• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Likuiditas, Laba, Dan Arus Kas Dapat Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Likuiditas, Laba, Dan Arus Kas Dapat Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun ini perkembangan ekonomi dunia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan ini disebabkan oleh semakin kuat dan meluasnya globalisasi di seluruh dunia. Bisnis yang berpengalaman dan kuat akan semakin mendapat keuntungan karena pengaruh meluasnya globalisasi. Namun di sisi lain, sebagai bisnis yang baru tumbuh ataupun bisnis berskala nasional akan sulit dalam bersaing dengan perusahaan lainnya, sehingga berdampak perushaan berskala kecil akan mengalami krisis keuangan dalam perusahaan mereka.

(2)

pengawasan kondisi keuangan perusahaan sehingga dalam penggunaannya kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Suatu perusahaan dapat dikategorikan sedang mengalami financial distress saat perusahaan tersebut memiliki kinerja yang menunjukkan laba operasinya negatif, laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif, dan perusahaan yang melakukan merger (Brahmana, 2007). Financial distress merupakan suatu keadaan dimana arus kas operasi tidak cukup untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya seperti hutang dagang ataupun biaya bunga.

(3)

mencegah suatu perusahaan agar tidak terjebak pada kondisi financial distress, salah satunya adalah melakukan prediksi financial distress di suatu perusahaan. Dengan mengetahui kondisi financial distress diharapkan perusahaan dapat melakukan tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan sedini mungkin (Alimilia, 2004).

Dalam penelitian ini konsep financial distress yang dipakai adalah konsep financial distress berdasarkan Classens et al (2000) penentuan perusahaan yang

mengalami financial distress adalah dari interest coverage ratio yakni rasio antara laba operasi dibandingkan dengan beban bunga, jika interest coverage ratio kurang dari satu perusahaan termasuk dalam kategori perusahaan yang mengalami financial distress. Interest Coverage Ratio dirancang untuk menghubungkan biaya

keuangan perusahaan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar biaya tersebut. Rasio ini berfungsi sebagai ukuran kemampuan perusahaan membayar bunga dan menghindari kebangkrutan. Secara umum, semakin tinggi rasio, semakin besar kemungkinan perusahaan dapat membayar bunga tanpa kesulitan.

Hal ini juga sesuai dengan Brigham dan Gapenski (1997) mengatakan bahwa semakin besar pembiayaan dari hutang, dan semakin besar beban bunga tetap, semakin besar probabilitas bahwa penurunan earning akan mengarah kepada kesulitan keuangan. Jadi hutang dapat pula menyebabkan kesulitan keuangan.

(4)

rasio keuangan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya terjadi. Pada umumnya penelitian tentang kebangkrutan, kegagalan, maupun financial distress menggunakan indikator kinerja keuangan sebagai prediksi

dalam memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang (Iramani, 2007). Indikator ini diperoleh dari analisis rasio-rasio keuangan yang terdapat pada informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan, dimana informasi tersebut sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat oleh manajer perusahaan (Almilia, 2006). Rasio keuangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio likuiditas. Rasio ini menunjukkan mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus dipenuhi, atau mengenai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Rasio likuiditas biasanya diukur dengan menggunkan current ratio (CR), yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar Platt dan Platt (2002).

(5)

terlalu berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress di suatu perusahaan. Di lain pihak, di luar dugaan Jiming dan Wei Wei pada penelitiannya yang dilakukan di China (2011) dimana menyatakan bahwa cash to current liabilities ratio memiliki pengaruh positif terhadap terjadinya financial distress.

Berdasarkan adanya perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, maka dalam penelitian ini digunakan variabel rasio likuiditas untuk membuktikan bagaimana sebenarnya pengaruh rasio likuiditas terhadap prediksi financial distress di suatu perusahaan.

Laporan laba rugi bertujuang untuk menggambarkan hasil operasi perusahaan di periode waktu tertentu, dimana tujuan utama dari perusahaan adalah mendapatkan laba. Laporan laba rugi menggambarkan keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Dengan membandingkan antara pendapatan perusahaan dengan biaya, maka dapat mengungkapkan laba rugi perusahaan. Manfaat laba rugi secara lebih lanjut adalah untuk mengetahui kemampuan perusahan dalam melakukan pembagian deviden kepada para investor. Laba bersih suatu perusahaan digunakan sebagai dasar pembagian deviden kepada investor perusahaan tersebut. Jika laba perusahaan sedikit atau bahkan mengalami kerugian, maka pihak investor tidak mendapatkan deviden. Jika hal ini terjadi secara berturut-turut, akan mengakibatkan investor bertindak untuk menarik investasinya karena menganggap perusahan tersebut mengalami kondisi permasalahan keuangan atau financial distress. Kondisi ini jika berkelanjutan nantinya akan berakhir pada

(6)

ini peneliti ingin membuktikan secara empiris mengenai kemampuan informasi laba dalam memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan.

Arus kas juga memberikan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam periode waktu tertentu. Dalam menjalani operasi usahanya perusahaan akan mengalami arus masuk kas (cash inflows) dan arus keluar kas (cash outflows). Jika arus kas masuk lebih besar daripada arus kas keluar situasi ini disebut positive cash flows, dan jika sebaliknya saat arus kas masuk lebih sedikit daripada arus kas keluar maka akan terjadi negative cash flows.

Informasi arus kas dibutuhkan pihak kreditor untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam pembayaran hutangnya. Jika arus kas perusahaan jumlahnya besar, maka pihak kreditor menerima keyakinan pengembalian kredit yang diberikan. Jika arus kas perusahaan bernilai kecil, maka kreditor tidak mendapatkan keyakinan atas kemampuan perusahaan dalam membayar hutang. Jika kondisi ini terjadi secara terus menerus, kreditor selanjutnya tidak akan mempercayakan kreditnya kembali kepada perusahaan karena perusahaan dianggap mengalami permasalahan keuangan atau financial distress. Dengan demikian maka aru kas dapat dijadikan indikator bagi pihak kreditor untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. atas dasar ini, maka peneliti ingin membuktikan secara empiris mengenai kemampuan arus kas dalam memberikan informasi dan memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan.

(7)

menunjukkan bahwa arus kas merupakan prediksi yang buruk terhadap financial distress. Gentry et al(1985) dalam Atmini (2005) mendukung penelitian bahwa arus kas memasukkan berbagai aliran dana seperti dividen dan pengeluaran modal sedangkan Azis dan Lawson (1989) mengatakan bahwa model berbasis arus kas lebih efektif dalam memprediksi peringatan kebangkrutan lebih awal.

Melalui uraian di atas, diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi investor dan kreditor serta pihak internal perusahaan dalam mendeteksi kondisi keuangan perusahaan. Dan perusahaan juga dapat mengetahui kondisi keuangannya sehingga dapat melakukan antisipasi kondisi kesulitan keuangan perusahaannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dianalisis laporan keuangan perusahaan untuk memprediksi tingkat financial distress perusahaan dengan judul “Pengaruh Rasio Likuiditas, Laba, dan Arus Kas Dapat Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Apaka likuiditas berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apaka laba berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

(8)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh rasio likuiditas, laba dan arus kas dapat memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memebrikan manfaat dan menambah wawasan peneliti mengenai pengaruh rasio likuiditas, laba dan arus kas dapat memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi pihak manajemen sebagai yang dapat dipertimbangkan dan dicermati oleh perusahaan khususnya mengetahui bagaimana pengaruh rasio likuiditas, laba dan arus kas dapat memprediksi kondisi financial distress.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan urutan penulisannya adalah gambaran umum dari objek penelitian yaitu mengenai analisis rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan

Rasio keuangan tersebut adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitas yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat financial distress

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

Salah satu cara untuk memprediksi kondisi financial distress ini adalah dengan melakukan analisa terhadap laporan keuangan, yaitu dengan analisis rasio keuangan agar dapat

Profitabilitas mempunyai pengaruh negatif dan signifikan dalam memprediksi financial distress pada perusahaan tersebut. Likuiditas tidak berpengaruh dalam memprediksi financial

bahwa model laba merupakan model yang lebih baik dari pada model arus kas dalam memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. 2

Hasil dari penelitian ini menunjukan likuiditas tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress, artinya apabila perusahaan mampu membayar hutangnya dengan

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial distress Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”..