ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP CERITA RAKYAT AEK
SIPAULAK HOSA
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O L E H
NAMA : JAINAL. PURBA NIM : 090703008
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN SASTRA DAERAH PROGRAM STUDI SASTRA BATAK MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
Medan, Maret 2015
Departemen Sastra Daerah, Ketua,
PENGESAHAN
Diterima Oleh:
Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu
syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Bahasa dan Sastra Daerah pada
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada :
Hari :
Tanggal :
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Dr.Syahron Lubis, M.A NIP:19511013 197603 1001
Panitia Ujian :
No. Nama Tanda Tangan
1. ...
2. ...
3. ...
4. ...
ABSTRAK
Jainal. Purba, 2015. Judul Skripsi: Analisis Sosiologi Sastra Terhadap Cerita Rakyat Aek sipaulak hosa di Desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi. Terdiri dari 5 bab.
Dalam penelitian ini, penulis membahas ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP CERITA RAKYAT AEK SIPAULAK HOSA. Masalah dalam penelitian ini adalah unsur intrinsik cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa dan nilai-nilai sosiologi sastra yang terkandung dalam cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa. Cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa merupakan salah satu bentuk cerita yang dimiliki masyarakat Batak Toba, tepatnya yang berada di Desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur cerita dan mengetahui nilai-nilai sosiologi sastra cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa. Susunan cerita dan peristiwa yang terjadi di dalam cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa terstruktur dan diterjemahkan menjadi sebuah cerita serta menggali nilai budaya didalamnya.
Metode yang dipergunakan dalam menganalisis masalah penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik penelitian lapangan. Penelitian ini menggunakan teori struktural dan teori sosiologi sastra. Adapun unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerita ini meliputi: tema, alur atau plot, latar atau setting, dan perwatakan atau penokohan. Cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa, dipercayai memiliki kekuatan super natural bagi masyarakat Silalahi dan dipercayai memiliki kekuatan magis yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Berdasarkan penelitian ini, hingga kini Aek Sipaulak Hosa masih dipercayai, dan dikeramatkan oleh masyarakat Silalahi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini guna memenuhi syarat untuk dapat menempuh ujian komprehensif untuk
memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Medan.
Skripsi ini berjudul cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa. Judul ini penulis ambil
berdasarkan sejarah dan cerita masyarakat Batak Toba yang terdapat di Desa Silalahi,
Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Terwujudnya skripsi
ini bukanlah semata-mata jerih-payah penulis sendiri, tetapi tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan
moril maupun material sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh, dalam isi skripsi ini
terdiri dari lima bab dan kemudian bab-bab tersebut dibagi lagi atas sub bab agar uraiannya
lebih terperinci dan tampak lebih jelas.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Untuk itu, dengan kerendahan
hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Atas segala bantuan, saya ucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini berguna bagi
pembacanya.
Medan, Maret 2015
Penulis,
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan saran, dukungan, dan bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum., selaku Ketua Departemen Sastra Daerah
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dorongan dan
semangat kepada penulis baik dalam perkuliahan maupun menyelesaikan skripsi ini. Dan
juga selaku dosen pembimbing akademik penulis selama menjalani perkuliahan di
Universitas Sumatera Utara. Terimakasih atas waktu, saran dan pengetahuan yang
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum., selaku sekretaris Departemen Sastra Daerah Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang selalu memberikan nasihat, dan dukungan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sumurung Simorangkir, SH.M.Pd., selaku dosen pembimbing I penulis, yang
telah banyak mengorbankan waktu dan tenaga serta memberikan perhatiannya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Rosita Ginting, selaku dosen pembimbing II penulis, yang selalu mendukung
6. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang istimewa kepada kedua orang tua saya
Ayahanda J. Purba dan Ibunda L. Br Nababan yang telah merawat, mendidik dan
membesarkan penulis hingga bisa menempuh pendidikan kejenjang perkuliahan. Doa
mereka senantiasa mengiringi langkah dalam mewujudkan cita-cita penulis. Sungguh
besar pengorbanan yang diberikan tak dapat penulis membalasnya. Sinar kasih sayang
setiap saat terpancar sikap mereka benar-benar suluh dalam menerangi hati penulis
dalam menempuh studi ini. Begitu juga kepada seluruh keluarga yang telah memberikan
dukungan dan juga doa kepada penulis hingga dapat menyelesaikan perkuliahan ini,
kiranya Bapa yang disurgalah nantinya yang akan membalasnya.
7. Begitu juga kepada seluruh informan yang ada di Kecamatan Silahisabungan yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan informasi tentang
skripsi ini.
8. Kepada sahabat-sahabat terbaikku stambuk 2009, Hotmaida Sinaga, S.S Dewi Kusuma
Nasution, S.S Nikson F. Sihombing, S.S Japatar Purba, S.S Fitri Rahmadani Syahfitri,
S.S., dll. Adinda stambuk 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 dan semua yang tergabung
dalam anggota IMSAD, rekan FIB, dan juga teman sekampus lainnya yang telah
9. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang istimewa kepada Sari Muliani Damanik,
Amd. yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak baik di Medan
maupun diluar kota Medan telah membantu penulis. Pada kesempatan ini penulis memohon
kepada Tuhan Yang Maha Esa kiranya pertolongan yang mereka berikan, Tuhanlah yang
akan membalasnya kepada mereka sebagaimana layaknya.
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Anggapan Dasar ... 5
1.6 Gambaran Umum Tentang Masyarakat Desa Silalahi ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7
2.1 Kepustakaan Yang Relevan ... 7
2.1.1 Pengertian Sastra ... 7
2.1.2 Pengertian Sosiologi ... 8
2.1.3 Pengertian Sosiologi Sastra ... 9
2.2 Teori Yang Digunakan ... 10
2.2.1 Teori Struktural ... 11
2.2.2 Teori Sosiologi Sastra ... 14
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
3.1 Metode Dasar... 18
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 19
3.5 Metode Analisis Data ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Unsur Intrinsik Cerita Aek Sipaulak Hosa ... 20
4.1.1 Tema ... 20
4.1.2 Alur atau Plot ... 21
4.1.3 Latar atau Setting ... 27
4.1.4 Perwatakan ... 34
4.2 Analisis Nilai-Nilai Sosiologi Sastra Cerita Aek Sipaulak Hosa . 38 4.2.1 Sistem Kekerabatan ... 38
4.2.2 Tanggung Jawab ... 40
4.2.3 Kasih Sayang ... 41
4.2.4 Pertentangan ... 42
4.3 Pandangan Masyarakat Desa Silalahi Terhadap Cerita Aek Sipaulak Hosa... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
5.1 Kesimpulan ... 45
5.2 Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 48
Lampiran 1. Sinopsis Cerita Rakyat Aek Sipaulak Hosa ... 50
Lampiran 2. Daftar Gambar Hasil Penelitian ... 62
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan ... 65
Lampiran 4. Daftar Informan ... 66
ABSTRAK
Jainal. Purba, 2015. Judul Skripsi: Analisis Sosiologi Sastra Terhadap Cerita Rakyat Aek sipaulak hosa di Desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi. Terdiri dari 5 bab.
Dalam penelitian ini, penulis membahas ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP CERITA RAKYAT AEK SIPAULAK HOSA. Masalah dalam penelitian ini adalah unsur intrinsik cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa dan nilai-nilai sosiologi sastra yang terkandung dalam cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa. Cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa merupakan salah satu bentuk cerita yang dimiliki masyarakat Batak Toba, tepatnya yang berada di Desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur cerita dan mengetahui nilai-nilai sosiologi sastra cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa. Susunan cerita dan peristiwa yang terjadi di dalam cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa terstruktur dan diterjemahkan menjadi sebuah cerita serta menggali nilai budaya didalamnya.
Metode yang dipergunakan dalam menganalisis masalah penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik penelitian lapangan. Penelitian ini menggunakan teori struktural dan teori sosiologi sastra. Adapun unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerita ini meliputi: tema, alur atau plot, latar atau setting, dan perwatakan atau penokohan. Cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa, dipercayai memiliki kekuatan super natural bagi masyarakat Silalahi dan dipercayai memiliki kekuatan magis yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Berdasarkan penelitian ini, hingga kini Aek Sipaulak Hosa masih dipercayai, dan dikeramatkan oleh masyarakat Silalahi.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh
berbagai suku,golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal itu, sudah barang tentu
menghasilkan berbagai budaya, adat istiadat, dan karya sastra yang berbeda. Namun dengan
lahirnya Negara Republik Indonesia dapat memberikan rasa persatuan dan kesatuan atas
budaya, adat istiadat, bahasa, dan sastra yang berbeda dengan dasar Bhineka Tunggal Ika.
Dengan kehidupan berbangsa yang satu, semua suku bangsa Indonesia pada
umumnya memiliki perbedaan yang dimaksud adalah bahasa, sastra, dan budaya.
Masing-masing perbedaan yang terdapat dalam suku bangsa itu tetap dijaga, dan dipelihara demi
perkembangan ilmu bahasa, sastra, dan budaya.
Sastra memiliki nilai budaya yang tercermin dalam pemberian arti aspek pada
berbagai perilaku atau tindakan antar individu maupun golongan secara utuh.Perkembangan
sastra Indonesia secara keseluruhan tidak terlepas dari masalah kesusteraan daerah, karena
sastra daerah adalah salah satu modal untuk memperkaya dan memberikan sumbangan
terhadap sastra Indonesia.
Sastra daerah merupakan bagian dari kebudayaan yang mempunyai tujuan membantu
manusia untuk menyikapkan rahasia, memberi makna ekstensinya, serta untuk membuka
jalan kebenaran, karena sastra merupakan jalan keempat menuju kebenaran disamping
agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan.
Pada prinsipnya nilai budaya suatu etnis yang ada di Indonesia dapat dilihat dari
Cerita rakyat merupakan suatu konvensi tersendiri dikalangan masyarakat pemiliknya,
karena dianggap sebagai refleksi kehidupannya baik dari dari segi moral, edukasi, ritual, dan
struktur sosialnya. Namun seperti diketahui pada umumnya cerita prosa rakyat yang ada pada
berbagai etnis di Indonesia tidak diketahui siapa pengarangnya.
Secara garis besar sastra terbagi atas dua bagian yaitu satra lisan dan sastra tulisan.
Sastra lisan dalam penyampaiannya adalah disampaikan dari mulut ke mulut yang merupakan
warisan budaya yang turun- temurun dan mempunyai nilai-nilai luhur yang perlu
dikembangkan. Misalnya mitos, dongeng, cerita rakyat (turi-turian), mantra (tabas), dan
lain-lainnya.
Kajian sastra lisan dapat memfokuskan pada dua golongan besar, yaitu:
1) Sastra lisan primer, yaitu sastra lisan dari sumber asli, misalnya dari pendongeng
atau pencerita.
2) Sastra lisan sekunder, yaitu sastra lisan yang telah disampaikan menggunakan alat
eletronik.
Sastra lisan adalah karya yang penyebarannya disampaikan dari mulut ke mulut
secara turun-temurun. Oleh karena penyebarannya dari mulut ke mulut, banyak sastra lisan
yang memudar karena tidak dapat bertahan. Selain keterbatasan memori manusia dalam
mengingat, perkembangan teknologi yang semakin canggih di era globalisasi dewasa ini ikut
menggeser sastra lisan yang pernah ada,termasuk sastra lisan masyarakat Batak Toba yang
memiliki nilai budaya tinggi, yang seharusnya dapat dijaga kelestariannya.Aek Sipaulak Hosa
merupakan salah satu diantara sastra lisan Batak Toba.
Aek sipaulak hosamerupakan air pelepas dahaga/capek, Aek sipaulak hosa, mempunyai sumber mata air yang jernih dan dingin dari pegunungan, airnya tidak pernah berhenti mengalir,
banyak orang memanfaatkan untuk meminum airnya,konon kabarnya dapat memberi kesembuhan
Pada kesempatan ini penulis akan mengangkat kembali cerita legenda Aeksipaulak
hosa, yang akan menjadi dokumen dan pengetahuan bagi generasi berikutnya. 1.2Rumusan Masalah
Perumusan masalah sangat penting bagi pembuatan skripsi ini, karena dengan adanya
perumusan masalah maka deskripsi masalah akan terarah sehingga hasilnya dapat dipahami
dan dimengerti oleh pembaca. Masalah merupakan suatu bentuk pertanyaan atau pernyataan
yang memerlukan penyelesaian atau pemecahan. Bentuk perumusan masalah biasanya berupa
kalimat pertanyaan dan kalimat pernyataan yang giat menarik perhatian.
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah penulis kemukakan sebelumnya,
maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam isi skripsi ini adalah :
1) Bagaimana struktur cerita Aek Sipaulak Hosa yang terdapat di desa Silalahi?
2) Bagaimana nilai-nilai sosiologi sastra cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa didesa
Silalahi?
3) Bagaimana pandangan masyarakat desa Silalahi terhadap cerita rakyat Aek Sipaulak
Hosa?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini
bertujuan :
1) Untuk mengetahui struktur cerita AekSipaulak Hosa di desa Silalahi.
2) Untuk mengetahuinilai-nilai sosiologi sastra cerita rakyat Aek Sipaulak Hosadi desa
Silalahi.
3) Untuk mengetahui pandangan masyarakat desa Silalahi terhadap cerita rakyat Aek
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkandapat menambah salah satu aspek kajian sastra. Hasil
penelitian ini juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya masyarakat Batak Toba.
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang dikemukakan di atas, maka manfaat penelitian
ini adalah :
1) Untuk mendokumentasikan cerita tersebut agar terhindar dari kepunahan sehingga
dapat diwariskan kegenerasi berikutnya.
2) Menambah wawasan tentang fungsi sosial yang terdapat dalam cerita tersebut.
3) Memberikan dorongan kepada para peneliti untuk memberikan perhatian dalam
penelitian bidang budaya daerah Batak khususnya cerita rakyat.
4) Menunjang program pemerintah dalam upaya menggali, mengembangkan, dan
melestarikan budaya daerah.
1.5Anggapan Dasar
Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu anggapan dasar. Menurut Arikunto
(1996:65), “Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang
harus dirumuskan secara jelas”. Maksud kebenaran disini adalah apabila anggapan dasar
tersebut dapat dibuktikan kebenarannya.Karena itu, penulis berasumsi bahwa cerita ini masih
mengandung nilai-nilai sosiologis.
1.6Gambaran Umum Tentang Masyarakat Desa Silalahi
Kabupaten Dairi dengan ibu kota Sidikalang terletak di Provinsi Sumatera Utara
dengan luas Kabupaten146,10 km2, yang terletak pada titik koordinat 98°00’ –98°30’ BT dan
2°15’ - 3°00 LU. Kabupaten Dairi terletak di ketinggian 400 – 1.700 meter di atas permukaan
laut. Kabupaten Dairi memiliki lima belas Kecamatan diantaranya adalah Kecamatan
Sidikalang, Sumbul, Silima Pungga- Pungga, Siempat Nempu, Tigalingga, Tanah Pinem,
Sitember, Berampu, Silahisabungan, Sitinjo. Kecamatan Silahisabungan adalah daerah yang
menjadi tempat penelitian tentang cerita Aek Sipaulak Hosa
DidalamKecamatan tersebut terdapatlima desa yaitu: Paropo I,Paropo II, Silalahi
I,Silalahi II, Silalahi III dengan memiliki 1008 kepala keluarga (KK) yang sudah menetap.
Desa Silalahi I terletak dengan batas wilayah :
Sebelah Utara berbatasa dengan Desa Paropo
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Silalahi II
Sebelah Timur berbatasan dengan Danau Toba
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo
Desa Silalahi terdapat di Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Penduduk disekitar
desa Silalahi berdomisilikan keturunan Batak Toba, Pakpak dairi, Simalungun, dan Karo
wilayah desa Silalahi ini terdapat di pinggiran perairan Danau Toba, keturunan masyarakat
desa Silalahi berasal dari Ompu Raja Silahisabungan yang dulu bertempat tinggal di Balige
dan pergi membuka perkampungan arah Dairi. Masyarakat di desa Silalahi sangat menjaga
dan melestarikan warisan leluhurnya, hal ini dibuktikan dengan adanya sumber mata air
peninggalan Raja Silahisabungan yang dinamakan Aek Sipaulak Hosa. Aek Sipaulak Hosa
adalah sebuah cerita rakyat yang sangat relevan bagi masyarakat desa Silalahi yang
dipandang dari segi pola kehidupan masyarkat tersebut. Hal ini dapat dilihat dari cara
pandang masyarakat terhadap cerita legenda tersebut. Masyarakat Silalahi menyakini
kebenaran cerita Aek sipaulak hosa.Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam legendaAek
sipaulak hosa tidak terlepas dengan pola budaya masyarakat dewasa ini.Masyarakat desa
Silalahi mempercayai adanya kekuatan supernatural yang ditimbulkan oleh Aek sipaulak hosa
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Kepustakaan yang Relevan
Penulisanskripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan
judulskripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah buku-buku tentang
sastra dan sosiologi. Selain itu juga digunakan sumber bacaan lainnya.
2.1.1 Pengertian Sastra
Sastra adalah suatu kajian kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1987:3).Sastra
merupakan salah satu cabang kesenian yang berada dalam peradaban manusia semenjak
ribuan tahun yang lalu.Berarti penelitian sastra dapat berfungsi bagi kepentingan di luar
sastra dan kemajuan sastra itu sendiri. Kepentingan di luar sastra, seperti agama, filsafat, dan
sebagainya. Sedangkan kepentingan sastra adalah untuk meningkatkan kualitas cipta sastra.
Peranan penelitian sastra bagi aspek diluar sastra dipengaruhi oleh kandungan sastra sebagai
dokumen zaman. Di dalamnya, karya sastra akan menjadi aksi sejarah yang dapat
mengembangkan ilmu lain. Penelitian sastra tidak semata-mata mengandalkan nalar, tetapi
juga perlu penghayatan mendalam.
Penelitian sastra memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia,
disamping itu juga berpengaruh positif terhadap pembinaan dan pengembangan sastra itu
sendiri (Tuloli, 1990:902). Tujuan dan peranan penelitian sastra adalah untuk memahami
makna karya sastra sedalam-dalamnya (Pradopo, 1990:942).Soemardjo (1975:15)
mengatakan sastra bukan hanya mengejar bentuk ungkapan yang indah, tapi juga
2.1.2 Pengertian Sosiologi
Soekamto (1970:3) mengatakan secara etimologi, sosiologi berasal dari dua kata yaitu
Socius dan logos. Socius adalah kumpulan kelompok, sedangkan logos bararti uraian atau
pengetahuan. Atas dasar pengertian demikian, sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang
kehidupan manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lain, yang secara umum
disebut masyarakat.
Sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang sistematis tentang
kehidupan berkelompok manusia dalam hubungannya dengan manusia-manusia lainnya yang
secara umum disebut masyarakat. Pengertian yang sederhana tentang sosiologi seperti di atas
tampak dalam beberapa batasan tentang sosiologi yang diungkapkan oleh baberapa ahli,
seperti yang diungkapkan oleh Ogburn dan Nimkoff (1962:9) sosiologi adalah penelitian
secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial “Wellek dan
Warren dalam (semi, 1989:53) mengatakan: “sosiologi yaitu mempermasalahkan suatu karya
sastra yang menjadi pokok, atas tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa
tujuan serta amanat yang hendak disampaikan”.
Sosiologi disisi lain sebagai ilmu yang membicarakan tentang aspek-aspek
kemasyarakatan yang selalu dapat dimanfaatkan untuk membicarakan sebuah karya sastra.
Nilai-nilai sosiologi pada sebuah cerita dapat diwujudkan untuk mencapai pemahaman yang
mendalam. Ilmu sosiologi digunakan untuk masyarakat itu sendiri dan menciptakan
masyarakat demi terjadinya hubungan yang harmonis antara anggota masyarakat yang satu
dengan yang lainnya.
Sosiologi dalam kehidupan masyarakat dapat diartikan sebagai ilmu atau kelompok
pengetahuan yang sistematis tentang kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
masyarakat untuk mencari tentang nilai-nilai sosial dalam sebuah cerita atau dapat
dipergunakan untuk mencerminkan situasi sosial yang terdapat dalam masyarakat.
Sosiologi sebagai ilmu yang berbicara tentang aspek-aspek kemasyarakatan selalu
dapat dimanfaatkan untuk pembicaraan. Banyak halyang menjadi fokus pengamatan seorang
sastrawan, kehidupan pribadinya, lingkungan serta harapan-harapan menjadi hal yang
menarik dalam penelitian sebuah cipta karya sastra dengan menggambarkan fenomena dari
hasil pengamatan pengarang, masyarakat membacanya memperoleh hal yang bermakna
dalam hidupnya. Pengarang sendiri mendapat sumber inspirasi dari corak ragam tingkah laku
manusia maupun masyarakat. Dalam kaitan ini, ada beberapa strategi yang patut ditempuh,
yaitu mencoba mendekati karya sastra dari struktur dalam menyangkut perwatakan, dinamika
plot dan sebagainya dihubungkan dengan masyarakat.
2.1.3 Pengertian Sosiologi Sastra
Wellek dan Warren dalam (Semi, 1989:53) mengatakan: “Sosiologi sastra yaitu
mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok, atas tentang apa yang
tersiratdalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang hendak disampaikan”.
Semi (1985:46) mengatakan : “Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa sastra
merupakan pencerminankehidupan masyarakat melalui sastra pengarang mengungkapkan
tentang suka duka kehidupan masyarakat yang mereka ketahui dengan sejelas-jelasnya.
Sosiologi sastra adalah penelitian yang berfokus pada masalah manusia. Karena sering sastra
mengungkapkan perjuangan hidup manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan
imajinasi, perasaan. Pada prinsipnya, menurut Laurenson dan Swingewood (1971) terdapat
tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra.
1) Penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya
merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diceritakan
3) Penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan
sosial budaya.
2.2Teori yang Digunakan
Secara etimologis, teori berasal dari kata theoria (Yunani), berarti kebulatan alam atau
realita. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji keterandalannya, yaitu
melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam penelitian. Teori merupakan hal yang
sangat perlu di dalam menganalisis suatu karya sastra yang diajukan sebagai objek penelitian,
karena teori adalah landasan berpijak.
Berdasarkan penelitian ini, maka penulis menggunakan teori struktural dan teori
sosiologi sastra untuk mengkaji cerita ini. Untuk melihat aspek-aspek atau unsur-unsur yang
terdapat di dalam karya sastra, diterapkan teori struktural. Dengan teori struktural diharapkan
hasil yang optimal dari karya yang dianalisis.
2.2.1 Teori Struktural
Teori merupakan hal yang sangat perlu di dalam menganalisis suatu karya sastra yang
diajukan sebagai objek penelitian. Untuk melihat aspek-aspek atau unsur-unsur yang terdapat
di dalam karya sastra diterapkan teori struktural. Dengan teori struktural diharapkan hasil
yang optimal dari karya yang menganalisis. Menganalisis karya sastra dari unsur struktural
merupakan langkah awal untuk rencana penelitian selanjutnya. Semi (1993:68) mengatakan
“pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan
masyarakat melalui sastra pengarang mengungkapkan tentang suka duka kehidupan
masyarakat yang mereka ketahui dengan sejalas mungkin. Bertolak dari pandangan itu, telaah
kritik sastra yang dilakukan berfokus atau lebih banyak memperhatikan segi-segi sosial
kemasyarakatan yang terdapat dalam suatu karya sastra serta mempersoalkan segi-segi yang
Berdasarkan pendekatan di atas jelas mempunyai kesesuaian karena pendapat tersebut
mengatakan sastra merupakan cermin zamannya, mengungkapkan suka-duka kehidupan
masyarakat. Walaupun demikian, dalam menganalisis karya sastra bila hanya bertitik tolak
dari luar karya sastra , tanpa mengikut sertakan karya sastra sebagai suatu kebulatan makna
dan perpaduan isi rasanya kurang sempurna.
Mengenai pendekatan struktural, semi (1993:44) mengatakan:”dengan kata lain,
pendekatan ini memandang dan menelaah sastra dari segi intrinsik yang membangun suatu
karya sastra yaitu: tema, alur, latar, penokohan dan gaya bahasa perpaduan yang harmonis
antara bentuk dan isi merupakan kemungkinan kuat untuk menghasilkan karya sastra yang
bermutu”.
Pada dasarnya penelitian struktural, yaitu suatu penelitian yang membahas
unsur-unsur karya sastra. Unsur yang dimaksud adalah tema, alur, latar dan penokohan.
1) Tema
Tema merupakan inti cerita atau pokok pikiran yang mendasari cerita. Semua unsur
cerita bergantung pada tema, yaitu semuanya secara bersama-sama melaksanakan atau
mengungkapkan tema dalam cerita. Tema adalah pokok pikiran, atau makna yang terkandung
dalam dalam sebuah cerita. Tema juga merupakan gagasan umum yang menopang sebuah
karya sastra yang terkandung di dalamnya yang menyangkut persamaan dan perbedaan.
Setiap karya sastra harus mempunyai dasar dari cerita dan tema yang merupakan
sasaran tujuan dalam sebuah cerita. Sebuah karya sastra yang baik yang tertulis
maupunsecara lisan pasti mengandung tema, karena sebuah karya sastra pasti mempunyai
pokok pikiran utama atau isi pembicaraan yang hendak disampaikan kepada pembacanya
2) Alur atau Plot
Culler (1977:209) bahwa alur tunduk kepada ketentuan yang bertujuan, peristiwa
tertentu terjadi agar cerita berkembang seperti adanya.
Secara struktural alur sangat erat kaitannya dengan penokohan dalam menonjolkan
tema cerita. Para tokoh atau pelakunya melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan
wataknya. Perbuatan-perbuatan itu yang akan menimbulkan peristiwa. Rangkaian peristiwa
yang saling berhubungan berdasarkan sebab akibat ini menimbulkan alur. Alur atau plot
merupakan rentetan peristiwa yang sangat penting dalam sebuah cerita. Tanpa alur kita tidak
tahu bagaimana jalan cerita tersebut, apakah dia alur maju, alur mundur atau alur bolik-balik.
Tasrif (Via Lubis, 1960:16), struktur alur terbagi dalam lima bagian, yaitu:Lukisan
suatu keadaan (situation), peristiwa mulai bergerak (geberating circumstance), keadaan mulai
memuncak (rising action), peristiwa mencapai puncak (climax), pemecahan masalah
(denouement).
3) Latar atau setting
Latardisebut juga istilah setting, yaitu tempat atau terjadinya peristiwa-peristiwa
yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting adalah tempat berlangsungnya
peristiwa dalam suatu cerita atau tempat kejadian yang terdapat dalam sebuah karya sastra.
Latar bukan hanya merupakan daerah atau tempat, namun waktu, peristiwa penting dan
bersejarah. Dengan mengatahui dan memahami latar dalam sebuah karya sastra yang
dituangkan menjadi cerita akan memudahkan pembaca untuk memahami latar dalam sebuah
karya sastra yang dituangkan dalam bentuk cerita.
4) Perwatakan atau Penokohan
Terbentuk sebuah cerita adalah karena adanya tokoh-tokoh dalam cerita, tokoh
Seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam sebuah cerita disebut dengan
tokoh inti atau tokoh utama, sedangkan tokoh yang tidak memiliki peran penting karena
pemunculannya hanya melengkapi, melayani, dan mendukung pelaku utama disebut tokoh
tambahan atau tokoh pembantu.
Perwatakan adalah karakter dari tokoh dalam pengertian sifat atau ciri khas
terdapat pada diri tokoh yang dapat membedakan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya.
Unsur perwatakan dalam sebuah karya sastra lebih diutamakan dalam meninjau
perkembangan jiwa tokoh itu sendiri. Gambaran watak seseorang tokoh dapat diketahui
melalui apa yang diperankan dalam cerita tersebut kemudian jalan pikirannya. Jadi
perwatakan dapat disimpulkan ciri keseluruhan yang memiliki tokoh.
2.2.2 Teori Sosiologi Sastra
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan sosiologi sastra sebagai landasan teori
dalam menganalisis cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa.Menurut teori ini, karya sastra dilihat
hubungan dengan kenyataannya, dimana karya sastra itu mencerminkan kenyataan-kenyataan
yang mengandung arti luas, yakni segala yang berada diluar karya sastra dan yang diacu oleh
sosiologi sastra.
Sosiologi sastra merupakan istilah yang memiliki kaitan dengan masyarakat.
Sosiologi sastra pada dasarnya mempelajari kesatuan hidup manusia yang terbentuk antara
hubungan yang satu dengan yang lainnya. Selanjutnya dalam menganalisis cerita Aek
Sipaulak Hosatersebut digunakan teori sosiologi sastra yang dikemukakan oleh
Ratna(2004:339) model analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat dapat
dilakukan meliputi tiga macam, yaitu:
1) Menganalisis masalah–masalah sosial yang terkandungdidalam karya sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan yang pernah terjadi. Pada umumnya disebut aspek ekstrinsik, model hubungan,yang terjadi disebut refleksi. 2) Sama dengan diatas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antar struktur, bukan
3) Menganalisis karya dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu, dilakukan oleh disiplin tertentu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis yang pertama yakni dengan (1)
menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra itu sendiri,
kemudian (2) menghubungkan dengan kenyataan yang pernah terjadi sebelumnya.
1) Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung dalam karya sastra.
Masalah-masalah sosial yang terkandung dalam karya sastra adalah unsur-unsur
budaya. Unsur-unsur budaya yang dimaksud yakni:
a. Unsur sistem sosial
Sistem sosial meliputi sistem kekeluargaan, sistem politik, sistem pendidikan, dan
sistem undang-undang. Stuktur dalam setiap sistem ini dikenalsebagai institusi
sosial, yaitu cara manusia yang hidup berkelompok mengatur hubungan antara satu
dengan yang lainnya dalam jalinan masyarakat.
b. Sistem nilai dan ide yaitu sistem yang memberi makna kepada kehidupan
masyarakat, bukan saja terhadap falsafah hidup masyarakat itu. Sistem nilai juga
menyangkut upaya bagaimana menentukan sesuatu lebih berharga dari yang lain.
Sementara sistem ide merupakan pengetahuan dan kepercayaan yang ada dalam
masyarakat.
c. Peralatan budaya
Peralatan budaya yaitu penciptaan material dan penggunaan yang berupa perkakas
dan peralatan yang diperlukan untuk menunjang keperluan masyarakat.
2) Menghubungkan dengan kenyataan yang pernah terjadi atau latar belakang sosial
yang tergambar dalam karya sastra.
merupakan proses kemasyarakatan yang timbul dari hubungan antara manusia dengan situasi
dan kondisi yang berbeda.
Kenyataan atau latar belakang sosial yang tergambar dalam karya sastra ini yakni:
1) Sistem kekerabatan
Sistem kekerabatan merupakan bagian yanga sangat penting dalam struktur
sosial. Sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk
menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan.Kekerabatan
adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan
darah atau hubungan perkawinan. .
2) Tanggung jawab
Tanggung Jawab adalah suatu kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung Jawab juga berati
berbuat sebagai wujutan atas perbuatannya.
3) Kasih sayang
Kasih sayang adalah suatu perasaan cinta atau sayang dan akan menunjukan
rasa perhatian yang mungkin akan berlebihan.Rasa kasih sayang tak dapat di liat
tetapi hanya dapat di rasakan kepada individu tertentu yang mempunyai perasaan itu,
kasih sayang adalah suatu perasaan yang menyenangkan.
4) Pertentangan
Pertentangan merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam
berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Dasar
Metode dasar penelitian yang penulis lakukan adalah metode penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif. Alasan penulis menggunakan metode ini karena sumber utama
metode penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Metode tersebut dipilih karena data yang digarap adalah
kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.
Dengan demikian dalam penelitian ini penulis hanya mendiskripsikan data-data fakta
yang terdapat di dalam cerita sehingga diketahui unsur-unsur pembentuk ceritanya dan
analisis sosiologi sastranya.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah di desa Silalahi,
Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, tempat Aek Sipaulak Hosadapat ditemui di
Silalahi Nabolak, yang terletak di Sibariba Toruan desa Silalahi I sekitar 4 km dari pusat desa
Silalahi, kecamatan Silahisabungan yang diciptakan oleh Raja Silahisabungan.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen/alat penelitian penulis gunakan rekaman suara melalui rekaman suara
(recording voice) dengan HP, buku tulis untuk mencatat informasi, foto untuk dokumentasi
gambar, dan video untuk dokumentasi gambar yang bergerak beserta suara.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
Metode ini dilakukan untuk mengamati secara langsung daerah tempat penelitian
untuk mendapatkan informasi data yang dibutuhkan, teknik yang digunakan penulis
adalah teknik mencatat.
2. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan untuk memperoleh keterangan lebih lengkap tentang cerita dan
penulis akan melakukan wawancara dengan beberapa informan, teknik yang
digunakan yaitu teknik rekam.
3. Metode Kepustakaan
Metode ini dilakukan untuk mendapat sumber acuan penelitian, agar data yang
didapatkan dari lapangan dapat diolah semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan
yang digariskan. Teknik yang digunakan yaitu teknik mencatat.
3.5 Metode Analisis Data
Metode yang digunakan penulis dalam menganalisis data penelitian ini adalah metode
struktural dan metode sosiologi sastra. Metode struktural menganalisis: tema, alur atau plot,
latar atau setting, dan perwatakan. Metode sosiologi sastra digunakan untuk menganalisis
nilai-nilai sosiologi sastra cerita rakyat Aek Sipaulak Hosa, dan pandangan masyarakat desa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Unsur-unsur Intrinsik Aek Sipaulak Hosa 4.1.1 Tema
Tema adalah pokok pikiran, atau makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Tema
juga merupakan gagasan umum yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung di
dalamnya yang menyangkut persamaan dan perbedaan.
Setiap karya sastra harus mempunyai dasar cerita dan tema yang merupakan sasaran
tujuan dalam sebuah cerita. Sebuah karya sastra yang baik yang tertulis maupun secara lisan
pasti mengandung tema, karena sebuah karya sastra pasti mempunyai pokok pikiran utama
atau isi pembicaraan yang hendak disampaikan kepada pembacanya atau pendengarnya.
Didalam cerita ini, penulis menyatakan tema cerita adalah Cinta dan kasih sayang
terhadap istri,Hal ini dapat dilihat dari bagian utama sinopsis cerita
Umbege hatani parsondukbolonna i, dibuat Silahisabungan ma siorlombing sian
hadanghadanganna jala martonggo tu Mulajadi Nabolon asa dilehon mual Sipaulakhosa
alana nunga mauas Pinggan matio. Dungi dipantikhon Silahisabungan ma siorlombingna i
tu topi ni batu na pir jala haruar ma aek. Dungi di inum pinggan matio sasagal-sagalna.
Mual i ma na di dokna Mual Sipaulak Hosa na adong maringanan di dolok Silalahinabolak.
Terjemahan :
Mendengar keluhan istrinya, Silahisabungan mengambil Siorlombing (tombak) dari
kantongannya, lalu berdoa kepada Mulajadi Nabolon agar diberikan air penghidupan (mual
sipaulak Hosa) karena Pinggan Matio merasa haus,kemudian silalahisabungan menancapkan
sepuas-puasnya, Air itulah yang di sebut” Mual Sipaulak hosa, ”yang terdapat dilereng bukit Silalahi
Nabolak.
Pada contoh diatas membuktikan bahwa Raja Silahisabungan adalah orang yang
bertanggung jawab,perhatian dan sayang terhadap istrinya
4.1.2 Alur / Plot
Istilah alur dalam hal ini sama dengan istilah plot. Alur atau plot merupakan rentetan
peristiwa yang sangat penting dalam sebuah cerita. Tanpa alur kita tidak tahu bagaimana
jalan cerita tersebut, apakah dia alur maju, alur mundur atau alur bolak-balik.
Alur atau plot dalam cerita legenda Aek Sipaulak Hosaadalah sebagai berikut:
1). Situasi (Pengarang mulai melukiskan suatu keadaan)
Situasi merupakan tahap awal dari bagian cerita. Setiap awal cerita pembaca akan
diperkenalkan terlebih dahulu tentang permulaan terjadinya sebuah cerita. Dalam bagian ini
pengarang menceritakan Raja Silahisabungan adalah orang yang pertama menempati Silalahi
yang pindah dari desa Balige.
Hal tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut:
Ditonga dalan Silahisabunngan sahatma di Harangan hole, tombak na so hea di
bolus jolma. dison ma ibana martapa 30 ari 30 borngin lelengna jala mandapot hasaktion
jala gabe Datu bolon. Dungi ditorushon ibana ma pardalanna na jala sahat ma tu Silalahi
Nabolak jala dipature ma sada sopo laho ingananna.
Terjemahan :
Ditengah perjalanan Silahisabungan sampe di Harangan Hole, hutan belantara yang
tidak pernah di injak manusia, disini dia bertapa selama 30 hri 30 malam, dan memperoleh
kesaktian dan menjadi Datu Bolon. Kemudian dia melanjutkan perjalanan dan sampai di
2). Generating circumstances (peristiwa yang bersangkutan mulai bergerak)
Peristiwa selanjutnya mulai bergerak dimana Raja Silahisabungan berjumpa dengan
Raja Pak-pak
Hal ini dilihat dalam contoh berikut:
Sada tingki Raja Pakpak/ Raja Parultep dohot uduranna marburu mandiori sada
pidong , di ultop raja parultep ma lali alai dang mate lali i jala habang muse tu luat inganan
ni Silahisabungan. Mangida na masa i di logot raja parultep ma jala dapotna
Sialahisabungan di si. Muruk ma Raja Parultep jala ninna “Ise ho na barani tading di
luathon, ahu do Raja Pakpak na marhuaso sahat tu adaran on”
Dihunduli Silahisabungan ma tano na diboanna sian balige jala dibuat aek na di
boan sian Mual siguti, huhut denggan jala marsahala dialusi : “raja pakpak na marsangap,
dang marsalah ahu. Hatani Rajai do sala. Tung barani di ahu martolon ia tano na hu
hunduli on tanoku dohot aek na hu inom on aek hu” dungi ninna Silahisabungan ma muse:
Natipniptip sanggar mambahen huru-huruan, jumolo sinungkun marga asa binoto
partuturan, ia goarhu sude jolma baoa mamboan. Na manungkun ma ahu marga aha ma
amang? dungi di jalang ma denggan Raja Parultep.
Terjemahan :
Disuatu saat, Raja Pakpak/Raja Parultep bersama rombonganya sedang mencari
buruan berupa seekor burung, Raja Parultep menyupit burung elang tetapi burung itu tidak
mati dan bahkan terbang ke daerah Silahisabungan ber mukim. Melihat kejadian itu Raja
parultep mengejarnya dan menemukan Silahisabungan disana. Dan Raja parultep punmarah
dan berkata “ Hei siapa kamu yang berani tinggal di daerahku ini, aku adalah Raja Pak-pak
yang berkuasa sampai ke paintai danau ini”?
menjawab : “ Raja Pakpak yang mulia, saya tidak bersalah, ucapan raja yang
mengada-ngada. Saya berani sumpah, bahwa tanah yang saya duduki ini adalah tanahku dan air
yang saya minum ini adalah airku,” Kemudian Silahisabungan memperkenalkan dirinya
dengan tutur katanya yang menawan, lalu menyalam Raja parultep dengan hormat.
3). Ricking Action (keadaan mulai memuncak)
Pada tahap ini pengarang memunculkan maksud dan tujuan dalam cerita rakyat ini.
Keadaan cerita mulai memuncak ketika Raja Pak – pak menawarkan putrinya kepada Raja
Silahisabungan untuk menjadi istrinya.
Hal ini dilihat dalam contoh berikut:
Sidung mangan marrnonang ma halaki sahat tu bagas borngin. Tingki marnonang
halaki disungkun Raja Parultep ma idia dongan Saripe ni Silahisabungan. Di alusi ibana ma
na so adong dope Parsondukbolonna. Doli-doli na matoras do ibana na so hea dope
marbagas. Umbege hata dohot denggan ni Silahisabungan manghatai, ninna Raja parultep
ma tu Silahisabungan: “adong 7 boruku. Nunga sude magodang, molo olo do hogabe hela ku
marsogot hita tu Balla. Pillit masada boruku gabe dongan Saripemu. alai tung na so
tupamarimbang saleleng ngolum. Tung mansa las rohani Silahisabungan jala huut ninna”ai
naboa tung barani ahu tu balla anggo dang marhite adat. Ai au pe sahalak hu sambing do
mangolu.hupangido, unang ma maol holong ni roha ni tulang mamboan paribanki tu son,
asa disonma hupillit. Di jakkon Raja Parultep ma pangidoan ni na naeng hela na i. Jala
huhut maniti sada ari na laho pardomuan huhut parsauton ni halak i.
Terjemahan:
Setelah makan mereka asik bercakap-ckap sampai larut malam. Dalam
percakapan mereka Raja Parultep menanya dimana istri dan keluarga Silahisabungan.
Dijawabnya bahwa istrinya belum ada. Dia masih perjaka belum pernah berumah tangga.
Silahisabungan lalu berkata : “ ada putriku 7 orang, Semuanya sudah anak gadis kalau
kau berkenan menjadi menantuku besok kita pergi ke Balla. Pilih salah satu putriku
menjadi istrimu. Dengan syarat tidak boleh dimadu sepanjang hidupmu “Silahisabungan
menyambut dengan senang hati, lalu berkata “ mana mungkin saya berani ke Balla.
Kalau tidak memenuhi adat istiadat. Sedang hidupku hanya sebatang kara. Kumohon ,
janganlah alang kepalang, kasih sayang pamanlah membawa paribanku itu kemari,
supaya disini saya pilih “.
Raja Parultep menerima permintaan calon menantunya. Kemudian menetapkan hari dan
tanggal pertemuan sekaligus perkawinannya.
4). Klimaks (Peristiwa-peristiwa mencapai puncaknya)
Peristiwa mencapai puncak terjadi setelah pinggan matio ingin pulang kekampunng
halamannya
Hal ini dilihat dalam contoh berikut:
Dung salpu sia bulan nunga masihol iibana tu natorasna. di togihon ibana ma
Silahisabungan lao tu Balla manjumpangi. Silahisabungan na tung holong rohana tu
parsondukbolonna i mangoloi pangidoan nai.
Sada tingki lao ma Silahisabungan dohot Pinggan matio boru Padanghari tu huta
simatuana di Balna. Tikki nakkok dolok Silalahi, parsondukbolonna na dung tung
mardenggan pamatang i nunga mahuas. Jala nunga loja, gabe maradi ma halaki didolok na
tukkis i. Nunga tung mauas Pinggan matio alani lojana mangandung ma ibana “Loja ma
boruadi mamboan tua sian mulajadi, mauas ma tolonan ndang adong mangubati. Jonok do
berengon sillumalan na so dundungonki, boha do parsahatku tu hota ni damang parsinuan,
dainang pangintubu I” ninna.
Berselang sembilan bulan, rasa rindu pun mulai bergelora untuk berjumpa dengan
orang tuanya. Diajaknnya silahisabungan pergi ke Balla mengunjungi keluarga.
Silahisabungan yang sangat sayang kepada isteri tercinta mengabulkan dengan senang hati
Pada suatu hari pergilah silahisabungan Bersama Pinggan Matio boru
padangbatanghari kekampung mertuanya di Balla. Sewaktu mendaki bukit silalahi,isterinya
yang sudah hamil tua mulai merasa dahaga. Rasa penat mulai terasa, sehingga mereka
mengaso dilereng bukit yang terjal. Rasa haus pinggan Matio mulai mendesak dan karena
capeknya ia bersenandung dengan sedih : “ Loja ma boruadi mamboan tua sian mulajadi,
mauas ma tolonan ndang adong mangubati. Jonok do berengon sillumalan na so
dundungonki, boha do parsahatku tu hota ni damang parsinuan, dainang pangintubu I, “
katanya. “sudah lelah aku membawa kandungan, rasa haus tak ada mengobati. Nampak dekat
air danau tetapi tak terjangkau, apakah aku sampai dikampung orang tuaku”.
5) Demoument (Pengarang memberikan pemecahan masalah soal dari semua
peristiwa)
Pada tahap penyelesaian ini Raja Silahisabungan membuat dan menciptakan Aek
Sipaulak Hosa air ini lah yang menjadi inti dari cerita dan kisah ini. Ini terbukti dari kasih
sayang Raja silahisabungan terhadap istrinya Pinggan Matio boru Padang batanghari.
Hal ini dilihat dalam contoh berikut:
Umbege hatani parsondukbolonna i, dibuat Silahisabungan ma Siorlombing sian
hadanghadanganna jala martonggo tu mulajadi nabolon asa dilehon mual Sipaulakhosa
alana nunga mauas Pinggan matio. Dungi dipantikhon Silahisabungan ma siorlombingna i
tu topi ni batu na pir jala haruar ma aek. Dungi di inum pinggan matio sasagal-sagalna.
Mual i ma na ddokna Mual Sipaulak Hosa na adong maringanan di dolok Silalahinabolak.
Sidung sae mago na mauas na dihilalana i jala gogona pe nunga ro, di torushon
Pinggan matio dijakkon halak Raja Parultop dohot las ni roha tambani dung dibereng muse
unga mardenggan pamatang boruna i. Alani nunga mardenggan pamatang Pinggan matio,
dipangido simatua ni Silahisabungan ma asa tading boruna i di Balna paima sorang
gellengna alani molo di silalahi dang adong donganni halaki.
Terjemahan:
Mendengar keluhan istrinya, Silahisabungan mengambil Siorlombing (tombak) dari
kantongannya, lalu berdoa kepada Mulajadi Nabolon agar diberikan air penghidupan (mual
sipaulak Hosa) karena Pinggan Matio merasa haus,kemudian silalahisabungan menancapkan
Siorlombingnya ke dinding batu terjal dan keluarlah air, lalu diminum Pinggan Matio
sepuas-puasnya, Air itulah yang di sebut” Mual Sipaulak hosa, ”yang terdapat dilereng bukit Silalahi
Nabolak.
Setelah rasa haus hilang dan tenaga mulai pulih, mereka meneruskan perjalanan
kekampung mertuanya di Balla. Kedatangan Silalahisabung dan Pinggan Matio disambut
keluarga Raja Parultep dengan gembira apalagi setelah dilihat putrinya sudah hamil
tua.Karena pinggan Matio sudahhamil tua, mertua Silahisabungan meminta agar putrinya
tinggal di Balla menunggu kelahiran anaknya, karena di Silalahi tidak ada teman mereka
membantu.
4.1.3 Latar atau Setting
Latar disebut juga istilah setting, yaitu tempat atau terjadinya peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting adalah tempat berlangsungnya peristiwa
dalam suatu cerita atau tempat kejadian yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Latar bukan
hanya merupakan daerah atau tempat, namun waktu, peristiwa penting dan bersejarah.
Dengan mengetahui dan memahami latar dalam sebuah karya sastra yang dituangkan menjadi
Latar tempat dalam cerita rakyat ini adalah terjadi di Silalahi. Cerita ini terjadi di desa
Silalahi Nabolak, terletak di Sidabariba Toruan desa Silalahi sekitar 4 km dari pusat desa
Silalahi. Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi.
Dalam ceritaAek Sipaulak Hosa ini terdapat tiga latar yaitu:
- Latar tempat
- Latar waktu
- Latar sosial
1. Latar tempat
Latar tempat dilihat dari sudut geografis, dimana kejadian itu berada yang
menyangkut nama-nama tempat. Cerita Aek Sipaulak Hosa ini dilatarkan dalam enam
tempat yaitu desa Balige, Laguboti, Bakkara, Harangan hole, Silalahi Nabolak, dan Balla
Hal ini dilihat dalam contoh berikut:
Alani adong partongkaron di halak pomparan Tuan Sorba di banua, 3 sian 5 na mardongan
tubu pomparan ni Tuan sorba ni banua na sian Ina na parjolo ima Sipaittua, Silahisabungan
dohot Raja Oloan satahi laho manadinghon tano hatubuanna ima tano Balige Raja. Mulanai
borhat ma halaki tu Mual sibuti mambuat aek laho bohal ni halaki mangolu di pudian ni ari.
Dipamasuk halaki ma aek tu bagas tabu-tabu jala dibuat tano tolu pohul jala di bahen tu
bagas hadang-hadanganna be.
Terjemahan:
Karena terjadi kesalahpahaman dikeluarga Tuan Sorba Dibanua, 3 dari 5 orang
bersaudara keturunan Tuan Sorba Dibanua yang dari istri pertama yaitu Sipaittua,
Silahisabungan, dan Raja Oloan sepakat untuk pergi merantau dari tanah kelahiran mereka
yaitu Tanah Balige. Mula-mula mereka pergi ke Mual Sibuti mengambil air minum sebagai
bekal hidup dikemudian hari. Mereka mengisi air kedalam kendi dan mengambil tanah tiga
Raja Silahisabungan berpisah dengan Raja Sipaittua di Lagu Boti, Raja Oloan di
Bakkara.
Hal ini dilihat dalam contoh berikut:
Ditadinghon halaki ma nagari Balige laho mandiori ngolu ni halaki be. Sipaittua
nunga dapotna be ingananna ima na margoar Laguboti. dung dapot ni Sipaettua ingananna
tadingma holan Silahisabungan dohot anggina Raja Oloan patorushon pardalanna laho
mandiori ingananna, jala Raja Oloan dohot Silahisabungan nunga be dapotna ingananna
ima margoar Huta Bakara . Huta Bakara i gabe dibahenma inganan hangoluan ni si Raja
Oloan anggini Silahisabungan. alana tung loja Silahisabungan dohot anggina Raja Oloan ,
dung i dipangido tu anggina Raja Oloan asa tading rap dohot anggina satokkin. Dung di
hilala Silahisabungan nunga boi be denggan mangolu anggina i , gabe dipangido
Silahisabungan ma tu si Raja Oloan asa borhat ibana manorushon dalanna.
Terjemahan:
Mereka telah meninggalkan negeri Balige untuk mencari kehidupan diri
masing-masing mereka. Sipaittua telah menemukan tempat permukiman, yaitu yang bernama Lagu
Boti. setelah Sipaittua menemukan tempat permukimannya, Silahisabungan dan adiknya Raja
Oloan untuk meneruskan perjalanan mereka untuk mencari tempat permukiman. Setelah
mereka mencari-cari tempat permukiman, ternyata Raja oloan dan Silahisabungan telah
mendapatkan tempat tersebut yang bernama Huta Bakkara.Huta Bakkara tersebut dijadikan
tempat kehidupan si Raja Oloan adik dari Silahisabungan. Karena Silahisabungan serta
adiknya Si Raja Oloan merasa letih, maka Silahisabungan Meminta kepada adiknya Raja
Oloan untuk tinggal beberapa waktu bersama adiknya. Setelah Silahisabungan sudah merasa
adiknya Si Raja Oloan dapat berdiri sendiri, maka Silahisabungan berpamitan kepada Si Raja
Raja Silahisabungan bertapa di Harangan Hole dan Silalahi Nabolak
Hal ini dilihat dari contoh berikut:
Ditonga dalan Silahisabunngan sahatma di Harangan hole, tombak na so hea di
bolus jolma. dison ma ibana martapa 30 ari 30 borngin lelengna jala mandapot hasaktion
jala gabe Datu bolon. Dungi ditorushon ibana ma pardalanna na jala sahat ma tu Silalahi
Nabolak jala dipature ma sada sopo laho ingananna.
Terjemahan:
Ditengah perjalanan Silahisabungan sampe di Harangan Hole, hutan belantara yang
tidak pernah di injak manusia, disini dia bertapa selama 30 hri 30 malam, dan memperoleh
kesaktian dan menjadi Datu Bolon. Kemudian dia melanjutkan perjalanan dan sampai di
Silalahi Nabolak dan mendirikan gubuk untuk tempat dia tinggal.
Kepergian Raja Silahisabungan dan istrinya Pinggan Matio ke Balla
Hal ini dilihat dari contoh berikut:
Sidung sae mago na mauas na dihilalana i jala gogona pe nunga ro, di torushon
halaki ma pardalanna tu huta ni simatuana di Balla. Haroroni Silahisabungan dohot
Pinggan matio dijakkon halak Raja Parultop dohot las ni roha tambani dung dibereng muse
unga mardenggan pamatang boruna i. Alani nunga mardenggan pamatang Pinggan matio,
dipangido simatua ni Silahisabungan ma asa tading boruna i di Balna paima sorang
gellengna alani molo di silalahi dang adong donganni halaki.
Terjemahan:
Setelah rasa haus hilang dan tenaga mulai pulih, mereka meneruskan perjalanan
kekampung mertuanya di Balla. Kedatangan Silalahisabung dan Pinggan Matio disambut
keluarga Raja Parultep dengan gembira apalagi setelah dilihat putrinya sudah hamil
tinggal di Balla menunggu kelahiran anaknya, karena di Silalahi tidak ada teman mereka
membantu.
2.Latar waktu
Uraian tentang ceritaAek Sipaulak Hosa merupakan nama-nama tempat dan zaman
terjadinya suatu peristiwa.Latar yang terdapat dalam legenda ini menghidupkan suatu
peristiwa pada zaman itu.
Latar waktu terjadinya cerita yakni ketika Raja Silahisabungan dan istrinya Pinggan
Matio boru Padang Batanghari pergi ke desa Balla
Hal ini dilihat dalam contoh berikut:
Sada tingki lao ma Silahisabungan dohot Pinggan matio boru Padanghari tu huta simatuana
di Balna. Tikki nakkok dolok Silalahi, parsondukbolonna na dung tung mardenggan
pamatang i nunga mahuas. Jala nunga loja, gabe maradi ma halaki didolok na tukkis i.
Nunga tung mauas Pinggan matio alani lojana mangandung ma ibana “Loja ma boruadi
mamboan tua sian mulajadi, mauas ma tolonan ndang adong mangubati. Jonok do berengon
sillumalan na so dundungonki, boha do parsahatku tu hota ni damang parsinuan, dainang
pangintubu I” ninna.
Umbege hatani parsondukbolonna i, dibuat Silahisabungan ma Siorlombing sian
hadanghadanganna jala martonggo tu mulajadi nabolon asa dilehon mual Sipaulakhosa
alana nunga mauas Pinggan matio. Dungi dipantikhon Silahisabungan ma siorlombingna i
tu topi ni batu na pir jala haruar ma aek. Dungi di inum pinggan matio sasagal-sagalna.
Mual i ma na ddokna Mual Sipaulak Hosa na adong maringanan di dolok Silalahinabolak.
Terjemahan:
Pada suatu hari pergilah silahisabungan Bersama Pinggan Matio boru
mengaso dilereng bukit yang terjal. Rasa haus pinggan Matio mulai mendesak dan karena
capeknya ia bersenandung dengan sedih : “ Loja ma boruadi mamboan tua sian mulajadi,
mauas ma tolonan ndang adong mangubati. Jonok do berengon sillumalan na so
dundungonki, boha do parsahatku tu hota ni damang parsinuan, dainang pangintubu I, “
katanya. “sudah lelah aku membawa kandungan, rasa haus tak ada mengobati. Nampak dekat
air danau tetapi tak terjangkau, apakah aku sampai dikampung orang tuaku”.
Mendengar keluhan istrinya, Silahisabungan mengambil Siorlombing (tombak) dari
kantongannya, lalu berdoa kepada Mulajadi Nabolon agar diberikan air penghidupan (mual
sipaulak Hosa) karena Pinggan Matio merasa haus,kemudian silalahisabungan menancapkan
Siorlombingnya ke dinding batu terjal dan keluarlah air, lalu diminum Pinggan Matio
sepuas-puasnya, Air itulah yang di sebut” Mual Sipaulak hosa, ”yang terdapat dilereng bukit Silalahi
Nabolak.
Pada penggalan cerita diatas disebutkan latar waktu yakni pembuatan Aek Sipaulak
Hosa.
3. Latar Sosial
Latar sosial menyarankan kepada hal-hal yang berkaitan dengan perilaku kehidupan
sosial mayarakat. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah
dalam lingkup yang cukup kompleks yaitu berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
spiritual dan lain sebagainya.
Hal ini dilihat dalam contoh berikut:
Jadi jolma nanaeng tu aek i sai tong do mamaeakhon napuran dohot unte anggir,
alana gabe ima inganan parsatabian laho mangido sipangidoan. Nang pe logo ni ari dohot
udan na gogo dang olo moru jala tamba godang ni aek i.
Jika hendak mandi ke air kehidupan tersebut, tetaplah meletakkan sirih dan jeruk
purut. Sirih dan jeruk purut dipercayai oleh masyarakat Silalahi sebagai jalan untuk meminta.
Jika hujan deras atau musim kemarau, debit air kehidupan tersebut tidaklah berubah. Tidak
akan banjir jika hujan, atau kering jika musim kemarau.
4.1.4 Perwatakan
Perwatakan dapat disebut juga sebagai penokohan.Perwatakan dapat digambarkan
secara langsung dan tidak langsung dari tokoh-tokoh ceritaAek Sipaulak Hosa.Perwatakan
dalam cerita Aek Sipaulak Hosaini dapat kita bagi berdasarkan sifat-sifat tokoh dalam cerita
1. Raja Silahisabungan
2. Pinggan Matio Boru Batanghari
Sikripsi ini akan membahas watak-watak tokoh cerita Aek Sipaulak Hosayang sangat
mendasar dalam cerita.
1. Raja Silahisabungan
Raja Silahisabungan merupakan pemeran utama dalam cerita Aek Sipaulak Hosa.Raja
Silahisabungan adalah putera dari Tuan Sorba Dibanua yang mempunyai watak yang baik
hati, pemberani, penuh kasih sayang, dan tegas.
Watak dari Raja Silahisabungan, hal ini dilihat dalam contoh berikut:
Umbege hatani parsondukbolonna i, dibuat Silahisabungan ma Siorlombing sian
hadanghadanganna jala martonggo tu mulajadi nabolon asa dilehon mual Sipaulakhosa
alana nunga mauas Pinggan matio. Dungi dipantikhon Silahisabungan ma siorlombingna i
tu topi ni batu na pir jala haruar ma aek. Dungi di inum pinggan matio sasagal-sagalna.
Terjemahan :
Mendengar keluhan istrinya, Silahisabungan mengambil Siorlombing (tombak) dari
kantongannya, lalu berdoa kepada Mulajadi Nabolon agar diberikan air penghidupan (mual
sipaulak Hosa) karena Pinggan Matio merasa haus,kemudian silalahisabungan menancapkan
Siorlombingnya ke dinding batu terjal dan keluarlah air, lalu diminum Pinggan Matio
sepuas-puasnya, Air itulah yang di sebut” Mual Sipaulak hosa, ”yang terdapat dilereng bukit Silalahi
Nabolak.
Kutipan cerita diatas menggambarkan tentang kebaikan hati Raja Silahisabungan
terhadap istrinya.
Lanjutannya,...
Dihunduli Silahisabungan ma tano na diboanna sian balige jala dibuat aek na di
boan sian Mual siguti, huhut denggan jala marsahala dialusi : “raja pakpak na marsangap,
dang marsalah ahu. Hatani Rajai do sala. Tung barani di ahu martolon ia tano na hu
hunduli on tanoku dohot aek na hu inom on aek hu” dungi ninna Silahisabungan ma muse:
Natipniptip sanggar mambahen huru-huruan, jumolo sinungkun marga asa binoto
partuturan, ia goarhu sude jolma baoa mamboan. Na manungkun ma ahu marga aha ma
amang? dungi di jalang ma denggan Raja Parultep.
Umbege hata tolon ni Silahisabungan dohot uli ni hatanai, gabe mago ma muruk ni
Raja Parultep jala di alusi denggan : “goarmu sude jolma baoa maboan, goarhu pe
denggan ma paboaon, I ma ula-ulangku ari marga Padangbatanghri na domu tu marga
Panasaribu“ ninna.
Silahisabungan menduduki tanah yang dibawa dari Balige dan mengambil air
yang dibawa dari Mual Siguti, lalu dengan sopan santun dan cukup berwibawa,
menjawab : “ Raja Pakpak yang mulia, saya tidak bersalah, ucapan raja yang
mengada-ngada. Saya berani sumpah, bahwa tanah yang saya duduki ini adalah tanahku dan air
yang saya minum ini adalah airku,” Kemudian Silahisabungan memperkenalkan dirinya
dengan tutur katanya yang menawan, lalu menyalam Raja parultep dengan hormat.
Mendengar ucapan sumpah Silahisabungan dan tutur katanya yang menawan,
amarah Raja Parultep jadi hilang dan menjawab dengan ramah:“Aku adalah Raja
Pak-pak yang dijuluki Raja Parultep, marga Padangbatanghari sama dengan marga
panasaribu“, katanya.
2. Boru Batanghari
Boru Batanghari adalah istri pertama dari Raja Silahisabungan.Watak Boru
Batanghari dalam cerita Aek Sipaulak Hosa adalah Boru Batanghari penyayang, baik hati,
setia dan taat beribadah.
Hal ini dilihat dalam contoh berikut:
Sada tingki lao ma Silahisabungan dohot Pinggan matio boru Padanghari tu huta
simatuana di Balna. Tikki nakkok dolok Silalahi, parsondukbolonna na dung tung
mardenggan pamatang i nunga mahuas. Jala nunga loja, gabe maradi ma halaki didolok na
tukkis i. Nunga tung mauas Pinggan matio alani lojana mangandung ma ibana “Loja ma
boruadi mamboan tua sian mulajadi, mauas ma tolonan ndang adong mangubati. Jonok do
berengon sillumalan na so dundungonki, boha do parsahatku tu hota ni damang parsinuan,
dainang pangintubu I” ninna.
Pada suatu hari pergilah silahisabungan Bersama Pinggan Matio boru
padangbatanghari kekampung mertuanya di Balla. Sewaktu mendaki bukit silalahi,isterinya
yang sudah hamil tua mulai merasa dahaga. Rasa penat mulai terasa, sehingga mereka
beristirahat dilereng bukit yang terjal. Rasa haus pinggan Matio mulai mendesak dan karena
capeknya ia bersenandung dengan sedih : katanya. “sudah lelah aku membawa kandungan,
rasa haus tak ada mengobati. Nampak dekat air danau tetapi tak terjangkau, apakah aku
sampai dikampung orang tuaku”.
4.2 Analisis Nilai-Nilai Sosiologi Cerita Aek Sipaulak Hosa
Berdasarkan tinjauan dari unsur-unsur intrinsik di atas, dapatlah dianalisis nilai-nilai
sosiologis cerita Aek Sipaulak Hosadengan menggunakan pendekatan sosiologis tanpa
menghilangkan konteks sastra karena tidak terlepas dari unsur-unsur karya sastra tersebut.
Karya sastra ini lebih menekankan pada pembahasan nilai-nilai sosiologis maka objek
bahasannya adalah interaksi dari pada tokoh-tokoh dalam cerita tersebut sehingga
menghasilkan nilai-nilai sosiologis yang terdapat dalam karya sastra itu sendiri.
4.2.1 Sistem Kekerabatan
Dalam cerita Aek Sipaulak Hosa, sistem kekerabatan sangat lah terlihat jelas antara
keakraban Raja Parultep terhadap Raja Silahisabungan dimana pemberian dariRaja Parultep
sangat dihargai Raja Silahisabungan.
Hal ini dilihat dalam contoh berikut:
Dungi ninna Silahisabungan ma : Horas ma tulang, ai Inongku pe boru Pasaribu
do, ninna jala huhut mandok Raja Parultep asa nangkok tu sopo-sopo na i alana ari
nunga naeng holom. Ditogihhon Silahisabungan ma Raja Parultep marborngin di sopo i.
Las ma rohani ibana manjalo hata ni Silahisabungan i asa boi marnonang halaki
Sidung mangan marrnonang ma halaki sahat tu bagas borngin. Tingki marnonang
halaki disungkun Raja Parultep ma idia dongan Saripe ni Silahisabungan. Di alusi ibana ma
na so adong dope Parsondukbolonna. Doli-doli na matoras do ibana na so hea dope
marbagas. Umbege hata dohot denggan ni Silahisabungan manghatai, ninna Raja parultep
ma tu Silahisabungan: “adong 7 boruku. Nunga sude magodang, molo olo do hogabe hela ku
marsogot hita tu Balla. Pillit masada boruku gabe dongan Saripemu. alai tung na so
tupamarimbang saleleng ngolum. Tung mansa las rohani Silahisabungan jala huut ninna”ai
naboa tung barani ahu tu balla anggo dang marhite adat. Ai au pe sahalak hu sambing do
mangolu.hupangido, unang ma maol holong ni roha ni tulang mamboan paribanki tu son,
asa disonma hupillit. Di jakkon Raja Parultep ma pangidoan ni na naeng hela na i. Jala
huhut maniti sada ari na laho pardomuan huhut parsauton ni halak i.
Terjemahan :
Kemudian Silahisabungan berkata :”horas la paman, Ibu yang melahirkan aku
adalah boru pasaribu” katanya sambil mempersilahkan raja parultep naik kegubuk karena
hari sudah mulai gelap,silahisabungan mengajak raja parultep bermalam digubuk itu.
Ajakan Silahisabungan diterimanya dengan senang hati agar mereka dapat
bercakap-cakap sepanjang malam.
Setelah makan mereka asik bercakap-ckap sampai larut malam. Dalam
percakapan mereka Raja Parultep menanya dimana istri dan keluarga Silahisabungan.
Dijawabnya bahwa istrinya belum ada. Dia masih perjaka belum pernah berumah tangga.
Mendengar tutur kata dan sopan santun dari Silahisabungan, Raja ingin bermenentukan
Silahisabungan lalu berkata : “ ada putriku 7 orang, Semuanya sudah anak gadis kalau
Kalau tidak memenuhi adat istiadat. Sedang hidupku hanya sebatang kara. Kumohon ,
janganlah alang kepalang, kasih sayang pamanlah membawa paribanku itu kemari,
supaya disini saya pilih “.
Nilai inti kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat
Dalihan Na Tolu (Hula-hula, dongantubu, boru). Hubungan kekerabatan dalam hal ini
terlihat pada tutur sapa baik karena pertautan darah, solidaritas marga, martandang dan
segala yang berkaitan dengan hubungan kekerabatan karena perkawinan. Dalam cerita Aek
Sipaulak Hosa, terdapat tokoh-tokoh seperti ayah, ibu, anak dan saudara-saudara yang mencakup hubungan kekerabatan. Nilai kekerabatan dalam serita “Aek Sipaulak Hosa” terdiri dari lima persitiwa tuturan. Pertama, solidaritas tolong menolongyang dilakukan oleh
Raja Silahisabungan kepada istrinya
Kedua, Raja Silahisabungan menghormatiRaja Parultep,yang menjadi mertuanya.
Ketiga, ketika Raja Parultep dan Istrinya memberikan berkat kepada Silahisabungan.
Keempat, pada saat Raja Silahisabungan menyetujui untuk ikut menemani istrinya ke Balla.
Kelima, Raja Silahisabungan membuat Aek Sipaulak Hosa. 4.2.2 Tanggung Jawab
Tanggung Jawab adalah suatu kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung Jawab juga berati berbuat
sebagai wujutan atas perbuatannya.Sebagai seorang suami yang sangat sayang sama istrinya
Silahisabungan menyetujui keinginan istrinya.
Hal ini dilihat dalam contoh berikut:
Dung salpu sia bulan nunga masihol iibana tu natorasna. di togihon ibana ma
Silahisabungan lao tu Balla manjumpangi. Silahisabungan na tung holong rohana tu