PENYAKIT MENULAR DI
INDONESIA
PENYAKIT MENULAR YANG SERING DI
TEMUKAN DI INDONESIA
1. Muntaber : Muntah berak 2. Pneumonia : Radang Paru
3. Meningitis/Encephalitis : Radang Otak 4. Leptospirosis : Radang Kuning
5. PES
6. Campak : Gabak 7. Rubella
1. Hepatitis A,B,C 2. Polio Meylitis
3. Varicella : Cacar Air
4. Dengue Virus : Demam Berdarah 5. Demam Chikungunya
CARA PENULARAN PENYAKIT
Kontak langsung : Cacar Air, HIV, AIDS
Lewat polusi air & Makanan : Diare, Demam typus,
Hepatitis A
Airborn/ Droplet infektion : Mumps,Dipteri, Campak
Melalui Vektor :
Nyamuk
Tikus
Pes
Leptospira
6
Diare
Kecoak
PENYEBAB PENYAKIT
Bakteri Virus
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia
Potofisiologi
PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
Choroquine sulfat oral, 25 mg/kg BB
Quinine dihydrochloride intravena 1mg gr/kg
BB/dosis
b. Plasmodium falciparum
Quinine sulphate oral 10 mg/kg BB/dosis] c. Regimen alternatif
Quinine sulphate oral
Quinine dihydrochloride intravena dtambah
INFEKSI VIRUS DENGUE SELALU DIJUMPAI DI
BEBERAPA KOTA BESAR INDONESIA.
PERUBAHAN MUSIM HUJAN-PANAS SECARA
GLOBAL PERLU DICERMATI.
KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI VIRUS DENGUE
MEMINTA BANYAK KORBAN.
TERGANTUNG PADA POLA PERILAKU HIDUP
BERSIH DAN DIPENGARUHI DINAMIKA
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
PENYAKIT VIRUS DENGUE YANG
DITAKUTI MASYARAKAT INDONESIA,
PENDERITA DAPAT TERANCAM
KEJADIAN RENJATAN, PERDARAHAN
HEBAT POLA KLINIS INFENSI DENGUE
SUKAR DIPREDIKSI.
EPIDEMIOLOGI INFEKSI VIRUS DENGUE
RANGKUMAN
•Pola Penyakit Virus Dengue Bervariasi
•Kasus demam berdarah dengue yg menunjukkan manifestasi
yang berat dapat dijelaskan akibat ADE.
•Keganasan virus dengue berpotensi terjadinya Apoptosis. Virus
dengue yang ganas berpotensi besar menyerang sel
Retikuloendotelial sistem, termasuk organ hati dan sel endotel, akibatnya hati meradang membengkak dan faal hati terganggu dan berlanjut dengan kejadian perdarahan yang hebat disertai kesadaran menurun dan menunjukkan manifestasi Ensefalopati.
•Mengatasi masalah ini perlu dipikirkan pemanfaatan cairan Ringer
Asetat dan Koloid untuk mengatasi syok yg disertai gangguan fungsi hati
•Diagnosa klinik infeksi virus dengue berdasarkan WHO 1997,
DEMAM TYFOID
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman gram negatif salmonella typi. Selama terjadi infeksi kuman tersebut
bermultiplikasi dalam sel fagosit mononuclear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran darah
1. Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai
dengan summer yang makin hari makin
meninggi, sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari
2. Gejala gastrointestinal dapat berupa obstipasi,
diare, mual, muntah dan kembung,
hepatomegali, splenomegali, dan lidah kotor tepi hiperemi
3. Gejala syaraf sentral berupa delirium, apatis,
somnolen, spoor bahkan sampai koma
Pengobatan penderita demam typoid dirumah sakit terdiri dari pengobatan suportuf,
medikamentosa, terapi penyulit (Tergantung penyulit yang terjadi)
Clorapenicol
Dosis 50 mg/kg BB/hari
Ampicilin
Dosis 200 mg/kg BB/hari
Amoxyciline
Dosis 100 mg/kg BB/hari
Contrimoxazole
Dosis 8 mg/kg BB/hari
Pencegahan dilakukan secara umum dan
khusus/Imunisasi
Dengan melakukan peningkatan sanitasi hygine
untuk menurunkan insidensi demam typoid.
1. Echersia Coli
E.Coli merupakan organisme basilus gram
negatif yang motil dan membentuk rantai,
species ini mempunyai mekanisme perlekatan pada epitel usus
Gejala penyakit ini Mual, muntah, kejang perut
Penggunaan antimikroba
1. Polymixim E Sulfat (Colisin Tab) merupakan
antibiotika yang dapat diberikan dengan penderita E.Coli
2. Golongan aminoglikosid (Kanamisin) pernah
dianjurkan untuk diberikan pada bayo kurang dari 3 bulan
3. Streptomisin pernah digunakan secara luas
2. shigella
Shigella merupakan kuman batang gram negatif,
tidak bergerak
Gejala diare dengan darah dan lendir dalam
feses dan adanya tenesmus, penularannya secara fecal-oral dan orang ke orang atau kontak
Penggunaan antimikroba
1. Pada umumnya Kotrimoksasol (Sanprima )
merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk Shigella
2. Asam Nalidiksat dan Ampisilin serta
Tetraciklin biasanya untuk anak umur diatas 8 tahun
3. Ampicilin merupakan penicilin semisintetk
yang mempunyai daya kerj mengganggu
3. SALMONELLA
Salmonella banyak ditemukan pada daging yang
terinfeksi, unggas, susu mentah, telur, dan hasil olahan telur, juga bisa ditemukan pada binatang melata yang dipelihara
Gejala yang ditimbulkan awalnya mual, dan nyeri
4. VIBRIO CHOLERA
Vibrionaceace merupakan kuman gram negatif,
biasanya motil, berbentuk batang yang dibedakan dari entrobakteri pd reaksinya yang positif oksidase
Daya tahan tubuh seperti keasaman lambung,
BEBERAPA BAKTERI PENYEBAB DIARE LAINNYA
PENCEGAHAN DIARE
1. Memperbaiki sanitasi perorang dan lingkungan
Penggunaan air bersih
Mencuci tangan sesudah BAB dan sebelum
menyiapkan makanan
Membuang tinja dengan benar, penggunaan jamban
untuk BAB
Mencuci bahan-bahan yang akan dimasak dengan
benar dan memasak makanan dengan benar
Membuang sampah pada tempatnya
2. Memperhatikan status gizi (asupan makanan dan
PES atau yang dikenal dengan plague atau black death merupakan penyakit infeksi yang
MANIFESTASI KLINIS
Tipe Bubonik
Tipe Pnemonik
Sesak nafas hebat, batuk, demam, menggigil dan fase lanjut bisa terjadi gagal nafa
Demam tinggi (hiperpireksia > 40°C) bisa terjadi
malaise, perdarahan karena Disseminated
Intravascular Coagulation, sepsis, shock kejang dan bila terjadi perdarahan yang menyeluruh ditambah sianosis karena pneumonia yang
sudah mengalami nekrosis akan menghasilkan kulit gelap pada ekstermitas yang dikenal
PENCEGAHAN
Pengawasan ketat akan kasus-kasus baik infeksi
pada manusia maupun hewan pengerat
Penggunaan insektisida untuk mengontrol
LEPTOSPIROSIS
01
/0
9/2
01
9
DIFINISI
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang
disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans tanpa memandanga bentuk spesifik serotipenya.
01/09/2019
ETIOLOGI
Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, famili treponemataceae, suatu mikroorganisme spirochaeta.
01/09/2019
EPIDEMIOLOGI
a. Penyakit occupational (penyakit yang diperoleh
akibat pekerjaan)
b. Penyakit kuning yang berat disertai demam,
perdarahan dan gangguan ginjal.
c. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tapi
sebagian besar berusia antara 10-39 tahun.
d. Dinegara tropis sebagian besar kasus terjadi saat
musim hujan, di negara barat terjadi saat akhir panas atau awal gugur karena tanah lembab.
01/09/2019
e. Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 5-40%
f. Penderita di atas usia 50 tahun resiko kematian lebih besar bisa mencapai 56 persen.
g. Paparan terhadap pekerja diperkirakan terjadi pada 30-50% kasus.
01/09/2019
PENULARAN
01/09/2019
PATOGENESIS
01/09/2019
GAMBARAN KLINIS
01/09/2019
DIAGNOSIS
Pada umumnya diagnosis awal leptospirosis sulit karena pasien biasanya datang meningitis,
hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza, sindroma syok toksik, demam yang tidak diketahui asalnya dan deatitis hemoragik, bahkan beberapa kasus datang dengan
pankreatitis. Riwayat pekerjaan, sakit kepala, nyeri otot, mata merah/fotofobia, mual atau muntah.
01/09/2019
Pemeriksaan laboratorium darah rutin bisa dijumpai
leukositosis, normal. Pada urin dijumpai proteinuria, leukosituria dan cast, BUN, Ureum dan kreatinin. Trombositopenia terdapat pada 50% kasus
01/09/2019
PENCEGAHAN
Pencegahan leptospirosis khususnya didaerah
tropis sangat sulit. Perlindungan berupa pakaian khusus, pemberian doksisiklin 200 mg
perminggu untuk mengurangi serangan
leptospirosis, leptospirosis dari 4-2% menjadi 0,2% san efikasi pencegahan 95%. Vaksinasi tersangka reservoir sudah lama
direkomendasikan, belum berhasil dilakuakan.
01/09/2019
PENGERTIAN RABIES
Rabies (penyakit anjing gila) adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan saraf pusat.
Rabies bersifat zoonosis artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke manusia dan menyebabkan kematian pada manusia. Virus rabies dikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan
TANDA DAN GEJALA
1. Stadium Prodromal
Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang
susunan saraf pusat adalah perasaan gelisah,
demam, malaise, mual, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah dan rasa nyeri di tenggorokan selama beberapa hari
2. Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai
3. Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot akan aktivitas simpatik menjadi
meninggi dengan gejala berupa eksitasi atau ketakutan berlebihan, rasa haus, ketakutan
terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Umumnya selalu merintih sebelum kesadaran hilang. Penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan ketidak
4. Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal
dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-Gejala eksitasi, melainkan Paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan
PENGENDALIAN
Untuk mencegah terjadinya penularan rabies,
maka anjing, kucing, atau kera dapat diberi vaksin inaktif atau yang dilemahkan
PENDAHULUAN
Avian Influenza adalah penyakit infeksi pada
Menurut Depkes RI (2007) mengungkapkan bahwa
penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui:
a) Binatang : kontak langsung dengan unggas yang
sakit atau produk unggas/dari unggas yang sakit
b) Lingkungan : udara atau peralatan yang tercemar
virus tersebut baik yang berasal dari tinja atau sekret ungas yang terserang virus flu burung (AI)
c) Manusia : sangat terbatas dan tidak efisien
(ditemukannya beberapa kasus dalam kelompok/cluster)
d) Konsumsi produk unggas yang tidak dimasak dengan
Gejala-gejala awal Avian Influenza atau yang
sering disebut dengan flu burung seringkali sama dengan influenza musiman manusia
Langkah-langkah pencegahan perlu dilakukan untuk
menghindari terinfeksi Flu Burung :
a) Mencuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan.
Cuci pula dengan sabun, peralatan memasak sebelum dan sesudah memasak serta saat menyajikan makanan. Masak unggas dan telur unggas hingga matang,
b) Tidak menyentuh unggas yang sakit atau mati. Jika
terlanjur, segera bersihkan tubuh dengan sabun.
c) Mengandangkan dan memisahkan unggas dari pemukiman
manusia. Memisahkan unggas baru dari unggas lama selama 2 minggu
d) Memeriksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit
PENDAHULUAN
Penyakit Japanese B Encephalitis (JE)
disebabkan virus yang menimbulkan infeksi JE pada otak. Virus JE dibawa nyamuk Culex yang hidup di daerah Asia (dari India Timur ke Korea, Jepang, dan Indonesia). Sumber alami
PENULARAN
Penyebaran penyakit JE tidak dapat ditularkan
melalui kontak Iangsung, tetapi harus melalui vektor, yaitu melalui gigitan nyamuk yang telah mengandung virus JE
Masa inkubasi pada nyamuk penular antara 9-12
MANIFESTASI KLINIS
Pada manusia gangguan syaraf sangat dominan,
terutama pada anak-anak di bawah umur 14 tahun
Gejala tersebut antara lain demam (lebih dari
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN YANG PERLU DILAKUKAN
Pemberian larvasida misalnya abate pada air
yang menggenang, seperti bak air, disertai dengan penyemprotan insektisida ataupun fogging untuk membunuh larva dan nyamuk dewasa secara berkala, perlu dilakukan di rumah ataupun di sekitar kandang ternak
Penggunaan vaksin JE terbukti dapat
PENDAHULUAN
Paragonimus westermani merupakan cacing
PATOLOGI DAN GEJALA KLINIS
Gejala pertama di mulai dengan adanya batuk kering yang lama kelamaan menjadi batuk
darah, cacing dewasa dapat pula bermigrasi ke alat–alat lain dan menimbulkan abses pada alat tersebut misalnya pada hati dan empedu. Saat larva masuk dalam saluran empedu dan menjadi dewasa, parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu, penebalan dinding
saluran, peradangan sel hati dan dalam stadium lanjut akan menyebabkan sirosis hati yang
PENCENGAHAN
Tidak memakan ikan / kepiting mentah. Apabila menkonsumsi harus sudah dimasak secara
Oleh : Prof Soegeng Soegijanto
GEJALA KLINIS
Panas meningkat dan mencapai puncak pada hari ke 4-5 pada
saat ruam keluar
Coryza yang terjadi sukar dibedakan dengan common cold yang
berat. Membaik dengan cepat pada saat panas menurun.
Conjunctivitis ditandai dengan mata merah pada conjunctiva
disertai edngan keradangan dengan keluhan fotofobia.
Cough merupakan akibat keradangan pada epitel saluran nafas,
mencapai puncak pada saat erupsi dan menghilang setelah beberapa minggu.
Muncul koplik’s spot pada sekitar 2 hari sebelum muncul ruam
Ruam makulopapuler semula berwarna
kemerahan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga, menyebar kearah perifer sampai pada kaki. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan dada menjadi confluent. Ruam ini membedakan dengan rubella yang ruamnya discrete dan tidak mengakami desquamasi.
LANGKAH DIAGNOSTIK
Anamnesis
Demam tinggi terus menerus 38.5°C atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia), seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat ini anak
PEMERIKSAAN FISIK
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium :
Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam
yang diikuti batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbul enantema mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak koplik.
Stadium erupsi, ditandai dengan timbul ruam makulo-papuler yang
bertahan selama 5-6 hari. Timbul ruam dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher dan
akhirnya ke ekstrimitas.
Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah 3 hari ruam
berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas yang menghilang setelah 1-2 minggu.
Saat penting untuk menentukan status gizi penderita, untuk
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah tepi : jumlah leukosit normal atau
meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri
Pemeriksaan antibodi IgM anti campak Pemeriksaan untuk komplikasi :
1. Ensefalopati/ensefalitis : dilakukan
pemeriksaan caiaran serebrospinalis, kadar elektrolit darah dan analisis gas darah.
2. Enteritis : feses lengkap
DIAGNOSIS
Ditegakkan berdasarkan :
Anamnesis, tanda klinis dan tanda yang
patognomonik
DIAGNOSIS BANDING
Ruam kulit eksantema akut yang lain seperti :
Rubella
Roseola infantum (eksantema subitum) Infeksi mononukleosus
KOMPLIKASI
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak
yang lebih kecil
Diare dapat diikuti dehidrasi Otitis media
Laringotrakeobronkitis (croup) Broncopneumonia
Ensefalitis akut
Reaktivasi tuberculosis
Malnutrisi pasca serangan campak
Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), suatu proses
degeneratif susunan saraf pusat dengan gejala karakteristik
terjadi deteriorisasi tingkah laku dan intelektual, diikuti kejang. Salah satu komplikasi campak onset lambat disebabkan oleh
TATALAKSANAN MEDIK
1. Pengobatan bersifat suprtif, terdiri dari :
Pemberian cukup caiaran
Kalori dam jenis makanan yang disesuaikan dengan
tingkat kesadaran dan komplikasi
Suplemen nutrisi
Antibiotic diberikan apabila terjadi infeksi sekunder Anti konvulsi apabila terjadi kejang
Pemberian vitamin A
2. Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu > 39.0°C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau ada
3. Campak tanpa komplikasi :
Hindari penularan
Tirah baring ditempat tidur
Vitamin A 100.000 IU, apabila disertai
malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari
Diet makanan cukup cairan, kalori yang
4. Campak dengan komplikasi : a. Ensefalopati/ensefalitis
Antibiotic bila diperlukan, antivirus dan lainya
sesuai dengan Pedoman Diagnosis Terapi (PDT) ensefalitis
Kartikosteroid bila diperlukan sesuai dengan
PDT ensefalitis
Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan
b. Bronkopneumonia :
Antibiotic sesuai dengan PDT pnwumonia Oksigen nasal atau dengan masker
Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas
darah dan elektrolit
c. Enteritis : koreksi dehidrasi sesuai derajat (lihat bab enteritis dehidrasi)
d. Pada kasus campak dengan komplikasi
bronchopneumonia dan gizi kurang. Perlu dipanrtau terhadap infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji tuberculin setelah 1-3 bulan
penyembuhan.
TATALAKSANA EPIDEMOLOGI
1. Imunisasi campak termasuk dalam program imunisasi sejak tahun 1982, angka cakupan imunisasi munurun <80% dalam 3 tahun terakhir sehingga masih dijumpai daerah kantong risikko tinggi transmisi virus campak. 2. Srategi reduksi campak terdiri dari :
Pemberian vitamin A pasien campak
Imunisasi campak
PPI : Pemberian pada umur 9 bulan
Imunisasi campak dapat diberikan bersama vaksin MMR
pada umur 12-15 bulan
Mass campaign, bersama dengan Pekan Imunisasi
nasional
Cath-up immunisasi, diberikan pada anak sekolah dasar
INFEKSI RUBELLA
PENDAHULUAN
Rubella (German measles) adalah penyakit
ringan yang menyerang anak-anak namun
merupakan ancaman yang serius untuk janin,
jika ibu mendapatkan infeksi pada masa
EPIDEMOLOGI
Sebelum dilakukan vaksinasi terhadap rubella tahun 1969, pendemic rubella terjadi setiap 6-9 tahun, yang puncaknya terjadi pada musim semi. Sejak tahun 1969, ketika vaksin untuk rubella dilakukan , anak-anak secara rutin divaksinasi , membantu mencegah penyebaran
PATOGENESIS
Patogenesis infeksi rubella tidak dimengerti secara baik.
Virus dapat ditemukan diarea kulit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Hal ini menunjukkan bahwa proses imun berperan penting.
Resiko terjadinya kelainan dan penyakit congenital
MANIFESTASI KLINIS
Virus Rubella memiliki masa inkubasi 14-21 hari. Pada
fase prodromal terjadi inflamasi ringan mukosa mulut atau hidung sehingga menyebabkan meningkatnya aliran mucus disana, dan ini bisa sangat ringan sehingga tidak terdeteksi.
Tanda yang paling khas adalah limfadenopati
PEDOMAN LAB DIAGNOSTIK
INFEKSI RUBELLA
Saring diagnostik klinis dengan adanya satu atau lebih
gejala klinis khusus sindrome Rubella
Isolasi virus
Pemeriksaan serologis
TATA LAKSANA
Pengobatan hanya bersifat supportif. Antipiretik
PENCEGAHAN
PAROTITIS EPIDEMIKA
(MUMPS)
Soegeng Soegijanto
101
Guru Besar Emeritus FK UNAIR Surabaya Ketua Tim Penelitian DBD ITD UNAIR
Pendahuluan
102
•
Parotitis epidemika atau dikenal sebagai penyakit
gondong, merupakan penyakit yang disebabkan
paramyxo virus akut.
•
Sering menyerang anak-anak yang berumur lebih
dari 5 tahun dan lebih muda dari 9 tahun.
•
Anak-anak dibawah 1 tahun jarang diserang
103
•
Penyakit ini sering ditemukan disaat perubahan
musim, terutama di musim dingin.
•
Prognosanya baik, dapat sembuh sempurna.
Walaupun demikian dapat menunjukkan penyulit
pada beberapa kasus.
104
•
Virus berada dalam kelenjar ludah selama 6 hari
sebelum hari kesembilan munculnya gejala gondong.
•
Periode inkubasi sekitar 14-25 hari. Rata-rata 18
hari. Umumnya penderita-penderita itu akan
105
Pencegahan
•
Pencegahan diberikan pada umur 15
bulan. Vaksinnya tercampur dengan
virus-virus lain. Yaitu virus-virus campak dan cacar
Jerman. Disebut MMR.
106
Gejala
Klinis
•
30% kasus tidak menunjukkan gejala, diawali
dengan gejala perut mual, sekitar 24 jam
berwujud gejala nyeri otot, tidak suka makan,
lemah, nyeri kepala, dan demam ringan.
•
Gejala parotitis epidemika ini akan diikuti
dengan gejala nyeri telinga disaat makan dan
selanjutnya terjadi pembesaran kelenjar ludah
yang letaknya berada di bawah telinga.
•
Suhu tubuh dapat meningkat dari 38,3
0sampai
40
0C
107
Pemeriksaan serologi antibodi dapat
dikerjakan bila gejala pembesaran kelenjar
ludah dibawah telinga tidak ditemukan
dengan membandingkan kadar antibodi
saat fase akut dan fase penyembuhan.
(3 minggu setelah fase akut).
108
Pengobatan
Secara simptomatik dengan memperhatikan
gejala-gejala yang muncul. Diberikan cairan
secara intravena apabila penderita
menunjukkan gejala kekurangan cairan.
PENDAHULUAN
EPIDEMOLOGI
HAV ada diseluruh dunia sangat menular, Cara
penularan yang dominan adalah melalui Fecal-Oral
PATOGENESIS
HAV membelah in vitro dalam sel hepatoma manusia dan fibroblas diploid tanpa
menghasilkan perubahan sitopati, keadaan ini tampak juga pada keadaan hepatosit in viro. Sesudah inoklusi melalui mulut, pembelahan virus terjadi dalam hati disertai masa viremia singkat, bersamanya virus dieksresikan ke
dalam tinja. Pada infeksi manusia dan
MANIFESTASI KLINIK
Stadium pra-ikterik : stadium ini berlangsung
selama 4-7 hari
Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah demam (<39ºC)
Stadium Ikteri : Stadium ini berlangsung 3-6
minggu
Urine yang berwarna kuning tua, seperti teh atau gelap.Gejala anoreksia dan muntah
tambah berat
Stadium pasca ikterik :
PENATALAKSANAAN
Imunisasi aktif
Anak Imunisasi Havrix 1 flakon (0,5) berisis 720 EIU
Avaxim setiap 0,5 ml mengandung 160 unit antigen virus hepatitis A yang dimatikan
Imunisasi pasif
TETANUS
PENDAHULUAN
GEJALA KLINIS
Gejala yang dominan adalah kekakuan otot
bergaris yang disusul dengan kejang tonik dan klonik
Gejala awal trismus : pada neonatus sulit
menetek,mulut mecucu. Pada anak yang sudah besar berupa trismus, akibat kekakuan otot
PENATALAKSANAAN
Terapi dasar tetanus
Antibiotik diberikan selama 10 hari,2 minggu bila ada
kompilkasi
Penicilline procaine 5000 IU/kg BB/kali im, tiap 12 jam Metronidazole loading dose 15 mg/kgBB/jam,
selanjutnya 7,5 mg/kgBB/tiap 6 jam
Imunisasi aktif-pasif
Anti tetanus serum (ATS) 5000-10.000 IU diberikan
im. Untuk neonatus bisa diberikan iv
Dilakukan imunisasi DT/TT/DPT pada sisi yang lain
Anti konvulsi
Bila datang dengan kejang beri diadepam
- Neonatus bolus 5 mg iv
Anak bolus 10 mg iv
Dosis rumatan maksimal
- Anak 240 mg/hari
Neonatus 120 mg/hari
Terapi Supportif
Bebaskan jalan nafas Hindari aspirasi
Pemberian O2
Perawatan dengan stimulasi maksimal Pemberian cairan yang adekuat
PENCEGAHAN
Imunisasi Aktif
Imunisasi dasar Dipheri Pertusis Tetanus (DPT)
diberikan 3X sejak usia 2 bulan dengan interval 4-6 minggu, ulangan pada umur 18 bulan 5
tahun
Eliminasi tetanus neonatorum dilakukan
imunisasi TT pada ibu hamil, wanita usia subur, minimal 5x suntikan toksoid
Pencegahan pada luka
Luka dibersihkan, jaringan necrotik dan benda
DIFTERI
Prof. Soegeng Soegiatno Sp.A (K) FK UWKS
DEFINISI
Penyakit yang disebabkan kuman difteri yang
ditularkan lewat droplet infection lewat saluran pernafasan. (mulut, hidung dll)
Awalnya menyerang kulit disebut difteri kulit.
Pada luka di kaki dengan adanya selaput putih pada luka
MANIFESTASI KLINIK
Toxin difteri menyebabkan timbulnya:
Demam (sumer / subfebris) Disfagia
Miokarditis dapat terjadi akibat toxin yang
Pada mulut dapat ditemukan adanya pseudomembran
atau besslag berupa selaput putih yang berdarah ketika di sentuh. Di dekat uvula, tonsil, faring dan laring.
Pseudomembran terbentuk akibat reaksi radang dan
penumpukan sel radang yang terjadi sehingga terbentuk suatu selaput.
Mulut stomatitis diphteria Hidung rhinitis diphteria
Laring Laryingitis diphteria yang ditandai dengan
tidak berbicara karena sakit tenggorok
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENYULIT
PENATALAKSANAAN
JIKA SESAK TRAKEOSTOMI
ADS (Anti Difteri Serum) sesuai kondisi Penicilin procain
PENATALAKSANAAN
Pada Miokarditis maka dilarang berolahraga dan
PROGNOSIS
Dapat terjadi Miokarditis dengan gejala Plegmon prognosis Buruk
Gagal nafas jika membran yang menutupi
PENCEGAHAN
Vaksinasi DPT 15 bulan, lalu diulang tiap 3
PERTUSSIS
Prof. Soegeng Soegijanto
PERTUSSIS (BATUK REJAN)
Pertusis adalah suatu penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja yang susceptable, biasanya menyerang anak-anak dan apabila mengenai golongan umur sangat muda dapat berakibat serius.
a. Penyakit ini mulai dikenal pada abad ke – 16.
b. Pada abad ke – 19 penyakit ini merupakan
pembunuh yang utama pada bayi diseluruh dunia, tinnginya angka kematian bayi dari beberapa negara sedang berkembang hingga kini masih ada.
c. Upaya pembuatan vaksin baru dapat dilakukan
pada tahun 1930 – an.
ETIOLOGI
a.
Bordetella, Pertusssis, Bordetella
Parapertussis
b.
Adeno virus type 1, 2, 3 dan 5 dikatakan
dapat menimbilkan sindroma yang sama .
c.
Kuman gram negatif berbentuk batang, non
motil dan tidak membentuk spora.
Vaksin pertusis acelular, komponen tersebut
adalah asal di Filamentory Hemagglutinin
(FHA) dan Pertusis Toksin atau Limfositosis
Promoting Factor (LPF)
PATHOGENESIS
a. Masuknya kuman per inhalasi ke dalam
saluran pernafasan.
b. Melekat pada cilia dari trachea, bronchi dan
disusul dengan hilangnya fungsi serta diakhiri dengan rusaknya cilia tersebut.
Gejala batuk dapat timbul disebabkan oleh
terganggunya mekanisme keluarnya lendir dari rongga bronchi penimbuhan lendir mucoid yang
menimbulkan yang bersifat tidak efektif, berulang,
paroksismal. Stadium lebih lanjut dapat menimbulkan obstruksi bronchus (atelektase), sekunder infeksi
(pneumonia)
Pertussis encephalopathy belum jelas mekanismenya
karena anoxia, cerebral dan hemorhage.
EPIDEMIOLOGI
o pertussis adalah termasuk penyakit yang sangat
menular.
o Attack rate populase yang susceptable mencapai
kurang lebih 90%.
o Penularan melalui kontak langsung. Penyakit ini
sangat menular pada stadium catarrhal (minggu pertama sakit) dan penyakit ini tidak tergantung pada muasim.
MANIFESTASI KLINIS
o Periode inkubasi penyakit pertussis adalah 6–20 hari,
dengan rata – rata sekitar 7–10 hari. Penyakit ini dapat berlangsung sampai 6-8 minggu.
o Dikenal 3 stadium pada penyakit pertusis yaitu
catarrhal, paraxismal dan convalescent.
KOMPLIKASI
Ada 6 macam komplikasi yaitu :
o Pneumonia
o Atelektase
o Emfisema
o Bronchiektase
o Otitis media
o Aktivasi tuberculosa yang laten
PENGOBATAN
Antibiotika dengan memakai Erythomycin 50 mg/kg
BB/hari atau Ampicilin 100 mg/kg BB/hari selama 3-4 hari.
PENCEGAHAN
Vaksin dengan pemberiannya dilakukan
bersama-sama dengan difteri dan tetanus dalam bentuk vaksin DTP. Usia 2 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4-8 minggu. Suntikan ulangan pertama (buster 1)
dilakukan satu tahun kemudian. Sedangkan ulangan kedua (buster 2) 3 tahun sesudahnya.
POLIO
Poliomielitis atau penyakit polio adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus polio dan dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen.
Virus ditularkan oleh infeksi droplet dari
orofaring (Saliva) atau tinja penderita yang
infeksius. Penularan langsung dari
manusia-manusia pada waktu 3 hari sebelum dan
sesudah masa prodromal
Secara umum infeksi virus polio pada seseorang akan memberikan gambaran sebagai berikut :
1. Inapparent Infection, tanpa gejala klinis, subklinis,
infeksi subklinis ini terjadi sebanyak 95%
2. Infeksi ringan (4-8%) tidak ada perubahan
laboratorium dan gejala infeksi SSP
3. Abortive poliomielitis 4. Aseptic meningitis
5. Flaccid paralytic poliomeilitis 6. Post polio syndrome
Tata laksana mencegah kecacatan sedini mungkin yang meliputi upaya-upaya :
1. Pemberian intake nutrisi yang adekuat 2. Istirahat ditempat tidur
3. Cegah aktivitas berlebihan pada fase akut
4. Pengaturan posisi yang benar dan nyaman, latihan
luas gerak sendi secara pasif
5. Berikan obat-obatan analgetik dan antispasme jika
nyeri ototot
Imunisasi rutin
Imunisasi rutin bertujuan memberi kekebalan pada resipen masyarat luas
Imunisasi suplemen
Imunisasi suplemen diberikan untuk memutus rantai penularan dan trnasmisi virus polio liar
Eradikasi Global
Tujuannya pemberantasan virus polio liar di dunia, dan menghilangkan trasmisi dan membuat dunia bebas dari polio
VAPP (Vaccine Associated Paralytic Poliomielitis) VDPV (Vaccine Derived Polio Virus)
INFEKSI HAEMOPHILLUS
INFLUENZAE TIPE B
(HIB)
Prof. Soegeng Soegiatno Sp.A (K) FK UWKS
PENDAHULUAN
Dinegara yang sedang berkembang diasumsikan bahwa penyakit infeksi (Haemophillus
EPIDEMOLOGI
Penyakit infeksi kuman (Haemophillus
Influenzae) lebih dari 95% menyerang pada anak. Walaupun 5 tipe kuman HI yang
Insiden keseluruhan meningitis HIB meningkat 4x lipat dari tahun 1940 ke tahun 1960.
Alasannya belum diketahui, tatapi diasumsikan karena :
Teknik pemeriksaan lab yang lebih baik Meningkatnya kemampuan pengalaman
mendiagnosis penyakit HIB
Distribusi umur penderita pada tahun 1970
PATOGENESIS
Infeksi HIB disaluran pernafasan bagian atas berhubungan erat dengan hasil isolasi strain
kuman yang berkapsul. Berdasarkan pernyataan ini Pfeiffer mengemukakan bahwa pandemi
MANIFESTASI KLINIS
1. Meningitis
2. Pneumonia
3. Epoglotis
4. Artristik Septik
PENGOBATAN
Ampicilin 200-300 mg/ kgBB/hari dikombinasi
dengan Chlorapenicol 100 mg/kgBB/hari
Apabila dijumpai resistensi kuman, dipilih obat
kombinasi dengan Lactam seperti moxalactam, β atau obat seperti Cephalospurin, Cefotoxine,
PENGOBATAN
Upaya pencegahan penyakit HIB dapat
dilaksanakan pasif dan aktif imunisasi dengan vaksin HBOC dan BP Ig
Adapun 3 terbaru dengan vaksin PRPD, HBOC,
Prof Soegeng Soegijanto, dr.SpA(K),DTM&H
INTRODUCTOIN
EPIDEMOLOGY
ROTAVIRUS
EPIDEMOLOGY
Most human infections result from contact with
infected persons. Rotavirus (RV) infections occur in many animal species, but transmission from animals to humans has not been documented. However,
reassortment between human and animal rotaviruses have occurred and can generated new serotypes.
Rotavirus in infected patients is present in high titer in stool, which is the only body specimen consistently positive for the virus. It is present in stool before the onset of diarrhea, and can persist for as long as 10 days after the onset of symtoms in normal
hosts.Transmission is presumed to be by the fecal – oral route.
CLINICAL MANIFESTATION
Infection can result in diarrhea, usually preceded or
accompanied by emesis and low grade fever. In severe cases, dehydration, electrolyte abnormalities, and
DIAGNOSTIC TESTS
Enzyme immunoassay (EIA) and latex
agglutination assay for group A RV antigen detection in stool are commercially available.
TREATMENT