• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sosialisasi PP Nomor 1 Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Sosialisasi PP Nomor 1 Tahun 2012"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

LOGO

PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR 1 TAHUN 2012

TENTANG

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PPN

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I

(2)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 2

Dasar Hukum

4 Januari 2012

PP 143 Tahun 2000

Pasal 19 UU PPN

(3)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 3

BAB I Ketentuan Umum

BAB II Pengukuhan PKP

1: Definisi

2: Pengukuhan PKP 3: Bentuk Kerja Sama Operasi

4: Tanggung Renteng

5: Pemakaian Sendiri 6: Penyerahan JKP

7: Non BKP dan Non JKP

8: Penyerahan Melalui Juru Lelang

9: Dasar Pengenaan Pajak

10: Penghitungan PPN Pada Kontrak

11: Rumus Penghitungan PPN

12: Penghapusan Piutang dan Force Majeur

13: Salah Pungut PPN

14: Transaksi dengan Kurs Mata Uang Asing

15: Tempat Lain Pengkreditan Impor

16: Barang Modal PKP Belum Berproduksi

17: Saat Terutang PPN 18: Pemusatan PPN

19: Batas Waktu Penerbitan Faktur Pajak

20: Pedagang Eceran

21: Ketentuan Peralihan

22: Ketentuan Penutup 23: Masa Berlaku

BAB III BKP Dan JKP

BAB IV DPP

BAB V Penghitungan PPN

BAB VI Pengkreditan Pajak Masukan

BAB VII Saat dan Tempat Terutang PPN

BAB VIII Faktur Pajak

BAB IX Ketentuan Peralihan

BAB X Ketentuan Penutup

(4)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 4

Pokok-Pokok

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012

Pokok-Pokok

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012

PP No 1 Th 2012

Pabean kriteria Non Rincian/

BKP/JKP

Rincian/ kriteria Non

(5)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012

Omzet 1

menyetor, dan

melapor PPN

terutang

Wajib

memungut,

menyetor, dan

melapor PPN

terutang

Pasal 2

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha yang sejak semula bermaksud melakukan penyerahan, dapat melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP

Melakukan:

Penyerahan BKP

Penyerahan JKP

Ekspor BKP Berwujud

Ekspor BKP Tidak

Berwujud

(6)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 6

Timeline Pelaporan Pengukuhan PKP

Timeline Pelaporan Pengukuhan PKP

Pengusaha yang tidak/terlambat lapor untuk dikukuhkan sbg PKP, dapat dikenai sanksi sejak omzetnya melebihi Rp600 juta

Dapat dikenai sanksi

Pra produksi

Penyerahan Omzet > 600 jt

Dapat lapor PKP Dapat lapor PKP

Dapat lapor PKP Dapat lapor PKP

Wajib lapor PKP p.l. akhir Juni Wajib lapor PKP

p.l. akhir Juni

Tidak/Terlambat lapor PKP

Tidak/Terlambat lapor PKP

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL

Ps 2 PP 1/2012

PMK 68/2010

PMK 68/2010

(7)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 7

Pasal 3

Bentuk Kerja Sama Operasi (Joint Operation)

Bentuk Kerja Sama Operasi (Joint Operation)

JO wajib dikukuhkan sebagai PKP dalam hal melakukan penyerahan BKP/JKP atas nama JO

Pemilik Proyek

Pemilik Proyek

Penyerahan

atas nama JO

PT ABC

PT ABC

PT DEF

PT DEF

JO

JO

FP

JO

Wajib PKP

Bentuk kerja sama operasi = Badan (bentuk badan lainnya)

(8)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 8

Pasal 3

Bentuk Kerja Sama Operasi (Joint Operation)

Bentuk Kerja Sama Operasi (Joint Operation)

JO tidak wajib dikukuhkan sebagai PKP dalam hal tidak melakukan penyerahan BKP/JKP atas nama JO

Pemilik Proyek

Pemilik Proyek

PT X

PT X

PT Y

PT Y

JO

JO

Penyerahan

atas nama PT X

FP

(9)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012

Atas impor BKP yang berdasarkan ketentuan

perundang-undangan Pabean dibebaskan

dari pungutan Bea Masuk, Pajak yang

terutang tetap dipungut kecuali ditetapkan

lain berdasarkan

KMK

9 Dasar Hukum KMK 231 dipindahkan ke Pasal 16B UU PPN

Pasal 3

PP 143 Tahun 2000

Pasal 3

PP 143 Tahun 2000

KMK 231/KMK.03/2001 stdd

PMK 616/PMK.03/2004

KMK 231/KMK.03/2001 stdd

PMK 616/PMK.03/2004

Dihapus

Dihapus

Tetap berlaku,

Sepanjang belum

diatur dengan

peraturan tersendiri

Tetap berlaku,

Sepanjang belum

diatur dengan

peraturan tersendiri

(10)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 10

Pasal 4

Tanggung Renteng

Tanggung Renteng

Penjual adalah penanggung jawab PPN (menyetor PPN), namun untuk kondisi tertentu Pembeli dapat dikenai tanggung jawab renteng.

Diatur lebih lanjut di PMK

PENJUAL

PENJUAL

PEMBELI

PEMBELI

Pungut PPN

Menunjukkan

bukti telah

membayar

PPN

Menunjukkan

bukti telah

membayar

PPN

TANGGUNG JAWAB RENTENG

TANGGUNG JAWAB RENTENG

Kecuali

PPN dapat

ditagih kepada

penjual

PPN dapat

ditagih kepada

(11)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 11

Pasal 5

Pemakaian Sendiri

Pemakaian Sendiri

Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak perlu dibuat Faktur Pajak, sepanjang digunakan untuk melakukan penyerahan yang terutang PPN

Pemakaian (Tidak Dibuat

Faktur Pajak) Tidak Dilakukan Pemungutan

PPN (Tidak Dibuat

Faktur Pajak)

Penyerahan: - Tidak Terutang PPN

- Dibebaskan PPN Penyerahan: - Tidak Terutang PPN

(12)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 12

Pasal 5

Contoh Pemakaian Sendiri

Contoh Pemakaian Sendiri

Unit Produksi

Ban

Truk Pengangkut Ban

OUTPUT

Penjualan Ban Penjualan

Ban

Pabrikan Ban

Pabrikan Ban

Angkutan Umum

Tidak dilakukan pemungutan PPN

(Tidak Dibuat Faktur Pajak)

Dilakukan pemungutan PPN

FP

Jasa Angkutan Umum Jasa Angkutan

Umum

Terutang PPN

Tidak Terutang PPN

Pemakaian Sendiri Ban

OUTPUT

(13)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 13

Pasal 6

Penyerahan JKP di Dalam Daerah Pabean

Penyerahan JKP di Dalam Daerah Pabean

PPN dikenakan atas penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean, baik yang dimanfaatkan di dalam maupun di luar Daerah Pabean

N

o Penyerahan JKP Pemanfaatan JKP Terutang PPN ? Dasar Hukum (UU PPN) Keterangan

1 Dalam

Daerah Pabean Daerah PabeanDalam Terutang PPN Pasal 4 (1) huruf c

2 Dalam

Daerah Pabean Daerah PabeanLuar Terutang PPN Pasal 4 (1) huruf c Kecuali jasa pada angka 4

3 Luar

Daerah Pabean Daerah PabeanDalam Terutang PPN Pasal 4 (1) huruf e

4 Luar atau Dalam

Daerah Pabean Daerah PabeanLuar Terutang PPN 0% Pasal 4 (1) huruf hjo PMK 70/2010 Hanya untuk:- Jasa Maklon - Jasa Perbaikan &

Perawatan - Jasa Konstruksi

5 Luar

Daerah Pabean Daerah PabeanLuar Terutang Tidak PPN

Pasal 4 (1) Selain ketiga jenis jasa di atas

(14)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 14

Pasal 6

Contoh Penyerahan JKP di Dalam Daerah Pabean

Contoh Penyerahan JKP di Dalam Daerah Pabean

Walaupun dimanfaatkan di luar Daerah Pabean, penyerahan jasa pembuatan not balok dan jasa survei pasar dilakukan di dalam Daerah Pabean, sehingga terutang PPN.

A corp.

A corp.

PT B

PT B

lagu

Japan

Indonesia

Terutang PPN

Membuat

Not Balok

Membuat

Not Balok

Z corp.

Z corp.

PT DEF

PT DEF

Kontrak

Korea

Indonesia

Terutang PPN

Survei Pasar

di Indonesia

Survei Pasar

di Indonesia

Hasil Survei

Not Balok

(15)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 15

Pasal 7

Kriteria dan Rincian Non BKP dan Non JKP

Kriteria dan Rincian Non BKP dan Non JKP

Diatur lebih lanjut di PMK

barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya

barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak

makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman

yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering

uang, emas batangan, dan surat berharga

Jasa pelayanan kesehatan medis

jasa pelayanan sosial

jasa pengiriman surat dengan perangko

jasa keuangan

jasa asuransi

jasa keagamaan

jasa pendidikan

jasa kesenian dan hiburan

jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan

jasa angkutan umum di darat & di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yg menjadi bagian yg tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri

jasa perhotelan

jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum

jasa penyediaan tempat parkir

jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam

jasa pengiriman uang dengan wesel pos

jasa boga atau katering

(16)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 16

Pasal 8

Penyerahan BKP melalui Juru Lelang

Penyerahan BKP melalui Juru Lelang

Diatur lebih lanjut di PMK

Juru

Lelang

Juru

Lelang

Pembeli

(Pemenang Lelang)

Pembeli

(Pemenang Lelang)

Pemilik

Barang

Pemilik

Barang

FP

FP

Tidak ada FP

Tidak ada FP

Bayar SSP

Bayar SSP

(17)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 17

Pasal 9

Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak

Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak

PPnBM atas perolehan BKP Mewah yang digunakan untuk menghasilkan BKP Mewah termasuk dalam DPP BKP Mewah yang dihasilkan

PKP

PKP

PKP Produsen

BKP Mewah

PKP Produsen

BKP Mewah

PKP

PKP

(18)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012

PPN = 10 . x harga/pembayaran 110

18

Pasal 10 & 11

Rumus Penghitungan PPN

Rumus Penghitungan PPN

Kontrak atau

Perjanjian

Kontrak atau

Perjanjian

Harga sudah

termasuk PPN

Harga sudah

termasuk PPN

PPN ditulis

terpisah

PPN ditulis

terpisah

Dianggap belum

termasuk PPN

Dianggap belum

termasuk PPN

PPN = 10 % x harga/pembayaran

Harga termasuk

PPN & PPnBM

Harga termasuk

PPN & PPnBM

(19)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 19

Ketentuan ini sudah jelas diatur di UU, sehingga tidak perlu ditegaskan lagi di PP

Pasal 8

PP 143 Tahun 2000

Pasal 8

PP 143 Tahun 2000

DPP

DPP

Penyerahan

aktiva Pasal 16D

Penyerahan

aktiva Pasal 16D

BKP yang tersisa

pada saat

pembubaran

BKP yang tersisa

pada saat

pembubaran

Harga Jual

Harga Jual

Nilai Lain

Nilai Lain

Sama seperti penyerahan

BKP Pasal 4 (1) huruf a

Sama seperti penyerahan

BKP Pasal 4 (1) huruf a

Mengacu pada Pasal 8A UU

PPN jo PMK 75/2010

Mengacu pada Pasal 8A UU

PPN jo PMK 75/2010

(20)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 20

Ketentuan ini sudah jelas diatur di UU, sehingga tidak perlu ditegaskan lagi di PP

Pasal 9

PP 143 Tahun 2000

Pasal 9

PP 143 Tahun 2000

PKP

Kegiatan Usaha

Tertentu

Kegiatan Usaha

Tertentu

Sudah diatur dalam

Pasal 9 ayat (7) UU PPN jo

PMK 74/2010

Sudah diatur dalam

Pasal 9 ayat (7) UU PPN jo

PMK 74/2010

Sudah diatur dalam

Pasal 9 ayat (7a) UU PPN jo

PMK 79/2010

Sudah diatur dalam

Pasal 9 ayat (7a) UU PPN jo

PMK 79/2010

(21)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 21

Pasal 12

Penghapusan Piutang

Penghapusan Piutang

Penghapusan

Piutang

Penghapusan

Piutang

Tidak Perlu

Disesuaikan

Tidak Perlu

Disesuaikan

PK Yang Telah

Dilaporkan Penjual

PK Yang Telah

Dilaporkan Penjual

PM Yang Telah

Dikreditkan Pembeli

(22)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 22

Pasal 12

BKP Musnah/Rusak Karena

BKP Musnah/Rusak Karena

Force Majeur

Force Majeur

Force Majeur : kejadian yang terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan

sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana

mestinya.

PM atas

perolehannya tetap

dapat dikreditkan

PM atas

perolehannya tetap

dapat dikreditkan

Bencana Lainnya yang dinyatakan oleh pejabat/instansi yang

berwenang

Bencana Lainnya yang dinyatakan oleh pejabat/instansi yang

berwenang

BKP Musnah/Rusak

Karena Force Majeur

BKP Musnah/Rusak

Karena Force Majeur

(23)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 23

Pasal 13

Kesalahan Pemungutan PPN

Kesalahan Pemungutan PPN

sepanjang:

-

belum dikreditkan

-

belum dibiayakan

-

belum dikapitalisasi

sepanjang:

-

belum dikreditkan

-

belum dibiayakan

-

belum dikapitalisasi

Salah Pungut PPN

Salah Pungut PPN

PPN tersebut telah

disetor dan dilaporkan

PPN tersebut telah

disetor dan dilaporkan

PPN dapat

dimintakan kembali

oleh Pihak Yang

Terpungut

PPN dapat

dimintakan kembali

oleh Pihak Yang

Terpungut

Pihak Yang Terpungut: a. importir;

b. pembeli barang atau penerima jasa (termasuk Pemungut PPN);

c. pihak yang memanfaatkan barang tidak berwujud atau jasa dari luar Daerah Pabean.

PPN dipungut terlalu besar

(24)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 24

Ketentuan mengenai pembuatan FP bagi Pemungut selain Bendahara Pemerintah disesuaikan dengan ketentuan umum mengenai pembuatan FP

Pasal 10 & 11 (2)

PP 143 Tahun 2000

Pasal 10 & 11 (2)

PP 143 Tahun 2000

Dihapus

Dihapus

PPN yang terutang atas penyerahan

kepada Pemungut PPN dipungut pada saat

pembayaran oleh Pemungut PPN

PPN yang terutang atas penyerahan

kepada Pemungut PPN dipungut pada saat

pembayaran oleh Pemungut PPN

Transaksi

dengan Mata

Uang Asing

Transaksi

dengan Mata

Uang Asing

Sesuai KMK pada

saat dilakukan

pembayaran oleh

Pemungut

Sesuai KMK pada

saat dilakukan

pembayaran oleh

Pemungut

Mengacu pada

ketentuan UU mengenai

saat pembuatan FP

Mengacu pada

ketentuan UU mengenai

saat pembuatan FP

Pemungut Bendahara:

Pada saat pembayaran oleh

Bendahara

(diatur di PMK Bendahara)

Pemungut Bendahara:

Pada saat pembayaran oleh

Bendahara

(diatur di PMK Bendahara)

Pemungut selain Bendahara:

Pada saat pembuatan FP

Pemungut selain Bendahara:

Pada saat pembuatan FP

(25)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 25

Pasal 14

Transaksi dengan Mata Uang Asing

Transaksi dengan Mata Uang Asing

PPN dan PPnBM

dikonversi ke

dalam mata

uang rupiah

PPN dan PPnBM

dikonversi ke

dalam mata

uang rupiah

Termasuk transaksi penyerahan kepada Pemungut PPN selain

Bendahara Pemerintah

Transaksi dengan

menggunakan mata

uang asing

Transaksi dengan

menggunakan mata

uang asing

Sesuai kurs KMK

pada saat

pembuatan

Faktur Pajak

Sesuai kurs KMK

pada saat

Pembayaran Di Muka

- FP dibuat

- Kurs : Rp9.076,00

Kurs USD : Rp9.136,00 Periode : 9-15 Januari 2012 KMK No : 6/KM.1/2012 Kurs USD: Rp9.076,00

Periode : 2-8 Januari 2012 KMK No : 1571/KM.1/2011

Kurs USD: Rp9.060,00

Periode : 23-29 Januari 2012 KMK No : 33/KM.1/2012

Barang diserahkan

- FP dibuat

- Kurs : Rp9.136,00

Pelunasan Pembayaran

- Tidak perlu buat FP

5 Februari

Kurs USD: Rp8.952,00

Periode : 30 Jan – 5 Feb 2012 KMK No : 54 /KM.1/2012

Penggantian FP 11 Jan

(26)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 26

Pasal 15

Tempat Lain Pengkreditan Pajak Masukan

Tempat Lain Pengkreditan Pajak Masukan

Diatur lebih lanjut di PMK

KETENTUAN UMUM

Pusat

(Jakarta)

Cabang

(Solo)

PM

PM PK

Penyerahan

Pasal 15 PP 1 Tahun 2012

Pusat

(Jakarta)

Cabang

(Solo)

Dg izin Dirjen, cabang dapat mengkreditkan PIB dg NPWP Pusat Dg izin Dirjen, cabang dapat mengkreditkan PIB dg NPWP Pusat

FP

PM

Tj. Priok

Impor

PIB dg NPWP Pusat

Tj. Priok

Impor

(27)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 27

Ketentuan ini sudah jelas diatur di UU, sehingga tidak perlu ditegaskan lagi di PP

Pasal 12 (3)

PP 143 Tahun 2000

Pasal 12 (3)

PP 143 Tahun 2000

Dihapus

Dihapus

Sudah diatur dalam

Pasal 9 (9) UU PPN

Sudah diatur dalam

Pasal 9 (9) UU PPN

Ada perolehan yang

telah dicatat namun

belum dilaporkan dalam

SPT karena FP terlambat

diterima

Ada perolehan yang

telah dicatat namun

belum dilaporkan dalam

SPT karena FP terlambat

diterima

Pemeriksaan

Pemeriksaan

Paling lama 3 bulan setelah

berakhirnya Masa Pajak yang

bersangkutan

Paling lama 3 bulan setelah

berakhirnya Masa Pajak yang

bersangkutan

PM tetap dapat

dikreditkan

PM tetap dapat

(28)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 28

Pasal 16

PKP Belum Berproduksi

PKP Belum Berproduksi

Belum melakukan

penyerahan yang

terutang PPN

Belum Berproduksi

Belum Berproduksi

PKP

PKP

PM atas impor atau

perolehan

PM atas impor atau

perolehan

Barang Modal

Barang Modal

BKP selain

Barang Modal

BKP selain

Barang Modal

JKP

JKP

Dapat

Dikreditkan

Dapat

Dikreditkan

Tidak Dapat

Dikreditkan

Tidak Dapat

Dikreditkan

Berlaku untuk seluruh kegiatan usaha, yaitu industri/

manufaktur, usaha perdagangan, usaha jasa, dan

kegiatan usaha lainnya

Berlaku untuk seluruh kegiatan usaha, yaitu industri/

manufaktur, usaha perdagangan, usaha jasa, dan

kegiatan usaha lainnya

Ps 9 (2a) UU PPN Ps 9 (8) j UU PPN

(29)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 29

Pasal 16

Definisi Barang Modal

Definisi Barang Modal

harta berwujud

dengan masa

manfaat > 1 (satu)

tahun

harta berwujud

dengan masa

manfaat > 1 (satu)

tahun

Barang

Modal

termasuk

pengeluaran

termasuk

pengeluaran

yang menurut

tujuan semula

tidak untuk

diperjualbelikan

yang menurut

tujuan semula

tidak untuk

diperjualbelikan

yang dikapitalisasi

ke dalam harga

perolehan barang

modal

yang dikapitalisasi

ke dalam harga

perolehan barang

modal

Contoh:

• PKP membeli barang modal, berupa mesin, dari luar Daerah Pabean.

• Untuk pemasangannya, PKP memanfaatkan jasa pemasangan dari PKP lain.

Pembayaran atas jasa pemasangan yang dikapitalisasi ke dalam harga perolehan mesin

tersebut merupakan pengeluaran yang Pajak Masukannya dapat dikreditkan. Contoh:

• PKP membeli barang modal, berupa mesin, dari luar Daerah Pabean.

Untuk pemasangannya, PKP memanfaatkan jasa pemasangan dari PKP lain.

• Pembayaran atas jasa pemasangan yang dikapitalisasi ke dalam harga perolehan mesin tersebut merupakan pengeluaran yang Pajak Masukannya dapat dikreditkan.

(30)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 30

Pasal 17

Saat Penyerahan

Saat Penyerahan

Saat Terutang Pajak

Saat Penyerahan

Saat Penyerahan

Saat Pembuatan

Faktur Pajak

Saat Pembuatan

Faktur Pajak

Pasal 11 UU PPN

Pasal 13 UU PPN

Pasal 13 UU PPN

Saat penyerahan

yang merupakan dasar penentuan

saat terutang PPN

dan

saat

pembuatan Faktur Pajak

disinkronisasikan dengan praktik yang lazim terjadi dalam

kegiatan usaha yang tercermin dalam praktik pencatatan atau pembukuan berdasarkan

prinsip akuntansi yang berlaku umum serta diterapkan secara konsisten oleh PKP”

“Penyerahan dianggap telah terjadi, apabila resiko dan manfaat kepemilikan barang

telah berpindah kepada pembeli dan jumlah pendapatan dari transaksi tersebut dapat

diukur dengan handal”

“Pengakuan pendapatan atau pencatatan piutang dicerminkan dengan penerbitan

invoice/faktur penjualan yang sekaligus menjadi dokumen sumber dan sebagai dasar

pencatatan pengakuan pendapatan atau pencatatan piutang”

(31)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 31

Saat Pembuatan Faktur Pajak

Saat Pembuatan Faktur Pajak

saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP

saat penerimaan pembayaran dalam hal

penerimaan pembayaran terjadi sebelum

penyerahan BKP dan/atau JKP

saat penerimaan pembayaran termin dalam hal

penyerahan sebagian tahap pekerjaan

saat PKP rekanan menyampaikan tagihan

kepada Bendahara Pemerintah sebagai

Pemungut PPN

(32)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 32

Pasal 17

Saat Penyerahan BKP Bergerak

Saat Penyerahan BKP Bergerak

a. diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli;

a. diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli;

b. diserahkan secara langsung kepada penerima barang;

b. diserahkan secara langsung kepada penerima barang;

c. diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa angkutan; atau

c. diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa angkutan; atau

d. diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan

faktur penjualan, sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten.

d. diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan

faktur penjualan, sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten.

Penjualan langsung dan

penjualan eceran

Pemberian cuma-cuma,

pemakaian sendiri, dan

penyerahan antarcabang

Penjualan dengan syarat fob

shipping point

Selain kriteria di atas

(33)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 33

Pasal 17

Contoh Saat Penyerahan BKP Bergerak

Contoh Saat Penyerahan BKP Bergerak

1

PT Aman menyerahkan Barang Kena Pajak secara langsung kepada Tuan Igna

pada tanggal 15 Mei 2011.

PT Aman menyerahkan Barang Kena Pajak secara langsung kepada Tuan Igna

pada tanggal 15 Mei 2011.

FP: 15 Mei 2011

FP: 15 Mei 2011

2

PT Berkah (Jakarta) menjual BKP kepada PT Ceria (Surabaya) dengan syarat

pengiriman

fob shipping point

. Barang dikeluarkan dari gudang PT Berkah dan

dikirim ke gudang PT Ceria pada tanggal 10 Juni 2011 dengan menggunakan

perusahaan ekspedisi dengan tanggal DO (

delivery order

) 10 Juni 2011. Barang

diterima oleh PT Ceria pada tanggal 12 Juni 2011.

PT Berkah (Jakarta) menjual BKP kepada PT Ceria (Surabaya) dengan syarat

pengiriman

fob shipping point

. Barang dikeluarkan dari gudang PT Berkah dan

dikirim ke gudang PT Ceria pada tanggal 10 Juni 2011 dengan menggunakan

perusahaan ekspedisi dengan tanggal DO (

delivery order

) 10 Juni 2011. Barang

diterima oleh PT Ceria pada tanggal 12 Juni 2011.

FP: 10 Juni 2011

FP: 10 Juni 2011

(34)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 34

Pasal 17

Contoh Saat Penyerahan BKP Bergerak

Contoh Saat Penyerahan BKP Bergerak

12 Agustus

Contoh Transaksi Penjualan

(fob destination)

Barang diterima Pembeli

Perakitan & ujicoba barang oleh Pembeli

Penjual menerbitkan Faktur Penjualan

Barang keluar dari gudang Penjual

13 Agustus

13-16 Agustus

16 Agustus

Faktur Pajak

Diterbitkan

Faktur Pajak

Diterbitkan

(35)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 35

Pasal 17

Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak

Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak

saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai Barang Kena

Pajak berwujud tersebut, secara hukum atau secara nyata, kepada pihak

pembeli

saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai Barang Kena

Pajak berwujud tersebut, secara hukum atau secara nyata, kepada pihak

pembeli

Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak

Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak

(36)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 36

Pasal 17

Contoh Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak

Contoh Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak

Perjanjian jual beli sebuah rumah ditandatangani tanggal 1 Mei 2011.

Perjanjian penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai rumah tersebut dibuat atau ditandatangani tanggal 1 September 2011.

Perjanjian jual beli sebuah rumah ditandatangani tanggal 1 Mei 2011.

Perjanjian penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai rumah tersebut dibuat atau ditandatangani tanggal 1 September 2011.

FP: 1 Sep 2011 FP: 1 Sep 2011

2 Bila sebelum surat atau akte tersebut dibuat atau ditandatangani, rumah telah

diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerimanya, maka Faktur Pajak harus diterbitkan pada saat barang tersebut secara nyata diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerima barang.

Bila sebelum surat atau akte tersebut dibuat atau ditandatangani, rumah telah

diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerimanya, maka Faktur Pajak harus diterbitkan pada saat barang tersebut secara nyata diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerima barang.

1

(37)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 37

Pasal 17

Saat Penyerahan BKP Tidak Berwujud

Saat Penyerahan BKP Tidak Berwujud

Pemberian cuma-cuma,

pemakaian sendiri, dan

penyerahan antarcabang

a. diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten

a. diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten

b. kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhnya

b. kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhnya

Dalam hal

tidak diketahui

Dalam hal

tidak diketahui

(38)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 38

Pasal 17

Saat Penyerahan BKP (Aktiva)

Saat Penyerahan BKP (Aktiva)

a. ditandatanganinya akta pembubaran oleh Notaris a. ditandatanganinya akta pembubaran oleh Notaris

Saat Penyerahan untuk persediaan dan aktiva yang masih tersisa

pada saat pembubaran perusahaan?

Saat Penyerahan untuk persediaan dan aktiva yang masih tersisa

pada saat pembubaran perusahaan?

b. berakhirnya jangka waktu berdirinya perusahaan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar

b. berakhirnya jangka waktu berdirinya perusahaan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar

c. tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perusahaan dibubarkan

c. tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perusahaan dibubarkan

d. diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau berdasarkan data atau dokumen yang ada d. diketahuinya bahwa perusahaan tersebut

nyata-nyata sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau berdasarkan data atau dokumen yang ada

Mana yang terjadi

lebih dulu

(39)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 39

Pasal 17

Saat Penyerahan BKP (Restrukturisasi Usaha)

Saat Penyerahan BKP (Restrukturisasi Usaha)

Tidak memenuhi Pasal 1A (2) UU PPN

Penggabungan usaha a. Saat disepakati atau ditetapkan sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham yang tertuang dalam perjanjian; atau

a. Saat disepakati atau ditetapkan sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham yang tertuang dalam perjanjian; atau

Peleburan usaha

Pemekaran usaha

Pemecahan usaha

Pengambilalihan usaha Perubahan bentuk usaha

b. Saat ditandatanganinya akta oleh Notaris b. Saat ditandatanganinya akta oleh Notaris

Saat Penyerahan BKP

Saat Penyerahan BKP

ATAU

(40)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 40

Pasal 17

Saat Penyerahan JKP

Saat Penyerahan JKP

1) diakui sebagai piutang atau penghasilan atau pada saat diterbitkan faktur penjualan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten

1) diakui sebagai piutang atau penghasilan atau pada saat diterbitkan faktur penjualan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten

2) kontrak atau perjanjian ditandatangani 2) kontrak atau perjanjian ditandatangani

3) saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian sendiri

3) saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian sendiri

Dalam hal

tidak diketahui

Dalam hal

tidak diketahui

Pemberian cuma-cuma,

pemakaian sendiri, dan

penyerahan antarcabang

(41)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 41

Pasal 17

Contoh Saat Penyerahan JKP

Contoh Saat Penyerahan JKP

1

PT Semangat menyewakan satu unit ruko kepada PT Diatetupa dengan masa kontrak selama 12 tahun. Dalam kontrak disepakati antara lain:

• PT Diatetupa mulai menggunakan ruko tanggal 1 September 2011;

• Nilai kontrak sewa selama 12 tahun adalah Rp 120.000.000,00

• Pembayaran sewa adalah tahunan dan disepakati dibayar setiap tanggal 29 September dengan pembayaran sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per tahun.

Pada tanggal 29 September 2011 PT Diatetupa melakukan pembayaran sewa untuk tahun pertama.

PT Semangat menyewakan satu unit ruko kepada PT Diatetupa dengan masa kontrak selama 12 tahun. Dalam kontrak disepakati antara lain:

• PT Diatetupa mulai menggunakan ruko tanggal 1 September 2011;

• Nilai kontrak sewa selama 12 tahun adalah Rp 120.000.000,00

• Pembayaran sewa adalah tahunan dan disepakati dibayar setiap tanggal 29 September dengan pembayaran sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per tahun.

Pada tanggal 29 September 2011 PT Diatetupa melakukan pembayaran sewa untuk tahun pertama.

Rp

10.000.000,-FP: 29 Sep 2011 FP: 29 Sep 2011

2

1. PT Setiyakom adalah suatu perusahaan jasa telekomunikasi.

2. PT Setiyakom melakukan penagihan kepada pelanggan sesuai dengan periode pemakaian selama satu bulan.

3. Pengumpulan data-data pemakaian dari pelanggan memerlukan waktu beberapa hari, sehingga faktur penjualan baru dapat diterbitkan beberapa hari setelahnya.

4. Untuk pemakaian oleh pelanggan pada tanggal 1 – 30 Juni 2011, PT Setiyakom menerbitkan faktur penjualan (melakukan penagihan) pada tanggal 5 Juli 2011. 1. PT Setiyakom adalah suatu perusahaan jasa telekomunikasi.

2. PT Setiyakom melakukan penagihan kepada pelanggan sesuai dengan periode pemakaian selama satu bulan.

3. Pengumpulan data-data pemakaian dari pelanggan memerlukan waktu beberapa hari, sehingga faktur penjualan baru dapat diterbitkan beberapa hari setelahnya.

4. Untuk pemakaian oleh pelanggan pada tanggal 1 – 30 Juni 2011, PT Setiyakom menerbitkan faktur penjualan (melakukan penagihan) pada tanggal 5 Juli 2011.

FP: 5 Juli 2011 FP: 5 Juli 2011

(42)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 42

Pasal 17

Saat Penyerahan - Pemanfaatan dari luar DP

Saat Penyerahan - Pemanfaatan dari luar DP

Saat Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/ JKP dari luar Daerah Pabean

Saat Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/ JKP dari luar Daerah Pabean

Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/

atau Jasa Kena Pajak tersebut dinyatakan sebagai utang oleh

pihak yang memanfaatkannya

Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/

atau Jasa Kena Pajak tersebut dinyatakan sebagai utang oleh

pihak yang memanfaatkannya

Saat harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau

penggantian Jasa Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang

menyerahkannya

Saat harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau

penggantian Jasa Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang

menyerahkannya

Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/

atau Jasa Kena Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau

seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya

Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/

atau Jasa Kena Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau

seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya

tanggal ditandatanganinya kontrak

atau perjanjian

tanggal ditandatanganinya kontrak

atau perjanjian

Mana yang

terjadi lebih

dahulu

Tidak Diketahui

Tidak Diketahui

(43)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 43

Pasal 17

Saat Penyerahan – Impor & Ekspor

Saat Penyerahan – Impor & Ekspor

Saat

saat Barang Kena Pajak dimasukkan ke

dalam Daerah Pabean

saat Barang Kena Pajak dimasukkan ke

dalam Daerah Pabean

saat Barang Kena Pajak dimasukkan ke

dalam Daerah Pabean

saat Barang Kena Pajak dimasukkan ke

dalam Daerah Pabean

PIB

PIB

PEB

PEB

Saat

Ekspor BKP

Tidak Berwujud

Saat

Ekspor BKP

Tidak Berwujud

Saat

Ekspor JKP

Saat

Ekspor JKP

saat Penggantian atas Barang Kena

Pajak Tidak Berwujud yang diekspor

tersebut dicatat atau diakui sebagai

piutang atau penghasilan

saat Penggantian atas Barang Kena

Pajak Tidak Berwujud yang diekspor

tersebut dicatat atau diakui sebagai

piutang atau penghasilan

saat Penggantian atas jasa yang

diekspor tersebut dicatat atau diakui

sebagai piutang atau penghasilan

saat Penggantian atas jasa yang

diekspor tersebut dicatat atau diakui

sebagai piutang atau penghasilan

Pemberitahuan

Ekspor JKP/BKP

Tidak Berwujud

Pemberitahuan

Ekspor JKP/BKP

Tidak Berwujud

(44)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 44

Ketentuan ini sudah jelas diatur di UU, sehingga tidak perlu ditegaskan lagi di PP

Pasal 14

PP 143 Tahun 2000

Pasal 14

PP 143 Tahun 2000

Dihapus

Dihapus

Sudah diatur di

Pasal 12 (3) UU PPN

Pasal 12 (3) UU PPN

Sudah diatur di

Tempat PPN terutang Tempat PPN terutang

Impor BKP Impor BKP

Pemanfaatan dari luar Daerah Pabean

Pemanfaatan dari luar Daerah Pabean

Tempat BKP dimasukkan Tempat BKP

dimasukkan

Tempat tinggal/ tempat kedudukan Tempat tinggal/

tempat

Tempat bangunan didirikan Tempat bangunan

didirikan

DJP dapat menentukan tempat lain sbg tempat terutang atas ekspor

DJP dapat menentukan tempat lain sbg tempat terutang atas ekspor

Sudah diatur di

Pasal 12 (4) UU PPN

Pasal 12 (4) UU PPN

Sudah diatur di

(45)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 45

Pasal 18

Pemusatan PPN

Pemusatan PPN

PKP

Memiliki > 1 Tempat

Kegiatan Usaha

Dapat menyampaikan pemberitahuan

Pemusatan Tempat

Terutang PPN

Administrasi Penjualan

wajib terpusat pada

tempat pemusatan

Administrasi Penjualan

(46)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 46

Pasal 19

Faktur Pajak Terlambat

Faktur Pajak Terlambat

sejak saat Faktur Pajak

seharusnya dibuat

PKP dianggap tidak menerbitkan

Faktur Pajak

PKP dianggap tidak menerbitkan

Faktur Pajak

PPN tidak dapat dikreditkan

sebagai Pajak Masukan

PPN tidak dapat dikreditkan

sebagai Pajak Masukan

Faktur

Pajak

Faktur

Pajak

> 3 Bulan

> 3 Bulan

Dibuat

Dibuat

Bukan

Faktur Pajak

(47)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 47

Pasal 19

Ilustrasi Faktur Pajak Terlambat

Ilustrasi Faktur Pajak Terlambat

Saat penyerahan = saat pembuatan FP

Februari Maret

5 Jan 5 Apr

FP > 5 April

FP > 5 April

FP terlambat diterbitkan

-

Sanksi 2% x DPP

-

PM dapat dikreditkan oleh Pembeli

FP terlambat diterbitkan

-

Sanksi 2% x DPP

-

PM tidak dapat

dikreditkan oleh Pembeli

FP > 5 Jan s.d 4 April

(48)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 48

Pasal 20

Pedagang Eceran

Pedagang Eceran

Pedagang

Eceran

Pedagang

Eceran

Kegiatan usaha/pekerjaannya melakukan penyerahan JKP dengan cara :

a. melalui suatu tempat penyerahan jasa secara langsung kepada konsumen akhir atau langsung datang ke tempat konsumen akhir;

b. langsung kepada konsumen akhir, tanpa didahului dengan penawaran; dan

c. pada umumnya dilakukan secara tunai. Kegiatan usaha/pekerjaannya melakukan penyerahan JKP dengan cara :

a. melalui suatu tempat penyerahan jasa secara langsung kepada konsumen akhir atau langsung datang ke tempat konsumen akhir;

b. langsung kepada konsumen akhir, tanpa didahului dengan penawaran; dan

c. pada umumnya dilakukan secara tunai.

Tanpa keterangan :

identitas pembeli

nama dan tanda tangan penjual

Tidak diterbitkan Surat Tagihan Pajak

Tidak diterbitkan Surat Tagihan Pajak Membuat

Faktur Pajak tidak lengkap Membuat

Faktur Pajak tidak lengkap

Kegiatan usaha/pekerjaannya melakukan penyerahan BKP dengan cara :

a. melalui suatu tempat penjualan eceran atau langsung datang ke tempat konsumen akhir;

b. langsung kepada konsumen akhir, tanpa didahului dengan penawaran; dan

c. pada umumnya dilakukan secara tunai dan penjual/pembeli langsung menyerahkan/membawa BKP yang dibeli. Kegiatan usaha/pekerjaannya melakukan penyerahan BKP dengan cara :

a. melalui suatu tempat penjualan eceran atau langsung datang ke tempat konsumen akhir;

b. langsung kepada konsumen akhir, tanpa didahului dengan penawaran; dan

c. pada umumnya dilakukan secara tunai dan penjual/pembeli langsung menyerahkan/membawa BKP yang dibeli.

(49)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 49

Pasal 20

Pabrikan Yang Melakukan Penyerahan Eceran

Pabrikan Yang Melakukan Penyerahan Eceran

Pabrikan/

Distributor

Pabrikan/

Distributor

Penyerahan

eceran

Penyerahan

eceran

Penyerahan

tidak eceran

Penyerahan

tidak eceran

Tanpa keterangan :

identitas pembeli

nama dan tanda tangan penjual

Dapat

Faktur Pajak tidak

lengkap

Dapat

Faktur Pajak tidak

lengkap

Harus

Faktur Pajak lengkap

Harus

Faktur Pajak lengkap

(50)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 50

Pasal 21

Ketentuan Peralihan

Ketentuan Peralihan

Ketentuan Mengenai:

Ketentuan Mengenai:

1. Saat Penyerahan sebagai dasar

saat pembuatan Faktur Pajak

(Ps 19 (1) jo Ps 17 PP 1/2012)

1. Saat Penyerahan sebagai dasar

saat pembuatan Faktur Pajak

(Ps 19 (1) jo Ps 17 PP 1/2012)

2. Pedagang

eceran

yang

melakukan

penyerahan

JKP

secara eceran

(Ps 20 PP 1/2012)

2. Pedagang

eceran

yang

melakukan

penyerahan

JKP

secara eceran

(Ps 20 PP 1/2012)

berlaku sejak tanggal

1 April 2010

(51)

Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Peraturan Perpajakan I Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 51

Pasal 22

Ketentuan Penutup

Ketentuan Penutup

Pada saat PP 1 Tahun 2012 berlaku

Pada saat PP 1 Tahun 2012 berlaku

PP 143 Tahun 2000

PP 143 Tahun 2000

PP 144 Tahun 2000

PP 144 Tahun 2000

Dicabut & Dinyatakan

Tidak Berlaku

Dicabut & Dinyatakan

Tidak Berlaku

Peraturan

Pelaksanaan

Peraturan

Pelaksanaan

PP 143 Tahun 2000

PP 143 Tahun 2000

PP 144 Tahun 2000

PP 144 Tahun 2000

Masih Berlaku

Masih Berlaku

Tidak

bertentangan

Tidak

bertentangan

Belum diatur dengan

aturan tersendiri

Belum diatur dengan

aturan tersendiri

1

1

2

2

sepanjang

sepanjang

&

(52)

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH

Lunasi Pajaknya, Awasi Penggunaannya

www.pajak.go.

id

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan syaraf tiruan berfungsi untuk menentukan apakah asap yang terdeteksi adalah asap kebakaran hutan atau bukan melalui karakteristik tegangan setiap asap

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kadar iodium dari sampel urin sesaat pada semua rentang waktu pengambilan sampel urin dalam sehari dengan kadar

Inventory di pelabuhan bongkar selama planning horizon dapat dilihat pada lampiran 5, dimana selama planning horizon (T= 7 hari) tidak terdapat depot yang kritis (di bawah

Alasan menggunakan metode Naïve Bayes Classifier adalah karena metode Naïve Bayes Classifier merupakan penyederhanaan dari teorema Bayes.Variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini

Berdasarkan hasil analisa CART menggunakan PASW STATISTICS 18, didapatkan bahwa dari semua variabel independent yang dimasukkan, ternyata ada satu variabel independent yang

Bila dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi NTB hingga triwulan III-2016, Pembentukan Modal Tetap Bruto menjadi sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,38 poin, diikuti

Langkah kerja merupakan hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka melakukan penilaian terhadap tertib administrasi dan pelaporan keuangan serta pengelolaan keuangan

Orang yang kurang memiliki keterampilan sosial akan lebih banyak menghabiskan waktunya di dunia maya dibandingkan dengan dunia nyata (Majorsy dkk., 2013), hal ini