• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI - Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Perkembangan Usaha Studi Pada Debitur Kupedes Kredit Umum Pedesaan Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Unit Setia Budi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORI - Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Perkembangan Usaha Studi Pada Debitur Kupedes Kredit Umum Pedesaan Pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Unit Setia Budi Medan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

Teori digunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu yang bersangkutan memang bisa

mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab. Secara umum , teori

merupakan bahan dasar yang digunakan untuk meramalkan atau memprediksi jawaban atas

permasalahan peneliti. Teori menjelaskan mengenai hubungan antar konsep, antar variabel serta

berbagai penjelasan mengenai gejala sosial yang ada.

Vredenbergt (1978) dalam Azuar Juliandi (2013 : 40) menyatakan bahwa teori berfungsi untuk

menjelaskan hubungan antara suatu gejala dan pengamatan yang telah dilakukan ; meramalkan

fungsi dari gejala-gejala yang diamati berdasarkan pengetahuan yang telah dipersoalkan oleh

teori.

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini yaitu Kredit Kupedes BRI,

Usaha Kecil dan Perkembangannya.

2.1. Kredit

2.1.1.Pengertian Kredit

Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 12, Kredit adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamkan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antar bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil

(2)

Kredit berasal dari bahasa Yunani, credere, yang berarti kepercayaan, dari bahasa Latin yaitu

credo, yang berarti pengakuan iman/kepercayaan dimana kreditur (pihak yang memiliki

modal/dana) memberikan kepercayaan (kredit/credere) kepada debitur (pihak yang meminjam

dana) untuk mengelola sejumlah dana guna diputarkan agar dapat menghasilkan.

Umumnya sebagai atas kepercayaan yang diberikan pemilik dana (kreditur), maka pihak

peminjam (debitur) merealisasikan syarat-syarat yang diminta kreditur dalam bentuk

perilaku-perilaku (dalam bahasa Yunani perilaku-perilaku tersebut disebut credenda). Credenda merupakan

perilaku debitur yang diwujudkan dalam bentuk barang jaminan (berupa benda bergerak atau

benda tidak bergerak seperti BPKB kendaraan bermotor/mobil, sertifikat tanah). Dengan kata

lain, credere (kepercayaan) akan dibalas dengan credenda (perilaku) yang sesuai dengan

kepercayaan yang diberikan.

Dalam bahasa Indonesia credenda dapat diartikan dengan agunan/jaminan.

pinjaman debitur tersebut.

2.1.2. Unsur-unsur Kredit

Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah :

a. Kepercayaan, yaitu : keyakinan dari si pemberi kredit bahwa dana yang diberikan

benar-benar akan diterima kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan

datang.

b. Waktu, yaitu : masa yang memisahkan antara pemberian kredit ( prestasi) dengan

(3)

ini, nilai uang yang akan diterima dimasa yang akan datang lebih tinggi dari nilai uang

itu sekarang.

c. Degree of Risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat adanya

jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang

akan diterima di masa yang akan datang.

d. Prestasi, yaitu merupakan objek dari kredit tersebut dapat berupa uang tapi dapat juga

berbentuk barang dan jasa.

Tetapi dalam kehidupan modern sekarang ini kredit didasarkan kepada uang maka

transaksi-transaksi yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.

2.1.3. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian kredit tentunya memiliki beberapa tujuan yang tidak terlepas dari misi perusahaan

didirikan. Menurut Kasmi (2009 : 105), tujuan pemberian kredit adalah :

1. Mencari keuntungan

Tujuan utama dari pemberian kredit kepada debitur adalah untuk mendapatkan keuntungan

dalam bentuk bunga kredit sesuai perjanjian antara pihak debitur dengan bank yang

bersangkutan.

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan berikutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana

untuk investasi maupun untuk modal kerja. Dana terseut digunakan untuk mengembangkan dan

memperluas usahanya.

(4)

Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam rangka peningkatan pembangunan di

berbagai sektor terutama sektor rill, karena semakin banyak kredit disalurkan untuk

pengembangan usaha kecil, semakin baik pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan fungsi kredit menurut Untung (2005 : 4), funsi kredit bagi perdagangan usaha kecil

adalah :

1. Meningkatkan daya guna uang

2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

3. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang

4. Sebagai satu alat stabilitas ekonomi

5. Meningkatkan kegairahan berusaha

6. Meningkatkan pemerataan pendapatan

7. Meningkatkan hubungan internasional

2.1.4. Pengelompokan Kredit

Menurut Untung (2005), kredit dapat dikelompokkan menurut berbagai kriteria, yaitu dari

kriteria lembaga pemberi-penerima kredit, jangka waktu serta penggunaan kredit.

1. Kredit dikelompokkan berdasarkan kriteria lembaga pemberi-penerima kredit :

a. Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha dan konsumsi.

Kredit ini merupakan kredit yang diberikan oleh bank pemerintah maupun swasta kepada dunia

usaha guna untuk membiayai kebutuhan permodalan, ataupun kepada individu untuk membiayai

pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.

(5)

Kredit likuiditas adalah kredit yang diberikan oleh Bank Sentral kepada bank-bank yang

beroperasi di Indonesia, yang digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya.

Kredit ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia sesuai pasal 29 UU Bank Sentral tahun 1968,

berguna untuk memajukan urusan perkreditan dan sekaligus bertindak sebagai pengawas atas

urusan kredit tersebut.

c. Kredit langsung

Kredit langsung adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah,

atau semi pemerintah. Misalnya Bank Indonesia memberikan kredit langsung kepada Bulog

dalam rangka pelaksanaan program pengadaan pangan.

2. Kredit dikelompokkan berdasarkan segi tujuan penggunaanya, dapat digolongkan

menjadi :

a. Kredit konsumtif

Kredit konsumtif adlah kredit yang diberikan bank pemerintah atau bank swasta kepada

perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsi sehari-hari.

b. Kredit produktif

Kredit produktif terbagi atas kredit investasi dan kredit eksploitasi.

Kredit investasi adalah kredit yang ditujukan untuk membiayai modal tetap, yaitu peralatan

produksi, gedung dan mesin-mesin (jangka waktu panjang).

c. Kredit perdagangan

Kredit perdagangan digunakan untuk perdagangan , biasanya untuk membeli barang dagangan

yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang tersebut.

Kredit eksploitasi adalah kredit yang ditujukan untuk pembiayaan kebutuhan dunia usaha akan

(6)

3. Kredit dikelompokkan berdasarkan segi waktu, dapat digolongkan menjadi :

a. Kredit jangka pendek (short term loan), yaitu kredit yang berjangka waktu

maksimum 1 tahun. Bentuknya dapat berupa kredit rekening koran, kredit

penjualan, kredit pembeli dan kredit wesel.

b. Kredit jangka menengah (medium term loan), yaitu kredit yang berjangka waktu 1

sampai 3 tahun.

c. Kredit jangka panjang (long term loan), yaitu kredit yang berjangka waktu lebih

dari 3 tahun. Yang termasuk dalam kredit jangka panjang pada umumnya adalah

kredit investasi yang bertujuan untuk menambah modal perusahaan dalam rangka

rehabilitasi, ekspansi (perluasan) dan pendirian proyek baru.

2.1.5. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Prinsip-prinsip pemberian kredit dapat dilihat dari Analisi 5 C (BRI, Analaisa Kupedes 2012),

yaitu :

1. Character

Analisis karakter dapat dilihat dari :

a. Rasa tanggung jawab debitur

b. Kejujuran debitur

c. Keseriusan debitur dalam berbisnis

d. Keinginan debitur untuk membayar semua kewajiban kepada bank dengan

seluruh kekayaan yang dimiliki

(7)

a. Riwayat hubungan dengan bank

b. Riwayat peminjam

c. Reputasi dalam bisnis

d. Keuangan, manajemen dan legalitas usaha

2. Capacity, merupakan kemampuan debitur membuat rencana dan mewujudkan

menjadi kenyataan, menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan,

Menganalisa capacity seseorang debitur dapat dilihat dari : kemampuan manajerial dan

kemampuan finansial.

3. Capital

Capital adalah kemampuan perusahaan dalam memikul beban pembiayaan dan risk sharing

perusahaan.

4. Collateral

Collateral adalah jumlah jaminan yang berfungsi untuk menutupi pinjaman debitur berupa

agunan seperti sertifikat tanah.

5. Condition

Condition merupakan kondisi suatu perusahaan saat mengatasi ancaman dan peluang yang

berasal dari lingkunga eksternal maupun internal perusahaan yang akan berpengaruh terhadap

keberhasilan perusahaan.

2.1.6. Unsur-Unsur Kredit

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah :

(8)

Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan akan

benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di masa yang akan datang.

2. Kesepakatan

Kesepakatan merupakan perjanjian antara kedua belah pihak dimana masing-masing pihak

menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.

3. Jangka waktu

Jangka waktu merupakan masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

4. Resiko

Resiko merupakan suatu kemungkinan tidak tertagihnya pinjaman atau macetnya pengembalian

kredit.

5. Balas jasa

Balas jasa merupakan suatu keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa, yang dikenal

dengan nama bunga.

2.2. Usaha Kecil

2.2.1. Pengertian Usaha Kecil

Terdapat beberapa perbedaan mengenai pengertian usaha kecil, baik menurut Undang-undang,

Perbankan, Biro Pusat Statistik dan lembaga-lembaga lainnya. Apa yang menjadi batasan usaha

kecil masih sulit untuk dijelaskan. Penentuan batasan usaha kecil cenderung kepada modal awal,

(9)

Menurut Tohar (2000 : 2), beberapa batasan usaha kecil dilihat dari total asset, total penjualan

bersih per tahun dan status kepemilikan antara lain :

1. Definisi-definisi usaha kecil dari berbagai segi tersebut :

a. Berdasarkan Total Aset

Berdasarkan total asset, pengusaha kecil adalah pengusaha yang memilik kekayaan

bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat membuka usaha.

b. Berdasarkan Total Penjualan Bersih Per Tahun

Berdasarkan total penjualan bersih per tahun, pengusaha kecil adalah pengusaha yang

memiliki hasil total penjualan bersih per tahun paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar

rupiah)

c. Berdasarkan Status Kepemilikan

Berdasarkan status kepemilikan, usaha kecil adalah usaha berbentuk perseorangan, bisa

berbadan hukum atau tidak berbadan hukum, yang didalamnya termasuk koperasi.

Menurut Tohar (2000 : 2), kriteria-kriteria usaha kecil antara lain :

Usaha kecil termasuk koperasi merupakan kegiatan ekonomi rakyat dengan skala kecil yang

memiliki kriteria :

a. Memiliki kekayaan bersih atau total asset paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua

ratus juta rupiah)

b. Memiliki hasil penjualan bersih per tahun paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu

milyar rupiah)

(10)

d. Berdiri sendiri, artinya bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, atau berafiliasi entah langsung atau tidak langsung dengan usaha

menengah atau dengan usaha besar.

e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan

usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

2. Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia kepada Bank Umum di

Indonesia No. 3/9Bkr, tgl. 17 Mei 2001, Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kriteria

:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ;

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- ;

c. Milik Warga Negara Indonesia

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak

langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

e. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum, atau

badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

3. Usaha kecil menurut Biro Pusat Statistik :

Usaha rumah tangga yaitu, mempunyai 1-5 tenaga kerja,

Usaha kecil yaitu, mempunyai 6-19 tenaga kerja.

Usaha menengah yaitu, mempunyai 20-99 tenaga kerja.

(11)

4. Menurut Undang-undang No. 9 tahun 1995 yaitu, usaha kecil adalah

kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan paling bersih paling banyak Rp.

200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil

penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- dan milik warga negara Indonesia.

2.2.2. Jenis-Jenis Usaha Kecil

Usaha kecil dikelompokkan dalam 4 kelompok :

1. Usaha Perdagangan

Keagenan : agen koran/majalah, sepatu, pakaian, dan lain-lain ; pengecer : minyak, kebutuhan

pokok, buah-buahan, dan lain-lain ; Ekspor/Impor : produk lokal dan internasional ; sektor

informal : pengumpul barang bekas, pedagang kaki lima dan lain-lain,

2. Usaha Pertanian

Meliputi Perkebunan : pembibitan dan kebun buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain ;

Peternakan : ternak ayam, petelur, susu sapi ; Perikanan : darat/laut seperti tambank udang,

kolam ikan dan lain-lain.

3. Usaha Industri

Industri Makanan/Minuman ; Pertambangan ; Pengrajin ; Konveksi dan lain-lain.

4. Usaha Kecil

Jasa Konsultan ; perbengkelan ; restoran ; jasa konstruksi ; jasa transportasi ; jasa telekomunikasi

; jasa pendidikan dan lain-lain.

2.2.3. Ciri-Ciri Usaha Kecil

Menurut Anoraga (2002 : 16) para ahli sering menciptakan ciri-ciri usaha kecil dilihat dari sisi

(12)

mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Menurut Longenecker dan Moore (2000 : 9),

karakteristik seorang wirausaha adalah kebutuhan akan keberhasilan, keinginan untuk

mengambil resiko, percaya diri dan keinginan untuk berbisnis, entasi pada masa depan dan

penuh gagasan.

Sedangkan menurut Soetadi (2010 : 63), wirausaha memiliki ciri-ciri :

1. Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan

dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya.

2. Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang yang

menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut

3. Mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menhasilkan

barang dan jasa yang lebih tepat dan efisien.

4. Mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah

dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli.

5. Mengahadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur,

hemat, dan disiplin

6. Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas

perusahaan dengan memanfaatkan dan memotivasi orang lain.

2.2.4. Masalah-Masalah Yang Dihadapi Usaha Kecil

Secara umum menurut Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia dalam Hendrawan (2000 : 138),

masalah-masalah yang dihadapi sektor usaha kecil antara lain :

(13)

Masalah dari permodalan antara lain : suku bunga kredit yang tinggi, kurangnya

informasi sumber pembiayaan dari lembaga keuangan non bank, sistem dari lembaga keuangan

yang rumit memakan waktu yang relatif lama.

Menurut Anoraga dan Sudantoko (2000 : 227), bagi pengembangan usaha kecil, masalah modal

merupakan kendala terbesar.

Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan usaha kecil untuk mendapatkan pembiayaan untuk

modal dasar maupun langkah-langkah pengembangan usaha kecil, yaitu : melalui kredit

perbankan, pinjaman lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, pinjaman dari dana

penyisihan sebagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hibah, dan jenis-jenis

pembiayaan lainnya.

2. Pemasaran

Pengusaha kecil banyak yang kurang memiliki daya saing jika berhadapan dengan usaha besar,

adanya persaingan tidak sehat diantara jenis usaha dan kurangnya indormasi pemasaran produk.

3. Bahan Baku

Penyaluran bahan baku yang kurang memadai dan harga bahan baku yang relative tinggi dapat

menyebabkan rendahnya tingkat kualitas bahan baku dari suatu produk.

4. Teknologi

Tenaga kerja yang ahli dan terampil dalam bidangnya masih sedikit, akses dan teknologi yang

tidak merata pada segala bidang dan kurangnya peralatan teknologi yang memadai serta

kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan teknologi yang ada saat ini.

(14)

Usaha kecil banyak yang tidak memiliki manajemen yang baik. Usaha kecil tidak dapat membuat

pembukuan keuangan yang teratur serta kemampuan mengorganisasi diri dan karyawan yang

masi lemah. Untuk itu dibutuhkan pelatihan manajemen.

6. Birokrasi

Usaha kecil yang berbadan hukum masih sedikit disebabkan proses birokrasinya cukup sulit dan

membutuhkan dana yang cukup besar serta jangka waktu yang cukup lama.

7. Kemitraan

Kemitraan usaha kecil dan usaha besar memiliki manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan

sektor usaha kecil, demikian hal transfer ilmu manajemen dan teknologi yang kurang

dimaksimalkan usaha kecil.

8. Peraturan

Peraturan-peraturan yang berkaitan dan berhubungan dengan pengembangan bisnis secara umum

juga memiliki dampak terhadap pengembangan usaha kecil. Hal ini tentu berkaitan dengan

kebijakan oleh pemerintah dalam rangka memajukan sektor usaha kecil.

9. Masalah Internal Perusahaan

Pengembangan usaha kecil dicirikan dengan lemahnya kondisi internal yaitu, lemahnya

penguasaan teknologi, manajemen yang sederhana, lemahnya jaringan distribusi pemasaran serta

sifat ketergantungan yang kuat.

10. Masalah Desain

Salah satu kelemahan usaha kecil adalah usaha kecil masih memiliki desain yang

terkesan lemah dan sederhana, masih melakukan peniruan desain serta kurang memiliki

(15)

2.2.5. Strategi Pengembangan Usaha Kecil

Menurut Suryana (2003 : 87), strategi yang tepat dalam mengembangkan sektor usaha kecil

adalah meliputi aspek-aspek antara lain :

1. Peningkatan akses kepada aset produktif terutama modal,

teknologi manajemen, pemasaran dan segi-segi penting lainnya.

2. Peningkatan akses pada pasar yang meliputi: suatu

spectrum kegiatan yang luas mulai dari perdagangan usaha sampai pada

informasi pasar, bantuan produksi dan prasarana serta sarana pemasaran.

Khususnya bagi usaha kecil dipedesaan, prasarana ekonomi yang dasar

dan akan sangat membantu adalah perhubungan.

3. Kewirausahawan, dalam hal ini pelatihan-pelatihan

mengenai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berusaha

sangatlah penting. Namun, bersamaan dengan atau dalam pelatihan

tersebut maka sangat penting ditanamkan semangat berwirausaha. Hal ini

harus diperluas sejak dini dalam sistem pendidikan kita dalam rangka

membangun bangsa Indonesia yang mandiri yakni, bangsa niaga yang

maju dan bangsa industri yang tangguh.

4. Kelembagaan, kelembagaan ekonomi dalam arti luas

adalah pasar. Maka memperkuat pasar adalah penting, tetapi harus disertai

pengendalian agar bekerjanya pasar tidak melenceng dan mengakibatkan

melebarnya kesenjangan. Untuk itu diperlukan intervensi-intervensi yang

tepat yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah dasar dalam ekonomi

(16)

5. Kemitraan, kemitraan usaha merupakan jalur penting dan

strategis bagi perkembangan ekonomi rakyat. Kemitraan telah terbukti

berhasil diterapkan di negara-negara lain seperti : Jepang, Hongkong,

Singapura, dan Korea Selatan. Dengan pola backward linkages akan

terkait erat antara usaha besar dan menengah dan kecil serta usaha asing

(PMA) dengan usaha kecil lokal.

2.3. Kerangka Berfikir

Keterbatasan modal yang dimiliki oleh para pengusaha kecil menyebabkan usaha kecil

sulit untuk berkembang. Modal yang biasanya dibutuhkan oleh pengusaha kecil dapat diperoleh

melalui kredit lembaga keuangan bank maupun kredit lembaga keuangan non-bank. Namun,

pengusaha kecil kurang mengetahui kredit yang berasal dari perbankan karena kurangnya

sosialisasi antara pihak perbankan dan pengusaha kecil serta pola pikir pengusaha kecil yang

berpendapat sulitnya bagi pengusaha kecil untuk mengakses persyaratan-persyaratan yang

diajukan perbankan dalam proses pencairan pinjaman/ kredit. Terdapat dua permasalahan di

dalam hak aspek para pelaku usaha kecil yaitu, mobilisasi awal dan akses ke modal kerja serta

finansial jangka panjang ( Tambunan dalam Hendrawan, 2004 : 74). Modal awal usaha kecil

biasanya bersumber dari tabungan pribadi pengusaha sedangkan untuk modal kerja dan finansial

jangka panjang diperoleh dari pinjaman/kredit ( Hendrawan dalam Marbun, 2009 ). Secara

sederhana kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 2.1 :

(17)

Paradigma Berpikir Peneliti

Sumber : penulis, 2013

2.4. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah : perkembangan

usaha kecil yaitu perkembangan pendapatan usaha kecil di BRI Unit Setia Budi Medan. Pemberian Kredit

KUPEDES

(X)

Jumlah Pemberian Kredit

Pengembangan Usaha Kecil

(Y)

Referensi

Dokumen terkait

The research method in this study covers research design, unit of analysis, source of data, technique of data collection and technique of data analysis.. Based o the theo ies above,

Microsoft Access 2000 merupakan salah satu aplikasi yang digunakan untuk pembuatan database. Program database ini ditujukan untuk mengolah data-data dari para calon Tenaga

Apabila terdapat tim dengan total nilai yang sama, maka tim yang akan diambil memasuki tahap kedua adalah tim yang mendapatkan jumlah benar terbanyak.. TAHAP II

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B5, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

ASTON TAMBUNAN, M.Si... ASTON TAMBUNAN,

[r]

KEY WORDS: globes, digitizing device, digital model, complex adjustment, 2D and 3D visualisation, cultural

Indonesia 3.5 Menggali informasi dari teks cerita narasi sejarah tentang nilai- nilai perkembangan kerajaan Islam di Indonesia dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa