasarkan hasil penilaian perencanaan
pembelajaran setiap mata pelajaran, dapat
Tabel 4.5
Rekapitulasi Nilai Perencanaan Pembelajaran
Guru setiap Mata Pelajaran
N
o Mata pelajaran
Komponen Perencanaan Jum Lah = Nilai diperoleh : Nilai
maksimal x100
94,53 78,73 72,46 76,78 78,78 401,30 80,26
Sumber : Data penelitian, diolah.
Berdasarkan paparan data dalam tabel 4.5 di
atas tentang hasil penilaian perencanan
pembelajaran yang terdiri dari 5 (lima) komponen
dalam perencanaan yang disusun guru, diperoleh
data bahwa nilai untuk komponen 1 (satu) yaitu
perumusan tujuan pembelajaran adalah 94,53,
nilai komponen 2 (dua) yaitu pemilihan dan
78,73, nilai komponen 3 (tiga) yaitu pemilihan
sumber belajar/media pembelajaran adalah 72,46,
nilai komponen 4 (empat) yaitu metode
pembelajaran adalah 76,78, dan nilai komponen 5
(lima) yaitu penilaian hasil belajar adalah 78, 78.
Nilai tertinggi adalah komponen 1 (satu)
yaitu 94,53 (A), terendah adalah komponen 3 (tiga)
yaitu 72,46 (B), dengan rata–rata nilai komponen
adalah 80,26 dengan predikat Baik (B). Rendahnya
nilai komponen pemilihan sumber belajar/media
pembelajaran disebabkan banyak faktor antara
lain keterbatasan sumber belajar/media
pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah,
keterbatasan kemampuan guru dalam
menggunakan media pembelajaran yang ada di
sekolah.
Sebagaimana dikemukakan oleh kepala
sekolah sebagai berikut:
Memang benar, masih ada sebagian guru yang belum mampu menyusun RPP yang memenuhi syarat PAKEM dengan memilih sumber belajar/media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Hal lain yang menjadi penyebab adalah kompetensi guru dalam menyusun RPP PAKEM masih perlu ditingkatkan (hasil wawancara, 4 Des 2014)
Hal senada ditegaskan juga oleh Sri Winda
selaku pengampu mata pelajaran IPA sebagai
...terus terang saya masih mengalami kesulitan untuk menggunakan media pembelajaran yang sesuai materi, disamping masih terbatasnya jumlah alat/media yang dimiliki sekolah....
Berdasarkan perolehan nilai setiap
komponen perencanaan ternyata rata-rata nilainya
hanya 80,26 dan belum menunjukkan rata-rata
nilai yang Amat Baik, hal ini menunjukkan bahwa
pada setiap komponen perencanaan guru masih
perlu ditingkatkan kompetensinya. Disisi lain
penyebab belum maksimalnya nilai setiap
komponen perencanaan oleh guru karena sebagian
guru masih mengcopy paste RPP yang di buat oleh
MGMP atau sumber lain yang belum disesuaikan
dengan kondisi sekolah.
Sebagaimana dikemukakan oleh kepala
sekolah sebagai berikut :
Akan tetapi berdasarkan kondisi yang ada, ternyata masih ada sebagian guru yang belum mampu menyusun RPP secara mandiri, mereka masih menggunakan RPP yang di kembangkan oleh MGMP (mengcopy paste), yang terkadang belum tentu cocok dengan kondisi riil di sekolah. (hasil wawancara Kepala Sekolah, 4 Des 2014)
4.2.2 Kualitas Pelaksanaan Pembelajaran
4.2.2.1 Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan pengambilan data yang telah
Kabupaten Kendal pada bulan November 2014,
terhadap 20 guru mata pelajaran yang mengajar
kelas 9, setelah penulis olah dapat disampaikan
dalam tabel data sebagai berikut :
Tabel 4.6
Rekap Nilai Pelaksanaan Pembelajaran (IPKG 2)
Data rekapitulasi penilaian pelaksanaan
pembelajaran di atas menunjukkan bahwa nilai
tertinggi adalah 85,00 (B), terendah 77,84 (B),
dengan rata-rata adalah 80,89 (B)
Walaupun nilai pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru menunjukkan rata-rata
yang baik yaitu 77,84, namun perlu dilihat pula
hasil rekap nilai pelaksanaan pembelajaran per
komponennya, seperti tertulis dalam tabel berikut
Tabel 4.7
Rekapitulasi Nilai Komponen Pelaksanaan
Pembelajaran Guru
Sumber : Data penelitian, diolah.
Keterangan : komponen 1 adalah membuka
pelajaran, komponen 2 adalah penguasaan materi,
komponen 4 adalah pemanfaatan sumber
belajar/media pembelajaran, komponen 5 adalah
peran aktif siswa, komponen 6 adalah penggunaan
bahasa, komponen 7 adalah penilaian proses dan
hasil belajar, serta komponen 8 adalah menutup
pelajaran
Menurut tabel 4.7 di atas, nilai tertinggi
adalah komponen 6 (enam) yaitu penggunaan
bahasa dengan nilai 92,02 (A) nilai terendah
adalah komponen 4 (empat) yaitu pemilihan
sumber belajar/media pembelajaran dengan nilai
69,81 (C) dengan rata-rata nilai komponenya
adalah 78,97 (B). Dua komponen dengan nilai
terendah adalah komponen 4 (empat) yaitu
pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran
dengan nilai 69,81 dan komponen 7 (tujuh) yaitu
penilaian proses dan hasil belajar dengan nilai
70,41.
Berdasarkan hasil penilaian pelaksanaan
pembelajaran setiap mata pembelajaran, dapat
Tabel 4.8
Rekapitulasi Nilai Pelaksanaan Pembelajaran
Guru setiap Mata Pelajaran
No Mata
Sumber : Data penelitian, diolah.
Berdasarkan paparan data dalam table 4.8 di
atas tentang hasil penilaian pelaksanaan
pembelajaran yang terdiri dari 8 (delapan)
komponen yang dilakukan guru, diperoleh data
sebagai berikut: nilai untuk komponen 1 (satu)
yaitu membuka pelajaran adalah 87,5 (A), nilai
79,25 (B), nilai komponen 3 (tiga) yaitu pendekatan
dan strategi adalah 75,74 (B), nilai komponen 4
(empat) yaitu pemanfaatan sumber belajar/media
pembelajaran adalah 72,01 (B), dan nilai
komponen 5 (lima) yaitu peran aktif siswa adalah
75,88 (B), nilai komponen 6 (enam) yaitu
penggunaan bahasa adalah 93,84 (A), nilai
komponen 7 (tujuh) yaitu penilaian proses dan
hasil belajar adalah 69,86 (C) serta nilai komponen
8 (delapan) yaitu menutup pelajaran adalah 80,28
(B)
Nilai tertinggi adalah komponen 6 (enam)
yaitu 93,84 (A), terendah adalah komponen 7
(tujuh) yaitu 69,86 (C), dengan rata–rata nilai
komponen adalah 79,29 dengan predikat Baik (B)
Rendahnya nilai komponen 4 (empat) yaitu
pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran
disebabkan antara lain keterbatasan sarana dan
prasarana khususnya sumber belajar/media
pembelajaran yang dimiliki sekolah, dan masih
perlu ditingkatkannya kemampuan guru dalam
menggunakan media pembelajaran yang ada.
Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh
Endang Sulistyani,S.Pd sebagai waka sarpras
sebagai berikut:
yang ada sehingga terkadang antar guru berebut duluan untuk menggunakan media /alat peraga yang sama. Faktor lain adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih belum mampu menggunakan media/alat peraga yang sudah dimiliki oleh sekolah. Faktor ketiga adalah rendahnya semangat belajar, dan terbatasnya jumlah LCD menjadi faktor keempat (wawancara tanggal 10 Desember 2014)
Pernyataan tersebut ditegaskan oleh
Sugiyanta,S.Pd sebagai pengampu mata pelajaran
IPA Terpadu sebagai berikut:
Iya benar, masih ada keterbatasan media pembelajaran, sehingga harus bergilir gantian dalam menggunakan media seperti LCD. Demikian juga untuk SDM, memang masih ada sebagian guru yang enggan menggunakan LCD, sehingga bisa menghambat daya imajinasi siswa. (wawancara tanggal 15 Desember 2014)
Demikian halnya dengan rendahnya nilai
komponen 7 (tujuh) yaitu penilaian proses dan
hasil belajar siswa disebabkan antara lain : guru
tidak/belum melaksanakan penilaian proses dan
hasil belajar sesuai dengan yang direncanakan.
Sebagian guru masih ada yang berpendapat yang
terpenting sudah menyusun perencanaan, tetapi
dalam pelaksanaannnya terkadang tidak sesuai
yang direncanakan, (hanya untuk memenuhi
Hal ini senada dengan hasil wawancara
peneliti dengan kepala sekolah yang menyatakan
sebagai berikut :
Ya, pada sebagian guru, kriteria penilaian dan alat evaluasi yang disusun sudah mengukur keberhasilan pembelajaran, akan tetapi masih ada sebagian guru yang lain yang belum menyusun dan melaksanakan penilaian proses pada saat pembelajaran berlangsung. Bahkan ada sebagian guru juga yang belum melaksanakan penilaian sesuai dengan yang direncanaan dalam RPP. (wawancara Kepala Sekolah, 4 Des 2014)
Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Sujiyah,
S.Pd selaku pengampu mapel Bahasa Inggris yang
mengatakan sebagai berikut:
Ya, pada prinsipnya saya tetap
mengagendakan penilaian saat proses pembelajaran. Namun, saya juga terkadang tidak memberikan penilaian saat proses pembelajaran karena keterbatasan waktu (wawancara guru, 15 Des 2014)
4.2.2.2 Kendala Pelaksanaan Pembelajaran
Berdasarkan catatan pembinaan yang
diberikan oleh supervisor (baik kepala sekolah
maupun pengawas sekolah) selama observasi
kelas dan berdasarkan hasil wawancara
dengan responden yaitu kepala sekolah, guru
maupun siswa, diperoleh beberapa kendala
dalam pelaksanaan pembelajaran PAKEM,
a.Dalam kegiatan pendahuluan yaitu
membuka pembelajaran belum seluruh
guru melakukannya sesuai dengan yang
direncanakan di RPP dengan alasan
keterbatasan waktu.
b.Pada kegiatan inti, tentang
langkah-langkah pembelajaran PAKEM, belum
semua guru melaksanakan sesuai dengan
RPP yang telah disusun, guru beralasan
karena kondisi siswa yang belum siap, guru
yang belum mampu menerapkan strategi
pembelajaran PAKEM dan fasilitas
sekolah/sarana dan prasarana.
c. Penggunaan media pembelajaran/alat
peraga pendidikan oleh guru masih kurang
sehingga situasi pembelajaran belum
menarik bagi siswa.
d.Penyediaan Fasilitas sarana dan prasarana
yang menunjang pembelajaran PAKEM oleh
sekolah dirasakan masih kurang.
e. Kemampuan guru dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran PAKEM masih
perlu ditingkatkan.
f. Sarana dan prasarana, Sumber Daya
Manusia (SDM), rendahnya semangat
g. Siswa tidak maksimal dalam berpikir, tidak
siap menerima pelajaran, suasana kelas
gaduh sehingga KBM tidak efektif .
h.Guru sudah menggunakan media tetapi
pembelajaran membosankan karena terlalu
monoton.
i. Mindset guru tentang PAKEM yang belum
merata, dari segi improvisasi guru belum
maksimal, jarang sekali guru mempunyai
kemauan untuk mengadakan inovasi.
Kendala-kendala dalam pembelajaran
PAKEM di SMPN 2 Boja tersebut ditegaskan oleh
kepala sekolah dan beberapa guru. Sebagaimana
dikemukakan oleh Sri Winda selaku pengampu
mapel IPA sebagai berikut.
Iya, pada tahap kegiatan pendahuluan yaitu membuka pembela jaran belum seluruh guru
melakukannya sesuai dengan yang
direncanakan di RPP dengan alasan keterbatasan waktu. (hasil wawancara guru, 15 Des 2014)
Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Ida
Rosida, S. Pd. selaku waka kurikulum sebagai
berikut.
Sesuai dengan prosedur, pada tahap kegiatan
pendahuluan para guru membuka
pembelajaran, namun belum seluruh guru
melakukannya sesuai dengan yang
berkualitas. (hasil wawancara guru, 15 Des 2014)
4.2.3 Kualitas Evaluasi Pembelajaran
4.2.3.1 Kualitas Butir Soal
Kualitas butir soal dalam mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran sangatlah
penting bagi guru. Berdasarkan hasil penilaian
perencanaan pembelajaran khususnya
komponen 5 (lima) yaitu penilaian hasil belajar
ternyata nilainya masih rendah yaitu 76,61.
Setelah dilihat secara menyeluruh tentang
instrumen penilaian yang disusun oleh guru
dalam RPP, ternyata belum semua guru
menyusun instrumen penilaian secara lengkap.
Butir soal yang disusun guru dalam RPP
masih bersifat sampel saja, sehingga tidak bisa
diketahui apakah semua indikator penguasaan
materi oleh siswa sudah semuanya diukur
melalui butir soal yang disusun oleh guru.
Berdasarkan kaidah penulisan butir soal,
masih ditemukan adanya soal yang belum
memenuhi kaidah, sehingga kualitas butir soal
4.2.3.2 Kualitas Hasil Belajar
Berdasarkan hasil obsevasi, penilaian
yang dilakukan oleh guru setelah
melaksanakan pembelajaran dimasukkan
dalam daftar nilai ulangan harian ke- 2 pada
kelas IXC diperoleh data nilai seperti dalam
Tabel 4.9
Rekap Nilai Ulangan Harian Kedua Kelas IX C
Nomor Nilai per Mata Pelajaran
Juml
Sumber : Data penelitian, diolah.
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, rekap nilai
(KKM) yang sudah ditetapkan oleh sekolah,
menunjukkan bahwa dari 12 mata pelajaran
yang diajarkan, 8 diantaranya menunjukkan
bahwa seluruh siswa telah mencapai nilai
KKM. Sedangkan 4 mata pelajaran yang lain
yaitu PKn, Bahasa Inggris, Matematika, IPS,
menunjukkan hanya ada beberapa siswa yang
belum mencapai KKM.
Berdasarkan data di atas, bisa dikatakan
bahwa secara umum kualitas hasil belajar
pada ulangan harian adalah baik.
Sebagaimana dikemukakan oleh
Sugiyanta, S.Pd selaku pengampu mapel IPA
Terpadu sebagai berikut:
Saya cukup bangga karena siswa-siswa mampu mencapai nilai di atas standar minimal KKM yang telah saya tetapkan 70. Meskipun 100% siswa tuntas, namun saya tetap memacu siswa agar selalu mempertahankan pestasinya. (hasil wawancara, 15 Des 2014).
Pernyataan tersebut juga dikemukakan
oleh Nanik Sulistyawati, S.Pd selaku pengampu
mapel IPS sebagai berikut.
4.2.3.3 Kualitas Waktu dalam Perencanaan
Perencanaan pembelajaran harus disusun
oleh guru sebelum melakukan pembelajaran,
bahkan seharusnya sudah diperiksa oleh
kepala sekolah. Yang dilakukan di SMP Negeri
2 Boja, perencanaan pembelajaran disusun
oleh guru pada masa liburan semester sebelum
tahun pelajaran dimulai, dan dilakukan secara
bersama-sama melalui kegiatan IHT yang
difasilitasi oleh sekolah.
Dengan demikian dilihat dari aspek
kualitas waktu dalam menyusun perencanaan
bagi guru adalah sangat cukup.
Sebagaimana dikemukakan oleh Ida
Rosida, S.Pd selaku Waka Kurikulum sebagai
berikut:
Ya, saya rasa untuk waktu perencanaan pembelajaran bagi para guru sudah cukup. Hal ini karena adanya waktu-waktu libur yang bisa dimanfaatkan oleh
para guru dalam perencanaan
pembelajaran (hasil wawancara, 15 Des 2014).
4.2.3.4 Kriteria Ketuntasan Minimal
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah
kriteria minimal yang ditetapkan oleh sekolah
di awal tahun pelajaran, dan harus
disosialisasikan kepada stakeholder sekolah
tentukan oleh guru melalui analisis dengan
memperhatikan aspek intaks siswa,
kompleksitas mata pelajaran dan daya dukung.
Berdasarkan data di SMP Negeri 2 Boja
pada tahun pelajaran 2014/2015 tentang
KKM, diperoleh data KKM sekolah
sebagaimana dalam tabel berikut :
Tabel 4.10
Kriteria Ketuntasan Minimal
menunjukkan bahwa kualitas KKM di SMP 2
Boja mayoritas masih di bawah KKM Nasional
yaitu 75.
Sebagaimana dikemukakan oleh
Haryanto,S.Pd selaku pengampu mapel Bahasa
Indonesia sebagai berikut:
Ya, saya menentukan KKM untuk kelas VII, VIII dan IX dengan KKM yang sama yaitu 73. Nilai KKM 73 ini sudah saya pertimbangkan agar tidak memberatkan dan tidak terlalu ringan bagi siswa (hasil wawancara, 15 Des 2014).
Pernyataan tersebut dikemukakan oleh
Ida Rosida, S.Pd, selaku waka kurikulum
sebagai berikut:
Ya, benar. Selaku waka kurikulum, saya menghimbau pada rekan guru untuk bisa memperhatikan penentuan nilai KKM, agar KKM tidak terlalu rendah maupun tinggi sehingga memberatkan siswa, selain itu jg harus mempetimbangkan intake siswa, kompleksitas materi dan daya dukung yang tersedia. (hasil wawancara, 15 Des 2014).
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pembahasan Hasil Perencanaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil penilaian perencanaan
pembelajaran yang telah dipaparkan di atas, bisa
dikatakan bahwa perencanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru-guru SMP Negeri 2
Boja pada dasarnya telah mengacu model RPP
disusun oleh guru-guru SMP Negeri 2 Boja
dilihat dari sisi sistematikanya sudah mencakup
komponen RPP yang benar yaitu meliputi:
Identitas sekolah, Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, Indikator pencapaian hasil
belajar, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, pendekatan dan metode
pembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran
(pendahuluan, inti dan penutup), alat dan
sumber belajar serta penilaian pembelajaran. Hal
ini telah sesuai dengan komponen RPP PAKEM
yang dikemukakan oleh Uzer Usman (2008) yang
menyebutkan secara teknis rencana
pembelajaran minimal mencakup
komponen-komponen berikut: (1) Standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil
belajar, (2) Tujuan pembelajaran. (3) Materi
pembelajaran. (4) Pendekatan dan metode
pembelajaran. (5) Langkah-langkah kegiatan
pembelajaran. (6) Alat dan sumber belajar. (7)
Evaluasi pembelajaran.
Lebih lanjut Uzer Usman (2008)
menegaskan bahwa bagi guru, RPP berfungsi
sebagai acuan untuk melaksanakan proses
pembelajaran di kelas agar lebih efektif dan
diharapkan bisa menerapkan pembelajaran
secara terprogram.
Namun demikian secara kualitas nilai
semua komponen masih menunjukkan nilai yang
belum mencapai Amat Baik. Hal ini dibuktikan
dengan hasil penilaian perencanaan
pembelajaran yang telah mencapai nilai rata-rata
78,98 dengan predikat Baik. Walaupun hasil
perencanaan pembelajaran secara umum nilainya
sudah baik, setelah dicermati lebih lanjut nilai
RPP per komponen, ternyata masih ada
komponen yang sangat penting dalam sebuah
perencanaan, yang nilainya masih rendah yaitu
pada komponen 3 (tiga) tentang pemilihan
sumber belajar/media pembelajaran yang
nilainya hanya 71.5 dan masuk dalam kategori B.
Hal ini perlu pendapatkan perhatian baik dari
guru maupun kepala sekolah, agar guru
meningkatkan kompetensinya dalam pemilihan
dan pemanfaatan sumber/media pembelajaran.
Rendahnya kemampuan guru dalam
memilih dan menggunakan sumber
pembelajaran/media pembelajaran disebabkan
karena sebagian guru belum memiliki kompetensi
yang baik dalam memilih dan menggunakan
sumber pembelajaran/media pembelajaran.
sarana prasarana/media pembelajaran yang ada
di sekolah.
Secara umum kualitas perencanaan
pembelajaran yang disusun oleh guru-guru SMP
Negeri 2 Boja sudah baik, karena setelah
dilakukan penilaian sudah memenuhi
unsur-unsur pokok yang seharusnya ada dalam RPP,
demikian juga halnya dengan rumusan
tujuannya sudah benar sesuai dengan
kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.
Kategori nilai Baik yang diperoleh dalam
perencanaan pembelajaran yang disusun oleh
guru disebabkan karena sebagian besar guru
aktif dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) sekolah yang diadakan setiap
2 (dua) minggu sekali maupun MGMP Kabupaten
yang diadakan setiap bulan sekali pada minggu
keempat. Selain itu, kemampuan guru dalam
menyusun RPP juga dipengaruhi dengan adanya
fungsi kepala sekolah sebagai supervisor yang
telah menjalankan tugasnya dengan baik yaitu
dengan memeriksa RPP guru sebelum digunakan
dalam pembelajaran. Kualitas kemampuan guru
dalam menyusun RPP juga dipicu oleh adanya
kegiatan rutin kompetisi guru berprestasi tingkat
4.3.2 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru-guru di SMP Negeri 2 Boja pada
dasarnya sudah sesuai dengan model PAKEM,
hal ini ditunjukkan dengan adanya sebagian
besar guru dalam pelaksanaan pembelajarannya
sudah memenuhi kriteria aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan, namun demikian kompetensi
guru tetap masih sangat perlu ditingkatkan terus
agar kualitas pembelajaran semakin baik
sehingga hasilnya pun juga akan semakin baik.
Kompetensi guru dalam membuka
pelajaran secara umum sudah baik, namun
masih dijumpai beberapa guru dalam kegiatan
membuka pelajaran ini banyak menghabiskan
waktu sehingga tidak sesuai dengan yang
direncanakannya.
Pada kegiatan inti, sebagian guru telah
melaksanakan dengan baik, akan tetapi pada
komponen pemanfaatan sumber belajar/media
pembelajaran dan komponen penilaian proses
dan hasil belajar, masih diperoleh nilai yang
rendah yaitu 69,81 (C) dan 70,41 (C). Hal ini
terjadi karena kompetensi guru dalam
pemanfaatan sumber belajar/media
pembelajaran masih sangat kurang. Banyak
komputer / LCD sebagai media. Dengan
demikian untuk menyikapi hal tersebut, dalam
kegiatan inti ini guru dituntut untuk lebih kreatif
memanfaatkan lingkungan yang ada sebagai
media pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
tidak harus di dalam kelas tetapi bisa juga
dilakukan di luar kelas dengan memanfaatkan
lingkungan yang ada. Hal ini perlu mendapatkan
perhatian yang serius dari guru maupun sekolah
agar kompetensi dan kreativitas guru lebih
ditingkatkan, agar siswa gembira dalam
mengikuti pelajaran sehingga mereka akan
mencintai ilmu yang dipelajarinya. Dengan
suasana yang gembira dan mencintai ilmu yang
dipelajarinya tentu siswa akan lebih mudah
menyerap materi pelajaran sehingga tujuan yang
direncanakan bisa tercapai.
Demikian halnya dengan kegiatan penutup,
terkadang guru lupa tidak memberikan refleksi
dan penugasan. Hal ini didasari alasan bahwa
waktunya sudah habis. Kegiatan refleksi sangat
penting untuk mengetahui seberapa besar materi
yang sudah diserap dan dipahami oleh siswa,
oleh karena itu guru harus lebih disiplin dalam
pemanfaatan waktu, agar semua kegiatan bisa
Berdasarkan hasil penilaian pelaksanaan
pembelajaran di atas, ternyata faktor kedisiplinan
guru dalam menggunakan waktu berdasarkan
perencanaan yang telah disusun perlu
mendapatkan perhatian yang serius. Hal ini tidak
senada dengan pendapat Carol (1968) dalam Uno
(2013 : 190) yang mengatakan bahwa apabila
siswa diberi kesempatan menggunakan waktu
yang dibutuhkan untuk belajar dan ia
menggunakan sebaik-baiknya, maka ia akan
mencapai hasil yang diharapkan. Dengan
demikian setiap siswa yang memiliki kecakapan
normal, apabila diberi waktu yang cukup untuk
belajar mereka akan mampu menyelesaikan
tugas-tugas belajarnya selama kondisi belajarnya
memungkinkan. Sehingga sudah saharusnya
guru merancang dan memberikan waktu yang
cukup bagi siswa selama melaksanakan
pembelajaran, bukan banyak digunakan untuk
hal-hal yang di luar proses pembelajaran.
Secara kuantitatif berdasarkan hasil
penilaian pelaksanaan pembelajaran yang
dipaparkan di atas, diperoleh data bahwa pada
dasarnya semua guru memperoleh nilai rata-rata
80.89 dengan predikat Baik. Namun demikian
setelah dilihat nilai per komponen pelaksanan
komponen 1 adalah membuka pelajaran,
komponen 2 adalah penguasaan materi,
komponen 3 adalah pendekatan dan strategi,
komponen 4 adalah pemanfaatan sumber
belajar/media pembelajaran, komponen 5 adalah
peran aktif siswa, komponen 6 adalah
penggunaan bahasa, komponen 7 adalah
penilaian proses dan hasil belajar, serta
komponen 8 adalah menutup pelajaran. Ternyata
di peroleh data bahwa nilai komponen 1
(membuka pelajaran) nilainya adalah 88,75 (A),
komponen 2 (penguasaan materi)nilainya adalah
79,82 (B), komponen 3 (pendekatan dan strategi)
nilainya adalah 76,49 (B), komponen 4
(pemanfaatan sumber belajar/media
pembelajaran) nilainya adalah 69,81 (C),
komponen 5 (peran aktif siswa) nilainya adalah
74.77 (B), komponen 6 (penggunaan bahasa)
nilainya adalah 92,02 (A), komponen 7 (penilaian
proses dan hasil belajar) nilainya adalah 70,41
(C), serta komponen 8 (menutup pelajaran)
nilainya adalah 79,68 (B).
Nilai rata-rata pelaksanaan pembelajaran
semua guru di SMP Negeri 2 Boja sudah Baik,
karena secara umum dilihat dari sisi kualifikasi
dan kompetensi guru memang sudah baik. Hal
kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolah secara rutin tiap 2 kali dalam 1 semester.
Selain supervisi oleh kepala sekolah, guru juga
mampu menciptakan interaksi dengan siswa yang
baik sehingga pembelajaran lebih kondusif. Hal
ini sebagaimana ditegaskan oleh Rustaman (2001),
bahwa dalam proses pembelajaran terdapat
kegiatan interaksi antara guru-siswa dan
komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar.
Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa
merupakan dua komponen yang tidak bisa
dipisahkan, yang harus terjalin interaksi yang
saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat
tercapai secara optimal.
Sedangkan untuk nilai per komponen,
khususnya pada kegiatan inti pelajaran, setelah
dicermati ada dua komponen yang nilainya
masih dalam kategori Cukup, yaitu komponen 4
(empat) yaitu pemanfaatan sumber belajar dan
media pembelajaran dan komponen 7 (tujuh)
yaitu penilaian proses dan hasil belajar.
Mengingat pentingnya kedua komponen tersebut,
maka guru maupun kepala sekolah agar
memberikan perhatian. Rendahnya nilai kedua
komponen ini disebabkan masih terbatasnya
belajar dan media pembelajaran, juga disebabkan
masih terbatasnya media/alat pembelajaran yang
disediakan oleh sekolah.
Pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran
PAKEM di SMP 2 Boja sudah berjalan dengan
baik sesuai dengan hasil penelitiannya Blimpo
dan Evans (2001) yang mengatakan bahwa proses
pembelajaran menjadi lebih bernilai dengan hasil
optimal jika dikelola secara efektif dan efisien
dengan menerapkan model PAKEM, namun
masih perlu pembenahan dan peningkatan.
Disisi lain sebagai pembanding, menurut
hasil penelitian yang dilakukan oleh M.Kafit
(2009) tentang Efektifitas Penggunaan Media
Pembelajaran Komputer Untuk Meningkatkan
hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Kelas VIII MTs
NU Hasyim Asyari Honggowongso Jekulo Kudus,
menyatakan bahwa: Penggunaan media
pembelajaran komputer mampu meningkatkan
prestasi belajar IPA, karena dengan
menggunakan media tersebut siswa lebih tertarik
dan lebih termotivasi. Dengan demikian
kompetensi guru SMP Negeri 2 Boja khususnya
dalam pemanfaatan sumber belajar/media
pembelajaran sangat perlu ditingkatkan agar
hasil/prestasi belajar siswa pun juga semakin
meningkat.
Merujuk hasil penelitian Ratam (2006)
tentang Pengaruh Pola Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dan
Motivasi Belajar terhadap Ketuntasan Belajar IPS
Materi Sejarah Siswa Sekolah Dasar Di
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga,
mengatakan bahwa ketuntasan hasil belajar
siswa dengan Pola PAKEM lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ketuntasan belajar siswa
dengan mengunakan pola konvensinal/ceramah.
Dengan demikian, sekalipun di SMP Negeri
2 Boja sudah mengimplementasikan MBS dan
PAKEM, namun, dengan pencapaian prestasi
belajar siswa yang belum memenuhi harapan,
maka kompetensi guru dalam menerapkan
PAKEM masih sangat perlu ditingkatkan, dan
sekolah perlu memberikan dukungan dengan
memberikan fasilitas yang cukup bagi guru
untuk melaksanakan PAKEM.
4.3.3 Pembahasan Hasil Evaluasi Pembelajaran
Berdasarkan pendapat Uno (2013: 96)
tentang bagaimana menilai siswa dalam strategi
pembelajaran aktif (PAKEM), dikatakan bahwa
apapun caranya, sebenarnya sistem penilaian
dirancang untuk meningkatkan, bukan
mengaudit siswa, prestasi siswa memungkinkan
siswa untuk menunjukkan pembelajaran mereka
dengan cara-cara yang merefleksikan konteks,
yang suatu saat akan mereka temui di
kehidupan nyata mereka (penilaian otentik).
Menurut Asmani (2013: 105) salah satu kriteria
penilaian yang sesuai dengan konsep PAKEM
yaitu penilaian yang sesuai dengan pembelajaran
model PAKEM yaitu penilaian otentik yang
merupakan proses pengumpulan informasi oleh
guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran peserta didik melalui berbagai
teknik yang mampu mengungkapkan,
membuktikan atau menunjukkan secara tepat
bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar
dikuasai dan dicapai. Bentuk penilaian tes dapat
dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan.
Sementara itu, bentuk penilaian non-tes
dilakukan dengan menggunakan skala sikap,
ceklis, kuesioner, studi kasus, dan portofolio.
Mengacu pada hasil observasi pelaksanaan
pembelajaran yang salah satu komponennya
adalah penilaian proses dan hasil pembelajaran,
ternyata yang dilaksanakan oleh guru SMP Negeri
2 Boja belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini
karateristik evaluasi yang seharusnya dilakukan
dalam model PAKEM yang meliputi pretest,
penilaian proses dan postest maupun bentuk
penilaian lainya seperti portopilio, penugasan
terstruktur maupun kegiatan mandiri
terstruktur. Perencanaan evaluasi pembelajaran
yang telah dilaksanakan yang meliputi kualitas
butir soal, kualitas hasil belajar, kualitas waktu
dalam perencanaan dan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) diperoleh hasil bahwa kualitas
butir soal ternyata belum semua guru menyusun
instrumen penilaian secara lengkap dalam RPP.
Butir soal yang disusun guru dalam RPP
ternyata masih bersifat sampel saja, dan atau
bahkan mengambil soal yang sudah jadi,
sehingga tidak bisa diketahui apakah semua
indikator penguasaan materi oleh siswa sudah
semuanya diukur melalui butir soal yang disusun
oleh guru. Berdasarkan kaidah penulisan butir
soal, masih ditemukan adanya soal yang belum
memenuhi kaidah, sehingga kualitas butir soal
masih perlu ditingkatkan validitas dan
reliabilitasnya.
Namun demikian kualitas hasil belajar,
secara umum sebenarnya sudah baik, hal ini
dibuktikan dengan 8 mata pelajaran
sedangkan 4 mata pelajaran yang lain yaitu
mata pelajaran PKn, Bahasa Inggris, Matematika
dan IPS hanya menunjukkan beberapa anak
yang belum mencapai batas tuntas.
Berdasarkan waktu yang ada bagi guru
untuk menyusun perangkat pembelajaran, pada
dasarnya sangat cukup, karena dilaksanakan
pada saat liburan semester, sebelum masuk
tahun palajaran baru dengan diberikan fasilitasi
dari pihak sekolah.
Kualitas KKM di SMP 2 Boja perlu adanya
peningkatan menuju KKM Nasional yaitu 75, hal
ini terlihat dari dari data KKM sekolah hanya
dua mata pelajaran yang KKM nya 75, yaitu mata
pelajaran IPS dan Ketrampilan, sedangkan mata
pelajaran yang lain KKM nya masih di bawah 75.
Pentingnya mengevaluasi pembelajaran
karena guru akan mengetahui tingkat
keberhasilan maupun bagian-bagian yang perlu
diperbaiki. Hal ini sebagaimana dikemukakan
oleh Uno (2008: 95), bahwa Evaluasi akhir atau
post test berfungsi untuk memperoleh gambaran
tentang kemampuan yang dicapai siswa pada
akhir pengajaran. Jika hasil evaluasi akhir kita
bandingkan dengan evaluasi awal, maka dapat
diketahui seberapa jauh efek atau pengaruh dari
sekaligus dapat pula diketahui bagian-bagian
mana dari bahan pengajaran yang masih belum