Makalah
Isytiqaq
Fiqh lughah 2
Penulis : M. Syahirul Alim (1111012000078)
Jurusan pendidikan Bahasa Arab
Isytiqaq
Salah satu ciri khas dari bahasa arab adalah isytiqaq, yang menurut fuad turzi, memiliki beberapa pengertian, diantaranya :
1. Terpecahnya kata menjadi cabang dari kata asal, perubahan yang terjadi berasal dari huruf-huruf yang ada di kata asal.
2. Pengambilan kalimat lain dari suatu kalimat dengan cara merubah kalimat tersebut sambil memperhatikan kecocokan makna.
3. Mengembalikan kalimat ke dalam kalimat lainnya karena kecocokan antara keduanya dalam lafaz dan makna.
4. memisahkan suatu lafaz dari lafaz yang lain dengan syarat kecocokan makna dan susunannya, serta perbedaan keduanya dalam bentuk sighat.
5. Dan lain sebagainya.
Adapun ruang lingkup isytiqaq sampai pada pertengahan abad ke-4 hanya sekedar membahas kecocokan kalimat-kalimat dari segi lafaz,makna, urutan huruf kalimat. Seperti براض برضي برض- - . kemudian ibnu jinni pada akhir abad ke-4 menambahkan satu bab lagi tentang kalimat-kalimat yang diambil dari kalimat lain yang dibolak-balik urutannya akan tetapi memiliki makna yang sama secara umum.i Kemudian hatim memasukkan
“pergantian huruf” ke dalam kategori isytiqaq, sehingga isytiqaq menjadi 3 macam kategori. Hingga pada akhirnya seorang ulama linguistik kontemporer bernama abdullah Amin dalam kitabnya “fiqh lughoh” menambahkan kategori “naht mutlaq” / “ isytiqaq kibaar” ke dalam kategori isytiqaq, sehingga isytiqaq terbagi menjadi 4 kategori, yaitu :
1. Isytiqaq shagir / Asghar /aa’m 2. Isytiqaq kabiir
3. Isytiqaq akbar 4. Isytiqaq kibaar
Adapun pembahasannya secara rinci adalah sebagai berikut :
1. Isytiqaq shagiir / ashgar / aa’m
a. Pengertian
kesesuaian pada huruf aslinya serta urutannya. Contoh kata براض
(isim fail) yang berasal dari kata kerja ببربضب menurut ulama kufah dan dari masdar ببررض menurut ulama basrah
b. Pembagian bahasa-bahasa berdasarkan isytiqaq asghar
1- Bahasa yang terpisah (isolantes)
Yaitu merupakan bahasa yang susunan kalimatnya senantiasa menggunakan satu kalimat terpisah bagaimanapun bentuk kalimat tersebut. Seperti dalam bahasa cina yang selalu menggunakan kata-kata yang terpisah, contoh : memakan saya (saya makan),menulis saya (saya menulis). Berbeda dengan bahasa arab yang umum dengan dhamir muttasil dalam penyusunan kata-katanya.
2- Bahasa yang menyambung (agllumatives)
Yaitu bahasa yang senantisa melekat imbuhan dalam kalimat aslinya (prefixes dan sufixes). Seperti bahasa arab yang senantiasa kemasukan imbuhan (seperti huruf-huruf mudhara’ah)di awal atau akhir kata untuk menyusun suatu kalimat. Tiap perubahan imbuhan kata menyebabkan makna yang berbeda.
3- Bahasa yang berubah (inflexionelle)
Yaitu bahasa yang memiliki sighat yang berbeda-beda dari suatu kata untuk menunjukkan makna yang berbeda-beda. Contoh yang ada di bahasa-bahasa eropa, hindia, dan lain sebagainya
c. Pendapat para ahli terhadap asal isytiqaq
Menurut ibnu anbari dalam kitabnya “al inshaaf fii masaailil khilaafi baina nahwiyyin albasariyyiin wal kufiyyin”, adapun beberapa alasan ulama basrah yaitu sebagai berikut :
Sebagaimana mutlak merupakan asal dari muqayyad, maka masdar merupakan asal dari fi’il
b. Masdar merupakan isim, dan isim itu berdiri sendiri, serta tidak butuh kepada kata kerja/ fi’il. Adapun kata kerja itu tidak bisa berdiri sendiri, butuh kepada isim, dan semua hal yang tidak bisa berdiri sendiri dan membutuhkan kepada yang lain (isim). Sehingga yang berdiri sendiri itu (isim) lebih didahulukan daripada sesuatu yang masih tergantung kepada hal lain (fi’il).
c. Dinamakan masdar, karena merupakan sumber (madar) dari fi’il.
d. Masdar menunukkan atas satu hal kejadian, sedangkan fi’il menunjukkan atas 2 waktu kejadian. Adapun 1 itu adalah asal dari 2, maka masdar itu adalah asal dari fi’il.
e. Masdar memiliki 1 bentuk, contoh “برضلا”, sedangkan fi’il itu punya beberapa bentuk
f. Sighat fi’il menunjukkan atas apa yang ditunjukkan oleh masdar, maka masdar merupakan asal kata dan fi’il merupakan cabang.
Adapun alasan-alasan yang dikemukakan oleh ulama kufah adalah :
a. Masdar yang shohih huruf, mengandung huruf illat padahal tidak ada illat pada fi’ilnya.
b. Fi’il itu ma’mulnya adalah masdar, maka fi’il merupakan asal c. Masdar berfungsi menguatkan fi’il, maka fi’il merupakan asal
karena fi’il yang dikuatkan (ta’kid)
d. Kebanyakan dari beberapa fi’il tidak mempunyai masdar e. Masdar tidak terlihat maknanya jika tidak ada fi’il
Adapun kesimpulan dari perselisihan di atas menurut fuad turzi tentang isytiqaq adalah sebagai berikut :
a. Kebanyakan isytiqaq di bangsa arab itu diambil dari beberapa hal, tidak hanya satu, bisa terdiri dari fi’il, isim, huruf, akan tetapi yang paling banyak adalah yang dimulaik dari fi’il kemudian isim dan huruf
c. Bahwa fi’il-fi’il terkadang itu berasal dari dirinya sendiri, dan terkadang berasal dari isim-isim jamid (isim aswat dan isim huruf)ii
2. Isytiqaq kabiir / qalbul lughowiy
Isytiqaq Akbar adalah dua kata yang memiliki persamaan dalam lafadz dan makna namun berbeda dalam urutan huruf.
Contoh :
: حدم دمح – memuji
: ذبج بذج – menarik
: لحضما لحمضا – menghilang
Ibu Jinni adalah orang yang pertama kali mencetuskan istilah
Isytiqaq Akbar, namun Ulama kontemporer menamakannya Isytiqaq Kabir, karena Isytiqaq Akbar ada pada pembahasan selanjutnya. Contoh lain :
Bunyi ( ج , ب , ر ) menunjukkan makna ‘kekuatan dan kesungguhan’
ربج menunjukkan makna memaksa
برج menunjukkan makna bereksperimen
جرب menunjukkan makna benteng
Bunyi ( س , ل , م ) ‘menunjukkan makna kelembutan, kekerabatan, ramah-tamah’
ملس menunjukkan makna keselamatan
سلم menunjukkan makna halus
لمس menunjukkan makna membersihkan/mendamaikan
Pendapat ulama tentang isytiqaq kabir ada 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
Ulama yang menentang adalah Imam Suyuti (pengarang kitab “رهزملا
اهعاونأ و ةغللا مولع يف ", Ibhahim Anis )anggota komite internasional bahasa Arab), dan Abdul Wahid. Mereka menentang karena penerapannya sangat menyusahkan dan melelahkan.
3. Isytiqaq akbaar / ibdaalul lughawiy
Isytiqaq Akbar adalah menukar suatu huruf dengan huruf lain. Dalam proses ini huruf yang mengalami pertukaran tidak disyaratkan memiliki makhroj yang sama. Boleh saja terjadi pada setiap huruf, karena yang penting disini adanya kesesuaian makna antara dua lafadz.
Atau dengan kata lain berarti menempatkan salah satu huruf yang berbeda dalam satu lafadz.
Contoh :
: قهن قعن – meringkik
: لذج مذج – bahagia
: طارصلا طارسلا – jalan
: عتدا ‹--- ىعددا
Ibdal terbagi menjadi dua, yaitu ibdal shorfi dan ibdal lughawiy.
Ibdal shorfi : Mengganti suatu huruf dengan huruf yang lain dengan tujuan untuk mempermudah dan mencapai kalimat yang lebih popular/sering digunakan, namun memiliki makna yang sama.
Contoh:
ماص Asal katanya -> موص
عنطصا Asal katanya -> عنتصا
Para ulama berpendapat bahwa:
a. Sebagian ulama meluaskan ruang lingkupnya dengan mengatakan bahwa Ibdal Lughawiy mencakup semua huruf hijaiyyah.
b. sebagian ulama lainnya menyempitkan ruang lingkupnya dengan syarat:
Huruf yang mengganti makhrajnya harus dekat dengan huruf yang diganti.
Dua lafadz tersebut dapat dikategorikan sebagai kata (asal) dan kata (cabang). Namun, hal ini sulit bagi kita untuk membedakan kata (asal) dan kata (cabang).
Fuad Turdzi menyimpulkan bahwasannya syarat dari Ibdal Lughawiy adalah:
o Memiliki kedekatan makharijul huruf (dekat pengucapannya). Contoh : رقس – رقص ,قعن قهن –
o Adanya keserupaan/kesamaan makna
o Memiliki kesamaan dalam hal pengucapan harakat pada suatu kata.
Contoh: ربقبصب ربقبسب –
Dari contoh-contoh yang telah disebutkan di atas, ada yang mengatakan bahwa hal ini bukanlah Isytiqaq / derivasi, melainkan hal ini merupakan fenomena fonologis (pengucapan). Dikatakan fenomena fonologis karena mereka beranggapan bahwa terjadinya
ibdal lughawiy ini disebabkan diantaranya oleh :
Kesalahan pendengaran contoh: طيطق & طيطخ (gambar diagram)
Kesalahan ucapan yang biasa terjadi pada orang non-arab, contoh : تأيدفت و تأيدقت (muntah)
Naht adalah membuat kata baru yang ambil dari dua unsur kata yang berbeda atau lebih tetapi menunjukan pada makna yang diambil, baik berupa isim dan fi`il. Perkembangannya harus sesuai dengan kaidah (wazan) bahasa Arab yang terdapat dalam tashrif.iii
Atau dengan kata lain membuat satu kalimat baru yang berasal dari 2 kalimat atau lebih untuk tujuan penyingkatan
Contoh :
Syarat Naht adalah bahwa dua kalimat yang disingkat sesuai dengan kaidah bahasa arah dan shorofnya.
Beberapa peneliti berpendapat bahwasannya naht merupakan cabang dari isytiqaq.
Naht terbagi menjadi dua, yaitu naht nasab dan naht fi’liy
1. Naht Nasabi adalah menisbatkan sesuatu atau seseorang yang memiliki 2 suku kata menjadi satu.
2. Naht Fi’liy adalah menyingkat suatu lafadz, namun singkatan
Bahasa arab tidak seperti bahasa lainnya yang melakukan proses “naht”
(menyingkat) sesuai dengan bahasa yang diserap singkatannya, yaitu khususnya bahasa latin. Karena sesungguhnya bahasa arab sangat mustahil (di satu waktu) untuk menyingkat 2 kalimat menjadi 1. Akan tetapi ini bukan berarti tidak mungkin terjadi, karena tidak ada seorangpun yang mengingkari akan adanya “naht” dalam penggunaan bahasa arab, hal ini didasarkan pada beberapa lafaz bahasa arab yang ditemukan seperti :
Pada masa modern seperti sekarang ini sering dibutuhkan penggunaan “naht” (penyingkatan) untuk mempermudah. khususnya ketika bangsa arab mulai menyerap ilmu-ilmu asing ke dalam bahasa arab. Sehingga komite internasional bahasa arab mengeluarkan regulasi bahwa penggunaan ”naht” diperbolehkan ketika dalam kondisi darurat yang bersifat ilmiah.
Dalam literatur lain, ada 4 pembagian naht selain 2 jenis naht di atas, yaitu ditambahkan denganiv :
Yaitu kata yang diserap dari 1 kalimat, yang menunjukkan atas sifat dari kata tersebut atau sifat hiperbola dari kata tersebut. Contoh :
رطبض yang berarti orang laki laki yang kuat. Merupakan kata yang tersusun dari 2 kata, yaitu طبض dan طبض . ربض itu memiliki makna
“menggenggam sesuatu dengan kuat” dan ربض itu memiliki arti
tersambung tulangnya dan terikat oleh daging.
قلاصبهصب yang berasal dari kata ليهصلا dan قلصدبلا memiliki makna
suara yang sangat kencang. Berasal dari ليهصلا yang memiliki
makna ringkikan kuda, dan قلصدبلا yang memiliki makna suara
yang keras.
4. Naht ismii
Merupakan kata yang diserap dari 2 kata sehingga menjadi 1 kata, contoh :
Kata دوملج terdiri dari kata دممج dan kata دلمج
Kata رقمبحب terdiri dari بدمح dan kata رقم
Kata ليباقع terdiri dari kata ىبقعdan kata ةلدع
Kesimpulan
Isytiqaq merupakan proses bahasa yang dapat berfungsi untuk melahirkan 2 lafaz berbeda yang sesuai dengan lafaz dan makna. Sebagaimana berkata Abdullah Amin : “isytiqaq merupakan proses mengambil satu kalimat dari kalimat lain atau lebih dari satu dengan syarat kesesuaian lafaz yang dirubah dan makna secara keseluruhan.
Isytiqaq shagir adalah membuat kalimat dari kalimat lain dengan merubah shigat kalimat dengan syarat memiliki kecocokan makna dan kesamaan dalam huruf serta urutannya.
i Ibnu jinni, “khasaaish”
ii Dr. Emil badi’ Yakub, “fiqh lughoh arabiyah wa khasaaisuha” 1982
iii http://muhamadridwanfaisal.wordpress.com/tag/karakteristik-bahasa-arab-dan-indonesia/. Diakses pada 18 Maret
2014, pukul 21:21 WIB.