• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Berbagai Jenis Fungi untuk Meningkatkan Pertumbuhan Rhizophora apiculata di Desa Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pemanfaatan Berbagai Jenis Fungi untuk Meningkatkan Pertumbuhan Rhizophora apiculata di Desa Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

16

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Mangrove dan Manfaatnya

Mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis atau areal sub-tropis

beserta seluruh organisme yang didominasi oleh beberapa pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang di daerah pasang surut pantai berlumpur. Mangrove juga tumbuh subur di sepanjang delta, eustaria, dan costal lagoon

(danau pinggir laut) yang dilindungi oleh batu karang, tumpukan pasir atau struktur lain dari gelombang dan pasang air laut. Manfaat hutan mangrove

menurut Suryono (2013) :

1. Peredam gelombang dan badai, pelindung abrasi, serta penahan lumpur dan sedimen,

2. Menghasilkan serat untuk keset dan bahan bangunan,

3. Menyediakan bahan baku untuk makanan, minuman, obat-obatan dan

kosmetik,

4. Memberikan tempat tumbuh untuk udang dan ikan yang bermigrasi ke area mangrove ketika muda, dan kembali ketika laut ketika mendekati usia

matang seksual, 5. Sebagai tempat wisata.

Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan mempunyai fungsi multi guna baik jasa biologis, ekologis, maupun ekonomi. Peranan fungsi fisik mangrove mampu mengendalikan abrasi dan penyusupan air

laut (instrusi) ke wilayah daratan, serta mampu menahan sampah yang bersumber dari daratan, yang dikendalikan melalui sistem perakarannya. Jasa biologis

(2)

17

fungsi ekologisnya adalah menahan dan menjebak laju sedimentasi dari wilayah

atasnya, dan merupakan tempat pemijahan berbagai jenis biota perairan laut, serta merupakan sumber pelestarian plasma nutfah.Manfaat ekonominya adalah

memberikan sumber pendapatan bagi masyarakat melalui budidaya tambak (udang, ikan, dan kerang) dan pemanfaatan hasil hutan mangrove lainnya (Waryono, 2002).

Zonasi Mangrove

Mangrove tidak tumbuh di pantai yang terjal dan berombak besar dengan

arus pasang surut yang kuat, karena hal ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur dan pasir, substrat yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Menurut Kordi (2012) ada lima faktor yang mempengaruhi zonasi mangrove di

kawasan pesisir pantai tertentu yaitu:

1. Gelombang yang menentukan frekuensi tergenang, 2. Salinitas,

3. Substrat,

4. Pengaruh darat seperti air masuk dan rembesan air tawar,

5. Keterbukaan terhadap gelombang.

Secara umum habitat vegetasi mangrove biasanya membentuk zonasi.Mulai dari zona yang dekat dengan laut sampai zona yang paling dekat

dengan darat. Menurut Welly dan Sanjaya (2010) berikut adalah pembagian zonasi mangrove yang paling umum:

(3)

18

2. Central Mangrove (zona pertengahan antara laut dan darat), didominasi oleh

jenis Rhizophora spp., dan terkadang terdapat juga jenis Bruguiera spp.

3. The Rear Mangrove (back mangrove, landward mangrove, areal yang paling

dekat dengan daratan), zona ini biasanya tergenang oleh pasang yang tinggi saja, dan didominasi oleh jenis Bruguiera spp., Lumnitzera spp., Xylocarpus

spp., Pandanus spp.

4. Brackish Stream Mangrove (aliran sungai dekat mangrove yang berair payau), pada zona ini sering dijumpai komunitas Nypa fruticans, terdapat

juga X. granatum, dan S. caseolaris. Adaptasi Mangrove

Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap

lingkungan.Bengen (2001), menguraikan adaptasi tersebut dalam bentuk :

1. Adaptasi terhadap kadar oksigen rendah menyebabkan mangrove memilikibentuk perakaran yang khas: a.) Bertipe cakar ayam yang

mempunyai pneumatofora (misalnya: Avecennia spp., Xylocarpus spp., dan

Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara b.) Bertipe

penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya: Rhyzophora spp). 2. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi: a.) Memiliki sel-sel khusus

dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam b.) Berdaun kuat dan

tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam c). Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.

(4)

19

jaringan horisontal yang lebar. Selain untuk memperkokoh pohon, akar

tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen. Taksonomi dan MorfologiRhizophoraapiculata

Bakau minyak (R. apiculata) mempunyai taksonomi sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales

Famili : Rhizophoraceae

Genus : Rhizophora

Spesies : Rhizophora apiculata.

a b c

Gambar 2. Daun R. apiculata (a), Bunga R. apiculata (b), dan propagul

R. apiculata (c)

Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat

pasangnormal.Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur

denganpasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh

disuatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh

(5)

20 Pengambilan Benih dan Teknik Pembibitan

Dalam kegiatan penanaman mangrove, masing-masing jenis mangrove memiliki karakter yang berbeda. Pohon bakau yang baik sebagai sumber benih

berasal dari tegakan yang beumur 10 tahun ke atas, untuk jenis R. apiculata ciri-ciri buah yang sudah tua bewarna hijau tua kecokelatan dengan kotiledon memanjang bewarna merah. Untuk memperoleh benih mangrove yang baik,

pengumpulan buah (propagule) dapat dilakukan antara bulan September- Maret (Suryono, 2013).

Dalam penanaman mangrove, kegiatan pembibitan dapatdilakukan dan dapat tidak dilakukan. Beberapa metode pembibitan menurut Khazali (1999) : 1. Pemilihan lokasi persemaian.

Lokasi persemaian diusahakan pada tanah lapang dan datar.Selain itu, hindari lokasi persemaian di daerahketam/kepiting atau mudah dijangkau kambing. Lokasipersemaian diusahakan sedekat mungkin dengan

lokasipenanaman dan sebaiknya terendam air pasang lebihkurang 20 kali/bulan agar tidak dilakukan kegiatanpenyiraman bibit.

2. Pembangunan tempat dan bedeng persemaian.

Dari luas areal yang ditentukan untuk tempat persemaian, sekitar 70 % dipergunakan untuk keperluan bedeng pembibitan, sisanya 30 % digunakan untuk

jalan inspeksi, saluran air, gubuk kerja dan bangunan ringan lainnya. Ukuran tempat persemaian tergantung kepada kebutuhan jumlah buah yang akan

(6)

1-21

2meter. Bedeng persemaian dibuat dengan ukuran bervariasi sesuai kebutuhan,

tetapi umumnya berukuran 5 x 1 m. 3. Pembuatan bibit.

Dalam pembibitan, terlebih dahulu harus dipersiapkanmedia tanam yaitu tanah lumpur dari sekitar persemaian.Untuk buah jenis bakau dan tengar, benih dapat langsung di semaikan dan sekaligus disapih pada kantong plastik atau botol

air mineral bekas yang telah dilubangi bawah-nya dan diisi media tanam. Jenis api-api dan prepat benih harus disemaikan terlebih dahulu. Buah api-api, benih

dapat ditebarkan langsung di bak persemaian atau kulit buah dibelah dua terlebih dahulu sebelum disemaikan di bak persemaian. Untuk buah prepat, dari satu buah dapat berisi lebih dari 150 benih. Namun seringkali ditemukan sebagian

benih-benih ini telah diserang hama. Untuk mendapatkan benih-benih prepat, buah yang sudah tua direndam di dalam air selama 1 - 2 hari hingga benihnya benar-benar terpisah. Benih-benih ini kemudian disemaikan di bak semai yang berisi tanah lumpur.

Apabila semaikedua jenis ini telah berumur kurang lebih 1 bulan atau ditandai dengan keluarnya daun 5 - 6 helai, semai dipindahkan ke kantong plastik atau

botol air mineral bekas untuk disapih di bedeng persemaian. Penyiraman bibit hanya dilakukan apabila air pasang tidak sampai membasahi bibit.

Peran Fungi Dalam Meningkatkan Pertumbuhan

Fungi di hutan mangrove berperan dalam proses penguraian zat di dalam tanah untuk menetralisir kondisi yang terakumulasi logam menjadi tempat tumbuh

(7)

22

menguraikan selulosa dan hemiselulosa, selanjutnya fungi banyak berperan dalam

proses dekomposisi serasah karena memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim selulosa yang berguna dalam penguraian serasah. Fungi akan berperan

sangat besar dalam proses dekomposisi serasah karena fungi mampu mendegradasi senyawa organik seperti selulosa dan lignin yang merupakan komponen penyusun dinding sel daun.

Berdasarkan penelitian Yunasfi dan Suryanto (2008) Pada serasah daun A. marina yangmengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas< 10 ppt

ditemukan 9 jenis fungi. Adapun jenis-jenisfungi tersebut adalah Aspergillus sp. 1, Penicilliumsp. 3 Aspergillus sp. 2, Fusarium sp. 1, Aspergillussp. 4,Aspergillus

sp. 3, Penicillium sp. 4,Curvularia lunata, Fusarium sp. 2. Sementara Pada

serasah daun A .marina yang telahmengalami proses dekomposisi pada tingkat salinitas> 30 ppt berhasil diisolasi 7 jenis fungi. Jenis-jenis fungi tersebut adalah

Aspergillus sp. 1, Aspergillussp. 2, Aspergillus sp. 4, Aspergillus sp. 3,Penicillium

sp. 6, Curvularia lunata, Fusarium sp. 2.

Damanik (2010) menemukan 15 jenis fungi yang terdapat pada serasah

A.marinayaitu Aspergillus flavus, A.terreus, A.niger, Aspergillus sp 1,Aspergillus

sp 2, Aspergillus sp 3, Arthrinium phaespermum, Basipetasora halophila,

Curvularia sp., Mucor sp., Penicillium sp. 1, Penicillium sp.2, Penicillium sp.3,

Saccaromyces sp.

Jenis fungi yang diidentifikasi dari substrat lumpur menurut Sihite (2014)

berdasarkan penelitiannya adalah A. flavus, Penicillium spp., A. terreus, T. harzianum dan fungi yang paling memberikan respon pertumbuhan tinggi

(8)

23

pada tanaman A.marina memberikan reaksi pertumbuhan dan pertambahan tinggi

tanaman yang berbeda, terjadi karena adanya perbedaan kemampuan antara beberapa jenis fungi dalam menyediakan unsur hara bagi A.marina serta

perbedaan enzim yang dikeluarkan oleh fungi untuk mendekomposisikan lumpur.

Trichoderma spp, merupakan salah satu fungi yang dapat dijadikan agen

biokontrol karena bersifat antagonis bagi fungi lainnya, terutama yang bersifat

patogen. Aktivitas antagonis yang dimaksud dapat meliputi persaingan,

parasitisme, predasi, dan pembentukan toksin seperti antibiotik.Untuk keperluan

bioteknologi, agen biokontrol ini dapat diisolasi dari Trichoderma spp.dan

digunakan untuk menangani masalah kerusakan tanaman akibat patogen.

Beberapa penyakit tanaman sudah dapat dikendalikan dengan menggunakan fungi

Trichoderma spp. Trichoderma spp, menghasilkan enzim kitinase yang dapat

membunuh patogen sehingga fungi ini sangat cocok digunakan dalam mengelola

lahan bekas pertambangan untuk kembali melestarikannya

(Tjandrawati dkk., 2003).

Penggunaan mikroba fungi penyubur tanah dapat memberikan berbagai

manfaat bagi pertumbuhan tanaman,Menurut Firman dan Aryantha (2003) dari hasil penelitian yang dilakukannya diketahui bahwa fungi Penicilium spp., dan

Aspergillus spp. memiliki potensi sebagai penghasil glukosa oksidase dengan aktivitas yang cukup tinggi, semakin banyak karbohidrat yang dihasilkan dan tersedia di dalam tanah maka laju pertumbuhan sel-sel baru akan semakin

(9)

24

Trichoderma spp., berfungsi memecah bahan-bahan organik seperti N

yang terdapat dalam senyawa kompleks dengan demikian, Nitrogen ini akan

dimanfaatkan tanaman dalam merangsang pertumbuhan di atas tanah terutama

tinggi tanaman dan memberikan warna hijau pada daun .Trichoderma spp., dapat

menguraikan pospat dari Al, Fe, dan Mn (Marianah, 2013).

Latifah dkk (2011) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa

T. harzianum mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan daya serap mineral aktif dan nutrisi lainnya dalam tanah, selain itu T. harzianummampu

menurunkan intensitas penyakit layu fusarium pada tanaman bawang sebesar 43.85 %.

Spesies Trichoderma disamping sebagai pengurai, dapat pula berfungsi

sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. harzianum,

T. viridae, dan T. konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Fungi Trichoderma diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (daun dan ranting tua) menjadi

kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida,yang berperan mengendalikan pathogen penyebab penyakit tanaman . Trichoderma dapat menghambat pertumbuhan beberapa fungi penyebab penyakit pada tanaman

antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsi.Disamping kemampuan sebagai pengendali hayati, T.

Gambar

Gambar 2. Daun  R. apiculata (a), Bunga R. apiculata (b), dan propagul  R. apiculata (c)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa dengan adanya sistem private cloud storage dengan menggunakan Pydio 8.0 Community di

Kedua adalah Staff User hak akses ini digunakan untuk mengakses halaman pengelolaan transaksi dan perubahan informasi status barang pelanggan, hak akses staff user

[r]

Oleh karena itu dirasa perlu untuk mengatur keseimbangan baru antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten kota, maka pada tahun 2014 ditetapkan UU 23 tahun 2014

Intervensi keperawatan yang direncanakan pada Tn.AP adalah untuk merubah stimulus kearah prilaku adaptif mobilitas fisik adekuat dengan mengarahkan pada

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Riyantini (2010) di Jakarta pada 15 responden didapatkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara

Kesimpulan yang didapat setelah dilakukan penelitian adalah sebagai berikut Surplus konsumen lebih besar dari surplus produsen dikarenakan struktur Pasar Induk Caringin

Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya. Dinamika kelas pada