SITUASI DAN
KEBIJAKAN PROGRAM
PENGENDALIAN
HIV-AIDS DI SUMATERA
BARAT
SITUASI
HIV-AIDS DI
INDONESIA &
SUMATERA
Gambaran Estimasi ODHA di Indonesia
Menurut Propinsi – Tahun 2012
3
Kasus HIV dan AIDS yang
Dilaporkan per Tahun sd
10 Provinsi dengan jumlah
HIV dan AIDS terbanyak sd
Sepuluh Provinsi dengan AIDS
Case Rate
Tertinggi sampai
Persentase Infeksi HIV yang Dilaporkan
Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2008- 2013
Persentase Infeksi HIV yang Dilaporkan
Menurut Kelompok Umur
Persentase Infeksi HIV yang Dilaporkan
Menurut Faktor Risiko
Case Fatality Rate
AIDS yang
Laporan Perawatan HIV dan
Pengobatan ARV s.d Juni
2013
3.17 %
Masuk Perawatan HIV = 127.012
Memenuhi syarat untuk ARV = 87137
Substitu si = 8.865 Stop = 2.090 LFU = 10.285 Masih menerima ARV = 34.961 Tidak memenuhi syarat utk ARV = 39.875
Pernah
menerima ARV = 65.331
Mening gal = 13.025
Original 1st Line
= 24.982 Switch = 1.110 Rujuk keluar = 4.931 Belum menerima ARV = 21.806
15.74 % 25.02 % 74.98 % 31.39 % 68.61 % 53.51 % 19.94 % 7.55
% 3.20%
25.36 % 71.46 % Unknown = 39 0.06 % Unkno wn = 4
0.01 %
•LFU : Lost Follow Up
•Rujuk Keluar : Pindah ke layanan lain •Original 1st Line : Menggunakan Regimen Lini
Pertama
•Substitusi : salah satu ARV nya diganti dengan obat ARV lain tapi masih pada kelompok lini pertama yang original •Switch : 1 atau 2 jenis ARV nya diganti
dengan obat ARV lini kedua
Kasus HIV dan AIDS
10 Provinsi dengan jumlah
HIV dan AIDS terbanyak sd
KUMULATIF KASUS AIDS
SUMBAR 2002- Juni 2013
No Kabupaten / Kota HIV AIDS MENINGGAL 1 Kabupaten Padang Pariaman 4 37 7
2 Kabupaten Tanah Datar 0 28 4 3 Kabupaten Pesisir Selatan 1 28 3
4 Kabupaten Agam 1 65 7
5 Kabupaten 50 Kota 0 17 2
6 Kabupaten Pasaman 0 8 1
7 Kabupaten Pasaman Barat 1 12 3 8 Kabupaten Sijunjung 1 3 1 9 Kabupaten Dharmasraya 1 10 1
10 Kabupaten Solok 0 6 0
11 Kabupaten Solok Selatan 0 6 0 12 Kabupaten Mentawai 0 5 1
13 Kota Padang 39 339 60
14 Kota Bukittinggi 7 144 15
15 Kota Payakumbuh 0 26 1
16 Kota Padang Panjang 0 7 1
17 Kota Solok 2 20 4
18 Kota Sawahlunto 0 11 4
19 Kota Pariaman 4 20 5
20 Tidak diketahui 84 13 2
21 Riau 3 16 2
22 DKI 2 10 3
23 Kerinci Jambi 2 8 1
24 Padang Sidempuan 0 1 0
25 Bengkulu 0 1 0
26 Medan 0 1 0
27 Lain-lain 0 1 0
MENURUT JUMLAH KASUS
0 50 100 150 200 250 300 350 400 Pada ng Buki ttin ggi Lain-lain Agam
Pada ng P
aria man
Pesi sir S
elat an
Tana h Da
tar
Paya kum
buh
Paria
man Solok 50 K
ota Pasa man Bar at Dhar mas raya Sawa hlun to Pasa man Pada ng P
anja ng Kab. Sol ok Solo k Se
lata n Men tawa i Siju njun g
MENURUT CASE RATE
0 20 40 60 80 100 120
119.75
35.79 26.94
21.0618.01
12.7612.3111.98
KEBIJAKAN
PENGENDALIAN
HIV-AIDS DAN
Tujuan Pengendalian HIV-AIDS
dan IMS
GETTING THREE ZEROES
• Menurunkan jumlah kasus baru HIV
• Menurunkan angka kematian
• Menurunkan stigma dan diskriminasi
Kebijakan Pengendalian
HIV-AIDS & IMS Tahun 2010-2014
1.
Meningkatkan
advokasi, sosialisasi, dan pengembangan kapasitas
.
2.
Meningkatkan
kemampuan manajemen dan profesionalisme
dalam
pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
3.
Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas
pengendalian HIV-AIDS dan IMS.
4.
Meningkatkan jangkauan pelayanan
pada kelompok masyarakat berisiko
tinggi, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan serta
bermasalah kesehatan
5.
Mengutamakan
program berbasis masyarakat
.
6.
Meningkatkan
jejaring kerja, kemitraan dan kerja sama
.
7.
Mengupayakan
pemenuhan kebutuhan sumber daya
.
8.
Mengutamakan
promotif dan preventif
.
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
PENCEGAHAN
•
Pencegahan
Melalui Transmisi
Seksual (PMTS)
•
Pencegahan
dampak Buruk
Napza (PDBN)
•
Pencegahan
Penularan melalui
Ibu dan Anak
( PPIA)
PENCEGAHAN
•
Pencegahan
Melalui Transmisi
Seksual (PMTS)
•
Pencegahan
dampak Buruk
Napza (PDBN)
•
Pencegahan
Penularan melalui
Ibu dan Anak
( PPIA)
PENGOBATAN
•
Perluasan tes
•
Pasien IMS
•
Penasun
•
Ibu Hamil
•
Pasangan
HIV +
•
Koinfeksi TB
•
Penderita
Hepatitis
•
Inisiasi ARV dini
pada populasi
kunci, Ibu hamil
HIV +, koinfeksi
TB, Koinfeksi
Hepatitis B & C
PENGOBATAN
•
Perluasan tes
•
Pasien IMS
•
Penasun
•
Ibu Hamil
•
Pasangan
HIV +
•
Koinfeksi TB
•
Penderita
Hepatitis
•
Inisiasi ARV dini
pada populasi
kunci, Ibu hamil
HIV +, koinfeksi
TB, Koinfeksi
Hepatitis B & C
TES
HIV
TES
HIV
LAS
S
LAS
S
L K B
L K B
P
“
PERKUAT JEJARING
INTERNAL”
“PERKUAT JEJARING
EKSTERNAL”
P
“
PERKUAT JEJARING
INTERNAL”
“PERKUAT JEJARING
EKSTERNAL”
KPA
KPA
Fasyank
es
Fasyank
es
Komunit
Komunit
as
as
Kerangka Kerja Layanan
Komprehensif Berkesinambungan
F a s y a n k e s S e k u n d e r
R S K a b / K o t a
F a s y a n k e s T e r s ie r
R S P r o v in s i
M a sy a r a k a t
K e lo m p o k D u k u n g a n
K A D E R
C O M M U N IT Y O R G A N IZ E R
C O M M U N IT Y O R G A N IZ E R
F a s y a n k e s P r im e r
P U S K E S M A S
P B M :
L S M , O r m a s , O r s o s , R e la w a n
P B R :
K e l u a r g a O D H A
KOMISI
Pengembangan LKB HIV
Unsur Utama
No.
Pilar Utama
Maksud dan Tujuan
Pilar 1: Koordinasi dan kemitraan dengan semua pemangku kepentingan di setiap lini
Mendapatkan dukungan dan keterlibatan aktif semua pemangku kepentingan
Pilar 2: Layanan terintegrasi dan
terdesentralisasi sesuai kondisi setempat
Tersedianya layanan terintegrasi sesuai dengan kondisi setempat.
Pilar 3: Sistem rujukan dan jejaring kerja Adanya jaminan kesinambungan dan
linkage antara komunitas dan layanan kesehatan.
Pilar 4: Paket layanan HIV komprehensif yang berkesinambungan
Tersedianya layanan berkualitas sesuai kebutuhan individu
Pilar 5: Akses Layanan Terjamin Terjangkaunya layanan baik dari sisi geografis, finansial dan sosial, termasuk bagi kebutuhan populasi kunci
Pilar 6: Keterlibatan ODHA dan Keluarga Meningkatnya kemitraan, dan akseptabilitas layanan, meningkatkan cakupan, dan
LAYANAN TERKAIT HIV-AIDS DAN
IMS DI SUMBAR
LAYANAN
JUMLAH
Konseling dan Tes HIV
Klinik VCT RSUP M.Jamil, RSAM
Bukittinggi, PKM Payolansek, PKM
Biaro, RSU Solok, RSU Pdg
Pariaman.
Perawatan, Dukungan dan
Pengobatan
RS. M.Jamil, RSAM Bukittinggi, RS
Solok, RS Pariaman, RS Yos
Sudarso
Program Terapi Rumatan Metadon
Klinik PTRM RSUP M.Jamil
Layanan Jarum dan Alat Suntik
Steril
PKM Seberang Padang & Guguk
Panjang
IMS
PKM Seberang Padang & Guguk
Panjang
DAFTAR LAYANAN LKB HIV
NO KAB/KOTA LAYANAN TERLATIH LKB
1 Kota Padang PKM SEBERANG PADANG
PKM PAUH
PKM BUNGUS
PKM AIR TAWAR
PKM LUBUK BUAYA RSUP M. DJAMIL
2 Kota Bukittinggi PKM GUGUK PANJANG
PKM TIGO BALEH
PKM MANDIANGIN
PKM GULAI BANCAH
DAFTAR LAYANAN LKB HIV
NO KAB/KOTA LAYANAN TERLATIH LKB
3 KOTA SOLOK
PKM KTK
PKM TANJUNG PAKU
PKM NAN BALIMO
PKM TANAH GARAM
RSU SOLOK 4
KAB AGAM PKM BIARO
PKM LUBUK BASUNG
RSUD LUBUK BASUNG 5
KAB PADANG PARIAMAN PKM ENAM LINGKUNG
DAFTAR LAYANAN LKB HIV
NO KAB/KOTA LAYANAN TERLATIH LKB
6
KOTA PARIAMAN PKM NARAS
RSU Pariaman 7
KAB SIJUNJUNG PKM Padang Sibusuk 8
KAB TANAH DATAR PKM Tanjung Emas
RSUD KAB TANAH DATAR 9
KAB 50 KOTA PKM DANGUNG2
RSUD KAB 50 KOTA 10
KOTA PAYAKUMBUH PKM PAYOLANSEK
UPAYA PENCEGAHAN HIV-AIDS dan
IMS
•
Pelayanan Kesehatan Remaja
•
Peningkatan Pengetahuan Komprehensif di usia 14-25
tahun :
1. Apakah dengan saling setia pada pasangan dapat mengurangi
risiko tertular HIV?
2. Bisakah seseorang tertular HIV dengan cara menggunakan
alat makan atau minum secara dengan seseorang yang
sudah terinfeksi HIV ?
3. Bisakah seseorang tertular virus HIV melalui gigitan
nyamuk/serangga ?
4. Dapatkah Anda mengetahui seseorang sudah terinfeksi HIV
hanya dengan melihatnya ?
5. Bisakah seseorang mengurangi risiko tertular HIV dengan cara
menggunakan kondom dengan benar setiap kali melakukan
seks?
•
Pendidikan Kesehatan Reproduksi di institusi
UPAYA STRATEGIS TERHADAP
3M
(
MOBILE MAN WITH MONEY
)
Intensifkasi pencegahan melalui intervensi
struktural dengan fokus pada
Lelaki Berisiko
Tinggi/LBT
:
Di Tempat Kerja
: Peran sektor swasta, peran aktif
pimpinan perusahaan dan personalia. Terintegrasi
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan kerja).
Di Lokasi Transaksi Seks Berisiko (Hotspot)
:
Program Pencegahan Penularan Melalui Transmisi
Seksual (PMTS) berupa komitmen stakeholder lokal
untuk pemberdayaan pekerja seks, promosi
penggunaan kondom dan pemeriksaan IMS. Hal ini
melibatkan
pemberdayaan
komunitas
dan
masyarakat.
Penguatan sistem, perluasan dan mutu
layanan kesehatan yang berkesinambungan
Pencegahan HIV Melalui
Transmisi Seksual (PMTS)
Pencegahan HIV Melalui
Transmisi Seksual
(PMTS)
1. Pemakaian kondom konsisten
pada prilaku seksual beresiko
o
Di Lokasi/
hotspot
(di setiap wisma/kamar)
o
Pada seluruh Populasi Kunci (PS, LBT, GWL,
Penasun, Remaja Berisiko
PMTS Paripurna)
melalui:
•
Penjangkauan melalui Pendidik Sebaya
•
Fasilitas Layanan Kesehatan
2. Pengobatan IMS komprehensif
o
Sebagai “pintu masuk” bagi Layanan HIV
Komprehensif yang Berkesinambungan (LKB)
o
Rutin Screening Gejala dan Pengobatan bagi
populasi kunci
Pencegahan HIV Melalui
Transmisi Seksual (PMTS)
3. Mencegah Penularan dari Ibu Ke anak
penggunaan kondom sebagai “dual
protection”
mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan pada
ODHA
4. Advokasi, Sosialisai dan KIE
o
Adanya Regulasi sebagai dukungan
lingkungan yang kondusif
o
Sosialisasi dan KIE tentang kondom dan
Legal dan Advokasi,
Sosialisasi, KIE
•
Mendorong penerbitan
Perda
yang mendukung pada upaya
pengendalian HIV/AIDS dan IMS
•
Penyusunan berbagai kebijakan dan pedoman2 teknis
pengendalian HIV-AIDS dan IMS
•
Merupakan salah satu kriteria dalam
Akreditasi RS
•
Pembuatan media KIE untuk berbagai kelompok populasi
kunci
•
Peningkatan pengetahuan Komprehensif pada populasi
umum
•
Standarisasi kurikulum dan modul program HIV/AIDS dan IMS
•
Pelatihan TOT terkait HIV/Aids dan IMS untuk 33 Propinsi
•
Pelatihan Pengurangan Stigma dan Diskriminasi
•
Pelatihan untuk penyedia pelayanan, KDS, Komunitas dan
Pengembangan SDM &
Kewaspadaan Standar
•
Standarisasi kurikulum dan modul program
HIV/AIDS dan IMS
•
Pelatihan TOT terkait HIV/Aids dan IMS untuk 33
Propinsi
•
Pelatihan Pengurangan Stigma dan Diskriminasi
•
Pelatihan untuk penyedia pelayanan, KDS,
Komunitas dan
Stakeholde
r terkait
•
penyusunan pedoman Kewaspadaan Standar,
berkoordinasi dengan Direktorat BUK Dasar
•
Semua tindakan medis yang invasif harus
Jejaring Kerja & Partisipasi
Masyarakat
•
Melakukan koordinasi bersama
KPAN/KPAP/KPAKab/kota
•
Melibatkan masyarakat, LSM, kelompok
populasi kunci dalam pelaksanaan program
pengendalian HIV-AIDS dan IMS (mis. dalam
monitoring ARV, LKB)
•
Melibatkan organisasi profesi dalam
pelaksanaan program pengendalian termasuk
Dokter Praktek swasta
•
Melibatkan penyedia pelayanan baik
pemerintah, swasta, dan organisasia
Logistik
•
Pengalihan sentralisasi pengelolaan ARV menjadi
desentralisasi serta terintegrasi dengan “One Gate
Policy”
•
Perencanaan kebutuhan obat dan reagen
pemeriksaan terkait HIV-AIDS dan IMS
•
Menjamin ketersediaan obat ARV bagi odha yang
membutuhkan (100% lini1)
•
Penyediaan obat IO dan IMS, serta reagen
pemeriksaan HIV dan IMS untuk layanan (sesuai SE
Dirjen PPPL maks hanya 40%)
Pengamanan Darah Donor
dan Produk Darah Lainnya
•
Penyusunan pedoman untuk pengamanan
darah donor dan produk darah,
berkoordinasi dengan Direktorat BUK Dasar
dan PMI
•
Semua darah donor dilakukan skrining HIV
dan siflis
•
Penyediaan reagen untuk skrining darah
donor oleh Direktorat BUK Dasar
•
Membuat jejaring dengan PMI/UTD RS agar
Pengendalian IMS
•
Skrining awal dan Pengobatan pada Populasi kunci
•
Skrining berkala dan pengobatan dengan tanda IMS
•
Tatalaksana IMS sesuai dengan pedoman nasional
pendekatan sindrom atau dengan pemeriksaan
laboratorium sederhana
•
Pengobatan IMS sekaligus satu paket dengan
Distribusi kondom kepada pasien yang berisiko,
melalui klinik IMS, layanan PPIA, layanan TB-HIV,
layanan KT, layanan PDP
•
Penawaran tes HIV bagi semua pasien IMS dan
couple konseling
Pengurangan Dampak Buruk Akibat
Napza
Berdasarkan 9 kebijakan
1.Penyediaan LASS melalui fasyankes dengan 3
strategi : Menetap, satelit dan bergerak
2.Terapi ketergantungan Napza, baik melalui terapi
substitusi opiate (PTRM dan lainnya) dan terapi
Napza lainnya
3.Akses Tes HIV dan konseling
4.Akses Terapi ARV
5.Pencegahan dan terapi IMS
6.Pemberian kondom bagi penasun dan pasangan
seksnya
7.KIE terarah bagi penasun dan pasangan seksnya
8.Diagnosis dan terapi OI
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke
Anak
•
4 PRONG :
–
Pencegahan penularan HIV pada wanita usia subur melalui
kesehatan reproduksi
–
Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan
HIV positif
–
Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang
dikandungnya
–
Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu
HIV positif beserta bayi dan keluarganya
•
Ibu hamil ditawarkan untuk tes IMS dan HIV pada saat K1
pada :
–
Epidemi meluas dan terkonsentrasi : semua bumil
–
Epidemi rendah : bumil dengan risiko (IMS&/TB)
•
Dilakukan
couple conseling
dan tes IMS dan tes HIV pada
pasangannya
•
Konseling untuk keputusan persalinan aman dan pemberian
Konseling Dan Tes HIV
(KTH)
•
Dengan 2 pendekatan: KTS (Konseling dan
Tes Sukarela) dan TIPK (Tes atas Inisiatif
petugas Kesehatan dan Konseling) dengan
mengikuti prinsip 3C (counseling,
confdential dan informed consent) 2R
•
Akses tes HIV sukarela
•
Pasien yang dicurigai terinfeksi HIV
ditawarkan untuk tes IMS dan HIV
•
Tes dengan reagen rapid HIV,
Pengobatan, Dukungan dan
Perawatan
•
Tatalaksana ART mengikuti buku pedoman nasional
•
Inisiasi ARV di RS Rujukan ARV, follow up bisa
dilakukan di RS/Puskesmas satelit
•
Peresepan ARV yang terstandarisasi
•
Setiap 6 bulan sekali dilakukan monitoring
pengobatan (jumlah CD4, VL, tes fungsi hati dan
ginjal, foto thorax)
•
Penguatan layanan PDP pada tingkat Puskemas
•
Pengembangan Jejaring Layanan (Internal dan
PENGOBATAN IMS &
HIV-AIDS
•
IMS dapat diobati dengan tuntas (kecuali virus)
•
HIV-AIDS sudah ada obatnya, sekalipun tidak
menyembuhkan
•
Obat HIV : ARV (Anti retroviral) disediakan pemerintah
–
AZT (zidovudin)
–
TDF (tenofovir)
–
3TC (lamivudin)
–
EFZ (Evafrenz)
–
NVP (Nevirapin)
•
Syarat :
–
patuh 100%
–
Seumur hidup diminum
–
Beritahu orang terdekat, PMO orang terdekat
–
Selalu pakai kondom
UPAYA PENINGKATAN CAKUPAN
TES HIV
(Permenkes no 21 Tahun 2013)
Penguatan program TIPK
Penawaran tes HIV kepada:
Pasien IMS
Pasien TB
Ibu hamil (sesuai prevalensi HIV di
daerah)
Pasangan odha
UPAYA PENINGKATAN TERAPI
ARV
(Permenkes no 21 Tahun 2013)
Inisiasi ARV tanpa melihat jumlah CD4
pada:
Ibu hamil
Pasien ko-infeksi TB
Pasien ko-infeksi hepatitis
Odha sero-discordant
Populasi kunci
Penyediaan
triple fxed dose combination
RUANG LINGKUP
PERMENKES 21/2013
Pasal 2
Meliputi penanggulangan HIV dan AIDS
secara
komprehensif dan
berkesinambungan
yang terdiri atas
promosi kesehatan, pencegahan,
diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi
terhadap individu, keluarga, dan
TUJUAN
PERMENKES 21/2013
Pasal 3
Menurunkan hingga meniadakan infeksi HIV baru
Menurunkan hingga meniadakan kematian yang
disebabkan oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS
Meniadakan diskriminasi terhadap ODHA
Meningkatkan kualitas hidup ODHA
KEGIATAN PENANGGULANGAN
PERMENKES 21/2013
Pasal 9 Ayat 1
a.
Promosi Kesehatan
b.
Pencegahan Penularan HIV
c.
Pemeriksaan Diagnosis HIV
d.
Pengobatan, perawatan, dan dukungan; dan
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS HIV
PERMENKES 21/2013
Pasal 21
Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan
berdasarkan prinsip konfidensialitas,
persetujuan, konseling, pencatatan,
pelaporan, dan rujukan
•
Prinsip konfidensial berarti hasil
pemeriksaan harus dirahasiakan dan
hanya dapat dibuka kepada :
–
yang bersangkutan;
–
tenaga kesehatan yang menangani;
–
keluarga terdekat dalam hal yang
bersangkutan tidak cakap;
–
pasangan seksual; dan
–
pihak lain sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS HIV
PERMENKES 21/2013
Pasal 22
Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan melalui
KTS atau TIPK
Pemeriksaan diagnosis HIV harus dilakukan
dengan persetujuan pasien
Pengecualian dalam hal:
Penugasan tertentu dalam kedinasan tentara/polisi
Keadaan gawat darurat medis untuk tujuan
pengobatan pasien yang secara klinis telah
menunjukkan gejala yang mengarah kepada AIDS
Permintaan pihak yang berwenang sesuai
TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (1)
TIPK harus dianjurkan sebagai bagian dari
standar pelayanan bagi:
Setiap orang dewasa, remaja, dan
anak-
anak yang datang ke fasilitas
pelayanan
kesehatan dengan tanda,
gejala, atau
kondisi medis yang
mengindikasikan atau
patut diduga telah
terjadi infeksi HIV terutama pasien dengan
riwayat penyakit
tuberculosis
dan IMS
TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (2)
Pada wilayah
epidemi meluas
, TIPK
harus
dianjurkan
pada semua orang yang
berkunjung ke fasilitas pelayanan
kesehatan sebagai bagian dari standar
pelayanan.
TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (3)
Pada wilayah
epidemi terkonsentrasi dan
meluas
, TIPK
dilakukan
pada semua orang
dewasa, remaja dan anak yang
memperlihatkan tanda dan gejala yang
mengindikasikan infeksi HIV, termasuk
tuberkulosis
, serta anak dengan riwayat
terpapar HIV pada masa perinatal, pada
pemerkosaan dan kekerasan seksual lain.
TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (4)
TIPK sebagaimana dimaksud pada ayat (7) terutama
diselenggarakan pada:
a.pelayanan IMS;
b.pelayanan kesehatan bagi populasi kunci/orang
yang berperilaku risiko tinggi;
c.fasilitas pelayanan yang
menyelenggarakan
pelayanan pemeriksaan
ibu hamil,
persalinan dan nifas; dan
d.pelayanan tuberkulosis.
TIPK DAN KOLABORASI TB-HIV (5)
Pengobatan ARV harus diindikasikan
bagi:
a.penderita HIV yang telah menunjukkan
stadium klinis 3 atau 4 atau jumlah sel
Limfosit T CD4 kurang dari atau sama
dengan 350 sel/mm3;
b.ibu hamil dengan HIV; dan
TANTANGAN PROGRAM
Stigma dan diskriminasi
Rendahnya pengetahuan tentang HIV-AIDS dan
IMS
Tingginya praktek berisiko tertular HIV
Adanya
miss opportunity
kebutuhan
masyarakat
Terbatasnya akses dan utilisasi terhadap
layanan
Logistik dan SDM yang memadai
Kerjasama lintas sektor/program belum optimal
RENCANA TINDAK LANJUT
Melakukan upaya penurunan stigma dan
diskriminasi
Melakukan upaya peningkatan pengetahuan
Melakukan upaya penurunan praktek berisiko
Peningkatan
akses,
penurunan
miss
opportunity
kebutuhan
masyarakat
peningkatan cakupan tes HIV dan terapi ARV
Penguatan HSS & CSS melalui LKB
0
Jika Membutuhkan Anda Informasi Lebih Lanjut Tentang HIV/AIDS
Hubungi Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat
0
Contact Persons :
0
DR. dr. Irene, MKM (0811661880)
0
dr. Lusi Arda (081371744783)