BAB II
KERANGKA TEORI
Teori digunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu yang bersangkutan memang bisa
mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab. Secara umum , teori
merupakan bahan dasar yang digunakan untuk meramalkan atau memprediksi jawaban atas
permasalahan peneliti. Teori menjelaskan mengenai hubungan antar konsep, antar variabel serta
berbagai penjelasan mengenai gejala sosial yang ada.
Vredenbergt (1978) dalam Azuar Juliandi (2013 : 40) menyatakan bahwa teori berfungsi untuk
menjelaskan hubungan antara suatu gejala dan pengamatan yang telah dilakukan ; meramalkan
fungsi dari gejala-gejala yang diamati berdasarkan pengetahuan yang telah dipersoalkan oleh
teori.
Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini yaitu Kredit Kupedes BRI,
Usaha Kecil dan Perkembangannya.
2.1. Kredit
2.1.1.Pengertian Kredit
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 pasal 1 ayat 12, Kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamkan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antar bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil
Kredit berasal dari bahasa Yunani, credere, yang berarti kepercayaan, dari bahasa Latin yaitu
credo, yang berarti pengakuan iman/kepercayaan dimana kreditur (pihak yang memiliki
modal/dana) memberikan kepercayaan (kredit/credere) kepada debitur (pihak yang meminjam
dana) untuk mengelola sejumlah dana guna diputarkan agar dapat menghasilkan.
Umumnya sebagai atas kepercayaan yang diberikan pemilik dana (kreditur), maka pihak
peminjam (debitur) merealisasikan syarat-syarat yang diminta kreditur dalam bentuk
perilaku-perilaku (dalam bahasa Yunani perilaku-perilaku tersebut disebut credenda). Credenda merupakan
perilaku debitur yang diwujudkan dalam bentuk barang jaminan (berupa benda bergerak atau
benda tidak bergerak seperti BPKB kendaraan bermotor/mobil, sertifikat tanah). Dengan kata
lain, credere (kepercayaan) akan dibalas dengan credenda (perilaku) yang sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan.
Dalam bahasa Indonesia credenda dapat diartikan dengan agunan/jaminan.
pinjaman debitur tersebut.
2.1.2. Unsur-unsur Kredit
Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah :
a. Kepercayaan, yaitu : keyakinan dari si pemberi kredit bahwa dana yang diberikan
benar-benar akan diterima kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan
datang.
b. Waktu, yaitu : masa yang memisahkan antara pemberian kredit ( prestasi) dengan
ini, nilai uang yang akan diterima dimasa yang akan datang lebih tinggi dari nilai uang
itu sekarang.
c. Degree of Risk, yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat adanya
jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang
akan diterima di masa yang akan datang.
d. Prestasi, yaitu merupakan objek dari kredit tersebut dapat berupa uang tapi dapat juga
berbentuk barang dan jasa.
Tetapi dalam kehidupan modern sekarang ini kredit didasarkan kepada uang maka
transaksi-transaksi yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.
2.1.3. Tujuan dan Fungsi Kredit
Pemberian kredit tentunya memiliki beberapa tujuan yang tidak terlepas dari misi perusahaan
didirikan. Menurut Kasmi (2009 : 105), tujuan pemberian kredit adalah :
1. Mencari keuntungan
Tujuan utama dari pemberian kredit kepada debitur adalah untuk mendapatkan keuntungan
dalam bentuk bunga kredit sesuai perjanjian antara pihak debitur dengan bank yang
bersangkutan.
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan berikutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana
untuk investasi maupun untuk modal kerja. Dana terseut digunakan untuk mengembangkan dan
memperluas usahanya.
Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam rangka peningkatan pembangunan di
berbagai sektor terutama sektor rill, karena semakin banyak kredit disalurkan untuk
pengembangan usaha kecil, semakin baik pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan fungsi kredit menurut Untung (2005 : 4), funsi kredit bagi perdagangan usaha kecil
adalah :
1. Meningkatkan daya guna uang
2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang
4. Sebagai satu alat stabilitas ekonomi
5. Meningkatkan kegairahan berusaha
6. Meningkatkan pemerataan pendapatan
7. Meningkatkan hubungan internasional
2.1.4. Pengelompokan Kredit
Menurut Untung (2005), kredit dapat dikelompokkan menurut berbagai kriteria, yaitu dari
kriteria lembaga pemberi-penerima kredit, jangka waktu serta penggunaan kredit.
1. Kredit dikelompokkan berdasarkan kriteria lembaga pemberi-penerima kredit :
a. Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha dan konsumsi.
Kredit ini merupakan kredit yang diberikan oleh bank pemerintah maupun swasta kepada dunia
usaha guna untuk membiayai kebutuhan permodalan, ataupun kepada individu untuk membiayai
pembelian kebutuhan hidup yang berupa barang maupun jasa.
Kredit likuiditas adalah kredit yang diberikan oleh Bank Sentral kepada bank-bank yang
beroperasi di Indonesia, yang digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan perkreditannya.
Kredit ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia sesuai pasal 29 UU Bank Sentral tahun 1968,
berguna untuk memajukan urusan perkreditan dan sekaligus bertindak sebagai pengawas atas
urusan kredit tersebut.
c. Kredit langsung
Kredit langsung adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah,
atau semi pemerintah. Misalnya Bank Indonesia memberikan kredit langsung kepada Bulog
dalam rangka pelaksanaan program pengadaan pangan.
2. Kredit dikelompokkan berdasarkan segi tujuan penggunaanya, dapat digolongkan
menjadi :
a. Kredit konsumtif
Kredit konsumtif adlah kredit yang diberikan bank pemerintah atau bank swasta kepada
perseorangan untuk membiayai keperluan konsumsi sehari-hari.
b. Kredit produktif
Kredit produktif terbagi atas kredit investasi dan kredit eksploitasi.
Kredit investasi adalah kredit yang ditujukan untuk membiayai modal tetap, yaitu peralatan
produksi, gedung dan mesin-mesin (jangka waktu panjang).
c. Kredit perdagangan
Kredit perdagangan digunakan untuk perdagangan , biasanya untuk membeli barang dagangan
yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang tersebut.
Kredit eksploitasi adalah kredit yang ditujukan untuk pembiayaan kebutuhan dunia usaha akan
3. Kredit dikelompokkan berdasarkan segi waktu, dapat digolongkan menjadi :
a. Kredit jangka pendek (short term loan), yaitu kredit yang berjangka waktu
maksimum 1 tahun. Bentuknya dapat berupa kredit rekening koran, kredit
penjualan, kredit pembeli dan kredit wesel.
b. Kredit jangka menengah (medium term loan), yaitu kredit yang berjangka waktu 1
sampai 3 tahun.
c. Kredit jangka panjang (long term loan), yaitu kredit yang berjangka waktu lebih
dari 3 tahun. Yang termasuk dalam kredit jangka panjang pada umumnya adalah
kredit investasi yang bertujuan untuk menambah modal perusahaan dalam rangka
rehabilitasi, ekspansi (perluasan) dan pendirian proyek baru.
2.1.5. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Prinsip-prinsip pemberian kredit dapat dilihat dari Analisi 5 C (BRI, Analaisa Kupedes 2012),
yaitu :
1. Character
Analisis karakter dapat dilihat dari :
a. Rasa tanggung jawab debitur
b. Kejujuran debitur
c. Keseriusan debitur dalam berbisnis
d. Keinginan debitur untuk membayar semua kewajiban kepada bank dengan
seluruh kekayaan yang dimiliki
a. Riwayat hubungan dengan bank
b. Riwayat peminjam
c. Reputasi dalam bisnis
d. Keuangan, manajemen dan legalitas usaha
2. Capacity, merupakan kemampuan debitur membuat rencana dan mewujudkan
menjadi kenyataan, menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan,
Menganalisa capacity seseorang debitur dapat dilihat dari : kemampuan manajerial dan
kemampuan finansial.
3. Capital
Capital adalah kemampuan perusahaan dalam memikul beban pembiayaan dan risk sharing
perusahaan.
4. Collateral
Collateral adalah jumlah jaminan yang berfungsi untuk menutupi pinjaman debitur berupa
agunan seperti sertifikat tanah.
5. Condition
Condition merupakan kondisi suatu perusahaan saat mengatasi ancaman dan peluang yang
berasal dari lingkunga eksternal maupun internal perusahaan yang akan berpengaruh terhadap
keberhasilan perusahaan.
2.1.6. Unsur-Unsur Kredit
Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian kredit adalah :
Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan akan
benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di masa yang akan datang.
2. Kesepakatan
Kesepakatan merupakan perjanjian antara kedua belah pihak dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.
3. Jangka waktu
Jangka waktu merupakan masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
4. Resiko
Resiko merupakan suatu kemungkinan tidak tertagihnya pinjaman atau macetnya pengembalian
kredit.
5. Balas jasa
Balas jasa merupakan suatu keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa, yang dikenal
dengan nama bunga.
2.2. Usaha Kecil
2.2.1. Pengertian Usaha Kecil
Terdapat beberapa perbedaan mengenai pengertian usaha kecil, baik menurut Undang-undang,
Perbankan, Biro Pusat Statistik dan lembaga-lembaga lainnya. Apa yang menjadi batasan usaha
kecil masih sulit untuk dijelaskan. Penentuan batasan usaha kecil cenderung kepada modal awal,
Menurut Tohar (2000 : 2), beberapa batasan usaha kecil dilihat dari total asset, total penjualan
bersih per tahun dan status kepemilikan antara lain :
1. Definisi-definisi usaha kecil dari berbagai segi tersebut :
a. Berdasarkan Total Aset
Berdasarkan total asset, pengusaha kecil adalah pengusaha yang memilik kekayaan
bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat membuka usaha.
b. Berdasarkan Total Penjualan Bersih Per Tahun
Berdasarkan total penjualan bersih per tahun, pengusaha kecil adalah pengusaha yang
memiliki hasil total penjualan bersih per tahun paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah)
c. Berdasarkan Status Kepemilikan
Berdasarkan status kepemilikan, usaha kecil adalah usaha berbentuk perseorangan, bisa
berbadan hukum atau tidak berbadan hukum, yang didalamnya termasuk koperasi.
Menurut Tohar (2000 : 2), kriteria-kriteria usaha kecil antara lain :
Usaha kecil termasuk koperasi merupakan kegiatan ekonomi rakyat dengan skala kecil yang
memiliki kriteria :
a. Memiliki kekayaan bersih atau total asset paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah)
b. Memiliki hasil penjualan bersih per tahun paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah)
d. Berdiri sendiri, artinya bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, atau berafiliasi entah langsung atau tidak langsung dengan usaha
menengah atau dengan usaha besar.
e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan
usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
2. Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia kepada Bank Umum di
Indonesia No. 3/9Bkr, tgl. 17 Mei 2001, Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kriteria
:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ;
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- ;
c. Milik Warga Negara Indonesia
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
e. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum, atau
badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
3. Usaha kecil menurut Biro Pusat Statistik :
Usaha rumah tangga yaitu, mempunyai 1-5 tenaga kerja,
Usaha kecil yaitu, mempunyai 6-19 tenaga kerja.
Usaha menengah yaitu, mempunyai 20-99 tenaga kerja.
4. Menurut Undang-undang No. 9 tahun 1995 yaitu, usaha kecil adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kekayaan paling bersih paling banyak Rp.
200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- dan milik warga negara Indonesia.
2.2.2. Jenis-Jenis Usaha Kecil
Usaha kecil dikelompokkan dalam 4 kelompok :
1. Usaha Perdagangan
Keagenan : agen koran/majalah, sepatu, pakaian, dan lain-lain ; pengecer : minyak, kebutuhan
pokok, buah-buahan, dan lain-lain ; Ekspor/Impor : produk lokal dan internasional ; sektor
informal : pengumpul barang bekas, pedagang kaki lima dan lain-lain,
2. Usaha Pertanian
Meliputi Perkebunan : pembibitan dan kebun buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain ;
Peternakan : ternak ayam, petelur, susu sapi ; Perikanan : darat/laut seperti tambank udang,
kolam ikan dan lain-lain.
3. Usaha Industri
Industri Makanan/Minuman ; Pertambangan ; Pengrajin ; Konveksi dan lain-lain.
4. Usaha Kecil
Jasa Konsultan ; perbengkelan ; restoran ; jasa konstruksi ; jasa transportasi ; jasa telekomunikasi
; jasa pendidikan dan lain-lain.
2.2.3. Ciri-Ciri Usaha Kecil
Menurut Anoraga (2002 : 16) para ahli sering menciptakan ciri-ciri usaha kecil dilihat dari sisi
mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Menurut Longenecker dan Moore (2000 : 9),
karakteristik seorang wirausaha adalah kebutuhan akan keberhasilan, keinginan untuk
mengambil resiko, percaya diri dan keinginan untuk berbisnis, entasi pada masa depan dan
penuh gagasan.
Sedangkan menurut Soetadi (2010 : 63), wirausaha memiliki ciri-ciri :
1. Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan
dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya.
2. Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang yang
menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut
3. Mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menhasilkan
barang dan jasa yang lebih tepat dan efisien.
4. Mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah
dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli.
5. Mengahadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur,
hemat, dan disiplin
6. Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas
perusahaan dengan memanfaatkan dan memotivasi orang lain.
2.2.4. Masalah-Masalah Yang Dihadapi Usaha Kecil
Secara umum menurut Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia dalam Hendrawan (2000 : 138),
masalah-masalah yang dihadapi sektor usaha kecil antara lain :
Masalah dari permodalan antara lain : suku bunga kredit yang tinggi, kurangnya
informasi sumber pembiayaan dari lembaga keuangan non bank, sistem dari lembaga keuangan
yang rumit memakan waktu yang relatif lama.
Menurut Anoraga dan Sudantoko (2000 : 227), bagi pengembangan usaha kecil, masalah modal
merupakan kendala terbesar.
Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan usaha kecil untuk mendapatkan pembiayaan untuk
modal dasar maupun langkah-langkah pengembangan usaha kecil, yaitu : melalui kredit
perbankan, pinjaman lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, pinjaman dari dana
penyisihan sebagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), hibah, dan jenis-jenis
pembiayaan lainnya.
2. Pemasaran
Pengusaha kecil banyak yang kurang memiliki daya saing jika berhadapan dengan usaha besar,
adanya persaingan tidak sehat diantara jenis usaha dan kurangnya indormasi pemasaran produk.
3. Bahan Baku
Penyaluran bahan baku yang kurang memadai dan harga bahan baku yang relative tinggi dapat
menyebabkan rendahnya tingkat kualitas bahan baku dari suatu produk.
4. Teknologi
Tenaga kerja yang ahli dan terampil dalam bidangnya masih sedikit, akses dan teknologi yang
tidak merata pada segala bidang dan kurangnya peralatan teknologi yang memadai serta
kurangnya perhatian pemerintah terhadap perkembangan teknologi yang ada saat ini.
Usaha kecil banyak yang tidak memiliki manajemen yang baik. Usaha kecil tidak dapat membuat
pembukuan keuangan yang teratur serta kemampuan mengorganisasi diri dan karyawan yang
masi lemah. Untuk itu dibutuhkan pelatihan manajemen.
6. Birokrasi
Usaha kecil yang berbadan hukum masih sedikit disebabkan proses birokrasinya cukup sulit dan
membutuhkan dana yang cukup besar serta jangka waktu yang cukup lama.
7. Kemitraan
Kemitraan usaha kecil dan usaha besar memiliki manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan
sektor usaha kecil, demikian hal transfer ilmu manajemen dan teknologi yang kurang
dimaksimalkan usaha kecil.
8. Peraturan
Peraturan-peraturan yang berkaitan dan berhubungan dengan pengembangan bisnis secara umum
juga memiliki dampak terhadap pengembangan usaha kecil. Hal ini tentu berkaitan dengan
kebijakan oleh pemerintah dalam rangka memajukan sektor usaha kecil.
9. Masalah Internal Perusahaan
Pengembangan usaha kecil dicirikan dengan lemahnya kondisi internal yaitu, lemahnya
penguasaan teknologi, manajemen yang sederhana, lemahnya jaringan distribusi pemasaran serta
sifat ketergantungan yang kuat.
10. Masalah Desain
Salah satu kelemahan usaha kecil adalah usaha kecil masih memiliki desain yang
terkesan lemah dan sederhana, masih melakukan peniruan desain serta kurang memiliki
2.2.5. Strategi Pengembangan Usaha Kecil
Menurut Suryana (2003 : 87), strategi yang tepat dalam mengembangkan sektor usaha kecil
adalah meliputi aspek-aspek antara lain :
1. Peningkatan akses kepada aset produktif terutama modal,
teknologi manajemen, pemasaran dan segi-segi penting lainnya.
2. Peningkatan akses pada pasar yang meliputi: suatu
spectrum kegiatan yang luas mulai dari perdagangan usaha sampai pada
informasi pasar, bantuan produksi dan prasarana serta sarana pemasaran.
Khususnya bagi usaha kecil dipedesaan, prasarana ekonomi yang dasar
dan akan sangat membantu adalah perhubungan.
3. Kewirausahawan, dalam hal ini pelatihan-pelatihan
mengenai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berusaha
sangatlah penting. Namun, bersamaan dengan atau dalam pelatihan
tersebut maka sangat penting ditanamkan semangat berwirausaha. Hal ini
harus diperluas sejak dini dalam sistem pendidikan kita dalam rangka
membangun bangsa Indonesia yang mandiri yakni, bangsa niaga yang
maju dan bangsa industri yang tangguh.
4. Kelembagaan, kelembagaan ekonomi dalam arti luas
adalah pasar. Maka memperkuat pasar adalah penting, tetapi harus disertai
pengendalian agar bekerjanya pasar tidak melenceng dan mengakibatkan
melebarnya kesenjangan. Untuk itu diperlukan intervensi-intervensi yang
tepat yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah dasar dalam ekonomi
5. Kemitraan, kemitraan usaha merupakan jalur penting dan
strategis bagi perkembangan ekonomi rakyat. Kemitraan telah terbukti
berhasil diterapkan di negara-negara lain seperti : Jepang, Hongkong,
Singapura, dan Korea Selatan. Dengan pola backward linkages akan
terkait erat antara usaha besar dan menengah dan kecil serta usaha asing
(PMA) dengan usaha kecil lokal.
2.3. Kerangka Berfikir
Keterbatasan modal yang dimiliki oleh para pengusaha kecil menyebabkan usaha kecil
sulit untuk berkembang. Modal yang biasanya dibutuhkan oleh pengusaha kecil dapat diperoleh
melalui kredit lembaga keuangan bank maupun kredit lembaga keuangan non-bank. Namun,
pengusaha kecil kurang mengetahui kredit yang berasal dari perbankan karena kurangnya
sosialisasi antara pihak perbankan dan pengusaha kecil serta pola pikir pengusaha kecil yang
berpendapat sulitnya bagi pengusaha kecil untuk mengakses persyaratan-persyaratan yang
diajukan perbankan dalam proses pencairan pinjaman/ kredit. Terdapat dua permasalahan di
dalam hak aspek para pelaku usaha kecil yaitu, mobilisasi awal dan akses ke modal kerja serta
finansial jangka panjang ( Tambunan dalam Hendrawan, 2004 : 74). Modal awal usaha kecil
biasanya bersumber dari tabungan pribadi pengusaha sedangkan untuk modal kerja dan finansial
jangka panjang diperoleh dari pinjaman/kredit ( Hendrawan dalam Marbun, 2009 ). Secara
sederhana kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 2.1 :
Paradigma Berpikir Peneliti
Sumber : penulis, 2013
2.4. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah : perkembangan
usaha kecil yaitu perkembangan pendapatan usaha kecil di BRI Unit Setia Budi Medan. Pemberian Kredit
KUPEDES
(X)
Jumlah Pemberian Kredit
Pengembangan Usaha Kecil
(Y)