• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 8 PENGUMPULAN DATA KUALITATIF - BAB 8. DATA KUALITATIF OK BANGET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 8 PENGUMPULAN DATA KUALITATIF - BAB 8. DATA KUALITATIF OK BANGET"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 8

PENGUMPULAN DATA KUALITATIF

Pengumpulan data kualitatif tidak semata-mata berkaitan dengan penentuan apakah kita akan mengobservasi atau mewawancarai orang. Ada lima langkah dalam proses pengumpulan data kualitatif. Kita harus mengidentifikasi partisipan dan situs, mendapatkan akses, menentukan tipe data yang akan dikumpulkan, mengembangkan bentuk-bentuk pengumpulan data, dan melaksanakan proses tersebut sesuai dengan cara-cara yang etis.

Pada akhir bab ini, anda diharapkan akan mampu:

 Mengidentifikasi pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam memilih partisipan dan situs;

 Mengetahui beberapa tingkat perizinan yang dipersyaratkan untuk bisa mengakses partisipan dan situs;

 Mengidentifikasi dan menimbang-nimbang berbagai alternatif data kualitatif yang akan dikumpulkan;

 Mengidentifikasi prosedur merekam data kualitatif;

 Mengenal beberapa pertimbangan administratif dan etis yang diperlukan dalam pengumpulan data kualitatif;

Maria merasa senang berbicara dengan para siswa dan para guru SMA. Ia tidak keberatan menanyai mereka dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bersifat terbuka sepert “Apa-apa saja pengalaman anda (siswa dan guru) ketika membawa senjata ke sekolah?” Ia juga mengetahui tantangan-tantangan yang dihadapi untuk memperoleh pendapat mereka. Ia perlu mendengarkan mereka tanpa mencampurinya dengan pendapat dia sendiri dan ia perlu membuat catatan atau merekam apa-apa saja yang dikatakan mereka. Pase ini memerlukan waktu, akan tetapi Maria senang bercengkerama dengan mereka dan mendengarkan ide-ide mereka. Maria adalah contoh dari seorang peneliti kualitatif tipe natural.

Apa Saja Proses Pengumpulan Data Kualitatif?

Dari Bab 2 kita telah mengetahui bahwa pengumpulan data kualitatif terdiri dari pengumpulan data dengan menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan yang umum, emerging questions (pertanyaan-pertanyaan yang mencuat begitu saja) dalam rangka memancing respon-respon dari para partisipan; mengumpulkan data-data berbentuk kata-kata (teks), atau data-data berbentuk gambar; dan mengumpulkan informasi dari sejumlah kecil individu atau situs. Secara khusus proses tersebut adalah:

(2)

berdasarkan pertimbangan apakah tempat-tempat atau individu- individu yang kita pilih itu secara optimal membantu kita memahami fenomena sentral.

 Baik dalam penelitian kuantitatif maupun penelitian kualitatif, kita perlu mendapatkan izin untuk memulai penelitian kita; akan tetapi dalam penelitian kualitatif kita memerlukan akses yang besar terhadap situs karena kita perlu mendatangi dan berada di situs tersebut untuk mewawancarai orang dan mengobservasinya. Proses ini memerlukan partisipasi yang lebih besar terhadap situs tersebut dibandingkan dengan penelitian kuantitatif

 Dalam kedua pendekatan, kita juga mengumpulkan data seperti data-data wawancara, data-data observasi dan dokumen. Dalam penelitian kualitatif, wawancara atau observasi diupayakan tidak membatasi pandangan masing-masing partisipan. Kita tidak akan menggunakan instrumen buatan orang lain sebagaimana halnya yang terjadi dalam penelitian kuantatif dan mengumpulkan informasi yang bersifat tertutup (closed-ended information). Sebaliknya dalam penelitian kualitatif, kita mengumpulkan data-data dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended questions).

 Dalam kedua pendekatan, kita perlu merekam informasi yang diberikan oleh partisipan. Ketimbang menggunakan instrumen yang sudah dirancang sebelumnya oleh seseorang atau rancangan kita sendiri, dalam penelitian kualitatif, kita merekam informasi atas dasar protokol yang kita rancang sendiri yang akan membantu kita mengorganisasikan informasi tersebut sebagaimana diungkapkan oleh para partisipan untuk setiap butir pertanyaan yang kita ajukan.

(3)

Siapa Partisipan dan Apa Situs yang akan Diteliti?

Dalam penelitian kualitatif, tujuan kita bukan untuk mengambil generalisasi dari sampel ke populasi, akan tetapi mengembangkan eksplorasi yang mendalam tentang suatu fenomena sentral (lihat Bab 2 bahagian :”Identifikasi Masalah Penelitian”. Justru itu, untuk bisa memahami fenomena tersebut secara labih baik, si peneliti kualitatif dengan sengaja memilih individu-individu atau situs-situs tertentu. Pembedaan antara “ pemilihan sampel secara randon”(random sampling) dengan sampel bertujuan (purposeful sampling) bisa dilihat pada Diagram 8.1. Dalam penelitian kuantitatif, fokusnya adalah sampel acak, memilih individu-individu yang representatif, dan kemudian membuat generalisasi dari individu-individu ini ke populasi. Sering proses ini berakhir dengan “menguji teori” dengan menjelaskan populasi. Walaupun demikian, dalam penelitian kualitatif, kita memilih orang atau situs didasarkan pada sejauh mana orang atau situs tersebut membantu kita memahami fenomena sentral. Pemahaman seperti ini muncul melalui pemahaman yang rinci tentang orang-orang dan situs-situs yang kita teliti. Proses ini menghasilkan informasi yang memungkinkan individu “memahami” fenomena, atau menghasilkan pemahaman yang membantu menyuarakan suara-suara individu-indvidu yang selama ini mungkin ‘bisu”.

Pengambilan Sampel Bertujuan (Sampling purposif)

Istilah penelitian yang digunakan dalam sampling kualitatif adalah purposive sampling (pengambilan sampel secara purposif). Dalampurposive sampling, para peneliti dengan sengaja memilih individu-individu dan situs-situs guna mempelajari atau memahami

fenomena sentral. Standar yang digunakan untuk memilih partisipan dan situs adalah apakah partisipan atau situs tersebut information rich (sarat dengan informasi)(Patton, 1990, halaman 169). Pada setiap penelitian kualitatif, anda bisa menetapkan untuk diteliti sebuah situs (misalnya kampus perguruan tinggi), beberapa buah situs (tiga buah kampus fakultas sastra yang tergolong kecil), individu-individu atau kelompok (mahasiswa baru perguruan tinggi), atau kombinasi (dua buah kampus fakultas sastra dan beberapa orang mahasiswa baru pada kampus tersebut). Pemilihan sampel purposif berlaku untuk keduanya, individu-individu dan situs.

Apabila anda melakukan penelitian dengan menggunakan sampel purposif (sampel bertujuan), anda perlu mengidentifikasi strategi pemilihan sampel dan harus mampu

(4)

strategi yang biasanya digunakan oleh para peneliti bidang pendidikan. Strategi-strategi ini dibedakan atas dasar apakah ia dipilih sebelum pengumpulan data dimulai atau setelah pengumpulan data berlangsung (suatu pendekatan yang sejalan dengan konsep emerging design). Selanjutnya, masing-masing strategi tersebut memiliki tujuan yang berbeda, tergantung pada masalah dan pertanyaan penelitian yang ingin anda cari jawabnya dalam penelitian anda. Semua strategi berlaku apakah untuk single time (satu kali memilih sampel) atau multiple time (sampel dipilih beberapa kali) selama penelitian. Anda bisa

menggunakannya untuk memilih individu, atau kelompok, atau keseluruhan organisasi dan situs (lihat Patton, 1990, untuk pembicaraan lanjutan).

Maximal Variation Sampling

Salah satu karakteristik dari penelitian kualitatif adalah untuk menampilkan perspektif yang multi ragam dari para individu dalam melihat kompleksitas dunia ini (lihat bab 2 bahagian “mengidentifikasi masalah penelitian”). Dengan demikian, salah satu strategi pemilihan sampel adalah membangun kompleksitas itu ke dalam penelitian kita melalui pemilihan partisipan dan situs . Maximal variation sampling adalah strategi pengambilan sampel bertujuan di mana si peneliti memilih kasus-kasus atau individu-individu tertentu yang berbeda dalam berbagai karakteristik atau ciri (misalnya umur). Tentu saja sebelum menentukan sampel, kita harus mengidentifikasi karakteristik sampel dan kemudian menemukan stus-situs atau individu-individu yang memperlihatkan dimensi yang berbeda dari karakteritik tersebut. Misalnya, si peneliti boleh jadi menemukan karakteristik

komposisi etnik dari berbagai SMA di suatu daerah tertentu.Dan kemudian dengan sengaja si peneliti memilih tiga buah SMA yang memiliki karakteristik yang berbeda: satu SMA dengan siswa yang didominasi oleh etnik Melayu, satu SMA yang didominasi oleh etnik

Minangkabau, dan satu SMA dengan berbagai etnik (Melayu, Minang, Jawa, batak, Cina dll).

Extreme Case Sampling

Kadang-kadang seseorang tertarik untuk meneliti sesuatu kasus yang luar biasa

(5)

bagi anak marginal, program-program pendidikan untuk anak-anak austis dsb-nya yang akan mendapat bantuan dari pemerintah).

Typical Sampling

Beberapa pertanyaan penelitian berkaitan dengan, “Apa yang normal?” atau “Apa yang tipikal (khusus?)”. Typical sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif yang

memungkinkan seseorang peneliti meneliti seseorang individu atau situs yang tipikal. Apa yang dimaksudkan dengan tipikal , tentu saja, terbuka untuk interpretasi yang berbeda. Anda misalnya meneliti seorang dosen pada sesuatu fakultas ilmu sastra karena individu tersebut telah bekerja di fakultas tersebut lebih dari 29 tahun dan telah merupakan bahagian yang tak terpisahkan dari fakultas tersebut yang tidak ada duanya orang seperti itu di fakultas ini.

Theory or concept sampling

Anda mungkin memilih situs-situs atau orang-orang tertentu karena situs atau orang itu membantu anda memahami sesuatu konsep atau teori. Theory or concept sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif dengan sengaja memilih individu-individu atau situs-situs tertentu karena individu-individu atau situs-situs tersebut diperkirakan akan sangat membantu anda melahirkan atau menemukan sesuatu teory atau konsep-konsep spesifik tertentu dalam ruang lingkup sesuatu theori. Untuk bisa menggunakan sampel seperti ini, anda harus memiliki pemahaman yang jelas tentang konsep tersebut atau teori yang lebih luas diharapkan akan lahir atau muncul selama penelitian. Dalam penelitian berkenaan dengan lima situs yang telah mengalami pembelajaran jarak jauh, misalnya, kita memilih situs-situs ini karena dijadikannya situs tersebut sebagai sampel akan membantu kita melahirkan teori tentang sikap mahasiswa terhadap pembelajaran jarak jauh.

Homogeneous sampling

(6)

yang memiliki anak-anak di sebuah sekolah berpartisipasi dalam kegiatan orang tua murid yang dikoordinir oleh Komite Sekolah. Pemilihan mereka yang terlibat dalam

kegiatan/program ini merupakan salah satu perwujudan dari homgenous sampling karena masing-masingnya merupakan anggota sub-kelompok dalam masyarakat yang memiliki kesamaan tertentu.

Critical sampling

Kadang-kadang individu atau situs penelitian mewakili fenomena sentral secara dramatis (Patton, 1990). Strategi pemilihan sampelnya di sini adalah meneliti sample kritis. Critical sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif dengan jalan memilih individu-indvidu atau situs-situs khusus karena adanya kasus istimewa sehingga memungkinkan si peneliti memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena yang diteliti. Misalnya, tindak kekerasan yang dilakukan remaja di sekolah di mana seorang siswa dengan

menggunakan senjata api mengancam seorang guru.Hal ini merupakan insiden yang dramatis yang memperlihatkan sejauh mana remaja-remaja tertentu terlibat dalam tindak kekerasan di sekolah.

Opportunistic sampling

Setelah data-data terkumpul, si penelit boleh jadi memerlukan informasi baru untuk menjawab pertanyaan penelitian secara lebih baik lagi. Opportunistic sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif dengan jalan memilih situs atau individu tertentu dalam rangka mendapatkan informasi tambahan sebagai akibat dari terungkapnya hal-hal baru setelah dilakukan pengumpuan dan analisis data. Strategi ini muncul pada saat penelitian sudah berjalan. Si peneliti harus hati-hati karena bisa menyimpang dari tujuan awal

penelitian. Contohnya, anda mungkin mulai penelitian anda dengan menggunakan maximal variation sampling dari sejumlah remaja hamil di sekolah. Dalam proses selanjutnya, anda menemukan remaja hamil yang berencana akan membawa bayinya kelak kemudian hari ke sekolah setiap hari. Karena data dan infromasi tentang remaja ini akan memberikan

pemahaman baru tentang penyeimbangan antara anak-anak dan sekolah, mengkaji kegiatan remaja tersebut sehari-hari selama masa kehamilannya di sekolah dan pada bulan-bulan setelah melahirkan diperlukan. Kasus seperti inilah yang disebut opportunistic sampling.

(7)

Pada situasi-situasi penelitian tertentu, si peneliti tidak tahu siapa orang-orang terbaik yang harus diteliti karena belum dikenalnya dengan baik topik atau kompleksitas peristiwa yang diteliti. Snowball sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif yang dilakukan setelah penelitian berjalan dan ini dilakukan ketika si peneliti mendapatkan rekomendasi dari para partisipan siapa-siapa saja individu lain yang perlu diteliti. Peneliti mungkin mengajukan permintaan itu selama wawancara atau melalui percakapan informal dengan

individu-individu saat sedang berada di situs penelitian. Contoh, pada studi kasus “gunman incident” (Asmussen & Creswell, 1995), si peneliti menanyakan kepada mereka-mereka yang

diwawancarai kalau ada mereka memiliki nama-nama orang lain yang direkomendasikan untuk diwawancarai lagi yang mungkin bisa memberikan reaksi terhadap insisden tersebut. Prosedur seperti ini menjadi pemilihan sampel purposisf atas individu-individu yang pada awalnya tidak diantisipasi sebagai partisipan. Mewawancarai “pakar” psikologi yang dibawa ke kampus untuk membantu individu-indvidu yang mengalami krisis merupakan contoh lain dari snowball sampling ini.

Conforming atau disconforming sampling

Bentuk terakhir dari purposif sampling ini, juga digunakan setelah penelitian berlangsung, adalah untuk memilih individu-individu atau situs-situs tertentu untuk mengkonfirmasi atau mendiskonfirmasikan temuan-temuan awal. Conforming and disconfirming sampling adalah strategi pemilihan sampel purposif selama penelitian

berlangsung untuk menindaklanjuti sesuatu kasus khusus tertentu guna mengetes, mengecek atau menelusuri selanjutnya temuan-temuan khusus. Walaupun pemilihan sampel seperti ini berfungsi untuk memverifikasi keakuratan temuan selama penelitian berlangsung, ia juga merupakan prosedur pemilihan sampel yang digunakan selama penelitian. Contoh, anda menemukan bahwa pembantu dekan bidang akademis di sebuah fakultas memberikan dukungan bagi para dosen dalam rangka pengembangan mereka untuk menjadi guru atau mentor di sekolah menengah. Setelah melakukan wawancara awal dengan dekan, anda selanjutnya perlu mngkonfirmasi peranan mentor melalui sampel dan meneliti para dosen yang mungkin kebetulan mendapatkan penghargaan dari fakultas sebagai mentor yang berprestasi.

Besar Sampel atau Jumlah Situs Penelitian

(8)

dipublikasikan dan lihat berapa jumlah situs atau partisipan yang digunakan para penelitinya. Beberapa petunjuk dapat diungkapkan disini:

 Umum dalam penelitian kualitatif untuk meneliti sejumlah kecil individu atau kasus. Ini disebabkan karena kemampuan menyeluruh dari si peneliti untuk

memberikan gambaran yang mendalam akan terkuras oleh setiap kali penambahan indivdu-individu atau situs-situs baru. Salah satu tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk menyajikan kerumitan dari suatu situs atau informasi yang diberikan oleh para individu.

 Dalam beberapa kasus, anda bisa meneliti seorang individu atau sebuah situs. Dalam kasus-kasus yang lain, jumlahnya bisa beberapa orang atau situs, bervariasi antara 1 atau 2 sampai 30 atau 40. Karena keharusan untuk melaporkan secara rinci masing-masing individu atau kasus, maka jumlah kasus yang makin besar akan makin sulit dan bisa menghasilkan perspektif yang dangkal. Disamping itu, pengumpulan data-data kualitatif dan kemudian menganalisisnya memakan waktu yang cukup lama, dan setiap tambahan individu atau kasus hanya akan

memperpanjang waktu.

 Pada bahagian 3, akan dibicarakan lagi beberapa rancangan khusus (seperti etnografi, studi kasus, teori alas/grounded, dan penelitian naratif) dalam rangka penelitian kualitatif. Sekali kita menetapkan prosedur atau rancangan penelitian kita, pendekatannya akan menjurus pada pemilihan jumlah individu yang diperlukan dalam penelitian tersebut. Ini bisa bervariasi dari satu orang individu saja sampai pada keseluruhan kelompok orang.

Mari kita ambil beberapa contoh khusus untuk melihat berapa banyak individu atau situs yang digunakan. Para peneliti kualitatif bisa jadi mengumpulkan data-data dari seorang individu. Contoh, dalam penelitian studi kasus tentang Basil McGee, seorang guru mata pelajaran IPA, Brickhouse dan Bodner (1992) menelusuri keyakinan guru tersebut tentang IPA dan pengajaran IPA dan bagaimana keyakinannya itu membentuk cara-cara dia

(9)

18 kali wawancara informal, disamping melakukan observasi dan mengumpulkan sejumlah dokumen.

Seandainya anda Maria, dan anda mencoba mencari jawaban atas pertanyaan “Apa-apa saja pengalaman para siswa ketika mereka membawa senjata ke sekolah?”, strategi purposif sampling apa yang akan anda gunakan? Sebelum anda menjawab, tuliskanlah sekurang-kurangnya di ats kertas dua kemungkinan. Coba ciptakan pilihan-pilihan didasarkan pada para siswa yang ada yang bisa dipilih oleh Maria.

 Salah satu pilihan adalah menggunakan maximal variation sampling dan mewawancarai beberapa orang siswa yang berbeda sesuai dengan jenis pelanggaraan tentang senjata yang dilanggarnya di sekolah. Contoh, seorang siswa boleh jadi telah menakut-nakuti seorang siswa lainnya. Siswa yang lain boleh jadi memang telah menggunakan pisau dalam sebuah perkelahian. Siswa yang lain lagi boleh jadi telah tertangkap tangan oleh guru menyimpan sebilah pisau dalam locker-nya. Ketiga siswa yang berbeda ini mewakili tiga jenis

kepemilikan senjata di sekolah, dan masing-masingnya boleh jadi memiliki pandangan yang berbeda tentang siswa yang membawa pisau ke sekolah.

 Pilihan lainnya adalah menggunakan critical sampling. Anda mungkin mewawancarai seorang siswa yang menggunakan pisau dalam berkelahi. Ini merupakan contoh dari penggunaan senjata secara publik, dan mewakili sebuah tindakan yang dramatis yang perlu diteliti

 Bisakah anda pikirkan pendekatan-pendekatan lain dalam pemilihan sampel yang mungkin dapat anda gunakan? Dan juga betapa banyak siswa yang harus anda teliti dan apa alasan pilihan anda tersebut?

Bagaimana Cara Mendapatkan Akses terhadap Orang dan Situs?

Sama halnya dengan penelitian kuantitatif, mendapatkan akses pada orang dan situs dalam penelitian kualitatif memerlukan izin pada tataran yang berbeda seperti

organisasi/lembaga, situs, para individu, dan badan pemberi izin. Yang paling penting adalah negosiasi dengan para pejabat terkait dan menetapkan individu-individu pada situs yang bisa memfasilitasi pengumpulan data kualitatif.

Mendapat Izin dari Pejabat Kelembagaan Kampus

(10)

merancang formulir izin, dan mendapatkan izin. Karena pengumpulan data kualitatif terdiri dari pengumpulan informasi yang memerlukan waktu lama yang langsung melibatkan orang-orang dan merekam pandangan-pandangan pribadi orang-orang-orang-orang itu secara mendetil, anda perlu memberikan deskripsi yang rinci tentang prosedur yang akan dilalui kepada pejabat yang akan memberi izin. Deskripsi yang rinci itu diperlukan karena pejabat pemberi izin boleh jadi belum terbiasa dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian pendidikan dan karena anda akan banyak menyita waktu orang-orang tersebut di rumah, di tempat kerja, atau di situs penelitian dalam pengumpulan data.

Informasi Apa yang Ingin Dikumpulkan?

Aspek lain dari pengumpulan data kualitatif adalah mengidentifikasi jenis-jenis data yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, kita mengajukan pertanyaan-pertanyan yang bersifat umum kepada partisipan yang akan

memungkinkan mereka mengungkapkan pandangan mereka secara relatif tanpa terhambat oleh perspektif kita sebagai peneliti. Tambahan lagi, kita akan mengumpulkan bermacam ragam tipe informasi dan berkemungkinan pula kita bisa menambahkan bentuk-bentuk data baru selama penelitian berlangsung dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian. Singkatnya, kita akan terlibat dalam pengumpulan data secara ekstensif, menghabiskan banyak sekali waktu di situs penelitian di mana orang-orang beraktivitas, bermain, atau terlibat dalam fenomena yang ingin kita teliti. Di situs tersebut, kita akan mengumpulkan infromasi secara rinci untuk bisa mengungkapkan kerumitan dari fenomena sentral yang kita teliti itu.

Kita bisa melihat keanekaragaman hakekat bentuk-bentuk data kualitatif ketika data-data tersebut dikaitkan dengan kategori-kategori berikut:

 Observasi

 Wawancara dan angket

 Dokumen

 Bahan-bahan audiovisual

(11)

keempat kategori pengumpulan data tersebut beserta kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Observasi

Ketika pendidik berpikir tentang penelitian kualitatif, dalam benak mereka selalu tergambar proses pengumpulan data obervasi dalam setting sekolah tertentu. Tanpa diragukan lagi observasi mewakili bentuk pengumpulan data yang sering digunakan, dimana si peneliti mampu memainkan peranan yang berbeda dalam proses tersebut (Spradley, 1980a).

Observasi adalah proses pengumpulan informasi dari tangan pertama dan terbuka melalui pengamatan terhadap orang dan tempat di sebuah situs penelitian. Sebagai sebuah bentuk pengumpulan data, observasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain mencakup kesempatan untuk merekam informasi pada suatu peristiwa syang sedang terjadi dalam sebuah setting, meneliti tingkah laku aktual, dan meneliti individu-individu yang memiliki kesukaran mengungkapkan gagasannya (seperti anak-anak pra-sekolah). Diantara kelemahannya adalah kita akan dibatasi oleh situs-situs dan situasi dimana kita bisa mendapat akses, dan pada situs-situs di mana kita berkemungkinan mendapat kesukaran membangun hubungan dengan individu. Ini bisa terjadi apabila individu-individu tidak terbiasa dengan penelitian formal (seperti setting yang bukan di universitas). Mengamati dalam sebuah setting mengharuskan dimilikinya keterampilan-keterampilan mendengarkan yang baik dan perhatian yang cermat terhadap data-data visual yang rinci. Ia juga mempersyaratkan kemampuan mengelola isu-isu seperti berkemungkinan tipu daya dari orang yang diamati dan sikap risih orang yang diamati itu untuk pertama kali tanpa dibangunnya hubungan personal dalam sebuah setting (Hemmersley & Atkinson, 1995).

Peranan Observasi

(12)

banyak peranan (lihat Spradley, 1980-an), kita bisa menggunakan salah satu dari tiga peranan penting.

Peranan sebagai Participant Observer. Untuk bisa secara benar mempelajari sesuatu situasi kita bisa terlibat dalam kegiatan-kegiatan pada situs penelitian. Hal ini memberikan peluang yang sangat bagus sekali untuk melihat pengalaman-pengalaman dari sudut pandang partisipan. A Participant Observer adalah sebuah peranan observasi yang diadopsi oleh para peneliti apabila mereka ikut serta dalam kegiatan-kegiatan pada setting yang mereka amati. Sebagai seorang partisipan, kita memainkan peranan sebagai “inside” observer yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pada situs penelitian. Pada waktu yang bersamaan kita juga merekam informasi. Peranan ini mengharuskan kita minta izin untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan dan untuk memainkan peranan yang menyenangkan sebagai observer di setting tersebut. Agak sukar memang membuat catatan-catatan sementara kita terlibat dalam kegiatan, dan kita perlu berhenti sebentar untuk mencatat kegiatan tersebut sebelum kita meninggalkan situs penelitian.

Peranan sebagai Non-Participant Observer. Dalam beberapa situasi kita mungkin tidak familiar dengan situs dan orang untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan. A non-participant observer adalah seorang pengamat yang mengunjungi sebuah situs dan membuat catatan-catatan tanpa terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh partisipan. Pengamat yang non-partisipan adalah seseorang “outsider” yang mengunjungi suatu tempat yang periperal guna mengamati dan merekam fenomena-fenomena yang diteliti (seperti ruang kelas bagian belakang). Peranan seperti ini kurang memerlukan akses ketimbang peranan sebagai partisipan, penjaga pintu (sekolah) dan individu-individu pada situs penelitian bisa jadi akan lebih merasa nyaman dengan peranan pengamat sebagai non-partisipan. Walaupun demikian dengan berpartisipasi secara tidak aktif, kita terhindar dari pengalaman yang sesungguhnya dan pengamatan yang kita lakukan tidaklah sekongkrit apabila kita langsung berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

(13)

terjadi, yakni partisipan menjadi non-partisipan. Walaupun demikian memasuki sebuah situs sebagai non-partisipan merupakan sebuah pendekatan yang sering digunakan. Setelah beberapa saat, ketika hubungan personal sudah berkembang dengan partisipan kita mengubah peranan kita menjadi partisipan dalam seting tersebut. Keterlibatan kita dalam kedua peranan tersebut akan menyebabkan kita secara subjektif terlibat dalam seting dan pada waktu yang sama melihat seting secara lebih objektif.

Berikut adalah sebuah ilustrasi dimana si peneliti mulai sebagai non-participan kemudian mengubahnya sebagai partisipan selama proses pengamatan :

Seorang peneliti yang meneliti penggunaan laptop yang berfasilitas wireless dalam metoda pembelajaran multikultural menghabiskan tiga kali kunjungan pertama ke kelas mengobservasi dari bangku belakang. Ia mencoba mempelajari proses yang terjadi selama pembelajaran, interaksi instruktur dan siswa, dan pendekatan instruktur secara menyeluruh dalam pembelajaran. Kemudian pada kunjungan yang keempat, siswa mulai menggunakan laptop dan si pengamat menjadi sebagai partisipan melalui pembentukan tim belajar bersama dengan siswa yang menggunakan laptop dari mejanya untuk berinteraksi dengan websitenya insruktur.

Proses Observasi

Sebagaimana kita lihat dalam pembicaraan tentang berbagai peranan observasi si peneliti kualitatif terlibat dalam suatu proses pengamatan apapun peranannya. Proses ini secara umum digambarkan dalam langkah-langkah berikut :

1. Pilih situs yang akan diobservasi yang akan membantu anda memahami lebih baik fenomena sentral. Dapatkan izin yang diperlukan untuk bisa mengakses situs tersebut.

2. Masuki situs itu perlahan-lahan dengan melihat sekeliling; dapatkan pandangan umum tentang situs tersebut; dan buat beberapa catatan terbatas, setidak-tidaknya pada tahap awal ini. Lakukan observasi singkat pada tahap awal ini, karena perhatian dan pikiran anda akan terkuras oleh semua kegiatan yang sedang berlangsung. Memasuki situs secara pelan-pelan akan membantu anda membangun hubungan dengan para individu yang ada di situs penelitian tersebut dan juga akan membantu anda menyerap sebegitu banyaknya informasi.

(14)

4. Tentukan, pada tahap awal ini, peranan anda sebagai pengamat. Pilih di antara peranan-peranan sebagai partisipan atau non partisipan selama observasi anda pada tahap-tahap awal ini. Pikirkan apakah akan lebih menguntungkan mengubah peranan itu selama proses untuk bisa lebih banyak belajar tentang individu-individu atau situs.Tak peduli apakah anda akan mengubah peranan, tapi pikirkan baik-baik peranan apa yang akan anda mainkan dan apa alasannya.

5. Lakukan observasi berkali-kali untuk mendapatkan pemahaman yang paling baik tentang situs dan individu-individu.Lakukan observasi secara umum dulu, perhatikan landskap di mana peristiwa dan kegiatan berlangsung. Setelah anda makin terbiasa dengan seting, anda bisa memulai mempersempit observasi anda pada aspek-aspek yang lebih khusus (misalnya interaksi anak-anak dalam kelompok-kelompok kecil selama pelajaran membaca). Perspektif luas-sempit merupakan strategi yang bermanfaat tergantung pada banyaknya informasi yang ada yang igin diobservasi.

6. Rancang cara-cara catatan akan direkan selama observasi. Data-data yang direkam selama observasi disebut fieldnotes (catatan lapangan). Fieldnotes adalah teks (kata-kata) yang direkam oleh si peneliti selama observasi dalam penelitian kualitatif. Perhatikan contoh catatan lapangan seperti yang diperlihatkan oleh Diagram 8.4. Dalam contoh ini, Siswa-pengamat terlibat dalam participant observatioan ketika guru minta agar para siswa menggunakan waktu selama 20 menit mengobservasi sebuah objek seni yang sengaja dibawa oleh guru ke dalam kelas. Objek ini tidaklah objek yang biasa dilihat para siswa. Objek itu berasal dari Indonesia dan memiliki alas persegi empat terbuat dari bambu dan di atasnya ditutup dengan bulu (rambut) kuda. Barangkali objek itu digunakan untuk sesuatu kegiatan ritual keagamaan. Ini merupakan objek yang bagus untuk digunakan sebagai wadah bagi kegiatan observasi karena susah mengenali dan mendeskripsikannya. Si guru menyuruh para siswa mengobservasi objek tersebut dan merekam atau membuat catatan lapangan, mendskripsikannya dan memberikan repfleksi terhadapnya (menyangkut pemahaman, dugaan, tema) yang muncul selama mengobservasi.

(15)

Perhatikanlah bahwa catatan lapangan yang dibuat para siswa terlihat dalam kalimat-kalimat dan notasi-notasi yang komlit berkenaan dengan kutipan (apa-apa yang dikatakan oleh) siswa-siswa lainnya. Catatan-catatan yang terlihat pada kolom sebelah kanan memperlihatkan bahwa si siswa ini mulai melakukan refleksi untuk mendapatkan gagasan-gagasan yang lebih luas dari pengalaman dan catatan tentang bagaimana siswa-siswa lainnya memberikan reaksi terhadap objek dimaksud. Judul yang ada di atas catatan lapangan tersebut merekam informasi yang esensial tentang waktu, tempat, dan kegiatan yang diamati.

7. Pikirkan informasi tentang apa yang akan anda rekam selama observasi. Contoh, informasi tersebut boleh jadi mencakup potret partisipan, seting fisik, peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan tertentu, dan reaksi-reaksi pribadi (Bogdan & Biklen, 1998). Pada saat mengobservasi kelas, misalnya, kita boleh merekam kegiatan-kegiatan guru, para siswa, interaksi antara siswa dan guru, percakapan antara siswa

8. Rekam catatan-catatan deskriptf dan reflektif. Descriptive fieldnotes (catatan-catatan deskriptif) merekam deskripsi suatu peristiwa, kegiatan, dan orang-orang (apa yang terjadi). Reflective fieldnotes (catatan-catatan reflektif) merekam pemikiran pribadi yang dimiliki oleh si peneliti yang terkait dengan pemahamannya, dugaan, atau gagasan-gagasan atau tema-tema yang lebih luas yang muncul ketika observasi dilakukan (misalnya apa kesan anda tentang situs, orang-orang, dan situasi).

9. Buat keberadaan anda diketaui, tapi tetap unobtrusive (tidak mengganggu). Selama observasi berlangsung, sebaiknya anda diperkenalkan oleh seseorang bila anda seorang outsider atau baru pada seting atau orang-orang yang ada. Bersikap pasif saja, ramah, dan hormat kepada orang-orang yang ada di situs.

10. Setelah selesai mengobservasi, secara berangsur-angsur mundur dari situs. Ucapkan terima kasih kepada partisipan dan beri tahu mereka tentang penggunaan data yang anda kumpulkan dan tentang bisanya mereka mengakses ringkasan hasil penelitian nantinya ketika penelitian ini sudah selesai.

(16)

Wawancara

Sama populernya dengan observasi dalam penelitian kualitatif adalah wawancara. Wawancara kualitatif terjadi ketika si peniliti mengajukan kepada satu atau lebih partisipan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum dan terbuka dan kemudian merekam jawaban mereka tersebut. Setelah itu si peneliti mentranskripsikannya serta mengetikkan data-data tersebut ke dalam file-file komputer untuk dianalisis.

Dalam penelitian kualitatif, anda mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka sehingga para partisipan bisa menyuarakan pengalaman-pengalaman mereka lebih baik tanpa ada hambatan dan pembatasan atas dasar perspektif si peneliti atau oleh temuan-temuan penelitian terdahulu. Jawaban yang terbuka atas sebuah pertanyaan memungkinkan si partisipan memilih opsi untuk menjawab. Contoh, dalam sebuah wawancara kualitatif terhadap para atlit di SMA, anda mungkin mengajukan pertanyaan:”Bagaimana anda menyeimbangkan partisipasi dalam atletik dengan tugas-tugas sekolah?”si atlit memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini tanpa dipaksa untuk menjawab dengan alternatif-alternatif yang sudah ada. Si peneliti selalu merekam secara audio percakapan itu dan kemudian mentraskripsikan informasi tersebut ke dalam kata-kata untuk keperluan analisis.

Wawancara dalam penelitian kualitatif memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihannya adalah bahwa wawancara memberikan informasi yang bermanfaat ketika anda tidak secara langsung mengamati si partisipan, dan wawancara juga memungkinkan si partisipan untuk mendeskripsikan informasi pribadinya secara rinci. Dibandingkan dengan pengamat, si pewawancara bisa mengajukan pertanyaan-pertanyan spesifik untuk memancing informasi ini.

(17)

mengontrol emosi, dan menggunakan pemecah kebekuan untuk mendorong individu-individu berbicara. Atas dasar kesemuanya ini, masuk akallah apabila para peneliti yang kurang berpengalaman menunjukkan keterkejutannya akan kesulitan yang dihadapi

Tipe-tipe Wawancara dan Pertanyaan-pertanyaan Terbuka dalam Angket

Sekali anda telah menetapkan wawancara sebagai alat pengumpul data, anda perlu memikirkan apa bentuk wawancara yang paling baik untuk bisa memahami fenomena sentral dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian anda.Ada sejumlah pendekatan terhadap wawancara dan penggunaan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada angket. Pendekatan wawancara mana yang akhirnya akan anda gunakan tergantung pada keterjangkaun para individu, uang, waktu yang tersedia.

Wawancara satu lawan satu: Pendekatan yang paling banyak memakan waktu dan mahal adalah melakukan wawancara secara individual. Pendekatan yang paling populer dalam penelitian pendidikan, wawancara satu lawan satu, adalah proses pengumpulan data di mana si peneliti mengajukan pertanyaan kepada dan merekam jawaban dari satu orang partisipan pada suatu waktu tertentu. Dalam sebuah penelitian kualitatif, anda bisa saja menggunakan wawancara satu lawan satu berkali-kali, seperti bertanya kepada para administrator, konselor kesehatan para siswa untuk mengungkapkan kesannya atas insiden bersenjata (gunman incident)(Asmussen & Creswell, 1995). Wawancara satu-lawan-satu memang ideal untuk mewawancarai para partisipan yang tidak segan-segan berbicara, bicaranya mengena, dan yang mau berbagi gagasan secara menyenangkan.

(18)

sungkan-sungkan memberikan informasi (walaupun beberapa orang diantaranya boleh jadi enggan memberikan informasi pada wawancara jenis apapun).

Ketika mengadakan wawancara kelompok terfokus, dorong pra partisipan untuk berbicara dan bergiliran. Kelompok terfokus bisa jadi menantang bagi pewawancara yang kurang menguasai wawancara berbentuk diskusi. Disamping itu, apabila wawancara kelompok terfokus ini direkam dengan audiotape, si transkricptionist (orang yang mentranskrpsikan) boleh jadi akan menemui kesulitan membedakan suara masing-masing individu di dalam kelompok. Masalah lainnya adalah bahwa si peneliti sering memiliki kesulitas membuat catatan karena sedemikian banyaknya hal yang terjadi. Perhatikan contoh prosedur wawancara kelompok terfokus berikut:

Siswa sekolah menengah atas, yang disponsori oleh tim peneliti universitas, melaksanakan wawancara kelompok terfokus terhadap para siswa lainnya tentang penggunaan tembakau di beberapa sekolah (Plano Clark, dkk, 2001). Pada beberapa wawancara, dua orang siswa pewawancara – satu mengajukan pertanyaan dan satu lagi merekam jawaban – memilih enam orang siswa untuk diwawancarai dalam sebuah kelompok terfokus. Wawancara klompok terfokus ini berlangsung selama satu setengah jam dan pewawancara merekam wawancara tersebut dengan tape rekorder sambil juga membuat catatan selama wawancara. Karena kelompoknya kecil, transcriptionist tidak menemui kesulitan mentranskripsikan wawancara tersebut dan mengidentifikasi suara masing-masing individu. Masing-masing siswa pada awal wawancara itu menyebutkan nama mereka.

Wawancara melalui telefon. Bisa jadi tidak ada kemungkinan bagi anda untuk mengumpulkan sekelompok orang untuk diwawancarai atau untuk mengunjungi individu-individu satu demi satu. Para partisipan dalam sebuah penelitian boleh jadi secara geografis tersebar dan tidak bisa datang ke sebuah lokasi untuk diwawancarai. Dalam situasi seperti ini, anda bisa melakukan wawancara melalui telefon. Melakukan wawancara melalui telefon adalah suatu proses pengumpulan data menggunakan telefon dan mengajukan sejumlah pertanyaan yang bersifat umum. Wawancara melalui telefon mempersyaratkan agar si pewawancara menggunakan telephone adaptor dan menyambungnya ke telefon dan ke tape rekorder guna mendapatkan rekaman wwancara yang jelas. Salah satu kelemahan dari wawancara jenis ini adalah bahwa si peneliti tidak memiliki kontak langsung dengan partisipan. Ini menyebabkan komunikasi yang terbatas yang bisa jadi berpengaruh terhadap kemampuan si peneliti memahami persepsi si partisipan tentang fenomena sentral. Disamping itu, biaya telefon mungkin juga tinggi. Coba perhatikan contoh berikut tentang prosedur wawancara melalui telefon:

(19)

Dalam sebuah penelitian berkenaan dengan pembantu dekan bidang akademik di lemabag-lemaga perguruan tinggi, Creswell dkk (1990) melakukan wawancara telefon terbuka yang berlangsung selama 45 menit masing-masing terhadap 200 orang pembantu dekan bidang akademik di kampus-kampus perguruan tinggi di AS. Si peneliti mula-mula mendapat izin dari para pembantu dekan bidang akademik ini untuk berpartisipasi dalam sebuah wawancara dengan mengontak mereka melalui surat. Si peneliti juga menjadwalkan waktu yang nyaman bagi mereka untuk berpartisipasi dalam wawancara melalui telefon. Kemudian si peneliti membeli tape rekorder dan telephone adaptor untuk dapat melakukan wawancara melalui telefon. Si peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka seperti “Bagaimana anda mempersiapkan diri anda untuk jabatan ini?” Wawancara menghasilkan transkrip sepanjang kira-kira 3.000 halaman. Analisis terhadap halaman-halaman ini menghasilkan laporan berkenaan dengan bagaimana para pembantu dekan bidang akademis ini mengembangkan program peningkatan profesional para dosen mereka pada masing-masing jurusan atau fakultas.

Wawancara melalui e-mail elektronik: Tipe wawancara lain yang bermanfaat dalam pengumpulan data kualitatif yang cepat dari sekelompok orang yang secara geografis tersebar adalah wawancara melalui e-mail. Wawancara tipe ini terdiri dari pengumpulan data yang bersifat terbuka melalui wawancara dengan individu-individu dengan menggunakan komputer dan internet. Apabila anda bisa mengumpulkan daftar alamat e-mail, bentuk wawancara seperti ini akan memberikan akses yang cepat terhadap sejumlah besar orang dan database yang kaya berbentuk teks untuk analisis kualitatif. Wawancara seperti ini juga akan memungkinkan terjadi percakapan antara anda sebagai peneliti dan para partisipan sehingga melalui percakapan selanjutnya anda bisa mengembangkan pemahaman anda tentang topik atau fenomena sentral yang sedang anda teliti.

Walaupun demikian, wawancara melalui e-mail akan menimbulkan isu-isu etika yang rumit, seperti apakah anda mendapat izin bagi para individu itu untuk berpartisipasi dalam wawancara anda, dan apakah anda akan memproteksi kerahsiaan jawaban-jawaban mereka. Disamping itu, hal tersebut mungkin akan sulit, dalam situasi atau kondisi tertentu, mendapatkan daftar alamat e-mail yang terkini atau daftar nama orang-orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan anda. Contoh, bagaimana anda mencari alamat e-mail orang-orang tertentu (mialnya anak-anak di bawah 10 tahun), yang barangkali tidak memiliki alamat e-mail? Walaupun memiliki kelemahan seperti ini, wawancara melalui e-mail sebagai salah satu bentuk pengumpulan data barangkali akan meningkat sejalan dengan makin berkembangnya teknlogi informasi. Perhatikan contoh survai melalui e-mail terbuka berikut:

(20)

Shapely, 2003). Mereka mulai dengan daftar e-mail 31 orang dosen dan mengirimkan wawancara terbuka kepada para dosen tersebut minta informasi berkenaan dengan praktek-praktek perkualiahan mereka. Misalnya, mereka mengajukan pertanyaan, “Pernahkan anda mengajarkan mata kuliah yang materinya menggabungkan metoda kuantitatif dan kualitatif?” “Kenapa, menurut pendapat anda, para mahasiswa mengikuti kuliah tentang metoda terpadu ini?” dan “Bagaimana penilaian anda terhadap metoda penelitian terpadu ini?”. Setelah menerima survai melalui e-mail ini, para partisipan menjawab masing-masing pertanyaan dengan jalan menuliskan apa-apa yang mereka alami dan mengirimkannya kembali dengan menggunakan fasilitas “reply” dari program e-mail. Prosedur ini menghasilkan database kualitatif berbentuk teks terbuka berkenaan dengan tanggapan dari banyak sekali individu yang telah mengikuti perkuliahan metoda penelitian terpadu (mixed reserach method).

Pertanyaan-pertanyaan terbuka dalam Angket

Dalam sebuah angket, anda bsa mengajukan beberapa buah pertanyaan terbuka dan beberapa buah pertanyaan tertutup. Keuntungn dari pertanyaan-pertanyaan seperti ini adalah bahwa pertayaan-pertanyaan tertutup yang sudah dipersiapkan sebelumnya bisa menjaring informasi yang bermanfaat guna mendukung teori atau konsep yang terdapat di dalam literatur. Walaupun demikian, jawaban-jawaban yang bersifat terbuka bisa memungkinkan kita menelusuri alasan-alasan yang diberikan pada pertanyaan-pertanyaan tertutup dan mengidentifikasi setiap komentar yang mungin diberikan orang diluar jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan angket tertutup. Kelemahan dari pendekatan ini adalah bahwa anda akan memiliki banyak jawaban--ada yang panjang ada yang pendek--untuk dianalisis. Biasanya, para peneliti kualitatif, akan mencari tema-tema yang tumpang tindih di dalam data yang terbuka dan beberapa peneliti menghitung jumlah tema atau frekuensi tema itu yang disebut-sebut oleh partisipan. Contoh, seorang peneliti boleh jadi mengajukan pertanyaan tertutup yang diikuti oleh pertanyaan terbuka:

Bisakah anda mengatakan sejauh mana anda setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan ini: “Kebijakan yang mengatur pesta minum minuman keras di kampus terhadap mahasiswa seharusnya lebih diperketat:

_____ Setuju sekali? _____ Setuju?

_____ Abstain (tidak berpendapat)? _____ Tidak setuju?

_____ Sangat tidak setuju?

(21)

Dalam contoh ini, si peneliti mulai dengan pertanyaan tertutup dengan lima kategori pilihan jawaban yang diikuti oleh sebuah pertanyaan terbuka di mana partisipan diminta menjelaskan alasan terhadap jawabannya itu.

Pelaksanaan wawancara

Dari semua bentuk wawancara yang bermacam ragam itu, ada beberapa langkah umum yang diikuti dalam melakukan wawancara atau dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan yang bersfat terbuka:

1. Identifikasi orang yang akan diwawancarai. Gunakan salah satu strategi pemilihan sampel purposif yang telah dibicarakan pada bab terdahulu.

2. Tentukan jenis wawancara yang akan digunakan. Pilih salah satu yang diperkirakan akan paling membantu dalam memahami pandangan partisipan dalam menjawab setiap pertanyaan penelitian. Pertimbangkan apakah anda akan menggunakan wawancara melalui telefon, wawancara kelompok terfokus, wawancara satu-lawan satu, wawancara dengan e-mail, angket, atau kombinasi dari semua: satu atau lebih bentuk ini.

3. Selama wawancara berlangsung, rekam pertanyaan dan jawabannya dengan menggunakan tape rekorder. Ini akan memberikan kepada anda rekaman yang akurat dari percakapan tersebut. Gunakan prosedur perekaman yang baik, seperti penggunaan mikrofon yang kecil yang dicantolkan di kemeja atau di kerahnya untuk wawancara satu-lawan satu, dan mikrofon dengan arah yang cocok untuk wawancara kelompok terfokus. Siapkan tape rekorder dan telephone adaptor untuk wawancara melalui telefon, dan anda harus memahami secara menyeluruh tentang program-program terkait e-mail untuk keperluan wawancara dengan e-mail.

(22)

ungkapan-ungkapan pendek diikuti oleh garis) bisa mempercepat proses pencatatan ini.

5. Cari lokasi yang sunyi, tempat yang cocok untuk melakukan wawancara. Bila mungkin, wawancara di lokasi yang bebas dari gangguan dan pilih seting yang memudahkan melakukan rekaman audio. Ini berarti, misalnya, bahwa lounge (ruang tunggu) guru/dosen yang sibuk bisa jadi bukan tempat yang paling baik untuk wawancara karena suara-suara dan gangguan-gangguan lain yang mungkin ada.

6. Mintakan izin atau restu terlebih dahulu dari para partisipan untuk berparisipasi dalam penelitian ini. Dapatkan restu dari orang yang akan diwawancarai dengan minta dia mengisi formulir pada saat anda sampai. Sebelum memulai wawancara, beritahukan kepadanya tujuan penelitian, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan wawancara, rencana penggunaan hasil wawancara, dan bisanya dia memiliki atau membaca ringkasan penelitian nantinya.

7. Buat rencana tapi yang fleksibel. Selama wawancara, berpeganglah kepada pertanyaan-pertanyaan, akan tetapi tetap fleksibel sambil bercakap-cakap dengan orang yang diwawancarai. Selesaikan pertanyaan-pertanyaan itu selama jangka waktu yang sudah ditentukan ((jika mungkin), hormati dan sopan santunlah terhadapnya. Ingat bahwa kunci bagi wawancara yang baik adalah menjadi pendengar yang baik.

8. Gunakan probes untuk mendapatkan informasi tambahan. Probes adalah sub-pertanyaan yang termasuk pada pertanyaan induk yang ingin dicarikan informasi tambahannya. Gunakan probe tersebut untuk mengklarifikasi hal-hal tertentu atau minta orang yang diwawancarai menjelaskan gagasannya. Probe ini bervariasi mulai dari mengekplorasi, menginformasi secara lebih mendalam (elaborasi) sampai pada mengajukan pertanyaan kepada orang yang diwawancarai untuk menjelaskan jawabannya secara lebih rinci (klarifikasi). Tabel 8.2 memperlihatkan kedua tipe probe ini yang menggunakan ilustrasi yang diambil dari studi kasus “gunmen incident” untuk memperlihatkan contoh memberikan klarifikasi dan mengelaborasi.

(23)

yakinkan mereka akan kerahasiaan jawaban mereka dan tanyakan pada mereka apakah mereka mau mendapatkan ringkasan dari hasil penelitian ini nanti. Diagram 8.6 meringkaskan prosedur wawancara yang baik dalam sebuah cheklist yang disadur dari Gay dan Airasian (2003). Pertanyaan-pertanyaan dalam cheklist itu memperlihatkan urutan yang mungkin dapat anda ikuti sebelum, selama atau sesudah wawancara.

Coba kita kembali ke pada Maria, yang perlu menentukan prosedur pengumpulan data yang bagaimana yang akan dia gunakan. Karena ia sudah berpengalaman berbicara dengan para siswa dan sejawatnya sesama guru, ia memutuskan bahwa wawancaralah yang terbaik. Ia lantas melaksanakan wawancara kepada para siswa dan lima orang guru di sekolah tersebut. Setelah mendapatkan restu dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/kota, dan kepala sekolah yang bersangkutan, ia juga harus mendapakan restu dari para siswa (dan dari orang tua atau wali mereka) serta para guru. Untuk memilih orang-orang ini, ia dengan sengaja memilih indvidu-ndividu yang akan dijadikan sample yang akan berbicara dari perspektif yang berbeda-beda (maximal variation sampling). Ia menyadari bahwa di sekolah tersebut terdapat kelompok-kelompok yang berbeda, seperti “atlit”, penyanyi, pengurus organisasi kesiswaan (OSIS), siswa-siswa biasa, dan “cheerleaders.” Ia mengidentifikasi seorang siswa dari masing-masing kelompok tersebut, dengan harapan bahwa ia akan mendapatkan perspektif yang beragam yang mewakili pendapat yang komplek tentang topik berkenaan dengan kepemilikan senjata di sekolah.

Kemudian, ia memilih lima orang guru, masing-masing mewakili bidang (mata pelajaran) yang berbeda-beda, seperti IPS, IPA, olah raga, musik/kesenian, dan drama (bahasa). Setelah itu, ia merancang pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, seperti “ Bagaimana ceritanya kok senjata bisa ada di sekolah kita ini?” dan “Apa-apa saja jenis senjata yang ada di sekolah kita ini?”. Ia perlu menjadwalkan wawancara, melaksanakannya, merekam infomasi dengan tape rekorder, membuat beberapa catatan, menghormati pendapat dan hak-hak para siswa, para guru yang berpartisipasi dalam wawancara dimaksud.

Sewaktu anda membaca prosedur tersebut, menurut anda apa kelebihan dan kelemahan/ keterbatasannya? Catatlah masing-masing kelebihan dan kekurangnya.

Dokumen

(24)

diperoleh oleh para peneliti kualitatif tentang situs atau partisipan pada suatu penelitian, dan ini mencakup koran, catatan-catatan rapat, buku harian (journal) pribadi dan surat-surat. Kesemua sumber ini memberikan informasi yang sangat bermanfaat dalam rangka membantu para peneliti memhami fenomena sentral dalam penelitian kualitatif. Sumber-sumber ini mewakili dokumen-dokumen publik dan pribadi. Contoh dari dokumen publik adalah catatan-catatan rapat, memo-memo resmi, arsif-arsif yang tergolong domainnya publik, dan bahan-bahan arsif di perpustakaan. Dokumen-dokumen pribadi terdiri dari jurnal pribadi, diary, surat-surat, catatan-catatan pribadi, dan peringatan-peringantan yang ditulis untuk diri sendiri. Bahan-bahan seperti komentar-komentar e-mail dan data-data dari web site serta dokumen-dokumen pribadi kesemuanya ini merupakan contoh dari sumber data yang makin banyak digunakan oleh para peneliti kualitatif.

Dokumen merupakan sumber yang baik untuk data berbentuk teks (kata-kata) bagi sebuah penelitian kualitatif. Sumber tersebut memiliki kelebihan tersendiri karena ia merupakan bahasa dan kata-kata dari para partisipan itu sendiri, yang biasanya mendapat pertimbangan yang matang sebelum diungkapkan. Ia juga siap untuk dianalisis tanpa perlu ditranskripsikan seperti halnya data-data yang diperoleh dari observasi dan wawancara.

Pada sisi negatifnya, dokumen kadang-kadang susah dicari dan diperoleh. Informasi dari sumber dokumen ini boleh jadi tidak bisa diperoleh secara publik. Informasi boleh jadi disimpan pada suatu tempat yang jauh sehingga si peneliti harus melakukan perjalanan yang tentu saja memakan waktu dan mungkin juga biayanya mahal. Selanjutnya, dokumen-dokumen itu boleh jadi juga tidak lengkap, tidak autentik, atau tidak akurat. Contoh, tidak semua catatan rapat lembaga pengelola sekolah itu akurat karena para pengurusnya boleh jadi tidak mengecek atau meninjau ulang keakuratannya. Pada dokumen-dokumen pribadi, seperti diary, atau surat-surat, tulisan tangannya bisa jadi susah dibaca, yang membuat informasi yang terkandung di dalamnya susah untuk dimaknai.

Pengumpulan dokumen

Karena sedemikian banyaknya variasi dalam dokumn ini, ada beberapa prosedur yang harus diikuti dalam mengumpulkannya. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam pengumpulan dokumen bagi kepentingan penelitian kualitatif:

(25)

b) Pertimbangkanlah dokumen-dokumen publik (seperti catatan-catatan rapat lembaga pengelola sekolah) dan dokumen-dokumen pribadi (seperti diary) sebagai sumber informasi bagi penelitian anda

c) Sekali dokumen tersebut sudah ditemukan, mintakan izin untuk menggunakannya dari individu-individu yang bertanggung atas bahan-bahan tersebut

d) Apabila anda minta para partisipan membuat jurnal (catatan harian), berikan petunjuk yang jelas berkenaan dengan prosedurnya. Petunjuk ini boleh jadi mencakup tentang topik dan format yang digunakan, panjangnya catatan-catatan tersebut per butir informasi, pentingnya pemikiran mereka dituliskan dari sisi legalitasnya

e) Apabila izin sudah didapatkan untuk menggunakan dokumen-dokumen tersebut, cek akurasi, kesempurnaan, dan manfaatnya dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian anda.

f) Rekam informasi yang ada dalam dokumen. Proses ini bisa mengambil beberapa bentuk, termasuk membuat catatan tentang dokumen atau, bila memungkinkan, men-scannya secara optik sehingga fie-fie berbentuk teks (atau kata-kata) bisa dibuat dari masing-masing dokumen tersebut. Anda bisa dengan mudah men-scan berita-berita yang terdapat di koran-koran (pidato calon-calon presiden) dalam rangka membangun data base berbentuk teks secara kualitatif.

Dari pengumpulan dokumen-dokumen pribadi si peneliti bisa mendapatkan sumber informasi yang kaya. Contoh, dalam sebuah penelitian yang memanfaatkan jurnal yang dibuat oleh para wanita:

Sumber penting untuk mempelajari wanita pada jabatan pengawas adalah jurnal atau diary yang mereka buat berkenaan dengan pengalaman-pengalaman mereka. Si peneliti meminta kepada tiga orang pengawas wanita untuk membuat diary selama enam bulan dan mencatat reaksi-reaksi mereka sebagai seorang wanita terhadap kapasitas mereka melaksanakan rapat-rapat resmi yang pada umumnya dihadiri oleh pria.

Jurnal-jurnal sepert ini berguna sekali untuk mempelajari kehidupan para wanita di dunia kerja pada seting-seting kependidikan.

Bahan-bahan audio visual

(26)

lukisan-lukisan dan gambar, unobtrusive measures, (yakni bukti yang disimpulkan dari seting, seperti jejak-jejak fisik kayak jejak telapak kaki di salju; lihat pembicaraan Webb (1966) tentang uobtrosive measures).Semua ini merupakan sumber informasi bagi penelitian kualitatif. Salah satu pendekatan dengan menggunakan fotografi adalah teknik photo elicitation. Dalam pendekatan ini, kepada para partisipan diperlihatkan gambar-gambar (gambar-gambar mereka sendiri atau gambara-gambar yang diambil oleh si peneliti) dan minta mereka berbicara tentang isi atau yang ditampilkan oleh gambar-gambar tersebut. Gambar-gambar ini bisa jadi foto-foto pribadi atau album fofo-foto bersejarah (lihat Ziller, 1990).

Keuntungan dari menggunakan bahan-bahan audio-visual ini adalah bahwa orang dengan mudah tertarik pada gambar-gambar karena dalam budaya kita gambar dapat menyentuh perasaan seseorang. Gambar memberikan peluang bagi para partisipan untuk dapat berbagi persepsi tentang realitas secara langsung dengan orang-orang lainnya. Gambar-gambar seperti ditanyangkan oleh video-tapes dan filem, umpamanya, memberikan data yang sangat ekstensif tentang kehidupan nyata sebagaimana divisualisasikan orang. Kelemahan dari penggunaan gambar adalah bahwa gambar sukar dianalisis karena informasinya yang sangat kaya (misalnya bagaimana anda menarik makna dari semua aspek yang ada dalam 50 buah gambar tentang para calon guru yang memberikan kesan kayak apa sih guru-guru IPA itu). Disamping itu, anda sebagai seorang peneliti bisa juga berpengaruh terhadap data yang dikumpulkan, Dalam memilih album foto untuk dikaji atau dalam menyuruh partispan agar tipe gambar tertentu dibuat sketsanya, anda berkemungkinan memaksakan makna anda sendiri tentang sesuatu fenomena kepada para partisipan, ketimbang mendapatkan pandangan mereka sendiri. Ketika melakukan perekaman dengan videotape, anda akan berhadapan dengan isu apa yang akan direkam, di mana kamera akan ditempatkan, dan perlunya anda sensitif terhadap individu-individu yang malu dengan kamera.

Mengumpulkan bahan-bahan audio-visual

Walaupun adanya masalah-masalah potensial, bahan-bahan audio-visual menjadi lebih populer dalam penelitian kualitatif, terutama dengan berkembang pesatnya teknologi. Langkah-langkah yang diikuti dalam pengumpulan bahan-bahan audio-visual sama dengan pengumpulan dokumen:

(27)

nilai tambah terhadap bentuk-bentuk data yang ada seperti wawancara dan observasi.

2) Identifikasi bahan-bahan visual yang ada dan dapatkan izin untuk menggunakannya. Izin ini boleh jadi mempersyaratkan izin dari semua siswa di dalam kelas, misalnya, menanda tangani formulir persetujuan dan minta agar orang tua mereka juga mengisi formulir tersebut,

3) Cek akurasi dan otentisitas dari bahan-bahan visual tersebut apabila bukan anda sendiri yang melakukan perekaman/pencatatan. Salah satu cara mengecek akurasi tersebut adalah dengan mengontak dan mewawancarai fotografernya atau individu-individu yang ada dalam gambar tersebut.

4) Kumpulkan data-datanya dan susun. Anda bisa juga menscan data-data secara optik demi kemudahan memasukkan dan memanggilnya kembali (di komputer).

Untuk memberikan ilustrsi tentang penggunaan bahan-bahan visual ini, perhatikanlah contoh di mana si peneliti mendistribusikan kamera guna mmendapatkan foto:

Peneliti memberikan kamera Polaroid kepada 40 orang siswa perempuan dan 40 siswa pria masing-masing kelas 4 SD untuk mata pelajaran IPA guna merekam pemahaman mereka tentang lingkungan. Para partisipan itu diminta mengambil foto-foto atau gambar-gambar yang memperlihatkan usaha-usaha pelestarian lingkungan di dalam masyarakat. Hasilnya, si peneliti mendapatkan 24 buah gambar dari msing-masing anak yang dapat digunakan untuk memahami bagaimana anak-anak muda ini melihat/menyikapi lingkungan. Bisa difahami bahwa fofo-foto tupai dan binatang-binatang piaraan (di luar rumah) mendominasi kumpulan gambar dalam data base ini.

Salah satu proses yang esensial dalam penelitian kualitatif adalah merekam data (Lofland & Lofland, 1995). Proses ini mencakup mencatat informasi melalui research protocol dalam pelaksanaan pengumpulan data sehingga kita mampu mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul dan membuat kita sensitif terhadap isu-isu etika yang akan berpengaruh terhadap kualitas data yang akan kita peroleh.

Penggunaan prototokol

(28)

perekaman data adalah formulir-formulir yang secara khusus dirancang dan digunakan oleh para peneliti kualitatif untuk merekam/mencatat informasi selama observasi dan wawancara.

Protokol untuk wawancara

Selama wawancara berlangsung, penting kiranya dimiliki cara atau alat yang digunakan untuk memberikan struktur pada wawancara serta untuk melakukan pencatatan secara cermat. Seperti telah disebutkan, perekaman wawancara secara audio akan memberikan rekaman wawancara yang rinci. Sebagai back-up, kita perlu membuat catatan selama wawancara dan memiliki pertanyaan-pertanyaan yang sudah siap untuk diajukan. Fungsi protokollah untuk mengingatkan kita terhadap pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dan menunjukkan cara merekam catatan-catatan tersebut. Protokol wawancara adalah sebuah formulir yang dirancang oleh si peneliti yang berisikan catatan atau petunjuk tentang proses wawancara, pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, dan ruang (bahagian yang kosong tak berisi tulisan) untuk melakukan pencatatan atas respon-respon yang diberikan oleh mereka-mereka yang diwawancarai.

Pengembangan dan rancangan protokol wawancara

Untuk bisa memahami secara lebih baik rancangan dan penampilan dari formulir ini, perhatikanlah protokol wawancara kualitatif yang digunakan selama studi kasus “gunman incident” (Asmussen & Crewell, 1995) sebagaimana diperlihatkan oleh Diagram 8.7. Diagram ini memperlihatkan protokol bentuk ukuran kecil (kecil dari ukuran yang sebenarnya); dalam protokol aslinya, ruang (bahagian yang kosong tak dituliskan) yang lebih besar disediakan di antara masing-masing pertanyaaan untuk mencatat jawaban. Diagram 8.7 memberikan ilustrasi tentang komponen-komponen yang bisa dimasukkan ke dalam rancangan protokol wawancara.

(29)

 Setelah judul tersebut ada lima buah pertanyaan esensial yang singkat dan bersifat terbuka untuk memberikan fleksibilitas dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan dimaksud. Pertanyaan pertama berfungsi sebagai “ice breaker” (kadang-kadang disebut “grand tour questions”, untuk membuat mereka relaks dan

termotivasi untuk berbicara. Pertanyaan ini seharusnya mudah difahami dan membuat para partisipan mengungkapkan semua hal berkaiatan dengan pengalaman yang mereka seperti “Mohon dideskripsikan apa peranan anda dalam insiden ini!”. Pertanyaan terakhir dalam instrumen ini membantu si peneliti mencari orang-orang lainnya untuk diwawancarai.

 Pertanyaan-pertanyaan inti, yakni pertanyaan 2 sampai 4, berkaitan dengan pertanyaan utama penelitian. Bagi anda yang baru dalam penelitian kualitatif, anda boleh mengajukan lebih dari empat pertanyaan guna membantu memancing pembicaraan partisipan lebih banyak lagi dan sampai akhirnya berlanjut pada momen di mana tidak seorangpun yang berbicara. Walaupun demikian, makin banyak pertanyaan yang anda ajukan, makin banyak yang bisa anda gali dalam rangka memahami fenomena yang diteliti ketimbang sebatas apa yang disampaikan oleh partisipan. Sering ada garis yang jelas antara pertanyaan-pertanyaan yang rinci dengan pertanyaan-pertanyan yang bersifat umum. Justru itu akan jauh lebih baik apabila butir-butir pertanyaan tersebut terlebih dahulu diuji cobakan untuk bisa memilih mana yang terbaik diantaranya.

 Disamping lima pertanyaan tersebut, anda mungkin menggunakan pertanyaan pemancing (probe) untuk mendorong para partisipan memberikan klarifikasi dari apa yang mereka katakan dan untuk mendorong mereka mengelaborasikan gagasan atau pendapat mereka.

 Beri jarak (ruang kosong) antara masing-masing pertanyaan sehingga si peneliti bisa membuat catatan singkat tentang komentar yang diberikan oleh mereka yang diwawancarai. Catatan-catatan yang anda buat harus singkat dan anda bisa mengembangkan sendiri kesingkatan-kesingkatan yang dapat digunaan untuk membuat catatan-catatan tersebut. Gaya merekam/membuat catatan-catatan ini bervariasi antara sorang peneliti dengan peneliti lainnya.

(30)

sebuah pertanyaan yang anda ajukan. Ketika anda mengajukan pertanyaan 2, misalnya, mereka bisa saja melompat ke jawaban untuk pertanyaan 4.

 Komentar-komentar penutup mengingatkan anda untuk tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada para partisipan dan meyakinkan mereka akan kerahsaiaan jawaban-jawaban mereka. Bahagian ini bisa mencakup catatan atau peringatan agar anda menanyakan kepada mereka yang diwawancarai kalau-kalau mereka memiliki pertanyaan tentang apapun, dan peringatan agar anda membicarakan dengan mereka tentang pemanfaatan data dan penyebaran informasi berkenaan dengan penelitian itu.

Protokol Observasi

Sama halnya dengan wawancara, dalam observasipun kita perlu membuat protokol obsevasi yang kita gunakan selama melakukan observasi. Protokol tersebut berlaku untuk semua peranan observasi sebagaimana disebutkan terdahulu. Protokol observasi adalah sebuah formulir yang dirancang oleh si peneliti sebelum pengumpulan data dilakukan yang digunakan untuk membuat catatan-catatan lapangan selama observasi berlangsung. Pada formulir ini si peneliti merekam/mencatat secara kronologis peristiwa-peristiwa yang terjadi, gambaran rinci tentang individu atau para individu, sebuah, gambar atau peta dari seting, kutipan-kutipan yang diucapkan oleh individu-individu. Sama halnya dengan wawancara, rancangan dan pengembangan protokol observasi akan menjamin bahwa anda memiliki cara yang terorganisir untuk merekam/mencatat dan memelihara catatan-catatan observasi.

Pengembangan dan rancangan protokol observasi

Anda telah melihat sampel dari protokol observasi yang diperlihatkan oleh Diagram 8.4., di mana para siswa membuat catatan tentang objek seni yang ditajakan kepada mereka di dalam kelas. Protokol observasi sebagaimana yang diperihatkan oleh Diagram 8.4 ini akan memungkinkan si peneliti kualitatif untuk merekam/mencatat informasi yang ia lihat di situs di mana observasi berlangsung. Informasi itu berkaitan dengan deskripsi kegiatan di seting dan refleksi tentang tema dan pandangan-pandangan pribadi si penliti yang muncul ketika melakukan observasi. Contoh, perhatikan sekali lagi sampel protokol observasi pada Diagram 8.4. Sample ini mengilustrasikan komponen-komponen secara khusus ditemukan pada formulir perekaman sebuah observasi:

(31)

 Anda tuliskan semuanya dalam dua kolom setelah judul. Kolom ini membagi halaman untuk mencatat dua jenis data: deskripsi kegiatan dan refleksi tentang tema, kutipan-kutpan, dan apa-apa yang dialami oleh si peneliti.

 Hakekat dari apa yang dideskripsikan bisa bervariasi. Diagram 8.4 mengilustrasikan beberapa topik untuk dideskripsikan, Contoh, anda bisa memasukkan deskripsi tentang urutan kronologis dari peristiwa. Deskripsi ini terutama sekali bermanfaat apabila si pengamat mau meneliti sebuah proses atau peristiwa. Anda juga bisa mendeskripsikan individu-individu, seting secara fisik, peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan (Bogdan & Biklen, 1998). Anda juga bisa membuat sketsa/gambar tentang situs guna memfasilitasi ingatan terhadap rincian seting dalam rangka menulis laporan akhir.

 Catatan-catatan reflektif merekam pengalaman anda sendiri sebagai seorang peneliti, seperti dugaan anda sendiri tentang hasil-hasil dan pendapat-pendapat penting atau tema-tema yang muncul yang bermanfaat sewaktu melakukan analisis nantinya.

Beberapa catatan penting tentang observasi

Saya biasanya minta mahasiswa pasca sarjana mempraktekkan pengumpulan data kualitatif dengan jalan melakukan observasi terhadap sebuah seting. Salah satu seting favorit saya adalah pusat rekreasi di kampus, di mana mereka bisa mengamati para mahasiswa belajar memanjat “dinding”. “Dinding” ini adalah dinding buatan yang dibangun sedemikian rupa sehingga para mahasiswa bisa belajar cara memanjat dinding (tebing) batu. Di situs ini, kita biasanya menemukan para mahasiswa yang belajar bagaimana memanjat dinding dan didampingi oleh seorang instruktur yang memberikan pelatihan memanjat. Dinding itu sendiri tingginya sekitar 50 kaki dan memiliki tempat-tempat bergantung strategis untuk membantu para pemanjat. Ia ditandai oleh spanduk warna warni yang diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh si pemanjat menapaki dinding tersebut.Tujuannya adalah agar para mahasiswa dapat memanjat sampai ke puncak dinding dan kemudian bergelayutan ke bawah.

Sebelum observasi, para mahasiswa saya selalu bertanya apa-apa saja yang harus mereka amati. Berikut beberapa petunjuk yang saya berikan kepada mereka:

(32)

 Pergi ke pusat rekreasi dan ke kaki dinding. Cari tempat yang nyaman untuk duduk pada salah satu bangku di depan dinding tersebut, dan kemudian lakukan pengamatan sekitar 10 menit tanpa merekam informasi apapun. Pada awalnya, semata-mata mengamati dan menyesuaikan diri dengan iklim seting.

 Setelah 10 menit ini selesai, mulai memfokuskan perhatian pada satu kegiatan di situs tersebut. Bisa jadi mahasiswa yang sedang menapaki dinding, atau mahasiswa-mahasiswa lainnya menunggu giliran mereka untuk memanjat.

 Mulai melakukan pembuatan catatan lapangan deskriptif. Ingat kronologi peristiwa, gambaran rinci tentang individu-individu, atau sketsa situs. Untuk dapat memberikan simpul kreatif dari pelatihan ini, saya minta mereka mendeskripsikan informasi yang mereka peroleh berkenaan dengan dua dari empat hal: penglihatan, pendengaran, rabaan, atau penciuman.

 Juga rekam catatan-catatan reflektif selama observasi berlangsung.

 Setelah 30 menit berlalu, masa observasi berakhir, dan saya minta mereka menuliskan laporan kualitatif tentang apa yang mereka amati, dengan memadukan catatan-catatan deskriptif dan catatan-catatan reflektif. Permintaan terakhir ini mengkombinasikan pengumpulan data (observasi), analisis data (memberi makna terhadap catatan-catatan mereka), dan penulisan laporan (mencoba mengarang narasi penelitian kualitatif).

Bagaimana Melaksanakan Kegiatan Pengumpulan Data?

Ketika mengumpulkan data, para peneliti yang melakukan penelitian kualitatif biasanya berhadapan dengan isu-isu yang harus dituntaskan. Disamping itu, karena peneliti kualitatif biasanya memasuki sebuah situs penelitian di mana para partisipan berada, berada di sana untuk jangka waktu tertentu, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang detail, isu-isu berkaitan dengan etika biasanya muncul yang harus diantisipasi sebelumnya.

Isu-isu lapangan

(33)

Akses: Antisipasilah banyaknya waktu yang diperlukan untuk merekruit partisipan bagi penelitian anda dan kesulitan yang akan ditemui dalam merekrut mereka. Beberapa strategi yang bermanfaat mencakup memberikan insentif berbentuk uang bagi individu-individu yang berpartisipasi. Disamping tu, ingatkan para partisipan satu atau dua hari sebelum pengumpulan data tentang waktu dan hari yang persis ketika anda akan mengobservasi atau mewawancarai mereka. Buat tahapan pengumpulan data sedemikian rupa sehingga mereka merasa nyaman memberikan jawaban, dan jadwalkan itu semua sesuai dengan jadwal kegiatan mereka yang lainnya. Realistiklah dalam hal jumlah waktu yang akan tersita oleh pengumpulan data, dan beritahukan tentang waktu ini kepada masing-masing partisipan.

Observasi: Anda perlu tahu peranan yang anda mainkan dalam observasi (misalnya sebagai partisipan atau non partisipan) dan jelaskan hal ini pada mereka. Usahakan untuk tidak memberi perhatian tentang segala hal pada tahap awal pengamatan; bentuk kesan umum pertama dan kemudian baru persempit ruang lingkup pengamatan (pendekatan funnel = cerobong). Gunakan waktu untuk merekam catatan-catatan anda secepatnya setelah anda melakukan pengamatan sehingga anda tidak sampai lupa butir-butir penting dari informasi yang diperoleh (misalnya kutipan/ucapan) partisipan.

Wawancara: Persiapkan peralatan yang diperlukan secara baik. Cek berfungsi atau tak berfungsinya peralatan sebelum wawancara. Selama wawancara berlangsung, gunakan “icebreaker” untuk membuka pembicaraan, jangan memaksakan pendapat, jaga agar wawancara tidak melenceng ke mana-mana. Orang yang diwawancarai boleh jadi tidak menjawab masing-masing pertanyaan secara berurutan, akan tetapi jaga agar mereka menjawab masing-masing pertanyaan. Jadwalkan waktu anda sedemikian rupa sehingga semua pertanyaan yang tercakup di dalam protokol terlaksana. Ingat bahwa mentranskripsikan rekaman melalui tape rekorder sangat banyak makan waktu, dan ini harus dijadwalkan dalam rencana kegiatan penelitian anda secara keseluruhan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis, kualitas butir soal matematika pada soal uji coba materi segitiga yaitu 1). dari segi validitas, soal yang diklasifikasikan valid sebesar

apabila terjadi hal demikian pihak Bank tidak dapat mengajukan atau meminta bantuan Pengadilan untuk melakukan eksekusi terhadap jaminan telah dilelang yang tidak

Jika konsep dari penata suara sudah diterima, maka penulis akan lanjut pada pemilihan alat yang akan dipakai untuk mengambil suara saat proses produksi.. Setelah itu,

berkaitan paragmatik tidak dapat dipisah- kan dengan kajian ilmu sosiolinguisik di- mana konteks dan lawan tutur menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan

Microsoft PowerPoint merupakan salah satu program aplikasi yang terintegrasi dengan Microsoft Office. Microsoft PowerPoint dapat digunakan untuk membuat slide presentasi interaktif

Nyeri pada disfungsi diskus diakibatkan oleh beban yang terus menerus seperti mengu- nyah pada satu sisi, mengerat gigi, dan terjadi penekanan yang dapat menyebabkan timbul- nya

Tujuan yang ingin dicapai dari perancangan Indie Community Music Center di Yogyakarta ini adalah untuk menciptakan sebuah konsep rancangan bagi komunitas musik indie Yogyakarta

Dari data hasil penelitian, pada komunikasi ke bawah yaitu dari Indomanutd pusat dengan setiap region adalah melalui beberapa tahap yaitu pesan atau informasi