EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK KLASIK BEETOVEN FUR ELISA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH KLIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP RS.
DR. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2014
Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Endang Susilawati. Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemkes Medan
ABSTRACT
Music therapy is a therapy that use a music in a systematic, controlled, and directed to heal, rehabilitate, educate, and train children and adults who suffer from physical, mental or emotional. Through a steady rhythmic music gives a regular rhythm will give balance to the heartbeat and pulse of man that can lower blood pressure.
This study is a quasi-experimental design of one group pre-post test, which aims to look at the effectiveness of Beethoven classical music therapy to decrease blood pressure in stroke clients at Dr. Pirngadi General Hospital. Population and sample in this study were all clients of stroke caused by hypertension treated in Dr. Pirngadi General Hospital. The samples determined by purposive sampling technique, sample of this study were 23 people. Data collected by using observation sheets, before and after music therapy intervention. The data were analyzed with the pair t-test with a level of 95%. The results showed that systolic blood pressure after classical music therapy intervention had a significant reduction. Average of Systolic Blood pressure before intervention were 157,5 mmHg, 5 minutes after intervention were 154,7 mmHg , 10 minutes after intervention were 149,2 mmHg and 15 minutes after intervention were 145, 8 mmHg with p value < 0.001. Average of diastolic blood pressure before intervention were 98,4 mmHg, 5 minutes after intervention were 94.3 mmHg, 10 minutes after intervention were 91.8 mmHg and 90.5 mmHg after 15 minutes intervention with p value <0.001. It’s need to be recommended Beethoven Classical music to the health care setting policy for the provision of complementary therapies inpatient rooms especially stroke unit.
Keywords : Music therapy, blood pressure
1. Latar Belakang
Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak
yang terganggu (World Health Organization, 2005).
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Mengacu pada laporan American Heart Association, sekitar 795.000 orang di Amerika Serikat terserang stroke setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 610.000 di antaranya merupakan serangan stroke pertama, sedangkan 185.000 merupakan stroke yang berulang. Saat ini ada 4 juta orang di Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat stroke, dan 15-30% di antaranya menderita cacat menetap (Centers for Disease Control and Prevention, 2009).
Di Negara Asia (Thailand, Cina) didapatkan angka kejadian perdarahan yang lebih banyak. Beberapa tahun terakhir ada kecenderungan rentang usia orang yang terkena serangan stroke semakin luas (Hamzah, 2006).
Angka ini diperberat memberikan pengaruh terhadap menurunnya produktivitas dan kemampuan ekonomi masyarakat dan bangsa (Yastroki, 2009).
Menurut survei tahun 2004, Stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena Stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di tempat tidur (HIMAPID FKM UNHAS,2007).Stroke merupakan masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian khusus.
Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyebab dari 17,5 juta kasus stroke di dunia. Hipertensi adalah kondisi tekanan darah yang meningkat.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi tekanan darah seperti; usia, stres, medikasi, obesitas, merokok, minum alkohol.
Tekanan darah manusia dapat di cegah kekambuhannya dengan menggunakan terapi farmakologi seperti obat-obatan anti hipertensi) dan non farmakologi meliputi ; pola hidup sehat, serta terapi musik.
Terapi musik adalah suatu bentuk terapi dengan mempergunakan musik secara sistematis, terkontrol, dan terarah
dalam menyembuhkan,
merehabilitasi, mendidik, dan melatih anak-anak dan orang dewasa yang menderita gangguan fisik, mental atau emosional. Musik yang terdiri kombinasi irama, ritme, harmonik dan melodi sejak dulu di yakini mempunyai pengaruh terhadap pengobatan orang sakit.
Melalui ritmik musik yang stabil memberi irama yang teratur akan memberi keseimbangan pada detak jantung dan denyut nadi manusia (Natalina, 2013).
Penggunaan musik sebagai terapi telah di kenal sejak zaman Yunani Kuno dan mulai di terapkan pada masa perang dunia I dan II. Penggunaan musik sebagai media terapi di rumah sakit juga mengalami perkembangan beberapa tahun terakhir.
Penelitian yang dilakukan oleh Chavin, 2004, bahwa mendengarkan musik klasik dapat menurunkan tingkat kecemasan dan stress sehingga tubuh mengalami relaksasi yang mengakibatkan penurunan tekanan darah dan denyut nadi.
Hasil penelitian Asrin, etl., menunjukkan bahwa terapi musik dominan frekuensi sedang sangat signifikan untuk mengendalikan respon tekanan darah pada pasien hipertensi primer.
Hasil penelitian Sarayar, etl., menunjukkan bahwa ada pengaruh musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada pasien pra-hemodialisis di Ruang Dahlia BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dimana nilai p value = 0,00 (< á = 0,5).
data klien yang menderita stroke bulan Oktober-Desember 2013 sebanyak 144 orang. Pada umumnya serangan stroke disebabkan oleh hipertensi.
Berdasarkan
latarbelakang diatas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Klien Stroke di Ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014.
1.1. Tujuan Penelitian 1.1.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh terapi musik klasik Beethoven terhadap tekanan
darah klien stroke yang diberikan terapi musik di ruang rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan.
1.1.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui rerata tekanan darah klien stroke sebelum di berikan terapi musik di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan. b. Mengetahui rerata tekanan
darah klien stroke sesudah di berikan terapi musik di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.
c. Menganalisis perbedaan rerata tekanan darah klien stroke sebelum dan sesudah di berikan terapi musik di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimana Efektivitas Terapi Musik Klasik Beethoven Terhadap Penurunan Tekanan Darah Klien Stroke Di RSU Dr. Pirngadi Medan?
1.3. Hipotesa Penelitian
Terapi musik klasik Beethoven efektif dalam menurunkan tekanan darah klien stroke.
1.4. Manfaat
1.4.1. Klien/Keluarga Dan
Masyarakat
Meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang terapi musik terhadap penurunan tekanan darah sehigga
klien/keluarga/masyarakat melaksanakan di rumah agar tekanan daarh dapat terkontrol.
1.4.2. Rumah Sakit
komplementer bagi klien stroke disamping terapi obat anti hipertensi.
2. Kerangka Konsep Teori
Dalam menguatkan landasan teori dari penelitian ini,perlu didukung oleh teori atau konsep – konsep terkait sebagaimana dapat terlihat pada skema berikut ini :
Gambar 2.1. Landasan Teori dan Konsep Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasi experimen, menggunakan satu kelompok, untuk pengukuran keberhasilan intervensi akan dilakukan pre dan post test, dengan model rancangan penelitian adalah sebagai berikut ;
O1 X O2
Keterangan :
O1 = Tekanan darah klien stroke sebelum dilakukan intervensi X = Intervensi terapi musik klasik
Beethoven
O2 = Tekanan darah klien sesudah intervensi
FAKTOR RESIKO
- USIA
- JENIS KELAMIN - STRESS EMOSIONAL - AKTIVITAS DAN B B - POLA HIDUP
HIPERTENSI PRIMER / SEKUNDER
TERAPI
Farmakologi: Nonfarmakologi:
Anti Hipertensi Terapi Musik
3.2. Kerangka Konsep
Pre Test Post Test
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah tekanan darah klien stroke baik sebelum maupun sesudah perlakuan, dan yang
menjadi variabel dependen dlah terapi musik klasik Beethoven Fur Elise.
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, dimana pengumpulan data dilaksanakan pada Bulan September s/d Oktober 2014.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita stroke yang disebabkan hipertensi yang dirawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.
Penentuan sampel diambil dengan menggunakan rumus Lameshow sebagai berikut ;
n
=
σ
2
(
Z
1−α/2+
Z
1−β)
²
(
μ
1−
μ
2)
²
Ket :
n = besar sampel minimum
Z1-/2 = nilai tabel Z pada 5 % =
1,96
Z1- = nilai tabel Z pada 10% =
1,28
= simpangan baku (dapat diambil dari penelitian Sarayar dkk = 14,24)
1-2 = selisih nilai mean pre dan postest (=12)
Tekanan Darah
Berdasarkan penghitungan sampel dalam penelitian ini besar sampel minimal sebanyak 15 orang, pada saat pengumpulan data sampel yang ditemukan sebanyak 23 orang.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dengan cara purpossive sampling, yang ditetapkan berdasarkan kriteria: 1. Usia Dewasa
2. Di diagnosa medis menderita stroke Non Haemorrhagic yang disebabkan oleh hipertensi
3. Di rawat di unit stroke RSU Dr. Pirngadi Medan
4. Menyukai musik
3.5. Defenisi Operasional Definisi operasional yaitu ; 3.5.1. Terapi musik yaitu ; suatu
bentuk pengobatan dengan memperdengarkan musik klasik Beethoven kepada responden, dengan frekuensi sedang (750-3000 Herzt). 3.5.2. Tekanan darah klien stroke
adalah ; hasil pengukuran terhadap tekanan yang dialami darah pada pembuluh sistolik dan diastolik secara sistemik didalam tubuh menusia dengan satuannya mmHg, alat ukur yang
digunakan tensi meter merk Nova.
3.6. Cara Pengumpulan Data
Kegiatan perngumpulan data dalam penelitian ini dimulai dengan mengukur tekanan darah responden, lalu di lanjutkan dengan mendengarkan musik klasik relaksasi Beethoven kepada responden selama 15 menit menggunakan pemutar musik merk Websong, yang diperdengarkan melalui headset dipasangkan ketelinga responden. Setelah itu dilakukan kembali pengukuran tekanan darah responden dengan menggunakan tensi meter merk Nova. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali yaitu 5 menit, 10 menit dan 15 menit setelah intervensi.
3.7. Rencana Pengolahan dan Analisa Data
menggunakan uji paired t-test dengan tingkat kepercayaan 95%.
4. Hasil Penelitian
4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Rumah Sakit Pirngadi didirikan tanggal 11 Agustus 1928 oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama “GEMENTA ZIEKEN HUIS” yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh seorang bocah berumur 10 tahun bernama Maria Constantia Macky anak dari Walikota Medan saat itu dan diangkat sebagai Direktur Dr. W. Bays.
Selanjutnya dengan masuknya Jepang ke Indonesia Rumah Sakit ini diambil dan berganti nama dengan “SYURITSU BYUSONO INCE” dan sebagai direktur dipercayakan kepada putra Indonesia “Dr. RADEN PIRNGADI GONGGO PUTRO” yang akhirnya ditabalkan menjadi nama Rumah Sakit kita ini.
Setelah bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 menyatakan kemerdekaannya, Rumah Sakit Umum Pirngadi langsung diambil alih dan diurus oleh Pemerintah Negara Bagian Sumatera Timur Republik Indonesia Sementara (RIS), dengan pergolakan politik yang sangat cepat
saat itu pada tanggal 17 Agustus 1950 semua negara bagian RIS dihapus diganti dengan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Rumah Sakit Umum Pirngadi diambil alih dan diurus oleh pendirian Fakultas Kedokteran USU, karena salah satu syarat pendirian Fakultas Kedokteran tersebut harus ada Rumah Sakit sebagai pendukung disamping harus adanya dosen Pemerintah berdirinya Fakultas Kedokteran USU tanggal 20 Agustus 1952, maka Rumah Sakit Pirngadi secara otomatis sebagai Teaching Hospital (Rumah Sakit Pendidikan) dipakai sebagai tempat kepaniteraan Klinik para Mahasiswa Kedokteran USU.
sebagai Rumah Sakit Pendidikan yang ada di provinsi Sumatera Utara maupun Sumatera Barat dan Lampung.
Tidak diperoleh data yang pasti kapan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi ini diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi pada tanggal 27 Desember 2001 diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Medan.
Setelah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi milik Kota Medan, Pemerintah Kota Medan mempunyai perhatian dan tekad yang besar untuk kemajuan Rumah Sakit
Pirngadi melalui pembenahan dan perbaikan di segala bidang, hal ini diwujudkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 2002 tanggal 6 September 2002 tentang Perubahan Kelembagaan RSU Dr. Pirngadi menjadi Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan, sehingga terjadi restrukturisasi Organisasi, Personil dan Manajemen dimana sebagai Direktur diangkat Dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA dan diikuti pembenahan Sarana, Prasarana dan Pengadaan Peralatan-peralatan canggih sebagai pendukung palayanan. Pada era ini pula sejarah mencatat suatu gebrakan besar dan berani Bapak Walikota Medan dengan melakukan pembangunan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi 8 (delapan) tingkat dilengkapi dengan peralatan canggih, yang peletakan batu pertamanya telah dilaksanakan 4 Maret 2004 dan mulai dioperasikan tanggal 16 April 2005.
menjadi Rumah Sakit Pendidikan. Berdasarkan Rekomendasi dari Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI), maka selanjutnya dilaksanakan penilaian kelayakan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan menjadi Rumah Sakit Pendidikan oleh Tim Visitasi yang terdiri dari Direktur Bina Pelayanan Medikm Spesialistik, Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kepala Biro Hukum dan Organisasi, Sekjen
Depkes, Ketua Ikatan RSU Pendidikan serta Kepala Bagian Hukum dan Organisasi, Sek. Dutjen. Bina Pelayanan Medik. Akhirnya pada tanggal 10 April 2007 Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan resmi menjadi Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor :
433/Menkes/SK/IV/2007.
4.2. Analisis Univariat
4.2.1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 23 orang dengan
Tabel 4.1.Karakteristik Responden Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tekanan Darah di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan
Karakteristik n %
Umur
Dewasa Awal 26-35 Thn -
-Dewasa Akhir 36-45 Tahun 3 13,0
Lansia Awal 46-55 Tahun 8 34,8
Lansia Akhir 56-65 Tahun 8 34,8
Manula > 65 Tahun 4 17,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 14 60,9
Perempuan 9 39,1
Suku Bangsa
Aceh 2 8,7
Batak 8 34,8
Jawa 5 21,7
Karo 4 17,4
Melayu 3 13,0
Padang 1 4,3
Pekerjaan
PNS 5 21,7
TNI/POLRI 1 4,3
Guru 2 8,6
Wiraswasta 4 17,3
Peg. Swasta 2 8,7
Petani 4 17,3
Tukang Becak 1 4,3
IRT 4 17,3
Total 23 100
Berdasarkan tabel 4.1. terlihat bahwa karakteristik responden mayoritas berumur 50-59 tahun sebesar 39,1 %, berjenis kelamin laki-laki 60,9%, bersuku batak 34,8 %,beragama Islam 73,9 %
dan mempunyai pekerjaan PNS sebanyak 21,7 %.
Frekwensi responden berdasarkan gaya hidup dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2. Gaya Hidup Responden Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tekanan Darah di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014
Gaya Hidup n %
Merokok
Ya 15 65,2
Tidak 8 34,8
Konsumsi Daging
Setiap Minggu 8 34,8
Setiap Bulan 4 17,4
Kadang-Kadang 9 39,1
Hari Raya/Tahun Baru 2 8,7
Olah Raga
Setiap hari 1 4,3
Dua kali seminggu 2 8,7
Setiap minggu 10 43,5
Kadang-kadang 3 13,1
Tidak pernah 7 30,4
Total 23 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada umumnya responden memiliki kebiasaan merokok sebesar
4.2.3. Gambaran Rerata Tekanan Darah Responden Sebelum Dan Sesudah Intervensi
Tabel 4.3. Rerata Tekanan Darah Sistolik Responden Sebelum Dan Sesudah Intervensi Terapi Musik Klasik Beethoven
Sebelum
Intervensi 5 Menit Sesudah Intervensi
10 Menit Sesudah Intervensi
15 Menit Sesudah Intervensi
157,5 mmHg 154,7 mmHg 149,2 mmHg 145,8 mmHg
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa nilai rerata tekanan darah sistolik responden
lebih rendah setelah 15 menit intervensi (145,8 mmHg).
Tabel 4.4.Rerata Tekanan Darah Diastolik Responden Sebelum Dan Sesudah Intervensi Terapi Musik Klasik Beethoven
Sebelum Intervensi
5 Menit Sesudah Intervensi
10 Menit Sesudah Intervensi
15 Menit Sesudah Intervensi
98,4 mmHg 94,3 mmHg 91,8 mmHg 90,5 mmHg
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa nilai rerata tekanan darah diastole responden lebih rendah pada saat setelah 15 menit pemberian terapi musik dibanding dengan setelah pemberian 5 dan 10 menit
4.3. Analisis Bivariat
4.3.1. Efektivitas Terapi Musik Klasik Beethoven Terhadap Penurunan Tekanan Darah Klien Stroke di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan
seluruh variabel memiliki distribusi data yang normal (Hasil uji Kolmogorov Smirnov).
Tabel 4.5. Perbedaan Rerata Tekanan Darah Sistolik Responden Sebelum Dan Sesudah Intervensi Terapi Musik Klasik Beethoven
Sistolik Mean SD P Value
Sebelum Intervensi Setelah 5 Menit Intervensi Setelah 10 Menit Intervensi Setelah 15 Menit Intervensi
157,5 154,7 149,2 145,8
10,4 9,6 9,6 9,7
0,000 0,000
0,000
Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan rerata tekanan darah sistolik yang bermakna antara sebelum intervensi dan sesudah intervensi, baik pada menit ke 5 (p value <0,001), menit ke 10 (p value < 0,001) dan menit ke 15 dengan (p value < 0,001). Pada
menit ke 5 setelah intervensi terdapat penurunan tekanan darah sebesar 2,8 mmHg, pada menit ke 10 terdapat penurunan sebesar 8,3 mmHg dan pada menit ke 15 terjadi penurunan tekanan darah sebesar 11,7 mmHg.
4.3.2. Efektifitas Terapi Musik Klasik Beethoven Terhadap Penurunan Tekanan Darah Diastolik Responden Di RS. Dr Pirngadi Medan
Efektifitas terapi musik klasik beethoven terhadap penurunan
tekanan darah diastolik responden dilihat dari perbedaan rerata tekanan diastolik responden sebelum intervensi dan sesudah intervensi pada menit ke 5, 10 dan 15 dengan menggunakan paired t-test.
Tabel 6. Perbedaan Rerata Tekanan Darah Diastolik Responden Sebelum Dan Sesudah Intervensi Terapi Musik Klasik Beethoven
Diastolik Mean SD P Value
Sebelum intervensi Setelah 5 menit intervensi Setelah 10 menit intervensi
98,4 94,3 91,8
2,6 2,7 2,8
Setelah 15 menit intervensi 90,5 3,1 0,000
Dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan rerata tekanan darah diastolik yang bermakna antara sebelum intervensi dan sesudah intervensi, baik pada menit ke 5 (p value < 0,001), menit ke 10 (p value < 0,001) dan menit ke 15 (p value < 0,001). Pada menit ke 5 setelah
intervensi terdapat penurunan tekanan darah diastolik sebesar 4,1 mmHg, pada menit ke 10 terdapat penurunan sebesar 6,6 mmHg dan pada menit ke 15 terjadi penurunan tekanan darah sebesar 7,9 mmHg.
5. PEMBAHASAN 5.1. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada klien stroke yang disebabkan karena hipertensi, yang diberikan terapi musik klasik Beethoven dengan judul Fur Elise. Awal sebelum dilakukan intervensi terapi musik klasik hasil pengukuran tekanan darah klien tinggi, dimana tekanan darah sitole klien berada di rentang dengan nilai rerata 157,5 mmHg. Tekanan darah diastole dengan interval, nilai rerata 98,4 mmHg. Tekanan darah 190/110 mmHg dialami responden yang berusia 53 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya faktor usia berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah individu, masih ada faktor lain seperti gaya hidup yang dilakukan responden yang berusia 53 tahun yaitu kebiasaan merokok, disamping itu
juga mempunyai BB yang overweight .
Setelah diberikan terapi musik terjadi penurunan tekanan darah responden yang dapat dilihat dari hasil pengukuran. Pada 5 menit pertama setelah dilakukan terapi musik masih belum menunjukkan penurunan yang signifikan, dimana tekanan darah sistole responden, hanya terjadi penurunan pada 3 orang responden yang tadinya tekanan darah sistole 150 mmHg menjadi 140 mmHg (2 orang) dan 1 orang lagi dari 170 menjadi 160 mmHg, dengan nilai rerata 154,7 mmHg.
tekanan darah sebelumnya, nilai rerata 149,2 mmHg.
Penurunan tekanan darah sistole sangat jelas terlihat pada 15 menit setelah perlakuan, nilai rerata 145,8 mmHg.
Tekanan darah sistole juga menjadi turun seperti tekanan darah sistole, semula tekanan darah diastole responden 80 – 100 mmHg. Tekanan darah diastole hanya terdapat pada 1 orang responden.
Pada 5 menit setelah intervensi tekanan darah diastole terjadi penurunan 10 mmHg, hal ini terus stabil sampai pengukuran 15 menit setelah intervensi mulai hari pertama sampai hari ketiga, dimana nilai rerata juga begitu. Nilai rerata tekanan darah diastole 5 menit setelah intervensi ; 94,3 mmHg, 10 menit berikutnya nilai rerata tekanan darah diastole ; 91,8 mmHg dan tekanan darah diastole 15 menit kemudian ; 90,5 mmHg.
Analisis statistik uji paired t-test dengan tingkat kepercayaan 95 % didapat hasil yang signifikan pada 5 menit, 10 menit dan 15 setelah intervensi dengan nilai p value 0,000 dari hari pertama sampai hari ketiga penelitian ini dilaksanakan.
Hal ini terapi musik dapat menurunkan tingkat stres yang
dialami individu sehingga terjadi relaksasi dalam respon fisiologis bilamana tindakan musik diberikan pada pasien yang mengalami tekanan darah tinggi. Selain itu teerapi musik menyembuhkan secara fisik dan psikis manusia. Para peneliti dari The Neuro, melalui MRI scan membuktikan bahwa otak melepaskan zat dopamin (hormon yang terkait dengan sistem otak, memberikan perasaan kenikmatan dan penguatan untuk memotivasi seseorang secara proaktif melakukan kegiatan tertentu).
Musik yang mampu memicu perasaan yang kuat dan mengeluarkannya dari tubuh seperti mengeluarkan racun dari luka (Merrit, 2003).
Perambatan musik memiliki potensi untuk; meresonan perasaan pendengar dengan perubahan dari negatif ke positif dan meningkatkan kondisi kegembiraan dan ketenangan (Salampessy, 2001).
Selain itu, melalui musik juga seseorang dapat berusaha untuk menemukan harmoni internal (inner harmony). Jadi, musik adalah alat yang bermanfaat bagi seseorang untuk menemukan harmoni di dalam dirinya. Hal ini dirasakan perlu, karena dengan adanya harmoni di dalam diri seseorang, ia akan lebih mudah mengatasi stres, ketegangan, rasa sakit, dan berbagai gangguan
atau gejolak emosi negatif yang dialaminya (Ortiz, 1997). Selain itu musik melalui suaranya dapat mengubah frekuensi yang tidak harmonis tersebut kembali ke vibrasi yang normal, sehat, dan dengan demikian memulihkan kembali keadaan yang normal (Salampessy, 2001).
Terapi musik bersifat terapeutik artinya dapat menyembuhkan. Salah satu alasannya karena musik menghasilkan rangsangan ritmis yang kemudian ditangkap melalui organ pendengaran dan diolah di dalam sistem saraf tubuh dan kelenjar pada otak yang selanjutnya mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam rtime internal pendengarnya. Rimt e internal ini mempengaruhi
metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik. Dengan metabolisme yang lebih baik, tubuh akan mampu membangun sistem kekebalan yang lebih baik, dan dengan sistem kekebalan yang lebih baik tubuh menjadi lebih tangguh terhadap kemungkinan serangan penyakit (Satiadarma, 2001).
Hasil penelitian Asrin, et.al, menunjukkan bahwa terapi musik
dominan frekuensi sedang sangat signifikan untuk mngendalikan respon tekanan darah pada pasien primer.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini tidak ada kelompok kontrol, yang menjadi kontrol adalah tekanan darah sebelum perlakuan. Selain itu penelitian ini dilaksanakan dengan mengabaikan penyakit penyerta dan terapi medis anti hipertensi yang diberikan kepada responden, dimana hal tersebut kemungkinan dapat menjadi bias dalam penelitian ini.
6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terapi musik efektif dalam menurunkan tekanan darah klien stroke yang disebabkan oleh hipertensi, terlihat dari hasil uji statistik paired t-test menunjukkan hasil yang signifikan dimana nilai p value < 0,05 (p<0,001) untuk 5 menit, 10 menit dan 15 menit setelah intervensi terapi musik klasik Beethoven Fur Elise.
6.2. Saran
6.2.1. Klien/Keluarga/Masyarakat Agar memfasilitasi klien stroke yang disebabkan hipertensi dengan terapi musik klasik sebagai terapi komplementer dalam
menurunkan tekanan darah klien.
6.2.2. Pelayanan Kesehatan
Menetapkan kebijakan dalam penyediaan fasilitas terapi musik bagi ruang rawat yang merawat klien stroke umumnya, unit stroke khususnya.
Asrin, et.,al., 2009,
Upaya
Pengendalian
Respon Emosional
Pasien Hipertensi
Dengan Terapi Musik
Dominan Frekuensi
Sedang
Kerja
Puskesmas
Purwokerto Timur
Banyumas
., diakses
tanggal 1 April 2014.
Brunner & Suddart. 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Vol.2).
Jakarta: EGC.
Chang, E, etl, 2010, Patofisiologi ; Aplikasi Pada Praktik Keperawatan, EGC, Jakarta Djohan, 2006, Terapi Musik ; Teori
dan Aplikasi, Galang Press, Jakarta
Goldszmit A, 2013, Stroke Essensial, Indeks, Jakarta Junaedi I, 2011, Stroke, Waspadai
Ancamannya, CV. Andi Offset, Yogyakarta
Natalina, D. 2013. Terapi Musik Bidang Keperawatan, Mitra Wacana Media, Jakarta
Sastroasmoro, S. et.al., 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta : Sagung Seto.
Sarayar, et.al,. 2013. Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Pasien
ejournal keperawatan (e-Kp) Volume I. Nomor 1. Agustus 2013 diakses tanggal 27 Maret 2014.
Sylvia, P, 2006, Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Volume 1, EGC, Jakarta