• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ilmu Pendidikan sebagai Teori docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ilmu Pendidikan sebagai Teori docx"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

C. IImu Pendidikan sebagai Teori

Dalam kehidupan sehari-hari dapat disaksikan ibu menggendong anaknya, menyusui anaknya dengan penuh kasih sayang, ayah dengan sabar melayani menjawab pertanyaan-pertanyaan anaknya, mereka bersama-sama membimbing anak mereka dengan penuh kesabaran dan telaten, serta penuh kasih sayang. Ibu dan ayah berusaha membimbing anaknya untuk menjadi anak-anak yang mandiri, bertanggung jawab terhadap dirinya, terhadap masyarakat, dan terhadap Tuhan.

Seorang ibu guru mengajar pelajaran biologi di sekolah dasar dengan metode ceramah dan demontrasi. Ibu guru tersebut tidak sekedar mengajar dalam kelas, dalam arti setelah mengajar dengan langkah cepat bergegas ia meninggalkan kelas, namun ia dengan tekun suka memerhatikan anak didiknya selama di luar kelas. la selalu berusaha membantu anak didiknya dalam memecahkan persoalan sekolahnya. Hal di atas merupakan suatu praktik pendidikan yang dapat kita amati dalam kehiduan sehari-hari. Pertanyaannya, apakah yang dilakukan sang ibu dan ayah, serta ibu guru tersebut dapat dilakukan secara alamiah, dalam arti tanpa disadari tanpa dilandasi konsep bagaimana sebaiknya mendidik anak di rumah atau mendidik dan mengajar murid di sekolah.

Upaya pendidikan bukan suatu tindakan yang dapat dilakukan dengan serampangan, namun harus direncanakan. Dalam keluarga perencanaan mendidik anak sebetulnya sudah dilakukan sebelum pernikahan, karena sebagai konsekuensi pernikahan akan menghasilkan keturunan (anak). Di bawah ini akan dibahas ilmu pendidikan sebagai teori, membahas pentingnya teori pendidikan. Teori pendidikan diperlukan untuk mengurangi berbagai kesalahan pendidikan, dan akan diuraikan berbagai kesalahan pendidikan serta beberapa contohnya. Silahkan simak uraian di bawah ini. 1. Pentingnya Teori Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, memliki lapangan yang sangat luas. Ruang lingkup lapangan pendidikan mencakup semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan sebagai suatu kegiatan manusia, dapat kita amati sebagai suatu praktik dalam kehidupannya, seperti halnya dengan kegiatan manusia yang lain, seperti kegiatan dalam ekonomi, kegiatan dalam hukum, agama, dan sebagainya. Di samping itu pula kita dapat mengkaji pendidikan secara akademik, baik secara empirik (pengalaman), yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikannya, maupun dengan renungan-renungan, yang mecoba melihat makna pendidikan dalam suatu lingkup yang lebih luas. Yang pertama dapat disebut praktik pendidikan, sedangkan yang kedua disebut teori pendidikan.

Antara teori dan praktik pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, memiliki hubungan komplementer (saling melengkapi), saling mengisi satu sama lainnya. Seperti misalnya pelaksanaan-pelaksanaan pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat, dapat dijadikan sumber dalam menyusun teori pendidikan, Begitu pula sebaliknya suatu teori pendidikan sangat bermanfaat sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan praktik pendidikan. Dalam praktiknya, memang ada orang yang tidak mengetahui atau mempelajari suatu teori pendidikan, namun ia berhasil membimbing anak-anaknya. Sebaliknya juga dapat terjadi, seorang ahli teori pendidikan (ahli pedagogik, ahli filasafat pendidikan, ahli psikologi pendidikan, dan sebagainya), bukan jaminan akan menjadi pendidik yang baik, dan belum tentu dapat berhasil mendidik anaknya sendiri.

(2)

hal ini pedagogik), perlu dipelajari secara akademik (secara ilmiah di Perguruan Tinggi), khususnya di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang mempersiapkan lulusannya untuk menjadi pendidik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Sebab kalau tidak dibekali teori pendidikan, jangan sampai terjerumus seperti yang dikemukakan oleh Gunning tadi, di mana perbuatan pendidik (guru) tersebut seperti perbuatan orang yang tidak waras, suatu perbuatan yang tidak berencana, tidak tentu arah tujuannya.

IImu pendidikan harus dipelajari, karena yang akan dihadapi adalah manusia, menyangkut nasib kehidupan dan hidup manusia, akan menyangkut harkat derajat manusia serta hak asasinya. Perbuatan mendidik bukan perbuatan yang sembrono, melainkan suatu perbuatan yang harus betul-betul disadari dalam rangka membimbing anak kepada suatu tujuan yang akan ditujumu pendidikan sebagai teori perlu dipelajari karena akan memberi beberapa manfaat:

a. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang akan dicapai; b. Untuk menghindari atau sekurang-kurangnya mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktik,

karena dengan memahami teori pendidikan, seseorang akan mengetahui mana yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, walaupun teori tersebut bukan suatu resep yang jitu.

c. Dapat dijadikan sebagai tolok ukur, sampai di mana seseorang telah berhasil melaksanakan tugas dalam pendidikanmu pendidikan sebagai teori perlu kita pelajari karena praktik mendidik tampa didasari oleh teori tentang pendidikan, akan membawa kita kepada kemungkinan berbuat kesalahanmu pendidikan termasuk salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sifatnya praktis. Mengapa demikian? Karena ilmu pendidikan mempelajari dasar-dasar, prinsip-prinsip serta tujuan tentang kegiatan mendidik. Kata "praktis" dalam hubungan ini, tidak diartikan sebagai lawan teoritis, seperti dalam ucapan "Cara kerja anda kurang praktis", melainkan ilmu sebagai teori atau konsep tentang perbuatan mendidik pada manusia. Kata "praktis" berasal dari kata Yunani "prattein" yang berarti "berbuat". Setiap ilmu pada dasarnya adalah teorl, tapi ada teori tentang perbuatan manusia (jadi ilmu yang sifatnya praktis), dan teori yang tidak ditujukan kepada perbuatan manusia seperti biologi, kimia, fisika, matematika, dsb.

Perbuatan mendidik bukanlah perbuatan sembarangan, karena menyangkut kehidupan dan nasib anak manusia untuk kehidupan selanjutnya, yaitu manusia sebagai makhluk yang bermartabat dengan hak-hak asasinya. Itulah sebabnya, melaksanakan pendidikan merupakan tugas moral yang tidak ringan. Ini berarti, bahwa membuat kesalahan dalam mendidik anak, walaupun tidak disengaja, dan walaupun kecil, tidak dapat kita anggap enteng. Itikad baik pendidik dalam menunaikan tugasnya selalu berusaha untuk mengurangi kesalahan-kesalahan atau membatasi kesalahan-kesalahan seminimal mungkin.

Prof. Sikun Pribadi (1984) mengemukakan tiga golongan kesalahan dalam melaksanakan pendidikan yaitu:

a. Kesalahan-kesalahan teknis, artinya kesalahan yang disebabkan oleh kekurangan keterampilan atau kesalahan dalam cara menerapkan pengertian atau prinsip-prinsip tertentu.

b. Kesalahan-kesalahan yang bersumber pada struktur kepribadian perilaku pendidik sendiri.

c. Kesalahan-kesalahan yang sifatnya konseptual, artinya karena pendidikan kurang mendalami masalah-masalah yang sifatnya teoritis, maka perbuatan mendidiknya mempunyai akibat-akibat yang tak dapat dibenarkan.

(3)

pelajaran saja dan lebih banyak melihat buku catatannya dari pada melihat kepada aksi para muridnya. la tidak melihat, bahwa ada beberapa murid sedang melamun, sedang menguap, sedang mengobrol atau sedang bermain handphone. la kurang terampil dalam melaksanakan teknik mengajar yang baik. Guru tersebut membuat kesalahan teknis.

Orang tua sering membuat kesalahan dalam melaksanakan pendidikan di Iingkungan keluarga. Mereka lebih banyak memberi nasihat yang dogmatis-otoriter secara sepihak, dan tidak memberi kesempatan kepada anak untuk secara terbuka mengemukakan pendapatnya, tidak pernah terjadi diskusi antara orang tua dengan anaknya dalam keluarga tersebut.

Dalam hal ini ayah dan ibu membuat kesalahan dalamteknik mendidik. Pada umumnya kesalahan-kesalahan teknis dalam mendidik dengan akibat-akibat yang merugikan, tidak sukar dibetulkan atau dikoreksi. Dalam hal guru di atas, ia cukup diberi penerangan dan latihan, bagaimana teknik mengajar yang baik ltu, misalnya sebelum mengajar di rumah guru harus membuat persiapan mengajar yang sebaik-baiknya, termasuk alat-alat peraga, sehingga dalam kelas ia tidak perlu lagi setiap kali melihat catatannya. Dengan demikian ia dapat selalu mengadakan kontak dengan kelasnya sambil mengajar, serta ia dianjurkan lebih melibatkan anak-anak, sehingga minat dan perhatian mereka tertuju kepada isi dan penghayatan pengajaran.

Dalam hal ayah atau ibu yang terlampau banyak memberi nasihat dan otoriter, mereka dianjurkan tidak lagi memberi Nasihat, melainkan lebih banyak mengambil sikap yang terbuka, ramah dan sabar serta berusaha lebih banyak ngobrol untuk mengakrabkan hubungan antara orang tua dan anak, serta lebih banyak memberi kesempatan kepada anaknya untuk berdiskusi dan mengundangnya untuk bersama-sama menghayati permasalahan, sehingga anak juga lebih komunikatif dan kooperatif terhadap orang tuanya.

Bentuk kesalahan mendidik yang kedua, ialah kesalahan yang bersumber dari kepribadian pendidik sendiri. Kesalahan ini tidak mudah dibetulkan, karena mengoreksi struktur kepribadian seseorang tidaklah mudah, dan untuk memperbaiki kepribadiannya dan perilakunya pertama- tama memerlukan kesediaan dan kerelaan yang bersangkutan serta memakan waktu yang lama. Seorang ayah atau ibu sebagai pendidik, sebaiknya tidak diperkenankan mempunyai sifat yang agresif, mengalami frustasi penuh kecemasan, egoistis (selalu mementingkan diri sendiri), ataupun bersikap deprosif (murung). Sifat-sifat tersebut sangat erat hubungannya dengan masa lampau mereka waktu kecilnya, yaitu waktu mereka sendiri masih jadi anak menghadapi sikap dan suasana kehidupan keluarga orang tuanya.

Pada umumnya orang tua yang kurang memiliki kondisi psiko-higienis (sehat mental), sehat dalam hal kehidupan kejiwaan memancarkan suasana kejiwaan dalam rumah tangga yang kurang gembira serta perasaan kurang aman dan tenang. Anak-anak se ring mereaksinya dengan perilaku yang kurang tenang, tidak gembira, dan dan kurang terbuka serta kurang komunikatif. Kewibawaan orang tua biasanya juga kurang cukup kuat, sehingga sikap kepatuhan anak-anak menjadi masalah. Bila orang tua sering cekcok, suasana rumah akan lebih tegang dan depresif, dan anak-anak kurang merasa aman, sehingga mudah tersinggung dan kurang terbuka serta kurang akrab dalam pergaulan antara saudara-saudaranya ataupun dengan kawan-kawannya yang sebaya.

(4)

mengalami akibat negatif itu biasanya harus mengalami proses "re-edukasi" atau proses pendidikan kembali.

Sebenarnya bila seseorang secara sungguh-sungguh mempelajari ilmu pendidikan dari segala aspeknya, ia biasanya lambat laun akan berubah dari dalam, berubah dalam struktur kepribadiannya secara kualitatif. Ini berarti, bahwa belajar ilmu mendidik, berarti belajar mengubah dirinya, sesuai dengan cita-cita dan tujuan yang digambarkan dalam teori pendidikan. Tanpa mengubah diri ia tidak akan dapat menjadi pendidik yang efektif, sama halnya dengan seorang yang ingin jadi ahli dalam psiko-analisa untuk menolong orang yang mengalami kesulitan dalam kehidupan kejiwaan, dalam pendidikan ia harus menghayati dulu proses psiko-analisa dalam dirinya selama beberapa tahun. Jika tidak, ia tidak akan jadi ahli psikoanalisa yang efektif, karena dalam proses psiko-terapi (pengobatan dengan cara atau proses psikologis) ada gejala yang disebut "transference", artinya ahli psiko-terapi akan memancarkan suasana kejiwaan yang mempengaruhi kejiwaan kliennya.

Dalam kesalahan mendidik menurut jenis ketiga ialah kesalahan konseptual, yaitu dalam menjalankan proses pendidikan, pendidik kurang menyadari, bahwa kesalahannya dapat mempunyai akibat yang mendalam pada anak didik. Di bawah ini beberapa contoh kesalahan mendidik yang sifatnya konseptual yaitu:

a. Pada umumnya orang tua kurang menyadari, bahwa lima tahun yang pertama dalam kehidupan anak, merupakan dasar bagi perkembangan kejiwaan dan nasib kehidupan selanjutnya.

b. Banyak orang tua mengira, bahwa proses mendidik itu harus dilakukan dengan banyak memberi nasihat, dan setiap kesalahan pada anak harus dihukum. Hukumanlah yang memperbaiki kepribadian anak.

c. Pada umumnya orang tua menganggap, bahwa jika anak itu merupakan suatu "wadah" yang harus diisi dengan ilmu. Makin banyak ilmu yang diisikan dengan cara menghafal, makin baik anak itu, sehingga terbuka jalan untuk mencapai sukses dalam hidup.

d. Sering dalam rangka kehidupan keluarga, sang suami berpendapat, bahwa sebagian besar pendidikan anak-anak harus dilaksanakan oleh istrinya sebagai ibu anak-anak.

Lebih lanjut kesalahan-kesalan dalam pendidikan tersebut dapat jelaskan sebagai berikut: Pandangan salah yang dilakukan oleh orang tua sebenarnya bertentangan dengan teori psikoanalisa tentang perkembangan kejiwaan anak. Misalnya kekurang pahaman orang tua tentang periode perkembangan anak dalam masa usia dini bagi perkembangan kejiwaan anak selanjutnya. Usia dini merupakan masa kehidupan yang sangat membutuhkan pengertian dan perhatian sepenuhnya dari kedua orang tua. Sering sekali pada masa ini anak dititipkan kepada neneknya, atau bibinya yang kesepian karena tidak mempunyai anak sendiri, ataupun anak lebih banyak diurus pembantu rumah tangga dari pada oleh ibunya sendiri, yang sibuk dengan urusan di luar rumah (organisasi, jabatan atau bisnis). Akibat dari kondisi anak yang demikian sering fatal, dan membutuhkan re-edukasi yang intensif. Pada kenyataannya proses mendidik terjadi dalam situasi medan pergaulan antara orang dewasa dan anak yang belum dewasa. Medan pergaulan itu terdiri atas suasana dan gejala-gejala perilaku yang nampak serta yang tidak nampak, namun oleh anak-anak ikut dihayati secara tidak sadar. Dalam hal ini berlaku ucapan "Apa yang diperbuat oleh orang-orang jauh lebih penting dari pada apa yang dikatakannya (What you do is much more important than what you say). Perilaku anak sering terdiri atas proses imitasi (peniruan) atau merupakan reaksi terhadap suasana yang diciptakan dan dihayati dalam medan pergaulan pendidikan itu.

(5)

anak-anak. Makin akrab dan terbuka hubungan antara orang tua dan anak, makin besar kecenderungan anak untuk mereaksi secara akomokatif dan kooperatif (bersedia bekerjasama, dan tidak mengambil sikap menentang atau menjauhkan diri).

Jiwa anak bukanlah semacam wadah yang harus diisi dengan pengetahuan, melainkan merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan secara kreatif kearah yang positif, sehingga dengan kemampuan yang lebih tinggi anak menjadi aktif, produktif, dan bergairah untuk belajar, mengembangkan kepercayaan diri sediri. Sering pelajaran di sekolah diarahkan supaya anak mengisi "benaknya" dengan pengetahuan yang disederhanakan oleh gurunya. Jika anak mempunyai pendapat sendiri yang baru (inovatif) sering tidak dibenarkan oleh guru. Anak yang dalam ujian menjawab seperti yang dikehendakl gurunya, dialah yang mendapat nilai tinggi. Anak penurut lebih dihargai dari pada anak yang mempunyai banyak inisiatif. Pada umumnya anak yang inteligen (cerdas) ialah anak yang mempunyai banyak inisiatif, yang mampu berpikir secara mandiri dan kreatif. Kejiwaan anak harus kita interprestasikan (tafsirkan) sebagai potensi yang harus dikembangkan, bukan suatu wadah yang harus diisi penuh dengan pengetahuan yang sering kurang relevan (sesuai) untuk menghadapi masalah-masalah kehidupan.

Manusia terdiri atas dua jenis kelamin, laki-Iaki dan perempuan. Jika dalam situasi kehidupan berkeluarga, hanya sang ibu yang dibebani kewajiban mencari nafkah, besar kemungkinan bahwa aspek-aspek kewanitaan saja yang akan dikembangkan pada anak-anak. Hal itu lebih berbahaya bagi anak lakl-laki, yang sejak kecil memerlukan bimbingan dari ayah untuk dapat lebih mengembangkan dimensi-dimensi maskulinitas (kepriaan) pada kejiwaan anak laki-Iaki, seperti kemampuan melihat realitas hidup, yang mengintegrasikan seluruh kehidupan jiwa, nilai-nilai normatif, kelincahan dan sikap agresif dalam arti yang positif pada anak laki-Iaki, dsb. Bila sang ibu lebih dominan, besar kemungkinan anak lakl-laki akan mengembangkan segi emosi, kasih sayang yang senti-mentil serta menjadi pemuda yang terlalu perasa. Bahkan kecenderungan menjadi homoseksualitas akan lebih besar kemungkinan untuk berkembang pada laki-Iaki yang demikian. Hal ini tentunya akan menimbulkan permasalahan-permasalahan yang lebih serius, karena pemuda akan terlibat dalam "identitas peranan seksnya" artinya mengalami kesukaran dalam memainkan perannya sebagai pria yang sejati.

Itulah sekedar penjelasan singkat mengenai berbagai jenis kesalahan yang dapat diperbuat oleh calon pendidik yang kurang memahami teori pendidikan. Dapat disimpulkan, bahwa mempelajari teori tentang pendidikan, yaitu teori tentang membimbing dan membina atau mendidik anak didik, adalah cara yang paling praktis.

2. Pendidikan dalam Ruang Lingkup Mikro dan Makro

Pendidikan dalam ruang lingkup mikro artinya mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam sekala kecil, dan pendidikan dalam ruang lingkup makro, kita mengkaji pendidikan yang dilaksanakan dalam skala besar. Seperti telah dikemukakan di muka bahwa lapangan pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas menyangkut pengalaman dan pemikiran manusia dalam pendidikan. Pernyataan tersebut melihat pendidikan merupakan kegiatan manusia yang sangat luas, jadi ini dilihat dari lingkup makro. Pendidikan yang dilakukan secara nasional dengan segala perangkat aturannya seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan mencakup pendidikan sekolah dan luar sekolah, berlangsung seumur hidup, hal tersebut melakukan tinjauan pendidikan secara makro (besar).

(6)

terfokus mengkaji pendidikan di SD saja, atau SMP saja), hal tersebut merupakan suatu kajian pendidikan dalam skala mikro (kecil).

Pengelompokan kajian pendidikan secara mikro dan makro tersebut dapat dilihat dari dua segi, yaitu: 1) manusia sebagai individu, dan sebagai anggota masyarakat, dan 2) tanggung jawab pendidikan.

1) Manusia sebagai Individu dan sebagai Anggota Masyarakat

Manusia sebagai individu ia hidup bersama-sama di masyarakat, hidup bersama dengan orang banyak di luar dirinya. Antara individu dan masyarakat bagi seorang manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lain, artinya individu tak mungkin berkembang dengan sebaik-baiknya, bahkan individu tak mungkin hidup, tanpa dibantu oleh dan hidup bersama dengan orang lain. Havigurst mengatakan bahwa manusia tidak akan menjadi manusia kalau ia tidak hidup bersama dengan dan dalam masyarakat.

Suatu masyarakat tak mungkin ada tanpa adanya anggota-anggota masyarakat atau individu-individu yang hidup di dalamnya. Sering juga suatu masyarakat dapat maju karena jasa-jasa orang-orang tersebut yang pernah memimpin masyarakat itu atau yang pernah memberikan sumbangannya dimana individu itu hidup dan bekerja. Individu dan masyarakat tak dapat dipisahkan satu sama lain, dan saling membutuhkan.

Kedua aspek manusia yang saling berlawanan sifatnya, individu merupakan makhluk yang unik, artinya tidak ada manusia yang sama, dia berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya, inilah suatu sifat manusia yang disebut individualitas.

Dari faktor-faktor tentang kehidupan manusia sebagai individu dan sebagai makhluk yang bermasyarakat, seperti yang dijelaskan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa pendidikan tak mungkin lengkap bila hanya ditujukan kepada anak-anak sebagai perorangan, melainkan perlu juga diusahakan pendidikan yang ditujukan kepada kelompok-kelompok anak, seperti yang terjadi dalam kelas dalam lingkungan sekolah serta dalam kehidupan kepramukaan.

Kedua jenis pendidikan, yaitu pendidikan individual, yang dapat disebut pendidikan dalam ruang lingkup mikro, dan pendidikan kelompok (group), yang dapat disebut pendidikan dalam ruang lingkup makro, saling melengkapi. Dalam pendidikan individual bukan saja dikembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak-anak sebagai individu, melainkan juga kepada anak kita berikan persiapan-persiapan untuk kehidupan bermasyarakat. Perlu diadakan pendidikan bagaimana bergaul secara akrab, atas dasar pergaulan yang akrab antara pendidik dan anak didik. Kita perlu menyadari betapa pentingnya memelihara nilai-nilai yang baik dan suslla, demi terselenggaranya hidup bersama yang harmonis dan bagaimana menyiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang berguna, serta menyiapkan anak untuk kehidupan berkeluarga yang harmonis.

Dalam pendidikan kelompok seperti dalam kelas atau kepramukaan, disamping memperhatikan kelompok kesatuan yang harmonis dan bekerja sama, kita juga harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individu (individual differences), karena tiap-tiap orang mempunyai kemampuan, minat dan kebutuhannya sendiri-sendiri yang berbeda-beda.

1) Pendidikan Individual

(7)

luar kesadaran, mendapat ancaman dari penjahat, dst). Kejutan jiwa yang he bat akan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap perkembangan janin, yang kadang-kadang dapat lahir dengan cacat, baik mental maupun fisik.

Disamping itu ibu berusaha memelihara kesehatan jasmaninya memperhatikan makanan yang bergizi, agar janin yang dikandung dapat tumbuh dengan sempurna. Otak janin sebenarnya sudah dibentuk sejak minggu keempat dalam kandungan. Sel-sel otak membutuhkan protein yang cukup untuk tumbuh. Seperti bayi yang baru lahir oleh sang ibu pertumbuhannya sangat diperhatikan. Segala keperluan untuk tumbuhnya dipenuhi: air susu ibu yang cukup, pad a waktu-waktu tertentu dimandikan, diberinya pakaian bersih, bila popoknya basah atau kotor karena buang air besar diberinya popok yang bersih. Waktu tidur dijaga jangan sampai terganggu karena dingin, karena suara yang keras atau karena digigit nyamuk.

Tentu yang diperhatikan ibu bukan pertumbuhan badan jasmani saja, melainkan ibu berusaha agar segi kejiwaan anak dapat berkembang dengan sempurna. Sang ibu mengisi lingkungan keluarga dengan suasana yang hangat, gembira, tentram dan bahagia. Jika anak sudah dapat berjalan,ia sering dituntun, supaya latihan berjalannya mengalami kemajuan yang lebih pesat. Segala jenis permainan disediakan agar anak mengembangkan berbagai segi keterampilannya (membuat bangunan, membedakan warna dan bentuk benda-benda, latihan menggambarfmencoret-coret) dsb.

Tidak dilupakan pula latihan bergaul dengan saudara-saudaranya, atau tetangganya, karena sejak dapat berjalan, ingin menjelajahi lingkungannya. Kemampuan mengamati dengan alat data (meraba, mendengar, melihat, mencium bau, mencicipi, berbagai rasa); sudah mulai dilatih. Jika kita ringkas dalam periode pra-sekolah ini sang anak (yang biasanya disebut kanak-kanak setelah dapat berjalan) mendapat bimbingan individu dalam lingkungan keluarga, oleh ayah dan ibu dan kakak-kakaknya.

Pembinaan jasmani dan rohani meliputi: 1. Pertumbuhan fisik.

a. Keterampilan motorik; merangkak, berjalan, berlarl-lari, mempergunakan tangannya untuk memegang, melempar, merusakkan, membangun, dsb.

b. Latihan pengamatan dengan berbagai alat dia seperti ialah disebut di atas. 2. Perkembangan bahasa.

a. Pergaulan sosial (dengan orang tua, saudara-saudaranya, dan teman-teman tetangganya).

b. Latihan mental berpikir, walaupun masih dalam bentuk yang sangat sederhana (menghitung dengan jari, menyebut nama-nama barang, berdialog secara sederhana dengan orang tua, identifikasi gambar-gambar, huruf dan angka).

c. Pembinaan kehidupan emosional (sangat bergantung kepada suasana kejiwaan yang diciptakan oleh orang tua dan kakak-kakaknya anak.

d. Kadang-kadang anak belajar menahan diri, misalnya bila meminta sesuatu kepada orang tuanya, sedangkan orang tuanya tidak selalu segera meluluskannya.

e. Segi pendidikan etis membedakan antara yang baik dan tidak baik juga mulai ikut diaktifkan, orang tua kadang-kadang melarang perbuatan sesuatu, misalnya jika mengambil kueh, harus minta izin dahulu, jangan suka berbohong atau mengambil tanpa setahu seizin ibu, dsb.

f. Jika mempunyai adik bantulah ibu mengganti popok adik, disini anak belajar tolong-menolong dan kerja sama.

2) Pendidikan kelompok

(8)

Iingkungan sekolah dan kepramukaan. Alasan mengapa kita menyelenggarakan pendidikan sekolah (yang disebut pendidikan formal, baik oleh swasta maupun oleh pemerintah ialah sebagai berikut: a. Orang tua kurang mampu memberikan pendidikan lanjutan setelah pendidikan di Iingkungan

keluarga, karena pendidikan formal di sekolah membutuhkan banyak tenaga ahli yang khusus dididik untuk hal itu. Lebih-Iebih bila telah diperinci mengenai berbagai jenis pelajaran keterampilan.

b. Pendidikan sekolah relatif lebih mahal dibandingkan dengan pendidikan keluarga, karena mempergunakan tenaga ahli beserta alat-alat pendidikan yang diperlukan.

c. Dengan menghimpun anak-anak dalam satu kelas (dengan sistem kenaikan kelas dalam kesatuan organisasi) kesukaran tersebut dalam a dan b di atas dapat diatasi.

d. Sudah waktunya anak-anak yang tergolong dalam kelompok umur sekolah (school age group) diberikan pendidikan dalam kelompok, karena di sana anak-anak (murid-murid) telah mulai belajar hidup bermasyarakat; hidup bersama, saling membantu, mengerjakan tugas bersama-sama, belajar patuh kepada guru, memberikan tugas-tugas yang dikontrol setiap hari, belajar patuh kepada atasan yang diserahi tugas memimpin suatu organisasi (persekolahan).

e. Belajar dalam kelompok berbagai ilmu dan menyelesaikan tugas jauh lebih efisien dari pada belajar secara individual.

f. Oleh karena sistem sekolah terikat oleh peraturan-peraturan demi ketertiban (penyelesaian tugas-tugas) pekerjaan rumah, datang jangan terlambat, alat-alat pelajaran dan pakaian yang tertib, anak dididik untuk menyelesaikan tugas-tugas dan membiasakan menyenangi pekerjaan, karena dalam llngkungan pendidikan sekolah ada disiplin ketertiban yang sifatnya mengikat bagi para pesertanya (kepala sekolah, guru, murid-murid).

g. Dalam sekolah, di samping pendidikan yang melibatkan seluruh kepribadian anak-anak, ada penekanan pada pendidikan intelektual (pikiran). Hal ini penting, karena dalam kenyataannya kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir, memainkan peranan yang sangat penting, karena perkembangan masyarakat termasuk kehidupan ekonomi dan teknologi sangat bergantung kepada kemampuan berpikir kreatif warga masyarakatnya. Berhubung dengan pentingnya peranan pendidikan sekolah untuk pembangunan, maka pemerintah mengembangkan dan mengatur seluruh pendidikan sekolah dalam sistem pendidikan nasional, yang bertalian dengan pembangunan.

Pendidikan sekolah sebagai suatu sistem merupakan suatu investasi jangka panjang untuk mengembangkan sumber-sumber daya manusia (human resources development), serta juga menyiapkan barisan bekerj (manpower) yang dibutuhkan untuk menempati berbagai jabatan da fungsi dalam masyarakat yang akan datang. Hal itu sangat era hubungannya dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja bangsa Indonesia, sehingga Indonesia akan dapat rnenalkan pendapatan pertahun per kapita (kepala).

Tentang pendidikan pramuka, kadang-kadang disebut pendidikan lingkungan ketiga (pendidikan keluarga sebagai lingkungan pertama, pendidikan sekolah sebagai lingkungan kedua) dapat secara singkat dikatakan, bahwa pendidikan itu sebagai pelengkap pendidikan sekolah. Banyak sekali segi-segi pendldikan kepramukaan yang mempunyai nilai edukatif yang tinggi, seperti pendidikan kepemimpinan, humanitas, kesediaan saling tolong-menolong, keterampilan menghadapi keadaan-keadaan sukar, semangat bekerja sama, kesetiaan, kreativitas pendidikan kesosialan, dan seterusnya.

(9)

Pada bagian awal telah dikemukakan bahwa pendidikan dapat dilihat dalam arti khusus dan arti luas. Dalam arti khusus pendidikan diartikan sebagai mendidik seperti dikemukakan langeveld, Hoegveld, Brojonegoro, Ki Hajar Oewantara, dan Oriyarkara, bahwa pendidikan merupakan usaha mendidik anak untuk menjadi dewasa. Jadi, pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasai sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaanya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga.

Pendidikan mikro sebagai upaya pendidikan untuk mendewasakan anak, sepenuhnya merupakan tanggung jawab keluarga. Sekolah (sampai dengan SMA), pendidikan usia dinl (play group: kelompok bermain), atau bentuk-bentuk lainnya, merupakan pendidikan mikro sebagai wakil keluarga dalam melaksanakan upaya pendidikannya. Tanggung jawab pendidikan dalam tatanan mikro ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab keluarga (ayah dan ibu). Anak masuk Play Group, masuk TK, masuk SD, sampai SMA, anak mengikuti kegiatan Pramuka, Palang Merah Remaja, kesemuanya itu adalah tanggung jawab ayah dan ibu. Keluargalah yang saling bertanggung jawab secara moral, spiritual, dan fisik material untuk pendewasakan anak.

2) Tanggung Jawab Bersama

Referensi

Dokumen terkait

Beriman kepada hari akhir (hari kiamat) artinya mempercayai dengan sepenuh hati bahwa hari kiamat itu pasti akan datang dan seluruh ummat manusia akan kembali dibangkitkan dari alam

Berdasarkan analisa sidik ragam pemberian abu boiler (AB), tandan kosong kelapa sawit (TKKS), maupun limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) tidak berpengaruh terhadap

Gambar di atas masi mengunakan satu switch yang mengakibatkan masi sering terjadi loos konek atau tabarkan yang selama ini menjadi permasalahan yang sering di hadapi dan

JAWA TIMUR 1 Kabupaten Pacitan 2 Kabupaten Ponorogo 3 Kabupaten Trenggalek 4 Kabupaten Tulungagung 5 Kabupaten Blitar 6 Kabupaten Kediri 7 Kabupaten Malang 8 Kabupaten Lumajang

kategorikan dalam beberapa jenis, diantaranya adalah film dokumenter, film cerita pendek, film cerita panjang, film perusahaan (company profile), iklan televisi, program

Observasi dilakukan oleh peneliti selaku pengawas sekolah di Sekolah Dasar Daerah Binaan I UPT Dindikpora Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, saat

Hanya pada subtopik menukarkan ungkapan algebra yang mengandungi tiga sebutan kepada hasil darab dua ungkapan menunjukkan pencapaian yang tidak memuaskan.Terdapat pola-pola