• Tidak ada hasil yang ditemukan

SITUASI DAN KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN HIV-AIDS DI SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SITUASI DAN KEBIJAKAN PROGRAM PENGENDALIAN HIV-AIDS DI SUMATERA BARAT"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

SITUASI DAN

KEBIJAKAN PROGRAM

PENGENDALIAN

HIV-AIDS DI SUMATERA

BARAT

(2)

SITUASI

HIV-AIDS DI

INDONESIA &

SUMATERA

(3)

Gambaran Estimasi ODHA di Indonesia

Menurut Propinsi – Tahun 2012

3

(4)

Kasus HIV dan AIDS yang

Dilaporkan per Tahun sd

(5)

10 Provinsi dengan jumlah

HIV dan AIDS terbanyak sd

(6)

Sepuluh Provinsi dengan AIDS

Case Rate

Tertinggi sampai

(7)

Persentase Infeksi HIV yang Dilaporkan

Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2008- 2013

(8)

Persentase Infeksi HIV yang Dilaporkan

Menurut Kelompok Umur

(9)

Persentase Infeksi HIV yang Dilaporkan

Menurut Faktor Risiko

(10)

Case Fatality Rate

AIDS yang

(11)

Laporan Perawatan HIV dan

Pengobatan ARV s.d Juni

2013

3.17 %

Masuk Perawatan HIV = 127.012

Memenuhi syarat untuk ARV = 87137

Substitu si = 8.865 Stop = 2.090 LFU = 10.285 Masih menerima ARV = 34.961 Tidak memenuhi syarat utk ARV = 39.875

Pernah

menerima ARV = 65.331

Mening gal = 13.025

Original 1st Line

= 24.982 Switch = 1.110 Rujuk keluar = 4.931 Belum menerima ARV = 21.806

15.74 % 25.02 % 74.98 % 31.39 % 68.61 % 53.51 % 19.94 % 7.55

% 3.20%

25.36 % 71.46 % Unknown = 39 0.06 % Unkno wn = 4

0.01 %

•LFU : Lost Follow Up

•Rujuk Keluar : Pindah ke layanan lain •Original 1st Line : Menggunakan Regimen Lini

Pertama

•Substitusi : salah satu ARV nya diganti dengan obat ARV lain tapi masih pada kelompok lini pertama yang original •Switch : 1 atau 2 jenis ARV nya diganti

dengan obat ARV lini kedua

(12)

Kasus HIV dan AIDS

(13)

10 Provinsi dengan jumlah

HIV dan AIDS terbanyak sd

(14)

KUMULATIF KASUS AIDS

SUMBAR 2002- Juni 2013

No Kabupaten / Kota HIV AIDS MENINGGAL 1 Kabupaten Padang Pariaman 4 37 7

2 Kabupaten Tanah Datar 0 28 4 3 Kabupaten Pesisir Selatan 1 28 3

4 Kabupaten Agam 1 65 7

5 Kabupaten 50 Kota 0 17 2

6 Kabupaten Pasaman 0 8 1

7 Kabupaten Pasaman Barat 1 12 3 8 Kabupaten Sijunjung 1 3 1 9 Kabupaten Dharmasraya 1 10 1

10 Kabupaten Solok 0 6 0

11 Kabupaten Solok Selatan 0 6 0 12 Kabupaten Mentawai 0 5 1

13 Kota Padang 39 339 60

14 Kota Bukittinggi 7 144 15

15 Kota Payakumbuh 0 26 1

16 Kota Padang Panjang 0 7 1

17 Kota Solok 2 20 4

18 Kota Sawahlunto 0 11 4

19 Kota Pariaman 4 20 5

20 Tidak diketahui 84 13 2

21 Riau 3 16 2

22 DKI 2 10 3

23 Kerinci Jambi 2 8 1

24 Padang Sidempuan 0 1 0

25 Bengkulu 0 1 0

26 Medan 0 1 0

27 Lain-lain 0 1 0

(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

MENURUT JUMLAH KASUS

0 50 100 150 200 250 300 350 400 Pada ng Buki ttin ggi Lain

-lain Agam

Pada ng P

aria man

Pesi sir S

elat an

Tana h Da

tar

Paya kum

buh

Paria

man Solok 50 K

ota Pasa man Bar at Dhar mas raya Sawa hlun to Pasa man Pada ng P

anja ng Kab. Sol ok Solo k Se

lata n Men tawa i Siju njun g

(20)

MENURUT CASE RATE

0 20 40 60 80 100 120

119.75

35.79 26.94

21.0618.01

12.7612.3111.98

(21)

KEBIJAKAN

PENGENDALIAN

HIV-AIDS DAN

(22)

Tujuan Pengendalian HIV-AIDS

dan IMS

GETTING THREE ZEROES

• Menurunkan jumlah kasus baru HIV

• Menurunkan angka kematian

• Menurunkan stigma dan diskriminasi

(23)

Kebijakan Pengendalian

HIV-AIDS & IMS Tahun 2010-2014

1.

Meningkatkan

advokasi, sosialisasi, dan pengembangan kapasitas

.

2.

Meningkatkan

kemampuan manajemen dan profesionalisme

dalam

pengendalian HIV-AIDS dan IMS.

3.

Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas

pengendalian HIV-AIDS dan IMS.

4.

Meningkatkan jangkauan pelayanan

pada kelompok masyarakat berisiko

tinggi, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan serta

bermasalah kesehatan

5.

Mengutamakan

program berbasis masyarakat

.

6.

Meningkatkan

jejaring kerja, kemitraan dan kerja sama

.

7.

Mengupayakan

pemenuhan kebutuhan sumber daya

.

8.

Mengutamakan

promotif dan preventif

.

(24)
(25)

PENDIDIKAN

PENDIDIKAN

PENCEGAHAN

Pencegahan

Melalui Transmisi

Seksual (PMTS)

Pencegahan

dampak Buruk

Napza (PDBN)

Pencegahan

Penularan melalui

Ibu dan Anak

( PPIA)

PENCEGAHAN

Pencegahan

Melalui Transmisi

Seksual (PMTS)

Pencegahan

dampak Buruk

Napza (PDBN)

Pencegahan

Penularan melalui

Ibu dan Anak

( PPIA)

PENGOBATAN

Perluasan tes

Pasien IMS

Penasun

Ibu Hamil

Pasangan

HIV +

Koinfeksi TB

Penderita

Hepatitis

Inisiasi ARV dini

pada populasi

kunci, Ibu hamil

HIV +, koinfeksi

TB, Koinfeksi

Hepatitis B & C

PENGOBATAN

Perluasan tes

Pasien IMS

Penasun

Ibu Hamil

Pasangan

HIV +

Koinfeksi TB

Penderita

Hepatitis

Inisiasi ARV dini

pada populasi

kunci, Ibu hamil

HIV +, koinfeksi

TB, Koinfeksi

Hepatitis B & C

TES

HIV

TES

HIV

LAS

S

LAS

S

L K B

L K B

P

PERKUAT JEJARING

INTERNAL”

“PERKUAT JEJARING

EKSTERNAL”

P

PERKUAT JEJARING

INTERNAL”

“PERKUAT JEJARING

EKSTERNAL”

KPA

KPA

Fasyank

es

Fasyank

es

Komunit

Komunit

as

as

(26)

Kerangka Kerja Layanan

Komprehensif Berkesinambungan

F a s y a n k e s S e k u n d e r

R S K a b / K o t a

F a s y a n k e s T e r s ie r

R S P r o v in s i

M a sy a r a k a t

K e lo m p o k D u k u n g a n

K A D E R

C O M M U N IT Y O R G A N IZ E R

C O M M U N IT Y O R G A N IZ E R

F a s y a n k e s P r im e r

P U S K E S M A S

P B M :

L S M , O r m a s , O r s o s , R e la w a n

P B R :

K e l u a r g a O D H A

KOMISI

(27)

Pengembangan LKB HIV

Unsur Utama

No.

Pilar Utama

Maksud dan Tujuan

Pilar 1: Koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku kepentingan di setiap lini

Mendapatkan dukungan dan keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan

Pilar 2: Layanan terintegrasi dan

terdesentralisasi sesuai kondisi setempat

Tersedianya layanan terintegrasi sesuai dengan kondisi setempat.

Pilar 3: Sistem rujukan dan jejaring kerja Adanya jaminan kesinambungan dan

linkage antara komunitas dan layanan kesehatan.

Pilar 4: Paket layanan HIV komprehensif yang berkesinambungan

Tersedianya layanan berkualitas sesuai kebutuhan individu

Pilar 5: Akses Layanan Terjamin Terjangkaunya layanan baik dari sisi geografis, finansial dan sosial, termasuk bagi kebutuhan populasi kunci

Pilar 6: Keterlibatan ODHA dan Keluarga Meningkatnya kemitraan, dan akseptabilitas layanan, meningkatkan cakupan, dan

(28)

LAYANAN TERKAIT HIV-AIDS DAN

IMS DI SUMBAR

LAYANAN

JUMLAH

Konseling dan Tes HIV

Klinik VCT RSUP M.Jamil, RSAM

Bukittinggi, PKM Payolansek, PKM

Biaro, RSU Solok, RSU Pdg

Pariaman.

Perawatan, Dukungan dan

Pengobatan

RS. M.Jamil, RSAM Bukittinggi, RS

Solok, RS Pariaman, RS Yos

Sudarso

Program Terapi Rumatan Metadon

Klinik PTRM RSUP M.Jamil

Layanan Jarum dan Alat Suntik

Steril

PKM Seberang Padang & Guguk

Panjang

IMS

PKM Seberang Padang & Guguk

Panjang

(29)

DAFTAR LAYANAN LKB HIV

NO KAB/KOTA LAYANAN TERLATIH LKB

1 Kota Padang PKM SEBERANG PADANG

PKM PAUH

PKM BUNGUS

PKM AIR TAWAR

PKM LUBUK BUAYA RSUP M. DJAMIL

2 Kota Bukittinggi PKM GUGUK PANJANG

PKM TIGO BALEH

PKM MANDIANGIN

PKM GULAI BANCAH

(30)

DAFTAR LAYANAN LKB HIV

NO KAB/KOTA LAYANAN TERLATIH LKB

3 KOTA SOLOK

PKM KTK

PKM TANJUNG PAKU

PKM NAN BALIMO

PKM TANAH GARAM

RSU SOLOK 4

KAB AGAM PKM BIARO

PKM LUBUK BASUNG

RSUD LUBUK BASUNG 5

KAB PADANG PARIAMAN PKM ENAM LINGKUNG

(31)

DAFTAR LAYANAN LKB HIV

NO KAB/KOTA LAYANAN TERLATIH LKB

6

KOTA PARIAMAN PKM NARAS

RSU Pariaman 7

KAB SIJUNJUNG PKM Padang Sibusuk 8

KAB TANAH DATAR PKM Tanjung Emas

RSUD KAB TANAH DATAR 9

KAB 50 KOTA PKM DANGUNG2

RSUD KAB 50 KOTA 10

KOTA PAYAKUMBUH PKM PAYOLANSEK

(32)
(33)

UPAYA PENCEGAHAN HIV-AIDS dan

IMS

Pelayanan Kesehatan Remaja

Peningkatan Pengetahuan Komprehensif di usia 14-25

tahun :

1. Apakah dengan saling setia pada pasangan dapat mengurangi

risiko tertular HIV?

2. Bisakah seseorang tertular HIV dengan cara menggunakan

alat makan atau minum    secara dengan seseorang yang

sudah terinfeksi HIV ?

3. Bisakah seseorang tertular virus HIV melalui gigitan

nyamuk/serangga ? 

4. Dapatkah Anda mengetahui seseorang sudah terinfeksi HIV

hanya dengan melihatnya ?

5. Bisakah seseorang mengurangi risiko tertular HIV dengan cara

menggunakan kondom dengan benar setiap kali melakukan

seks?

Pendidikan Kesehatan Reproduksi di institusi

(34)
(35)

UPAYA STRATEGIS TERHADAP

3M

(

MOBILE MAN WITH MONEY

)

Intensifkasi pencegahan melalui intervensi

struktural dengan fokus pada

Lelaki Berisiko

Tinggi/LBT

:

Di Tempat Kerja

: Peran sektor swasta, peran aktif

pimpinan perusahaan dan personalia. Terintegrasi

dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan kerja).

Di Lokasi Transaksi Seks Berisiko (Hotspot)

:

Program Pencegahan Penularan Melalui Transmisi

Seksual (PMTS) berupa komitmen stakeholder lokal

untuk pemberdayaan pekerja seks, promosi

penggunaan kondom dan pemeriksaan IMS. Hal ini

melibatkan

pemberdayaan

komunitas

dan

masyarakat.

Penguatan sistem, perluasan dan mutu

layanan kesehatan yang berkesinambungan

(36)

Pencegahan HIV Melalui

Transmisi Seksual (PMTS)

(37)

Pencegahan HIV Melalui

Transmisi Seksual

(PMTS)

1. Pemakaian kondom konsisten

pada prilaku seksual beresiko

o

Di Lokasi/

hotspot

(di setiap wisma/kamar)

o

Pada seluruh Populasi Kunci (PS, LBT, GWL,

Penasun, Remaja Berisiko

PMTS Paripurna)

melalui:

Penjangkauan melalui Pendidik Sebaya

Fasilitas Layanan Kesehatan

2. Pengobatan IMS komprehensif

o

Sebagai “pintu masuk” bagi Layanan HIV

Komprehensif yang Berkesinambungan (LKB)

o

Rutin Screening Gejala dan Pengobatan bagi

populasi kunci

(38)

Pencegahan HIV Melalui

Transmisi Seksual (PMTS)

3. Mencegah Penularan dari Ibu Ke anak

penggunaan kondom sebagai “dual

protection”

mencegah kehamilan yang tidak

direncanakan pada

ODHA

4. Advokasi, Sosialisai dan KIE

o

Adanya Regulasi sebagai dukungan

lingkungan yang kondusif

o

Sosialisasi dan KIE tentang kondom dan

(39)

Legal dan Advokasi,

Sosialisasi, KIE

Mendorong penerbitan

Perda

yang mendukung pada upaya

pengendalian HIV/AIDS dan IMS

Penyusunan berbagai kebijakan dan pedoman2 teknis

pengendalian HIV-AIDS dan IMS

Merupakan salah satu kriteria dalam

Akreditasi RS

Pembuatan media KIE untuk berbagai kelompok populasi

kunci

Peningkatan pengetahuan Komprehensif pada populasi

umum

Standarisasi kurikulum dan modul program HIV/AIDS dan IMS

Pelatihan TOT terkait HIV/Aids dan IMS untuk 33 Propinsi

Pelatihan Pengurangan Stigma dan Diskriminasi

Pelatihan untuk penyedia pelayanan, KDS, Komunitas dan

(40)

Pengembangan SDM &

Kewaspadaan Standar

Standarisasi kurikulum dan modul program

HIV/AIDS dan IMS

Pelatihan TOT terkait HIV/Aids dan IMS untuk 33

Propinsi

Pelatihan Pengurangan Stigma dan Diskriminasi

Pelatihan untuk penyedia pelayanan, KDS,

Komunitas dan

Stakeholde

r terkait

penyusunan pedoman Kewaspadaan Standar,

berkoordinasi dengan Direktorat BUK Dasar

Semua tindakan medis yang invasif harus

(41)

Jejaring Kerja & Partisipasi

Masyarakat

Melakukan koordinasi bersama

KPAN/KPAP/KPAKab/kota

Melibatkan masyarakat, LSM, kelompok

populasi kunci dalam pelaksanaan program

pengendalian HIV-AIDS dan IMS (mis. dalam

monitoring ARV, LKB)

Melibatkan organisasi profesi dalam

pelaksanaan program pengendalian termasuk

Dokter Praktek swasta

Melibatkan penyedia pelayanan baik

pemerintah, swasta, dan organisasia

(42)

Logistik

Pengalihan sentralisasi pengelolaan ARV menjadi

desentralisasi serta terintegrasi dengan “One Gate

Policy”

Perencanaan kebutuhan obat dan reagen

pemeriksaan terkait HIV-AIDS dan IMS

Menjamin ketersediaan obat ARV bagi odha yang

membutuhkan (100% lini1)

Penyediaan obat IO dan IMS, serta reagen

pemeriksaan HIV dan IMS untuk layanan (sesuai SE

Dirjen PPPL maks hanya 40%)

(43)

Pengamanan Darah Donor

dan Produk Darah Lainnya

Penyusunan pedoman untuk pengamanan

darah donor dan produk darah,

berkoordinasi dengan Direktorat BUK Dasar

dan PMI

Semua darah donor dilakukan skrining HIV

dan siflis

Penyediaan reagen untuk skrining darah

donor oleh Direktorat BUK Dasar

Membuat jejaring dengan PMI/UTD RS agar

(44)

Pengendalian IMS

Skrining awal dan Pengobatan pada Populasi kunci

Skrining berkala dan pengobatan dengan tanda IMS

Tatalaksana IMS sesuai dengan pedoman nasional

pendekatan sindrom atau dengan pemeriksaan

laboratorium sederhana

Pengobatan IMS sekaligus satu paket dengan

Distribusi kondom kepada pasien yang berisiko,

melalui klinik IMS, layanan PPIA, layanan TB-HIV,

layanan KT, layanan PDP

Penawaran tes HIV bagi semua pasien IMS dan

couple konseling

(45)

Pengurangan Dampak Buruk Akibat

Napza

Berdasarkan 9 kebijakan

1.Penyediaan LASS melalui fasyankes dengan 3

strategi : Menetap, satelit dan bergerak

2.Terapi ketergantungan Napza, baik melalui terapi

substitusi opiate (PTRM dan lainnya) dan terapi

Napza lainnya

3.Akses Tes HIV dan konseling

4.Akses Terapi ARV

5.Pencegahan dan terapi IMS

6.Pemberian kondom bagi penasun dan pasangan

seksnya

7.KIE terarah bagi penasun dan pasangan seksnya

8.Diagnosis dan terapi OI

(46)

Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke

Anak

4 PRONG :

Pencegahan penularan HIV pada wanita usia subur melalui

kesehatan reproduksi

Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan

HIV positif

Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang

dikandungnya

Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu

HIV positif beserta bayi dan keluarganya

Ibu hamil ditawarkan untuk tes IMS dan HIV pada saat K1

pada :

Epidemi meluas dan terkonsentrasi : semua bumil

Epidemi rendah : bumil dengan risiko (IMS&/TB)

Dilakukan

couple conseling

dan tes IMS dan tes HIV pada

pasangannya

Konseling untuk keputusan persalinan aman dan pemberian

(47)

Konseling Dan Tes HIV

(KTH)

Dengan 2 pendekatan: KTS (Konseling dan

Tes Sukarela) dan TIPK (Tes atas Inisiatif

petugas Kesehatan dan Konseling) dengan

mengikuti prinsip 3C (counseling,

confdential dan informed consent) 2R

Akses tes HIV sukarela

Pasien yang dicurigai terinfeksi HIV

ditawarkan untuk tes IMS dan HIV

Tes dengan reagen rapid HIV,

(48)

Pengobatan, Dukungan dan

Perawatan

Tatalaksana ART mengikuti buku pedoman nasional

Inisiasi ARV di RS Rujukan ARV, follow up bisa

dilakukan di RS/Puskesmas satelit

Peresepan ARV yang terstandarisasi

Setiap 6 bulan sekali dilakukan monitoring

pengobatan (jumlah CD4, VL, tes fungsi hati dan

ginjal, foto thorax)

Penguatan layanan PDP pada tingkat Puskemas

Pengembangan Jejaring Layanan (Internal dan

(49)

PENGOBATAN IMS &

HIV-AIDS

IMS dapat diobati dengan tuntas (kecuali virus)

HIV-AIDS sudah ada obatnya, sekalipun tidak

menyembuhkan

Obat HIV : ARV (Anti retroviral) disediakan pemerintah

AZT (zidovudin)

TDF (tenofovir)

3TC (lamivudin)

EFZ (Evafrenz)

NVP (Nevirapin)

Syarat :

patuh 100%

Seumur hidup diminum

Beritahu orang terdekat, PMO orang terdekat

Selalu pakai kondom

(50)

UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN

TES HIV

(Permenkes no 21 Tahun 2013)

Penguatan program TIPK

Penawaran tes HIV kepada:

Pasien IMS

Pasien TB

Ibu hamil (sesuai prevalensi HIV di

daerah)

Pasangan odha

(51)

UPAYA PENINGKATAN TERAPI

ARV

(Permenkes no 21 Tahun 2013)

Inisiasi ARV tanpa melihat jumlah CD4

pada:

Ibu hamil

Pasien ko-infeksi TB

Pasien ko-infeksi hepatitis

Odha sero-discordant

Populasi kunci

Penyediaan

triple fxed dose combination

(52)
(53)
(54)

RUANG LINGKUP

PERMENKES 21/2013

Pasal 2

Meliputi penanggulangan HIV dan AIDS

secara

komprehensif dan

berkesinambungan

yang terdiri atas

promosi kesehatan, pencegahan,

diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi

terhadap individu, keluarga, dan

(55)

TUJUAN

PERMENKES 21/2013

Pasal 3

Menurunkan hingga meniadakan infeksi HIV baru

Menurunkan hingga meniadakan kematian yang

disebabkan oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS

Meniadakan diskriminasi terhadap ODHA

Meningkatkan kualitas hidup ODHA

(56)

KEGIATAN PENANGGULANGAN

PERMENKES 21/2013

Pasal 9 Ayat 1

a.

Promosi Kesehatan

b.

Pencegahan Penularan HIV

c.

Pemeriksaan Diagnosis HIV

d.

Pengobatan, perawatan, dan dukungan; dan

(57)

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS HIV

PERMENKES 21/2013

Pasal 21

Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan

berdasarkan prinsip konfidensialitas,

persetujuan, konseling, pencatatan,

pelaporan, dan rujukan

(58)

Prinsip konfidensial berarti hasil

pemeriksaan harus dirahasiakan dan

hanya dapat dibuka kepada :

yang bersangkutan;

tenaga kesehatan yang menangani;

keluarga terdekat dalam hal yang

bersangkutan tidak cakap;

pasangan seksual; dan

pihak lain sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(59)

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS HIV

PERMENKES 21/2013

Pasal 22

Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan melalui

KTS atau TIPK

Pemeriksaan diagnosis HIV harus dilakukan

dengan persetujuan pasien

Pengecualian dalam hal:

Penugasan tertentu dalam kedinasan tentara/polisi

Keadaan gawat darurat medis untuk tujuan

pengobatan pasien yang secara klinis telah

menunjukkan gejala yang mengarah kepada AIDS

Permintaan pihak yang berwenang sesuai

(60)

TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (1)

TIPK harus dianjurkan sebagai bagian dari

standar pelayanan bagi:

Setiap orang dewasa, remaja, dan

anak-

anak yang datang ke fasilitas

pelayanan

kesehatan dengan tanda,

gejala, atau

kondisi medis yang

mengindikasikan atau

patut diduga telah

terjadi infeksi HIV terutama pasien dengan

riwayat penyakit

tuberculosis

dan IMS

(61)

TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (2)

Pada wilayah

epidemi meluas

, TIPK

harus

dianjurkan

pada semua orang yang

berkunjung ke fasilitas pelayanan

kesehatan sebagai bagian dari standar

pelayanan.

(62)

TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (3)

Pada wilayah

epidemi terkonsentrasi dan

meluas

, TIPK

dilakukan

pada semua orang

dewasa, remaja dan anak yang

memperlihatkan tanda dan gejala yang

mengindikasikan infeksi HIV, termasuk

tuberkulosis

, serta anak dengan riwayat

terpapar HIV pada masa perinatal, pada

pemerkosaan dan kekerasan seksual lain.

(63)

TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (4)

TIPK sebagaimana dimaksud pada ayat (7) terutama

diselenggarakan pada:

a.pelayanan IMS;

b.pelayanan kesehatan bagi populasi kunci/orang

yang berperilaku risiko tinggi;

c.fasilitas pelayanan yang

menyelenggarakan

pelayanan pemeriksaan

ibu hamil,

persalinan dan nifas; dan

d.pelayanan tuberkulosis.

(64)

TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (5)

Pengobatan ARV harus diindikasikan

bagi:

a.penderita HIV yang telah menunjukkan

stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah sel

Limfosit T CD4 kurang dari atau sama

dengan 350 sel/mm3;

b.ibu hamil dengan HIV; dan

(65)

TANTANGAN PROGRAM

Stigma dan diskriminasi

Rendahnya pengetahuan tentang HIV-AIDS dan

IMS

Tingginya praktek berisiko tertular HIV

Adanya

miss opportunity

kebutuhan

masyarakat

Terbatasnya akses dan utilisasi terhadap

layanan

Logistik dan SDM yang memadai

Kerjasama lintas sektor/program belum optimal

(66)

RENCANA TINDAK LANJUT

Melakukan upaya penurunan stigma dan

diskriminasi

Melakukan upaya peningkatan pengetahuan

Melakukan upaya penurunan praktek berisiko

Peningkatan

akses,

penurunan

miss

opportunity

kebutuhan

masyarakat

peningkatan cakupan tes HIV dan terapi ARV

Penguatan HSS & CSS melalui LKB

(67)

0

Jika Membutuhkan Anda Informasi Lebih Lanjut Tentang HIV/AIDS

Hubungi Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat

0

Contact Persons :

0

DR. dr. Irene, MKM (0811661880)

0

dr. Lusi Arda (081371744783)

Referensi

Dokumen terkait

Pada suatu jaringan yang dibangun dengan protokol TCP/IP (misal : Internet), untuk setiap station dialokasikan suatu pengenal unik berupa alamat sebesar 4 byte, yang disebut sebagai

Yang paling utama adalah pemakaian informasi secara bersama-sama dan juga pemakaian peralatan berupa disk, printer secara bersamasama pula. Keuntungan tambahan muncul setelah

Senin/ 30 Januar i s.d. Pemasukan Dokumen Penawar an Jumat/ 3 Febr uari s.d. Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan dapat diw akilkan dengan membaw a sur at

Penelitian ini akan lebih terpusat pada pengujian kinerja tethering WiFi pada perangkat Smartphone Android dan jumlah maksimal komputer yang dapat mengakses fitur

Tennis elbow dapat menimbulkan beberapa masalah gangguan gerak dan fungsi yang melibatkan beberapa struktur jaringan spesifik seperti kerobekan microscopic yang

Ini terlihat masih banyaknya kekurangan dalam pengembangan Heritage Tourism Kawasan Kota Lama, pengembangan aktivitas pariwisata yang mampu menciptakan mata rantai nilai tambah

Pelatihan Kerajinan Mozaic Kaca pada anak Yatim di Yayasan Permata Hati,Nyuh Kuning, Ubud.. Pelatihan Cetak Sablon Pada Yayasan Bunga di Bali

Oleh sebab itu, intensi pembelian produk fashion khsususnya luxury handbag baik itu original maupun tiruan di antara konsumen muda menjadi suatu hal yang sangat